bab ii kajian pustaka a.hakikat persepsi 1. pengertian...

25
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang kompleks di mana kita menerima dan menyadap informasi dari lingkungan. Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses akhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. (Sasanti, 2009). Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi. Persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Dengan demikian persepsi mempunyai implikasi penting untuk bertingkah lakunya seseorang dan akan menentukan 12

Upload: lyxuyen

Post on 03-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Hakikat Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang kompleks di mana kita menerima dan

menyadap informasi dari lingkungan. Persepsi juga merupakan proses psikologis

sebagai hasil penginderaan serta proses akhir dari kesadaran, sehingga

membentuk proses berpikir. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau

identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima

individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui

proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam

diri individu. (Sasanti, 2009).

Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan

manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui

alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu

mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari

tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan

prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan

diinterprestasikan dan dievaluasi. Persepsi adalah suatu proses pengamatan

seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi

oleh informasi baru dari lingkungannya. Dengan demikian persepsi mempunyai

implikasi penting untuk bertingkah lakunya seseorang dan akan menentukan

12

bagaimana ia akan berinteraksi dan bereaksi baik atau buruk pada obyek yang

dipersepsi tersebut.

Beberapa syarat yang perlu dipenuhi, agar individu dapat mengadakan

persepsi:

1. Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai

alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai

alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai

syaraf penerima (sensoris), yang bekerja sebagai reseptor.

2. Adanya alat indera atau reseptor, yaitu merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke susunan syarat yaitu otak

sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons

diperlukan syarat motoris.

3. Adanya perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam

mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.

Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan

persepsi ada syarat-syarat yang bersifat:

1. Fisik atau kealaman

2. Fisiologis

3. Psikologis

Dengan demikian dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai

berikut:

Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau

reseptor. Persepsi ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima

oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan

proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu

dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari

stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran

itulah yang dinamakan proses psikologis.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang

jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel

seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis.

Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi /

pesan / stimulus dipersepsikan.

Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima

informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual

set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi

dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal set ini.

Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika

seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan

kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan

misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum

materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan

menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang

sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk

mempersepsikan sesuatu.

Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu

berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka

mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.

Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan

sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu.

Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan

seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan

kecurigaan tertentu.

Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-

turut: emosi, impresi dan konteks. Emosi; akan mempengaruhi seseorang

dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi

dan perhatiannya (menjadi figure) adalah emosinya tersebut. Seseorang yang

sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan,

mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai

penghinaan.

Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu

mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara

yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk

memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya. Seseorang yang

memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih

mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi

bagaimana ia dipandang selanjutnya.

Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang

penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya

atau lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan

bagaimana figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground

yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.

3. Jenis-Jenis Persepsi

Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip

pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi

bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih

dari itu merupakan keseluruhan. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang

dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk

persepsi.

Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini

menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari

serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama dan mana

yang yang mana yang menjadi latar. Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja

atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang

lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi figure, dan informasi

lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam psikologi yang

menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia

ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh

indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.

a. Persepsi visual. Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini

adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi

bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik

utama dari bahasan persepsi secara umum.

b. Persepsi auditori. Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu

telinga.

c. Persepsi perabaan. Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu

kulit.

Disamping kemampuan seseorang dalam mencerna dan menyimpulkan tentang

suatu objek dan peristiwa serta pengalaman secara objektif dengan demikian

persepsi dibagi dalam 2 jenis yaitu :

a. persepsi yang bersifat objektif, yaitu persepsi yang terjadi atau terbentuk

dalam pandangan dan penafsiran yang benar terhadap input yang ada.

b. persepsi yang bersifat subjektif yaitu persespsi yang disebabkan oleh

kekeliruan penafsiran arti rangsangan stimulus yang diterima.

Sesuai pendapat dari (Hamdi ; 55) bahwa persepsi terbagi dua jenis yaitu

persepsi objektif dan persepsi subjektif yang semua itu tergantung penafsiran

rangsangan yang diterima.

Pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

pengindraan, pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat penerima yaitu alat indra setelah stimulus diterima maka

diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai susunan syaraf proses selanjutnya adalah

proses persepsi hal ini sesuai dikemukaakan oleh Branca oleh Bimo Walgito

(1991;53) sebagai berikut :”Proses pengindraan terjadi seiap saat yaitu pada waktu

individu menerima stimulus mengenai dirinya sendiri melalui alat indra. Alat indra

merupakan merupakan penghubung individu dengan dunia luarnya”.

Dengan demikian persepsi dapat diartikan sebagai pola fikir dalam pemahaman

individu tentang suatu objek yang terbentuk setelah melihat mengamati pristiwa-

pristiwa tertentu yang menyangkut objek tersebut, pemahaman tentang sesuatu objek

berdasrkan pengalaman-pengalamannya hal ini sesuai yang dikemukakan Thaawy R

(1997;93) persepsi merupakan proses mengingat atau mengidentifikasikan suatu

objek atau pristiwa objektif dengan menggunakan pengertian suau pemberian arti

atau pengalaman terhadap objek atau peristiwa persepsi yang salah atau subjektif

disebabkan oleh kekeliruan menafsirkan arti atau rangsangan yang diterima.

Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses

yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana

ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini

memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi

individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul

berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill.

G, 2000).

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan

kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat

emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang

memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip

penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :

1. Persepsi berdasarkan pengalaman. Pola-pola perilaku manusia berdasarkan

persepsi mereka mengenai realitas yang telah dipelajari (pengalaman).

Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan

membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata,

atau pengalaman yang mirip.

2. Persepsi bersifat selektif. Alat indera kita bersifat lemah dan selektif

(selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian

orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita

lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu

rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas

rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau

rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli

lainnya melemah.

3. Persepsi bersifat dugaan. Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek

lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan

langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu

karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap

kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan

kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu

sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses

pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita

ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita

memperoleh suatu makna lebih umum.

4. Persepsi bersifat evaluatif. Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena

masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu

dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang

mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat

pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.

5. Persepsi bersifat kontekstual. Konteks merupakan salah satu pengaruh paling

kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu

objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan

dan oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya

adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan

sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau

kedekatan dan kelengkapan.

B. Pentingnya Lingkungan Bersih

1. Pengertian Kebersihan Lingkungan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 125) kebersihan berasal

dari kata bersih yang artinya bebas dari kotoran, dan kebersihan itu sendiri adalah

keadaan bersih. Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia kebersihan adalah

keadaan bebas dari kotoran temasuk diantaranya debu, sampah dan bau.Jadi

kebersihan disini adalah keadaan masyarakat yang bersih, bebas dari kotoran

termasuk didalamnya sampah.

Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas. Artinya

kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam.Barangsiapa benar-benar dapat

mengamalkan kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka

dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih lagi di akhirat.

(aboutmiracle.wordpress.com)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebersihan adalah keadaan

bebas dari kotoran dan tidak mencemari lingkungan sekitar, selain itu dalam islam

kebersihan itu bersifat global yakni meliputi semua aspek dalam islam.

Di dalam masalah lingkungan dikenal dua kata kunci yang sangat erat

hubungannya dengan keserasian hidup, yakni ekologi dan ekosistem.Dalam

ekologi dibicarakan adanya struktur dan interaksi makhluk dan lingkungannya.

Interaksi dalam pengertian saling membutuhkan adalah dasar berkembangnya

eksistensi makhluk hidup menjadi makhluk yang mempunyai makna dalam

kehidupan.

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia baik

berupa benda mati maupun benda hidup yang dapat mempengaruhi perilaku serta

tindakan seseorang dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Hal ini sebagaimana

diungkapkan oleh Juli Sumirat Slamet (2007 : 35) bahwa lingkungan merupakan :

“Segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati,

benda nyata maupun abtrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang

terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen yang ada di alam

tersebut”.

