bab ii kajian pustaka dan kerangka pemikiran a....

52
12 Ivy Muhajjalina, 2012 Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Konsep Evaluasi Program a. Definisi Evaluasi Secara teoritis evaluasi menurut Cronbach (1963), Alkin (1969) dan Stufflebeam (1971) dalam (Sudjana, 2006:19) adalah “kegiatan untuk mengumpulkan, memperoleh, dan menyediakan informasi bagi pembuatan keputusan.” Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam mencari suatu informasi yang bermanfaat untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat yang selanjutnya digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Menurut Arikunto dan Safruddin (2009:4) program didefinisikan sebagai “suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang”. Dalam konsep ini, terdapat tiga pengertian yang perlu ditekankan dalam menentukan suatu program, yakni: 1) Realisasi atau implementasi suatu kebijakan, 2) Terjadi dalam waktu yang relatif lama, dan

Upload: lamminh

Post on 16-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

12

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Evaluasi Program

a. Definisi Evaluasi

Secara teoritis evaluasi menurut Cronbach (1963), Alkin (1969)

dan Stufflebeam (1971) dalam (Sudjana, 2006:19) adalah “kegiatan

untuk mengumpulkan, memperoleh, dan menyediakan informasi bagi

pembuatan keputusan.”

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara

sistematis dalam mencari suatu informasi yang bermanfaat untuk

mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan. Informasi tersebut

digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat yang selanjutnya

digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan.

Menurut Arikunto dan Safruddin (2009:4) program didefinisikan

sebagai “suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi

atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang

melibatkan sekelompok orang”.

Dalam konsep ini, terdapat tiga pengertian yang perlu ditekankan

dalam menentukan suatu program, yakni:

1) Realisasi atau implementasi suatu kebijakan,

2) Terjadi dalam waktu yang relatif lama, dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

13

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Terjadi dalam organisasi yang melibatkan orang banyak.

Sebuah program merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan

dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Program

merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain dan saling

menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) dalam

(Arikunto dan Safruddin, 2008:5), “evaluasi program merupakan

upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil

keputusan.” Dalam bidang pelatihan, Sudjana (2007:252)

mengemukakan bahwa evaluasi program pelatihan adalah kegiatan

yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan prosedur ilmiah

untuk memperoleh data yang berguna bagi pengambilan keputusan.

Dengan demikian evaluasi program pelatihan merupakan suatu

rangkaian kegiatan untuk memperoleh informasi-informasi yang

dibutuhkan dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan secara efektif

untuk mencapai tujuan pelatihan yang diinginkan.

b. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Atmodiwirio (2005: 270) evaluasi bertujuan untuk: “(a).

Mendapatkan dan menganalisa informasi untuk mengetahui

pencapaian tujuan jangka panjang dan jangka pendek. (b). Mengetahui

pengaruh program pendidikan dan pelatihan terhadap efisiensi dan

efektifitas pelaksanaan tugas instansi peserta diklat”.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

14

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun tujuan evaluasi program pelatihan menurut Sudjana

(2007:254) adalah “untuk memperoleh data sebagai masukan bagi

pengambilan keputusan mengenai program pelatihan.”

Dengan adanya tujuan evaluasi program seperti yang telah

diuraikan diatas, diharapkan informasi atau data yang didapatkan

berguna dan informasi tersebut dapat dianalisis sehingga memberikan

pengaruh terhadap program yang telah dilaksanakan secara efektif dan

efisien.

c. Manfaat Evaluasi Program

Wujud dari evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator

untuk pengambilan keputusan (decision making). Arikunto dan

Safruddin (2009;22) mengemukakan ada empat kemungkinan

kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan

sebuah program keputusan, yaitu:

1) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program

tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana

sebagaimana yang diharapkan.

2) Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi sedikit).

3) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan

bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan

memberikan hasil yang bermanfaat.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

15

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-

tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena

program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika

dilaksanakan lagi ditempat dan waktu yang lain.

d. Evaluator Program

Untuk melakukan evaluasi program dibutuhkan seorang evaluator.

Tidak semua orang bisa menjadi seorang evaluator. Ada dua

kemungkinan asal (dari mana) orang untuk menjadi evaluator program

ditinjau dari program yang dievaluasi. Menentukan asal evaluator

harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan

dengan program yang akan dievaluasi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut evaluator dapat

diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu (1) evaluator dalam, dan

(2) evaluator luar.

Tabel 2.1

Evaluator Program

Evaluator

Program

Kelebihan Kekurangan

Evaluator

Dalam (Internal

Evaluator)

1) Evaluator memahami

betul program yang akan

dievaluasi sehingga

kekhawatiran untuk tidak

atau kurang tepatnya

sasaran tidak perlu ada.

2) Karena evaluator adalah

orang dalam,

pengambilan keputusan

tidak perlu banyak

mengeluarkan dana

untuk membayar petugas

evaluasi.

1) Adanya unsur

subjektivitas dari

evaluator.

2) Karena sudah memahami

seluk-beluk program,

jika evaluator yang

ditunjuk kurang sabar,

kegiatan evaluasi akan

dilaksanakan dengan

tergesa-gesa sehingga

kurang cermat.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

16

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Evaluator Luar

(External

Evaluator)

1) Evaluator luar dapat

bertindak secara objektif

selama melaksanakan

evaluasi dan mengambil

kesimpulan. Apapun

hasil evaluasi, tidak akan

ada respon emosional

dari evaluator karena

tidak ada keinginan

untuk memperlihatkan

bahwa program tersebut

berhasil. Kesimpulan

yang dibuat akan lebih

sesuai dengan keadaan

dan kenyataan.

2) Seorang ahli yang

dibayar, biasanya akan

mempertahankan

kredibilitas

kemampuannya. Dengan

begitu evaluator akan

bekerja secara serius dan

hati-hati.

1) Evaluator luar adalah

orang baru, yang

berusaha mengenal dan

mempelajari seluk-beluk

program tersebut setelah

mendapat permintaan

untuk mengevaluasi.

Mungkin sekali pada

waktu mendapat

penjelasan atau

mempelajari isi

kebijakan, ada hal-hal

yang kurang jelas.

Dampak dari

ketidakjelasan

pemahaman tersebut

memungkinkan

kesimpulan yang diambil

kurang tepat.

2) Pemborosan,

pengambilan keputusan

harus mengeluarkan dana

yang cukup banyak

untuk membayar

evaluator bebas.

(Sumber: Arikunto dan Safruddin, 2010:24)

Tabel 2.2

Fokus Peranan Evaluasi berdasarkan Evaluator Internal dan Eksternal

Fokus Peranan Evaluator

Internal

Peranan Evaluator

Eksternal

(1) (2) (3)

Tujuan Untuk membantu

keberhasilan program,

dan atau untuk

meningkatkan efisiensi

pengelolaan program

pelatihan.

Untuk menguatkan nilai-nilai

kegunaan program, dan untuk

mengambil keputusan tentang

program pelatihan.

Orientasi Mikro, perhatian

terhadap proses unsur-

unsur program dan

hubungan internal,

kepekaan terhadap

Makro, perhatian terhadap

pengaruh umum program dan

hubungan eksternal, peduli

terhadap intensitas dan

efektivitas program.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

17

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

aktivitas dan isu-isu

program.

Kepedulian Kegiatan dan

hubungannya dengan

pencapaian hasil/tujuan,

dan pertanyaan-

pertanyaan tentang

bagaimana

kegiatan/program

dilaksanakan.

Pencapaian hasil/tujuan,

pertanyaan-pertanyaan tentang

mengapa kegiatan/program

dilakukan.

Bias Rekomendasi tentang

program evaluasi

dipengaruhi keterlibatan

pribadi evaluator dalam

program.

Diasumsikan tidak berpihak

tetapi proses negosiasi dapat

mengarah pada pemberian

rekomendasi terhadap

program.

Penghubung Penyelenggara atau

pengelola program

Pusat pemantau program atau

sponsor, pejabat dari luar.

Keterlibatan Berkelanjutan di mana

program dilaksanakan

Pusat pemantau program atau

sponsor, pejabat dari luar

Penerima hasil

evaluasi

Pengelola program dan

pelaksana

Sponsor program atau lembaga

penyandang dana.

Kriteria Kegunaan Validitas, objektivitas.

Pelaporan Secara lisan, catatan

tertulis dan bukan

laporan teknis

Secara tertulis, naratif dan

teknis.

Peranan Sebagai fasilitator

program

Sebagai auditor program

Pengaruh Tergantung pada

komitmen pengelola dan

pelaksana program, serta

terhadap bagian-bagian

program.

Tergantung pada kekuasaan

dan penghubung, evaluasi

keseluruhan program.

Data Sebagian besar adalah

kualitatif dan bermuatan

keputusan.

Sebagian besar kuantitatif dan

deskriptif.

