bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...
TRANSCRIPT
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang pemberian kredit oleh
PNPM Mandiri Perdesaan.
Nurhayati (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Perbedaan
Pendapatan Usaha Mikro Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan Kredit PNPM
Mandiri Perdesaan” memaparkan bagaimana pendapatan para pengusaha mikro
pada saat sebelum dan setelah menerima maanfaat kredit dari PNPM. Penelitian
ini menggunakan metode analisis Uji-t berpasangan. Dari hasil uji tersebut
didapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
pendapatan pelaku usaha mikro warung kelontong penerima bantuan kredit
sebelum dan sesudah mendapat bantuan kredit.
Artiningtyas (2012) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Tingkat
Keberhasilan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Berdasarkan Tingkat
Konsumsi Masyarakat” mengidentifikasi masalah ekonomi yang dialami oleh
rumah tangga miskin dan efektifitas alokasi dana bergulir serta dampak kegiatan
simpan pinjam bergulir PNPM terhadap tujuan pengentasan kemiskinan yang
diukur dari pengeluaran rumah tangga penerima manfaat. Penelitian ini
menggunakan Uji t sebagai alat analisis. Hasil yang didapat dalam penelitiannya
yaitu terdapat peningkatan jumlah angka pengeluaran (konsumsi)rumah tangga
penerima manfaat juga terdapat penurunan angka kemiskinan.
Wulandari (2011) dalam skripsinya dengan judul “Pengaruh Pemberian
Kredit PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Dan
Pelatihan Terhadap Peningkatan Usaha Pedagang Kecil” menganalisis kegiatan
pemberian kredit oleh PNPM dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi
masyarakat dalam mengelola pinjaman juga menganalisis kegiatan pelatihan bagi
para pengusaha mikro dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Regresi linear berganda digunakan sebagai alat analisis. Hasil yang didapat dalam
20
penelitian ini yatiu pemberian kredit PNPM Mandiri dan pelatihan berpengaruh
positif terhadap peningkatan usaha pedagang kecil, serta pelatihann memberikan
dampak dan manfaat positif bagi para pengusaha mikro.
Kurniawanto (2014) dalam skripsinya “Pengaruh Pinjaman Modal
Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri
Perdesaan Serta Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha Dan
Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten Kebumen”
memaparkan mengenai pengaruh pinjaman modal SPP program PNPM Mandiri
Perdesaan terhadap perkembangan usaha masyarakat, pengaruh sikap wirausaha
terhadap perkembangan usaha masyarakat, pengaruh pinjaman modal SPP
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, pengaruh sikap wirausaha terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat, pengaruh perkembangan usaha terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat Kec. Ambal. Penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan metode path analysis.
Hasil penelitian Kurniawanto (2014) menunjukkan bahwa: tidak terdapat
pengaruh positif dan signifikan pinjaman modal SPP Program PNPM Mandiri
Perdesaan terhadap perkembangan usaha masyarakat, terdapat pengaruh positif
dan signifikan sikap wirausaha terhadap perkembangan usaha masyarakat, tidak
terdapat pengaruh positif dan signifikan pinjaman modal SPP terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat, terdapat pengaruh positif dan signifikan
sikap wirausaha terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, terdapat pengaruh
positif dan signifikan perkembangan usaha terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat Kec. Ambal.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Kredit Mikro
2.2.1.1 Pengertian Kredit Mikro
Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian usaha mikro.
Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi yang dicetuskan dalam
pertemuan The World Summit in Microcredit di Washington pada tanggal 2-4
Februari 1997 yaitu program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya
21
kecil kepada masyarakat golongan kelas menengah ke bawah untuk kegiatan
usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya
sendiri dan keluarganya. Sedangkan menurut Grameen Bank (2003)
mendefinisikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil
kepada pengusaha yang terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada
pinjaman dari bank tradisional.
Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan pinjaman
modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas, umumnya dengan
alternatif jaminan kolateral dan sistem monitoring pengembalian.Pinjaman
diberikan utnuk melayani modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk
memulai usaha, atau sebagai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak.
Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu kredit kepada
debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria
usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Berdasarkan Undang-Undang tersebut,
UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan
tertentu kekyaan bersih dan hasil penjualan tahunan.
2.2.1.2 Jenis dan Penggolongan Kredit
Menurut Kasmir (2008), jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi
diantaranya:
1) Dilihat dari segi kegunaan a) Kredit investasi Kredit yang digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk
keperluan rehabilitasi b) Kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya, misal untuk membeli bahan
baku atau membayar gaji pegawai
2) Dilihat dari segi tujuan kredit a) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk
meningkatkan usaha produksi atau insvestasi untuk menghasilkan barang atau
jasa b) Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara
pribadi misalnya kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi dan kredit
konsumtif laainya c) Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk
22
perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayaranya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3) Dilihat dari segi jangka waktu a) Kredit jangka pendek Kredit yang memiliki
jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja b) Kredit jangka menengah Kredit
yang memiliki jangka waktu antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya
digunakan untuk investasi c) Kredit jangka panjang Kredit yang masa
pengembalianya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun
2.2.2 Modal
2.2.2.1 Pengertian Modal
Santoso (2001) mengatakan bahwa modal adalah jumlah total uang yang
dikeluarkan pengusaha untuk mendirikan suatu usaha dan mengoperasikan usaha.
