bab ii kajian pustaka pendidikan lingkungan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
a. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Ada berbagai macam pengetian Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Pada tahun 2004 dikeluarkan Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup
oleh empat lembaga, yaitu; Departemen Dalam Negeri, Depertemen
Agama, Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan
Hidup. Isi dari kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup itu adalah sebagai
berikut:
“Pendidikan Lingkungan Hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.”
Tujuan dari dilaksanakannya Pendidikan Lingkungan Hidup adalah
untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Yang pada akhirnya
dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki
serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana. Serta turut
menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup,
mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
8
b. Gambaran umum Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Pada awalnya penyelenggaraan PLH di Indonesia dilakukan oleh Institut
Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun
1977/1978 rintisan Garis-Garis Besar Program Pengajaran Lingkungan
Hidup diujicobakan di 15 sekolah dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah
koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL)
di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, dimana pendidikan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan).
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas), menetapkan bahwa
penyampaian mata ajar tentang kependudukan dan lingkungan hidup secara
integratif dituangkan dalam kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan
materi kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua mata pelajaran
pada tingkat menengah umum dan kejuruan. Tahun 1989/1990 hingga 2007,
Ditjen Dikdasmen Depdiknas, melalui Proyek Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup (PKLH) melaksanakan program Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah Berbudaya
Lingkungan (SBL) mulai di kembangkan pada tahun 2003 di 120 sekolah.
Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen
Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang
diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari
kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup
mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang
9
pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. Program ini
dilaksanakan di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan
melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan
Lingkungan Hidup (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:1).
2. Sekolah Adiwiyata
a. Pengertian Sekolah Adiwiyata
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan
Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran
warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam
pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup berkerjasama dengan
Kementerian Pendidikan Nasional, menggulirkan Program Adiwiyata ini
dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar
mengajar meteri lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan
serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.
Kata Adiwiyata berasal dari dua kata yaitu “Adi” dan “Wiyata”. Kata
Adi memiliki makna : besar, agung, baik, ideal, dan sempurna. Sedangkan
kata Wiyata mengandung arti: tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat
menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita menuju
keadaan cita-cita pembangunan berkelanjutan. Menurut penjabaran di atas
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari adiwiyata adalah tempat yang baik
dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan yang
10
berkelanjutan. Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah yang peduli dengan
lingkungan yang sehat, bersih, serta lingkungan yang indah (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2012:3).
b. Tujuan Program Adiwiyata
Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:3).
c. Prinsip – Prinsip Dasar Program Adiwiyata
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, (2012:3) Pelaksanaan
Program Adiwiyata di letakkan pada dua prinsip dasar sebagai berikut:
1) Partisipatif
Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen yang meliputi keseluruhan
proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan tanggung
jawab dan perannya.
2) Berkelanjutan
Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komprehensif.
d. Komponen Adiwiyata
Untuk mencapai tujuan Adiwiyata terdapat empat komponen program
yang merupakan satu kesatuan yang utuh (Kementerian Lingkungan
Hidup,2012:4). Keempat komponen itu adalah;
11
1) Kebijakan Berwawasan lingkungan
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung pelaksanaan
kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan
berkelanjutan. Pengembangan kebijakan lingkungan yang bisa dilaksanakan
oleh sekolah dapat berupa membuat filosofi, visi, misi sekolah yang peduli
dan berbudaya lingkungan. Selanjutnya, membuat kebijakan dalam
pengembangan materi pembelajaran Lingkungan Hidup. Kebijakan
penghematan sumber daya alam serta kebijakan untuk pengakokasian dana
bagi kegiatan lingkungan hidup.
2) Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi pendidikan Lingkungan Hidup dapat di
kembangkan dengan membuat kurikulum berbasis lingkungan secara
integrasi atau monolitik. Dengan melakukan penggalian dan pengembangan
materi secara mendalam pada persoalan lingkungan hidup yang ada di
masyarakat sekitar (isu lokal) dan isu global. Pihak sekolah juga dapat
mengembangkan kegiatan kurikuler bertema Lingkungan Hidup. Metode
pembelajaran juga dapat dikembangkan oleh guru.
3) Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif
Untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan tidak hanya
dituntut peran serta sekolah yang aktif. Kegiatan melestarikan lingkungan
hidup juga mengikut sertakan partisipasi dari pihak di luar sekolah. menjalin
12
kerjasama dengan pihak pemerintah, swasta, maupun LSM dalam
pengembangan pendidikan lingkungan hidup.
4) Pengembangan dan Pengelolahan Sarana Pendukung Sekolah
Sarana dan prasarana yang memadai dapat mendukung terwujudnya
sekolah yang berwawasan lingkungan. Seperti peningkatan kualitas
pengelolaan lingkungan di dalam dan diluar kawasan sekolah. termasuk di
dalamnya fasilitas sanitasi, dan kantin sekolah. Peningkatan upaya
penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya. Pengembangan sistem
pengelolaan sampah, dan taman sekolah.
e. Manfaat mengikuti Program Adiwiyata
Di dalam buku Panduan Adiwiyata (Kementerian Lingkungan Hidup,
2012:4) terdapat beberapa manfaat yang diperoleh jika mengikuti Program
Adiwiyata, antara lain:
1) Mendukung percepatan pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan
(standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan pembiayaan, dan penilaian) sebagaimana
diatur dalam PP No. 19 tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2) Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui
penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan
energi.
3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar
yang lebih nyaman dan kondusif.
13
4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan
masyarakat sekitar.
5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan
pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.
f. Pelaksanaan Program Adiwiyata
Pelaksana program Adiwiyata terdiri dari tim nasional, provinsi,
kabupaten/kota juga di sekolah (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:7).
Berikut ini akan di jelaskan unsur dan peran dari tim sekolah sebagai
berikut:
1) Tim Sekolah
Tim sekolah terdiri dari beberapa unsure sebagai berikut: guru, siswa
dan komite sekolah. Tim sekolah di tetapkan melalui SK Kepala Sekolah.
Peran dan tugas pokok dari tim sekolah adalah sebagai berikut:
a) Mengkaji kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah,
kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana.
b) Membuat rencana kerja dan mengalokasikan anggaran sekolah
berdasarkan hasil kajian tersebut, dan disesuaikan dengan komponen,
standar, dan implementasi adiwiyata.
c) Melaksanakan rencana kerja sekolah.
d) Melakukan pemantauan dan evaluasi.
e) Menyampaikan laporan kepada Kepala Sekolah tembusan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota dan instansi terkait.
14
g. Peran Warga Sekolah dalam Sekolah Adiwiyata
Untuk menyukseskan proram Adiwiyata peran serta warga sekolah
sangat penting. Bukan hanya kepala sekolah saja yang berpartisipasi aktif
dalam menjalankan program ini. Tetapi seluruh warga sekolah juga
bertanggung jawab demi terselenggaranya sekolah berbasis lingkungan
secara maksimal. Berikut ini akan dijelaskan peran masing-masing warga
sekolah:
1) Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi di dalam suatu sekolah.
Kepala sekolah berhak membawa sekolah yang dipimpinnya menjadi
sekolah yang berwawasan lingkungan. Terciptanya sekolah berwawasan
lingkungan keberadaannya tidak terlepas dari peran kepala sekolah. Kepala
sekolah pada dasarnya memiliki peran utama yaitu “school manager” dan
“educational leader”. Sebagai manager atau administrator kepala sekolah
bertugas melaksanakan fungsi-fungsi adminisrasi pendidikan di sekolah
yang meliputi pengelolaan bersifat administratif dan operatif. Sedangkan
sebagai pemimpin pendidik kepala sekolah bertugas mendinamisasi proses
pengelolaan pendidikan secara administratif maupun edukatif (Mulyadi,
2010:73).
Menurut Daryanto (2014:80) kepala sekolah mempunyai tiga peran
yaitu :
a) Sebagai Penanggungjawab
Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah tidak hanya
15
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis
saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan
kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitar
merupakan tanggungjawab kepala sekolah.
b) Pimpinan Sekolah
Menurut Aswani Sudjud, dkk (dalam Daryanto, 2014:81) menyebutkan
beberapa fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, antara lain:
1) Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.
2) Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup mengatur
pembagian tugas dan wewenang, petugas pelaksana, dan menyelenggaraan
kegiatan (mengkoordinasi).
