bab ii kajian pustaka, hasil penelitian dan analisis a
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/1.jpg)
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Kajian Pustaka
Agar mendapat pemahaman yang lebih baik dan jelas, maka diperlukan
kajian pustaka yang terdiri dari teori ilmu hukum yang berguna sebagai pisau
dalam menganalisis permasalahan hukum yang muncul antara das sollen dan das
sein, dimana Perda No.4/2016 sebagai das sollen dan kenyataannya bahwa
minuman beralkohol masih beredar atau dengan kata lain masyarakat masih
belum mengindahkan Perda No.4/2016 sebagai das sein. Teori ilmu hukum dapat
diartikan pula sebagai disiplin ilmu hukum yang dalam perspektif interdisipliner
dan eksternal secara kritis menganalisis berbagai aspek gejala hukum, baik dalam
konsepsi teoritisnya maupun dalam penerapan praktisnya, dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik dan jelas tentang bahan hukum yang
tersaji dan kegiatan yuridis dalam kemasyarakatan.22
Adapun dalam kajian pustaka ini sebagai dasar dalam menganalisis
permasalahan hukum terkait penegakan Perda No.4/2016, maka peneliti akan
menguraikan mengenai pengertian dan ruang lingkup penegakan hukum serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, uraian tersebut tersaji sebagai berikut :
22
Thesia Elias, Op.Cit, h.15
![Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/2.jpg)
18
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Penegakan Hukum
Istilah penegakan hukum (law enforcement) terdiri dari dua kata yaitu
penegakan dan hukum. Penegakan memiliki akar kata tegak yang diberi awalan
pe- dan akhiran -an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Penegakan
adalah - Proses, cara, perbuatan menegakkan.23
Sedangkan hukum oleh KBBI
diberikan beberapa definisikan diantaranya, peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-
undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.24
Menurut
Black’s Law Dictionary, penegakan hukum (law enforcement), diartikan sebagai
“the act of putting something such as a law into effect; the execution of a law; the
carrying out of a mandate or command”. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
penegakan hukum merupakan usaha untuk menegakkan norma-norma dan kaidah-
kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang dikandungnya. Oleh Jimly Asshiddiqie,
penegakan hukum dimaknai sebagai proses dilakukannya upaya untuk tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.25
Terkait dengan penegakan hukum, dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 secara
ekplisit menyebutkan “negara Indonesia adalah negara hukum”. Penegasan
“Indonesia sebagai negara hukum” menjadi penting karena dalam konsep teori
23
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Balai Pustaka, Jakarta, 2001, h.1155 24
Ibid h.410 25 Jimly Asshiddqie, Penegakan Hukum, Makalah, h.1, diunduh dari www.jimly.com diakses pada
tanggal 26 Mei 2018 pukul 01.00 wib.
![Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/3.jpg)
19
kedaulatan hukum, arti negara hukum pada prinsipnya menyatakan bahwa
kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara adalah hukum, oleh sebab itu seluruh
alat perlengkapan negara apapun namanya termasuk warga negara harus tunduk
dan patuh serta menjunjung tinggi hukum tanpa kecuali.26
Sejalan itu, Aminudin
Ilmar menjelaskan bahwa prinsip dasar dalam sebuah konsepsi dasar negara
hukum menetapkan bahwa setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
pemerintah (bestuurshandelingen) haruslah berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan pada adanya suatu legitimasi atau
kewenangan, sehingga tindakan atau perbuatan pemerintah tersebut dipandang
absah adanya.27
Oleh karena itu, di dalam negara Indonesia hukum berkedudukan
sangat mendasar dan tertinggi (supreme). Berangkat dari Indonesia sebagai negara
hukum maka penegakan hukum harus berdasarkan asas legalitas yang artinya
tindakan aparat penegakan hukum didasarkan atas dasar peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan.28
Menyinggung mengenai penegakan hukum, Satjipto Rahardjo menjelaskan
bahwa penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-
keinginan hukum menjadi kenyataan.29
Jadi penegakan hukum pada hakikatnya
adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
26 Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Indonesia, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2015
h.16-17. 27
Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Penerbit Kencana, Jakarta, 2014, h.95. 28 Thesia Elias, Loc. Cit 29
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum: suatu tinjauan sosiologis, Genta Publishing, Jakarta,
2009, h.24
![Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/4.jpg)
20
Secara konsepsional, inti dan arti dari penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-
kaidah yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.30
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam
praktik sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan
keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin di taatinya hukum materiil dengan menggunakan
cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.
Lebih lanjut, Sartjipto Rahardjo menjelaskan bahwa penegakan hukum pada
hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan,
kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya menjadi kenyataan. Berdasarkan
teori Webber maka Sarjipto Rahardjo mengatakan dilihat perbuatan-perbuatan
yang secara wajar dilakukan orang-orang, dilain pihak ada hukum yang
memaksakan tindakan orang untuk dilaksanakan menurut stereotip-stereotip
tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Yang menarik dari hal tersebut adalah
masing-masing orang sebetulnya menghendaki pencapaian kondisi tertentu yakni
ketertiban. Maka ketertiban ditafsirkan dari segi dipenuhinya prosedur-prosedur
normatif tertentu.
Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah
yang memuat keadilan dan kebenaran. Penegakan hukum bukan hanya menjadi
30
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cet.13, Ed. 1,
Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, h. 5
![Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/5.jpg)
21
tugas dari para penegak hukum yang sudah di kenal secara konvensional, tetapi
menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan
hukum publik pemerintahlah yang bertanggungjawab.
Menurut Jimly Asshiddiqie, penegakan hukum (law enforcement) dalam arti
luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta
melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan
hukum yang dilakukan oleh subjek hukum.31
Lebih lanjut, Jimly Asshiddqie
menjelaskan bahwa penegakan hukum dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :
1) Ditinjau dari sudut subyeknya
Penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat
pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang
terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan
semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan
aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan
atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya
paksa.
31 Jimly Asshiddiqie Op.Cit, h.25.
![Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/6.jpg)
22
2) Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya
Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan
sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan
yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu
hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.32
Sedangkan ditinjau dari sudut saat dilakukannya (pelaksanaan) penegakan
hukum, ada 2 macam penegakan hukum, yaitu :
1) Penegakan preventif
Penegakan preventif merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum untuk mencegah agar warga masyarakat tidak
melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh hukum. Dalam rangka
mencegah warga masyarakat melakukan tindakan tersebut maka langkah
yang dilakukan meliputi : Melakukan sosialisasi kepada masyarakat atas
akan diberlakukannya suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini
dimaksudkan agar warga masyarakat mematuhi aturan hukum yang
berlaku.
2) Penegakan represif
Penegakan represif merupakan bentuk penegakan terhadap pelanggar
aturan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Dalam hal ini adalah
bahwa penegakan hukum represif apabila terjadi pelanggaran maka
32 Jimly Asshiddqie, Op.Cit, h.1.
![Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/7.jpg)
23
penegak hukum melakukan penindakan, diproses sesuai dengan aturan-
aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian maka jika terjadi
pelanggaran maka pelaku akan ditangkap dan diproses sesuai aturan
perundang-undangan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono
Soekanto adalah :
1) Faktor Hukum
Dalam tulisan ini hukum dibatasi pada undang-undang dalam arti
materiel yang mencakup juga peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu
tempat atau daerah. Perihal undang-undang dalam arti materiel, oleh Purbacaraka
& Soerjono Soekanto dalam buku Perundang-undangan dan Yurisprudensi
(Purbacaraka & Soerjono Soekanto, 1979), mendefinisikan sebagai peraturan
tertulis yang berlaku umum yang dibuat oleh Penguasa pusat maupun daerah
yang sah. Agar undang-undang dalam arti materiel dapat mencapai tujuannya,
sehingga efektif maka mulai dari proses pembuatannya sampai kepada berlakunya
undang-undang tersebut harus memenuhi asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan sementara,
bahwa gangguan terhadap penegakan hukum yang berasal dari undang-undang
mungkin disebabkan karena :
![Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/8.jpg)
24
1. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang;
2. Belum adanya peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk
menerapkan undang-undang; dan
3. Ketidakjelasan arti kata-kata dalam undang-undang yang
mengakibatkan kesimpangsiuran didalam penafsiran penerapannya.33
Pada praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan
kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara
normatif. Maka pada hakikatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup
law enforcement, namun juga peace maintenance, karena penyelenggaraan hukum
sesungguhnya merupakan proses penyerasian antara nilai kaedah dan pola
perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
2) Faktor Penegak Hukum
Dalam kerangka sosiologis, ketika menyinggung mengenai penegak
hukum maka pusat perhatiannya diarahkan pada peranannya. Peranan tersebut
dibatasi pada peranan yang seharusnya dan peranan yang aktual. Peranan yang
seharusnya merujuk pada peranan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan sedangkan peranan yang aktual merujuk pada
peranan penegak hukum dilapangan oleh karena suatu kebijakan atau tindakan
yang tidak sepenuhnya berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan
sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Fungsi
33
Soerjono Soekanto, Op.Cit, h.11-18
![Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/9.jpg)
25
hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan
penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik,ada
masalah. Sebab penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat,
yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai dengan
Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah
mentalitas atau kepribadian penegak hukum.34
3) Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Penegakan hukum tidak akan berjalan lancar (mencapai tujuannya) tanpa
didukung oleh adanya sarana atau fasilitas yang antara lain mencakup : tenaga
manusia yang berpendidikan dan terampil; peralatan yang memadai; organisasi
yang baik; keuangan yang cukup; dan seterusnya. Dalam penegakan hukum,
sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena tanpa
adanya sarana atau fasilitas, tidak mungkin penegak hukum menyerasikan peranan
yang seharusnya dengan peranan yang aktual.
