bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian...

15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sari (2015), menyatakan bahwa pengelolaan dan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) pemerintah Desa Sungai Bali secara umum telah cukup memenuhi dan mematuhi seluruh persyaratan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten yang ada di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan tentang tata cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban dan dapat disimpulkan Desa Sungai Bali dalam mengelola dan menggunakan ADD sudah cukup akuntabel dan cukup transparan. Oksilawati (2015), menyatakan bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bence sudah baik. Dimana pada tahap perencanaan di Desa Bence pihak aparatur desa melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Pada tahap pelaksanaan pihak aparatur desa memberikan pemberitahuan kepada masyarakat desa melalui papan pemberitahuan dimana program pembangunan itu dijalankan. Sedangkan tahap pertanggungjawaban yakni berupa laporan yang petunjuk teknisnya telah ditentukan oleh pemerintah kabupaten. Aini (2015), menyatakan bahwa untuk Akuntabilitas Alokasi Dana Desa pada Desa Martopuro dan Desa Sukodermo tersebut terhadap masyarakat juga sudah dapat terlaksana dengan baik. Dalam proses pembuatan sebuah

Upload: others

Post on 21-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sari (2015), menyatakan bahwa pengelolaan dan penggunaan Alokasi

Dana Desa (ADD) pemerintah Desa Sungai Bali secara umum telah cukup

memenuhi dan mematuhi seluruh persyaratan dari Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Kabupaten yang ada di dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Kotabaru Kalimantan Selatan tentang tata cara Pelaporan dan

Pertanggungjawaban dan dapat disimpulkan Desa Sungai Bali dalam

mengelola dan menggunakan ADD sudah cukup akuntabel dan cukup

transparan.

Oksilawati (2015), menyatakan bahwa Akuntabilitas Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bence sudah baik. Dimana pada tahap

perencanaan di Desa Bence pihak aparatur desa melibatkan masyarakat dalam

proses perencanaan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

(Musrenbangdes). Pada tahap pelaksanaan pihak aparatur desa memberikan

pemberitahuan kepada masyarakat desa melalui papan pemberitahuan dimana

program pembangunan itu dijalankan. Sedangkan tahap pertanggungjawaban

yakni berupa laporan yang petunjuk teknisnya telah ditentukan oleh pemerintah

kabupaten.

Aini (2015), menyatakan bahwa untuk Akuntabilitas Alokasi Dana

Desa pada Desa Martopuro dan Desa Sukodermo tersebut terhadap masyarakat

juga sudah dapat terlaksana dengan baik. Dalam proses pembuatan sebuah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

7

keputusan dalam Alokasi Dana yang terbuat secara tertulis dan tersedia bagi

warga yang membutuhkan, dengan setiap keputusan yang diambil sudah

memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, dan sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar.

Fajri, dkk (2015), menyatakan bahwa Akuntabilitas Pemerintah Desa

Pada pengelolaan ADD di Desa Ketindan melalui 3 tahapan yaitu mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Dari setiap tahapan tersebut

telah dilaksanakan dengan mematuhi setiap aturan yang tertera dan tertulis

dalam peraturan bupati. Meskipun demikian masih ditemukan kesalahan

walaupun tidak merupakan masalah yang besar yakni jumlah penggunaan

sasaran yang sedikit melebihi dari yang telah di tentukan dalam peraturan.

Darmiasih, dkk (2015), menyatakan bahwa mekanisme penyaluran

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tri Eka Buana sudah diterima oleh

pemerintah, yang dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa

(APBDesa). Pengelolaan ADD di Desa Tri Eka Buana sudah mengacu pada

Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2011 tentang petunjuk pelaksanaan

Pengelolaan Alokasi Dana Desa, dimana dijelaskan mekanisme penyaluran

ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap yaitu tahap I, II, III dan IV

yang dilengkapi dengan surat rekomendasi dari camat yang menyatakan surat

pertanggungjawaban tahun sebelumnya sudah dilaporkan oleh desa ke

kecamatan untuk mendapatkan verifikasi kecamatan.

Perbedaan dari kelima penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian

yang saat ini peneliti lakukan yang pertama adalah tahapan yang meliputi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

8

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan petanggungjawaban.