Sedangkan Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwanto seorang ahli ilmu lingkungan

hidup (ekologi) terkemuka dalam N. H. T. Siahaan (2004 : 4) mengemukakan

pengertian lingkungan sebagai berikut : ”Lingkungan adalah jumlah semua benda

dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi

kehidupan kita”. Artinya bahwa lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan

setiap manusia yang tinggal di suatu wilayah.

Selanjutnya dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Hidup dalam Mohamad Soerjani (2007 : 24) menegaskan paham dan

pegangan tentang makna lingkungan hidup, yakni :Lingkungan hidup merupakan

sistem yang terdiri atas kesatuan ruang, dengan semua benda (termasuk

mineral), daya (kemampuan atau peluang) dan keadaan (tatanan alam) dan

makhluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta seluruh makhluk

hidup lainnya.

Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan

merupakan faktor dominan dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu kaitannya

manusia dengan lingkungan. Lingkungan menyangkut semua komponen yang ada

di bumi sebagai tempat atau wadah baik yang berupa sumber daya manusia

maupun sumber daya alam, dimana dari komponen-komponen tersebut

merupakan satu kesatuan yang terkait yang tidak dapat dipisahkan dan saling

berhubungan satu sama lain sehingga disebut sebagai satu kesatuan ekosistem.

Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala

komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku,

tindakan, sikap dsb) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya atau usaha

manusia untuk meningkatkan dan mempertahankan kehidupannya dengan cara

menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.

Dalam lingkungan masyarakat sering sekali mendengar adanya kegiatan

penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam rangka menjaga

kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu kerja bakti, bersih

desa dan sebagainya. Selain hal itu pula mungkin sudah mengenal dan sering

mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan” dan „‟kebersihan

sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak sedikit masyarakat

mengupayakan serta menjaga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar mereka.

Menurut Wikipedia Indonesi, ”Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat

tinggal, tempat kerja dan berbagai sarana umum”. kebersihan lingkungan dimulai

dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan

rumah dari sampah agar kuman penyebab penyakit tidak bersarang dan

berkembang biak. Selain itu, penyediaan air bersih harus selalu dilakukan.

Pendapat lain mengenai kebersihan lingkungan dikemukakan oleh

Budiman Chandra (2009 : 37), bahwa :Kebersihan lingkungan atau saniatsi

lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan

mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta

yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

Dengan lingkungan yang bersih diharapkan mampu menciptakan

lingkungan yang sehat. Karena lingkungan yang sehat merupakan kebutuhan bagi

semua warga masyarakat. Lingkungan yang sehat dipengaruhi oleh perilaku

indivudu atau kelompok masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan di

lingkungannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan Soekidjo Notoatmodjo (2007 :

137), bahwa ”Perilaku terhadap lingkungan (environmental healt behaviour)

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia”.

Dari beberapa kutipan di atas dapat menyimpulkan bahwa menciptakan

lingkungan yang bersih membutuhkan upaya dan usaha yang keras. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan tentang anggapan atau persepsi individu tentang

lingkungan yang bersih, serta diperlukan adanya kesadaran, keperdulian,

kerjasama setiap anggota masyarakat, karena menjaga dan meningkatkan

kebersihan dalam suatu wilayah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

warga di wilayah tersebut. Jika tempat tersebut kotor dan tidak layak untuk

dihuni, maka akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan orang -orang yang

tinggal di daerah tersebut.

2. Ciri-Ciri Lingkungan Bersih

Neolaka (2008:30) mengemukakan bahwa : lingkungan adalah sekeliling

atau sekitar, bulatan yang melingkungi, sekalian yang terlingkup di suatu daerah

dan sekitarnya, termasuk orang-orangnya dalam pergaulan hidup yang

mempengaruhi kehidupan dan kebudayaannya”.World Commission on

Environment and Development dalam bukunya : Our Common Future

mengemukakan tentang berbagai hal mengenai pembangunan berwawasan

lingkungan. Menghadapi tantangan global maka lingkungan adalah segala

kondisi, keadaan, benda, ruang yang mempengaruhi pembangunan yang

berkelanjutan, menghadapi krisis lingkungan global juga (Neolaka, 2008:27).

