bab ii kajian pustaka...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian...

39
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada kajian pustaka ini diuraikan tentang berbagai teori yang dipergunakan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena terkait dalam penelitian ini. Kajian tersebut mencakup teori dan kajian empiris tentang Kinerja Keuangan, Keputusan Pendanaan, Orientasi Kewirausahaan, dan Budaya Organisasi yang selanjutnya akan dijadikan sebagai acuan untuk membangun model konseptual penelitian. 2.1 Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan merupakan konstruk (faktor) umum yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari sebuah kebijakan atau keputusan perusahaan. Kebijakan atau keputusan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik salah satunya berupa kinerja keuangan (Weaver and Weston, 2005 : 194). Sebuah organisasi bisnis dapat mengukur kinerjanya dengan menggunakan ukuran financial atau disebut kinerja keuangan dengan menggunakan perolehan laba dan volume penjualan (Chong, 2008) Prosedur pengukuran kinerja Industri Kecil Menengah (IKM) dapat dilakukan dengan penilaian terhadap persepsi responden berdasarkan skala likert atas beberapa ukuran finansial, seperti tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, keuntungan kotor, rasio keuntungan atas penjualan, tingkat pengembalian modal, dan laba bersih operasi. Dengan demikian, pengukuran terhadap kinerja usaha

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada kajian pustaka ini diuraikan tentang berbagai teori yang

dipergunakan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena terkait dalam

penelitian ini. Kajian tersebut mencakup teori dan kajian empiris tentang Kinerja

Keuangan, Keputusan Pendanaan, Orientasi Kewirausahaan, dan Budaya

Organisasi yang selanjutnya akan dijadikan sebagai acuan untuk membangun

model konseptual penelitian.

2.1 Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan konstruk (faktor) umum yang digunakan

untuk mengukur pengaruh dari sebuah kebijakan atau keputusan perusahaan.

Kebijakan atau keputusan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik salah

satunya berupa kinerja keuangan (Weaver and Weston, 2005 : 194). Sebuah

organisasi bisnis dapat mengukur kinerjanya dengan menggunakan ukuran

financial atau disebut kinerja keuangan dengan menggunakan perolehan laba dan

volume penjualan (Chong, 2008)

Prosedur pengukuran kinerja Industri Kecil Menengah (IKM) dapat

dilakukan dengan penilaian terhadap persepsi responden berdasarkan skala likert

atas beberapa ukuran finansial, seperti tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan,

keuntungan kotor, rasio keuntungan atas penjualan, tingkat pengembalian modal,

dan laba bersih operasi. Dengan demikian, pengukuran terhadap kinerja usaha

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

17

akan sangat tergantung kepada seberapa valid ukuran-ukuran tersebut sesuai

dengan kinerja yang dicapai oleh IKM (Covin and Slevin, 1989)

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan

adalah pemilik perusahaan (investor), para manajer, kreditur, pemerintah dan

masyarakat. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu

sesuai dengan tujuannya. Para manajer bertanggung jawab atas efisiensi dan

sumber ekonomi lainnya dalam pengelolaan perusahaan. Investor berkepentingan

dengan profitabilitas perusahaan yang tercermin dari pertumbuhan laba dan

dividen perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Kreditur memiliki kepentingan terhadap kinerja perusahaan dalam

kaitannya dengan pembayaran angsuran (pokok pinjaman dan bunga).

Kemampuan memenuhi kewajiban ini akan ditandai oleh nilai aktiva yang

dimiliki perusahaan sebagai jaminan atas sejumlah hutang (pinjaman) serta

jaminan terhadap risiko yang akan diterima oleh kreditur. Pihak-pihak lain seperti

pemerintah dan kelompok lain dalam masyarakat berkepentingan untuk

perhitungan pajak dan kemampuan membayar gaji (Brigham and Houston, 2011 :

199)

Kinerja perusahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kinerja

Keuangan. Kinerja Keuangan pada umunya diukur dengan rasio profitabilitas.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan modal

yang dipergunakan. Horne and Wachowicz, (2012 : 95) memberikan pengertian

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode

tertentu terkait dengan penggunaan aktiva yang produktif atau modal, secara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

18

keseluruhan, baik hutang (modal asing) maupun modal sendiri. Profitabilitas

perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi

mengenai kinerja perusahaan jangka panjang.

Rasio Profitabilitas secara umum dapat diukur dengan indikator Return On

Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE). Riana

(2011) yang meneliti Industri Kerajinan Perak di Bali menggunakan tiga indikator

yaitu peningkatan volume penjualan, pertumbuhan keuntungan, dan pertumbuhan

aset sebagai indikator Kinerja Keuangan Perusahaan. Penggunaan indikator ini

berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian

adalah IKM yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang diaudit dan

dipublikasikan sehingga tidak dapat menggunakan rasio keuangan sebagai

indikator dari Kinerja Keuangan. Kinerja Keuangan pada IKM dapat diukur

dengan peningkatan laba dan peningkatan jumlah asset (Cassar and Holmes,

2003)

Kinerja Keuangan dalam penelitian ini merupakan tingkat pencapaian atau

prestasi perusahaan dalam periode waktu tertentu pada IKM Unggulan di Bali.

Pencapaian perusahaan terkait dengan peningkatan pertumbuhan volume

penjualan perusahaan, peningkatan jumlah aset yang dimiliki dan peningkatan

laba.

2.2 Keputusan Pendanaan

Setiap usaha baik yang baru berdiri maupun yang sedang tumbuh akan

membutuhkan dana untuk melaksanakan aktivitas operasionalnya. Aktivitas

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

19

tersebut tidak akan berhasil dilakukan apabila perusahaan kekurangan dana.

Kebutuhan dana diperlukan untuk aktivitas rutin perusahaan atau pengembangan

bisnis, sehingga dana memiliki peranan penting dalam siklus hidup perusahaan

(Chechet and Olayiwola, 2014).

Keputusan Pendanaan adalah menyangkut pemilihan alternatif sumber

pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas

operasional perusahaan. Keputusan Pendanaan yang tidak cermat menimbulkan

biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang akan mengakibatkan

rendahnya Profitabilitas perusahaan (Hasnawati, 2005).

Apabila dilihat dari sumbernya, pendanaan perusahaan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan (internal

financing) dan pendanaan yang berasal dari luar perusahaan (eksternal financing).

Internal financing dapat berupa laba ditahan atau setoran modal dari pemilik

perusahaan. Eksternal financing adalah berupa hutang yang berasal dari kreditur

sehingga menimbulkan kewajiban bagi perusahaan berupa angusuran pembayaran

dan bunga serta kewajiban untuk melunasinya. Porsi hutang yang besar akan

meningkatkan risiko pada aliran penghasilan perusahaan.

Nofsinger and Wang (2011) mengemukakan bahwa entrepreneur

membutuhkan modal untuk start-up awal dan tambahan modal juga dibutuhkan

ketika bisnis berkembang dan meluas. Keputusan Pendanaan perusahaan

tercermin pada struktur modal dari perusahaan tersebut. Struktur Modal (capital

structure) adalah merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

20

(Brigham and Daves, 2010 : 226). Keputusan struktur modal sangat penting bagi

kelangsungan operasional perusahaan.

Besarnya dana yang diperlukan perusahaan dalam komposisi struktur

modalnya tergantung pada ukuran aktivitas atau operasional perusahaan. Menurut

Brigham and Houston (2011: 202) pendanaan dalam struktur modal perusahaan

terdiri atas dua bagian, yaitu :

a. Modal sendiri (internal)

Yaitu modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri (laba ditahan)

atau pemilik perusahaan (saham biasa dan saham preferen) untuk jangka

waktu yang tidak ditentukan.

b. Modal asing (eksternal)

Yaitu modal yang berasal dari luar perusahaan atau dari kreditur

(kewajiban jangka panjang) sehingga merupakan kewajiban bagi

perusahaan untuk melunasinya. Pendanaan dengan hutang akan

menimbulkan biaya tetap berupa bunga.