Proteksi Menjaga originalitas

hasil evaluasi dan tidak

diplagiat orang.

Menjaga plagiat dengan sanksi

undang-undang.

(Sumber: Dimodifikasi dari Craig Gjerde dalam Alan B. Knox (1982) dalam

Sudjana (2008: 238))

Dalam tabel di atas tergambar dimensi-dimensi peranan evaluator

yang dapat dibandingkan antara evaluator dari dalam dan evaluator

dari luar. Dimensi-dimensi peranan itu akan berguna untuk

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

18

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan wawasan dan pemahaman dalam proses evaluasi

program.

Dalam praktek evaluasi program, sering terjadi kombinasi antara

peranan evaluator dari dalam dan evaluator dari luar yang

menyebabkan proses evaluasi lebih akurat dan memuaskan karena

nilai-nilai kelebihan dari kedua peranan evaluator tersebut digunakan

dalam evaluasi program.

e. Model-model Evaluasi Program Pelatihan

Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu

model evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael

Scriven, Stake, dan Glaser. Kaufman dan Thomas dalam (Arikunto

dan Safruddin, 2009:40) membedakan model evaluasi menjadi tujuh,

yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.

2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.

3) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael

Scriven.

4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake..

5) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi

dilakukan.

6) Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus

7) CIPP Evaluation Moodel, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

19

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keseluruhan model evaluasi tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut:

1) Goal Oriented Evaluation Model

Goal Oriented Evaluation Model dikembangkan oleh Tyler.

Model ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang

menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari

program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.

Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus,

mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam

proses pelaksanaan program.

2) Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini

dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang

dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model yang dikembangkan

oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu sejak

awal proses, terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah

dapat dicapai. Menurut Michael Scriven dalam Arikunto dan

Safruddin (2009:41), dalam melaksanakan evaluasi program

evaluator tidak perlu memerhatikan apa yang menjadi tujuan

program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah

bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi

penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif (yaitu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

20

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang sebetulnya

memang tidak diharapkan).

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan

karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-

tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai,

artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa

memerhatikan seberapa jauh masing-masing penampilan tersebut

mendukung penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum

maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak

manfaatnya.

Dari uraian ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan

“evaluasi lepas dari tujuan” dalam model ini bukannya lepas sama

sekali dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini

hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh

program, bukan secara rinci per komponen.

3) Formatif-Summatif Evaluation Model

Selain model “evaluasi lepas dari tujuan”, Michael Scriven

juga mengembangkan model lain, yaitu model formatif-summatif.

Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang

dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program

masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program

sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

21

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan evaluasi formatif berbeda dengan tujuan evaluasi

sumatif. Model yang dikemukakan oleh Michael Scriven ini

menunjukkan tentang “apa, kapan, dan tujuan” evaluasi tersebut

dilaksanakan.

Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang

dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika

program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan dari

evaluasi formatif adalah mengetahui seberapa jauh program yang

dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikaasi

hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang

menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara

dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran

pencapaian tujuan program.

Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan

dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian

program.

4) Countenance Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Stake.Menurut ulasan

tambahan yang diberikan oleh Fernandes (1984), model Stake

menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1)

deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgemnts); serta

membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu (1)

anteseden (antecedents/context), (2) transaksi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

22

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(transaction/process), dan (3) keluaran (output-outcome). Oleh

Stake, model evaluasi yang diajukan dalam bentuk diagram,

menggambarkan deskripsi dan tahapan seperti berikut :

Rational Intens Observation Standars Judgment

faufua Antecendents

Transaction

Outcomes

Description matrix Judgement matrix

Gambar 2.1

Evaluasi Model Stake

(Sumber : Arikunto dan Safruddin (2010 : 43))

Tiga hal yang dituliskan di antara dua diagram, menunjukkan

objek atau sasaran evaluasi. Dalam setiap program yang

dievaluasi, evaluator harus mampu mengindentifikasi tiga hal,

yaitu (1) anteseden-yang diartikan sebagai konteks- (2) transaksi-

yang diartikan sebagai proses-, dan (3) outcomes-yang diartikan

sebagai hasil. Selanjutnya, kedua matriks yang digambarkan

sebagai deskripsi dan pertimbangan, menunjukkan langkah-

langkah yang terjadi selama proses evaluasi.

Matriks pertama, yaitu deskripsi, berkaitan atau menyangkut

dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran

evaluasi), yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh

program, dan pengamatan/akibat, atau apa yang sesungguhnya

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

23

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terjadi atau apa yang betul-betul terjadi. Selanjutnya evaluator

mengikuti matriks kedua, yang menunjukkan langkah

pertimbangan, yang dalam langkah tersebut mengacu pada

standar.

Menurut Stake dalam Arikunto dan Safruddin (2010 : 44),

ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan,

mereka mau tidak mau harus melakukan dua perbandingan, yaitu:

a) Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu

dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran

yang sama;

b) Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan

standar yang diperuntukkan bagi program yang bersangkutan,

didasarkan pada tujuan yang akan dicapai.

5) CSE-UCLA Evaluasi Model

CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE dan UCLA.

CSE merupakan singkatan dari Center for Study of Evaluation,

sedangkan UCLA merupakan singkatan dari University of

California in Los Angeles. Ciri dari model CSE-UCLA adalah

adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu

perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak.

Fernandes (1984) dalam (Arikunto dan Safruddin, 2010 : 44)

memberikan penjelasan tentang model CSE-UCLA menjadi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

24

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

empat tahap yaitu (1) needs assessment, (2) program planning,

(3) formative evaluation dan (4) summative evaluation.

Needs Program Formative Summative

Assessment Planning Evaluation Evaluation

(1) (2) (3) (4)

Gambar 2.2

Tahap-tahap Evaluasi Model CSE – UCLA

(Sumber : Arikunto dan Safruddin (2010 : 44))

Keterangan:

1. CSE Model: Needs Assessment

Dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan

masalah.

Pertanyaan yang diajukan:

a. Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan

keberadaan program?

b. Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya

pelaksanaan program ini?

c. Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program

ini?

2. CSE Model: Program Planning

Dalam tahap kedua dari CSE model ini evaluator mengumpulkan data

yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada

pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam

tahap perencanaan ini program dievaluasi dengan cermat untuk

mengetahui apakah program rencana telah disusun berdasarkan hasil

analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah

dirumuskan.

3. CSE Model: Formative Evaluation

Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada

keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-

betul terlibat dalam program karena harus mengumpulkan data dan

berbagai informasi dari pengembang program.

4. CSE Model: Summative Evaluation

Dalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, para evaluator diharapkan

dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.

Melalui evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

25

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum dicari

bagian mana yang belum dan apa penyebabnya.

6) Discrepancy Model

Kata discrepancy adalah istilah bahasa Inggris, yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”.

Model yang dikembangkan oleh Malcolm provus ini merupakan

model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di

dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan

oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap

komponen.

f. Kajian Utama CIPP (Context, Input, Process, Product)

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal

dan diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan

oleh Stufflebeam, dkk. (1967) di Ohio State University. CIPP yang

merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

Context evaluation : evaluasi terhadap konteks

Input evaluation : evaluasi terhadap masukan

Process evaluation : evaluasi terhadap proses

Product evaluation : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut

merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari

sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model

evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah

sistem. Dengan demikian, jika tim evaluator sudah menentukan model

CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

26

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

program yang ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus

menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya.

Seorang ahli evaluasi dari University of Washington bernama

Gilbert Sax (1980) dalam (Arikunto dan Safruddin, 2010: 48)

memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana mempelajari

tiap-tiap komponen yang ada dalam setiap program yang dievaluasi

dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

1) Evaluasi Terhadap Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks menurut Arikunto dan Safruddin (2010 :

46) adalah upaya menggambarkan dan merinci lingkungan,

kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang

dilayani,dan tujuan proyek. Ada empat pertanyaan yang dapat

diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks, yang

dikemukakan oleh Arikunto dan Safruddin (2010 : 46) yaitu

sebagai berikut:

(1) Keperluan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?

(2) Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai

oleh program?

(3) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu

mengembangkan masyarakat?

(4) Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai?

Menurut Stufflebeam (Wirawan, 2011 : 92) evaluasi

konteks untuk menjawab pertanyaan : Apa yang perlu

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

27

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan? (Whats needs to be done?). Evaluasi ini

mengidentifikasikan dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang

mendasari disusunya suatu program.

Gambar 2.3

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

(Sumber : Wirawan (2011 : 92)

Pada komponen konteks ada beberapa komponen yang harus

dilakukan diantaranya: merinci dan menggambarkan sebuah

kebutuhan dan tujuan dari pelatihan.

a) Identifikasi dan Analisis Kebutuhan

Langkah awal melakuka penyelenggaraan pelatihan

diawali dengan identifikasi dan analisis kebutuhan. Langkah

awal ini berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya

Context Evaluation

Berupaya untuk

mencari jawaban

atas pertanyaan :

Apa yang perlu

dilakukan?