Lingkungan merupakan seputaran, sekeliling, dan sekitar dari suatu

kelompok orang, benda, maupun ruang, yang mewakili kondisi dan keadaannya

yang dapat dipengaruhi oleh kehidupan maupun kebudayaannya. Berikutini

adalah klasifikasi lingkungan yang dapat digolongkan dengan berbagai cara sesuai

dengan kebutuhan, yakni :

1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan yang tidak hidup;

2. Lingkungan alamiah dan lingkungan buatan (manusia);

3. Lingkungan Prenatal dan lingkungan postnatal;

4. Lingkungan biofisis dan lingkungan psikososial;

5. Lingkungan air (hidrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah

(litosfir), lingkungan biologis (biosfir), dan lingkungan sosial (sosiofir);

6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut, (Soemirat, 2011:45).

Berdasarkan beberapa pengertian lingkungan dan lingkungan hidup yang

dikemukakan di atas dimana ada kemiripan satu sama lain itu maka dapat disadari

bahwa manusia sebagai makhluk hidup mempunyai hubungan dengan lingkungan

hidupnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Kristanto (2002:30), bahwa hubungan

manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Setiap aktivitas manusia,

sedikit atau banyak akan mengubah lingkungan hidupnya. Sehingga, beliau secara

umum menguraikan faktor yang ikut menentukan sifat lingkungan hidup,

diantaranya adalah :

1. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup;

2. Interaksi antar unsur dalam lingkungan tersebut;

3. Kelakuan dan kondisi unsur lingkungan;

4. Faktor non-material, misalnya suhu, kelembaban, cahaya, kebisingan dan lain-

lain.

Pelestarian lingkungan adalah tindakan atau proses penerapan langkah-

langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli dari lingkungan, keutuhan

struktur alam tetap selalu terjaga, serta melindungi berbagai ekosistem yang hidup

di dalamnya agar tidak rusak dan musnah. Pentingnya lingkungan dalam

mendukung kehidupan di bumi, menghendaki dilakukannya pengelolaan

lingkungan, sedemikian rupa agar tetap sehat, sehingga secara berlanjut dapat

menopang generasi-generasi yang akan datang (Soemirat, 2011:46).

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam

menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan

Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan

sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun

sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran

akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih

oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Dampak buruk tersebut berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan lingkungan

hidup yang wajib menjadi kekhawatiran setiap warga yang didemonstrasikan

melalui tingkah laku perbuatan baik secara individu atau kolektif dalam

kehidupan bermasyarakat (Sastrawijaya, 2009:66).

Sastrawijaya (2009:66) mengemukakan bahwa :

“pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan

pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika,

dan kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi

langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian,

peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam

bebas”.

Adapun usaha-usaha untuk mencegah timbulnya pencemaran dan

perusakan lingkungan demi pelestarian lingkungan hidup, dapat dilakukan dengan

cara-cara berikut ini :

a. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta

mengatur sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.

b. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu

sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.

c. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta

melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian hutan,

sumber air kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat

terjaga.

d. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah

lingkungan.

e. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak

Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara besar-

besaran.

Wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara darat

dan laut. Batas wilayah pesisir pantai terdiri dari batas ke arah darat meliputi

daratan baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut

seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Batas ke arah laut

mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebsbkan oleh

kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri,

Menurut Dahuri, bahwa “wilayah pesisir pantai adalah suatu wilayah

peralihan antara daratan dan lautan, apabila ditinjau dari garis pantai wilayah

pesisir memiliki dua macam batas yaitu batas sejajar garis pantai dan batas tegak

lurus garis pantai” (Dilisti, 2011:4).