Mengenai sarana atau fasilitas sebaiknya dianuti jalan pikiran sebagai
berikut (Purbacaraka & Soerjono Soekanto 1983) :
a. Yang tidak ada – diadakan yang baru betul;
b. Yang Rusak Atau Salah – diperbaiki Atau dibetulkan;
c. Yang Kurang – ditambah;
d. Yang Macet – dilancarkan; dan
e. Yang mundur atau merosot – dimajukan atau ditingkatkan.35
34
Ibid, h.19-36 35
Ibid, h.37-44
![Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/10.jpg)
26
4) Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu,
maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum karena dalam
masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. Hal
tersebut disebabkan dari sudut sosial dan budaya, Indonesia merupakan suatu
masyarakat yang majemuk (plural society), terdapat banyak golongan etnik
dengan kebudayaan-kebudayaan khusus. Disamping itu, sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal diwilayah pedesaan yang berbeda cirinya dengan wilayah
perkotaan sehingga mugkin dibutuhkan pendekatan yang berbeda perihal
penegakan hukum agar hukum tertulis (perundang-undangan) dapat berlaku
secara sosiologis. Karena Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit
banyaknya mempunyai kesadaran hukum, hanya persoalan yang timbul kemudian
adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau
kurang. Adanya taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum, merupakan salah
satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.36
5) Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan hukum
pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-
nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik
36 Ibid h. 45-51
![Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/11.jpg)
27
(sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai
tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua
keadaan ekstrim yang harus diserasikan.37
Oleh sebab fungsi dari kebudayaan
sendiri untuk mengatur agar manusia dapat memahami bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya ketika berhubungan dengan orang
lain dalam bermasyarakat.
A. Hasil Penelitian
1. Profil Kabupaten Kepulauan Yapen
Secara historis, kabupaten kepulauan Yapen dahulu bernama kabupaten
Yapen Waropen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-
kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2907), namun pada tahun 2002 terbentuk kabupaten Waropen yang merupakan
hasil pemekaran dari kabupaten Yapen Waropen.38
Untuk menghindari adanya
duplikasi nama maka kemudian terhadap nama kabupaten Yapen Waropen diganti
menjadi kabupaten Kepulauan Yapen berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40
Tahun 2008 Tentang Perubahan Nama Kabupaten Yapen Waropen Menjadi
37
Ibid h. 59-60. 38 Lihat penjelasan umum Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2008 Tentang perubahan Nama
Kabupaten Yapen Waropen Menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4857)
![Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/12.jpg)
28
Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4857).
Kabupaten Kepulauan Yapen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Papua dengan ibukota kabupaten di Serui. Secara geografis, letak kabupaten
Kepulauan Yapen berada dibagian utara pulau Papua tepatnya di teluk
Cendrawasih, dengan luas wilayah 7.145,65 km2 atau sekitar 2,26 persen dari luas
Provinsi Papua yang meliputi 2.432,49 km2 wilayah daratan dan 4.713,16 km
2
wilayah lautan.39
Dengan luas wilayah lautan lebih besar dibandingkan dengan
luas daratan, sehingga kabupaten ini berbentuk kepulauan yang mayoritas
merupakan daerah pesisisr pantai dengan ketinggian 3 meter dari permukaan laut
(DPL). Secara astronomis Kabupaten Kepulauan Yapen terletak di antara 1 0
27’47.714” – 1 0 58’36.376” Lintang Selatan dan 135 0 56’21,708” – 1370
4,2’20,592” Bujur Timur. Sebelah utara Kabupaten Kepulauan Yapen berbatasan
dengan Kabupaten Biak Numfor, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan
Kabupaten Waropen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Manokwari, Provinsi Papua Barat.40
Wilayah administrasi kabupaten Kepulauan Yapen terdiri dari 16 wilayah
distrik, yaitu distrik Yapen Timur, Pantura Yapen, Teluk Ampimoi, Raimbawi,
Pulau Kurudu, Angkaisera, Kepulauan Ambai, Yapen Selatan, Kosiwo, Yapen
39
Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen 2017, diunduh dari
www.kepulauanyapenkab.bps.go.id dikunjungi pada tanggal 11 April 2018 pukul 12.00 wib, h. 1. 40
Ibid
![Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/13.jpg)
29
Barat, Wonawa, Pulau Yerui, Poom, Windesi, Anataurei dan distrik Yawakukat.41
Agar pengembangan kabupaten memiliki sasaran dan tujuan yang jelas serta
terarah, maka perlu dirumuskan dalam bentuk visi dan misi kabupaten.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Kabupaten kepulauan Yapen
memiliki Visi – Misi dalam membangun kabupaten Kepulauan Yapen. Adapun
Visi Kabupaten Kepulauan Yapen ialah Kabupaten Kepulauan Yapen Unggul
Dalam Bidang Pertanian, Kelautan dan Perikanan dan Pariwisata yang berbasis
Budaya Papua. Dalam rangka mencapai visi tersebut, maka Misi Kabupaten
Kepulauan Yapen adalah :
1. Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Kepulauan Yapen dalam Memenuhi
Seluruh Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak;
2. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih, Aparatur
Pemerintahan Yang Berdisiplin Tinggi, Profesional, Bersih Dan
Berwibawa Serta Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme;
3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan
Pembangunan Dalam Perekonomian Di Tingkat Lokal Papua, Tingkat
Nasional Dan Global Khususnya Dalam Bidang Pertanian, Kelautan dan
Perikanan, dan Pariwisata;
4. Mewujudkan tata ruang dan infrastruktur wilayah yang handal dan
terintegrasi serta lingkungan hidup yang asri yang berorientasi pada
terwujudnya Masyarakat Kepulauan Yapen yang Sehat dan Sejahtera.
41
Kabupaten Kepulauan Yapen Dalam Angka Tahun 2017, diunduh dari
https://kepulauanyapenkab.bps.go.id, dikunjungi pada tanggal 11 Mei 2018 pukul 12.00 wib, h.5
![Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/14.jpg)
30
5. Mewujudkan rasa aman, sentosa, tentram dan damai melalui Penegakan
Supremasi Hukum dan Hak Azasi Manusia serta Proteksi Hak-hak Dasar
Masyarakat Adat yang Bersendikan Nilai-nilai Budaya Papua.
Dalam mewujudkan Visi – Misi tersebut, pemerintah kabupaten Kepulauan
Yapen memberlakukan Perda No. 4/2016 dengan tujuan agar dapat melindungi
warga masyarakat dari berbagai ancaman bahaya, baik yang bersifat potensial
maupun yang bersifat faktual, oleh sebab secara faktual pengedaran dan penjualan
serta konsumsi minuman beralkohol dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
terkendali dalam batas wajar dan menimbulkan dampak negatif yang cenderung
mengancam hidup dan kehidupan orang asli Papua dan masyarakat Papua pada
umumnya. Namun pada kenyataannya setelah Perda No.4/2016 diberlakukan,
minuman beralkohol masih tetap diproduksi, diedarkan dan dijual serta
dikonsumsi di kabupaten Kepulauan Yapen.
2. Peredaran Minuman Beralkohol di Kabupaten Kepulauan
Yapen
Sebelum berlaku Perda No.4/2016, peredaran minuman beralkohol di
kabupaten Kepulauan Yapen diatur dengan Perda No.2 Tahun 2015 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol (Perda
No.2/2015). Alasan sosiologis diberlakukannya Perda No.2/2015 menitik beratkan
pada dampak mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, ketentraman dan keamanan dalam kehidupan
![Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/15.jpg)
31
masyarakat sehingga perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian peredaran
minuman beralkohol diwilayah hukum pemerintah Kabupaten Kepulauan
Yapen.42
Disamping pemberlakuan Perda No.2/2015, untuk meningkatkan Pendapat
Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi daerah pemerintah Kabupaten
Kepulauan Yapen juga memberlakukan Perda No.16 tahun 2012 tentang Retribusi
Izin tempat Penjualan Minuman Beralkohol sebagaimana telah diubah dengan
Perda No.6 tahun 2013 tentang perubahan Perda No.16 tahun 2012 tentang
retribusi tempat penjualan minuman beralkohol (Perda Retribusi Penjualan
Minuman Beralkohol).
