bab ii kajian pustaka - institutional repository...

19
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Ceramah Berbantukan Media Lidi Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar, salah satunya adalah metode ceramah. Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa Kelemahan metode ceramah adalah: a Membuat siswa pasif b Mengandung unsur paksaan kepada siswa c Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)

Upload: trinhkien

Post on 30-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Ceramah Berbantukan Media Lidi

Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan

aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan

peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga

proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh

pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta

dipraktekkan pada saat mengajar, salah satunya adalah metode ceramah.

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada

umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). metode ceramah dapat

dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan

informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang

sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa

Kelemahan metode ceramah adalah:

a Membuat siswa pasif

b Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

7

d Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik

yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya

e Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik

f Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

g Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelebihan metode ceramah adalah:

a Guru mudah menguasai kelas

b Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar

d Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Agar metode ceramah bisa lebih efektif maka divariasikan dengan media lain salah

satunya adalah lidi karena mudah didapat dan murah.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa

sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :

A. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh

pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan

implikasi dari prinsip kesiapan ini.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

8

B. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek.

Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

C. Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu

aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.

D. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses

pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.

E. Mengalami sendiri

Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih

mendalam.

F. Pengulangan

Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan

kemampuan dan pemahaman materi.

G. Balikan dan Penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.

Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang

telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

9

H. Perbedaan individual

Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan

minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap

berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa

Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang

datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis

(intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan

kelelahan.

Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas

rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa,

sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam

mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi

dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya

mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum,

game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

10

mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi

tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang

dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran yang dapat

membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-

hari. Untuk itu dalam menyusun perencanaan pembelajaran agar tujuan yang

diinginkan tercapai, maka perlu kita perhatikan hal-hal berikut ini: 1. kesiapan

intelektual siswa 2. teori mengajar dan 3. teori belajar.

A. Kesiapan Intelektual Siswa

Guru mengajar dengan baik haruslah memperhatikan kesiapan kognitif

siswa, yang mencakup dua hal yaitu mengenai perkembangan intelektual

anak dan pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa.

Tahap-tahap berpikir anak yang dikemukakan Piaget harus diperhatikan

penyusunan kurikulum sekolah. Khususnya dalam menyusun skenario

pembelajaran matematika, karena perkembangan intelektual anak yang

dikemukakan Pieget dirasakan untuk pengajaran matematika di sekolah.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

11

Dengan demikian media mengajar matematika yang dipergunakan harus

sesuai dengan perkembangan intelektual anak.

Perkembangan intelektual anak menurut Piaget ada empat tahap,, yaitu :

1). Periode mencari motor. Tahap ini dicapai anak sampai umur dua tahun.

2). Periode persiapan operasi kongkrit. Tahap ini dicapai anak mulai dapat

memanipulasi simbul-simbul dari benda-benda sekitarnya.

3). Periode operasi konkrit. Tahap ini dicapai anak pada usia tujuh tahun

sampai sebelas tahun. Anak pada usia ini ditandai dengan permulaan

berfikir matematika logis dan observasi dari pengalaman dengan objek

nyata dan ia mulai dapat menggeneralisasikan objek-objek tadi.

4). Periode operasi formal. Pada tahap ini biasanya dicapai anak mulai

umur sebelas tahun ke atas. Pada tahap ini konsep konservasi telah

tercapai sepenuhnya. Anak mulai mempunyai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan abstrak.

Tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukaan Piaget ini,

berlaku bagi setiap anak tetapi umur yang dinyatakan di atas sangat

menentukan, terutama pada anak usia SD.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak pada periode

operasi kongkrit anak mulai dapat berfikir matematika logis dan observasi

dari pengalaman benda-benda nyata. Dengan demikian teori Pieget

berguna untuk pengajaran matematika di sekolah dasar.