Manajer perlu mempertimbangkan biaya modal yang akan muncul dalam

kaitannya dengan Keputusan Pendanaan perusahaan. Apabila aktivitas pendanaan

perusahaan dilakukan dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan, maka

biaya modal harus diminimalkan. Pada saat perusahaan menggunakan hutang,

biaya modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh

kreditur, sedangkan ketika perusahaan menggunakan dana internal atau modal

sendiri maka biaya modal yang timbul adalah opportunity cost dari dana atau

modal sendiri yang digunakan (Hasnawati, 2005)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

21

2.3 Teori Struktur Modal

Modigliani dan Miller (MM) mengemukakan tentang struktur modal

pertama kali tahun 1958 dan menjelaskan pengaruh komposisi struktur modal

terhadap nilai perusahaan, dengan asumsi dasar :

1) Perusahaan memiliki risiko bisnis yang sama

2) Para investor memiliki tingkat ekspektasi yang sama

3) Perfect capital market

4) Menggunakan tingkat bunga bebas risiko (risk free rate)

5) Tidak ada transaction cost, agency cost dan bankruptcy cost

MM mengembangkan sebuah model dengan tanpa memperhitungkan pajak.

Dalam model ini, MM menguraikan dua preposisi :

Preposisi I : Value perusahaan tidak dipengaruhi oleh komposisi modal

perusahaan baik dengan modal sendiri maupun dengan hutang.

Preposisi II : Biaya modal (Cost of Equity) dari perusahaan yang menggunakan

hutang akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

menggunakan hutang

Pada tahun 1963 MM menulis artikel sebagai lanjutan dari teori MM tahun

1958 dengan memperhitungkan pajak. Asumsinya adalah dikenakan pajak pada

laba setelah bunga (earning after interest). Dengan memasukkan pajak kedalam

model MM maka ditemukan korelasi positif antara besarnya hutang dengan nilai

suatu perusahaan. Penggunaan hutang pada struktur modal akan meningkatkan

nilai perusahaan karena adanya keuntungan dari pengurangan pajak (tax shield).

Model MM dengan memperhitungkan pajak menjadi :

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

22

Preposisi I : nilai perusahaan yang menggunakan hutang (leverage) akan lebih

tinggi daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang (unleverage)

Preposisi II : dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of

equity) perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih tinggi dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Penambahan penggunaan

hutang dalam struktur modal akan menurunkan perhitungan biaya modal karena

penambahan hutang juga meningkatkan keuntungan dari tax shield.

Menurut Modigliani and Miller (1963) dalam asumsi terdapat pajak,

Keputusan Pendanaan menjadi relevan. Hal ini karena, pada umumnya bunga

yang dibayarkan bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang

dikenakan pajak (tax deduxtable). Semakin rendah manfaat pajak, semakin tinggi

kemungkinan bahwa perusahaan akan beralih dari status leverage (menggunakan

hutang) menjadi unleveraged (tidak menggunakan hutang) karena tidak ada

manfaat penghematan pajak yang dirasakan. Sebaliknya apabila terdapat

peningkatan manfaat (penghematan) dari pajak maka akan berpengaruh signifikan

pada perubahan kebijakan hutang. Perusahaan yang tidak menggunakan hutang

akan memilih menggunakan hutang sebagai salah satu alternatif pembiayaannya.

Cao and Mauer (2010) mengemukakan bahwa manajer menggunakan informasi

yang dimiliki (tentang perusahaan) untuk menentukan waktu perubahan kebijakan

hutang. Penggunaan hutang bagi private company tidak dapat dilihat manfaatnya

pada nilai perusahaan melainkan hanya sampai pada penurunan biaya dan

peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

23

Myers and Majluf (1984) mengembangkan Pecking Order Theory yang

menyatakan bahwa perusahaan mengikuti suatu hirarki tertentu dalam mengambil

keputusan keuangan yang menyangkut struktur modalnya. Perusahaan

mengutamakan penggunaan sumber pendanaan internal (menggunakan laba yang

ditahan) sebelum memutuskan menggunakan sumber pendanaan dari pihak

eksternal (hutang, menerbitkan saham baru) .

Penggunaan laba yang ditahan lebih murah dan tidak perlu

mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan (yang harus diungkapkan dalam

prospektus saat menerbitkan obligasi dan saham baru). Apabila perusahaan

membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan menerbitkan hutang

sebelum menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru menduduki urutan

terakhir sebab penerbitan saham baru merupakan tanda atau sinyal bagi pemegang

saham dan calon investor tentang kondisi perusahaan saat sekarang dan prospek

mendatang yang tidak baik (Ogden, et al. 2003 : 116)

Keputusan Pendanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keputusan yang diambil oleh perusahaan terkait penggunaan dana yang tercermin

dalam struktur modal khususnya pada komposisi penggunaan sumber dana oleh

IKM Unggulan di Provinsi Bali untuk mendanai aktivitas usahanya.

2.4 Orientasi Kewirausahaan

2.4.1 Konsep Orientasi Kewirausahaan

Schumpeter (1934) mendefinisikan kewirausahaan sebagai upaya yang

terpusat ditandai oleh inovasi. Schumpeter (1934) dan Vesper (1980) menyatakan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

24

bahwa lima kategori perilaku ciri kewirausahaan: pengenalan barang baru,

pengenalan metode produksi baru, pembukaan pasar baru, mencari alternatif

sumber-sumber pasokan baru dan pengembangan organisasi industri.

Kewirausahaan juga dijelaskan sebagai bentuk aktivitas yang terkait

dengan risiko dan ketidakpastian. Kewirausahaan merupakan penggerak

pertumbuhan perekomonian di suatu negara. Kewirausahaan juga disebutkan

mampu merubah struktur ekonomi melalui inovasi yang dilakukan oleh

wirausahawan. (Casson, 2012 : 4)

Wirausahawan dalam bidang teori ekonomi dijelaskan sebagai pelaku dari

aktivitas kewirausahaan. Wirausahawan adalah orang dengan yakin bekerja

diantaranya membeli dan menjual produk atau jasa dengan keberanian dalam

mengambil risiko yang terjadi karena fluktuasi di pasar. Wirausahawan

(entrepreneur) didefinisikan sebagai pendiri atau manajer atau pemilik perusahaan

berukuran kecil dan menengah yang memiliki potensi pertumbuhan (Eckhardt and

Shane and 2003 ; Acs and Audstrech, 2003, Casson, 2012 : 6). Hayck (1937) dan

Kirzner (1973) dalam (Casson, 2012 : 9) mengemukakan wirausahawan

(entrepreneur) adalah perantara yang menentukan harga dalam perdagangan dan

diberikan motivasi untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat memperbaiki

perekonomian suatu negara.

Perkembangan teori tentang kewirausahaan mengarah pada prinsip-prinsip

tindakan rasional yang dapat menjelaskan tentang kontribusi atas action dari

seorang wirausaha terhadap perekonomian. Seorang wirausaha akan mampu

melihat peluang yang ada dan dapat merancang serta memanfaatkannya untuk

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

25

kelangsungan perusahaan dan berperilaku atas dasar penilaian dan estimasi terbaik

yang mereka miliki. Seorang wirausaha harus memiliki kualifikasi seperti mampu

mengidentifikasi peluang bisnis (inovatif dan proaktif), memiliki pengetahuan

dasar tentang bisnis, ketrampilan jaringan sosial untuk menarik pelanggan dan

rekan bisnis serta memiliki keberanian mengambil risiko (Casson, 2012 : 463)

Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan kemampuan dalam

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Hisrich et al., 2005). Menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda, sama dengan menciptakan nilai untuk dirinya dan

lingkungannya (Venkataraman, 2001). Scarborugh and Zimmerer (2008 : 172)

mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang dalam memperbaiki

kehidupan usaha. Kewirausahaan menggambarkan suatu perilaku organisasional

meliputi keberanian untuk mengambil (mengelola) risiko (risk taking), proaktif,

dan inovatif (Covin and Slevin, 1991).