Dengan pemberlakuan Perda Retribusi tempat penjualan minuman
beralkohol dan Perda No.2/2015, minuman beralkohol diizinkan untuk diperjual-
belikan dikabupaten Kepulauan Yapen sepanjang memiliki izin penjualan serta
membayar retribusi penjualan minuman beralkohol. Masa berlaku izin tempat
penjualan ini berjangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Data
mengenai tempat penjualan minuman beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen
tahun 2015 tersaji pada tabel 2.1.
42 Bentuk pengawasan dan pengendalian yang diatur dalam Perda No.2/2015, yaitu :
1. Penjual wajib memiliki izin dari pemerintah daerah;
2. Larangan menjual kepada anak dan/atau pelajar dibawah usia 21 tahun dan anggota
TNI/POLRI serta Pegawai Negeri Sipil yang berpakaian seragam.
3. Perihal tempat yang diizinkan untuk melakukan penjualan langsung minuman beralkohol
4. waktu menjual dan mengkonsumsi
5. Bupati berwenang menghentikan sementara penjualan karena pertimbangan khusus serta
dalam hal mengawasi dan menertibkan penjualan minuman beralkohol yang dibantu oleh
Tim yang terdiri dari instansi terkait
![Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/16.jpg)
32
Tabel 2.1
Data Perizinan Tempat Penjualan Minuman Beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen
Tahun 2015
No. Nama Usaha Alamat Tanggal Berlaku Izin
1. Toko Merpati Jln. Gajah Mada 30 Maret 2015 s.d 30 Maret 2016
2. Toko Kartika Jln.Yos Sudarso 29 Mei 2015 s.d 29 Mei 2016
3. Toko Rista Jln. Palapa 30 April 2015 s.d 30 April 2016
4. Café & Karaoke Bintang Jln.Moh Yamin 30 Maret 2015 s.d 30 Maret 2016
5. Rumah Makan & Karaoke
Glamor Jln.Hang Tua
30 Januari 2015 s.d 30 Januari
2016
6. Toko Pambers Jln.P.Diponegoro 29 Mei 2015 s.d 29 Mei 2016
7. Toko Sidharta Jln. Hang Tua 29 Mei 2015 s.d 29 Mei 2016
8. Toko Irianto Jln.Mariadei 30 April 2015 s.d 30 April 2016
9. Toko Sukaria Jln. Palapa 29 Mei 2015 s.d 29 Mei 2016
10. Toko Mandiri Makmur Jln. Yos Sudarso 27 Februari 2015 s.d 27 Februari
2016
11. Rumah Makan & Karaoke K-
1 Rilex Jln. Moh Toha 30 Juni 2015 s.d 30 Juni 2016
12. Rumah Makan & Karaoke
New Queen Jln. Gajah Mada
27 Februari 2015 s.d 27 Februari
2016
13. Rumah Makan & Karaoke
Malalayang Indah Jln. Frans Kaisepo
27 Februari 2015 s.d 27 Februari
2016
14. Rumah Makan & Karaoke
Milenium Jln. Moh Toha
30 Oktober 2015 s.d 30 Oktober
2016
15. Bar & Karaoke Zona Max Jln. Moh Toha 31 Desember 2015 s.d 31
Desember 2016
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Kepulauan Yapen Tahun 2015/2016
Dari tabel 2.1 diatas, dapat dilihat bahwa terhadap tempat-tempat usaha
yang menjual minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan Yapen masa berlaku
izin penjualan minuman beralkoholnya berakhir pada tahun 2016. Izin penjualan
minuman beralkohol ini dikeluarkan berdasar pada Perda No.2/2015 dan Perda
Retribusi izin Penjualan Minman Beralkohol.
Sejak diberlakukan Perda No.4/2016, terhadap perpanjangan izin maupun
pengurusan izin baru terkait izin penjualan minuman beralkohol tidak diberikan
lagi oleh pemerintah daerah dalam hal ini dinas terkait, yaitu Dinas Penanaman
Modal & Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kepulauan Yapen. Mengenai
semua izin penjualan minuman beralkohol yang telah diberikan sebelum
![Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/17.jpg)
33
berlakunya peraturan daerah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya
masa berlaku izin tersebut.43
Namun, kenyataannya sejak Perda No.4/2016 diberlakukan pada tanggal 25
November 2016 sampai saat ini, minuman beralkohol ternyata masih di produksi,
diedarkan serta diperjual-belikan di kabupaten Kepulauan Yapen serta dengan
mudah masyarakat dapat memperolehnya karena ada beberapa tempat penjualan
minuman beralkohol yang berjualan dilakukan 24 jam. Padahal pengaturannya
dalam Perda No.4/2016 jelas melarang dalam hal produksi, pengedaran dan
penjualan minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan Yapen.
Sehubungan dengan masih terus beredar dan diperjual-belikannya minuman
beralkohol pasca diberlakukannya Perda No.4/2016, perlu dilakukan penelitian
agar dapat diperoleh data yang valid. Dalam memperoleh data yang valid
mengenai peredaran minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan Yapen sejak
berlakukannya Perda No.4/2016, penulis melakukan wawancara dengan berbagai
pihak, yaitu distributor minuman beralkohol, penjual minuman beralkohol,
masyarakat yang mengkonsumsi serta tokoh adat. Lebih lanjut rangkuman hasil
wawancara tersebut penulis uraikan sebagai berikut :
1. Distributor minuman beralkohol
Untuk minuman beralkohol selain minuman lokal, khusus di kabupaten
Kepulauan Yapen terdapat 2 distributor. Distributor memperoleh izin
sebagai distributor dari Kementerian Perdagangan berupa Surat Izin Usaha
43
Secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 10 Perda No.4/2016.
![Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/18.jpg)
34
Penjualan Minuman Beralkohol (SIUPMB) dan Izin dari kementrian
keuangan melalui Dirjen Pajak berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang
Kena Cukai (NPPBKC). Artinya segala Minuman beralkohol yang telah
ada didistributor, kemudian akan didistribusikan lagi (dibeli) oleh penjual
minuman beralkohol yang berada satu tingkat dibawah distributor
(pengecer) untuk kemudian dijual langsung kepada masyarakat. Setelah
berlaku Perda No.4/2016, distributor tetap melakukan kegiatan
pendistribusian minuman beralkohol ke dalam kabupaten Kepulauan
Yapen. Terhadap distributor yang diwanwancarai oleh penulis mengaku
bahwa mereka tidak mengetahui bahwa Perda No.4/2016 telah disahkan
serta diberlakukan. Namun bagi mereka jika memang Perda tersebut telah
ada, mereka punya alasan sebagai distributor, yaitu telah memperoleh izin
dari kementrian sehingga kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan
yang legal secara hukum. Terkait pengurusan perizinan sebagai distributor
minuman beralkohol bukan merupakan domain pemerintah daerah oleh
sebab itu pemerintah daerah tidak dapat melarang kegiatan mereka sebagai
distributor minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan Yapen.44
2. Penjual minuman beralkohol
a. Penjual minuman non tradisional (minuman toko)45
Terhadap pengecer ini berdasarkan Perda No.4/2016 sudah tidak
diberikan lagi izin penjualan minuman beralkohol oleh pemerintah
44 Wawancara dengan salah satu distributor minuman beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen
tanggal 19 Januari 2018 45
Wawancara dengan beberapa penjual minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan Yapen
tanggal 15 Januari 2018
![Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/19.jpg)
35
daerah46
tetapi faktanya, pengecer masih tetap melakukan penjualan
minuman beralkohol. Tingkat pembelian masyarakat terhadap
minuman beralkohol sangat tinggi sementara menurut penjual
minuman beralkohol non tradisional, pemerintah melalui aparat
penegak Perda belum melakukan tindakan represif terhadap tempat-
tempat yang menjual minuman beralkohol (tindakan represif yang
dimaksud oleh mereka berupa penyitaan minuman beralkohol yang
mereka jual). Sehingga tempat-tempat yang menjual minuman
beralkohol masih tetap menjual minuman beralkohol. Bagi mereka
jika pemerintah tegas menegakan Perda No.4/2016 dengan menyita
minuman yang mereka jual maka mereka tidak akan menjual lagi.
mengenai keamanan mereka dalam berjualan, salah satu penjual
minuman beralkohol pada toko X mengakui bahwa ada beberapa
oknum polisi maupun TNI yang sering kali datang dan meminta rokok
serta beberapa minuman yang mereka jual dan mereka selalu
memberikannya.
46 Mengenai perizinan penjualan minuman beralkohol oleh pemerintah daerah ini disampaikankan
juga oleh Kepala Dinas PM dan PTSP bapak Harold Weno tanggal 8 Januari 2018 dan Bapak
R.A Mambrasar, S.Sos selaku Kabid penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan
Dinas PM & PTSP Kabupaten Kepulauan Yapen dalam wawancara dengan Penulis tanggal 26
Januari 2018 : bahwa dikabupaten Kepulauan Yapen lebih kurang ada 20-an tempat yang menjual
minuman beralkohol yang telah mengurus izin tempat penjualan serta telah diberikan izin
penjualan oleh pemerintah daerah dengan masa berlaku izin selama 1 tahun serta dapat
diperpanjang setiap tahunnya. Namun pada waktu rancangan Perda No.4/2016 sedang “digodok”
oleh legistatif dan eksekutif, kurang lebih masuk pada semester 2 tahun anggaran 2016, di kantor
kami sudah punya komitmen bahkan sudah kita wujud nyatakan untuk menunda sementara
perpanjangan izin penjualan minuman beralkohol. Setelah Perda No.4/2016 ditetapkan pada bulan
November 2016, maka berdasarkan Perda tersebut dinas PM dan PTSP menolak seluruh
perpanjangan izin penjualan minuman beralkohol maupun menerbitkan izin baru terhadap
penjualan minuman beralkohol.
![Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/20.jpg)
36
Minuman beralkohol yang dijual ditoko (seperti Bir, Vodka, Whisky
Robinson, dll) dari pengamatan penulis pada salah satu toko, setiap
harinya buka normal mulai jam 09.00 wit dan tutup kurang lebih pada
jam 03.00 wit. Dalam waktu 1 jam (antara jam 09.00-17.00 wit)
paling sedikit ada 3 pembeli yang datang ke toko tersebut untuk
membeli minuman beralkohol dan jumlah ini akan meningkat mulai
dari jam 17.00-02.00 wit. Bahkan ada tempat penjualan minuman
beralkohol yang melakukan penjualan selama 24 jam dengan memakai
jasa “kurir” dimana jika toko tersebut telah tutup, pembeli dapat
melakukan pembelian melalui kurir tersebut. Menurut toko yang
menjual minuman beralkohol, seharusnya pemerintah melarang
distributor untuk memasukan minuman beralkohol ke Kabupaten
Kapulauan Yapen.
b. Penjual minuman lokal47
Sedangkan untuk minuman lokal (minuman bobo), minuman bobo ini
dihasilkan dari pohon bobo dan produksinya dilakukan sendiri oleh
masyarakat dengan cara tradisional. Dengan tingginya permintaan
masyarakat terhadap minuman bobo, maka masyarakat banyak yang
lebih memilih untuk memproduksi minuman bobo serta menjual
kepada “penadah”48
yang berasal dari kota Serui. Tingkat konsumsi
minuman beralkohol dimasyarakat sendiri terbilang sangat tinggi.
Sejak berlakunya Perda No.4/2016, dengan alasan yang beragam
47 Wawancara dengan penjual minuman lokal (minuman bobo) tanggal 25 Januari 2018 48 Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan penadah ialah pembeli yang melakukan pembelian
dalam jumlah banyak dengan maksud untuk dijual kembali
![Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/21.jpg)
37
masyarakat masih tetap membeli serta mengkonsumsi minuman
beralkohol. Hal ini juga turut berpengaruh terhadap volume peredaran
(penjualan) minuman beralkohol, seperti penuturan salah seorang
penjual minuman bobo : “saya menjual bobo tiap malam biasanya
mulai dari jam 19.00 sampai sekitar jam 01.00… dalam satu malam
paling sedikit 30 liter bobo laku terjual”.
Tujuan mereka menjual minuman bobo untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Pendapatan bersih yang mereka peroleh dalam satu
malam menurut beberapa penjual bobo dapat mencapai kurang lebih
Rp. 200.000,- apalagi bagi mereka yang sudah punya pelanggan tetap.
Terkait Perda No.4/2016, bagi mereka jika pemerintah mau melarang
penjualan minuman beralkohol maka seharusnya lebih utama
pemerintah melarang toko-toko untuk menjual minuman dan juga
distributor.
3. Masyarakat yang mengkonsumsi49
Sejak berlakunya Perda No.4/2016, walaupun telah mengetahuinya dari
sosialisasi yang dilakukan melalui media RRI stasiun Serui, dengan alasan
yang beragam masyarakat masih tetap membeli serta mengkonsumsi
minuman beralkohol. Alasan yang dimaksud mulai dari alasan sudah
terbiasa meminum minuman beralkohol sampai kepada alasan
mengkonsumsi karena minuman masih dijual. Untuk mendapatkan
49
wawancara dengan beberapa peminum minuman beralkohol pada tanggal 21, 24 dan 25 Januari
2018
![Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/22.jpg)
38
minuman beralkohol ini pun cukup mudah karena banyak tempat yang
menjualnya. Masyarakat yang penulis wawancarai ini umurnya berkisar
dari 16 tahun hingga 45 tahun.
4. Tokoh Adat50
Tanggapan dari sisi adat terkait kebiasaan meminuman minuman
beralkohol serta peredaran minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan
Yapen terungkap bahwa secara historis, memang minuman beralkohol
telah menjadi salah satu suguhan dalam acara adat yang dilakukan.
Masyarakat pada waktu itu mengkonsumsinya pada batas normal (artinya
tidak dengan tujuan untuk mabuk) dan adat juga mengatur batasan usia
bagi yang dapat mengkonsumsi minuman beralkohol, yaitu ketika telah
berusia 20 tahun ke atas. Namun Seiring dengan perkembangan zaman,
tatanan adat itu telah bergeser karena sekarang ini minuman beralkohol itu
sudah menjadi tujuan anak-anak muda sebagai selingan hidup sehingga
hampir tiap hari kita menemukan orang yang mabuk. Pemerintah harus
serius dalam menerapkan Perda ini, perlu ada tindakan tegas dari
pemerintah dalam penegakan Perda No.4/2016. Khusus untuk minuman
lokal misalnya minuman bobo, jika serius maka pemerintah perlu
memberikan pelatihan dan modal agar masyarakat dapat mengolah pohon
bobo menjadi menjadi gula merah atau cuka sehingga hasil pohon bobo
tetap memberikan keuntungan apabila dijual.
50 Hasil wawancara dengan Bapak Onesimus Wajoi, S.sos selaku Ketua Lembaga Masyarakat
Adat Kabupaten Kepulauan Yapen tanggal 18 dan 19 Januari 2018.
![Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/23.jpg)
39
3. Pengaturan Hukum
Yang dimaksud dengan pengaturan hukum adalah pengaturan yang
berkaitan minuman beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen yang dituangkan
dalam Perda No.4/2016.
Sejak diberlakukan pada tanggal 25 November 2016, pengaturan mengenai
minuman beralkohol dikabupaten kepulauan Yapen hanya berdasar pada Perda
No.4/2016. Pemberlakuan Perda No.4/2016 ini sekaligus juga mencabut dan
menyatakan tidak berlaku lagi Perda No.2/2015 dan Perda Retribusi izin
Penjualan Minuman Beralkohol.51
Materi muatan dari Perda ini mengatur mengenai beberapa hal, yaitu
penggolongan dan standar mutu; larangan; pengawasan; peran serta masyarakat;
ketentuan pidana; penyidikan; ketentuan peralihan; dan ketentuan penutup.
Terhadap hal-hal yang diatur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Penggolongan dan Standar Mutu
Dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Perda No.4/2016, diatur mengenai minuman
beralkohol yang disasar oleh Perda ini, yaitu Minuman beralkohol dalam negeri
(hasil produksi pabrik dan hasil olahan tradisional) dan Minuman beralkohol luar
negeri berdasarkan penggolongannya. Terkait dengan penggolongannya meliputi :
a. Golongan A adalah minuman yang beralkohol dengan kadar ethanol
(C2H5OH) diatas 1 % (satu perseratus) sampai dengan 5 % (lima
perseratus); 51
Secara ekplisit termuat dalam Pasal 11 Perda No.4/2016
![Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/24.jpg)
40
b. Golongan B adalah minuman yang beralkohol dengan kadar ethanol
(C2H5OH) lebih dari 5% (lima perseratus) sampai dengan 20% (duapuluh
perseratus);
c. Golongan C adalah minuman yang beralkohol dengan kadar ethanol
(C2H5OH) lebih dari 20% (duapuluh perseratus) sampai dengan 55% (lima
puluh lima perseratus); dan
d. Minuman beralkohol produksi bukan pabrik atau hasil olahan tradisional
tidak termasuk golongan A, golongan B, dan golongan C merupakan
minuman yang dihasilkan dari berbagai jenis tumbuhan dan/atau bahan
alami yang mengandung ethanol atau alcohol.
2) Larangan
Dalam Pasal 4 Perda No.4/2016, diatur mengenai setiap orang atau
badan hukum dilarang untuk memproduksi, memasukkan, mendistribusikan, serta
menjual minuman beralkohol baik yang merupakan hasil produksi pabrik maupun
hasil olahan tradisional dikabupaten Kepulauan Yapen. Selain itu diatur juga
mengenai larangan bagi setiap orang mengkonsumsi minuman beralkohol di
kabupaten Kepulauan Yapen.
3) Pengawasan
Dalam Pasal 5 Perda No.4/2016, diatur bahwa Bupati melakukan
pengawasan terhadap larangan kegiatan produksi, distribusi, penjualan, dan
konsumsi minuman beralkohol dengan membentuk tim pengawasan yang terdiri
dari unsur pemerintahan dan non pemerintahan. Tim pengawasan ini diangkat
![Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/25.jpg)
41
oleh Bupati dengan masa kerja 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan
susunan keanggotaan ditetapkan oleh Bupati.