Menurut Pujiati (2004 : 6) benda-benda kongkrit pada pembelajaran

matematika digunakan untuk penanaman konsep pada siswa, jika

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

12

penanaman konsep belum dikuasai oleh siswa, maka pembelajaran

berikutnya sulit dipahami oleh siswa, karena siswa usia SD mulai berfikir

logis dari pengalaman dengan objek-objek nyata atau tiruan, sedangkan

“fungsi alat peraga adalah sebagai media/alat peraga dalam menanamkan

konsep-konsep pada pembelajaran matematika”

Dari sini dapat disimpulkan bahwa media/alat peraga dalam pembelajaran

matematika di SD memegang peran sangat penting untuk menanamkan

konsep-konsep baru.

B. Teori Mengajar

Metode laboratori mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan

indera, terutama penglihatan, peraba, dan gerak otot/kinetis, untuk dapat

membantu secara optimal kemampuan abstraksi dan keterampilan siswa.

Cara yang digunakan terutama dalam bentuk penemuan terbimbing melalui

media yang berupa lembar kerja atau tugas terstruktuk serta dimungkinkan

di lengkapi alat peraga. (Elly E. 1996 ; 3).

Dengan demikian mengajar tidak hanya memberikan suatu definisi yang

harus dihafal, media apa yang digunakan, dan bagaimana menemukan

konsep-konsep itu, sehingga pembelajaran itu lebih aktif bagi siswa, tidak

menjenuhkan dan membuat siswa penasaran.

C. Teori Belajar

Belajar matematika merupakan suatu struktur hirarqi dari apa yang telah

terbentuk sebelumnya, jika konsep-konsep awal tidak dipahami oleh siswa

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

13

sebelumnya, dimungkinkan pemahaman konsep-konsep itu sulit untuk

dilanjutkan.

Berdasarkan struktur kognitif, materi pokok harus disusun menurut urutan

tingkat kesukaran yang logis, dan didasarkan atas pengalaman belajar

sebelumnya.

Menurut Ausubel bahan pelajaran/materi pokok haruslah “meaningful”

artinya bahan pelajaran haruslah mempunyai arti, cocok dengan

kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki

siswa. Dengan kata lain materi pokok baru haruslah ditanamkan konsep-

konsepnya, kemudian dipahamkan konsep-konsep itu dengan beberapa

latihan soal termasuk didalamnya soal uraian, baru pembinaan

keterampilannya melalui drill, menghafal, permainan dan sebagainya. Jika

ke tiga dari konsep itu ditinggalkan maka siswa akan menjumpai kesulitan-

kesulitan, sebab konsep-konsep awal bila belum dipahami oleh siswa

belum dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang hampir sama

dengan materi pokok yang dipelajarinya. Belajar menemukan (discoveri

learning), merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa

menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman kongkret.

Kebanggaan manusia adalah jika ia dapat menemukan sendiri dan

hasilnya dapat dimanfaatkan oleh orang lain bilamana mungkin. Begitu

pula belajar haruslah aktif, tidak duduk dengar dan mencatat saja atau

dengan kata lain siswa pasif menerima apa yang diberikan guru.

Diharapkan jika siswa aktif melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

14

anak dapat menemukan konse-konsep dengan menggunakan alat peraga

yang telah digunakan.

Ausubel mengatakan bahwa metode penemuan itu penggunaannya

terbatas, sehingga kita tidak dapat mengambil tengah yaitu siswa harus

menemukan seluruh konsep, ide, dan struktur matematika melainkan hal-

hal yang perlu ditemukan atau ada kemungkinan siswa dapat menemukan.

Pengajaran matematika diharapkan dapat menemukan konsep-konsep dasar

materi, setelah konsep-konsep ditemukan, dipahami konsep-konsep itu

kemudian dibina keterampilannya melalui permainan, mencongak maupun

hafalan.

Permaianan matematika adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat

menciptakan suasana penuh makna dapat dinikmati oleh seluruh siswa.