Martono dan Harjito (2010) mengatakan bahwa modal merupakan dana yang
dipergunakan untuk membiayai pendirian usaha dan kegiatan operasi perusahan
sehari-hari. Sehingga definisi modal dalam penelitian ini adalah sejumlah dana
yang digunakan oleh pedagang kaki lima untuk membiayai proses pendirian usaha
dan pembiayaan kegiatan operasional sehari-hari.
Menurut Riyanto (2001) modal usaha didefinisikan sebagai ikhtisar neraca
suatu perusahaan yang menggunakan selain modal kongkrit (sebelah debit) dan
modal abstrak (sebelah kredit) juga menunjukan bentuk modal aktif (sebelah
debit) dan modal pasif (sebelah kredit). Suatu neraca perusahaan kalau dilihat dari
sebelah debit menunjukkan modal menurut asalnya. Modal menurut bentuknya
disebut modal aktif dan yang menunjukkan asalnya disebut modal pasif.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modal usaha
adalah sejumlah nilai pokok dari seluruh modal yang digunakan dalam proses
produksi yang terdiri dari modal tetap dan modal lancar. Modal tetap yaitu nilai
jual dari seluruh peralatan dan nilai tempat usaha. Modal lancar yaitu nilai dari
seluruh bahan baku maupun bahan pembantu yang digunakan dalam proses
produksi(uang kas, piutang dan persediaan barang).
23
2.2.2.2 Jenis-Jenis Modal Usaha
1) Modal Investasi
Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan digunakan berulang-
ulang.Biasanya umurnya lebih dari satu tahun.Penggunaan utama modal investasi
jangka panjang adalah untuk membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan atau
gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan serta inventaris lainnya.Modal
investasi merupakan bagian terbesar dalam komponen pembiayaan suatu usaha
dan biasanya dikeluarkan pada awal perusahaan didirikan.Modal investasi
biasanya diperoleh dari modal pinjaman jangka panjang.
2) Modal Kerja
Modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai
dalam satu proses produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari
satu tahun.Setelah modal investasi terpenuhi selanjutnya adalah pemenuhan
kebutuhan modal kerja.Modal kerja digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi. Modal kerja digunakan untuk
keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan
serta biaya lain-lainnya (Kasmir: 2011).
2.2.2.3 Sumber-sumber Modal
1) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang dimiliki sendiri oleh seorang
pengusaha.Keuntungan menggunakan modal sendiri tidak ada kewajiban untuk
mengembalikan modal yang telah digunakan.Kerugian menggunakan modal
sendiri adalah jumlahnya terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya.
2) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak
luar dalam usaha dagang dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Penggunaan
modal pinjaman untuk membiayai suatu usaha akan menimbulkan beban biaya
24
bunga, biaya dminstrasi yang besarnya relatif. Penggunaan modal pinjaman
mewajibkan pengembalian pinjaman setelah jangka waktu tertentu.
Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas artinya
tersedia dalam jumlah banyak.Di samping itu dengan menggunakan modal
pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manjemen untuk mengerjakan
usaha dengan sungguhsungguh.Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh
dari: (a) Pinjaman dari perbankan baik dari perbankan swasta, pemerintah maupun
asing, (b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti pegadaian, modal ventura,
asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya, (c)
Pinjaman dari perusahaan nonkeuangan. (Kasmir: 2011)
2.2.3 Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan
omset penjualan. Semakin maju sebuah bisnis, yang ditandai dengan omset naik
maka kebutuhan akan modal semakin meningkat pula (Chandra: 2000). Dengan
pemberian bantuan modal, diharapkan usaha para pengusaha kecil dapat
berkembang, sehingga pendapatan yang diperolehnya meningkat. Dengan
demikian dapat membantu perekonomian keluarga dan kebutuhan sehari-hari pun
akan terpenuhi.
Hughes dan Kapoor (2003), mengemukakan pengembangan usaha ialah
suatu kegiatan usaha individu yg terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual
barang jasa guna mendapatkan keuntungan. Pengembangan Usaha adalah suatu
lembaga yg menghasilkan barang dan jasa yg dibutuhkan masyarakat.apabila
kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnispun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba
(Brown dan Petrello: 1976).
Sejalan dengan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa indikator
perkembangan industri skala kecil (SK) yang umum digunakan dalam literatur
adalah pertumbuhan nilai atau volume output (produktivitas), peningkatan
kontribusi output terhadap PDB dan pertumbuhan tenaga kerja. Perkembangan
usaha yang akan ditinjau dari pendapatan rata-rata yang diterima pengusaha. Jadi
25
indikator perkembangan usaha dapat dilihat dari jumlah pendapatannya, yaitu
ditandai dengan meningkatnya omset penjualan.Meningkatnya penjualan dapat
berasal dari bertambahnya barang dagangan, bertambahnya jumlah
pembeli.Dengan meningkatnya barang dagangan perlu modal yang tidak
sedikit.Apabila tidak memiliki modal maka memerlukan bantuan modal.Dengan
demikian dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
2.2.4 Pendapatan
2.2.4.1 Pengertian Pendapatan
Menurut Damayanti (2011) pendapatan adalah penerimaan seseorang
dalam bentuk uang tunai atau bukan tunai yang diperoleh ketika terjadi transaksi
antara pedagang dan pembeli dalam suatu kesepakatan bersama.Pendapatan
adalah jumlah penghasilan yang diterima para anggota masyarakat untuk jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka
sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional. Pendapatan akan
diperoleh jika seorang melakukan usaha atau kegiatan (Soediyono: 1992).