4) Peran serta masyarakat
Dalam Pasal 6 Perda No.4/2016, diatur mengenai peran serta
masyarakat dalam melakukan pengawasan berupa pengawasan sosial dalam
bentuk laporan, saran dan pertimbangan kepada tim pengawasan dan penegak
hukum.
5) Ketentuan pidana
Untuk menjamin ditaatinya Perda No.4/2016 ini maka dalam Pasal 7
diatur mengenai pemberian sanksi pidana terhadap setiap orang atau badan hukum
yang melanggar ketentuan Perda ini, yaitu :
1. berupa denda berupa kurungan paling lama 5 (lima) Tahun dan/atau
denda paling tinggi Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) terhadap
setiap orang dan/atau badan hukum perdata yang memproduksi,
memasukkan, mendistribusikan serta menjual minuman beralkohol
non tradisional dan tradisional di kabupaten Kepulauan Yapen.
2. berupa pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling tinggi Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) terhadap setiap
orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol non tradisional dan
tradisional di wilayah kabupaten Kepulauan Yapen.
![Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/26.jpg)
42
6) Penyidikan
Dalam Pasal 8 Perda No.4/2016, diatur mengenai tugas penyidikan
dalam memproses setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan
Perda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diatas. Penyidikan ini dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negari Sipil (PPNS)
7) Ketentuan peralihan
Dalam Pasal 10 Perda No.4/2016, diatur bahwa dengan ditetapkannya
Peraturan Daerah ini, semua Ijin yang telah diberikan sebelum berlakunya
peraturan daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa berlaku
izin tersebut.
8) Ketentuan Penutup
Dalam Pasal 11 Perda No.4/2016, diatur bahwa dengan berlakunya
Peraturan Daerah ini,
1. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol
2. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen Nomor 16 Tahun 2012
tentang Retribusi Izin tempat penjualan minuman beralkohol sebagaimana
telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2013 tentang
perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen Nomor 16 Tahun
2012 tentang Retribusi Izin tempat penjualan minuman beralkohol,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
![Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/27.jpg)
43
4. Satuan Polisi Pamong Praja
Satuan Polisi Pamong Praja [Satpol PP] dibentuk untuk menegakkan Perda
dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman, serta
menyelenggarakan perlindungan masyarakat.52
Satpol PP merupakan bagian
perangkat daerah di bidang penegakan Perda, ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat.53
Konkritnya, Satpol PP mempunyai tugas membantu kepala daerah
untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tenteram, tertib, dan teratur
sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan
masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu, di
samping menegakkan Perda, Satpol PP juga dituntut untuk menegakkan kebijakan
pemerintah daerah lainnya yaitu peraturan kepala daerah. Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai SKPD penegak Perda, Satpol PP mempunyai fungsi meliputi:
a. Menyusun program dan melaksanakan penegakan Perda,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat.
b. Melaksanakan kebijakan penegakkan Perda dan peraturan kepala daerah.
c. Melaksanakan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat di daerah.
d. Melaksanakan kebijakan perlindungan masyarakat.
e. Melaksanakan koordinasi penegakkan Perda dan peraturan kepala daerah,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan
52 Pasal 255 ayat (1) UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587) 53 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
![Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/28.jpg)
44
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
daerah, dan atau aparatur lainnya.
f. Melakukan pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum
agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah.
g. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah 54
dan memiliki kewenangan :
a. melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau peraturan kepala daerah;
b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
c. fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan
masyarakat;
d. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau peraturan kepala daerah; dan
e. melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
peraturan kepala daerah.55
Serta memiliki kewajibannya yang meliputi:
a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan
norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.
54
Ibid Pasal 5 55
Ibid Pasal 6
![Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/29.jpg)
45
b. Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Polisi Pamong Praja.
c. Membantu menyelesaikan perselisihan masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
d. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas
ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana.
e. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas
ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Perda
dan/atau peraturan kepala daerah.56
Agar dapat melakukan tugasnya secara maksimal, Satpol PP juga ditunjang
oleh jumlah pegawai, sarana dan prasarana, anggaran, serta terkait penindakan
memerlukan adanya Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Tabel 2.2
Jumlah Anggota Satpol PP Tahun 2016-2017
No. Tingkat
Pendidikan
2016 Jumlah
2017 Jumlah
PNS Honorer PNS Honorer
1. SD 4 - 4 8 - 8
2. SMP 3 - 3 6 - 6
3. SMA 22 26 48 30 29 59
4. Sarjana 12 1 13 11 1 12
Sumber : Satpol PP Kabupaten Kepulauan Yapen Tahun 2018
Berdasarkan data pada tabel 2.2 diatas, terlihat bahwa jumlah anggota Satpol PP
yang berstatus PNS dengan tingkat pendidikan SD dan SMP mengalami kenaikan
pada tahun 2017, dimana berturut-turut Satpol PP dengan tingkat pendidikan SD
pada tahun 2016 berjumlah 4 orang mengalami kenaikan menjadi 8 orang pada
tahun 2017 dan Satpol PP dengan tingkat pendidikan SMP pada tahun 2016
56
Ibid Pasal 8
![Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/30.jpg)
46
berjumlah 3 orang naik menjadi 6 orang pada tahun 2017. Kenaikan jumlah yang
sama juga terjadi pada anggota Satpol PP yang berstatus PNS dan honorer dengan
tingkat pendidikan SMA, dimana Satpol PP yang berstatus sebagai honorer pada
tahun 2016 berjumlah 26 orang mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi 29
orang dan yang berstatus sebagai PNS naik dari 22 orang pada tahun 2016
menjadi 30 orang pada tahun 2017. Namun, jumlah anggota Satpol PP dengan
tingkat pendidikan sarjana mengalami penurunan, dimana pada tahun 2016
berjumlah 13 orang pada tahun 2016, menurun menjadi 12 orang pada tahun
2017.
Tabel 2.3
Sarana dan Prasarana Satpol PP Tahun 2016-2017
No. Sarana Prasarana yang dimiliki Jumlah
1. Gedung kantor 1 gedung
2. Mobil Patroli 1 unit
3. Motor operasional 8 unit
4. Komputer 5 unit
5. Laptop 4 unit
6. Printer 7 unit
Sumber : Satpol PP Kabupaten Kepulauan Yapen Tahun 2018
Tabel 2.3 diatas merupakan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Satpol
PP pada tahun 2016-2017. Dari sekian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
Satpol PP, penulis tertarik untuk membahas lebih dahulu mengenai jumlah mobil
patroli dan motor yang dimiliki. Karena menurut hemat penulis mobil dan motor
merupakan sarana penunjang bagi Satpol PP dalam melakukan kegiatan operasi
rutin maupun operasi insidental dilapangan berupa penegakan represif terhadap
pihak-pihak yang melanggar ketentuan Perda No.4/2016 apabila penegakan secara
preventif tidak berhasil.
![Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/31.jpg)
47
Tabel 2.4
Jumlah Anggaran Satpol PP tahun 2016-2018 No. Tahun Anggaran Jumlah Anggaran
1. 2016
Rp. 2.155.154.000
(dua milyar seratus lima puluh lima juta seratus lima puluh empat
ribu rupiah)
2. 2017
Rp. 2.155.154.000
(dua milyar seratus lima puluh lima juta seratus lima puluh empat
ribu rupiah)
3. 2018
Rp. 4.383.082.000
(empat milyar tiga ratus delapan puluh tiga juta delapan puluh dua
ribu rupiah)
sumber : Satpol PP Kabupaten Kepulauan Yapen Tahun 2018
Dari tabel 2.4 diatas, jumlah anggaran bagi Satpol PP pada tahun 2016 besarnya sama
dengan pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp.2.155.154.000 (dua milyar seratus lima puluh
lima juta seratus lima puluh empat ribu rupiah). Kenaikan anggaran bagi Satpol PP baru
terjadi pada tahun 2018, yaitu sebesar Rp.4.383.082.000 (empat milyar tiga ratus delapan
puluh tiga juta delapan puluh dua ribu rupiah).
Untuk dapat melakukan penegakan perda, selain tindakan preventif, juga
diperlukan tindakan represif. Dalam melakukan tindakan represif, dibutuhkan
adanya PPNS. Dalam UU No.23/2014, tugas PPNS yaitu melakukan penyidikan
terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Keberadaan PPNS ini mempunyai peranan untuk
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan Perda dalam hal
mengkonsumsi, memproduksi, memasukkan, mendistribusikan, serta menjual
minuman beralkohol di kabupaten Kepulauan Yapen dan menetapkan sanksi
pidana terhadap yang melanggar sesuai ketentuan pidana yang diatur dalam Perda
No.4/2016. Terkait penegakan Perda No.4/2016, secara ekplisit tugas PPNS diatur
dalam Pasal 9 Perda No.4/2016.
![Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/32.jpg)
48
Mengenai PPNS, idealnya Kabupaten Kepulauan Yapen membutuhkan 4-5
orang PPNS, sementara sampai saat ini baru memiliki 1 orang PPNS yaitu Bapak
Woisiri, yang merupakan salah satu anggota Satpol PP Kabupaten Kepulauan
Yapen, itu pun baru dikirim untuk mengikuti training (diklat) PPNS menjelang
akhir tahun 2017.57
5. Penegakan Hukum
Yang dimaksud dengan penegakan hukum adalah penegakan Perda
No.4/2016 di Kabupaten Kepulauan Yapen. Sebagaimana termuat dalam
penjelasan umum Perda No.4/2016, alasan sosiologis diberlakukan Perda
No.4/2016 yakni agar dapat melindungi warga masyarakat dari berbagai ancaman
bahaya, baik yang bersifat potensial maupun yang bersifat faktual. Selain
ditujukan kepada masyarakat kabupaten Kepulauan Yapen, Perda No.4/2016 ini,
ditujukan juga kepada Satpol PP selaku aparat penegak Perda agar peredaran
minuman beralkohol dapat terkontrol.
Dalam menegakan Perda No.4/2016 ditinjau dari sudut dilakukannya
(pelaksanaan) penegakan hukum, ada 2 macam penegakan hukum yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah, yaitu :
1) Penegakan Preventif
Penegakan preventif merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum untuk mencegah agar warga masyarakat tidak
57
Hasil wawancara dengan Bapak Johanis F. Loupatty selaku Kepala Bidang Penegakan
Perundang-undangan Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen, tanggal 8 Januari 2018
![Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/33.jpg)
49
melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh hukum. Dalam rangka
mencegah warga masyarakat melakukan tindakan tersebut maka langkah
yang dilakukan meliputi :
a. Pada tanggal 20 Juni 2016 pemerintah daerah melalui Satpol PP,
berdasarkan disposisi Bupati tertanggal 17 Juni 2016, mengeluarkan
Surat Nomor 800/073/SATPOL-PP yang isinya Pemberitahuan
Larangan Memasukan dan Menjual Miras di Kabupaten Kepulauan
Yapen. Surat tersebut ditujukan kepada para distributor penjual
minuman beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen yang pada
pokoknya berisi pemberitahuan untuk tidak lagi mendatangkan dan
menjual minuman keras/milo serta dan mulai diberlakukan tanggal 1
September 2016 dan akan diadakan pengawasan dan penarikan semua
minuman keras yang masih beredar.
b. melakukan sosialisasi kepada masyarakat atas akan diberlakukannya
Perda No.4/2016 melalui media Radio Republik Indonesia stasiun
Serui dalam jangka waktu kurang lebih 3 bulan setelah Perda
ditetapkan dengan frekuensi 2-3 kali dalam 1 bulan. Selain itu,
pemerintah daerah juga membentuk membentuk satgas miras dengan
tujuan membantu pemerintah dalam melakukan mensosialisasikan
Perda No.4/2016. Satgas miras yang dibentuk ini terdiri dari para
pemuda yang merupakan perwakilan dari 16 distrik, tiap distrik
mengirimkan kurang lebih 10 orang perwakilan sebagai satgas.
Pembentukan Satgas miras ini dilakukan antara bulan November atau
![Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/34.jpg)
50
Desember 2016. Jadi ada satgas miras yang oleh pimpinan kita disebut
sebagai satgas Maleo. Tugas Satgas miras untuk menyampaikan
mensosialisasikan isi perda miras ini kepada masyarakat di tingkat
distriknya. Sosialisasi yang dilakukan oleh satgas miras sudah berjalan
dan sampai belum dilakukan evaluasi kembali sampai dimana
keefektifanya. Sosialisasi ini dimaksudkan agar warga masyarakat
mengetahui serta mematuhi aturan hukum yang berlaku (Perda
No.4/2016)
2) Penegakan Represif
Pada tanggal 11 Oktober 2017 pemerintah daerah melalui Satpol PP
berdasarkan Perda No.4/2016, mengeluarkan surat peringatan nomor
800/017/SATPOL-PP dan ditujukan kepada yang memproduksi,
memasukan, mendistribusikan, serta menjual minuman beralkohol di
kabupaten Kepulauan Yapen. Surat ini pada pokoknya berisi bahwa dalam
rangkan penegakan Perda No.4/2016 dan rapat bersama anggota DPRD
tanggal 27 September 2017 serta laporan keluhan dari masyarakat tentang
peredaran minuman beralkohol dan dampak yang ditimbulkan maka
kepada saudara/saudari yang memproduksi, memasukan, mendistribusikan
serta menjual minuman beralkohol diperingatkan segera menghentikan
kegiatan tersebut setelah menerima surat Peringatan ini akan diadakan
operasi penegakan Perda No.4/2016. Apabila dalam operasi masih
kedapatan melakukan kegiatan tersebut maka akan ditindak sesuai Perda
No.4/2016.
![Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/35.jpg)
51
B. Analisis
Secara filosofis menurut Roscoe Pound sebagaimana dikutip oleh Titon
Slamet Kurnia, berpendapat bahwa hukum lebih pada suatu ideal, nilai, tentang
keharusan (norma/kaidah) untuk merepresentasikan tujuan yang sangat kuat yang
hendak direalisasikan oleh keharusan tersebut yaitu keadilan dalam rangka
penataan suatu masyarakat.58
Hukum merupakan sinonim dari keadilan dan
karena itu tidak dapat dipersamakan dengan kesewenang-wenangan kekuasaan.59
Dalam masyarakat hukum merupakan dasar dari suatu tindakan dilarang atau
tidak dilarang karena didalamnya memuat norma atau kaidah-kaidah yang berlaku
pada waktu dan tempat tertentu serta ditetapkan oleh pengemban kekuasaan yang
berwenang.
Dalam arti hukum positif, hukum dapat dimaknai undang-undang. Undang-
undang dalam arti materiel adalah peraturan tertulis yang berlaku umum yang
dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Dengan demikian, Perda
No.4/2016 merupakan salah satu bentuk undang-undang dalam arti materiel,
sebab telah ditetapkan berlaku disuatu tempat yaitu Kabupaten Kepulauan Yapen
dan dibentuk oleh penguasa yang sah. Oleh karenanya Perda No.4/2016 wajib
ditaati oleh segenap masyarakat yang ada di kabupaten Kepulauan Yapen.
Peredaran minuman beralkohol menjadi menarik untuk dikaji, sebab
sebelum berlakunya Perda No.4/2016 salah satu PAD Kabupaten Kepulauan
58
Titon Slamet Kurnia, Sistem Hukum Indonesia : Sebuah Pemahaman Awal, Penerbit Mandar
Maju, Bandung, 2016, h.3. 59
Ibid
![Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/36.jpg)
52
Yapen bersumber dari izin penjualan minuman beralkohol. Hal ini didasarkan
dengan diberlakukannya Perda No.2/2015 dan Perda Retribusi Izin Tempat
Penjualan Minuman Beralkohol. Namun setelah diberlakukan Perda No.4/2016,
pemberlakuan Perda ini telah mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Perda
No.2/2015 dan Perda Retribusi Izin Penjualan Minuman Beralkohol. Implikasi
dari pemberlakuan Perda No.4/2016, yaitu :
1) pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen tidak dapat mengeluarkan izin
baru maupun perpanjangan izin kepada tempat-tempat yang menjual
minuman beralkohol sebab Perda ini melarang terhadap produksi,
pengedaran dan penjualan minuman beralkohol
2) dengan tidak dapat mengeluarkan izin baru maupun perpanjangan izin
penjualan minuman beralkohol, maka konsekuensinya pemerintah
kehilangan PAD yang cukup besar dari sektor izin penjualan minuman
beralkohol. Karena sebelum Perda No.4/2016 ini ditetapkan, dengan
berdasar pada Perda No.2/2015 dan Perda Retribusi Penjualan
Minuman Beralkohol, pemerintah dapat memperoleh PAD yang cukup
besar dari izin penjualan minuman beralkohol.
3) terhadap penegakan Perda No.4/2016, kemungkinan tidak dapat
dilakukan secara konsekuen oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan
Yapen. Hal ini disebabkan karena hanya dalam waktu kurang lebih 1
tahun, pengaturan hukum mengenai minuman beralkohol telah
dilakukan perubahan dari sebelumnya Perda No.2/2015 kemudian
dicabut dan diganti dengan Perda No.4/2016. Sementara jumlah
![Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/37.jpg)
53
minuman beralkohol yang telah beredar di Kabupaten Kepulauan
Yapen cukup banyak karena bersumber dari 2 distributor. Sehingga
apabila diterapkan secara konsekuen, maka kerugian akan diderita oleh
pengusaha yang terlanjur membeli minuman beralkohol dalam jumlah
yang banyak.
4) merujuk pada poin 3 diatas serta dalam hubungannya dengan PAD,
maka ada kemungkinan PAD mempengaruhi corak penegakan hukum.