Menurut Covin and Slevin (1991), Orientasi Kewirausahaan ditunjukkan

oleh sejauh mana manajer puncak cenderung untuk mengambil risiko yang terkait

dengan bisnis (dimensi risiko), mendukung perubahan dan inovasi dalam rangka

untuk mendapatkan keuntungan kompetitif bagi perusahaan (dimensi inovasi), dan

bersaing secara agresif dengan perusahaan lain (dimensi proaktif). Lumpkin and

Dess (2001) memberi pengertian bahwa Orientasi Kewirausahaan mengacu pada

suatu strategi orientasi perusahaan untuk memperoleh gaya, praktek, dan metoda

pengambilan keputusan. Orientasi Kewirausahaan juga mencerminkan bagaimana

suatu perusahaan beroperasi dibandingkan dengan perencanaan perusahaan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

26

Miller and Friesen (1982) berpendapat bahwa kewirausahaan menjadi

berbeda karena memiliki titik berat pada inovasi produk baru. Hal ini ditandai

dengan adanya beberapa organisasi yang memiliki kemauan berinovasi secara

berani pada pengambilan risiko yang cukup besar dalam strategi pengembangan

perusahaan dan produknya. Sebuah perusahaan yang berorientasi kewirausahaan

adalah perusahaan yang melakukan inovasi pasar-produk, melakukan usaha yang

berisiko, dan melakukan pengembangan usaha secara proaktif.

Orientasi Kewirausahaan merupakan alat yang efisien untuk memperoleh

bukti atau tindakan kewirausahaan dan pengambilan keputusan di beberapa

organisasi dan konteks geografis (Kreiser and Weaver, 2002). Banyak peneliti

berpendapat bahwa perilaku kewirausahaan sangat penting bagi keberhasilan

perusahaan terlepas dari ukuran perusahaan tersebut apakah besar atau kecil

(Miller and Friesen, 1982 ; Covin and Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 2001).

Wiklund (1999) berpendapat bahwa dalam perusahaan kecil Orientasi

Kewirausahaan perusahaan mencerminkan orientasi strategis manajer atau pemilik

perusahaan.

Covin and Slevin (1989) mendefinisikan Orientasi Kewirausahaan

didasarkan pada aspek dari inovasi, pengambilan risiko dan proaktif. Lumpkin

and Dess (2001), menguraikan Orientasi Kewirausahaan sebagai kecenderungan

untuk bertindak secara otonom, berinovasi, mengambil risiko dan bertindak

proaktif ketika dihadapkan pada suatu peluang usaha. Berdasarkan pandangan

Miller and Rollnick (1991) dan Covin and Slevin (1989), Orientasi

Kewirausahaan terdiri dari tiga dimensi, yaitu inovatif, proaktif dan berani

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

27

mengambil risiko (risk taking) sedangkan Lumpkin and Dess (2001) memandang

Orientasi Kewirausahaan terdiri dari lima dimensi, yang selain yang dikemukakan

Miller and Rollnick (1991) adalah otonomi dan agresivitas kompetitif. Lim (2002)

mengemukakan bahwa Orientasi Kewirausahaan, perusahaan yang dilihat dari

inovasi, selalu siap mengambil risiko, dan bertindak secara proaktif dapat

meningkatkan Kinerja Perusahaan.

Kewirausahaan dan peran pengusaha memiliki peran penting dalam

kebijakan perusahaan. Pengusaha telah dianggap pelopor perubahan ekonomi dan

pembangunan sosial dan ekonomi (Zahra and Garvis, 2000). Pengusaha

diasumsikan sebagai orang-orang yang mampu memanfaatkan peluang bisnis baru

yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Peluang muncul karena asimetris

informasi yang terdistribusi dan ketidakpastian yang melekat dalam

pengembangan usaha. Pengusaha akan menanggung risiko dan ketidakpastian

yang terlibat dalam alokasi sumber daya untuk memanfaatkan peluang. Unsur

ketidakpastian terkait pengembangan dan prospek suatu usaha menjadi salah satu

faktor yang mempersulit pengusaha memperoleh sumber dana (Berger and Udell,

2003 dan Sarasvathy, 2003).

2.4.2 Dimensi Orientasi Kewirausahaan

Lumpkin and Dess (2001) menyatakan bahwa inovasi, pengambilan risiko,

dan proaktif membentuk kontribusi unik terhadap Orientasi Kewirausahaan suatu

perusahaan. Miller and Freisen (1982) menyatakan bahwa tingkat kewirausahaan

suatu perusahaan merupakan keseluruhan dari innovatif, proaktif dan kemampuan

mengelola risiko. Pengukuran terhadap konsep Orientasi Kewirausahaan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

28

memberikan kontribusi yang sama terhadap keseluruhan level organisasi pada

semua situasi (Vitale et al., 2002).

Alasan mendasar Orientasi Kewirausahaan dijelaskan dengan tiga dimensi

(inovatif, proaktif dan risk taking), pertama mengacu pada beberapa studi seperti :

Covin and Slevin (1988) ; Lumpkin and Dess (2001) ; Vitale et al. (2002) ; Riana

(2011) ; Korry (2013) yang menggunakan dimensi inovatif, proaktif dan risk

taking. Kreiser et al, (2002) dalam analisis mereka terhadap dimensi Orientasi

Kewirausahaan (inovatif, proaktif dan risk taking), menunjukkan bahwa

pengenalan dimensi yang lain tidak menambahkan banyak nilai ke dalam

Orientasi Kewirausahaan, yang mendukung pendekatan tiga dimensi. Selain itu,

ketika memeriksa dimensi yang berbeda secara terpisah, tiga dimensi (inovatif,

proaktif dan risk taking) telah terbukti memiliki hubungan kuat terhadap kinerja

perusahaan.

Inovatif

Lumpkin and Dess (2001), Schumpeter (1934) adalah beberapa penelitian

yang mengkaji tentang peran inovasi dalam proses kewirausahaan. Schumpeter

(1934) menggambarkan kewirausahaan sebagai proses penciptaan kekayaan yang

diukur melalui terjadinya perubahan struktur pasar yang ada karena pengenalan

produk atau jasa baru yang menyebabkan penggunaan sumber daya meningkat

dari sebelumnya sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan perusahaan

baru. Lumpkin and Dess (2001) berpendapat bahwa proses penciptaan kreativitas

dari seorang pengusaha akan menentukan keberhasilan suatu perusahaan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

29

Hubungan antara kewirausahaan dan inovasi didukung oleh penelitian Shane et

al., (1991), yang menemukan bahwa inovasi adalah salah satu motif utama untuk

memulai usaha.

Lumpkin and Dess (2001) menyatakan bahwa inovasi mencerminkan

kecenderungan perusahaan untuk terlibat dan mendukung ide-ide baru,

eksperimentasi, dan proses kreatif dalam menghasilkan produk baru, jasa, atau

proses teknologi. Inovasi mengacu pada kesediaan untuk bergerak maju dari

teknologi atau praktek yang ada dan mengeksplorasi di luar perbatasan saat ini

menunjukkan bahwa inovasi perusahaan adalah menciptakan usaha dan

memperkenalkan produk baru ke pasar (Zahra and Garvis, 2000). Inovasi sangat

penting untuk menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan karena merupakan

sumber ide-ide yang mengarah pada perbaikan serta pengembangan perusahaan

(Lumpkin and Dess 2001).