Sedangkan menurut Suyuthi (1989) pendapatan diartikan sebagai keseluruhan
penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para pemilik faktor produksi dalam
suatu masyarakat selama kurun waktu tertentu.Dari barbagai pengertian
pendapatan di atas dapat dikatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan yang
diterima oleh seseorang dari usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu yang dapat berupa barang atau jasa.
2.2.5 PNPM Mandiri Perdesaan
2.2.5.1 Pengertian PNPM Mandiri Perdesaan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor.10 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, menetapkan 3 (tiga) kelompok program
penanggulangan kemiskinan sebagai instrument percepatan penanggulangan
kemiskinan nasional. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat/ Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM Mandiri) terdiri dari 12 program penanggulangan kemiskinan dengan
26
menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh berbagai
kementerian/lembaga.
PNPM Mandiri terdiri dari 12 (duabelas) program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat sebagaimana Tabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat/PNPM Mandiri dan Penerima Manfaatnya
No Program Sasaran
1 PNPM Mandiri Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan
2 PNPM Mandiri Perkotaan Kelompok Masyarakat Perkotaan
3
PNPM Daerah Tertinggal dan
Khusus(Berakhir Tahun 2012)
Kelompok Masyarakat Pedalaman,
Tertinggal dan Khusus (Bencana,
Konflik dll)
4
Rural Infrastructur Support(RIS
PNPM) Kelompok Masyarakat Perdesaan
5
PNPM Pembangunan Infrastruktur
Ekonomi Wilayah (PISEW) Kelompok Masyarakat Perdesaan
6
PNPM Peningkatan Usaha
Agrobisnis Pertanian (PUAP)
Kelompok Masyarakat Pertanian
Perdesaan
7
PNPM Kelautan dan Perikanan
(KP)
Kelompok Masyarakat Pesisir dan
Pelaut
8 PNPM Pariwisata
Kelompok Masyarakat Perdesaan
Potensial
9 PNPM Generasi Kelompok Masyarakat Perdesaan
10
PNPM Green Kecamatan
Development Program (G-KDP) Kelompok Masyarakat Perdesaan
11
PNPM Neigbourhood
Development (ND) Kelompok Masyarakat Perkotaan
12
PNPM Perumahan dan
Permukiman Masyarakat Perdesaan da Perkotaan
Sumber: PNPM
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang telah
diluncurkan Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu Sulawesi
Tengah merupakanrepresestasi dari kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah program nasional dalam
27
wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan system serta mekanisme
dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulanuntuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan.
PNPM Mandiri Pedesaan merupakan salah satu mekanisme program
pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di
wilayah perdesaan.PNPM Mandiri Pedesaan juga merupakan kelanjutan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai telah berhasil untuk
mengentaskan kemiskinan.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk memperbaiki
stabilitas sosial, membuka lapangan kerja, memperbaikitata pemerintahan daerah
dan mencip menciptakan aset untuk kelompok miskin. Program-program
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang berbasis
pemberdayaan masyarakat dicirikan dengan: a) menggunakan pendekatan
partisipasi masyarakat; b) melakukan penguatan kapasitas kelembagaan
masyarakat; dan c) kegiatan program dilaksanakan secara swakelola oleh
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat memerlukan
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil
yang dicapai.
28
2.2.5.2 Tujuan PNPM Mandiri
Menurut PNPM, tujuan umum PNPM Mandiri adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Adapun
yang menjadi tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya partisipasi dan kesempatan kerja masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representative, dan akuntabel.
3. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).
4. Meningkatkan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi
masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-
upaya penanggulangan kemiskinan.
5. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.
6. Meningkatnya modal social masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi social dan budaya serta untuk melestarikan kearifan local.
7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi
dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
Menurut PNPM, pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai
tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program
adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
- Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk
mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
program.
29
- Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan
pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal.
- Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif.
- Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
karakteristik sosial, budaya dan geografis.
- Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran,
kemandirian, dan keberlanjutan.
2.2.5.3 Komponen Program PNPM Mandiri
Menurut PNPM, rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan
melalui komponen program sebagai berikut:
a) Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk
membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-
hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut,
disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan
relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator,
pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada
saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama
sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
b) Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan
keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai
sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
30
c) Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah
serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku
lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif
dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam
menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini
antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan
secara selektif, dan sebagainya.
d) Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-
kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya
dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program
2.2.5.4 Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri
Menurut PNPM, ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya
terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan
disepakati masyarakat meliputi:
1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman,
sosial, dan ekonomi secara padat karya;
2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian
yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam
memanfaatkan dana bergulir ini;
3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang
bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs;
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui
penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan
keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.