Fungsi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah mempunyai arti kepala
sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
dan pengawasan.
c) Sebagai supervisor
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang
esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan (Daryanto,
2014:84). Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti kepala
sekolah harus meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat yang
diperlukan bagi kemajuan sekolah. Fungsi kepala sekolah sebagai
pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi:
1. Mengawasi kelancaran kegiatan,
2. Mengarahkan pelaksanaan kegiatan,
16
3. Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan, dan
4. Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana dan sebagainya.
2) Guru
Guru memegang peranan strategis terutama dalam membentuk watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan
(Mudlofir, 2012:62). Paling sedikit ada enam tugas dan tanggung jawab
guru dalam mengembangkan profesinya, yakni:
a) Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di
samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Sehubungan
dengan program sekolah Adiwiyata, guru dapat mengajarkan pendidikan
lingkungan hidup kepada para peserta didik.
b) Guru sebagai pembimbing
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing memberi tekanan
kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab
tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan
juga menyangkut pembinaan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai
peserta didik. Guru dapat menanamkan sikap cinta lingkungan kepada
peserta didik agar pelaksanaan program Adiwiyata dapat terlaksana.
17
c) Guru sebagai administrator kelas
Pada hakikatnya tugas dan tanggung jawab merupakan jalinan antara
keterlaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
d) Guru sebagai pengembang kurilulum
Tanggung jawab mengembangkan kurikulum membawa implikasi
bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru,
penyempurnaan praktik pendidikan. Kurikulum sebagai program belajar
yang harus diberikan kepada para siswa.
e) Guru bertugas untuk mengembangkan profesi
Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan
dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas profesinya.
f) Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat
Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti
guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral
dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaru masyarakat. Oleh sebab itu,
sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus dapat
membina hubungan baik dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan
pendidikan dan pengajaran.
3) Siswa
Siswa merupakan bagian penting dalam pelaksanaan program sekolah
Adiwiyata. Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk
18
membangun dan mengembangkan sumber daya manusia yang sadar dan
peduli terhadap lingkungan secara keseluruhan dengan segala permasalahan
lingkungan yang ada. Pendidikan lingkungan hidup diharapkan menjadi
salah satu sumber pembelajaran masyarakat, dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku, motivasi serta komitmen untuk secara
individu maupun secara kolektif dalam bentuk komunitas dapat
memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini dan mencegah timbulnya
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan yang baru. Perubahan
perilaku ke arah ramah lingkungan berdampak besar terhadap keberlanjutan
pembangunan dan lingkungan hidup. Tujuan dari program Adiwiyata
adalah untuk membentuk karakater siswa di sekolah untuk peduli pada
lingkungan. Mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan dan
menumbuhkan kesadaran warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
(dikutip dari situs Kementerian Lingkungan Hidup, diakses tanggal 16
Desember pukul 13.00)
19
MEKANISME PELAKSANAAN
PROGRAM ADIWIYATA TINGKAT SEKOLAH
Gambar 1: Skema Mekanisme Pelaksanaan Program Adiwiyata Tingkat Sekolah
Pembentukan Tim Adiwiyata di Sekolah
Pengkajian kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah, kurikulum, kegiatan, dan sarana pendukung PLH
Penyusunan Rencana Kerja dan Alokasi Anggaran Adiwiyata di sekolah
Melaksanakan Rencana Kerja Program Adiwiyata di sekolah.
Pembinaan Sosialisasi Program Adiwiyata pada warga sekolah
Implementasi terhadap kebijakan sekolah, kurikulum, kegiatan, dan sarana pendukung PLH
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pencapaian Adiwiyata
Menyampaikan laporan Adiwiyata kepada Kepala Sekolah tembusan BLH dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Evaluasi keberhasilan Adiwiyata
Belum memenuhi persyaratan Adiwiyata
Memenuhi persyaratan Adiwiyata
Usulan penghargaan Adiwiyata tingkat Kabupaten/Kota
20
h. Penghargaan Adiwiyata
Proses penilaian dilakukan terhadap kuisioner dan kelengkapannya serta
rencana kegiatan yang akan dilakukan sekolah. selanjutnya tim penilai akan
melaksanakan kunjungan lapangan dalam rangka verifikasi hasil penilaian
dokumen. Verifikasi hasil penilaian dokumen dilakukan melalui observasi
dan wawancara mendalam terhadap seluruh warga sekolah yang relevan.
