bab ii kajian pustaka a. penelitian...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis memaparkan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pertama,
Skripsi oleh Rizki Melia Novika Sari, Jurusan Sosiologi FISIP UMM pada
tahun 2015 tentang Program Bank Sampah dalam Pemberdayaan Komunitas
(Studi Nasabah M 20 Bank Sampah Malang di Kelurahan Polehan Kecamatan
Blimbing Kota Malang11. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Program
yang dilakukan Bank Sampah Malang memberikan inovasi tersendri yang dapat
memberikan komtribusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah. Program
tersebut telah memberikan manfaat pemberdayaan kepada masyarakat yang
menjadi bagian dari komunitas tersebut, serta memberikan manfaat dalam
peningkatan kualitas lingkungan di sekitar mereka dalam pemberdayaan
komunitas dikembangkan pada nasabah M20 di Kelurahan Polehan. Program
tersebut dilakukan untuk mengatasi permasalahan sampah pada khususnya
sampah rumah tangga. Berbagai program yang ada bukan hanya untuk
mengatasi permasalahan sampah saja, tetapi juga memberikan pemberdayaan
baik pembedayaan secara ekonomi, sosial, maupun budaya yang dilakukan
dengan menggerakkan masyarakat setempat sesuai dengan fungsi dan struktur
yang ada. Kedua, Skripsi oleh Lidia Anitasari Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,
11Sari, Rizki Melia Novika. 2015. Program Bank Sampah dalam Pemberdayaan Komunitas (Studi Nasabah M 20 Bank Sampah Malang di Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
13
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang pada tahun 2012 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah (Studi Kasus di Bank
Sampah Malang). Hasil penelitian yaitu peneliti mendeskripsikan tentang
definisi kelembagaan Bank Sampah Malang baik fungsi dan tujuannya serta
sosialisasi gerakan bank sampah dalam memberdayakan masyarakat12. Ketiga,
Skripsi oleh Pandu Sukma Wijaya, Prodi Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Jurusan Ekonomi Pemambungan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Malang pada tahun 2014 tentang Implementasi Program Bank Sampah Malang
(BSM) dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Sukun
Kecamatan Sukun Kota Malang. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu peneliti
menerangkan tentang implementasi program pemberdayaan ekonomi
Masyarakat Bank Sampah Malang (BSM) melalui kegiatan berupa: (1)
pemilahan sampah, (2) pelatihan daur ulang, (3) pembuatan kompos dan biogas,
(4) budidaya cacing. Kemudian menjelaskan tentang dampak pelaksanaan
program Bank Sampah Malang (BSM) dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat di Kelurahan Sukun yaitu adanya peningkatan pendapatan
masyarakat Kelurahan Sukun melalui pengolahan daur ulang sampah. Selain
itu, masyarakat Kelurahan Sukun semakin sadarakan kebersihan, kemajuan, dan
semakin tinggi partisipasi terhadap kegiatan memberdayakan lingkungan13.
12Anitasari, Lidia. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah (Studi Pada
Bank Sampah Malang). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang 13Wijaya, Pandu Sukma. 2014. Implementasi Program Bank Sampah Malang (BSM) dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang.Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
14
Dari ketiga penelitian diatas, belum ada penelitian yang secara khusus
meneliti pemberdayaan masyarakat melalui Bank Sampah Malang (Studi Pada
Nasabah ‘Mitra Mandiri’ Unit M 183 Kelurahan Bandungrejosari Malang). Jadi
penelitian yang dilakukan oleh Rizki Melia Novika Sari, Lidia Anitasari, dan
Pandu Sukma Wijaya berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Perbedaan tersebut antara lain :
1. Lokasi tempat penelitian
Lokasi yang diteliti oleh penulis berada di BSM ‘Mitra Mandiri’ Unit M
183 RW 03 Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang
2. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini yaitu: (a) model pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh BSM ‘Mitra Mandiri’ Unit M 183 dan (b) partisipasi nasabah
dalam kegiatan atau program BSM. Fokus penelitian tersebut belum ada
yang membahas pada penelitian sebelumnya.