Waktu

pelaksanaan :

Sebelum program

diterima

Keputusan :

Perencanaan

Program.

Input Evaluation

Berupaya

mencari jawaban

atas pertanyaan :

Apa yang harus

dilakukan?

Waktu

pelaksanaan :

Sebelum program

dimulai

Keputusan :

Penstrukturan

program.

Process Evaluation

Berupaya

mencari jawaban

atas pertanyaan :

Apakah program

sedang

dilaksanakan?

Waktu

pelaksanaan :

Ketika program

sedang

dilaksanakan

Keputusan :

Pelaksanaan.

Product Evaluation

Berupaya mencari

jawaban atas

pertanyaan :

Apakah program

sukses?

Waktu

pelaksanaan :

Ketika program

selesai

Keputusan:

resikel: Ya atau

Tidak program

harus diresikel.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

28

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karena identifikasi dan analisis kebutuhan ini menjadi dasar

penyusunan rencana penyelenggaraan pelatihan.

Menurut Fauzi (2011 : 42), kata “identifikasi” berasal

dari bahasa Inggris, to identify sebagai kata kerja dan

identification sebagai kata benda. Secara sederhana artinya

“mengenali”, sehingga identifikasi kebutuhan pelatihan dapat

diartikan sebagai mengenali kebutuhan pelatihan, seseorang,

sekelompok orang atau masyarakat. Namun mengenali dalam

hal ini sekedar mengetahui kebutuhan pelatihan, akan tetapi

memiliki konsekuensi untuk menindak lanjuti kebutuhan

tersebut ke dalam rancangan pelatihan.

Kebutuhan adalah suatu keadaan atau situasi yang

didalamnya terdapat sesuatu yang perlu atau ingin dipenuhi.

Sesuatu yang ingin dipenuhi itu dianggap penting, perlu atau

harus segera dipenuhi, (Morris, dkk dalam The Amerika

Heritage Dictionary (1976 :878) dikutip oleh Fauzi (2011 :

43)).

Menurut Papu (2004) dalam (Fauzi, 2011 : 45) secara

umum analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai

suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka

mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor apa saja

yang ada di dalam perusahaan/orgranisasi yang perlu

ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

29

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

produktifitas perusahaan/organisasi menjadi meningkat.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data

akurat tentang apakah ada kebutuhan untuk

menyelenggarakan pelatihan. Jadi, pada prinsipnya prose

identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan adalah

melakukan pengkajian tentang ada tidaknya kesenjangan

dalam tingkat penampilan kerja yang dicapai atau yang

dimiliki seseorang atau sekelompok orang dengan

penampilan kerja yang seharusnya dilakukan merupakan

ketentuan penampilan kerja (standar).

b) Sumber Data dan InformasiIidentifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan untuk

mendapatkan masukan tentang kondisi penampilan kerja

karyawan di suatu lembaga/organisasi serta kompetensi

standar yang seharusnya dilakukan. Menurut Fauzi (2011 :

52) sumber data dan informasi identifikasi kebutuhan terdiri

dari:

(1) Obyek Identifikasi Kebutuhan. Ini terdiri dari data dan

informasi yang berkaitan dengan peraturan perundang-

undangan (bila ada) dan aturan tata laksana kerja yang

memiliki potensi menimbulkan kesenjangan serta hasil

kerja. Data dan informasi ini biasanya diperoleh antara

lain dari: peraturan atau perundang-undangan yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

30

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dikeluarkan oleh pemerintah maupun aturan formal yang

ditetapkan oleh lembaga/organisasi itu sendiri.

(2) Subyek Identifikasi Kebutuhan. Ini terdiri dari pihak-

pihak yang dapat memberi data dan informasi tentang

kesenjangan atau masalah yang ada serta harapan

pemecahannya melalui pelatihan.

c) Merumuskan Tujuan Pelatihan

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan perumusan

tujuan menurut Fauzi (2011 : 63) yaitu yang pertama dasar

perumusan tujuan, kegiatan ini diawali dengan merumuskan

secara tepat dan benar kesenjangan kinerja yang terjadi,

dalam bentuk kesenjangan pengetahuan, sikap dan

keterampilan, agar jelas terlihat kemampuan yang masih

harus ditingkatkan. Berdasarkan rumusan kesenjangan

tersebut dapat dirumuskan pula tujuan pelatihan secara jelas,

terukur dan dapat dicapai. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa sumber perumusan tujuan adalah hasil identifikasi dan

analisis kebutuhan. Tujuan pelatihan dirumuskan dalam

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir

pelatihan, sedangkan tujuan khusus menguraikan secara lebih

spesifik, tujuan yang ingin dicapai dalam upaya tercapainya

tujuan umum pelatihan. Yang kedua merumuskan tujuan,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

31

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tujuan pelatihan merupakan suatu rumusan pernyataan yang

mengidentifikasi secara jelas dan tepat. Tujuan pelatihan

dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dimiliki

oleh peserta setelah selesai mengikuti program pelatihan.

Makin jelas dan makin tepat rumusan tujuan pelatihan

tersebut makin mudah untuk melakukan evaluasi, (Fauzi,

2011 : 65).

Mager (dalam Sudjana, 2007) yang dikutip oleh Fauzi

(2011 : 66) cara merumuskan tujuan adalah sebagai berikut:

(1) Tujuan harus spesifik dan dinyatakan dalam bentuk

kelakuan yang dapat diamati dan diukur, hingga manakah

tujuan itu tercapai.

(2) Harus dinyatakan dalam kondisi apa tujuan itu dicapai,

misalnya apakah mengetik dengan menggunakan mesin

tik atau program komputer.

(3) Harus ditekankan kriteria tingkat keberhasilan yang harus

dicapai oleh peserta pelatihan.

(4) Dalam perumusan tujuan hendaknya digunakan kata kerja

yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan peserta

setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Kata kerja tersebut

harus menunjukkan bentuk kelakuan nyata yang dapat

diamati bahkan diukur kebenarannya. Misalnya, dapat

menjelaskan, dapat mengerjakan, dapat menghasilkan dan

lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dalam

menyusun dan merumuskan tujuan pelatihan, sama halnya

dengan menyusun kegiatan pembelajaran dapat disusun

sebagai berikut: a. Tujuan Pelatihan Umum, merupakan

rumusan tujuan pelatihan yang bersifat umum yang

diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi pencapaian

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

32

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tujuan lembaga atau tujuan instansi, b. Tujuan Pelatihan

Khusus, perumusan tujuan khusu ini sering pula disebut

tujuan kurikuler, yaitu merupakan rumusan tujuan pelatihan

yang bersifat spesifik yang perlu dicapai setelah

menyelesaikan seluruh pokok bahasan atau materi pelatihan.

Rumusan tujuan pelatihan khusus lebih menekankan pada

perubahan perilaku yang dapat diobservasi setelah mengikuti

pelatihan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan

“kompetensi” yang diharapkan dalam menjalankan tugas dan

fungsi sosial peserta pelatihan, c. Tujuan Pokok Bahasan/Sub

Pokok Bahasan, merupakan rincian rumusan tujuan pelatihan

berdasarkan pokok-pokok bahasan yang ada dalam upaya

mencapai tujuan pelatihan khusus dan tujuan pelatihan

umum.

2) Evaluasi Terhadap Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi masukan merupakan tahap kedua dari model

CIPP. Evaluasi masukan menunjukkan adanya kesiapan awal

sebuah program untuk memetakan kemampuan apa saja yang

dimiliki untuk berlangsungnya sebuah proses. Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan untuk program yang menyangkut

masukan mengarah pada “pemecahan masalah” yang

mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.

Oleh karena itu masukan meliputi: sumber daya manusia,

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

33

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sumber daya uang, sumber daya peralatan, dan sumber daya

yang lainnya.

Para pengambil keputusan memakai evaluasi masukan

dalam memilih di antara rencana-rencana yang ada, menyusun

proposal pendanaan, alokasi sumber-sumber, menempatkan

staf, menskedul pekerjaan, menilai rancana-rencana aktivitas,

dan penganggaran.

Dalam komponen evaluasi masukan ini ada beberapa hal

yang harus diperhatikan, menurut Sudjana (2007 : 266) salah

satu diantaranya adalah masukan sarana (instrumental input)

terdiri dari kurikulum atau program pembelajaran, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, serta biaya. Kurikulum

atau program pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran,

materi (bahan) pembelajaran, metode teknik dan media

pembelajaran, serta alat evaluasi hasil belajar. Tujuan

pembelajaran berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pelatihan

dan atau kebutuhan belajar. Materi pembelajaran terdiri atas

bahan-bahan yang disusun secara sistemik dan sistematik

serta disediakan untuk dipelajari oleh peserta pelatihan sesuai

dengan kebutuhan belajarnya. Metode, teknik dan media

pembelajaran digunakan dalam strategi pembelajaranuntuk

membantu peserta pelatihan dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Alat evaluasi adalah instrumen, berupa tes atau

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

34

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

soal-soal ujian, untuk mengukur sejauhmana perubahan

perilaku peserta pelatihan setelah mengalami pembelajaran

dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran.