Laut pesisir (zone neritic) meliputi yang dimulai dari titik terendah air laut

pada waktu surut sampai ke arah daratan yang masih terkena ombak atau

gelombang (Pragawati, 2009:4).Ekosistem pesisir dapat bersifat alami maupun

buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain terumbu

karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berbatu, estuaria, laguna, dan

delta. Ekosistem buatan dapat berupa tambang, kawasan wisata, kawasan industri,

dan kawasan pemukiman (Pragawati, 2009:4).

Di dalam suatu ekosistem, masing-masing terdapat kekuatan-kekuatan

yang saling berlawanan sehingga secara keseluruhan akan mengakibatkan

terjadinya keseimbangan. Terdapat suatu mekanisme yang mencegah agar

keseimbangan ini tak tertanggu. Kecenderungan ini disebut dengan homeostatis

ekosistem. Jadi keseimbangan alam menunjukkan kecenderungan suatu ekosistem

untuk mempertahankan keberadaannya melalui suatu mekanisme dimana di

dalamnya terdapat proses-proses yang saling berlawanan (Kristanto, 2002:26).

Pada lingkungan wilayah pesisir pantai, manusia merupakan bagian dari

ekosistem sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. Setiap aktivitas manusia,

sedikit atau banyak akan mengubah pula lingkungan wilayah pesisir pantai.

Interaksi antara berbagai komponen-komponen lingkungan hidup di wilayah

pesisir pantai ada kalanya bersifat positif dan tidak jarang pula yang bersifat

negatif. Keadaan yang bersifat positif dapat terjadi apabila terjadi keadaan yang

mendorong dan membantu kelancaran berlangsungnya proses kehidupan

lingkungan wilayah pesisir pantai. Sedangkan interaksi yang bersifat negatif

terjadi apabila proses interaksi lingkungan wilayah pesisir pantai yang harmonis

terganggu sehingga interaksi berjalan saling merugikan.

Clark menyatakan bahwa cara menghindari terjadinya interaksi yang

bersifat negatif antar komponen lingkungan wilayah pesisir pantai, yaitu perlu

adanya pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Apabila

perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral hanya berkaitan

dengan satu macam pemanfaatan untuk memenuhi tujuan tertentu, maka akan

menimbulkan konflik kepentingan antar sektor dalam pembangunan pada wilayah

pesisir dan lautan. Sasaran utama pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yaitu

diperolehnya manfaat maksimal dengan keutuhan wilayah tetap dipertahankan

(Pragawati, 2009:8).

Pengelolaan wilayah berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai suatu

sistem pengelolaan sumber daya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di

tempat tersebut terlibat secara aktif dalam pengelolaan sumber daya alam yang

terkandung di dalamnya. Arah kebijakan pemerintah di masa lalu yang lebih

memprioritaskan pembangunan masyarakat perkotaan dan pembangunan

pertanian pedalaman, menyebabkan masyarakat pesisir kurang diperhatikan. Arah

kebijakan saat ini seharusnya adalah memberikan perhatian yang sama pada

masyarakat pesisir, dengan cara memberdayakan masyarakat pesisir.

Pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan-pelatihan dan pendampingan tentang

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. Pendampingan dan

pelatihan ynag terus menerus dilakukan secara konsisten akan menambah

kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan melestarikan

lingkungannya secara mandiri.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Bersih

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan pesisir dikarenakan oleh faktor

manusia, antara lain:

a. Terjadinya pencemaran dari pembuangan sampah masyarakat di pesisir

pantai.

b. Terjadinya abrasi pantai, sebagai dampak dari pengambilan pasir pantai.

c. Mendirikan rumah di wilayah pesisir pantai yang tidak layak dijadikan

kawasan pemukiman (Dilisti, 2011:2).