31
2.2.5.5 Struktur Kelembagaan PNPM Mandiri
Kelembagaan PNPM Mandiri pada hakekatnya bertujuan untuk penguatan
terhadap hak kepemilikan dan memberi kesempatan yang sama bagi semua
individu untuk mengerjakan aktivitas, khususnya dalam meningkatkan kapasitas
dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. (AD/ART PNPM: 2013)
Gambar 2.1
Struktur Kelembagaan PNPM Mandiri
Sumber: AD/ART PNPM
2.2.5.6 Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Perguliran Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan proses dan tata
cara perputaran dana modal usaha yang berasal dari pengembalian pokok
pinjaman ditambah pengembalian jasa pinjaman dan kegiatan ekonomi produktif
yang dilaksanakan oleh kelompok sehingga dana tersebut dapat berputar dan
bergulir.
32
Tujuan Peguliran Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yaitu diantaranya
untuk menyediakan dana yang dapat dipinjam secara bergantian oleh kelompok
yang membutuhkan pinjaman sehingga dapat membantu menyediakan modal
usaha bagi anggota kelompok. Selain itu SPP dapat menjamin pelestarian dan
pengembangan dana yang digunakan untuk usaha ekonomi sehingga menjadi dana
abadi dan mudah dijangkau oleh kelompok yang mempunyai usaha ekonomi
produktif.
Terdapat beberapa aturan Peguliran Simpan Pinjam Perempuan (SPP),
diataranya dana perguliran SPP tidak diperkenankan untuk pembiayaan kegiatan
sarana prasarana. Pengelolaan dana bergulir harus tetap menggunakan
kelembagaan yang ada di PNPM-MD seperti UPK, kelompok peminjam,
diusulkan oleh desa, tim verifikasi. Tidak diperkenankan pengajuan secara
individu. Semua pinjaman harus dikembalikan dengan disertai jasa pinjaman
sebesar 1,5% tetap perbulan atau 18% pertahun ke UPK. Jangka waktu
pengembalian SPP maksimal 12 bulan dengan pengembalian pinjaman perbulan.
Penyaluran pencairan dana SPP wajib di dampingi UPK dan langsung diterima
pada peminjam melalui kelompok pengusul.
Penggunaan jasa pinjaman adalah untuk Pembiayaan operasional UPK,
Pemupukan Modal, Pengembangan kelembagaan UPK dan kelompok, Dana sosial
untuk RTM h) Kelompok dengan jasa pinjaman 1,5% perbulan yang angsuranya
lancar dan tepat waktu selama 1 tahun akan mendapatkan IPTW (Insentif
Pengembalian Tepat Waktu) sebesar 10% dari jumlah jasa pinjaman secara
keseluruhan.
Alur pengajuan perguliran Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM
Mandiri perdesaan yaitu sebagai berikut:
a) Pengurus kelompok membuat proposal dengan kelengkapan seperti (1)
Surat pengantar dari kepala desa, (2) Profil kelompok harus diisi, (3)
Daftar anggota kelompok baik yang mengajukan pinjaman ataupun tidak,
(4) Fotocopy KTP calon peminjam harus dilegalisir oleh kepala desa, (5)
Surat pernyataan kesanggupan pengembalian pinjaman, (6) Surat
perjanjian tanggung renteng, (7) Daftar pengajuan pinjaman
33
b) Proposal diserahkan ke UPK apabila sudah lengkap
c) Verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan dilakukan oleh Tim
Verifikasi
Proses verifikasi calon peminjam dilakukan oleh Tim Verifikasi langsung
ke lapangan menemui calon peminjam. Verifikasi dilakukan antara 3
hingga 7 hari setelah proposal masuk ke UPK
d) Pembahasan hasil verifikasi oleh UPK dan Tim verifikasi Dari data hasil
verifikasi harus dikonfirmasi kepada pengurus kelompok. Penentuan besar
pinjaman berdasarkan hasil verifikasi, rekomendasi dari pengurus
kelompok dan juga catatan di UPK.
e) Proses pencairan yaitu pinjaman diberikan langsung ke pemanfaat diketahui
oleh pengurus kelompok dan ketua TPK desa yang bersangkutan (atau
yang mewakili) pencairan dilakukan satu sampai dengan dua minggu
setelah proses verifikasi selesai.
2.2.6 Kesejahteraan
2.2.6.1 Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan menurut UU, kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga
Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,
rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila (Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 Pasal 2 ayat 1).Sehingga dapat
dikatakan bahwa kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk
menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, dimana kondisi
tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial
dalam masyarakat.Maka setiap individu membutuhkan kondisi yang sejahtera,
baik sejahtera dalam hal materil dan dalam hal non materil sehingga dapat
terciptanya suasana yang harmonis dalam bermasyarakat.
34
Biro Pusat Statistik Indonesia menerangkan bahwa guna melihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat
dijadikan ukuruan, antara lain adalah tingkat pendapatan keluarga, komposisi
pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan
dengan non-pangan, tingkat pendidikan keluarga, tingkat kesehatan keluarga,
kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
Kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan, yatiu dengan
melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan
sebagianya, dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,
lingkungan alam, dan sebagainya, dengan melihat kualitas hidup dari segi mental,
seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya, dengan melihat
kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan
sebagainya.
Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan
antara lain social ekonomi rumah tangga atau masyarakat, struktur kegiatan
ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau
masyarakat,potensi regional (sumberdaya alam, lingkungan dan insfrastruktur)
yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, kondisi
kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala
lokal, regional dan global.
Todaro (2000) secara lebih spesifik bahwa fungsi kesejahteraan W
(welfare) dengan persamaan sebagai berikut:W = W (Y, I, P). Dimana Y adalah
pendapatan perkapital, I adalah ketimpangan dan P adalah kemiskinan
absolut.Ketiga variabel ini mempunyai signifikan yang berbeda, dan harus
dipertimbangkan secara menyeluruh untuk menilai kesejahteraan negara
berkembang.Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan diatas,
diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan
perkapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan.
35
2.2.6.2 Kriteria Masyarakat Sejahtera
Menurut BPS (2011) indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga,
keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga,
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak
kejenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
Indikator pendapatan digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Tinggi (> Rp.
10.000.000), b. Sedang (Rp. 5.000.000), c. Rendah (< Rp. 5.000.000). Pada
indikator pengeluaran digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Tinggi (> Rp.
5.000.000), b. Sedang (Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000), c. Rendah (< Rp.
1.000.000).
Indikator fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri dari 12 item, yaitu
pekarangan, alat elektronik, pendingin, penerangan, kendaraan yang dimiliki,
bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum, cara
memperoleh air minum, sumber air minum, fasilitas MCK, dan jarak MCK dari
rumah. Indikator kesehatan anggota keluarga digolongkan menjadi 3 item yaitu: a.
Bagus (< 25% sering sakit), b. Cukup (25% - 50% sering sakit), c. Kurang (> 50%
sering sakit). Sedangkan Indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
terdiri dari 5 item yaitu jarak rumah sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan
obat-obatan, harga obat-obatan, dan alat kontrasepsi. Pada Indikator kemudahan
memasukkan anak ke jenjang pendidikan terdiri dari 3 item yaitu biaya sekolah,
jarak ke sekolah, dan proses penerimaan. Kemudahan mendapatkan transportasi
didasarkan atas indicator yang terdiri dari 3 item, yaitu ongkos kendaraan, fasilitas
kendaraan, dan status kepemilikan kendaraan.
2.2.7 Kemiskinan
2.2.7.1 Pengertian Kemiskinan
Pengertian kemiskinan dewasa ini telah mengalami perluasan, seiring
dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan
lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak hanya dipandang dari dimensi
36
ekonomi saja, melainkan semakin meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan,
pendidikan dan bahkan politik.
Adapun Murbyarto (1998) memberikan definisi kemiskinan adalah suatu
situasi serba kekurangan dari penduduk yang terwujud dalam bentuk rendahnya
pendapatan dan disebabkan oleh rendahnya ketrampilan, produktivitas,
pendapatan, lemahnya nilai tukar produksi dan terbatasnya kesempatan berperan
serta dalam pembangunan. Rendahnya pendapatan penduduk miskin
menyebabkan rendahnya produktivitas dan meningkatkan beban ketergantungan
bagi masyarakat.
Berbagai konsep yang lebih modern dengan komparasi dari berbagai
negara mencoba menerjemahkan konsep kemiskinan dengan pendekatan yang
lebih komprehensif. Banyak negara menerjemahkan kemiskinan hanya dari sisi
pendapatan, konsumsi atau akses terhadap layanan (Haug, 2007).
Menurut BPS (2011), terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/ rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia/ kayu berkualitas rendah/
tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
37
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas
lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per
bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/ tidak tamat SD/
hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya.
Sesuai kriteria diatas jika terdapat 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah
tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
(https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1219 pada tanggal 12
November 2016, pukul 13:28 WIB)
Atas dasar uraian tersebut diatas, secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa kemiskinan adalah masalah kerentanan, hal demikian dikarenakan
kemiskinan memiliki tingkatan dimana suatu sistem mudah terpengaruh terhadap
atau tidak mampu menghadapi maupun efek buruk dari perubahan termasuk
variabilitas (pendapatan rumah tangga, jejaring sosial, akses informasi,
globalisasi, kondisi lingkungan, ataupun perubahan iklim). Kemiskinan
merupakan masalah tertutupnya akses ke berbagai peluang sumberdaya produktif,
termasuk modal, sumberdaya alam bahkan kesempatan kerja. Kemiskinan adalah
masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi emosional dan sosial dalam
menghadapi kekuasaan dalam hal-hal yang menyangkut pembuatan keputusan
yang berhubungan dengan dirinya. Kemiskinan berarti rendahnya ketahanan fisik
dan intelektual karena keterbatasan kandungan konsumsi fisik dan non fisik.
Kemiskinan berarti adanya sebuah sistem nilai kemiskinan yang diwariskan dari
satu generasi (kemiskinan kultural).
Kemiskinan pada hakekatnya merupakan persoalan klasik yang telah ada
sejak umat manusia ada dimuka bumi ini.Sampai saat ini belum juga ditemukan
suatu rumusan maupun resep (formula) penanganan kemiskinan yang dianggap
38
paling jitu, dan tidak ada konsep tunggal tentang kemiskinan.Strategi
penanggulangan kemiskinan masih harus terus menerus selalu dikembangkan.