Pelatih juga memiliki kemahiran dalam manajemen

pembelajaran. Pelatih dapat terdiri atas tutor, pamong belajar,

pelatih/widyaiswara/instruktur, penyuluh, pengampu, dan lain

sebagainya. Grotelueschen (1976) dalam Sudjana (2007 : 266)

memaparkan bahwa aspek-aspek pelatih yang dievaluasi

adalah keterlibatannya dalam program dan penampilannya

dalam proses pembelajaran.

Adapun evaluasi pelatih yang harus diperhatikan menurut

Fauzi (2011 : 168) menyangkut: penguasaan dan pemahaman

materi pelatihan; kesesuaian materi dengan topik bahasan

yang disampaikan; ketepatan metode dan media yang

digunakan; penampilan; penggunaan bahasa; kemampuan

melakukan komunikasi dan interaksi secara efektif dengan

peserta; keterampilan memfasilitasi;hubungan antar fasilitator

dan pengelolaan proses belajar.

Sarana dan prasarana pembelajaran terdiri atas lokasi

pembelajaran, gedung, dan perlengkapan pembelajaran

(termasuk didalamnya adalah meja, kursi dan mebeler),

laboratorium, dan alat-alat bantu pembelajaran seperti papan

tulis, alat tulis, buku, OHP dan lain sebagainya. Sarana dan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

35

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

prasarana serta alat bantu pelatihan perlu dievaluasi tentang

ketersediannya, kuantitas dan kualitasnya, kecocokannya

dengan pembelajaran, serta pengembangan pemeliharaannya.

Evaluasi pembiayaan berkaitan dengan sumber-sumber dana

yang tersedia atau yang dapat disediakan, anggaran dan

pengelolaan pembiayaan.

3) Evaluasi Terhadap Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjukkan pada

“apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program,

“siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab

program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Evaluasi

proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang

dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai

dengan rencana. Stufflebeam dalam (Arikunto dan Safruddin,

2010 : 47) mengusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk

evaluasi proses antara lain:

(1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?

(2) Apakah staf yang terlibat di dalam pelaksanaan program

akan sanggup menangani kegiatan selama program

berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?

(3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan

dimanfaatkan secara maksimal?

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

36

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(4) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama

pelaksanaan program dan kemungkinan jika program

dilanjutkan?

Evaluasi proses memonitor, mendokumentasikan, dan

menilai aktivitas program. Evaluasi proses ini menyangkut

bagaimana proses pelaksanaan pelatihan yang sebelumnya

telah disiapkan oleh panitia penyelenggaraan. Dalam

melakukan evaluasi proses ini pihak penyelenggaraan

sebaiknya sudah mempersiapkan alat evaluasi yang cocok

untuk melakukan penilaian dari berbagai aspek atau

komponen. Menurut Fauzi (2011 : 167) dalam evaluasi

proses ada beberapa komponen atau aspek yang harus

diperhatikan diantaranya: a. Evaluasi Peserta menyangkut

pemahaman materi, pasrtisipasi kelas, kedisiplinan,

ketertiban, kerjasama, prakarsa, perasaan peserta, hubungan

dengan fasilitator dan hubungan dengan peserta, komunikasi,

partisipasi, siapa saja peserta yang dominan, kurang aktif dan

kurang berpasrtisipasi, b. Evaluasi fasilitator, menyangkut:

penguasaan dan pemahaman materi pelatihan; kesesuaian

materi dengan topik bahasan yang disampaikan; ketepatan

metode dan media yang digunakan; penampilan; penggunaan

bahasa; kemampuan melakukan komunikasi dan interaksi

secara efektif dengan peserta; keterampilan memfasilitasi;

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

37

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hubungan antar fasilitator dan pengelolaan proses belajar, c.

Evaluasi penyelenggaraan, menyangkut kebersihan ruang

pelatihan, akomodasi dan konsumsi, dan pelayanan panitia.

4) Evaluasi Produk atau Hasil (Product Evaluation)

Evaluasi produk merupakan tahap terakhir dari

serangkaian evaluasi program. Evaluasi produk atau hasil

diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang

terjadi pada masukan setelah melalui sebuah proses dalam

suatu program. Menurut Arikunto dan Safruddin (2010 : 47)

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam evaluasi produk

atau hasil antara lain:

(1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?

(2) Pertanyaan-pertanyaan apakah yang mungkin

dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan

pencapaian tujuan?

(3) Dalam hal-hal apakah berbagai kebutuhan sudah

terpenuhi?

Wirawan (2007 : 94) mengemukakan bahwa evaluasi ini

berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan

manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncankan, baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk

membantu staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai

manfaat yang penting dan akhirnya untuk membantu

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

38

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompok-kelompok lebih luas mengukur kesuksesan upaya

dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.

Adapun pendapat menurut Sudjana (2007 : 269) bahwa

kelauaran yang dievaluasi adalah kuantitas dan kualitas

lulusan program pelatihan setelah mengalami proses

pembelajaran. Kuantitas adalah jumlah lulusan yang berhasil

menyelesaikan proses pembelajaran dalam program

pelatihan. Kualitas adalah perubahan tingkah laku peserta

pelatihan atau lulusan meliputi: aspek pengetahuan, aspek

sikap dan aspek keterampilan.

g. Teknik-teknik Pengumpulan Data dalam Evaluasi Program

Data-data dikumpulkan dengan menggunakan teknik evaluasi

program. Teknik-teknik dalam evaluasi program terdiri dari kuesioner

atau angket (questionaire), wawancara (interview), pengamatan

(observation), dan beberapa teknik evaluasi. Berikut penjelasan

mengenai teknik-teknik evaluasi program:

1) Kuesioner atau Angket (Questionqire)

Menurut Babbie (1986: 558) dalam (Sudjana, 2007: 313)

kuesioner adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi

daftar pertanyaan (questions) atau pernyataan (statement) yang

disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan

menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana

dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

39

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kuesioner, menurut jenisnya, dapat dibagi ke dalam kuesioner

tertutup, kuesioner terbuka, dan kuesioner gabungan (tertutup dan

terbuka).

a) Kuesioner tertutup terdiri atas stem (pertanyaan dan/atau

pernyataan) yang jawabannya telah disediakan sebagai

pilihan (option) jawaban pada setiap pertanyaan atau

pernyataan. Responden dapat memilih alternatif jawaban

yang sesuai dengan pendapat dan kehendaknya. Kelemahan

jenis kuesioner tertutup adalah bahwa pilihan jawaban dapat

membatasi kebebasan responden. Responden harus memilih

jawaban-jawaban tertentu yang telah disediakan.

b) Kuesioner terbuka terdiri atas pertanyaan atau pernyataan

yang memberi kebebasan kepada responden untuk

mengemukakan berbagai alternatif jawaban menurut pikiran

dan cara responden dalam mengemukakan jawaban masing-

masing.

c) Kuesioner gabungan (tertutup dan terbuka) terdiri atas

pertanyaan atau pernyataan yang mengkombinasikan

jawaban-jawaban yang telah disediakan dan harus dipilih,

serta jawaban bebas.

Kuesioner yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Stem (pertanyaan atau pernyataan) ditulis dengan

menggunakan kata-kata, istilah, atau kalimat yang jelas,

tegas, sederhana, sopan, dan mudah dimengerti oleh

responden.

b) Setiap stem dikemukakan secara khusus, mengandung satu

pengertian sehingga tidak rancu bagi responden.

c) Setiap pertanyaan atau pernyataan tidak mengandung unsur

sugesti sehingga responden seakan-akan merasa diarahkan

untuk memilih suatu jawaban tertentu.

d) Option (pilihan jawaban) dikemukakan dengan tegas,

mengandung daya pembeda yang jelas antara satu pilihan

jawaban dengan pilihan jawaban yang lain, setiap pilihan

jawaban berdekatan atau serumpun dan homogen.

e) Format dan isi kuesioner menarik perhatian responden.

Kuesioner memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun

keunggulan dari kuesioner yaitu:

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

40

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a) Penggunaan kuesioner menghemat biaya pengumpulan data

apabila dibandingkan dengan teknik interview terhadap

responden yang tersebar luas dan jumlahnya.

b) Menghemat waktu karena kuesioner dapat disebarkan kepada

orang banyak secara serempak.

c) Kuesioner dapat diisi oleh responden sesuai dengan waktu

yang disediakan bagi mereka.

d) Kerahasiaan jawaban responden dapat terjaga dengan baik.

e) Kata dan istilah yang digunakan adalah seragam untuk semua

responden.

f) Tidak terdapat bias yang disebabkan oleh perbedaan-

perbedaan diri para evaluator yang menyebarkan kuesioner.

g) Responden yang dikirimi kuesioner melalui surat dapat

memberikan informasi yang akurat dengan mencari sumber

informasi lain sebelum menjawab pertanyaan secara tertulis.