Menurut Miler, pada dasarnya empat tingkat kesadaran lingkungan yang

harus segera ditanggapi serius oleh manusia, yaitu :

a) Polusi, sebagai penanda mulai adanya krisis lingkungan akibat pola hidup dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b) Populasi yang melimpah (overpopulation), dimana peningkatan jumlah

populasi manusia akan berdampak pada perubahan dan meningkatnya pola

hidup dan jumlah konsumsi yang berujung pada bertambahnya krisis

lingkungan;

c) Krisis bumi, akibat semakin kompleksnya masalah dan krisis lingkungan

pada setiap kelompok populasi masyarakat yang lantas berubah menjadi krisis

lingkungan secara global;

d) Keberlanjutan bumi, krisis lingkungan tidak lagi merupakan masalah

lingkungan fisik semata, tetapi berkembang memasuki wilayah masalah

ekonomi, politik, sosial budaya, bahkan keamanan dunia. Manusia lantas

mulai berpikir dan terbuka matanya atas suatu kebutuhan keberlanjutan

generasi (spesies) manusia yang memunculkan tuntutan bagaimana

menciptakan proses keberlanjutan bumi (Sudjoko dkk, 2010:7.7-7.8).

Neolaka (2008:108), menyatakan bahwa tidak adanya kesadaran

lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Faktor ketidaktahuan atau pendidikan

Faktor ini dapat berarti, memang benar-benat tidak tahu atau tahu tetapi pura-

pura tidak tahu. Apabila yang terjadi adalah pura-pura tidak tahu maka akan

sulit mengubahnya sebab lama kelamaan sifat kepura-puraan akan

membudaya dalam dirinya sehingga menjadi perilaku atau sikap hidup dalam

tindakan sehari-harinya.

b. Faktor Kemiskinan

Kemiskinan membuat orang tidak akan peduli pada lingkungan. Orang dalam

keadaan miskin dan lapar, pusing dengan kebutuhan keluarga, kebutuhan

pendidikan dan lain-lain, bagaimana dapat berpikir tentang peduli lingkungan.

Pada saat lapar dan kebutuhan keluarga mendesak, yang terpikir adalah

bagaimana kebutuhan keluarga terpenuhi, peduli lingkungan tidak dipikirkan,

bahkan dapat merusak lingkungan.

c. Faktor Kemanusiaan

Kemanusiaan artinya secara manusia/sifat-sifat manusia, yang oleh Chiras

(1991) dikatakan manusia adalah bagian dari alam atau pengatur alam.

Dikatakan pengatur atau penguasa karena manusia sebagai makhluk biologis

memiliki sifat serakah, yaitu sifat yang menganggap semuanya untuk dirinya

dan keturunannya. Sifat dasar manusia ingin berkuasa/superior terhadap

lingkungan hidup. Dan juga sebagai makhluk biologis ia selalu menginginkan

segala sesuatunya itu adalah miliknya, sehingga apa saja yang ada di

sekitarnya adalah penguasaanya.

d. Faktor Gaya Hidup

Gaya yang mempengaruhi sikap perilaku manusia untuk merusak lingkungan

adalah gaya hidup yang menganggap lingkungan sebagai bagian yang dapat

memberikan kenikmatan hidup. Di masyarakat dikenal sebagai gaya hidup

hedonisme, yaitu selalu ingin hidup enak, pesta pora. Gaya hidup lain yang

memberi kontribusi rusaknya lingkungan adalah gaya hidup materialistik,

kosumerisme, dan individualisme.

Berdasarkan uraian faktor-faktor di atas maka diketahui bahwa hanya

beberapa faktor penghambat pelestarian lingkungan saja yang nampaknnya cukup

jelas terlihat di wilayah pesisir pantai Desa Bumbulan Kecamatan Paguat

Kabupaten Pohuwato sekarang, yaitu faktor pendidikan dan kemiskinan. Namun

tidak menutup kemungkinan apabila kedua faktor lainnya dapat menjadi

penghambat. Bahkan faktor-faktor lain juga akan teridentifikasi pada saat

penelitian dilakukan.