Dan yang kedua indikator yang digunakan dalam mengukur akuntabilitas

menggunakan butir-butir Permendagri No 113 Tahun 2014 bab 5.

B. Tinjauan Teori

1. Akuntansi Sektor Publik (ASP)

Nordiawan (2006:35) dalam Santoso (2013), menyatakan akuntansi

sektor publik adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan

dan pelaporan transaksi keuangan dari satu organisasi publik yang

menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang

berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut Halim dan Kusufi

(2013:39), Akuntansi Sektor Publik mempunyai beberapa tujuan. Tujuan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pertanggungjawaban (Accountability).

Pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi

keuangan yang lengkap, cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat yang

berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan operasi

unit-unit pemerintahan lebih lanjut, tujuan dari pertanggungjawaban ini

mengharuskan tiap orang atau badan yang mengelola keuangan negara

harus memberikan pertanggungjawaban ataupun perhitungan.

b. Manajerial

Tujuan menejerial bahwa akuntansi pemerintah harus menyediakan

informasi keuangan yang di perlukan untuk perencanaan penganggaran,

pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

9

kebijaksanaan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja

pemerintah.

c. Pengawasan

Tujuan dari pengawasan ini adalah bahwa akuntansi pemerintah

harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat serta

penilaian pemerintah.

2. Desa

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengertian ini sangat menekankan adanya otonomi untuk membangun

tata kehidupan desa bagi kepentingan penduduk. Dalam pengertian ini

terdapat kesan yang kuat, bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa

hanya bisa diketahui dan disediakan oleh masyarakat desa, dan bukan pihak

lain. Pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, desa diberi pengertian baru

sebagai: “Kesatuan wilayah masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal usul dan adat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional

dan berada di daerah kabupaten”.

Pemerintahan desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 1 tentang desa menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

10

yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni :

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul.

b. Kewenangan lokal berskala Desa.

Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan kewenangan lain yang

ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 24 bahwa

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas:

a. Kepastian hukum.

b. Tertib penyelenggaraan pemerintahan.

c. Tertib kepentingan umum.

d. Keterbukaan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

11

e. Proporsionalitas.

f. Profesionalitas.

g. Akuntabilitas.

h. Efektivitas dan efisiensi.

i. Kearifan lokal.

j. Keberagaman.

k. Partisipatif.

3. Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang

diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa, Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana

perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2014 Dana Desa yang bersumber

pada APBN bahwa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

12

tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Desa untuk mendanai

kebutuhan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. Alokasi Dana Desa

diperoleh dari dana perimbangan APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah dikurangi

Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 10%. Rumus yang digunakan dalam

Alokasi Dana Desa adalah:

a. Asas Merata, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa yang sama untuk

setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasbi Dana Desa Minimal

(ADDM).

b. Asas Adil, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa berdasarkan Nilai

Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu

(misalnya kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar, kesehatan, dll),

selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proposional (ADDP). Besarnya

prosentase perbandingan antara asas merata dan adil adalah besarnya

ADDM adalah 60% (enam puluh persen) dari jumlah ADD dan besarnya

ADDP adalah 40% (empat puluh persen) dari jumlah ADD.

Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan wujud dari

pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonomi Desa agar tumbuh dan

berkembang mengikuti pertumbuhan dari Desa itu sendiri berdasarkan

keanekaragaman, partisipatif, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

mayarakat. Untuk memaksimalkan pengelolaan ADD yang diberikan oleh

Pemerintah Kabupaten kepada Desa, maka ADD memiliki tujuan antara lain

(Nurcholis, 2011):

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

13

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat

Desa dan pemberdayaan masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur Desa;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam

rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat Desa dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong-royong masyarakat;

h. Meningkatkan pendapatan Desa dan masyarakat Desa melalui Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes).

Penggunaan dana dalam kegiatan ADD merupakan belanja yang

merupakan bagian dari kegiatan dalam APBDesa, belanja yang dibiayai dari

ADD digunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan dalam bidang:

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

4. Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diartikan

sebagai kewajiban Pemerintah Daerah untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pelaksanaan pemerintahan di daerah dalam rangka otonomi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

14

daerah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media

pertanggungjawaban yang terukur baik dari segi kualitasnya maupun

kuantitasnya. Pemerintah daerah sebagai pelaku pemerintahan harus

bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya terhadap masyarakat

dalam rangka menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban Pemerintah

Daerah (Sabarno, 2007).