Sebaliknya, kuesioner mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

a) Cara mengumpulkan data tidak fleksibel.

b) Respon terhadap kuesioner rata-rata rendah

c) Perilaku hanya diungkapkan dengan kata-kata.

d) Tidak dapat mengontrol lingkungan.

e) Tidak dapat mengontrol ketepatan urutan pertanyaan.

f) Banyak pertanyaan yang mungkin tidak dijawab.

g) Tidak dapat menghimpun jawaban spontan dari responden.

h) Tidak dapat menjamin ketepatan alamat responden.

i) Tidak dapat mengontrol ketepatan waktu pengembalian

kuesioner dari responden.

j) Tidak dapat menggunakan format kuesioner yang rumit.

k) Kemungkinan terjadinya penyimpangan sampel.

2) Wawanacara (interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui

komunikasi langsung (tatap muka) antara pihak penanya

(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab

(interviewee). Penanya (interviewer) melakukan wawancara

dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide).

Kegiatan wawancara melibatkan empat komponen yaitu isi

pertanyaan, pewawancara, responden, dan situasi wawancara. Isi

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

41

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pertanyaan yang dimuat dalam pedoman wawancara berisi

sejumlah daftar yang akan disampaikan langsung kepada

responden.

Dalam melakukan wawancara, pewawancara atau penanya,

perlu memiliki karakteristik sosial yang dapat menarik perhatian

dan minat responden, memiliki reputasi menurut pandangan

responden, dan memiliki keterampilan berkomunikasi dan

memotivasi, nserta dapat menumbuhkan rasa aman bagi

responden.Penanya harus perlu memahami kemampuan responden

dalam menangkap pertanyaan dan dalam menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh penanya. Penanya perlu menggunakan istilah

yang dapat dipahami oleh responden.

Menurut Sudjana, (2007 : 325) ada yang perlu diperhatikan

oleh penanya atau pewawancara dalam pelaksanaan wawancara

yaitu:

a) Persiapan

Dalam tahap persiapan, penanya harus memahami dan

menguasai pedoman wawancara, mencatat pokok-pokok

pertanyaaan dengan baik, sehingga pada waktu wawancara

penanya tidak membacakan daftar pertanyaan kepada

responden. Penanya perlu mengenal pribadi responden, perlu

disiapkan pula jumlah responden yang akan diwawancarai, dan

dengan siapa penanya akan mengadakan kunjungan kepada

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

42

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

responden. Kegiatan teknis administratif pun perlu

dipersiapkan oleh pengelola atau penanya seperti penjadwalan,

pemberitahuan kepada calon responden, alat perlengkapan

yang diperlukan, dan perizinan.

b) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, penanya akan melakukan dua

kegiatan yaitu:

(1) Memperkenalkan diri kepada responden dan diikuti

dengan menjelaskan maksud kunjungan kepada

responden.

(2) Pada saat mengajukan pertanyaan, penanya perlu

menggunakan urutan pokok-pokok pertanyaan melalui

obrolan yang rileks. Apabila diperlukan ulangi lagi atau

jelaskan pertanyaan yang kurang dipahami oleh

responden.

c) Penutup

Pada tahap penutup, penanya perlu menyampaikan ucapan

terima kasih atas kesediaan responden, dan atas keterangan

yang diberikan responden. Penanya hendaknya memeriksa

kelengkapan jawaban sebelum berpamitan kepada responden.

Menurut Sudjana (2008 : 197) terdapat sepuluh macam

kelebihan teknik wawancara bila dibandingkan dengan teknik

lainnya.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

43

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a) Penggunaan teknik wawancara dapat dilakukan secara

fleksibel sehingga memungkinkan untuk pengulangan atau

modifikasi pertanyaan yang dirasa kurang jelas oleh

responden, dan adanya peluang untuk melakukan “probing”

oleh penanya kepada responden.

b) Intensitas respon terhadap pertanyaan yang diperoleh melalui

wawancara lebih tinggi dibandingkan dengan respon melalui

kuesioner.

c) Memungkinkan bagi penanya untuk memperoleh data

penguat lain melalui mimik atau perilaku responden (non

verbal behavior) dalam menjawab pertanyaan.

d) Dapat mengontrol lingkungan yang mungkin mengganggu

wawancara seperti hubungan yang kurang mendukung, suara

gaduh, dan kekurangsiapan responden untuk diwawancarai.

e) Penanya dapat menyusun urutan pertanyaan sesuai dengan

arah pembicaraan antara penanya dengan responden.

f) Penanya dapat mengakomodasi jawaban spontan yang

informatif dari responden.

g) Hanya responden sendiri yang menjawab pertanyaan secara

langsung tanpa harus dibantu dengan orang lain yang

mungkin dapat mempengaruhi jawabannya.

h) Memungkinkan penanya dapat memperoleh jawaban secara

menyeluruh untuk setiap pertanyaan.

i) Penanya dapat mengatur waktu yang tepat dan menggunakan

tempat yang cocok untuk melakukan wawancara.

j) Dapat digunakan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan

bagan, grafik, dan bulkonah (bulatan, kolom dan panah), dan

sebagainya.

Namun wawancara mempunyai beberapa kelemahan yang

dikemukakan oleh Sudjana (2008 : 198) seperti berikut:

a) Biaya pengumpulan data melalui wawancara, apabila

respondennya banyak, pada umumnya lebih besar bila

dibandingkan dengan biaya pengumpulan data melalui

kuesioner. Tenaga lapangan, supervisor, pelaksana,

penentuan sampel membutuhkan biaya yang lebih besar.

b) Pelaksanaan wawancara dan perjalanan menemui responden

sering memerlukan waktu lebih lama dari waktu yang

disediakan sesuai rencana.

c) Wawancara mungkin akan bias dengan cara mendesak

responden dalam menjawab pertanyaan, pencatatan jawaban

mungkin tidak lengkap, lebih-lebih apabila tidak tersedia

waktu untuk mengulang pertanyaan, dan kemungkinan status,

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

44

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jenis kelamin, usia, pakaian, dan penampilan penanya dapat

mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan.

d) Responden tidak memiliki kesempatan untuk mencari

informasi dari sumber lain sebelum atau sewaktu menjawab

pertanyaan.

e) Kemungkinan waktu wawancara kurang cocok dengan

kondisi responden seperti responden sedang dalam keadaan

kurang sehat, perasaan tegang, udara panas, banyak

kerumunan orang, dan gangguan lainnya, sehingga jawaban

responden ti8dak diperoleh secara wajar atau apa adanya.

f) Kerahasiaan responden kurang terjamin. Nama dan alamat

responden dan situasi kehidupannya diketahui oleh penanya.

Keadaan demikian sering dirasakan sebagai “tekanan” oleh

responden.

g) Kalimat dan istilah yang digunakan penanya kadang-kadang

tidak seragam untuk seluruh responden sehingga sering

menyulitkan untuk membandingkan kesamaan atau

perbedaan jawaban dari setiap responden.

h) Wawancara tidak dapat menjangkau responden dalam jumlah

besar dan dalam wilayah yang luas.

3) Pengamatan (Observation)

Obserrvasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

menggunkan perkataan atau tidak disertai dengan komunikasi

lisan. Taknik ini pada umumnya melibatkan penglihatan terhadap

data visual, observasi dapat pula melibatkan indera lainnya seperti

pendengaran, sentuhan atau rabaan, serta penciuman. Teknik

observasi sering digunakan sebelum melakukan survei atau

pemakaiannya dapat digabungkan dengan teknik studi

dokumentasi dalam evaluasi program.

Menurut Sudjana (2006:200) teknik observasi memiliki

beberapa keunggulan yaitu:

a) Teknik observasi dilakukan tanpa harus berbicara. Evaluator

dapat menggunakan catatan lapangan atau rekaman gambar

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

45

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tentang tingkah laku, peristiwa, atau keadaan yang

diobservasi.

b) Objek yang diobservasi berada dalam lingkungan alamiah,

bukan lingkungan yang dimanipulasi sehingga data yang

dihimpun melalui teknik observasi akan objektif.

c) Analisis data dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam

rentang waktu tertentu (longitudinal analysis) sehingga

memungkinkan bagi evaluator untuk melakukan observasi

lebih lama dibandingkan dengan pengumpulan data melalui

metode survei atau eksperimen.

Adapun kelemahan dari teknik observasi yaitu:

a) Kelemahan dalam pengontrolan terhadap variabel luar

(extranuous variable) yang mungkin mempengaruhi data

yang terhimpun melalui observasi.

b) Kesulitan membuat kuantifikasi data karena pengukuran

dalam observasi pada umumnya terjadi melalui persepsi

evaluator terhadap data yang bukan kuantitatif.

c) Sampel terlalu kecil sehingga sulit untuk menarik generalisasi

dan untuk membandingkan data yang diperoleh melalui

observasi dengan data lainnya.

d) Tidak mudah untuk memperoleh izin mengobservasi.

Pengamatan dalam situasi alamiah sering dilakukan dalam

lingkungan terbatas seperti kelompok tertentu, lembaga

pemerintah, perusahaan, dan lembaga swadaya masyarakat.

Evaluator sering mengalami kesulitan untuk memperoleh

persetujuan dari pihak-pihak tersebut untuk melakukan

observasi.

e) Kesulitan dalam mengobservasi peristiwa yang mengandung

isu yang sensitif dan dalam menjaga kerahasiaan nama orang-

orang yang diobservasi.

2. Konsep Pendidikan dan Pelatihan

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (4) dinyatakan bahwa

lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal, di

samping satuan pendidikan lainnya yaitu kursus, kelompok belajar,

majelis ta‟lim, kelompok bermain, taman penitipan anak, pusat

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

46

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kegiatan belajar masyarakat, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Yang termasuk dalam satuan pendidikan yang sejenis antara lain

adalah panti penyuluhan, magang, bimbingan belajar, kepramukan,

pondok pesantren tradisional (salafiyah), padepokan, dan sanggar.

Pelatihan dapat dilakukan dalam jenis dan ruang lingkup pendidikan

nonformal. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,

pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan

kedinasan, dan pendidikan kejuruan (PP No 73/1991).

Pendidikan dan Pelatihan pada umumnya merupakan serangkaian

kegiatan yang dipersiapkan organisasi untuk meningkatkan kinerja

pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Namun, seperti yang

diungkapkan Mustofa Kamil (2007:4) bahwa “Istilah pelatihan biasa

dihubungkan dengan pendidikan. Ini terutama karena secara

konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan.

Meskipun demikian secara khusus pelatihan dapat dibedakan dari

pendidikan”.

Pendidikan dan Pelatihan memiliki beberapa perbedaan.

Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan menurut Notoatmodjo

(1998:26) dalam Kamil (2007:9) mengemukakan perbandingan

antara pendidikan dan pelatihan secara lebih rinci pada beberapa

aspek. Pertama, pada aspek pengembangan kemampuan, pendidikan

lebih menekankan pada pengembangan kemampuan yang

menyeluruh (overall), sedangkan pelatihan lebih menekankan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

47

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kemampuan khusus (specific). Kedua, Pada aspek area kemampuan,

pendidikan menekankan pada kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor; sedangkan pelatihan lebih menekankan pada

kemampuan psikomotor. Ketiga, pada aspek jangka waktu

pelaksanaan, pendidikan lebih bersifat jangka panjang (long term),

sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short term).

Keempat, pada aspek materi yang disampaikan, pendidikan lebih

bersifat umum, sedangkan pelatihan bersifat khusus. Kelima, pada

aspek penggunaan metode, pendidikan lebih bersifat konvensional,

sedangkan pelatihan bersifat inkonvensional. Keenam, pada aspek

penghargaan akhir, pendidikan memberikan gelar, sedangkan

pelatihan memberikan sertifikat.

Ikhtisar perbandingan antara pendidikan dan pelatihan ini dapat

dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3

Perbandingan Antara Pendidikan dan Pelatihan

No Aspek Pendidikan Pelatihan

1

.

Pengembangan

Kemampuan

Menyeluruh (overall) Khusus (specific)

2. Area Kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor. Psikomotor

3. Jangka waktu

pelaksanaan

Jangka panjang (long term) Jangka pendek (short

term)

4. Materi Lebih umum Lebih khusus

5. Penggunaan

metode

pembelajaran

Konvensional Inkonvensional

6. Penghargaan akhir Gelar (degree) Sertifikat (non

degree)

( Sumber: Notoatmodjo, (1998:26) dalam (Kamil, 2010 : 10)).

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

48

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendidikan sangat berperan penting bagi sumber daya manusia,

karena dengan pendidikan sumber daya manusia dapat

mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Potensi

tersebut dapat dikembangkan apabila mereka mengikuti pelatihan-

pelatihan agar potensi yang ada dalam diri kita bisa terus diasah dan

aktif dalam mengembangkan potensi dirinya.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003, dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Adapun definisi pelatihan menurut Simamora (1995: 287) dalam

Kamil (2007: 4) mengartikan pelatihan sebagai „serangkaian

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,

pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang

individu.‟

Dari penjelasan diatas bahwa pendidikan dan pelatihan adalah

proses belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan dan

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

49

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keterampilan peserta didik yang meliputi kognitif, afektif, dan

psikomotor dalam menjalankan tugas.

b. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Tujuan pendidikan dan pelatihan menurut Atmodiwirio (2005:38)

diantaranya:

1) Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Pancasila,

UUD 1945, Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia.

2) Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar

memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas

umum pemerintahan dan pembangunan.

3) Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada

pelayanan, pengayoman, dan pengembangan partisipasi

masyarakat.

4) Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta

pembentukan sedini mungkin kepribadian PNS.

5) Kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan

tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya

pemerintahan yang baik. (PP No. 101 Tahun 2000)

c. Manfaat Pendidikan dan Pelatihan

Ada beberapa manfaat diklat yang dirasakan baik untuk individu

maupun organisasi. Menurut Atmodiwirio (2005:43) ada dua sisi

tentang manfaat diklat yang dapat dikemukakan:

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

50

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 2.4

Manfaat Diklat

Bagi Individu Bagi Organisasi

a. Menambah wawasan, pengetahuan

tentang perkembangan organisasi

baik secara internal maupun

eksternal.

b. Menambah wawasan tentang

perkembangan lingkungan yang

sangat mempengaruhi kehidupan

organisasi.

c. Menambah pengetahuan di bidang

tugasnya.

d. Menambah keterampilan dalam

meningkatkan pelaksanaan

tugasnya.

e. Meningkatkan kemampuan

berkomunikasi antara sesama.

f. Meningkatkan kemampuan

menangani emosi

g. Meningkatkan pengalaman

memimpin.

a. Menyiapkan petugas untuk

menduduki jabatan yang lebih

tinggi, dari jabatan yang sekarang.

b. Penyesuaian terhadap perubahan

yang terjadi dilingkungannya.

c. Merupakan landasan untuk

pengembangan selanjutnya.

d. Meningkatkan kemampuan

berproduksi.

e. Meningkatkan kemampuan

organisasi untuk menciptakan

kolaborasi dan jejaring kerja.

(Sumber : Atmodiwirio, 2005 : 43)

d. Jenis-jenis dan Jenjang Pendidikan Pelatihan

Menurut Atmodiwirio (2005:38) Pendidikan dan Pelatihan terdiri

dari:

1) Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan

2) Pendidikan dan Pelatihan Dalam Jabatan, terdiri dari:

a) Pendidikan dan Pelatihan Struktural

Diklat Struktural adalah pendidikan dan pelatihan yang

dipersyaratkan dalam PP No. 101/2000 Diklat Struktural

disebut Diklat Kepemimpinan (Diklatpim).

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

51

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional

Diklat Fungsional adalah pendidikan dan pelatihan yang

dipersyaratkan bagi PNS yang akan dan telah menduduki

jabatan fungsional. Pendidikan ini dapat dilakukan secara

berjenjang sesuai dengan tingkat jabatan fungsional yang

bersangkutan.

c) Pendidikan dan Pelatihan Teknis

Pendidikan dan pelatihan teknis adalah pelatihan yang

diselenggarakan untuk memberi keterampilan atau

penguasaan pengetahuan di bidang tertentu kepada PNS

sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab

yang diberikan dengan sebaik-baiknya. (PP No. 14 Tahun

1994).

e. Sasaran Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Atmodiwirio (2005:270) sasaran evaluasi pendidikan

dan pelatihan adalah “mencakup peserta, program penggunaan

personil, sarana dan prasarana, biaya tamatan, partisipasi pelanggan

dan masyarakat”.

1) Evaluasi terhadap peserta

Evaluasi dilaksanakan terhadap peserta selama mengikuti

diklat dalam bidang akademiknya yang meliputi kegiatan-

kegiatan selama dalam kelas (proses belajar-mengajar di kelas),

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

52

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diskusi, seminar, praktek kerja lapangan, penulisan kertas kerja.