Inovasi sangat penting karena kondisi pasar saat ini yang mengalami

perubahan sangat cepat, mengharuskan sebuah perusahaan mampu

mempertahankan keunggulan kompetitif. Inovasi dapat menjadi kunci dan sumber

kemajuan yang berdampak signifikan pada pertumbuhan bagi perusahaan

(Lumpkin and Dess, 2001).

Risk-Taking

Kemampuan mengelola atau mengambil risiko (risk taking) memerlukan

kemauan dan keberanian untuk mengejar peluang subtansial yang menghasilkan

kerugian atau perbedaan kinerja yang signifikan (Kuratko et al., 2001). Risk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

30

taking biasanya dikaitkan dengan kewirausahaan karena konsep kewirausahaan

termasuk asumsi pribadi mengambil risiko (Lumpkin and Dess, 2001). Pada

tingkat perusahaan, pengambilan risiko mengacu pada kecenderungan untuk

mendukung proyek-proyek dengan ketidakpastian tingkat pengembalian yang

diharapkan (Walter et al, 2006).

Menurut Lumpkin and Dess (2001), organisasi atau perusahaan

menghadapi tiga jenis risiko, yaitu risiko bisnis, risiko keuangan, dan risiko

pribadi (personal risk). Risiko bisnis mengacu pada risiko memasuki pasar belum

teruji, atau berkomitmen untuk teknologi yang belum terbukti (Baird and Lucey,

2013 ; Dess and Lumpkin, 2005). Risiko keuangan yang berkaitan dengan

peningkatan sumber dana untuk peningkatan pertumbuhan perusahaan (Baird and

Lucey 2013 ; Dess and Lumpkin, 2005). Perusahaan dengan Orientasi

Kewirausahaan yang tinggi akan terlibat dalam aktivitas bisnis yang berisiko,

seperti penggunaan hutang yang tinggi dalam upaya untuk memperoleh

keuntungan tinggi dengan memanfaatkan peluang di pasar (Lumpkin and Dess,

2001). Risiko pribadi berhubungan dengan tingkat keberanian seseorang. Manajer

atau pemilik perusahaan diharuskan mengambil kebijakan terkait aktivitas

operasional perusahaan, seperti memanfaatkan peluang, penggunaan hutang,

dimana setiap keputusan yang diambil akan memiliki dampak tertentu. Risiko

dalam hal ini berasal dari pengaruh eksekutif dalam menentukan arah perusahaan,

yang memiliki kemungkinan terjadi kegagalan sehingga hal ini menjadi

konsekuensi pribadi yang harus ditanggung (Dess and Lumpkin, 2005).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

31

Semua aktivitas usaha menghadapi tingkat risiko tertentu (Lumpkin and

Dess, 2001). Risk taking tidak berarti berspekulasi terhadap risiko tetapi

mengelola dan memperhitungkan kemungkinan terjadinya suatu risiko (Dess and

Lumpkin, 2005). Risiko dalam hal ini tidak mengacu ekstrim pada usaha berisiko

yang tidak terkendali (Kuratko et al, 2001). Risiko merupakan konsekuensi dari

kesempatan yang berbeda diuji dan skenario yang berbeda dibuat dalam rangka

mengurangi tingkat risiko (Dess and Lumpkin, 2005).

Proaktif

Proaktif mengacu pada mengambil inisiatif, mengantisipasi dan

melaksanakan peluang baru, dan menciptakan pasar baru atau berpartisipasi aktif,

juga berhubungan dengan kewirausahaan (Entrialgo et al. 2000 dan Walter et al.

2006).

Menurut Lumpkin and Dess (2001), sebuah perusahaan yang proaktif akan

dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul dan mencari alternatif

solusinya (Dess and Lumpkin, 2005). Proactiveness dapat menjadi kunci untuk

keunggulan kompetitif, karena organisasi atau perusahaan secara aktif dan terus

menerus mencari dan memanfaatkan setiap peluang.

Venkatraman (2001) proactiveness mengacu pada proses yang bertujuan

untuk meramalkan dan bertindak atas kebutuhan masa depan dengan mencari

peluang baru yang mungkin berhubungan dengan menyajikan operasi yang

berbeda dari perusahaan tersebut. Proactiveness dapat mengacu pada pengenalan

produk yang benar-benar baru dan melakukan perubahan atau perbaikan pada

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

32

aktivitas operasional disesuaikan dengan perubahan trend masyarakat dan

perkembangan teknologi.

Orientasi Kewirausahaan dalam penelitian ini adalah perilaku

wirausahawan dalam memanfaatkan peluang-peluang bisnis dan berani

melakukan usaha-usaha yang berisiko serta melakukan perubahan dan perbaikan

produk dan aktivitas usaha pada IKM Unggulan di Bali.

2.5 Resource Based View (RBV) Theory

Teori RBV mempertimbangkan kemampuan internal perusahaan sebagai

faktor penting dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan agar

perusahaan mampu meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).

Schienstock (2009) mengemukakan bahwa konsekuensi dari kemampuan

manajemen mengelola sumber daya perusahaan secara terintegrasi dapat

meningkatkan posisi competitive advantage yang dimiliki perusahaan. Barney

(1991) menyatakan bahwa kapabilitas manjerial akan meningkat seiring dengan

peningkatan competitive advantage perusahaan sehingga akhirnya mampu

meningkatkan kinerja organisasi.

Tipe kapabilitas dibedakan menjadi (1) Dynamic Capability, adalah

kemampuan mencari dan menggunakan sumber daya perusahaan, kecepatan

merespon peluang-peluang baru dan mampu menciptakan sesuatu yang baru serta

beradaptasi dengan lingkungan eksternal. (2) Absorptive Capability, merupakan

kemampuan terkait dengan proses mengolah informasi yang berasal dari

lingkungan eksternal kemudian dipadukan dengan kemampuan mengintegrasikan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

33

informasi tersebut dengan sumber daya yang dimiliki guna menyediakan produk

yang sesuai dengan apa yang diinginkan pasar.

Davis et al, (2010) mengungkapkan bahwa kapabilitas terdiri dari (1)

Intentionalitas, yang berarti kemampuan manajer dalam menggunakan sumber

daya baik berwujud maupun tidak berwujud untuk mencapai tujuan perusahaan.

(2) Reliabilitas, yang berarti kemampuan manajer dalam mengelola operasional

perusahaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai

keinginan pasar.

Kapabilitis organisasi selain membantu manajer membuat keputusan yang

tepat, juga memfasilitasi pembentukan, pengintegrasian jaringan kerjasama baik

internal maupun eksternal. Kapabilitas memungkinkan perusahaan secara efektif

memecahkan masalah-masalah utamanya (Davis et al, 2010)

Penelitian ini menggunakan variabel budaya organisasi yang digali dari

kearifan lokal Bali (Catur Purusa Artha) yang merupakan sumber daya tidak

berwujud (intangible asset) yang dapat mendorong meningkatkan kinerja

keuangan IKM di Bali. Budaya Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini

juga menjadi prediktor keputusan pendanaan bagi IKM di Bali.

2.6 Budaya Organisasi

2.6.1. Konsep Budaya Organisasi

Budaya Organisasi merupakan pola perilaku atau gaya yang mendorong

anggota baru untuk mengikutinya (Kotter and Heskett, 1997). Budaya Organisasi

memiliki peran penting bagi anggota organisasi karena menyangkut tentang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

34

simbol, ritual, mitos, cerita dan legenda tentang interpretasi kejadian, ide dan

pengalaman yang dipengaruhi dan dibentuk oleh kelompok orang-orang di mana

mereka saling berinteraksi (Frost, 1985).

Hofstede (1991) mendefinisikan budaya sebagai suatu pola pemikiran,

perasaan, dan tindakan dari satu kelompok sosial, yang membedakan dengan

kelompok sosial yang lain. Siagian (2002 : 201) memberikan definisi budaya

organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota–

anggota organisasi yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan

lain. Dikemukakan pula bahwa budaya organisasi merupakan salah satu variabel

penting bagi seorang pemimpin karena budaya organisasi mencerminkan nilai-

nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi.