Bila dipetakan, literatur mengenai kebijakan sosial dan pekerjaan sosial menurut
Suharto (2006), menunjukkan terdapat dua pradigma seperti tabel berikut:
Tabel 2.2
Paradigma Edi Suharto
PRADIGMA Neo-Liberal Demokrasi-Sosial
Landasan Teoritis Individual Struktural
Konsep dan indicator
kemiskinan
Kemiskinan Absolut Kemiskinan Relatif
Penyebab Kemiskinan Kelemahan dan pilihan
pilihan individu;
lemahnya pengaturan
pendapatan; lemahnya
kepribadiaan (malas,
pasrah, bodoh).
Ketimpangan struktur
ekonomi dan politik;
ketidak adilan sosial
Strategi
penanggulangan
kemiskinan
→ Penyaluran
pendapatan terhadap
orang miskin secara
selektif.
→ Memberi pelatihan
keterampilan
pengelolaan keuangan
melalui inisiatif
masyarakat dan LSM.
→ Penyaluran
pendapatan secara
universal
→ Perubahan
fundamental dalam
pola-pola
pendistribusian
pendapatan melalui
Negara dan kebijakan
social.
Sumber: Edi (2009)
Dari beberapa pendapat para ahli yang dijelaskan diatas, maka dapat
ditarik sebuah pemahaman yakni persoalan dan masalah kemiskinan
sesungguhnya selalu adanya keterkaitan dengan kerentanan dan juga
ketidakberdayaan. Dan berbicara mengenai kerentanan yang ada pada orang
miskin, biasanya disebabkan karena orang miskin dihadapkan dengan kondisi
yang lemah, tidak mempunyai daya kemampuan yang cukup dibanyak bidang dan
berbagai bidang, dan kemudian secara ekonomi dibarengi oleh kemiskinan pada
tingkat pendidikan, sedikit ilmu/pengetahuan/wawasan, tidak memiliki
keberdayaan, dan serta tidak memiliki kekuasaan. Lemahnya sistem pertahanan
ekonomi yang kemudian telah mempengaruhi atas ketahanan pada banyak bidang.
39
Dengan demikian apabila mendapatkan masalah ekonomi, telah pasti akan
mengalami kesulitan. Kemudian berbicara tentang ketidak berdayaan, yakni orang
yang miskin tidak mempunyai daya atau kemampuan yang cukup.Dan kemudian
adapun ketidakberdayaan secara ekonomi, pendidikan, politik, sosial hingga
maupun kekuasaan adalah kondisi yang kompleks yang selalu dialami oleh orang
miskin.
Dibawah ini adalah gambar lingkaran kemiskinan yang akan menjelaskan
tentang bagaimana budaya dari kemiskinan yang diteruskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya yakni sebagai berikut :
Gambar 2.2
Lingkaran Kemiskinan
Sumber :Edi (2006)
40
Seperti jelas pada gambar seperti diatas bahwa terjadinya lingkaran
kemiskinan diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.Berbeda-beda tokoh
menjelaskan bahwa hal itu dapat terjadi karena terdapat adanya budaya
kemiskinan menyatakan individu yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan
mempunyai keyakinan yang sangat kuat bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan
(fatalisme).
Kemiskinan yang timbul ditengah-tengah masyarakat adalah hasil dari
proses turun-temurun atau kemiskinan yang telah diwariskan dari beberapa
generasi ke generasi sehingga, budaya kemiskinan terbentuk dan telah melekat
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Dan yang paling penting tidak melihat
budaya itu sendiri suatu sebab atau sebagai suatu akibat, melainkan bagaimana
cara merubah budaya yang ada melalui program-program atau kebijakan-
kebijakan untuk menanggulangi kemiskinan.
2.2.7.2 Penyebab Masalah Kemiskinan
Menurut Departemen Sosial RI, kemiskinan adalah suatu kondisi sosial
ekonomi warga masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Sedangkan faktor-faktor
penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam dua hal berikut ini:
Faktor-faktor internal (dari dalam diri individu atau keluarga fakir miskin)
yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain berupa kekurangmampuan
dalam hal fisik (misalnya cacat, kurang gizi, dan sakit-sakitan), intelektual
(misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, dan kekurangtahuan informasi),
mental emosional (misalnya malas, mudah menyerah, putus asa, dan tempera
mental), spiritual (misalnya tidak jujur, penipu, serakah, dan tidak disiplin), sosial
psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/stres, kurang
relasi, dan kurang mampu mencari dukungan), keterampilan (misalnya tidak
mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaaan lapangan kerja), asset
(misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan,
kendaraan, dan modal kerja)
41
Faktor-faktor eksternal (berada di luar diri individu atau keluarga) yang
menyebabkan terjadinya kemiskinan, antara lain terbatasnya pelayanan sosial
dasar, tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah, terbatasnya lapangan
pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha usaha sektor informal, belum
terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat
banyak, sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum
optimal (seperti zakat), budaya yang kurang mendukung kemajuan dan
kesejahteraan, kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana,
pembangunan yang lebih berorientasi fisip material, pembangunan ekonomi antar
daerah yang belum merata, kebijakan publik yang belum berpihak kepada
penduduk miskin
Faktor internal dan eksternal tersebut mengakibatkan kondisi fakir miskin
tidak mampu dalam hal memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, seperti tidak
mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan, air bersih, kesehatan dasar,
dan pendidikan dasar, menampilkan peranan sosial, seperti tidak mampu
melaksanakan tanggung jawab seperti pencari nafkah, sebagai orang tua dan
sebagai warga masyarakat dalam suatu lingkungan komunitas, mengatasi
masalah-masalah sosial psikologi, seperti konflik kepribadian, stress, kurang
percaya diri, masalah keluarga, dan keterasingan dari lingkungan,
mengembangkan potensi diri dan lingkungan, seperti keterampilan wirausaha,
keberanian memulai bisnis, membangun jaringan, dan akses informasi,
mengembangkan faktor produksi sendiri, seperti kepemilikan tanah yang terbatas,
tidak ada sarana prasarana produksi, dan keterampilan.