Menurut Nordiawan (2006) mengatakan,”Akuntabilitas adalah

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara periodik”. Untuk menilai kinerja pemerintah

dalam penyelenggaraan pemerintahan harus dengan parameter dan tolak ukur

yang pasti. Hal ini dimaksudkan agar kesinambungan pembangunan dan

pelayanan publik dapat dikontrol dengan kriteria yang terukur. Terdapat tiga

aspek untuk menilai akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, ketiga

aspek tersebut adalah:

a. Parameter kerja.

b. Tolak ukur yang obkektif.

c. Tata cara yang terukur.

Dari ketiga aspek tersebut yang berkaitan dengan cara mengukurnya

yaitu berkenaan dengan intensitas kompetensi pokok yang harus

diperankan/dilakukan/dilaksanakan oleh masing-masing pegawai berdasarkan

aspek kepribadian, profesionalitas, dan hubungan sosial, sesuai dengan

posisinya dalam struktur organisasi pemerintahan. Dan kemampuan aparatur

pemerintah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam pelaksanaan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

15

jabatannya yang menjadi tanggungjawab. Parameter kinerja pemerintah harus

dijadikan acuan untuk menilai apakah suatu program yang direncanakan

berhasil atau tidak dan upaya untuk mengevaluasi kenerja pemerintahan yang

telah dilaksanakan pada periode tersebut. Selanjutnya tolak ukur yang objektif

merupakan syarat penting dalam menilai keberhasilan suatu program

pemerintah.

Hal ini terkait erat dengan penilaian suatu pertanggungjawaban. Oleh

karena itu tolak ukur keberhasilan pemerintahan harus objektif dan jelas.

Selain kedua aspek tersebut, masih diperlukan juga tata cara terukur untuk

menilai kinerja pemerintah. Misalnya dalam penilaian laporan

pertanggungjawaban Kepala Daerah, harus dilakukan dengan metode yang

sistematis dan terukur (Sabarno, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 38 tentang

pertanggungjawaban bahwa:

a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun

anggaran.

b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaanAPBDesa terdiri dari

pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaanAPBDesa ditetapkan

dengan Peraturan Desa.

d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa, dilampiri:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

16

1) Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes

Tahun Anggaran berkenaan.

2) Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran berkenaan; dan format Laporan Program Pemerintah dan

Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.

Akuntabilitas sektor pemerintahan dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang yaitu sudut pandang akuntansi, sudut pandang fungsional, dan sudut

pandang ciri utama akuntabilitas. Dari sudut pandang akuntansi, menurut

Committe on Concepts of Accounting Applicable to the Public Sector dari

American Accounting Association, untuk memenuhi akuntabilitas harus

melaporkan empat hal yaitu :

a. Akuntabilitas untuk sumber-sumber keuangan.

b. Akuntabilitas untuk ketaatan dan kepatuhan persyaratan legal dan kebijakan

administratif.

c. Akuntabilitas untuk efisiensi dan kehematan dalam operasi.

d. Akuntabilitas untuk hasil program dan efektivitasnya.

Dari sudut ciri utama akuntabilitas, maka akuntabilitas tersebut dilihat

sebagai alat untuk manajemen pemerintah yang mempunyai ciri-ciri, fokus

utama adalah keluaran (output), menggunakan indikator untuk mengukur

kinerja, memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, menghasilkan

data yang konsisten, melaporkan hasil (outcomes) secara berkala kepada

publik. Ketiga pandangan diatas secara garis besar menunjukkan perlunya

mengembangkan dan mengkomunikasikan informasi aspek-aspek keuangan

dan non keuangan terhadap kinerja suatu entitas. (Ulum, 2008: 45)

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

17

Akuntabilitas memiliki 3 jenis atau macam berdasarkan pemikiran

(Mohamad dkk, 2004: 50) yaitu:

a. Akuntabilitas keuangan: pertanggungjawaban yang mencakup laporan

keuangan yang terdiri dari pendapatan atau penerimaan, penyimpanan, serta

pengeluaran.

b. Akuntabilitas manfaat: pertanggungjawaban yang mencakup terkait hasil

pencapaian tujuan yang sesuai dengan prosedur dan terpenting dari

pencapaian tujuan tersebut adalah efektivitas.

c. Akuntabilitas prosedural: pertanggungjawaban terkait pada pentingnya

prosedur pelaksanaan dengan mempertimbangkan asas etika, moralitas

serta kepastian hukum.