Robbins (1996) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu persepsi

bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi dan menjadi suatu sistem

dari makna bersama. Schein (2004) mengartikan budaya organisasi sebagai

filosofi dasar yang memberikan arahan bagi karyawan dan konsumen.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, hal penting yang perlu ada dalam definisi

budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh

anggota dalam perusahaan, yang digunakan sebagai pegangan dalam menjalankan

kewajiban dan perilakunya di dalam organisasi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

35

2.6.2 Model Budaya Organisasi

1) Model Budaya Organisasi Schein

Schein (2004) membedakan elemen-elemen budaya organisasi dengan

memperlakukan asumsi dasar sebagai esensi atau budaya inti, sedangkan nilai

serta perilaku sebagai perwujudan yang diamati dari esensi budaya. Dikatakan

bahwa, asumsi dasar dan nilai serta perilaku merupakan tingkatan budaya yang

seharusnya dibedakan secara hati-hati untuk menghindari kebingungan

konseptual. Schein membagi budaya organisasi ke dalam tiga tingkatan

bangunan, yaitu sebagai berikut. Tingkat pertama adalah artifak (artifact) di

mana budaya bersifat kasat mata tetapi sering kali tidak dapat diartikan. Tingkat

kedua adalah nilai (value) yang memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi

daripada artifak. Tingkat ketiga adalah asumsi dasar (basic assumption) di mana

budaya diterima begitu saja (taken for granted), tidak kasat mata dan kadang

kala tidak disadari. Ketiga tingkatan budaya tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut.

a) Tingkat artifak (artifact) merupakan elemen dasar organisasi yang tampak

di permukaan sehingga paling mudah untuk dikenali karena dapat dilihat,

didengar, dan dirasakan. Artifak biasanya mengambil bentuk berupa cerita-

cerita, mitos, jokes, metafora, upacara-upacara (rites) dan tata cara

(rituals), perayaan, pahlawan dan simbol-simbol (symbols). Artifak juga

mencerminkan organisasi dalam hal rancangan lingkungan fisik, bahasa

yang digunakan, dan gaya dalam berbusana.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

36

b) Tingkat nilai-nilai (values) merupakan bagian dari substruktur kognitif dari

sebuah budaya organisasi. Nilai-nilai lebih mengarah pada kode-kode

moral dan etika dan menjadi penentu bagi setiap anggota organisasi tentang

apa yang sebaiknya dilakukan. Dalam hubungan dengan perbuatan atau

tingkah laku, nilai-nilai tersebut dapat diukur dengan adanya perubahan-

perubahan atau melalui konsensus.

c) Tingkat asumsi dasar (basic assumptions), merupakan solusi yang mau

tidak mau harus diterima sebagai solusi (taken for granded as the solution)

sekaligus menjadi inti dan aspek terpenting dari budaya organisasi. Asumsi

dasar memandu perilaku dan menyampaikannya pada anggota organisasi

bagaimana memahami, berpikir dan merasakan tentang pekerjaan, tujuan

kinerja, hubungan manusia dan kinerja yang umumnya tidak dikonfrontasi

atau diperdebatkan karena sangat sulit untuk diubah.

2) Model Budaya Organisasi Koentjaraningrat

Koentjaraningrat (2005 : 213) menguraikan Budaya Organisasi terdiri dari

3 (tiga) bagian yaitu :

a) Sistem Ide, dalam hal ini budaya berwujud idiil, sifatnya abstrak, berada

dalam alam pikiran masyarakat atau anggota organisasi dimana budaya

tersebut berada dan terjadi.

b) Sistem Sosial, dimana budaya berupa apa yang disebut dengan sistem sosial

yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

37

berhubungan, bergaul satu dengan yang lainnya, berdasarkan wujud idiil

tersebut.

c) Sistem Kebendaan, dimana budaya disebut dengan sistem fisik, bersifat

kongkrit dan berupa benda-benda.

2.6.3 Konsep Catur Purusa Artha

Pada kehidupan masyarakat Bali, terdapat kebiasaan-kebiasaan atau adat

istiadat yang meyakini berbagai konsep tentang hidup. Salah satu konsep tentang

hidup adalah Catur Purusa Artha yang terdiri dari kata Catur, Purusa dan Artha

yang secara keseluruhan berarti empat tujuan hidup manusia (Kementrian Agama

RI, 2010). Menurut A Sanskrit - English Dictionary (1974) Catur berarti empat,

Purusa berarti jiwa/manusia, Artha berarti tujuan, apa yang dicari, apa yang

dikejar dalam hidup. Menurut Sudharta (2009 : 114), Artha mempunyai arti dan

pengertian berusaha, harapan atau menginginkan. Artha juga dapat berarti tujuan,

maksud, motif, alasan atau keuntungan. Apabila artha dihubungkan dengan kama

dan dharma, dapat diartikan sebagai benda material yang memiliki nilai ekonomis

serta mempunyai arti penting dalam kehidupan sehari-hari seperti uang, harta

benda, rumah.

Terkait dengan bisnis, (PHDI, 2013) menguraikan bahwa catur purusa

artha dapat dijadikan landasan strategi bisnis

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

38

Gambar 2.1 Catur Purusa Artha sebagai Landasan Strategi Bisnis

Menurut PHDI (2013) apabila suatu usaha menggunakan dharma sebagai

landasan maka dapat diyakini akan dapat meningkatkan kinerjanya. Tujuan atau

suatu perusahaan bisnis adalah menghasilkan barang/jasa yang dapat bermanfaat

bagi masyarakat, sehingga hasil penjualannya dapat memenuhi target untuk

memaksimalkan laba perusahaan. Berbagai istilah seperti Return On Investment

Keuangan

M

O

K

S

A

Tujuan

Bisnis

Kinerja

Berkelanjutan

Reputasi Pertumbuhan

Usaha

(Value) Nilai

Usaha

A

R

T

H

A

Tingkat

Pengembalian

Investasi (ROI)

K

A

M

A

Kepuasan

Pelanggan

Harga Waktu Fungsi Kualitas Kemitraa

n

Citra

Mencari Pelanggan

Baru

Kesetiaan Pelanggan

Lama

D

H

A

R

M

A

Proses Internal

Manejemen

operasi

Operasi

Manajemen

Pelanggan

Proses

Inovasi

Regulasi dan

Proses Sosial

Sumber : PHDI (2013) dan ditambahkan berdasarkan hasil indepth interview

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

39

(tingkat pengembalian investasi), profitability (kemampuan meraih laba),

peningkatan pendapatan (revenue growth) adalah merupakan cara untuk

mengukur tingkat keberhasilan strategi perusahaan.

Bagi perusahaan, untuk mewujudkan tujuan akhir dari bisnis berupa nilai

(value) perusahaan yang diukur dengan kinerja perusahaan yang berkelanjutan,

reputasi usaha yang baik dan pertumbuhan usaha harus didukung oleh tingkat

pengembalian (laba) yang diperoleh perusahaan atas investasi yang telah

dilakukan baik dengan menggunakan pendanaan internal maupun pendanaan

eksternal

Pencapaian target atau peningkatan laba perusahaan dapat dilakukan

dengan menambah customer baru dan mempertahankan kesetiaan customer lama

agar terus memanfaatkan produk / layanan perusahaan. Upaya untuk memuaskan

kebutuhan pelanggan, tentu harus diiringi dengan penyusunan proses internal

perusahaan. Proses internal tersebut antara lain mencakup kegiatan inovasi dan

upaya penyesuaian terhadap regulasi atau peraturan serta kemampuan menjalin

interaksi sosial dengan masyarakat sekitar.