MEKANISME SELEKSI PENGHARGAAN ADIWIYATA
Gambar 2: Mekanisme seleksi penghargaan Adiwiyata
i. Jenis dan Bentuk Penghargaan
1) Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota mendapat penghargaan dari
Bupati/Walikota, bentuk penghargaan berupa piagam dan piala.
2) Sekolah Adiwiyata propinsi mendapatkan penghargaan dari Gubernur,
bentuk penghargaan berupa piagam dan piala.
BLH Provinsi BLH Kab/Kota +DisDik
Kuisioner dan rencana kerja diterima oleh
KNLH (Maret)
Tim menilai Kuisioner dan rencana kerja (Maret-April)
Tim menetapkan
sekolah nominasi
untuk penilaian lapangan
Penilaian lapangan oleh
Tim
(April-Mei)
Penetapan nominasi
calon penerima
penghargaan adiwiyata
(Mei)
Pemberian Trophy
Adiwiyata
(Hari LH)
Evaluasi dan penilaian
akhir
(Januari-Mei)
Pembinaan
(Juli-Desember 2)
Pemberian sertifikat
calon penerima
penghargaan adiwiyata
(Hari LH)
Pengesahan oleh Dewan
Pertimbangan
(Mei)
21
3) Sekolah Adiwiyata Nasional mendapatkan penghargaan piagam dari
Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, hanya
sekolah Adiwiyata Nasional dengan nilai terbaik mendapat piala dari
Menteri Lingkungan Hidup.
4) Sekolah Adiwiyata Mandiri mendapatkan penghargaan piagam dari
Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
sedangkan piala dari Menteri Lingkungan Hidup, hanya sekolah Adiwiyata
Mandiri dengan nilai terbaik, piala penghargaannya diserahkan oleh
Presiden.
Untuk lebih jelasnya tentang jenis dan bentuk penghargaan sekolah
Adiwiyata dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1: Jenis dan Bentuk Penghargaan Sekolah Adiwiyata
No Jenis Penghargaan
Bentuk Penghargaan
Penghargaan Tim Evaluasi
1 Sekolah Adiwiyata Kabupaten/Kota
Piagam dan Piala Bupati/Walikota Kabupaten/kota
2 Sekolah Adiwiyata Provinsi
Piagam dan Piala Gubernur Provinsi
3 Sekolah Adiwiyata Nasional
Piagam dan Piala Menteri Pendidikan Nasional
4 Adiwiyata Mandiri Piagam dan piala Menteri Lingkungan Hidup
Nasional
3) Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Oleh karena itu,
disiplin harus di tanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika
disiplin ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan
menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam
bidang yang digelutinya pada umumnya mempunyai tingkat kedisiplinan
22
yang tinggi. Namun sebaliknya, orang yang gagal pada umumnya tidak
menerapkan kedisiplinan dalam hidupnya.
Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran
dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian, aspek
sosial emosional, keterampilan-keterampilan, juga bertanggung jawab
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah,
baik dalam belajar, emosional, maupun sosial sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Tugas
sekolah adalah menyiapkan anak-anak untuk terjun ke kehidupan
bermasyarakat melalui pembelajaran yang diarahkan untuk mengasah
potensi mereka dengan sikap disiplin.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:268), disiplin diartikan
dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata
tertib. Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yaitu
disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan peserta didik. Jadi,
disiplin dapat dikatakan sebagai peritah seorang guru kepada para peserta
didiknya. Kemudian di dalam New World Dictionary, disiplin diartikan
sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib
dan efisien (2013:41).
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
23
b. Macam-macam Disiplin
Menurut Ali Imron dalam bukunya berjudul Managemen Peserta Didik
Berbasis Sekolah (2011:173) membagi disiplin menjadi tiga. Pertama,
disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini
peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk
tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat guru sedang mengajar.
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut
konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya. Tata
tertib atau aturan-aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat
peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang
menurutnya itu baik. Dengan demikian, konsep permissive ini berlawanan
dengan konsep otoritarian.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang
terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat
apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep
ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive.