2.2.8Community Development
Secara etimologi, Pengembangan Masyarakat atau community
development terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan
“masyarakat”.Pengembangan atau pembangunan memiliki makna usaha bersama
dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.Bidang-bidang
pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan sosial-budaya.Sedangkan secara terminologi, istilah pengembangan
42
masyarakat dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai usaha bersama yang
dilakukan oleh penduduk atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengembangan masyarakat juga dapat diartikan sebagai sebuah proses penyadaran
dan penggalian potensi lokal masyarakat dengan tujuan untuk memecahkan
permasalahan mereka sehari-hari.
Cook (1994), konsep community development tetap memiliki karateristik
utama, yakni fokus hanya kepada komunitas saja, kesadaran membuat dorongan
perubahan struktural, bukan melawannya, menggunakan pekerja professional,
diawali oleh grup/ kelompok, agen, atau institusi luar untuk unit komunitas,
menekankan partisipasi public, partisipasi dengan maksud untuk menolong diri
sendiri, menumbuhkan ketergantungan untuk demokrasi partisipatif sebagai
modal untuk pembuatan keputusan komunitas, menggunakan pendekatan holistik.
Warren (1978), pengembangan masyarakat adalah proses membantu
masyarakat menganalisa masalah mereka, untuk melaksanakan sebagai ukuran
besar otonomi yang mungkin dan layak, dan untuk mempromosikan identifikasi
yang lebih besar dari warga negara individu dan individu organisasi dengan
masyarakat secara keseluruhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, konsep
Pengembangan Masyarakat (Community Development) lebih ditekankan pada
upaya pemenuhan kebutuhan oleh masyarakat sendiri (community-base service)
dengan ide utama keberlanjutan dalam penyelenggaraan kebutuhan hidup manusia
karena dikembangkannya keswadayaan (self-reliance) masyarakat.
Tujuan utama dari Community Development, seperti yang dikemukakan
Hadi (2001), yaitu diantaranya mengangkat masyarakat yang miskin dengan
memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka, merealisasi keadilan distributive,
meningkatkan partisipasi masyarakat secara nyata, untuk mengembangkan
kemampuan dari suatu masyarakat. Dapat dikatakan tujuan akhir CD adalah
perwujudan kemampuan dan integrasi masyarakat untuk dapat membangun
dirinya sendiri.Sedangkan tujuan antara yaitu membangkitkan partisipasi penuh
warga masyarakat.Dengan bertumpu pada inisiatif dan partisipasi penuh warga
masyarakat, maka penerapan CD lebih ditekankan kepada upaya untuk
mengembangkan kapasitas warga masyarakat (client-centered) daripada
43
pemecahan masalah (problem-centered).Bagi para perancang program
pengembangan masyarakat, locality development berarti program pendidikan bagi
masyarakat untuk mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dalam program-
program pembangunan.
Kegiatan pengembangan masyarakat pada dasarnya melibatkan banyak
pihak. Secara garisbesar, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
masyarakat adalah:
1) Pemerintah.
Pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam upaya
mensejahterakan masyarakatnya.Oleh karena itu, pemerintah memiliki porsi
yang paling besar dalam pengembangan masyarakat.Secara tidak langsung
pemerintah telah melakukan kegiatan pengembangan masyarakat melalui
penyelenggaraan program-program pembangunan pada berbagai bidang
kehidupan.
2) Organisasi
Organisasi yang terlibat dalam pengembangan masyarakat adalah organisasi
yang turut menyelenggarakan pengembangan masyarakat atau menjadi
pelaksana pengembangan masyarakat. Organisasi ini dapat pula yang
menyediakan dana untuk kegiatan pengembangan masyarakat. Sebagian
besar organisasi pada umumnya bersentuhan langsung dengan masyarakat
dalam menyelenggarakan pengembangan masyarakat, terlebih lagi setelah
pemerintah memberikan porsi yang lebih besar kepada Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) untuk turut melaksanakan kegiaatn pengembangan
masyarakat.
3) Masyarakat.
Dalam pendekatan pengembangan masyarakat, keberadaan masyarakat
sebagai sasaran yang meliliki kedudukan sangat strategis. Masyarakat tidak
lagi dipandang sebagai obyek kegiatan yang hanya akan menerima hasil
kegiatan pengembangan masyarakat, melainkan sebagai pihak yang harus
44
turut menentukan dalam kegiatan tersebut. Terlebih lagi dengan adanya
paradigma yang baru, yaitu people-centered development. Masyarakat
bersama-sama dengan pelaksana perubahan menentukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan pengembangan masyarakat
4) Pelaksana/Agen Perubahan.