Akuntabilitas sebagai salah satu prasarat dari penyelenggara negara yang baik,

didasarkan pada konsep organisasi dalam manajemen, menyangkut:

a. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of control) organisasi.

b. Factor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat

dikendalikan (uncontrollable) pada level manajemen atau tingkat

kekuasaan tertentu.

Akuntabilitas internal berlaku bagi setiap tingkatan dalam organisasi

internal penyelenggara negara termasuk pemerintah, dimana setiap pejabat

atau petugas publik secara hierarki berkewajiban untuk

mempertanggungjawabkan kepada atasan langsungnya secara build in

mengenai secara periodik maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu.

Antara lain untuk melaksanakan :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

18

a. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, sebagai wujud

pertanggungjawabannya dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.

b. Setiap instansi pemerintah sampai tingkat eselon II harus mempunyai

perencanaan strategik tentang program-program utama yang akan dicapai

selama 1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan.

c. Perencanaan strategik dimaksud, mencakup :

1) Uraian tentang: visi, misi, strategi dan faktor-faktor kunci keberhasilan

organisasi.

2) Uraian tentang tujuan, sasaran, dan aktivitas organisasi.

3) Uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran tersebut

d. Setiap akhir tahun, instansi pemerintah menyampaikan laporan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kepada presiden dan salinannya

disampaikan kepada kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKB).

e. Kepala BPKB, mengevaluasi terhadap laporan akuntabilitas instansi dan

melaporkan kepada presiden melalui mentri Pemberdayagunaan Aparatur

Negara dan salinannya disampaikan kepada Kepala Lembaga Administrasi

Negara.

Akuntabilitas eksternal melekat pada setiap lembaga negara sebagai

suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah

diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan

kepada pihak eksternal dan lingkungannya. Untuk menilai tingkat

akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dengan meggunakan

rumus :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

19

Tabel 2.1

Klasifikasi Tingkat Akuntabilitas

Indeks Indikator (%) Kriteria Akuntabilitas

0-25 Sangat Kurang Akuntabel

26-50 Kurang Akuntabel

51-75 Cukup Akuntabel

76-100 Akuntabel

Sumber: Ariyanti (2012)

5. Pembangunan Desa

Berdasarkan Permendagri No.114 Tahun 2014 tentang pedoman

pembangunan desa: Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa

dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semangat gotong

royong.Berdasarkan Permendagri No. 114 Tahu 2014 tentang pedoman

pembangunan desa bahwa Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,

pemerintah daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya

pemberdayaan masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat, dilakukan

melalui pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa

dan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36386/3/jiptummpp-gdl-irahafizaf-51604-3-babii.pdf · 1. Akuntansi Sektor Publik (ASP) Nordiawan (2006:35)

20

Desa. Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan

Pembangunan Desa.

Berdasarkan Permendesa No 1 tahun 2015 tentang Kewenangan lokal

berskala Desa bidang pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 huruf d antara lain :

a. Pengembangan seni budaya lokal.

b. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi lembaga

kemasyarakatandan lembaga adat.

c. Fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat melalui :

1) kelompok tani.

2) kelompok nelayan.

3) kelompok seni budaya; dan

4) kelompok masyarakat lain di Desa

6. Permendagri No 113 Tahun 2014

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan

desa ini sangat penting karena berdasar undang-undang desa yang ditetapkan

akhir tahun 2013, desa memiliki posisi langsung sebagai penerima dana yang

penggunaanya harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran

warga. Sama sekali tak sebatas kemakmuran perangkat desa. Sehingga

kebijakan para perangkatnya memiliki peran sangat penting karena menjadi

kunci utama. Permendagri pengelolaan keuangan desa terdiri dari bab-bab

tentang ketentuan umum, asas pengelolaan keuangan desa, kekuasaan

pengelolaan, pembinaan dan pengawasan.