Kebebasan jenis ketiga ini juga umumnya disamakan dengan kebebasan
terbimbing. Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut
diaksentualisasikan kepada hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut
berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka dibimbing kembali
kearah yang konstruktif.
24
c. Disiplin di Sekolah
Dalam arti yang luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang di
tunjukkan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan siswa
terhadap lingkungannya. Dengan disiplin, siswa diharapkan bersedia tunduk
dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.
Menegakkan disiplin di lingkungan sekolah tidak bertujuan untuk
mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, namun sebaliknya
ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik
dalam batas-batas kemampuannya.
Disiplin yang dilaksanakan di sekolah terhadap siswa, siswa akan
belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi
dirinya dan lingkungannya, baik pada saat bersekolah maupun untuk bekal
hidup di kemudian hari. Akan tetapi, pendekatan dengan penegakkan
disiplin janganlah sampai membuat siswa tertekan dan penerapannya harus
demokratis dalam artian mendidik.
Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di
sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila
siswa melanggar peraturan. Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap,
dimulai dari peringatan, teguran, menghadap kepala sekolah atau di
laporkan kepada orangtuanya.
Hal yang sangat efektif dalam menumbuhkembangkan disiplin siswa
adalah dengan pembiasaan. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan
mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan peserta didik di masa
25
yang akan datang. Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar
yang memberikan batasan tertentu, tetapi disiplin merupakan aturan yang
datang dari dalam diri peserta didik sebagai suatu hal yang wajar dilakukan
di kehidupan sehari-hari. Artinya, disiplin merupakan nilai yang telah
tertanam dalam diri peserta didik yang menjadi bagian dalam
kepribadiannya.
Metode yang banyak di kembangkan dalam menumbuhkan disiplin
seperti dalam buku On Becoming A Personal Excellent, yang mengutip
Quantum Teaching, salah satu menyebutkan bahwa keberhasilan mendidik
siswa adalah dengan cara memberinya tanggung jawab. Demikian juga
Soemarno Soedarsono dalam bukunya Character Building mengatakan
bahwa karakter seseorang dapat dibentuk dengan pemberian tanggung jawab
(Minarti, 2012:195).
d. Fungsi Disiplin
Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan
mudah, menghormati, dan memenuhi otoritas. Dalam mendidik peserta
didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang
dilarang serta tidak boleh dilakukan. (Wiyani, 2013:45) Disiplin perlu
dibina pada diri peserta didik agar mereka dengan mudah dapat:
1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam dalam
dirinya.
2) Mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi
kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan – larangan yang harus
ditinggalkan.
26
3) Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang
buruk.
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya
perintah dari orang lain.
e. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin
Berdasarkan ketiga konsep disiplin yang telah dibahas, yaitu konsep
otoritarian, permissive, dan konsep terbimbing maka setidaknya terdapat
tiga macam teknik pembinaan disiplin (Imron, 2011:174), yaitu:
1) Teknik Eksternal Control
Teknik Eksternal Control merupakan suatu teknik yang mana disiplin
peserta didik harus dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik
senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-
kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik ini, peserta
didik terus menerus didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan hukuman
dan diberikan hadiah sebagai reward.
2) Teknik Internal Control
Teknik ini mengusahakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri
sendiri. Dalam teknik Internal Control para peserta didik disadarkan akan
kepentingan disiplin. Sesudah peserta didik sadar, dia akan mawas diri serta
berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Kunci sukses penerapan teknik ini ada
pada keteladanan guru dalam berdisiplin, mulai dari disiplin waktu, disiplin
mengajar, disiplin berkendara, disiplin beribadah, dan yang lainnya.
27
3) Teknik Cooperative Control
Di dalam teknik ini guru dan peserta didik akan saling berkerja sama
dengan baik dalam rangka meningkatkan kedisiplinan di lingkungan sekolah.