Permainan yang diciptakan seharusnya:

a. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersosialisasi

dengan siswa lain

b. dapat diciptakan suasana saling berkompetisi

c. dapat memahami konsep-konsep, dan prinsip-prinsip matematika yang

telah dipelajari

d. dapat menciptakan suasana yang menyenangkan

e. mudah dilaksanakan

f. alokasi waktu yang dibutuhkan sesuai dengan alokasi tatap muka ( 2

jam ), dan lain-lain. ( Muchtar A, Karim : 1999 ; 2)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

15

Permainan matematika bukan sekedar untuk bermain-main saja, tetapi

melalui permainan matematika konsep dapat diingat lebih baik. Di dalam

belajar matematika diperlukan ingatan, jika siswa harus menyelesaikan

suatu masalah. Permainan matematika yang sering dilakukan akan melekat

di otak.

2.1.4. Operasi Penjumlahan Bilangan

Penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan (Nurkhasanah dan Didik

Tumianto, 2007: 303).

Sedangkan sifat-sifat dalam penjumlahan bilangan bulat antara lain:

A. Sifat tertutup

Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga. Hal

ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap bilangan bulat a dan b,

berlaku a + b = c dengan c juga bilangan bulat.

B. Sifat komutatif

Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua bilangan bulat

selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut

dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap

bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a.

C. Mempunyai unsur identitas

Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya, untuk

sebarang bilangan bulat apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah bilangan itu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

16

sendiri. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk sebarang bilangan bulat

a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a.

D. Sifat asosiatif

Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat dituliskan

sebagai berikut.

Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c, berlaku (a + b) + c = a + (b + c).

Tujuan akhir dalam pembelajaran Matematika khususnya pada operasi

penjumlahan bilangan adalah meningkatnya ketrampilan siswa dalam

mengoperasikan penjumlahan bilangan. Ketika siswa sudah terampil dalam

mengoperasikan penjumlahan bilangan,hal itu dapat bermanfaat dalam kehidupan

sehari-hari antara lain:

A. untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan

bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Matematika diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir

menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari.

C. Mampu menghadapi berbagai situasi melalui penyediaan pengalaman

mencakup proses berpikir logis, rasional, tepat, serta efektif

D. Dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, misalnya menjumlahkan

bilangan bulat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

17

2.1.5 Media Pembelajaran

A. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Degeng . (1989: 142), media adalah komponen strategi penyampaian

yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa

berupa alat, bahan, dan orang. Sedangkan menurut Sadiman dkk (2002:6),

media adalah sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga

dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan

efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan pengertian

diatas, media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses

interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung

secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-

citakan.

B. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Rohani, fungsi dari media pembelajaran antara lain:

1). Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.

2). Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.

3). Mendorong motivasi belajar.

4). Menambah variasi dalam penyajian materi.

5). Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.

6). Memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

18

bakat dan minatnya.

7). Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan

(informasinya sangat membekas dan tidak mudah lupa). (1997: 9).

C. Macam-macam Media Pembelajaran

Leshin, Pollock & Reigeluth (1992) mengklasifikasi media ke dalam lima

kelompok, yaitu:

1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, dan kegiatan

kelompok)

2) Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan

lembaran lepas)

3) Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar,

transparansi, dan slide)

4) Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, dan televisi)

5) Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer,

interaktif video dan hypertext)

Gerlach dan Elly mengklasifikasikan media berdasarkan ciri-ciri fisiknya ke

dalam delapan tipe, yaitu:

1) Benda sebenarnya (realita): orang, kejadian, objek atau benda tertentu.

2) Presentasi verbal: media cetak, kata-kata yang diproyeksikan melalui film

bingkai (slide), transparansi, cetakan di papan tullis, majalah dan papan

tempel.

3) Presentasi grafis: bagan, grafik, peta, diagram, lukisan, poster, kartun dan

karikatur.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

19

4) Potret diam (still picture): potret yang diambil dari berbagai macam objek

atau peristiwa yang mungkin dapat dipresentasikan melalui buku, film

rangkai (filmstrips), film bingkai (slide) atau majalah/surat kabar.