Hal ini dikarenakan setelah pemberlakuan Perda No.4/2016, pemerintah
mengambil kebijakan dengan memberikan kelonggaran kepada
distributor maupun penjual yang berada satu tingkat dibawah distributor
untuk “menghabiskan” sisa stok minuman beralkohol yang ada (yang
sudah terlanjur dibeli sebelum berlakunya Perda No.4/2016). Walaupun
pada faktanya, sampai dengan tahun 2018 minuman beralkohol tetap
diproduksi, diedarkan dan diperjualbelikan di Kabupaten Kepualauan
Yapen. Dengan kata lain, bahwa kegiatan produksi, pengedaran dan
penjualan minuman beralkohol yang masih terus terjadi tersebut
dilakukan secara illegal.
Lebih lanjut, dari segi sosial-budaya sebagaimana terungkap dalam
wawancara dengan Bapak Onesimus Wajoi, S.sos, selaku Ketua Lembaga
Masyarakat Adat Kabupaten Kepulauan Yapen, dijelaskan bahwa :
“…minuman beralkohol telah menjadi salah satu suguhan dalam
acara adat yang dilakukan. Masyarakat pada waktu itu
mengkonsumsinya pada batas normal (artinya tidak dengan tujuan
untuk mabuk) dan adat juga mengatur batasan usia bagi yang dapat
![Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/38.jpg)
54
mengkonsumsi minuman beralkohol, yaitu ketika telah berusia 20
tahun ke atas….”
Sebagai hukum tertulis dalam hubungannya dengan sosial-budaya, Perda ini
kurang akomodatif terhadap kenyataan sosial-budaya masyarakat yang lazim
mengkonsumsi minuman beralkohol dalam acara-acara adat. Sehubungan dengan
kurang akomodatifnya Perda ini, pada akhirnya menyebabkan Perda sebagai
hukum tertulis tidak berlaku secara sosiologis yang pada akhirnya mengakibatkan
tidak dapat ditaati/dipatuhi oleh masyarakat.
Dari sisi pelaksaanaan penegakan peraturan daerah tersebut, Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) oleh peraturan perundang-undangan diberi kewenangan
untuk melaksanakan penegakan Perda. Dengan diberlakukannya Undang-Undang
nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 255 ayat (1)
disebutkan bahwa satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda
dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta
menyelenggarakan pelindungan masyarakat, sebagai pelaksana tugas
desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi.60 Pada
dasarnya setiap daerah mempunyai 2 macam kekuasaan, yaitu otonomi dan
medebewind. Otonomi ialah hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerahnya, sedangkan medebewind adalah hak menjalankan peraturan-peraturan
dari pemerintah pusat atau daerah tingkat atasan berdasarkan perintah pihak
atasan itu.
60
Pasal 1 angka 8 UU No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
![Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/39.jpg)
55
Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Kepulauan Yapen
khususnya dalam menjalankan tugasnya diatur di dalam Peraturan Bupati
Kepulauan Yapen No. 31 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepulauan Yapen. Sehubungan dengan
permasalahan yang timbul dalam penegakan peraturan daerah di Kabupaten
Kepulauan Yapen merujuk kepada aparat yang bertugas untuk menjaga
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat dan penegakan
peraturan daerah dan keputusan kepala daerah, yaitu Satuan Polisi Pamong Praja.
1. Pelaksanaan Penegakan Peraturan Daerah No.4 Tahun 2016
Tentang Larangan Produksi, Pengedaran dan Penjualan
Minuman beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen
Sebagaimana telah diuraikan pada hasil penelitian bahwa penegakan hukum
telah dilaksanakan dikabupaten Kepulauan Yapen yaitu penegakan preventif dan
represif. Penegakan preventif yang telah dilakukan berupa :
1) Surat pemberitahuan pemberitahuan larangan memasukan dan menjual
Miras di Kabupaten Kepulauan Yapen, tertanggal 20 Juni 2016, yang
ditujukan kepada para distributor minuman beralkohol;
2) Sosialisasi melalui media RRI Serui; dan
3) pembentukan satgas Maleo.
Sementara penegakan represif yang dilakukan baru sebatas pemberian surat
peringatan tertanggal 11 Oktober 2017 yang ditujukan kepada para penjual dan
distributor minuman beralkohol yang pada pokoknya berisi apabila masih
![Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/40.jpg)
56
memproduksi, mengedarkan dan menjual minuman beralkohol maka akan
ditindak sesuai ketentuan Pasal 4 Perda No.4/2016. Sedangkan penegakan represif
berupa penindakan terhadap pihak-pihak yang masih melanggar ketentuan Perda
No.4/2016 belum dilakukan. Sekalipun setelah surat peringatan tersebut minuman
beralkohol masih tetap diproduksi, diedarkan dan diperjual-belikan, namun Satpol
PP selaku aparat penegak Perda belum menerapkan sanksi(menindak) bagi pihak-
pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perda
No.4/2016 .
Terkait belum dilaksanakan penegakan represif berupa penerapan sanksi
(penindakan) tersebut, salah satunya disebabkan karena Kabupaten Kepulauan
Yapen belum memiliki PPNS. Padahal dalam menerapkan sanksi sebagaimana
yang diatur dalam Perda tersebut diperlukan adanya PPNS. Terkait dengan PPNS,
menjelang akhir tahun 2017 Kabupaten Kepulauan Yapen baru mengirim 1 orang
anggota Satpol PP untuk mengikuti training PPNS dan baru dilantik menjadi
PPNS pada tahun awal tahun 2018.
Menurut Satjipto Raharjo maupun Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Meskipun telah diatur
secara jelas namun fakta dilapangan minuman beralkohol masih diproduksi,
diedarkan serta dikonsumsi. Hal ini menunjukan bahwa penegakan hukum belum
terlaksana dengan baik. Sehubungan dengan penegakan hukum yang belum
terlaksana dengan baik terkait Perda No.4/2016, menurut Satjipto Raharjo maupun
Soerjono Soekanto ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :
![Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/41.jpg)
57
1) Faktor hukum
Perda No.4/2016 merupakan hukum yang mengatur khusus mengenai
minuman beralkohol di Kabupaten Kepulauan Yapen. Terhadap pemberlakuan
Perda ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati :
1. Secara hierarki peraturan perundang-undangan, Perda ini diberlakukan
berdasar pada Peraturan Daerah Provinsi Papua No. 15 tahun 2013
tentang Pelarangan Produksi, Pengedaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol di Provinsi Papua. Selanjutnya, diwujudkan berdasarkan
hak inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Kepulauan Yapen.
2. Dalam proses pembentukan, telah memenuhi asas keterbukaan
pembentukan undang-undang. Dimana, ada naskah akademiknya, ada
acara dengar pendapat di DPRD yang mana dalam acara dengar
pendapat tersebut, turut diundang ketua Dewan Adat Yapen untuk
memberikan pandangan yang isinya bahwa peredaran minuman
beralkohol dikabupaten kepulauan yapen telah sampai pada taraf yang
mengkuatirkan sehingga sangat diperlukan adanya Perda tersebut.
3. Telah dilakukan sosialisasi terhadap pemberlakuan Perda ini melalui
media RRI Serui dalam jangka waktu lebih kurang 3 bulan setelah
Perda ini ditetapkan, dengan frekuensi 2-3 kali dalam 1 bulan. Antara
bulan November atau Desember 2016, pemerintah daerah juga
membentuk satgas miras (satgas Maleo) yang terdiri dari perwakilan
![Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/42.jpg)
58
pemuda dari 16 distrik, dengan tiap distriknya diwakili oleh 10 orang
dan bertugas mensosialisasikan perda ini ke distrik masing-masing.
4. Arti kata-kata dalam perda ini sudah cukup jelas sehingga tidak
mengakibatkan kesimpangsiuran dalam penafsiran penerapannya.
5. Perda ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu tanggal 25
November 2016. Berdasarkan tafsiran gramatikal, sejak tanggal
ditetapkan, Perda ini berlaku dan mengikat bagi masyarakat untuk
dipatuhi. Sehingga apabila surat peringatan tidak diindahkan oleh
penjual dan/atau peminum dan /atau distributor dan/atau masyarakat
yang memproduksi minuman lokal maka semestinya Satpol PP dapat
melakukan penindakan tegas (diproses) sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Perda No.4/2016.
2) Faktor penegak hukum
Dalam menegakan Perda No.4/2016, Satpol PP selaku aparat penegak perda
telah melakukan penegakan secara preventif dan represif. Penegakan secara
preventif yaitu dengan mengeluarkan surat No.800/073/SATPOL-PP tertanggal
20 Juni 2016 yang ditujukan kepada distributor penjual minuman beralkohol di
Kabupaten Kepulauan Yapen. Surat tersebut pada pokoknya berisi Pemberitahuan
bahwa mulai tanggal 1 September 2016 tidak lagi mendatangkan dan menjual
minuman beralkohol dan akan diadakan pengawasan dan penarkan semua
minuman beralkohol yang masih beredar.