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)
Menurut Hadi, pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment
berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir
70-an, 80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian
mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan14. Dibawah ini adalah
penjelasan tentang definisi pemberdayaan masyarakat:
14Hadi, Agus Purbathin. 2009. Konsep Pemberdayaan, Partisipasi, Dan Kelembagaan Dalam
Pembangunan. Jurnal Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kelembagaan.pdf (diakses 1 februari 2017)
15
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan menurut Suhendra adalah suatu kegiatan yang
berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua
potensi yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi.
Selanjutnya pemberdayaan menurut Ife adalah meningkatkan kekuasaan
atas mereka yang kurang beruntung (empowerment aims to increase the
power of disadvantage)15. Sedangkan menurut Widjaja16 pemberdayaan
masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri,
harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama
dan budaya. Suharto melihat pemberdayaan sebagai sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
bertisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksakan tugas-
15 Suhendra, 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta. Hal
74-76 16 Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Hal 169
16
tugas kehidupannya17. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah suatu rangkaian proses dalam pembangunan
masyarakat yang memiliki tujuan-tujuan atau target untuk tercapainya
kebutuhan hidup melalui kemampuan yang dimiliki oleh individu
masyarakat itu sendiri, yaitu berupa kesadaran, pengetahuan, dan
kemampuan, pemberdayaan merupakan sebuah langkah untuk menuju
kesejahtaraan masyarakat.
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, tentunya dibutuhkan
upaya-upaya agar esensi pemberdayaan tidak terlepas dari tujuannya.
Menurut Mardikanto dan Soebiato, upaya memberdayakan masyarakat
dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu : (a) menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan masyarakat berkembang, (b) memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki masyarakat (empowering), (c) memberdayakan mengandung
arti melindungi18. Dengan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
upaya pemberdayaan masyarakat mencakup pada suasana disekitar
masyarakat yang harus dibangun agar terbentuknya motivasi masyarakat
dalam memberdayakan diri melalui potensi-potensi atau daya masyarakat
yang diperkuat. Selain itu melindungi atau menjaga masyarakat dari sifat
ketergantungan sangatlah mendasar sifatnya, karena sesuai dengan tujuan
pemberdayaan yaitu menjadikan masyarakat yang mandiri.
Proses pemberdayaan masyarakat yang utama adalah menjadikan
masyarakat sebagai subyek dalam upaya pembangunan bukan hanya
17Suharto, Edi. Opcit. hlm 59-60 18Mardikanto, Totok Dan Poerwoko Soebiato. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Prespektif
Kebijakn Pulik. Bandung: Alfabeta. Hlm 31
17
sekedar menjadi objek dari adanya proses pemberdayaan itu sendiri. Sesuai
dengan pandangan Subejo dan Narmo bahwa proses pemberdayaan
merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal
dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang
dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya
mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi,
dan sosial19.
Pemberdayaan masyarakat dibidang lingkungan cukup menarik
untuk dikaji. Pada dasarnya pemberdayaan dibidang lingkungan memiliki
hubungan yang erat dengan beberapa elemen kehidupan masyarakat seperti
ekonomi, ekologi, dan sosial. Rukminto melihat pemberdayaan memiliki
variasi berdasarkan tujuan pembangunan sehingga bentuk pemberdayaan
dibidang lingkungan belum tentu sama dengan pemberdayaan bidang
budaya, namun, berbagai macam bentuk pemberdayaan dapat dipadukan
dan saling melengkapi guna menciptakan kesejahteraan masyarakat. Bagan
2.1 menunjukkan adanya relasi antara pemberdayaan dengan kesejahteraan
sebagai berikut20 :
19Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Ibid. hlm 32 20Rukminto, Adi. Opcit. Hlm 79-80
18
Bagan 2.1 Relasi Antara Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Sumber: Rukminto, Adi.2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm 79-80
Dari bagan 2.1 menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat dapat
tercipta melalui berbagai macam bentuk pemberdayaan sesuai dengan
tujuannya.