5) Film (motion picture): film atauvideo tape dari pemotretan/perekaman

benda atu kejadian sebenarnya, maupun film dari pemotretan gambar

(animasi).

6) Rekaman suara (audio recorder): yaitu rekaman suara saja yang

menggunakan bahasa verbal maupun efek suara musik (sound effect).

7) Program: terkenal pula dengan istilah pengajaran berprogram, yaitu

sikuen dari informasi baik verbal, visual atau audio yang sengaja

dirancang untuk merangsang adanya respons dari pebelajar. ada pula

yang dioersiapkan dan diprogram melalui mesin komputer.

8) Simulasi: peniruan situasi yang sengaja diadakan untuk

mendekati/menyerupai kejadian atau keadaaan sebenarnya. Misalnya

prilaku bagaimana seoarang sopir ketika sedang mengemudi yang

ditunjukan pada layar video atau layar film.

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah media lidi.

D. Media Lidi sebagai Media Pembelajaran

Salah satu kompetensi dasar pembelajaran matematika di sekolah dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan kelas satu SD adalah melakukan

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 (Departemen Pendidikan

Nasional: 2008). Dalam mengajarkan konsep penjumlahan dan pengurangan

pada siswa SD kelas satu, terdapat empat langkah dalam proses

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

20

pembelajarannya, yaitu: langkah pengalaman sosial, langkah manipulasi

konkrit, semi konkrit dan abstrak. Pemanfaatan lidi sebagai alat bantu hitung

merupakan suatu alternatif dalam pembelajaran yang memanfaatkan alam. Lidi

dapat digunakan dalam membantu siswa mengenal konsep penjumlahan dan

pengurangan sebagai dasar mempelajari matematika.

Hal penting dalam proses belajar mengajar yaitu memotivasi siswa. Salah satu

cara meningkatkan motivasi belajar adalah dengan menggunakan alat peraga

sehingga, diharapkan konsep abstrak yang baru di fahami siswa akan

mengendap, melekat dan tahan lama, tidak hanya sekedar lewat begitu saja

Untuk belajar matematika sebenarnya tidak perlu mengeluarkan modal yang

besar dan membutuhkan peralatan yang mahal dan mewah,yang diperlukan

adalah kekreatifan.Misalnya apa yang ada di alam bisa dijadikan media

pembelajaran matematika sebagai contoh lidi dari daun kelapa.Bagi sebagian

orang mungkin berpikir bahwa lidi kelapa tidak ada kaitannya dengan

matematika,tapi dalam kasus ini lidi kelapa kalau dimanfaatkan sebaik mungkin

dalam pembelajaran matematika maka ia akan sangat membantu proses

pembelajaran,misalnya lidi kelapa tersebut dapat dijadikan alat hitung dalam

mengerjakan soal-soal matematika.Ini terbukti,sejak dulu anak-anak di desa

yang kurang mampu menggunakan lidi kelapa sebagai alat hitung pengganti

sampoa.

Dengan memanfaatkan lidi siswa akan terbantu dalam memahami

penjumlahan dan pengurangan dalam matematika. Pemanfaatan lidi sebagai

alat bantu hitung dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

21

diantaranya adalah praktis, mudah diaplikasikan, mudah didapat dan lebih

terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Dalam pengunaanya sebagai alat

bantu hitung lidi praktis karena mudah di bawa dan mudah di buat. Lidi mudah

diaplikasikan karena mudah diterapkan bagi siswa dalam pembelajaran

matematika di dalam kelas. Bahan dasar pembuatan alat bantu hitung yang

terbuat dari lidi mudah didapat sebab bahan tersebut mudah dijumpai disekitar

lingkungan kita dan untuk mendapatkannya tidak memerlukan biaya. Selain itu,

dengan menggunakan lidi siswa kelas satu dan dua SD akan lebih mengenal

dan memanfaatkan lingkungan dengan semaksimal mungkin.

Cara penggunaan lidi dalam kegiatan belajar mengajar cukup mudah karena

mudah diterapkan dan di aplikasikan dalam pembelajaran matematika

khususnya dalam hal penjumlahan dan pengurangan.