Internal process dapat mencapai tujuannya, jika dilaksanakan oleh

personil yang memiliki komitmen tinggi dalam bekerja, serta kapabilitas cukup

untuk melaksanakan peran yang ditugaskan. Modal sumber daya manusia (human

capital) yang terdiri dari capability dan commitment ini, harus dibarengi dengan

penyediaan sarana dan prasarana untuk ketersediaan informasi agar mudah untuk

mengambil keputusan (information capital) serta lingkungan kerja yang baik

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

40

untuk menghasilkan rangkaian nilai (value chain) yang diharapkan (organization

capital).

Berbagai tujuan dalam perspektif keuangan, kepuasan pelanggan, proses

internal dan perspektif untuk terus belajar serta mengembangkan diri dari personil,

akan membentuk rangkaian sebab akibat yang membangun peta strategi umum

dalam mencapai tujuan. Target financial (Artha) dapat dicapai apabila tercapai

kepuasan dari pelanggan (Kama). Kepuasan dari pelanggan dapat tercapai apabila

institusi memiliki aturan - prosedur yang dapat : (1) menjamin dihasilkannya

barang/jasa yang berkualitas, (2) membangun hubungan kemitraan yang

berkelanjutan serta (3) kemampuan untuk membangun citra institusi. Dharma /

aturan dapat mencapai tujuannya apabila dilaksanakan oleh orang-orang yang

memiliki kesadaran untuk melaksanakan kewajibannya, memiliki komitmen yang

kuat untuk mengabdi serta kemampuan atau kapabilitas yang cukup untuk

melaksanakan peran yang diberikan.

2.6.4 Makna Universal Catur Purusa Artha

Konsep Catur Purusa Artha seperti diungkapkan dalam Sarasamuscaya

sloka 261 dan 262, merupakan konsep lokal Bali berupa kebiasaan/adat istiadat

(Sudharta, 2009 : 115). Konsep Catur Purusa Artha dikaitkan dengan teori

Resource Based View (RBV) yang dijelaskan oleh Barney (1991) merupakan

bagian dari sumber daya tidak berwujud perusahaan. Sumber daya tidak berwujud

ini harus dikelola dengan baik agar mampu mendukung pencapaian kinerja

perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut dan mengacu pada PHDI (2011) dalam

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

41

artikel yang berjudul Catur Purusa Artha sebagai landasan strategi bisnis, maka

dapat diuraikan makna universal dari elemen-elemen Catur Purusa Artha sebagai

berikut

a. Dharma, merupakan proses bisnis internal perusahaan yang diwujudkan

dengan aktivitas operasi, manajemen pelanggan, dan regulasi pemerintah

b. Artha, merupakan target financial yang dimiliki oleh perusahaan yang

diwujudkan dengan berusaha untuk beroperasi yang efisien, meningkatkan

volume penjualan dan usaha (bisnis).

c. Kama, upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui harga yang

bersaing, pelayanan yang cepat, produk yang berkualitas dan kemitraan

dengan pelanggan.

d. Moksa, merupakan tujuan suatu usaha (bisnis) yaitu meningkatkan nilai

(value) usaha yang diwujudkan dengan berupaya meningkatkan laba, reputasi

dan kapabilitas usaha yang berkelanjutan.

2.6.5 Perbandingan Budaya Organisasi

Konsep Koentjaraningrat dapat diwujudkan, pertama wujud ideal, sifat

abstrak, berada dalam alam pikiran masyarakat dimana kebudayaan tersebut

tumbuh. Kedua sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling

berinteraksi, berhubungan, bergaul satu dengan yang laing, berdasarkan atas

wujud ideal tersebut. Ketiga sistem kebendaan yaitu fisik, bersifat kongkrit dan

berupa benda-benda.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

42

Konsep Budaya Organisasi Schein, terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

pertama artifacts (hal yang dimodifikasi oleh manusia untuk suatu tujuan yang

terlihat langsung pada struktur organisasi dan aktivitas atau proses yang

dilakukan). Artifact merupakan hal yang paling mudah ditangkap saat kita

memasuki sebuah organisasi karena berhubungan dengan apa yang dilihat,

didengar dan dirasakan ketika berada dalam lingkungan organisasi. Kedua

espoused beliefs dan value adalah nilai-nilai pendukung yang mencakup strategi,

tujuan dan filosofi dasar yang dimiliki oleh organisasi yang dapat dipahami

apabila sudah berinteraksi dengan organisasi tersebut selama periode waktu

tertentu. Nilai-nilai pendukung pada umumnya dinyatakan secara tertulis dan

menjadi acuan dalam aktivitas anggota organisasi. Ketiga underlying basic

assumptions merupakan asumsi-asumsi tersirat yang diyakini secara bersama-

sama.

Konsep Budaya Catur Purusa Artha, yang dibentuk dari Dharma, Artha,

Kama, dan Moksa; bila dikaitkan dengan konsep Budaya Organisasi

Koentjaraningrat maka : Moksa memiliki makna senada sistem Ide yang

merupakan wujud ide, sifat abstrak, berada dalam alam pikiran masyarakat

dimana kebudayaan tersebut tumbuh; Dharma dan Kama identik dengan sistem

sosial, yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,

berhubungan, bergaul satu dengan yang lain, berdasarkan atas wujud ideal

tersebut; Artha identik dengan sistem kebendaan berwujud fisik dan bersifat

kongkrit.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

43

Konsep Budaya Catur Purusa Artha dikaitkan dengan konsep Budaya

Organisasi dari Schein, maka : Moksa identik dengan underlying basic

assumptions, yaitu merupakan asumsi-asumsi tersirat yang diyakini secara

bersama-sama ; Dharma dan Kama identik dengan espoused beliefs dan value

yaitu nilai-nilai pendukung yang mencakup strategi, tujuan dan filosofi dasar yang

dimiliki oleh organisasi yang dapat dipahami apabila sudah berinteraksi dengan

organisasi tersebut selama periode waktu tertentu, pada umumnya dinyatakan

secara tertulis dan menjadi acuan dalam aktivitas anggota organisasi. Artha

identik dengan Artifact, yaitu hal yang dimodifikasi oleh manusia untuk suatu

tujuan yang terlihat langsung pada struktur organisasi dan aktivitas atau proses

yang dilakukan.

Perbandingan tingkatan dan dimensi Budaya Organisasi yang telah

diuraikan secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbandingan Tingkatan dan Dimensi Budaya Organisasi

Catur Purusa Artha Koentjaraningrat Schein

Moksa Sistem Ide Basic Assumptions

Dharma dan Kama Sistem Sosial Values

Artha Sistem Kebendaan Artifacts

Sumber : Schein (2004), Koentjaraningrat (2005), Sudharta (2009)

Budaya Organisasi dalam penelitian ini adalah bentuk tingkah laku dari

manajemen dan pemilik dari IKM Unggulan di Bali, berkaitan dengan

pengambilan keputusan yang dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan

kebiasaan-kebiasaan serta identitas budaya. Nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

44

serta identitas budaya yang dimaksud adalah Budaya Catur Purusa Artha yang

diyakini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari IKM di Bali.

2.7 Industri Kecil Menengah (IKM)

Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan bagian dari Usaha Kecil dan

Menengah. IKM adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Besar (Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008).