Pendapat para ahli diatas sangat singkron dengan apa yang akan
diteliti oleh penulis tentang pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat melalui pengelolaan sumberdaya lingkungan tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan, melainkan menciptakan nilai ekonomi baru melalui
pengelolaan lingkungan yang mana prosesnya berkelanjutan.
2. Model Pemberdayaan Masyarakat
Model merupakan rencana, atau representasi yang menjelaskan suatu
objek ataupun konsep tertentu berupa penyederhanaan. Dalam
Kesejahteraan Masyarakat
Pemberdayaan sosial budaya
Pemberdayaan politik
Pemberdayaan Spiritual
Pemberdayaan Ekonomi Pemberdayaan
Kesehatan Pemberdayaan
Lingkungan
Pemberdayaan Hukum
19
pemberdayaan masyarakat ada beberapa model yang menjadi dasar dalam
memahami konsep pengembangan masyarakat.
Ada tiga model yang berguna dalam memahami konsepsi
pengembangan masyarakat21 :
(1) Pengembangan masyarakat lokal.
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif masyarakat itu sendiri. Pengembangan
masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara
anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial,
pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi
pada tujuan proses dari pada tujuan hasil. Setiap anggota masyarakat
bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi
yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
(2) Perencanaan sosial
Menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan
menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu
seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta
huruf), kesehatan masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan
hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi).
21Suharto, Edi. Opcit. Hal : 42
20
Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan
sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas. Sistem klien perencanaan
sosial umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung
atau kelompok rawan sosial ekonomi. Keterlibatan para penerima
pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan dan
pemecahan masalah bukan prioritas, karena pengambilan keputusan
dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal.
(3) Aksi sosial
Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat
sistem klien yang seringkali menjadi ‘korban’ ketidakadilan struktur.
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui
proses pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan.
Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil.
Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan, dan
tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar
lebih memenuhi prinsip demokratis, kesetaraan dan keadilan.
3. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Suharto, pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan dapat
dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5P, yaitu: Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan
21
Pemeliharaan22. Berikut penjelesan yang lebih rinci dari pendekatan-
pendekatn tersebut:
1) Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kutural dan
struktural.
2) Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka
3) Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara ynag kuat
dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap
kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan
seagal jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan
rakyat kecil.
4) Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh
ke dalam keadaan danposisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
22 Suharto, Edi. Ibid. halaman 67-68
22
5) Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangn distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarsan dan
keseimbangan yang memungkinkan ssetiap orang memperoleh
kesempatan berusaha.
Kemudian Arthur Dunham23 dalam membagi tiga klasifikasi
pemberdayaan masyarakat (community development), yaitu: Development
For Community, Development With Community, dan Development Of
Community.
1. Development For Community, adalah pendekatan yang menempatkan
masyarakat pada posisi sebagai ibjek pembangunan. Karena itu,
inisiatif, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh aktor
dari luar. Pendekatan seperti ini relevan dilakukan pada masyarakat
yang kesadaran dan budayanya terdominasi. Namun berbagai temuan
lapangan memperlihatkan bahwa pendekatan ini akan sangat mudah
menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar.
2. Development With Community, adalah pendekatan yang dilakukan
dalam bentuk kolaborasi antara aktor luar dan masyarakat setempat.
Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama, dan sumber
daya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak. Bentuk CD ini adalah
yang paling popular banyak diaplikasikan oleh berbagai pihak. Dasar
23 Riyadi, Nanang. 2012. “Transformasi Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) Dalam
Pengembangan Masyarakat (Community Development)”. Dosen Pada Fakultas Ilmu administrasi UB. Hal 6-7 (online) http://interaktif.ub.ac.id/index.php/interaktif/article/viewFile/126/123 (diakses 2 Februari 2017)
23
pemikiran bentuk CD ini adalah perlunya sinergi dari potensi yang
dimilki oleh masyarakat lokal dengan yang dikuasai oleh aktor luar.
Keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunanjuga diharapkan
dapat mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif pembangunan
yang ada sekaligus membuat proyek pembangunan menjadi lebih
efisien.
3. Development Of Community, adalah pendekatan yang menempatkan
masyarakat sendiri sebagai agen pembangunan, sehingga, inisiatif,
perencanaan, dan pelaksanaan dilakukan sendiri oleh masyrakat.
Masyarakat menjadi pemilik dari proses pembangunan. Peran kdari luar
dalam kondisi ini lebih sebagai sistem pendukung bagi proses
pembangunan.
4. Tahapan Pengembangan Masyarakat
Dalam melaksanakan pemberdayaan tentu tidak terlepas dari
bagaimana tahapan pengembangan agar program ataupun kegiatan bisa
berjalan dengan fokus sesuai tujuan. Tahapan pengembangan masyarakat
memiliki beberapa versi. Secara sederhana Adi menjelaskan tahapan-
tahapan tersebut dapat dicakupkan sebagai berikut :
1. Tahapan persiapan, mencakup pada tahapan persiapan petugas dan
persiapan lapangan. Persiapan petugas yang dimaksud yaitu adanya
tenaga petugas yang mampu mengkoordinir perencanaan
pengembangan, dan persiapan lapangan yang dimaksud adalah sejauh
24
mana lokasi lingkungan masyarakat berpotensi untuk dijadikannya
tempat pengembangan masyarakat.
2. Tahapan assessment, yaitu melakukan pengidentifikasian masalah
untuk menemukan fokus masalah sesuai kebutuhan yang dirasakan oleh
masyarakat dan pelaku pemberdayaan dan sumber daya yang dimiliki.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, yaitu pelaku
perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
4. Tahap pemformulasian rencana aksi. Dalam tahap ini pelaku perubahan
membantu kelompok masyarakat untuk merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengatasi
permasalahan yang ada.
5. Tahap implementasi program. Tahap pelaksanaan ini merupakan salah
satu tahapan yang paling krusial dalam proses pengembangan
masyarakat, karena suatu perencanaan dapat melenceng dalam
pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerjasama antar pelaku perubahan
dengan warga masyarakat.
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan. Pengawasan diharapkan
melibatkan warga yang menjadi subjek pemberdayaan agar dapat
terbentuk suatu system komunitas dalam pengawasan secara internal.
7. Tahap terminasi, yaitu tahapan pemutusan atau perpisahan secara formal
dengan komunitas sasaran. Pada tahapan ini pelaku perubahan tidak
25
serta merta langsung melepas namun tetap melakukan kontak meskipun
tidak secara rutin24.
5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Hikmat, tujuan dari pemberdayaan menunjuk pada
keadilan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perilaku sosial yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupan25. Menurut Ibrahim, konsep pemberdayaan bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat, baik dalam bentuk kelompok sebagai strategi
utama tanpa mengabaikan pemberdayaan perorangan26.
Dari pandangan-pandangan ahli diatas, tujuan dari pemberdayaan
masyarakat pada intinya menginginkan masyarakat memiliki keberdayaan
baik berupa pengetahuan, kemampuan dan mandiri, dan tentunya
pemberdayaan mencakup perubahan pada skala masyarakat luas tanpa
mendeskriminasikan masyarakat manapun.
24Rukminto, Isbandi. Opcit . Hlm 244-258 25 Hikmat, Harry.2010. Strategi pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.