Penjumlahan

7 + 9 = 16

a. Ambil 7 batang lidi.

b. Ambil 9 batang lidi lagi.

c. Gabungkan lidi-lidi yang diambil tadi.

d. Hitung Jumlah lidi seluruhnya.

Pengurangan

20- 6 = 14

a. Ambil 20 batang lidi.

b. Karena kurang, maka ambil 6 lidi dari 20 lidi tadi.

c. Hitung lidi yang tesisa setelah pengambilan 6 tadi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

22

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penulis menyadari bahwa media lidi sebagai media pembelajaran adalah suatu tema

yang sngat menarik untuk dikupas secara detail menjadi sebuah penelitian yang pada

akhirnya penelitian tersebut bisa bermanfaat bagi kepentingan dunia pendidikan.

Hasil dari penelitian tersebut diharapkan bisa di gunakan untuk menambah kreatifitas

para penulis lain untuk membuat penelitian serupa dengan subjek yang berbeda.

Penulis menemukan salah satu penelitian yang mengetengahkan tentang media lidi

adalah pada Program Kreatifitas Mahasiswa ( PKM ) yang berjudul “ Pemanfaatan

Lidi sebagai Alat Bantu Hitung Siswa SD “ karya 3 orang mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Retno Dwi Mulyanti,

Erna Yuliana, dan Kurniasari Widhyaningrum. Pada karya tulis tersebut, mereka

bertiga mengemukakan tentang lidi sebagai alat bantu hitung tradisional yang sampai

sekarang tidak kalah berfungsinya dengan munculnya berbagai alat bantu hitung

modern. Pemanfaatan lidi sebagai alat bantu hitung dalam pembelajaran memiliki

beberapa kelebihan, diantaranya adalah praktis, mudah diaplikasikan, mudah didapat

dan terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, untuk mendapatkan lidi tidak

memerlukan biaya. Pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru

mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa dalam proses

belajar mengajar.

Dengan melihat karya tulis tersebut, penulis terinspirasi untuk menggunakan media

lidi sebagai bahan penelitian ini dengan siswa kelas 1 SD Negeri Amongrogo 02

sebagai subjeknya. Diharapkan dengan kepraktisan media lidi, dapat membantu

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

23

meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika dalam materi

penjumlahan bilangan.

2.3 Kerangka berpikir.

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-

pemahaman yang lainnya, s e b ua h p e m a ha m an y a n g p a l i n g m e n d as a r

d a n m e n j ad i p o n da s i b a g i s e t i a p pemikiran selanjutnya.Untuk mendapatkan

sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah,diperlukan

suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta

yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang

terpenggal. Kerangka berpikir dalam penelitiam ini dapat digambarkan

pada bagan di bawah ini:

Kondisi awal

Guru belum

menggunakan media lidi

dalam pembelajaran

matematika

Prestasi belajar

siswa masih rendah

Tindakan Pembelajaran

penjumlahan

bilangan

menggunakan

media lidi

Siklus I, guru

menggunakan media

lidi dalam

pembelajaran

penjumlahan

bilangan

Kondisi akhir

Dengan menggunakan media

lidi dalam pembelajaran

matematika materi

penjumlahan bilangan

meningkatkan hasil belajar

siswa kelas 1 SD Negeri

AMONGROGO 02 Semester 2

Tahun 2011/2012

Siklus II, guru

menggunakan

media lidi dalam

pembelajaran

matematika materi

penjumlahan

bilangan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2104/3/T1...dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang

24

2.4 Hipotesis Tindakan

Dengan memperhatikan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, kaitannya dengan

permasalahan yang ada maka hipotesis tindakan yang penulis ajukan adalah dengan

menggunakan metode ceramah berbantukan media lidi akan dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa SD Negeri Amongrogo 2 semester 2 tahun pelajaran

2011/ 2012 dalam penjumlahan bilangan.