Disamping aspek akademik dievaluasi juga aspek sikap peserta.

a) Aspek akademik (penguasaan materi)

Menurut Atmodiwirio (2005:272) aspek yang dinilai

meliputi:

Pemahaman materi

Komunikasi lisan

Penganalisaan teoritis dan pemecahan masalah

Komunikasi tertulis.

b) Aspek sikap dan perilaku

Menurut Atmodiwirio (2005:272) aspek sikap dan

perilaku yang dinilai meliputi:

(1) Disiplin, adalah ketaatan dan kepatuhan peserta terhadap

seluruh ketentuan yang ditetapkan. Indikatornya adalah:

Kehadiran

Ketepatan hadir di kelas

Ketepatan penyelesaian tugas-tugas

Berpakaian rapi sesuai dengan ketentuan yang

ditentukan

(2) Kepemimpinan, kemempuan memotivasi dan

menggerakan peserta lainnya meyakinkan orang lain,

mempertahankan pendapat, dan mengatasi ketegangan

yang mungkin ada. Indikatornya adalah:

Obyektif dan tegas dalam mengambil keputusan

Membela kepentingan bersama sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Bertanggungjawab.

Memberi contoh yang dapat diteladani seperti

sabar, komunikatif, ksatria, adil, jujur, tekun, tegas

dan sosial.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

53

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(3) Kerjasama, adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas

secara bersama-sama, Indikatornya adalah:

Menyelesaikan tugas bersama dengan orang lain

melalui musyawarah dan mufakat.

Membina keutuhan dan kelompok dan

kekompakan kelompok.

Tidak mendikte atau mendominasi kelompok.

Mau menerima pendapat orang lain.

(4) Prakarsa, kemampuan untuk mengajukan gagasan yang

bermanfaat bagi kepentingan kelompok atau kepentingan

yang lebih luas. Indikatornya adalah:

Berperilaku positif untuk kelancaran diklat atau

membuat situasi diklat lebih menggairahkan

Mampu mengajukan saran-saran yang nyata baik

yang menyangkut materi diklat maupun yang

menyangkut kelancaran pelaksanaan diklat.

Dapat menyampaikan gagasan baru yang

bermanfaat

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan

dan tidak bersifat menguji atau memojokkan orang

lain

Dapat mengendalikan diri sesuai dengan waktu,

situasi dan lingkungan.

2) Evaluasi Terhadap Widyaiswara

Evaluasi dilaksanakan oleh peserta setelah seorang

widyaiswara selesai menyajikan bahan/materi pelajaran yang

meliputi tanggung jawabnya. Menurut Atmodiwirio (2005:273)

unsur-unsur yang dinilai adalah:

a) Penguasaan materi

b) Sistematik penyajian

c) Kemampuan menyajikan materi

d) Ketepatan waktu hadir di kelas

e) Penggunaan metode mengajar dan alat bantu mengajar

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

54

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f) Sikap dan perilaku

g) Cara menjawab pertanyaan dari peserta

h) Penggunaan bahasa

i) Pemberian motivasi belajar kepada peserta

j) Pencapaian tujuan pembelajaran

k) Daya simpatik, gaya dan sikap terhadap peserta

l) Cara berpakaian

m) Kerjasama antara widyaiswara jika proses pembelajaran

dilakukan oleh tim.

Tujuan dari evaluasi ini untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja widyaiswara/pengajar untuk lebih baik

lagi dalam melakukan tugasnya secara efektif dan efisien.

3) Evaluasi Terhadap Penyelenggara

Evaluasi dilaksanakan oleh peserta terhadap pelaksanaan diklat

termasuk unsur-unsur administrasi dan program akademiknya. Menurut

Atmodiwirio (2005:273) unsur-unsur yang dinilai adalah:

a) Tujuan diklat

b) Relevansi program diklat dengan tugas

c) Manfaat tiap mata pelajaran bagi pelaksanaan tugas

d) Manfaat diklat bagi peserta sendiri dan organisasi/unit kerjanya

e) Mekanisme pelaksanaan diklat

f) Hubungan peserta dengan pelaksanaan diklat

g) Pelayanan panitia/sekretariat terhadap peserta

h) Pelayanan akomodasi

i) Pelayanan konsumsi

j) Pelayanan kesehatan.

Tujuan evaluasi ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh

peserta diklat terhadap program yang diselenggarakan oleh panitia, sehingga

program berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

f. Aspek-aspek Program Pelatihan yang Dievaluasi

Grotelueschen (1976) dalam (Sudjana, 2007 : 264) membagi

aspek-aspek program yang dievaluasi ke dalam tiga kategori yaitu :

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

55

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

titik berat program (program emphases), sumber-sumber program

(program resources), dan dampak yang ditimbulkan program

(program outcomes). Pada titik berat program berkaitan dengan

upaya penentuan prioritas unsur-unsur program yang termasuk ke

dalam komponen, proses atau tujuan program. Sumber-sumber

program mencakup sumber daya manusia, sumber daya alam dan

lingkungan, kebijakan dan peraturan, dan kerjasama antar lembaga

penyelenggara program pelatihan. Perolehan program meliputi

keluaran yaitu perubahan perilaku peserta pelatihan dan lulusan

peningkatan kemampuan, serta pengaruh program bagi peningkatan

kesejahteraan peserta pelatihan atau lulusan, pembelajaran orang lain

dan/atau partisipasi lulusan dalam pembangunan masyarakat.

Adapun unsur-unsur program yang dievaluasi berdasarkan sistem

pelatihan adalah komponen-komponen yang terdiri atas masukan

lingkungan (environmental input), masukan sarana (instrumental

input), masukan mentah (raw input), proses (process), keluaran

(output), masukan lain (other input) Sudjana (2007 : 265).

Komponen dari masukan lingkungan (environmental input)

meliputi lingkungan alam, sosial budaya, dan kelembagaan.

Komponen masukan sarana (instrumental input) meliputi

kurikulum atau program pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, serta biaya. Kurikulum atau program pembelajaran

mencakup tujuan pembelajaran, materi (bahan) pembelajaran,

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

56

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

metode-teknik dan media pembelajaran serta alat evaluasi hasil

belajar. Adapun pendidik sebagai unsur tenaga kependidikan harus

memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang mencakup

kemampuan dasar, akademik, personal, sosial, dan profesional.

Dalam sebuah pelatihan ada yang disebut dengan pelatih, pelatih

disini dapat terdiri atas tutor, pamong belajar,

pelatih/widyaiswara/instruktur, penyuluh, pengampu, dan lain

sebagainya. Sebagai seorang pelatih, pelatih harus mempunyai

kemampuan kemampuan dalam menajemen pembelajaran.

Grotelueschen (1976) dalam (Sudjana, 2007 : 266) memaparkan

bahwa aspek-aspek pelatih yang dievaluasi adalah keterlibatannya

dalam program dan penampilannya dalam proses pembelajaran.

Untuk sarana dan prasarana pembelajaran dalam kegiatan pelatihan

terdiri dari lokasi pembelajaran, penti pembelajaran, gedung dan

perlengkapan pembelajaran (termasuk di dalamnya adalah meja,

kursi, dan mebeler), laboratorium, tempat kerja (workshop), dan alat-

alat bantu pembelajaran seperti papan tulis, alat tulis, buku, OHP, dan

lain sebagainya. Sarana dan prasarana serta alat bantu pelatihan perlu

di evaluasi karena hal ini sangat mempengaruhi peserta diklat dalam

menjalani proses pembelajaran yang diterima dalam kegiatan

pelatihan. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana serta alat

bantu akan menimbulkan ketidaknyamanan peserta diklat dalam

menerima materi. Selain itu, dalam program penyelenggaraan ada

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

57

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang perlu di evaluasi adalah organisasi penyelenggara, peraturan

yang digunakan, tipe dan status organisasi, daya dukung, jejaring dan

hubungan kemitraan dengan pihak luar yang terkait. Evaluasi yang

terakhir tentang pembiayaan, pembiayaan berkaitan dengan anggaran

dan pengelolaan biaya yang berkaitan dengan pelatihan.

Menurut Sudjana, (2007 : 267) komponen masukan mentah (raw

input) terdiri dari peserta pelatihan. Peserta pelatihan mempunyai

karakteristik internal dan eksternal. Adapun karakteristik internal

peserta pelatiha yaitu :

1) Atribut fisik

Atribut fisik meliputi usia, jenis kelamin, tinggi dan berat

badan, serta kondisi panca indera.

2) Atribut psikis

Atribut psikis adalah kebutuhan belajar, motivasi belajar,

aspirasi, keinginan, minat, tujuan. Hal ini meliputi kesiapan

belajar dan kemampuan mental.

3) Atribut fungsional

Atribut fungsional meliputi pekerjaan, pendidikan, kesehatan,

dan status sosial ekonomi.

Karakteristik eksternal peserta pelatihan berkaitan dengan

lingkungan kehidupan peserta pelatihan meliputi lingkungan

keluarga, kebiasaan dans arana belajar yang terdapat di masyarakat

dan daerah. Evaluasi terhadapa masukan mentah ini adalah untuk

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

58

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjawab pertanyaan tentang karakteristik mana yang paling

mendorong atau menghambat peserta pelatihan untuk belajar dan

bagaimana pengaruhnya terhadap proses, hasil dan dampak

pembelajaran.