Hal 14 26 Abjul, Abdul Rajak. 2013. Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani
Jagung Di Desa Ilheluma Kecamtan Boliohuto Kabupaten Gorontalo. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo http://eprints.ung.ac.id/3193/5/2013-1-87205-221408005-bab2-01082013112705.pdf (diakses 2 Februari 2017). Hlm 10
26
6. Partisipasi Masyarakat
Menurut Willie Wijaya, istilah partisipasi berasal dari bahasa Inggris
‘participate’ yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil bagian27. Partisipasi
menurut Isbandi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan
dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan mesyarakat
dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi28. Makna dari partisipasi
adalah menempatkan diri pada suatu kegiatan yang melibatkan mental dan emosi
serta fisik seseorang dalam memberikan respon terhadap kegiatan serta
mendukung tercapainya tujuan. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat,
partisipasi masyarakat merupakan salahsatu proses terbentuknya modal sosial
masyarakat yang memiliki tujuan dalam lingkup pemberdayaan. Partisipasi
masyarakat juga bisa dibilang sebagai proses perubahan sosial yang sangat
berpengaruh. Partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena tumbuh adanya
rangsangan dari luar, merupakan gajala yang dapat diindikasikan sebagai proses
sosial yang eksogen (exogenous change). Karakterisitik dari proses partisipasi ini
adalah semakin mantapnya jaringan sosial baru yang membentuk suatu jaringan
sosial bagi terwujudnya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan29.
Partisipasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang dapat
ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu30 :
27 Bahaddur, Muslikh. 2012. Partisipasi Orang Tua Siswa Dalam Pembelajaran Di Sd Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: UNY.
Hlm 12 28 Rukminto, Isbandi. Opcit . Hlm 27 29Mardikanto. Opcit. Hal 81 30Mardikanto. Ibid. hal 91
27
1) adanya kesempatan masyarakat;
2) adanya kemauan masyarakat;
3) adanya kemampuan masyarakat.
Adanya kesempatan yang diberikan menjadi faktor pendorong
tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan angat menentukan
kemampuannya. Menurut Ife partisipasi merupakan suatu bagian penting
dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran, karena pengembangan
masyarakat arus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi dengan
tujuan membuat setiap orang terlibat aktif dalam proses-proses dan kegiatan
masyarakat31. Dalam memandang sebuah partisipasi, Ife membagi
partisipasi menjadi dua yaitu sebagai alat dan tujuan. Oakley et al.
menyajikan perbandingan partisipasi sebagai berikut32:
Tabel 2.1
Partisipasi Sebagai Cara Dan Tujuan
Partisipasi Sebagai Cara Partisipasi Sebagai Tujuan Berimplikasi pada penggunaan
partisipasi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya
Merupakan suatu Upaya pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapaitujuan program atau proyek
Penekanan pada mencapai tujuan dan tidak terlalu pada aktivitas partisipasi itu sendiri
Berupaya memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan mereka sendiri secara lebih berarti
Berupaya untuk menjamin peningkatan peran rakyat dalam inisiatif-inisiatif pembangunan
Fokus pada peningkatan kemampuan rakyat untuk berpartisipasi bukan sekedar mencapai tujuan-tujuan proyek
31 Ife, Jim Dan Frank Tesoriero. 2014. Community Development (Alternatif Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 285 32Ibid. Hal 296
28
Lebih umum dalam program-program pemerintah,yang pertimbangan utamanya adalah untuk menggerakkan masyarakat dan melibatkan mereka dalam meningkatkan efisiensi system penyampaian
Partisipasi umumnya jangka pendek
Partisipasi sebagai cara merupakan bentuk pasif dari partisipasi
yang sudah ditetapkan sebelumnya
Pandangan ini relatif kurang disukai oleh badan-badan pemerintah. Pada prinsipnya LSM setuju dengan pandangan ini
Partisipasi dipandang sebagai suatu proses jangka panjang
Partisipasi sebagai tujuan relative lebih aktif dan dinamis.