Sedangkan penegakan secara represif, yaitu dengan mengeluarkan surat
peringatan (teguran tertulis) pada tanggal 11 Oktober 2017. Surat ini ditujukan
![Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/43.jpg)
59
kepada semua yang memproduksi, memasukan, mendistribusikan, serta menjual
minuman beralkohol dikabupaten Kepulauan Yapen agar menghentikan kegiatan
tersebut setelah menerima surat peringatan ini. Apabila dalam operasi Satpol PP
masih kedapatan melakukan kegiatan tersebut maka akan ditindak sesuai Perda
No.4/2016. Namun, setelah mengeluarkan surat peringatan ini minuman
beralkohol masih tetap beredar, diproduksi, diperjual-belikan serta dikonsumsi
dengan bebas dan Satpol PP belum melakukan tindakan tegas kepada para
penjual, peminum dan distributor sesuai dengan Perda No.4/2016 dengan alasan
belum adanya PPNS.
3) Faktor Saran atau Fasilitas
Dalam melakukan penegakan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang juga
turut mempengaruhi. Artinya tanpa sarana atau fasilitas maka penegakan hukum
tidak mungkin akan berjalan dengan lancar. Sarana atau fasilitas yang dimaksud
meliputi tingkat pendidikan, peralatan yang memadai serta keuangan yang cukup.
Menyinggung masalah tingkat pendidikan, dari data pada tabel 2.2 diatas,
jumlah anggota Satpol PP yang berstatus PNS dengan tingkat pendidikan SD dan
SMP mengalami kenaikan pada tahun 2017, dimana berturut-turut Satpol PP
dengan tingkat pendidikan SD pada tahun 2016 berjumlah 4 orang mengalami
kenaikan menjadi 8 orang pada tahun 2017 dan Satpol PP dengan tingkat
pendidikan SMP pada tahun 2016 berjumlah 3 orang naik menjadi 6 orang pada
tahun 2017. Kenaikan jumlah yang sama juga terjadi pada anggota Satpol PP yang
berstatus PNS dan honorer dengan tingkat pendidikan SMA, dimana Satpol PP
![Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/44.jpg)
60
yang berstatus sebagai honorer pada tahun 2016 berjumlah 26 orang mengalami
kenaikan pada tahun 2017 menjadi 29 orang dan yang berstatus sebagai PNS naik
dari 22 orang pada tahun 2016 menjadi 30 orang pada tahun 2017. Namun, jumlah
anggota Satpol PP dengan tingkat pendidikan sarjana mengalami penurunan,
dimana pada tahun 2016 berjumlah 13 orang pada tahun 2016, menurun menjadi
12 orang pada tahun 2017. Jika ditotal jumlah Satpol PP mengalami kenaikan dari
tahun 2016 berjumlah 65 orang, naik menjadi 85 orang pada tahun 2017.
Sementara, fasilitas berupa kendaraan dalam melakukan tugas Satpol PP sebagai
aparat menegak perda sulit dilakukan secara maksimal oleh sebab Satpol PP
hanya memiliki kendaraan operasional berupa 1 unit mobil patroli dan 8 unit
motor, yang mana 1 unit mobil patroli maksimal hanya dapat memuat sekitar 12
orang sedangkan 8 motor hanya dapat memuat maksimal 2 orang pada tiap motor.
Jika jumlah Satpol PP yang dapat dimuat dalam 1 unit mobil patroli ditambah
dengan jumlah Satpol PP yang menggunakan 8 unit motor, maka total satpol PP
yang dapat melakukan operasi lapangan terkait penegakan perda hanya sekitar 28
orang. Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Bidang Penegakan Perundang-
undangan Daerah Satpol PP saat disinggung mengenai sarana dan prasarana yang
dimiliki, beliau mengatakan bahwa sangat dibutuhkan mobil dalmas karena saat
melakukan penindakan, sebagian Satpol PP terpaksa menggunakan motor pribadi
mereka.61
61
hasil wawancara dengan Pak Loupatty selaku Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan
Daerah Satpol PP Kabupaten Kepulauan Yapen tanggal 8 Januari 2018
![Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/45.jpg)
61
Dari segi keuangan (anggaran), dari tabel 2.4 diatas baik tahun 2016
maupun tahun 2017 Satpol PP memiliki jumlah anggaran yang sama, yaitu
sebesar Rp. 2.155.154.000 (dua milyar seratus lima puluh lima juta seratus lima
puluh empat ribu rupiah). Sehingga sulit bagi Satpol PP untuk dapat menambah
jumlah kendaraan yang menunjang bagi pelaksanaan tugas Satpol PP.
Penambahan jumlah kendaraan menjadi penting dilakukan selain karena jumlah
anggota Satpol PP yang terus bertambah, juga karena lingkup tugas Satpol PP
bukan hanya terkait penegakan Perda No.4/2016 melainkan juga Perda yang lain,
misalnya Perda yang mengatur tentang Persampahan serta tugas rutin yang lain.
4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan
Sejak berlakunya Perda No.4/2016, walaupun telah mengetahuinya dari
sosialisasi yang dilakukan melalui media RRI stasiun Serui, dengan alasan yang
beragam masyarakat masih tetap membeli serta mengkonsumsi minuman
beralkohol. Alasan yang dimaksud mulai alasan sudah terbiasa meminum
minuman beralkohol sampai kepada alasan mengkonsumsi karena minuman
masih dijual. Untuk mendapatkan minuman beralkohol ini pun cukup mudah
karena banyak tempat yang menjualnya. Masyarakat yang penulis wawancarai ini
umurnya berkisar dari 16 tahun hingga 45 tahun. Hal ini mengisyaratkan bahwa
tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum masih sangat rendah.
5) Faktor kebudayaan
Secara historis, minuman beralkohol memang telah menjadi salah satu
suguhan dalam acara adat yang dilakukan. Masyarakat pada waktu itu
![Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/46.jpg)
62
mengkonsumsinya pada batas normal (artinya tidak dengan tujuan untuk mabuk)
dan adat juga mengatur batasan usia bagi yang dapat mengkonsumsi minuman
beralkohol, yaitu ketika telah berusia 20 tahun ke atas. Namun Seiring dengan
perkembangan zaman, tatanan adat itu telah bergeser karena sekarang ini
minuman beralkohol itu sudah menjadi tujuan anak-anak muda sebagai selingan
hidup sehingga hampir tiap hari kita menemukan orang yang mabuk. Pemerintah
harus serius dalam menerapkan Perda ini, perlu ada tindakan tegas dari
pemerintah dalam penegakan Perda No.4/2016. Khusus untuk minuman lokal
misalnya minuman bobo, jika serius maka pemerintah perlu memberikan
pelatihan dan modal agar masyarakat dapat mengolah pohon bobo menjadi
menjadi gula merah atau cuka sehingga hasil pohon bobo tetap memberikan
keuntungan apabila dijual.
2. Kendala Yang di hadapi Satpol PP dalam Penegakan
Peraturan Daerah No.4 Tahun 2016 Tentang Larangan
Produksi, Pengedaran dan Penjualan Minuman beralkohol
di Kabupaten Kepulauan Yapen
Dalam melakukan tugas sebagai aparat penegak Perda, Satpol PP
mengalami kendala-kendala terkait dengan penegakan Perda No.4/2016. Kendala
internal adalah minimnya personil Satpol PP yaitu total anggota Satpol PP dari
tahun 2016 dan 2017 berjumlah 153 orang. Sementara jumlah personil sebanyak
ini tidak sepadan dengan tuntutan lapangan yang sangat besar, yaitu dengan luas
wilayah 7.145,65 km2
(2.432,49 km2 wilayah daratan dan 4.713,16 km2 wilayah
![Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022012013/615842bd7d5eaf75840ac121/html5/thumbnails/47.jpg)
63
lautan), yang terdiri dari 16 distrik. Sehingga sulit bagi Satpol PP dalam
melakukan tugas sebagai aparat penegakan Perda.
Kendala lainnya yang tergolong internal adalah, lemahnya sarana prasarana
penunjang operasional. Masih rendahnya SDM yang dimiliki oleh personil Satpol
PP, juga sangat mempengaruhi kinerja Satpol PP Kabupaten Kepulauan Yapen.
Dari tahun 2016 dan 2017, total jumlah anggota Satpol PP 153 orang, sekitar
84%, yakni 128 orang tidak berpendidikan sarjana dan sisanya 16%, yakni 25
orang berpendidikan sarjana. Jika dilihat dari status kepegawaian maka, dari
jumlah itu, sebanyak 63% yakni 96 orang adalah Pegawai Tetap (PNS) dan 37%,
yakni 57 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT). Hal ini disebabkan karena belum
adanya rekruitmen khusus personil Satpol PP dan belum adanya sekolah khusus
Satpol PP.
Selain itu, lemahnya sarana prasarana penunjang operasional juga
merupakan kendala internal yang dialami misalnya Satpol PP saat ini hanya
terfokus pada 1 kantor saja. Jadi masih Perlu Penambahan Pos-pos Penjagaan.
Sehingga Masyarakat masih ada yang tidak taat dan berani melanggar aturan-
aturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah daerah berkaitan dengan Perda
No.4/2016.
Sementara kendala eksternal menurut saya ialah sikap skeptis masyarakat
yang memandang Satpol PP hanya sebagai pengawal saja. Hal ini disebabkan
karena rutinitas tugas yang dijalankan hanya sebatas melakukan pengawalan.