IKM dapat dibedakan menjadi Industri dengan kategori kecil dan

menengah berdasarkan UU RI N0. 20 Tahun 2008 dan kriteria dari BPS (2013)

seperti disajikan pada tabel berikut,

Tabel 2.2

Klasifikasi Industri Kecil Menengah (IKM)

Kecil Menengah

Kekayaan Bersih

(tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha)

(juta rupiah)

> 50 – 500 > 500 – 10.000

Penjualan Tahunan

(juta rupiah)

> 300 – 2.500 > 2.500 – 50.000

Tenaga Kerja

(orang)

5 -19 20 - 99

Sumber : UU No.20 Tahun 2008 dan BPS Bali

IKM Unggulan adalah IKM yang menghasilkan produk unggulan daerah

Bali, yaitu produk yang memiliki orientasi ekspor yang terdiri dari Industri Kayu

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

45

dan Pengolahan Kayu serta Industri Tekstil dan Produk Tekstil (Berdasarkan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2012)

2.8 Hubungan antar Variabel Penelitian

2.8.1 Budaya Organisasi dan Keputusan Pendanaan

Penggunaan hutang menjadi alternatif pendanaan perusahaan, untuk

meningkatkan modal untuk mengembangkan usahanya. Alternatif penggunaan

hutang tersebut sudah merupakan kebiasaan yang bersifat umum, sehingga identik

dengan budaya pada sebuah organisasi bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh

Chui et al., (2002) menemukan pengaruh positif signifikan budaya oraganisasi

terhadap keputusan struktur modal perusahaan, dimana dimensi budaya

perusahaan dikembangkan dari budaya lokal atau lokal genius. Hal yang sama

juga ditemukan sebelumnya oleh Schwartz (1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Cao and Mauer (2010) terkait dengan

Budaya Organisasi dan Keputusan Pendanaan yang diukur dengan penggunaan

hutang perusahaan menemukan hasil bahwa budaya perusahaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penggunaan hutang perusahaan. Perusahaan

dengan pergantian manajemen sebagai ukuran Budaya Organisasi cenderung

untuk beralih kebijakan hutang mereka dari nol menjadi positif atau sebaliknya.

Jika manajemen baru mewarisi pola kebiasaan budaya perusahaan yang lama,

maka kebijakan hutang akan tetap sama seperti sebelumnya, perusahaan leverage

akan terus menggunakan hutang dan perusahaan unlevered akan tetap tidak

menggunakan hutang. Jika sebaliknya, manajemen baru membawa visi dan misi

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

46

baru, maka kebijakan hutang yang diambil berdasarkan kebijakan yang

diprakarsai oleh manajemen baru. Oleh karena itu, implikasi keuangan dari

budaya perusahaan adalah bahwa perubahan budaya perusahaan dapat mendorong

perubahan dalam kebijakan struktur modal perusahaan.

Bhaird and Lucey (2013) melakukan penelitian terkait peran variabel

budaya dalam menentukan struktur modal. Peneliti melakukan penelitian pada 13

negara dan mengukur budaya berdasarkan Hofstede et al., (2010) dimana budaya

dapat dijelaskan melalui : power distance, individuality, masculinity, uncertainty

avoidance dan mengukur Keputusan Pendanaan dengan penggunaan hutang

jangka pendek dan hutang jangka panjang. Ditemukan hasil bahwa terdapat

hubungan negatif antara budaya dengan keputusan penggunaan hutang jangka

pendek dan terdapat hubungan positif signifikan antara budaya dengan keputusan

penggunaan hutang jangka panjang.

2.8.2 Budaya Organisasi dan Kinerja Keuangan

Budaya Organisasi sangat berperan dalam meningkatkan Kinerja

Perusahaan. Astawa (2012) meneliti keterkaitan antara Budaya Organisasi dan

Kinerja Keuangan Perusahaan. Penelitian dilakukan pada LPD (Lembaga

Perkreditan Desa) Tahun 2010, ditemukan hubungan positif dan signifikan antara

budaya dan Kinerja Keuangan Perusahaan yang diukur dengan profitabilitas. LPD

yang memiliki nilai-nilai harmoni baik cenderung mempunyai Kinerja Keuangan

yang tinggi, dimana nilai-nilai harmoni merupakan ukuran dari Budaya Organisasi

pada LPD.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

47

Hasil yang sama juga ditemukan oleh Lee and Yu (2004), Riana (2011),

Mazzi (2011), Koszan et al., (2011), Anderson and Eshima (2011) yang mengkaji

tentang pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perusahaan, ditemukan

hubungan langsung yang signifikan, artinya semakin baik penerapan nilai-nilai

Budaya, maka Kinerja Perusahaan akan semakin meningkat. Hasil yang berbeda

ditemukan oleh Denison et al. (2004) dalam penelitiannya yang dilakukan pada

IKM di wilayah Asia ditemukan hasil bahwa Budaya Organisasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.

Nold (2012) meneliti tentang hubungan antara Budaya Organisasi dengan

Kinerja Perusahaan. Budaya Organisasi dalam penelitian ini diuraikan dengan

tingkat kesadaran untuk melakukan suatu pekerjaan. Ditemukan hasil perusahaan

dengan tingkat kesadaran tertanam pada seluruh karyawan dengan komposisi yang

relatif tinggi dalam Budaya Organisasi memiliki kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat kesadaran yang rendah.

Lawson et al., (2013) mengkaji hubungan antara Budaya Organisasi

dengan Kinerja Perusahaan. Ditemukan hasil bahwa Budaya Organisasi

berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Perusahaan. Penting bagi sebuah

organisasi memahami Budaya dan bagaimana mengarahkannya agar dapat

meningkatkan kinerja dan menghasilkan keuntungan terbesar.

2.8.3 Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan

Hubungan antara Keputusan Pendanaan dengan Kinerja Perusahaan yang

diukur dengan profitabilitas tidak dapat diabaikan karena peningkatan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

48

profitabilitas diperlukan perusahaan untuk bertahan dalam jangka panjang (Gill et

al. 2011). Keputusan Pendanaan yang tercermin dari struktur modal perusahaan

memiliki peran yang sangat penting pada profitabilitas perusahaan. Pemilihan

komponen modal dan penggunaan komponen ini memainkan peran penting dalam

penetapan strategi keuangan. Hal ini disebabkan, keseimbangan yang baik dari

hutang dan ekuitas dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan atau dengan

kata lain bahwa profitabilitas suatu perusahaan secara langsung dipengaruhi oleh

keputusan struktur modal Gatsi (2012)

Nirajini and Priya (2013) meneliti dampak dari Keputusan Pendanaan

perusahaan pada Kinerja Keuangan Perusahaan. Penelitian ini menggunakan data

yang dikumpulkan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Colombo.

Peneliti menemukan bahwa Keputusan Pendanaan perusahaan memiliki dampak

yang positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Keputusan

Pendanaan yang tercermin dari penggunaan hutang yang optimal akan

meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan.

Penelitian Abor (2005) menguji pengaruh antara struktur modal dan

profitabilitas perusahaan yang di ukur dengan Return On Equity (ROE) pada

perusahaan yang tedaftar di Bursa Efek Ghana. Ditemukan bahwa hubungan

positif dan signifikan antara struktur modal dan profitabilitas perusahaan.

Toraman et al. (2013) juga meneliti tentang pengaruh keputusan struktur modal

pada kinerja perusahaan yang dikur dengan profitabilitas perusahaan industri

manufaktur di Turki. Ditemukan bahwa keputusan struktur modal berpengaruh

terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil senada juga ditemukan oleh Patel and

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

49

Bhatt (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan non keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek Nasional India dan Gatsi (2012) di Bursa Efek Ghana.

Hasil yang berbeda ditemukan oleh Velnampy and Niresh (2012) yang

meneliti hubungan antara struktur modal dan profitabilitas dari 10 bank yang

terdaftar Srilanka selama 8 tahun terakhir periode dari tahun 2002 hingga 2009.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara struktur

modal dan profitabilitas. Peningkatan jumlah pembiayaan dengan hutang akan

meningkatkan pembayaran bunga sehingga mengakibatkan penurunan

profitabilitas.

Sheikh and Wang (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh struktur

modal terhadap kinerja perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Karachi Pakistan selama tahun 2004–2009. Peneliti menggunakan Debt Asset

Ratio, Debt Equity Ratio dan Long Term Debt untuk mengukur struktur modal

perusahaan dan menggunakan Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin

(NPM), Return on Capital Employed (ROCE), Return on Asset (ROA) dan Return

on Equity (ROE ) sebagai ukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. Hasil empiris

menunjukkan bahwa struktur modal (rasio total hutang, hutang jangka panjang

dan rasio hutang jangka pendek) berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan

(return on assets). Sebuah hubungan negatif antara struktur modal dan kinerja

menunjukkan bahwa agency issues dapat menyebabkan perusahaan memutuskan

untuk menggunakan hutang yang lebih tinggi dalam struktur modalnya.

Penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan pengaruh pemberi pinjaman

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

50

(hutang) yang akan membatasi kemampuan manajer untuk mengelola operasional

perusahaanm sehingga akan mengakibatkan penuruan kinerja.

Chechet and Olayiwola (2014) melakukan penelitian yang difokuskan

pada struktur modal dan profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Nigeria. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rasio hutang pengaruh negatif terhadap

profitabilitas perusahaan. Untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami konflik

keagenan dan memiliki kebutuhan dana untuk operasional perusahaan atau

melakukan investasi, tidak relevan menggunakan rasio hutang (tinggi) dan

pendanaan diutamakan dari ekuitas.

2.8.4 Orientasi Kewirausahaan dan Keputusan Pendanaan

Orientasi Kewirausahaan dapat diuraikan dalam bentuk tindakan seperti

melakukan inovasi, proaktif dan berani mengambil atau mengelola risiko (Covin

and Slevin, 1989). Industri yang ingin dapat bertahan dan mampu bersaing di

dalam pasar harus mampu melakukan pengembangan usaha dan memiliki

Orientasi Kewirausahaan yang tinggi. Untuk dapat bersaing di pasar internasional

tentunya produk yang akan diekspor harus memiliki diferensiasi yang spesifik

dengan produk lain, dalam hal ini sangat dituntut adanya inovasi-inovasi yang

harus dilakukan oleh manajer atau pemilik perusahaan.

Proses inovasi yang dilakukan dalam pengembangan produk dan proaktif

dalam upaya mencari pasar baru akan memerlukan modal dalam jumlah besar.

Keterbatasan modal sendiri bagi perusahaan, maka sumber dana dari hutang

menjadi alternatif pilihan. Hal ini diperkuat dari hasil indepth interview yang

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

51

dilakukan dengan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bali dan Asosiasi

Industri Kayu Bali sebagai wakil dari responden penelitian (Industri Kecil

Unggulan di Bali), dapat diuraikan bahwa pemilik yang menginginkan usahanya

dapat bertahan dalam jangka panjang dan berkesinambungan akan berupaya untuk

melakukan pengembangan usaha seperti pengembangan produk, mencari sesuatu

yang baru, aktif melakukan promosi produk dan berani menghadapi risiko terkait

pengembangan usaha tersebut.

Upaya pengembangan usaha yang dilakukan pemilik merupakan

karakteristik dari Orientasi Kewirausahaan (Covin and Slevin (1989).

Pengembangan usaha memerlukan peningkatan modal, keterbatasan modal

sendiri yang dimiliki akan menyebabkan pemilik mengambil keputusan

menggunakan alternatif tambahan modal yang berasal dari hutang. Semakin tinggi

Orientasi Kewirausahaan (inovatif, proaktif dan risk taking) maka akan

menentukan besarnya penggunaan hutang perusahaan.

2.8.5 Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan yang diukur dengan profitabilitas perusahaan

dipengaruhi oleh Orientasi Kewirausahaan yang dimiliki oleh suatu organisasi

atau perusahaan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zahra

dan Garvis (2000), Vitale and Miles (2002), Lim (2002), Ireland et al. (2003),

Wiklund and Sherperd (2005) yang menemukan hasil yang sama yaitu Orientasi

Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan atau dengan

kata lain semakin tinggi tingkat Orientasi Kewirausahaan perusahaan, maka

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

52

profitabilitas perusahaan semakin baik. Semakin tinggi tingkat Orientasi

Kewirausahaan, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

keuntungan. Hal ini terjadi karena perusahaan dengan tingkat Orientasi

Kewirausahaan yang tinggi akan selalu melakukan inovasi produk secara

konsisten, berani mengambil risiko bisnis yang dipertimbangkan, serta bertindak

proaktif terhadap kemungkinan perubahan lingkungan.

Penelitian Zahra and Garvis (2000) Orientasi Kewirausahaan berpengaruh

positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan-perusahaan AS telah

memperluas operasi bisnis internasionalnya dengan proses inovasi, pengambilan

risiko dan kegiatan kewirausahaan yang telah disertai proses globalisasi. Ketika

lingkungan pasar luar negeri tidak menguntungkan, upaya peningkatan Orientasi

Kewirausahaan internasional dapat meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas

Kinerja Perusahaan.

Penelitian yang mengkaji tentang keterkaitan Orientasi Kewirausahaan

dengan Kinerja Perusahaan juga dilakukan oleh Davis et al. (2010) yang

menemukanan bahwa Orientasi Kewirausahaan (inovatif, proaktif dan risk taking)

berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (net profit). Secara

kolektif, tiga dimensi inovatif, proaktif dan risk taking memungkinkan seorang

pemimpin untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang muncul dalam

lingkungan perusahaan dan membangun strategi kewirausahaan yang mengarah

pada pertumbuhan perusahaan.

Ndubisi and Iftikhar (2012) menemukan hubungan langsung positif dan

signifikan antara Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Perusahaan. Secara

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

53

khusus, tiga dimensi kewirausahaan yaitu inovatif, proaktif dan risk taking secara

signifikan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan. Hubungan ini tidak berbeda

antara Industri Kecil dan Menengah, sehingga ukuran bukanlah faktor kunci

dalam menjelaskan kontribusi Orientasi Kewirausahaan terhadap kinerja IKM.

Hakala (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Entrepreneurial dan

learning orientation : effects on growth dan profitability in the software sector

juga menemukan hasil bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap Kinerja Perusahaan yang diukur dengan profitabilitas

perusahaan.

2.9 Pemetaan Posisi Penelitian

Perkembangan studi mengenai Budaya Organisasi, Orientasi

Kewirausahaan, Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan

dipetakan sebagai berikut :

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA...berdasarkan pada kondisi perusahaan yang diamati sebagai obyek penelitian ... dengan memasukkan pajak maka perhitungan biaya modal (cost of equity) perusahaan

54

Tabel 2.3

Pemetaan Posisi Riset terdahulu yang berhubungan dengan Budaya Organisasi,

Orientasi Kewirausahaan, Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan

Penelitian Budaya Orientasi Keputusan Kinerja

(Tahun) Organisasi Kewirausahaan Pendanaan Keu Perush

1. Zahra and Garvis (2000) x

x

2. Chui et al (2002) x

x

3. Kessapidou and

Versakelis (2002) x

x

4. Lee and Yu (2004) x

x

5. Abor (2005) x x

6. Walter et al (2006) x

x

7. Lee and Lim (2009) x

x

8. Ebaid (2009) x x

9. Cao and Mauer (2010) x

x

10. Li et al (2010) x

x

11. Zheng et al (2012) x

x

12. Kearney et al (2012) x

x

13. Poudel et al (2012) x

x

14. Kraus et al (2012) x

x

15. Gatsi (2012) x x

16. Ahmad (2012) x x

17. Skopljak and Luo (2012) x x

18. Bhaird and Lucey (2013) x

x

19. Uzkurt et al (2013) x

x

20. Murphy et al (2013) x

x

21. Farley (2013) DP 2008 x

x

22. Nirajini and Priya (2013) x x

23. Leon (2013) x x

24. Anik (2014) x x x x

Keterangan : tanda silang (x) menunjukkan posisi obyek studi yang dilakukan.