Guru dan peserta didik lazimnya membuat suatu kontrak perjanjian yang
berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati secara bersama-sama,
sanksi-sanksi atas tindakan indisipliner (ketidakdisiplinan) juga dibuat dan
di taati bersama. Dari kerja sama yang sudah diperbuat para peserta didik
merasa dihargai.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan kedisiplinan dan
sekolah Adiwiyata yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,
antara lain:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Agung Ariwibowo pada tahun 2014
dengan judul “Penanaman Nilai Disiplin di Sekolah Dasar Negeri
Suryowijayan Yogjakarta.” Dalam penelitian ini menekankan kepada unsur-
unsur disiplin yang ditetapkan di sekolah. Penelitian ini tidak dijelaskan
bagaimana upaya sekolah untuk meningkatkan disiplin siswa.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Avif Roy Rahman pada tahun 2012 yang
berjudul “Pengaruh Motivasi, Lingkungan, dan Disiplin terhadap Prestasi
Belajar Siswa pada Jurusan Teknik Audio Video SMK Negeri 3 Yogjakarta.”
Dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh disiplin terhadap prestasi belajar
siswa.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Untung Wahyuhadi pada tahun 2011
dengan judul “Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga.”
28
Dalam penelitian ini menjelaskan tentang kebijakan sekolah adiwiyata di
SMK Negeri 1 Salatiga. Di dalam penelitian ini tidak dijelaskan tingkat
kedisiplinan warga sekolah.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Reni Indrawati pada tahun 2013 dengan
judul “Implementasi Pendidikan Karakter pada Program Adiwiyata Melalui
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif di SMK Negeri 1 Turen.” Dalam
penelitian ini memaparkan pelaksanaan pendidikan karakter dalam program
Adiwiyata melalui kegiatan partisipasif di SMKN 1 Turen.
Dari penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, persamaan dari
penelitian ini dengan yang terdahulu adalah sama-sama membahas tentang
sekolah adiwiyata dan disiplin. Perbedaan penelitian ini terhadap hasil
penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini menggabungkan sekolah
adiwiyata dengan disiplin.
29
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir menjelaskan secara teoritis hubungan antara variable
yang akan diteliti. Sehingga, pada setiap penyusunan penelitian harus
didasarkan pada kerangka pikir.
Keberadaan Sekolah Adiwiyata terhadap Kedisiplinan di SD Negeri Temas 01 Kota Batu
Semakin banyaknya sekolah yang mengikuti program sekolah adiwiyata. Keuntungan dari program ini adalah menjadikan warga sekolah berdisiplin dan berwawasan lingkungan.
1. Bagaimana tingkat kedisiplinan seluruh warga sekolah di SDN Temas 01 Kota Batu?
2. Bagaimana tingkat kedisiplinan warga sekolah sebelum SDN Temas 01 Kota Batu menjadi sekolah Adiwiyata dan sesudah menjadi sekolah Adiwiyata?
3. Apa tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan tingkat kedisiplinan di lingkungan sekolah?
Pengumpulan Data Analisis Data
Observasi secara langsung kegiatan sekolah yang berhubungan dengan adiwiyata dan kedisiplinan
Wawancara terhadap kepala sekolah, tim adiwiyata tentang sekolah adiwiyata
Dokumentasi kegiatan di sekolah
Mereduksi data dengan cara merangkum, dan menfokuskan kepada hal-hal yang penting
Dilakukan penyajian data dengan menganalisis data yang sesuai dengan rumusan penelitian
Kesimpulan
Hasil Analisis
30
Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa langkah awal yang dilakukan
peneliti dalam penelitian adalah melakukan wawancara dengan kepala
sekolah dan tim Adiwiyata di SDN Temas 01 Batu. Wawancara yang
dilakukan berhubungan dengan analisis keberadaan sekolah Adiwiyata
terhadap kedisiplinan di SDN Temas 01 Kota Batu. Selanjutnya peneliti
mengobservasi secara langsung tingkat kedisiplinan di lingkungan SDN
Temas 01 Kota Batu. Setelah peneliti melakukan observasi secara langsung
selanjutnya akan ditemukan tingkat kedisiplinan warga sekolah sebelum
SDN Temas 01 menjadi sekolah Adiwiyata dan sesuadah SDN Temas 01
menjadi sekolah Adiwiyata. Peneliti dan pihak sekolah dapat bekerjasama
menyusun upaya untuk meningkatkan kedisipilinan warga sekolah SDN
Temas 01 Kota Batu. Untuk kegiatan dokumentasi dilakukan bersamaan
dengan observasi dan wawancara.