4. Upaya Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan

Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat

memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih

sering terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-

penyimpangan terhadap kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan

berbagai macam perilaku. Salah satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian

masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Sehingga tak mengherankan

apabila masyarakat Indonesia seringkali dirisaukan dengan masalah-masalah yang

berhubungan dengan masalah kondisi lingkungan.

Manusia sebagai mahluk yang dibekali kemampuan akal, pikiran serta

pengetahuan, untuk menumbuhkan cinta dan kepedulian para masyarakat terhadap

lingkungannya, diperlukan adanya suatu kesadaran, karena kesadaran tidak dapat

timbul dengan sendirinya, akan tetapi perlu adanya upaya yang nyata baik melalui

penanaman moral, nilai, pengertian–pengertian, penghayatan dan penanaman

terhadap suatu kedisiplinan.

Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab

bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka

memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan

budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh

Masjhur dalam Sujarwa (1998:1) bahwa :

Menciptakan budaya hidup bersih dan lingkungan yang bersih, perlu

ditanamkan dalam kehidupan masyarakat karena menyangkut kesehatan.

Selain itu kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan

manusia, dan kesehatan lingkungan berhubungan erat dengan taraf sosial

ekonomi manusia, karena kesehatan dan kualitas hidup manusia,

bergantung pada kemampuan untuk mengelola dan menyikapi hubungan

timbal balik antara aktivitas manusia dengan lingkungan fisik dan

biologisnya.

Dengan adanya upaya masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan

bersih yang ada disekitarnya, masyarakat sudah mencerminkan tanggung

jawabnya sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Upaya – upaya

masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan berbagai

cara. Dalam hal ini M. Muhyi Faruq (2006 : 140) memberikan cara atau upaya

dalam menjaga kebersihan lingkungan, diantarnya:

a. Mebuang sampah pada tempatnya.

b. Melakukan kampanye tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

c. Membuat poster untuk menyerukan menjaga kebersihan lingkungan.

d. Kerja bakti bersama untuk membersihkan lingkungan.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa bila membuang sampah harus pada

tempatnya, agar tidak menimbulkan polusi dimana- mana, serta bekerjasama

membersihkan lingkungan sekitar agar menjadi bersih dan nyaman untuk

ditempati.

Selanjutnya Purwono Nugroho Adhi seorang praktisi kerja budaya

([email protected]) mengemukakan solusi atau upaya masyarakat dalam

menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungan, diantaranya sebagai berikut :

1. Mulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat

bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.

2. Libatkan tokoh masyarakat yang yang berpengaruh untuk memberikan

pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan

lingkungan.

3. Libatkan para pemuda untuk ikut aktif dalam menjaga kebersihan

lingkungan.

4. Perbanyak tempat sampah disekitar lingkungan.

5. Bentuk petugas kebersihan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap

bulannya.

6. Ajarkan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga

menjadi sampah non organic.

7. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organic agar dapat

dimanfaatkan kembali untuk pupuk.

8. Membuat jadwal kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menjaga dan meningkatkan

kebersihan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang untuk membersihkan suatu tempat tertentu dengan tujuan agar lingkungan

disekitar menjadi bersih dan terhindar dari penyakit. Selain itu menjaga dan

meningkatkan kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama yang

harus dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan

kebersihan lingkungan adalah dimulai dari diri sendiri, karena kesadaran akan

kebersihan lingkungan akan timbul dengan sendirinya pada diri individu. Tetapi

selain dimulai dari diri sendiri masyarakt harus melibatkan tokoh masyarakat dan

para pemuda agar ikut serta dalam kegiatan kerja bakti untuk menjaga dan

meningkatkan kebersihan di lingkungan sekitar. Dalam pelaksanaan masyarakat

dapat menggunakan alat teknologi modern yang terjangkau oleh masyarakat

dengan pengaturan waktu sesuai kesepakatan anggota masyarakat.