Sumber: Ife, Jim Dan Frank Tesoriero. 2014. Community Development (Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 296
Dengan demikian dari pengertian partisipasi yang telah
dikemukakan diatas dapat dirangkum indikator partisipasi masyarakat
dalam pembangunan sebagai berikut : a) ikut serta mengajukan judul atau
pendapat mengeani usaha-usaha pembangunan baik yang dilakukan
langsung maupun melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada; b)
ikut serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan tentang penentuan
program mana yang dianggap cocok dan baik untuk masyarakat; c) ikut
serta melaksanakan apa yang telah diputuskan dalam musyawarah termasuk
dalam hal ini memberikan sumbangan, baik berupa tenaga, iuran uang dan
material lainnya; d) ikut serta mengawasi pelaksanaan keputusan bersama
termasuk didalam mengajukan saran, kritik dan meluruskan masalah yang
tidak sesuai dengan apa yang tekah diputuskan tersebut; e) dengan istilah
lain ikut serta bertanggung jawab terhapad berhasilnya pelaksanaan
program yang telah ditentukan bersama; f) ikut serta menikmati dan
29
memelihara hasil-hasil dari kegiatan pembangunan33. Adapun beberapa
bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program
pemberdayaan menurut Hamijoyo diantaranya yaitu partisipasi uang,
partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan,
partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif34:
a. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-
usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
bantuan.
b. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang
harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
c. Partisipasi tenaga adalah parisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga
untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan
program.
d. Partisipasi keterampilan adalah partisipasi yang memberikan dorongan
melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain
yang membutuhkan. Dengan maskud agar orang tersebut dapat
meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
e. Partisipasi buah pikiran yaitu lebih merupakan partisipasi berupa
sumbanan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk
33 Rizqina, Finna. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Kebijakan Manajemen
Berbasis Sekolah Di Kecamatan Kalideres Kotamadya Jakarta Barat. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal 19
34 Usmaniya, Desi. 2014. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Program Pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama(KUBE) di Kelurahan Dompak Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Skripsi tidak diterbitkan. Tanjungpinang : FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji. Hlm 23
30
menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program
dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembagkan kegiatan yang diikutinya.
f. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban,
yaitu menghadiri kegiatan-kegiatan yang diadakan. Dan dapat juga
berupa sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka
memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
g. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, yaitu masyarakat
terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil
keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.
h. Partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaan/mandate kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi
atau panitia.
Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas
bentuk partisipasi dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk
partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga
bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak).
Bentuk partisipasi nyata ialah uang, harta benda, tenaga, dan keterampilan.
Sedangkan bentuk partisipasi tidak nyata ialah partisipasi buah pikiran,
partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.
C. Sampah dan Pengelolaannya
Pada dasarnya sampah merupakan bahan yang tak terpakai dan dibuang.
Sampah tersebut memiliki berbagai macam jenis dan kemudian memiliki
31
pengelolaan sampah sesuai dengan jenis-jenis zat yang ada. Dibawah ini akan
dijelaskan pengertian dari sampah beserta penggolangan jenisnya, dan juga
bagaimana pengelolaan sampah terpadu yang terkandung dalam praktek 3R,
berikut penjelasannya:
1. Pengertian sampah
Sampah merupakan benda dari berbagai macam jenis yang tidak
terpakai. Menurut undang-undang no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam
yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna
lagi dan dibuang ke lingkungan35.
Sampah adalah buangan berupa bahan padat yang merupakan
polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai esettika lingkungan,
membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan nilai sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air, dan berbagai akibat negative
lainnya36.
2. Penggolongan sampah
Dari uraian pengertian sampah diatas, sampah dapat digolongkan
sesuai dengan jenis-jenisnya. Menurut Damanhuri dan Padmi, di Indonesia
penggolongan sampah yang sering digunakan adalah (a) sampah organik,
atau sampah basah, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton,
35 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 36 Nasution, Bunga. 2013. Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah Di
Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah.