Agen perubahan pada umumnya memiliki kesadaran yang cukup tinggi dan
kepedulian yang sangat besar terhadap pengembangan masyarakat.Istilah
pelaksana/agen perubahan lebih sering digantikan dengan community
organizer atau community devolepment worker.
2.3 Kerangka Pemikiran
Permasalahan utama dalam meningkatkan kesejahteraan di Indonesia saat
ini yaitu terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar
secara merata di seluruh wilayah Indonesia.Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program yang
dibuat oleh pemerintah guna mempercepat penanggulangan kemiskinan secara
terpadu dan berkelanjutan.
Tujuan umum PNPM Mandiri adalah meningkatkan kapasitas
kelembagaan masyarakat, dan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat (pro-poor), meningkatkan sinergi dan kemandirian masyarakat,
meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Sedangka tujuan utama dari
Community Development, seperti yang dikemukakan Hadi (2001), yaitu
diantaranya mengangkat masyarakat yang miskin dengan memperbaiki kondisi
sosial ekonomi mereka, merealisasi keadilan distributive, meningkatkan
partisipasi masyarakat secara nyata, untuk mengembangkan kemampuan dari
suatu masyarakat
Dari beberapa uraian diatas kita dapat melihat beberapa kesamaan tujuan
antara PNPM Mandiri dan Community Development, keduanya sama-sama
memiliki tujuan yang pro-poor dengan cara memberdayakan masyarakat agar
45
mampu berdaya, dan bersinergi dengan memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan
menumbuhkan pastisipasi masyarakat secara nyata dan seadil-adilnya demi
mewujudkan keadilan social ekonomi masyarakat. Bantuan PNPM Mandiri
Perdesaan yang telah dilaksanakan, yang tentunya hasil dari kegiatan dari
program tersebut digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya
untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 menjelaskan
Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam
pembangunan masyarakat sebagai upaya mewujudkan kemampuan dan
kemandirian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya
mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat desa dan kelurahan,
meliputi aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan hidup melalui
penguatan pemerintahan desa dan kelurahan, lembaga kemasyarakatan dan upaya
penguatan kapasitas masyarakat.Sehingga dapat diasumsikan bahwa cikal bakal
lahirnya PNPM Mandiri Perdesaan merupakan hasil dari rumusan pemberdayaan
masyarakat (Community Development).
Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, PNPM Mandiri Perdesaan
memberikan bantuan modal kepada kelompok perempuan untuk menciptakan dan
mengembangkan usaha, sehingga lewat usaha tersebut dapat meningkatkan taraf
hidup mereka sehari-hari.Bantuan modal dari PNPM Mandiri Perdesaan dianggap
sebagai salah satu pemecahan untuk mengatasi kemiskinan.Keberhasilan bantuan
modal yang diberikan dapat ditinjau dari segi perkembangan usaha dan perbedaan
pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh sebelum dan sesudah mendapatkan
bantuan, tabungan yang dimiliki, tingkat konsumsi, pendidikan kesehatan dan
kondisi rumah.
PNPM mengadopsi sistem perbankan seperti Grameen Bank yang secara
khusus memprioritaskan pemberdayaan masyarakat terutama kaum perempuan
dan keluarga melalui akses modal untuk meningkatkan usaha.Selain berfokus
pada kegiatan mikro, PNPM juga tetap berfokus pada pembangunan fisik dan juga
pendidikan.
46
PNPM memprioritaskan pemberdayaan perempuan dan keluarga, baik
dalam penyaluran kredit maupun pelatihan dan pemberdayaan.Beberapa menjadi
dasar dari hal tersebut, misalnya selama ini mereka tidak memiliki akses untuk
mendapat modal usaha. Modal yang diberikan kepada mereka diharapkan dapat
digunakan untuk mengembankan usaha rumah tangga sehingga perekonomian
mereka akan membaik. Sehingga, apabila program-program dari PNPM berhasil
dilaksanakan, maka Community Development dapat dikatakan berhasil.Hal
tersebut dapat terlihat pada beberapa indikator baik itu pendapatan, konsumsi,
tabungan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi rumah.
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis
Pertumbuhan ekonomi
tidak merata
PNPM
Mandiri
Tujuan PNPM
(Pro Poor)
Tujuan Community
Development
Masyarakat
sesejahtera
Pemerintah
Kemiskinan
47
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir di atas, dapat ditarik hipotesis penelitian yang berupa jawaban sementara
dari masalah penelitian yang telah dirumuskan yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kesejahteraan ekonomi pada Masyarakat PNPM dan
Non PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sukasari
2. Terdapat perbedaan kesejahteraan sosial pada Masyarakat PNPM dan Non
PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sukasari
3. Terdapat perbedaan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Kecamatan
Sukasari sebelum dan setelah menerima manfaat kredit PNPM Mandiri
Perdesaan
4. Terdapat perbedaan kesejahteraan sosial masyarakat di Kecamatan
Sukasari sebelum dan setelah menerima manfaat kredit PNPM Mandiri
Perdesaan