Dalam komponen proses, proses pembelajaran yang perlu

dievaluasi ialah interaksi edukasi anatara peserta pelatihan dengan

pelatih. Proses ini menyangkut pembelajaran, bimbingan dan atau

latihan. Perlu diperhatikan juga pendekatan dan metode yang

digunakan oleh pelatih dan teknik kegiatan belajar oleh peserta

pelatihan. Dalam evaluasi program juaga perlu diidentifikasi tentang

efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Komponen keluaran (output) adalah lulusan program pelatihan.

Keluaran yang dievaluasi adalah kuantitas dan kualitas lulusan

program pelatihan setelah mengalami proses pembelajaran.

Kuantitas adalah jumlah lulusan yang berhasil menyelesaikan proses

pembelajaran dalam program pelatihan. Kualitas adalah perubahan

tingkah laku peserta pelatihan atau lulusan meliputi ranah afeksi,

kognisi, dan psikomotor.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

59

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir ini disusun secara rasional menurut konsep dan teori

yang ada dengan penemuan permasalahan ketika diimplementasikan. Proses

alur pikir peneliti dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut :

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan : Gambar 2.4

Fenomena Umum :

1. Undang-Undang Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003 pasal

78

2. PP No. 47 Tahun 2008

3. Instruksi Presiden No.15

Tahun 1974

EVALUASI

PROGRAM

PELATIHAN

PENYUSUNAN

BAHAN AJAR

BERBASIS TIK

Fenomena Khusus :

1) Tujuan program pelatihan yang

akan dicapai terlalu umum.

2) Kriteria peserta pelatihan kurang

diperhatikan berdasarkan analisis

kebutuhan.

3) Kurang sesuainya contoh

penyampaian materi yang dilakukan

pelatih terhadap peserta diklat.

4) Sejauh mana peserta pelatihan yang

sudah mengikuti pelatihan

mengaplikasikan pelatihan tersebut,

pihak lembaga belum bisa secara

cepat mengevaluasi.

Fokus Penelitian

Context

Input

Process

Product

Terlatihnya keterampilan tenaga

pendidik dalam menyusun atau

mendesain bahan ajar berbasis TIK

secara efektif dan efisien

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

60

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

= Garis utama (titik awal yang akan diteliti)

= Garis penghubung (saling berhubungan)

= Garis pendukung (yang akan dicapai)

= Garis yang menjadi fokus kajian

Kerangka pikir yang terdapat dalam gambar 2.4 tersebut merupakan alur

berpikir yang melandasi pemikiran penelitian analisis evaluasi program pelatihan

di lembaga diklat yang diawali oleh perundang-undangan yang menjelaskan

mengenai evaluasi , yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003 pasal 78 mengenai evaluasi pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor

47 Tahun 2008 pasal 8 dan Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974. Selain adanya

peraturan perundang-undangan tersebut, dalam penelitian ini juga terdapat banyak

fenomena-fenomena khusus yang terjadi diantaranya: tujuan program pelatihan

yang akan dicapai terlalu umum, penunjukkan peserta pelatihan kurang

diperhatikan berdasarkan analisis kebutuhan, kurang sesuainya contoh

penyampaian materi yang dilakukan pelatih terhadap peserta diklat, sejauh mana

peserta pelatihan yang sudah mengikuti pelatihan mengaplikasikan pelatihan

tersebut, pihak lembaga belum bisa secara cepat mengevaluasi.

Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, maka akan menjadi bahan

dasar dalam melakukan analisis evaluasi program pelatihan di lembaga diklat.

Analisis evaluasi dilihat dari komponen context, input, process, dan product.

Maksud evaluasi context ini adalah upaya menggambarkan dan merinci

lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani,

dan tujuan. Adapun evaluasi input merupakan gambaran penyediaan data untuk

menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

61

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mencapai tujuan program. Evaluasi process merupakan gambaran pengecekan

yang berkelanjutan atas implementasi perencanaan. Sedangkan evaluasi product

adalah ambaran pengukuran dan menginterpretasi pencapaian program selama

pelaksanaan program dan pada akhir program. Sehingga dalam menganalisis

dengan model evaluasi CIPP ini bermaksud untuk menganalisis evaluasi program

pelatihan di lembaga diklat agar menjadi efektif dan efisien.

C. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian berjudul “Evaluasi Penyelenggaraan Program Pelatihan Reguler

Di UPTP Balai Latihan Kerja Industri Makassar Periode 2010”. Pengarang

Satriana Maraya (E211 07 023). Metode penelitian yang digunakan adalah

kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga

komponen pembentuk kompetensi yakni pengetahuan, keterampilan dan

perilaku. Setelah melakukan penelitian, evaluasi penyelenggaraan program

pelatihan reguler periode 2010 yang difokuskan pada dampaknya, maka

dapat dikatakan program pelatihan reguler telah mencapai tujuan yakni

dapat mewujudkan tenaga kerja yang berkompeten dibidangnya. Hal ini

dapat dilihat dari para alumni program pelatihan reguler di Balai Latihan

Kerja Industri Makassar Periode 2010 yang telah memiliki pengetahuan,

keterampilan dan mampu menerapkan sikap kerja yang baik sehingga

dapat dikatakan berkompeten dibidangnya. Namun demikian diharapkan

program pelatihan reguler di Balai Latihan Kerja Industri Makassar perlu

lebih ditingkatkan lagi sehingga tetap dapat mewujudkan tenaga kerja

yang berkompeten dibidangnya.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

62

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Penelitian berjudul “Evaluasi Program Intensive Course (IC) di Jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (Penelitian

Evaluasi Berbasis Model CIPP)”. Pengarang Nyoman Pasek Hadisaputra

S2 Pengembangan Kurikulum. Hasil dari penelitian evaluasi ini

memperlihatkan: 1) Tujuan inti program IC sesuai dengan hasil analisis

kebutuhan, akan tetapi dalam analisis kebutuhan stakeholder juga

membutuhkan kompetensi lainnya untuk dimasukkan ke dalam program

IC nantinya seperti kompetensi linguistik, kepribadian, dan sosial, 2)

Desain program IC secara umum sesuai dengan tujuan program IC, hanya

saja komponen pengembangan materi perlu disesuaikan dengan hasil

analisis kebutuhan, 3) Proses pelaksanaan program IC secara umum sesuai

dengan tujuan program IC, akan tetapi monitoring dan evaluasi terhadap

program IC perlu dilakukan, 4) Hasil pembelajaran program IC selama

dan setelah pelaksanaan program sesuai dengan tujuan program IC, dan 5)

Terdapat beberapa aspek yang cukup berhasil dan yang masih perlu

perbaikan dalam program ini. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti

merekomendasikan: a) Penyesuaian tujuan program IC dengan kebutuhan

stakeholders, b) Mengembangkan materi yang sesuai dengan kebutuhan

stakeholders tersebut, dan c) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

program IC secara berkala. Perubahan yang bersifat neomobilisitic dalam

hal tujuan, materi (content), metode pembelajaran (teaching methods), dan

evaluasi harus dilakukan terhadap program IC dalam usaha memenuhi

kebutuhan para stakeholder saat ini.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_080046_caphter2.pdf · Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ... Model-model

63

Ivy Muhajjalina, 2012

Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Tik Dan Balai Pelatihan

Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Jurnal berjudul “Evaluasi Program Pelatihan Tenaga Bantu Penyuluh

Pertanian (Studi Penelitian Evaluatif dengan Model Evaluasi CIPP di

Kabupaten Bantul)”. Pengarang Gunawan Yuliyanto S2 Penyuluhan dan

Pembangunan PPs Pascasarjana UNS. Penelitian ini merupakan penelitian

evaluatif, dengan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process dan

Product) dari Stufflebeam. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Program

pelatihan pembekalan relevan dengan kebutuhan peserta, Analisis

Kebutuhan Latihan perlu dilakukan lebih cermat, Materi pelatihan

termasuk kategori sangat relevan dengan kebutuhan peserta (45,4%); 2)

Katagori sarana pelatihan baik (45,5%), Pengelolaan program dalam

katagori baik (54,5%); 3) Karakteristik pendidikan peserta 77,27%

berpendidikan SMK, Kemampuan fasilitator perlu ditingkatkan dalam hal

Icepelatihan/memotivasi peserta; 4) Kualitas pelaksanaan program

termasuk katagori baik (45,5%); 5) Manfaat program pelatihan

pembekalan bagi peserta termasuk katagori baik (45,4%); 6) Keterampilan

THL TBPP melakukan penyuluhan di lapangan dinilai oleh Pengurus

Kelompok Tani maupun Pimpinan BPP dalam katagori baik (45,5%), pada

aspek pengetahuan teknis pertanian dan pembuatan media penyuluhan

perlu ditingkatkan.