32
tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah, dan lain-lain, dan sebagai (b)
sampah anorganik, atau sampah kering yang terdiri atas kaleng, plastik, besi
dan logam-logam lainnya, gelas dan mika37. Di negara industri, jenis
sampah atau yang dianggap sejenis sampah, dikelompokkan berdasarkan
sumbernya seperti38:
Pemukiman: biasanya berupa rumah atau apartemen. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil,
kulit, sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga,
limbah berbahaya dan sebagainya
Daerah komersial: yang meliputi pertokoan, rumah makan, pasar,
perkantoran, hotel, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara
lain kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah
berbahaya dan beracun, dan sebagainya
Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan, dan
lan-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah
pada daerah komersial
Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan
konstruksi baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain
37 Damanhuri, Enri Dan Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah TL-3104. Bandung:
Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil Dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Halaman 07. http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/diktatsampah-2010-bag-1-3.pdf (diakses 2 Februari 2017)
38 Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. Ibid. Halaman 8
33
Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi,
dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish,
sampah taman, ranting, daun, dan sebagainya
Pengolah limbah domestik seperti Instalasi pengolahan air minum,
Instalasi pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya
Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses
produksi, buangan non industri, dan sebagainya
Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk,
sisa pertanian
Selain jenis-jenis sampah diatas, menurut Bahar, sampah dapat
diidentifikasikan menurut jenis-jenisnya sebagai berikut39:
Garbage atau sampah basah yaitu sampah yang berasal dari sisa
pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makanan yang telah
membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan makanan
organisme lainnya
Rubbish atau sampah kering yaitu sampah sisa pengolahan yang
tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan
yaitu:
a) sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar
39 Fadhilah, Arief dkk. 2011. “Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro”. Modul, Vol. 11 no 12/2011. Hal 66-67 (online) http://eprints.undip.ac.id/32520/1/2.Jurnal_Kajian_Pengelolaan_Sampah_Kampus_-_Edo_dkk.pdf (diakses 2 januari 2017)
34
b) sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah
terbakar
Ashes dan Cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal
dari kegiatan pembakaran
Dead animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan
Street sweaping, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di
sepanjang jalan
Industrial waste merupakan sampah dari kegiatan industry, sampah
jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan sampah
jenis lainnya
3. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah saat ini sangat efektif dengan menggunakan
metode 3R yaitu terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle.Reduce adalah
proses mengurangi barang-barang yang bisa menimbulkan sampah, berarti
memilih barang yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki jangka
pemakaian yang panjang agar sampah tidak menumpuk pada waktu singkat.
Menurut Fadhilah dkk, Pengelolaan sampah dengan metode 3P dapat
dimasukkan sebagai pilihan untuk mengelola sampah dikarenakan dapat
mengurangi masalah-masalah sampah secara efektif. Dalam Vesilin
dijelaskan metode 3P sebagai berikut40:
a. Pengurangan (Reduce) adalah pengurangan sampah. Ada tiga cara dasar
dalam mengurangi sampah:
40 Fadhilah, Arief dkk. Ibid. hlm . 68
35
1) Mengurangi jumlah bahan yang digunakan per produk tanpa
mengorbankan fungsi produk
2) Meningkatkan masa hidup produk
3) Menghilangkan kebutuhan untuk produk
b. Penggunaan Reuse adalah penggunaan kembali barang-barang yang
sudah tidak digunakan sebagaimana mestinya. Konsep pengelolaan
Reuse tidak sesulit yang dipikirkan, cukup menggunakan barang-barang
bekas untuk keperuan tertentu tanpa harus mengolahnya
c. Pendaurulangan (Recycle) adalah mengelola kembali barang-barang
yang tidak berguna lagi. Agar daur ulang dapat berhasil, perlu proses
sebagai berikut:
Konsumen pertama harus dapat memilih barang-barang berdasarkan
karakteristik tertentu (pilih yang dapat didaur ulang atau mudah
membusuk) dan kemudian dikumpulkan di kotak-kotak atau tempat
khusus
Bagi sampah yang bisa didaur ulang, proses daur ulang dapat dapat
dilaksanakan seperti contohnya kertas, kita dapat menjual kembali
kertas-kertas bekas kemudian di daur ulang di pusat pendauran
ulang.
Sampah organik diolah menjadi kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk.