bab ii kajian teoretik a. deskripsi konseptualrepository.ump.ac.id/7539/3/githa farida bab...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
Deskripsi konseptual merupakan bagian dari laporan penelitian yang
berisi berbagai konsep teori yang relevan dengan tema penelitian. Isi dari
deskripsi konseptual merupakan kajian berbagai teori yang relevan dengan
varibel penelitian baik variabel bebas maupun varibel terikat. Pada penelitian
ini deskripsi konseptual meliputi hakikat menganalisis butir kebahasaan,
hakikat menganalisis teks eksposisi, dan hakikat metode Problem Based
Learning. Berikut diuraikan masing-masing deskripsi konseptual dalam
penelitian ini.
1. Hakikat Metode Problem Based Learning
1.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang
menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka
mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti
diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari (Amir, 2009).
12
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
13
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL)
merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar
dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi
masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa
keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk
berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan
sumber pembelajaran yang sesuai.
Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting
dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan
didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan
penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas
dalam ruang lingkup kelas, sedangkan Problem Based Learning (PBL)
dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana
siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan
penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu
diperlukan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa
dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
14
keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian
masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran
melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga
sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.
Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran.
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 77).
PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat
diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi
pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
15
kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman
belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti
membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan
tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan
PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka
pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam
kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.
1.2 Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)
Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem
Based Learning (PBL) telah memberikan model pengajaran itu
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.2.1 Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
1.2.2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-
ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
16
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah
itu dari banyak mata pelajaran.
1.2.3 Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukann penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata.
1.2.4 Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk
tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program
komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan
adalah berupa laporan.
1.2.5 Kolaborasi dan kerja sama
Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
kegiatan disekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata secara autentik,
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
17
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2) Berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu
Masalah yang akan diselidiki dalam PBL telah dipilih
benar-benar nyata agar nantinya siswa dalam memecahkan dapat
dipandang dari beberapa disiplin ilmu walaupun nantinya
pembelajaran tersebut berpusat pada pelajaran tertentu.
3) Penyelidikan autentik
Pada strategi PBL siswa mencari sendiripemecahan
masalah mulai dari mendefinisikan masalah, membuat hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi serta kesimpulan.
4) Menghasilkan karya dan memamerkannya
Hasil karya dalam penerapan PBL dapat berupa laporan,
model fisik, video maupun program komputer. Hasil karya ini
merupakan bentuk karya nyata dan peragaan dari penyelesaian
masalah yang telah mereka temukan.
5) Dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dalam kelompok
kecil
Siswa bekerja sama dengan kelompok yang telah
ditentukan guru untuk bersama-sama memecahkan permasalahan
yang dihadapi sehingga akan lebih memungkinkan siswa dalam
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
18
mengembangkan ketrampilan berfikirnya sangat ditekankan dalam
strategi PBL.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk
mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh
Suyatno (2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan
masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang
untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk
pengetahuan dan pengalaman baru”.
Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68)
menyatakan bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri”.
Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada
model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh
diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) : ”Model pembelajaran
berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
19
Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience
Based Education), Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran
Bermakna (Anchored Instruction)”.
Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model
pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68)
adalah:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan
siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang
autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau
mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya
permasalahan atau pertanyaan.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu
sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran
yang lain.
3) Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
20
nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
4) Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah
yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan,
model fisik, video maupun program komputer
5) Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk
terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan
penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang
disajikan.
1.3 Langkah-Langkah Problem Based Learning
Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima
tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap
masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja
siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam
Nurhadi, 2004:111)
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
21
Tabel 1.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa kepada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistikyang diperlukan,
pengajuan masalah, memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
2 Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefenisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3 Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapat penjelasan pemecahan
masalah.
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video,
model dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan kelompoknya.
5 Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam proses-
proses yang mereka gunakan.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar
(outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu: (1)
inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar
model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan (3)
ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning). Pebelajar
yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana
mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi,
klasifikasi, dan reasoning. Karakteristik lingkungan belajar model
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
22
pembelajaran PBL adalah: keterbukaan, keterlibatan peserta didik
secara aktif, dan atmosfir kebebasan intelektual.
Pembelajaran Berbasis Masalah cukup tepat untuk
merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan fisika (Tobin, 1986; AAAS,
1993). Sekarang ini, pendidik banyak menerapkan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah dalam pendidikan fisika (Lazear, 1991;
Treagust & Peterson, 1998; Gallagher et al., 1999; Slavin, 1999;
Greenwald, 2000; Yuzhi, 2003; Şenocak, 2005; Wilson, 2005; Kilic,
2006). Fakta bahwa pendidikan fisika didasarkan pada
keduanya, praktek dan interpretasi, yakni sangat berhubungan
dengan kehidupan nyata, dan pembelajaran berbasis masalah
memfasilitasi hubungan keduanya. Dalam PBL, fokus pembelajaran
ada pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi
juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Pembelajar
tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang
menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar
yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah
dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
PBL dimulai dengan suatu masalah yang memicu
ketidaksetimbangan kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat
mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
23
pertanyaan disekitar masalah.. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut
telah muncul dalam diri pebelajar maka motivasi intrinsik mereka
untuk belajar akan tumbuh.
Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru sebagai fasilitator
untuk mengarahkan pebelajar tentang pengetahuan apa yang
diperlukan untuk memecahkan masalah, apa yang harus dilakukan,
atau bagaimana melakukannya dan seterusnya. Penerapan PBL dalam
pembelajaran dapat mendorong pebelajar mempunyai inisiatif untuk
belajar secara mandiri.
Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung
pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Lebih lanjut. PBL juga
bertujuan untuk membantu pebelajar belajar secara mandiri.
Pembelajaran PBL dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar
yang konstruktivistik.
Arends (2004) mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu
dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut
merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
Model pembelajaran PBL secara skematik dapat dideskripsikan
pada Gambar 3. Model pembelajaran PBL mempunyai nama lain
sebagai: Project-Based Teaching; Authentic Learning dan Anchored
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
24
Instruction (Arends, 2001: 348). Landasan teoretik model
pembelajaran CL adalah: teori Dewey tentang kelas berorientasi
masalah; konstruktivisme Piaget dan Vygotsky; serta belajar
penemuan menurut Bruner. Efek pembelajaran model PBL adalah
pencapaian kompetensi berupa keterampilan inkuiri dan pemecahan
masalah, perilaku berperan orang dewasa, dan keterampilan belajar
mandiri (independen).
Gambar 1.1 Model Pembelajaran PBL
Fase 1: Mengorientasikan siswa/mahasiswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL,
tahapan ini sangat penting dimana guru/dosen harus menjelaskan
dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh pebelajar dan juga oleh
dosen. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga
dijelaskan bagaimana guru/dosen akan mengevaluasi proses
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
25
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar
siswa dapat terlibat dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Fase 2: Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan
masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa/mahasiswa belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama antar anggota. Guru/dosen dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana
masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah
yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran
kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru/dosen sangat
penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok
untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah pebelajar diorientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelompok belajar, selanjutnya guru/dosen dan pebelajar
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal.
Tantangan utama bagi guru/dosen pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua pebelajar aktif terlibat dalam sejumlah
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
26
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat
menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Inti dari PBL adalah penyelidikan. Mungkin saja setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun
pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan
memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi
merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru/dosen
harus mendorong pebelajar untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka
betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar pebelajar mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-
masalah dalam buku-buku. Guru/dosen membantu pebelajar untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber,
dan guru/dosen seharusnya mengajukan pertanyaan pada pebelajar
untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan
untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah pebelajar mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
27
mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini,
guru/dosen mendorong pebelajar untuk menyampikan semua ide-
idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru/dosen juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa berfikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan
memamerkannya. Hendaknya hasil karya lebih dari sekedar laporan
tertulis, melainkan dapat berupa suatu videotape (yang menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan
secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan hasil karya
sangat dipengaruhi tingkat berfikir pebelajar. Selanjutnya adalah
memamerkan hasil karya pebelajar dan guru/dosen berperan sebagai
organisator pameran.
Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu pebelajar menganalisis dan
mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan
dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru/dosen
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
28
meminta pebelajar untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang
jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan
tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap
dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan?
Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah
mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan
berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan
melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang?
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila
pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun
harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk
kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan
proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan
konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat
dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada
dalam masalah.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
29
2) Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan
hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.
3) Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah
dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas
informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga
informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah
gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
4) Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu
sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang,
mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya
memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang
membentuknya.
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena
kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan
mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan
dengan analisis masalah yang dibuat
6) Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak
dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
30
mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.
7) Mensistesis
Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru
dan membuat laporan.
1.4 Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning
1) Keunggulan Model Problem Based Learning (PBL)
Keunggulan PBL memiliki ragam namun, pada intinya PBL
membentuk agar peserta didik mengembangkan kemampuan
berfikir dan memecahkan masalah. Keunggulan PBL menurut
Thobroni dan Arif (2011, hlm.349) yaitu:
a) mengembangkan peserta didik berfikir kritis;
b) peserta didik aktif dalam pembelajaran;
c) belajar menganalisis suatu masalah; dan
d) mendidik percaya pada diri sendiri.
Kemendikbud dalam Abidin (2013, hlm. 160) memaparkan
beberapa keunggulan PBL yaitu:
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik yang belajar memecahkan masalah akan menerapkan
pengetahuan yang dimiliki atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Dalam situasi PBL peserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
31
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, motivasi internal untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
Sanjaya (2008, hlm.220-221) mendeskripsikan bahwa
keunggulan dari PBL sebagai berikut:
a) PBL merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami
pelajaran;
b) PBL dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
peserta didik;
c) Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik;
d) Membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;
e) Membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukannya;
f) Memperlihatkan kepada peserta didik setiap mata pelajaran pada
dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh peserta didik;
g) Menyenangkan dan disukai peserta didik;
h) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis
dan menyesuaikan mereka dengan perkembangan pengetahuan
yang baru; dan
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
32
i) Memberikan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata.
PBL memiliki keunggulan yang banyak dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Berdasarkan
ungkapan sebelumnya mengenai keunggulan-keunggunalan PBL
dapat ditarik kesimpulannya bahwa :
a) PBL membangun pemikiran kontruktif;
b) Memiliki karakteristik kontekstual dengan kehidupan nyata
peserta didik;
c) Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran;
d) Materi pelajaran dapat terliputi dengan baik, dan
e) Membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam
kehidupan nyata.
2) Kelemahan Problem Based Learning
Dibalik keunggulan tentunya akan ada kelemahan. PBL
selain memiliki keunggulan yang banyak, namun satu sisi PBL
memiliki kelemahan. Menurut Sanjaya (2008, hlm.221)
mengungkapkan kelemahan PBL yaitu sebagai berikut:
a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba;
b) Keberhasilan PBL memerlukan waktu untuk persiapan; dan
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
33
c) Tahap pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Sedangkan menurut Thobroni dan Arif (2011 : 350)
mengungkakan bahwa kelemahan PBL yaitu:
a) memerlukan waktu yang banyak;
b) tidak bisa digunakan dikelas-kelas rendah; dan
c) tidak semua peserta didik terampil bertanya.
Berdasarkan ungkapan dari Sanjaya, Thobroni dan Arif
dapat disimpulkan bahwa PBL memiliki kelemahan terutama
dalam masalah waktu yang lama dalam hal persiapan, perlunya
motivasi kuat dari peserta didik untuk mempelajari masalah yang
ada dalam materi pembelajaran, dan tidak semua materi dalam
pelajaran geografi dapat menggunakan model ini.
1.5 Tahapan dalam menerapan Problem Based Learning
Berikut ini beberapa tips yang dapat diperhatikan dan
dilakukan guru dalam implementasi model PBL (model problem based
learning), antara lain:
1) Pusat Pembelajaran adalah Pada Siswa (Student Centered)
Guru harus selalu ingat posisinya. Guru adalah fasilitator
yang bertugas mensupport kegiatan pemecahan masalah yang
dilakukan siswa. Guru bukanlah pemberi solusi dari permasalahan
tersebut. Jadi, apapun yang dilakukan di kelas oleh guru, semata-
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
34
mata adalah untuk tujuan membantu pembelajaran atau proses
belajar siswa. Ketika pusat pembelajaran di kelas adalah siswa,
maka akan terlihat bahwa segala aktivitas belajar jelas-jelas
nampak pada siswa.
2) Arahkan Pertanyaan-Pertanyaan
Pada saat proses pembelajaran di kelas di mana guru
menerapkan model problem based learning, maka guru harus
mengarahkan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, bukan
penjelasan. Pertanyaan-pertanyaan dari guru, ataupun pertanyaan-
pertanyaan dari siswa akan mengarahkan kegiatan pembelajaran
siswa untuk menemukan informasi baru. Pertanyaan-pertanyaan
siswa tidak dijawab oleh guru, tetapi akan diarahkan sedemikian
rupa sehingga siswa berusaha mencari tahu tentang jawaban
pertanyaan itu, yang akan bernilai penting apabila jawaban-
jawaban atas pertanyaan itu nantinya akan membantu mereka
menemukan solusi untuk masalah yang disajikan. Melalui
pertanyaan-pertanyaan inilah siswa akan dimotivasi untuk
mempelajari pengetahuan baru.
3) Fasilitasi Siswa Melakukan Penyelidikan untuk Menyelesaikan
Masalah
Ketika siswa atau kelompok siswa dihadapkan pada suatu
masalah, mereka akan membutuhkan penyelidikan untuk
menyelesaikannya. Penyelidikan ini dimaksudkan untuk
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
35
mengumpulkan informasi yang mereka perlukan. Pada saat inilah
mereka sebenarnya sedang membangun pengetahuannya. Mereka
dapat menelusuri beragam bahan bacaan yang telah disediakan
melalui fasilitasi guru. Mereka dapat melakukan percobaan-
percobaan dan merancangnya sendiri sesuai dengan tujuan mereka.
Guru harus memfasilitasi keberlangsungan kegiatan penting dalam
model problem based learning ini.
4) Berikan Otonomi pada Siswa
Ketika kelompok siswa atau siswa telah mampu berinisiatif
untuk melakukan penyelidikan, mempelajari sesuatu yang mereka
rasa akan dibutuhkan untuk penyelesaian masalah, maka guru
harus memberikan otonomi kepada siswa. Guru memberikan
kebebasan cara-cara apa yang akan siswa tempuh untuk
memecahkan masalah, tetapi tentu tetap dengan pengarahan agar
penyelesaian masalah yang dilakukan akan lebih efektif.
Memberikan otonomi kepada siswa diharapkan akan
menumbuhkan motivasi intrinsik di dalam diri mereka untuk
belajar berdasarkan kebutuhan mereka. Ini akan membentuk siswa
menjadi pmebelajar yang mandiri.
5) Masalah Berasal dari Dunia Nyata
Ketika guru menghadirkan masalah untuk dipecahkan oleh
siswa dalam model PBL, maka masalah itu haruslah datang dari
real worls situation alias dari dunia nyata.ini penting agar apa-apa
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
36
yang akan dipelajari siswa dalam model pembelajaran problem
based learning ini bermanfaat bagi kehidupan mereka baik saat ini
maupun nanti ketika mereka terjun ke masyarakat. Prinsip belajar
dalam model problem based learning tidak hanya ditujukan untuk
menjawab soal-soal tes semata, tetapi yang jauh lebih penting
mereka belajar menghadapi dunia nyata dengan melatihkan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam pemecahan
masalah (problem solving).
2. Hakikat Menulis
2.1 Konsep Menulis
Sebelum menulis, seorang penulis harus memahami konsep
dasar menulis dengan baik. Konsep dasar menulis terkait definisi
menulis, tujuan menulis, ragam tulisan, tahapan menulis, dan problem
menulis harus dikuasai. Selanjutnya, penulis dapat menuangkan
gagasan dan perasaaannya melalui tulisan.
Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan
belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika).
Aktivitas otak kanan untuk keterampilan menulis meliputi
perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali,
penelitian dan tanda baca, sedangkan aktivitas otak kiri yaitu
semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru,
dan kegembiraan. Aktivitas dalam penulisan otak kiri dan otak kanan
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
37
harus bekerjasama, berikut gambar pemanfaatan kedua belahan otak
kiri dan otak kanan dalam menulis (DePorter, 2000:179).
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang aktif,
produktif, kompleks, dan terpadu yang berupa pengungkapan dan yang
diwujudkan secara tertulis. Menulis juga merupakan keterampilan
yang menuntut penulis untuk menguasai berbagai unsur di luar
kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan
(Nurgiyantoro, 2001:271).
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang definisi
menulis, carilah referensi lain baik dari media cetak maupun
elektronik! Dengan referensi lain, Anda diharapkan dapat semakin
memahami definisi menulis dari berbagai sudut pandang.
2.2 Manfaat Menulis
Menulis memang memiliki kelebihan khusus. Widodo &
Chasanah (1993) menyatakan bahwa permasalahan yang rumit dapat
dipaparkan secara jelas dan sistematis melalui tulisan. Angka, tabel,
grafik, dan skema dapat dipaparkan dengan mudah melalui tulisan.
Tulisan juga lebih mudah digandakan melalui bantuan teknologi
produksi. Karya-karya tulis memiliki daya bukti yang lebih kuat.
Selain itu, tulisan memiliki sifat permanen karena dapat disimpan dan
lebih mudah diteliti karena dapat diamati secara perlahan dan
berulang-ulang.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
38
Percy (dalam Nuruddin, 2011:20-27) menyatakan enam
manfaat menulis, yaitu (a) sarana untuk mengungkapkan diri, (b)
sarana untuk pemahaman, (c) membantu mengembangkan kepuasan
pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri, (d) meningkatkan kesadaran
dan penyerapan terhadap lingkungan, (e) keterlibatan secara
bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan (f)
mengembangkan suatu pemahaman tentang sesuatu dan kemampuan
menggunakan bahasa.
Komaidi (2011, 9-10) memberikan enam manfaat menulis.
Keenam manfaat tersebut adalah (a) menimbulkan rasa ingin tahu dan
melatih kepekaan dalam melihat realitas kehidupan, (b) mendorong
kita untuk mencari referensi lain, misalnya buku, majalah, koran,
jurnal, dan sejenisnya, (c) terlatih untuk menyusun pemikiran dan
argumen secara runtut, sistematis, dan logis, (d) mengurangi tingkat
ketegangan dan stres, (e) mendapatkan kepuasan batin terlebih jika
tulisan bermanfaat bagi orang lain melalui media massa, dan (e)
mendapatkan popularitas di kalangan publik.
Lebih lanjut, dijelaskan Nuruddin (2011:11) bahwa menulis
dapat membuat perasaan dan kesehatan yang lebih baik. Mengacu pada
pendapat Dr. Pennebaker bahwa menulis tentang pikiran dan perasaan
terdalam tentang trauma yang dialami menghasilkan suasana hati yang
lebih baik, pandangan positif, dan kesehatan yang lebih baik.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
39
Sementara itu, mengacu pada pendapat Fatimah Merisi bahwa menulis
dapat mengencangkan kulit di wajah dan membuat awet muda.
2.3 Tujuan Menulis
Setiap penulis memiliki tujuan dalam menuangkan
pikiran/gagasan dan perasaannya melalui bahasa tulis, baik untuk diri
sendiri dan orang lain. Contoh tujuan menulis untuk diri sendiri antara
lain agar tidak lupa, agar rapi, untuk menyusun rencana, dan untuk
menata gagasan/pikiran. Bentuk tulisan tersebut dapat dituangkan
dalam buku harian, catatan perkuliahan, catatan rapat, catatan khusus,
dan sebagainya.
Contoh tujuan menulis untuk orang lain antara lain untuk
menyampaikan pesan, berita, informasi kepada pembaca, untuk
memengaruhi pandangan pembaca, sebagai dokumen autentik, dan
sebagainya. Umumnya, terdapat dua kondisi penulis terkait tujuan
menulis. Ada penulis yang dengan sangat sadar terhadap dampak
positif dan negatif terhadap apa yang ditulis.
Namun, ada juga penulis yang tidak menyadarinya kedua
dampak tersebut. Seorang penulis profesional memiliki kesadaran
tinggi terhadap tujuan kegiatan penulis. Seorang penulis amatir
terkadang hanya sekadar menuangkan gagasannya ke dalam wujud
tulisan hanya untuk kepuasan dan tidak menyadari dampak pisitif dan
negatif dari apa yang sudah ditulisnya.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
40
2.4 Proses Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan proses untuk
menghasilkan tulisan. Dalam proses tersebut, menulis terdiri atas
tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui hingga menghasilkan
tulisan. Berikut ini pendapat para ahli tentang proses menulis.
2.4.1 Graves 1975 (dalam Tompkins, 1994:8) menggambarkan
proses menulis dalam tahapan (a) pra-menulis, (b) saat menulis,
dan (c) pasca menulis.
2.4.2 Tompkins (1994:7) menguraikan tahap-tahap proses menulis
terdiri atas (a) pramenulis, (b) pengonsepan, (c) revisi, (d)
penyuntingan, dan (e) pemajangan.
2.4.3 DePorter (2000:195) mengemukakan proses menulis terdiri (a)
persiapan, (b) draf kasar, (c) berbagi, (d) memperbaiki, (e)
penyuntingan, (f) penulisan kembali, dan (g) evaluasi.
Dapat pula ditambahkan, bahwa kegiatan menulis terdiri atas
tahapan-tahapan yang sangat bergantung pada jenis tulisan. Secara
umum, tahapan menulis terdiri atas (a) perencanaan, (b) pembuatan
draf kasar, dan (c) penyuntingan. Secara khusus, tahapan menulis
sangat bergantung pada apa yang ditulis, misal tahapan menulis opini
terdiri atas (a) penggalian ide, (b) pendaftaran ide, (c) pengurutan ide,
(d) penyusunan draf tulisan, (e) perbaikan tulisan, (f) pengkajian
tulisan kembali, (g) pengulangan proses butir (e) dan (f) jika
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
41
diperlukan, dan (h) publikasi tulisan. Tahapan dalam proses kegiatan
menulis ini dijelaskan lanjut pada bagian berikutnya.
2.5 Ciri Kemampuan Menulis
Sebagai salah satu keterampilan/ kemahiran berbahasa selain
membaca, menyimak, dan berbicara, menulis harus dikuasai oleh
pengguna bahasa. Kapan seseorang dapat dikatakan terampil/mahir
dalam menulis? Mosley (dalam Widodo & Chasanah, 1993)
menyatakan seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan tulis
tampak empat ciri berikut ini.
2.5.1 Dapat mengungkapkan informasi sarana bahasa melalui bentuk
karangan sebagai proses kognisi (reproduksi,
organisasi/reorganisasi, cipta/kreasi).
2.5.2 Dapat mengungkapkan informasi bahasa melalui bentuk
karangan yang mengandung maksud/tujuan (latihan,
emosional, informasi/referensial, persuasi, hiburan, dsb.).
2.5.3 Dapat mengunggapkan informasi dengan menggunakan bahasa
dalam bentuk karangan sesuai pembaca atau untuk diri sendiri
2.5.4 Dapat mengungkapkan informasi dengan menggunakan bahasa
dalam bentuk karangan berupa wacana: dokumentatif,
konstatif (naratif, deskriptif, keterangan), dan eksploratif
(interpretatif, eksposisi, argumentasi).
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
42
2.6 Teori Menulis
Teori menulis yang berkembang saat ini adalah menulis model
proses. Dengan model ini menulis dilakukan dengan tahapan-tahapan:
2.6.1 Pra menulis (prewriting): siswa memilih topik, siswa
mengumpulkan dan menyesuaikan ide-ide, siswa
mengidentifikasi pembacanya, siswa mengidentifikasi tujuan
menulis, siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan
pembaca dan tujuan menulis.
2.6.2 Pengedrafan (drafting): siswa menulis draf kasar, siswa siswa
menulis pokok-pokok yang menarik pembaca, siswa lebih
menekankan isi dari pada mekanik. Dengan aktivitas pengarang
merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa
memperhatikan kerapihan atau mekanik.
2.6.3 Merevisi (revising): siswa membagi tulisannya kepada
kelompok, siswa mendiskusikan tulisannya kepada temannya,
siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman dan gurunya,
siswa membuat perubahan substantif dan bukan sekadar
perubahan minor antara draf pertama dan kedua. Setelah
mendapat saran-saran dari orang lain, pengarang dapat
membuat beberapa perubahan dan perubahan itu dapat
melibatkan orang lain.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
43
2.6.4 Mengedit (editing): siswa mebaca ulang tulisannya, siswa
membantu baca ulang tulisan temannya, siswa mengidentifikasi
kesalahan mekanisme dan membetulkannya.
2.6.5 Mempublikasikan (publishing): siswa mempublikasikan
tulisannya dalam bentuk yang sesuai, siswa membagi tulisanya
yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.
2.7 Jenis Tulisan
Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan
mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian
tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi
empat : deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi (Syafi‟ie,1990: 151).
Sedangkan menurut Keraf (1989: 6) ragam tulisan didasarkan pada
tujuan umum, berdasarkan hal tersebut menulis dapat dibedakan
menjadi lima: Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasi.
2.7.1 Deskripsi (Pemerian)
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang
berarti menggambarkan atau memerikan sesuatu hal. Dari segi
istilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan
sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca
dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan)
apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
44
2.7.2 Eksposisi (Paparan)
Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti
membuka. Dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan
untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan
sesuatu.
2.7.3 Argumentasi (Bahasan)
Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah
karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan
pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini
ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat
atau menolak sesuatu pendapat, pendirian, gagasan.
2.7.4 Narasi (Kisahan)
Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang
menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan
terjadinya (kronologis). Dengan maksud memberi makna kepada
sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik
hikmah dari cerita itu.
2.7.5 Persuasi (Ajakan)
Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain dalam
persuasi, selain logika perasaan juga memegang peranan
penting.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
45
3. Hakikat Teks Eksposisi
3.1 Pengertian Teks Eksposisi
Teks eksposisi merupakan karangan yang berisi pemaparan
tentang suatu konsep, ide, gagasan, dengan tujuan menguraikan,
mengupas, menerangkan sesuatu yang akan menambah pengetahuan
atau wawasan terhadap pembaca.
Teks eksposisi merupakan salah satu jenis teks yang dipelajari
siswa berdasarkan kurikulum 2013. Eksposisi (exposition: bahasa
Inggris) berasal dari bahasa Latin yang berarti membuka atau memulai.
Keraf (1983: 3) mengemukakan “Eksposisi atau pemaparan
adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk
menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat
memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca
uraian tersebut.”Senada dengan pendapat Keraf sebelumnya, Keraf
(1999: 7) mengemukakan bahwa eksposisi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca.
Kosasih (2012: 17) menyatakan, “Eksposisi adalah paragraf
yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.” Lebih jauh
lagi menurut Jauhari (2013: 58) menjelaskan, “Eksposisi berarti
sebuah karangan yang bertujuan memberitahukan, menerangkan,
mengupas, dan menguraikan sesuatu.”
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
46
Nursisto (2000: 41) menjelaskan, “Eksposisi (paparan) adalah
karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang
dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca.”
Senada dengan yang diungkapkan Nursisto dalam Wiyanto
(2014: 66) menjelaskan bahwa paragraf eksposisi bertujuan
memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan
dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar
pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi biasa
digunakan untuk menyajikan pengetahuan atau ilmu, definisi,
pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan proses
terjadinya sesuatu.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, penulis
menyimpulkan bahwa eksposisi merupakan teks yang berbentuk
paragraf-paragraf hasil pemikiran seseorang yang disajikan kedalam
bentuk tulis. Tujuan eksposisi untuk memberi tahu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu bahkan mengajarkan sehingga
memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang yang
membacanya, namun tidak mempengaruhi atau mengajak pembaca
untuk mengikutinya.
3.2 Ciri-ciri Teks Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik
dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi
pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik,
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
47
gambar atau statistik. Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang
langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan
proses.
Keraf (1999: 20) menjelaskan ciri-ciri eksposisi sebagai berikut.
1) Eksposisi berusaha untuk menjelaskan atau menerangkan suatu
pokok permasalahan, tanpa usaha memengaruhi pembaca.
2) Dalam eksposisi penulis menyerahkan keputusan kepada
pembaca, untuk menerima atau tidak menerima apa yang
dikatakan oleh penulis.
3) Dalam eksposisi penulis tidak bermaksud mengundang reaksi, ia
sama sekali tidak bermaksud memengaruhi sikap dan pendapat
pembaca.
4) Cara penyajian dalam eksposisi lebih condong ke gaya informatif.
Gaya ini hanya berusaha (menguraikan objek atau informasi
sejelas-jelasnya).
5) Gaya yang digunakan dalam penyajian eksposisi adalah bahasa
berita tanpa rasa subjektif dan emosional.
6) Dalam eksposisi fakta-fakta dipakai hanya sebagai alat
konkretisasi (perwujudan) yaitu membuat rumusan, kaidah, atau
simpulan yang dikemukakan menjadi lebih konkret.
Berdasarkan paparan dari pendapat di atas penulis
menyimpulkan bahwa eksposisi berusaha untuk memaparkan tanpa
mepengaruhi dan mengajak pembaca. Penulis menyerahkan
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
48
keputusannya kepada pembaca untuk menerima atau tidak menerima
isi dan maksud dari teks eksposisi yang dibuatnya. Eksposisi bersifat
memberikan informasi kepada pembaca yang didalamnya berupa berita
atau fakta-fakta yang diungkapkan hanya sebagai konkretisasi.
3.3 Metode-metode Teks Eksposisi
Metode atau cara-cara yang bisa digunakan untuk
menyampaikan informasi melalui eksposisi menurut Keraf (1982: 7)
adalah sebagai berikut.
1) Metode Identifikasi
Metode Identifikasi merupakan suatu metode untuk
menggarap sebuah eksposisi sebagai jawaban atas pertanyaan: Apa
dan Siapa.
2) Metode Perbandingan
Metode perbandingan adalah suatu cara untuk
menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan
antara dua objek atau lebih dengan mempergunakan dasar-dasar
tertentu.
3) Metode Ilustrasi atau Eksemplikasi
Metode ilistrasi atau eksemplikasi adalah metode untuk
menagadakan gambaran atau penjelasan yang khusus dan konkret
atas suatu prinsip umum atau suatu gagasan umum.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
49
4) Metode Klasifikasi
Metode klasifikasi merupakan metode yang menempatkan
barang-barang dalam suatu system kelas, sehingga dapat dilihat
hubungannya ke samping. Ke atas, ke bawah.
5) Metode Definisi
Metode definisi merupakan suatu upaya untuk
menagadakan atau menggarap sebuah eksposisi.
6) Metode Analisis
Metode analisis merupakan suatu cara untuk membagi-bagi
suatu subjek ke dalam komponen-komponennya.
3.4 Struktur Teks Ekposisi
Menurut Keraf (1999: 8) menyatakan bahwa eksposisi tetap
mengandung tiga bagian utama, yaitu sebuah Pendahuluan, Tubuh
Eksposisi, dan Kesimpulan.
1) Pendahuluan
Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan
memilih topik itu, pentingnnya topik, luas lingkup, batasan
pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka
acuan yang digunakan. Tentu saja untuk tulisan popular,
pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang
dikemukakan di atas. Penulis boleh memilih beberapa dari semua
segi yang dikemukakan itu, sebagai dasar untuk mengembangkan
tulusan itu dalam isi eksposisi.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
50
2) Tubuh Eksposisi
Agar uraian mengenai tubuh atau isi eksposisi ini disajikan
dengan teratur, penulis harus mengembangkan sebuah organisasi
atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi
tadi, penulis kemudian menyajikan uraiannya mengenai tiap bagian
secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan-gagasan yang
ingin diinformasikan pada para pembaca tampak jelas. Eksposisi
dapat menggunakan bermacam-mavam metode, yaitu dengan
mengadakan analisa mengenai topik garapan (analisa umum,
analisa bagian, analisa fungsi, analisa proses, analisa kausal),
menyodorkan sebuah klasifikasi, member batasan mengenai objek
tadi, mengadakan perbandingan, menyajikan ilustrasi mengenai
pokok bahasan, sehingga gagasan atau informasi yang akan
disampaikan jelas bagi pembaca.
Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan itu,
penulis mengajukan fakta-fakta untuk mengkonkretkan informasi
yang disampaikan itu. kaitan antara fakta dengan fakta harus dijalin
sedemikian rupa sehingga kelihatan logis dan masuk akal.
Pendapat dan gagasan-gagasan yang disampaikan biasannya dijalin
dalm alinea-alinea yang padu dan kompak.
3) Kesimpulan
Penulis akhirnya menyajiakan kesimpulannya mengenai
apa yang disajikan dalam isi eksposisi. Sesuai dengan sifat
eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah pada usaha
mempengaruhi para pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
51
bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima
atau ditolak pemabaca. Yang penting penulis sudah menyajikan
sejumlah informasi mengenai topik tadi, untuk memperluas
pandangan pembaca.
Setelah membaca buku siswa yang disiapkan pemerintah guna
implementasi kurikulum 2013, penulis berpendapat bahwa antara
istilah struktur teks eksposisi yang dikemukakan Keraf dengan istilah
yang terdapat di dalam buku siswa pada dasarnya mengandung makna
dan maksud yang sama. Selain itu, materi-materi yang tertulis di dalam
buku siswa ternyata berlandasakan dari teori-teori yang sudah ada
sebelumnya, seperti teori yang dikemukakan Keraf mengenai teknik
menulis eksposisi yang memiliki kesamaan makna dengan struktur
teks eksposisi yang tertulis dalam buku siswa.
Berdasarkan paparan di atas penulis menarik garis kesamaan
bahwa pada dasarnya struktur teks eksposisi ada tiga, namun ada
sedikit perbedaan dari segi istilah.
1) Pernyataan pendapat/ tesis (pendahuluan) merupakan pendapat
yang berasal dari hasil pemikiran penulis,
2) Argumentasi/ alasan (Tubuh Eksposisi) untuk memperkuat atau
menyanggah pendapat (biasanya berasal dari pendapat-pendapat
ahli yang melakukan riset atau penelitian), dan
3) Penegasan ulang pendapat (kesimpulan) merupakan kesimpulan.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
52
3.5 Ciri Kebahasaan dalam Teks Eksposisi
Didalam buku paket siswa yang disiapkan pemerintah guna
implementasi Kurikulum 2013 (2013: 96-97) dijelaskan bahwa “Ciri
kebahasaan yang digunakan didalam teks eksposisi ada 4, yaitu
pronomina, leksikal, konjungsi, dan argumentasi satu sisi.” Keempat
ciri kebahasaan teks eksposisi tersebut akan dijelaskan penulis sebagai
berikut.
3.6 Pronomina dalam Teks Eksposisi
Alwi, dkk. (2003: 249) menyatakan, “Pronomina adalah kata
yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain .” Contohnya nomina
Dokter dapat diacu dengan pronomina dia atau ia .
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni 1)
pronomina persona 2) pronomina penunjuk, dan 3) pronomina penanya
(Alwi, dkk., 2003: 249).
1) Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk
mengacu pada orang. Berikut adalah pronomina persona yang
disajikan dalam bagan.
Tabel 2.5
Pronomina. Alwi, Hasan, dkk. (2003: 249)
Persona
Makna
Tunggal Jamak
Netral Eksklusif Inklusif
Pertama saya, aku, daku, -ku,
ku- Kami Kita
Kedua
Engkau, kamu,
Anda, dikau, kau-, -
mu
Kalian, kamu,
sekalian, Anda
sekalian
Ketiga Ia, dia, beliau, -nya
Mereka
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
53
Tertulis di dalam buku siswa yang pemerintah siapkan guna
implementasi kurikulum 2013 (2013: 96) bahwa teks eksposisi
dapat dikatakan sebagai teks ilmiah. Hal tersebut mengandung arti
bahwa dalam teks eksposisi, penulis harus berhati-hati
menggunakan pronomina atau kata ganti seperti saya dan kita.
Kedua kata tersebut tidak dapat digunakan disembarang tempat
tetapi hanya dapat digunakan pada struktur pernyataan pendapat
dan penegasan ulang pendapat, sebab kedua struktur teks ini berisi
pendapat pribadi penulis.
2) Pronomina Penunjuk
Alwi, dkk. (2003: 260) menjelaskan, “Pronomina penunjuk
dalam bahasa Indonesia ada 3 macam, yaitu (a) pronomina
penunjuk umum, (b) pronomina penunjuk tempat, dan (c)
pronomina penunjuk ihwal. Untuk lebih jelasnya ketiga
pronominal penunjuk dijabarkan pada tabel 2.6.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
54
Tabel 2.6
Alwi, Hasan, dkk. dalam Maya Gustina Sucipto, dkk (2013: 97)
Jenis Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk Umum
Pronomina
Penunjuk
Tempat
Pronomina Penunjuk
Ihwal
Ini :
Menagacu pada acuan yang
dekat dengan pembicara, ke
masa yang akan datang, atau ke
informasi yang akan
disampaikan.
Itu :
Mengacu pada acuan yang agak
jauh dari pembicara atau penulis,
ke masa lampau, atau ke
informasi yang jauh dari
pembicaraan penulis.
Anu :
Mengacu ke acuan yang tidak
dapat disebutkan karena lupa
atau karena tergesa gesa ingin
disebutkan.
Sini :
untuk penunjuk
tempat yang
dekat.
Situ :
untuk penunjuk
tempat yang
agak jauh.
Sana :
untuk penunjuk
tempat yang
jauh.
Begini :
digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang
dekat.
Begitu :
digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang
jauh.
Demikian :
mencakup keduanya,
dekat dan jauh. Dekat dan
jauh yang dimaksud ini
berdasarkan aspek
psikologis.
3) Pronomina Penanya
Alwi, dkk. (2003: 265) menyatakan, “Pronomina penanaya
adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari
segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a) orang, (b)
barang, atau (c) pilihan.“ Berikut dijelaskan pula kata yang
termasuk kata tanya beserta dengan fungsinya.
(a) Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan orang atau
nama orang.
(b) Pronomina apa bila yang ditanyakan barang.
(c) Pronomina mana bila yang ditanyakan suatu pilihan tentang
orang atau barang.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
55
Disamping itu, menurut Alwi, dkk. (2003: 265) ada kata
penanya lain, yang meskipun bukan pronomina. Berikut
penjelasannya.
(1) Pronomina mengapa, kenapa untuk menanyakan sebab.
(2) Pronomina kapan, bila (mana) untuk menanyakan waktu.
(3) Pronomina di mana, ke mana, dari mana untuk menanyakan
tempat.
(4) Pronomina bagaimana untuk menanayakan cara.
(5) Pronomina berapa untuk menanayakan jumlah atau urutan.
3.7 Leksikal dalam Teks Eksposisi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI (2008: 805)
disebutkan “Leksikal berkaitan dengan kata.” Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa setiap yang berkaitan dengan kata, yaitu kata
nomina, kata verba, kata adjektiva, dan kata adverbia disebut dengan
leksikal.
Tertulis di dalam buku siswa yang disiapkan pemerintah guna
implementasi kurikulum 2013 (2013: 97) bahwa ada 4 kata leksikal
yang digunakan di dalam teks eksposisi, yaitu nomina, verba,
adjektiva, dan adverbia. Berikut penulis jelaskan leksikal di dalam teks
eksposisi.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
56
1) Nomina (kata benda)
Alwi, dkk (2003: 213) menyatakan bahwa nomina yang
sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi. Untuk
lebih jelasnya penulis jabarkan nomina (kata benda) sebagai
berikut.
(a) Segi Semantis, kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah
kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep
atau pengertian. Contohnya guru, kucing, meja, dan
kebangsaan.
(b) Segi Sintaksis
(1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung
menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
Contohnya kata pekerjaan dalam kalimat Ayah
mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.
(2) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata
pengingkarnya ialah bukan. Contohnya untuk
mengingkarkan Ayah saya guru harus dipakai kata bukan:
Ayah saya bukan guru.
(3) Nomina umumnya bisa diikuti kata adjektiva, baik secara
langsung maupun diantarai oleh kata yang. Contohnya
Buku baru menjadi buku yang baru.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
57
(c) Segi Bentuknya
Alwi, dkk (2003: 217) menyatakan, “Dilihat dari segi
bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas 2 macam, yakni (1)
nomina yang berbentuk kata dasar dan (2) nomina turunan.
Penurunan nomina ini dilakukan dengan (a) afiksasi, (b)
perulangan, atau (c) pemajemukan.” Berikut akan penulis jelaskan
nomina dilihat dari segi bentuknya.
(1) Nomina dasar
Nomina dasar adalah nomina yang terdiri atas satu
morfem. Contoh nomina dasar adalah gambar, malam,
tongkat, Farida, adik, batang.
(2) Nomina turunan
(a) Afiksasi dalam Penurunan Nomina diantaranya (ke-), (pel-
,per-, dan pe-), (peng-: pem-, pen-, peny-, peng-, penge-,
dan pe-), (-an), (peng-an), (per-an), dan (ke-an).
(1) ke-
Nomina yang diturunkan dengan penambahkan
prefiks (awalan) ke- tidak banyak dalam bahasa kita.
Contoh ketua, kehendak, kekasih, dan kerangka.
(2) pel-, per-, dan pe.
Nomina yang diturunkan dengan pel- hanya
terbatas pada satu kata dasar, yakni ajar yang
menurunkan nomina pelajar.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
58
Nomina yang diturunkan dengan per- itu
banyak karena nomina dengan per- berkaiatan erat
dengan verba yang berafiks ber- nomina per- tidak lagi
mempertahankan /r/-nya sehingga nomina tadi muncul
hanya dengan pe- saja. Yang masih mempertahankan
bentuk per- sangat terbatas. Contoh petapa, persegi,
pejuang, petanda, percaya.
(3) peng- : pem-, pen-, peny-, peng-, penge-, dan pe-.
Pada umumnya sumber untuk penurunan nomina
ini adalah verba atau adjektiva. Contoh pembeli,
pengawas, pengirim.
(4) –an
Nomina dengan sufiks –an umumnya diturunkan
dari sumber verba walaupun kata dasarnya kelas kata
lain. Contoh anjuran, kiriman, asinan, kiloan,belokan,
awalan, akhiran, mingguan, harian, durian, rambutan.
(5) peng-an
Nomina dengan peng-an umumnya diturunkan
dari verba dengan meng- yang berstatus transitif.
Contoh pemberontak –perbuatan memberontak,
pengakuan- hasil perbuatan mengakui, pendirian-
pendapat yang dinyatakan/ perbuatan mendirikan.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
59
(6) per-an
Nomina dengan per-an juga diturunkan dari
verba, tetapi umumnya dari verba taktransitif dan
berawalan ber-. Contoh perjanjian-berjanji,
pergerakan-bergerak. Ada per-an yang berkaitan
dengan verba meng- atau memper- yang berstatus
transitif. Contoh perlawanan-melawan, pertahanan-
mempertahankan.
(7) ke-an
Nomina ke-an dapat diturunkan dari sumber
verba, adjektiva, atau nomina. Makna nomina ini
bergantung pada sumber yang dipakai. Bila sumbernya
verba, maknanya adalah „hal atau keadaan yang
berhubungan dengan yang dinyatakan verba.‟ Contoh
kepergian-hal yang berhubungan dengan pergi,
keberangkatan-hal yang berhubungan dengan
berangkat. Sama halnya ke-an dengan verba, ke-an
dengan adjektiva juga bermakna „hal yang
berhubungan dengan yang dinyatakan adjektiva.‟
Contoh kekosongan-keadaan kosong, kekecewaan-
keadaan kecewa.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
60
(8) Perulangan
Alwi, dkk (2003: 238) menyatakan,
“Perulangan atau reduplikasi adalah proses penurunan
kata dengan perulangan, baik secara utuh maupun
sebagaian.” Berikut beberapa perulangan menurut
Alwi, dkk (2003: 238).
(1) Perulangan utuh, contohnya rumah-rumah, buku-
buku, burung-burung.
(2) Perulangan salin suara, contohnya warna-warni,
corat-coret, sayur-mayur.
(3) Perulangan sebagian, contohnya jaksa-jaksa
tinggi, surat-surat kabar, rumah-rumah sakit.
(4) Perulangan yang disertai pengafiksan, contohnya
bangun-bangunan, main-mainan, padi-padian.
(d) Pemajemukan
Alwi, dkk (2003: 238) menjelaskan, “Nomina
majemuk dapat dibagi berdasarkan (1) bentuk morfologis dan
(2) hubungan komponennya. Berdasarkan bentuk
morfologisnya nomina majemuk terdiri atas (a) nomina
majewmuk dasar dan (b) nomina majemuk berafiks.” Berikut
penjelasannya.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
61
(1) Nomina majemuk dasar
Nomina majemuk dasar adalah nomina majemuk
yang komponennya terdiri dari kata dasar. Contoh suami
istri, abak cucu, ganti rugi, doa restu.
(2) Nomina majemuk berafiks
Nomina majemuk berafiks adalah nomina majemuk
yang salah satu atau kedua komponennya mempunyai afiks.
Contoh sekolah menengah, orang terpelajar, penyakit
menular.
2) Verba (kata kerja)
(a) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti
predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai
fungsi lain. (1) Pencuri itu lari dan (2) Mereka sedang belajar
di kamar.
(b) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses,
atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
(c) Verba, khususnya bermakna keadaan, tidak dapat diberi
prefiks ter- yang berarti „paling‟. Verba seperti mati atau suka,
misalnya, tidak dapat diubah menjadi *termati atau *tersuka.
(d) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata
yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti
*agak belajar, *sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
62
ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan,
dan mengharapkan sekali.
3) Adjektiva (kata sifat)
Alwi, dkk. (2003: 171) menjelaskan “Adjektiva adalah kata
yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang
dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.”. Contoh kecil, berat,
merah, bundar, dan gaib. Contoh anak kecil, beban berat, meja
bundar, dan alam gaib.
“Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan
adverbia kalimat. Fungsi predikatif dan adverbia itu dapat mengacu
ke suatu keadaan.” (Alwi, dkk., 2003: 171) Contoh agaknya dia
sudah mabuk, bajunya basah kena hujan, ia berhasil dengan baik.
Alwi, dkk. (2003: 171) menyatakan, “Adjektiva juga
dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan
tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan
tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat
dan agak di samping adjektiva. Contoh anak itu sangat kuat, agak
jauh juga rumahnya. Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh
pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektiva. Contoh saya
lebih senang di sini daripada di sana.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
63
4) Adverbia (keterangan kalimat)
Alwi, dkk. (2003: 197) mengungkapkan, “Dalam tataran
frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau
adverbia lain.” Contoh Ia sangat mencintai istrinya, Ia selalu sedih
mendengar lagu itu.
Alwi, dkk. (2003: 197) menyatakan, “Dalam tataran klausa,
adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis.”
Contoh Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu, ia
merokok hampir lima bungkus sehari.
Alwi, dkk. (2003: 197) mengungkapkan, “Selain adverbia
pada tataran frasa dan klausa, ada pula adverbia yang menerangkan
seluruh kalimat.” Jenis adverbia ini tidak terikat oleh unsur kalimat
tertentu sehingga tempat atau posisinya dalam kalimat pun dapat
berpindah pindah. Perpindahan posisi adverbia tampaknya dalam
contohnya ini tidak mengubah makna kalimat secara keseluruhan.
(a) Tampaknya dia tidak menyetujui usul itu.
(b) Dia sesungguhnya tidak menyetujui usul itu.
(c) Dia tidak menyetujui usul itu tampaknya.
3.8 Konjungsi dalam Teks Eksposisi
Konjungsi merupakan kata penghubung. Konjungsi bisa
digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf
dengan paragraf.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
64
Alwi, dkk. (2003: 296) mengungkapkan, “Konjungsi atau
konjungtor yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas
yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan
kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Perhatikan contoh
kalimat berikut.” Berikut contohnya.
1) Toni dan Ali sedang belajar bahasa Indonesia di kamar.
2) Tim ahli Indonesia dan utusan IMF berunding lebih dari
seminggu.
3) Mahasiswa ingin berdialog, tetapi ide itu dianggap tidak praktis.
“Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk-bentuk itu
bertindak sebagai preposisi, dalam hubungannnya dengan klausa,
bentuk-bentuk itu bertindak sebagai konjungsi.” (Alwi, dkk., 2003:
296).
1) Dia tidak kuliah karena masalah keuangan.
2) Dia sudah tinggal disini sejak bulan Agustus.
3) Kami boleh menemui dia setelah pukul 14.00
Preposisi Preposisi dan Konjungsi Konjungsi
Di
ke
dari
pada
…
Karena
sesudah
sejak
sebelum
…
Meskipun
Kalau
Walaupun
Sedangkan
…
Tabel 2.7
Alwi, Hasan, dkk. (2013: 297)
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
65
Menurut Alwi, dkk. (2003: 297) menyatakan bahwa dilihat
dari prilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu konjungsi koordinatif, korelatif, subordinatif, dan
antarkalimat. Berikut penjelasan keempat konjungsi menurut menurut
Alwi, dkk. (2003: 297-302).
1) Konjungsi koordinatif
Konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang
sama pentingnnya, atau memiliki status yang sama seperti
dinyatakan di atas dinamakan konjungsi koordinatif.
dan penanda hubungan penambahan
serta penanda hubungan pendampingan
atau penanda hubungan pemilihan
tetapi penanda hubungan perlawanan
melainkan penanda hubungan perlawanan
padahal penanda hubungan pertentangan
sedangkan penanda hubungan pertentangan
2) Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan
dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang
sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan
oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan.
baik … maupun …
tidak hanya …, tetapi juga …
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
66
bukan hanya …, melainkan juga …
demikian … sehingga …
3) Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak
memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu
merupakan anak kalimat.
(a) Konjungsi Subordinatif Waktu
a. Sejak, semenjak, sedari
b. Sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,
selama, serta, sambil, demi
c. setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai
d. hingga, sampai
(b) Konjungsi Subordinatif Syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan),
bila, manakala
(c) Konjungsi Subordinatif Pengandaian: andaikan, seandainya,
umpamanya, sekiranya
(d) Konjungsi Subordinatif Tujuan: agar, supaya, biar
(e) Konjungsi Subordinatif Konsesif: biarpun, meski(pun),
walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun)
(f) Konjungsi Subordinatif Pembandingan: seakan-akan, seolah-
olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat,
daripada, alih-alih
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
67
(g) Konjungsi Subordinatif Sebab: sebab, kareana, oleh sebab,
oleh karena
(h) Konjungsi Subordinatif Hasil: sehingga, samapai (-sampai),
maka(nya)
(i) Konjungsi Subordinatif Alat: dengan, tanpa
(j) Konjungsi Subordinatif Cara: dengan, tanpa
(k) Konjungsi Subordinatif Komplementasi: bahwa
(l) Konjungsi Subordinatif Atribut: yang
(m) Konjungsi Subordinatif Perbandingan: sama … dengan, lebih
… dari(pada)
4) Konjungsi antarkalimat
Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antar kalimat
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
(a) biarpun demikian/begitu
(b) sekalipun demikian/begitu
(c) walaupun demikian/begitu
(d) meskipun demikian/begitu
(e) sungguhpun demikian/begitu
(f) kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
(g) tambahan pula, lagi pula, selain itu
(h) sebaliknya
(i) sesungguhnya, bahwasannya,
(j) malah(an), bahkan
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
68
(k) (akan) tetapi, namun
(l) kecuali itu
(m) dengan demikian
(n) oleh karena itu, oleh sebab itu
(o) sebelum itu
Penulis menyimpulkan bahwa yang dinamakan dengan
konjungsi adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat
dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf.
3.9 Argumentasi Satu Sisi
Di dalam buku siswa yang disiapkan pemerintah guna
implementasi Kurikulum 2013 (2013: 97) dinyatakan bahwa di
dalam teks eksposisi penulis mengambil salah satu sisi, baik itu
persetujuan maupun ketidaksetujuan. Perlu diketahui bahwasannya
terdapat teks eksposisi yang mengandung dua argumentasi. Teks
eksposisi yang mengandung dua argumentasi disebut teks eksposisi
dualisme argumentasi.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
Widiadnyana dkk.(e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA, Volume 4 Tahun 2014) yang berjudul
“Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
69
IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP.” Penelitian yang dilakukan oleh
Widiadnyana dkk merupakan penelitian yang relevan dengan penulis karena
pada penelitian tersebut menggunakan model Problem Based Learning
sebagai variable bebas atau yang memberikan pengaruh terhadap varibael
terikat. Hanya saja dalam penelitian Widiadnyana dkk. dilaksanakan pada
siswa SMP pada mata pelajaran IPA sementara yang peneliti lakukan adalah
pada siswa SMK pada pelajaran menganalisis teks cerpen serta pengaruhnya
terhadap sikap tanggung jawab siswa.
Hasil penelitian Widiadnyana dkk. menunjukkan terdapat perbedaan
pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar
menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang belajar
menggunakan model pengajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut penliti berasumsi bahwa metoe Problem Based Learning dapat
berpengaruh juga pada sikap tanggung jawab dan kemampuan menganalisis
teks cerpen karena pada penelitian tersebut sudah terlihat pengaruhnya pada
pemahaman dan juga sikap hanya objek kajian yang berbeda.
Penelitian Putrayasa dkk. (Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD, Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yang berjudul Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Minat Belajar Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa. Penelitian yang dilakukan Putrayasa memiliki
relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama
mengujicobakan model Problem Based Learningdalam pembelajaran. Hanya
dalam penelitian Putrayasa pengujicobaan model Problem Based Learning
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
70
diiringi dengan pengaruh minat belajar siswa pada pembelajaran IPA.
Sementara peneliti akan mengujicobakan metode Problem Based Learning
terhadap sikap tanggung jawab dan kemampuan menganalisis cerpen.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian Putrayasa dkk.diperoleh
perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning dan kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.Terdapat
juga interaksi antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar
IPA siswa.Berdasarkan minat juga terdapat perbedaan hasil belajar yang
mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learningdengan
pembelajaran siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based
Learningberpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini menguatkan
bahwa model pembelajaran Problem Based Learningyang akan peneliti
terapkan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian Nirmawan yang berupa jurnal (ISSN 2086 – 1397 Volume
V Nomor 2. Juli – Desember 2014) yang berjudul ”Perbedaan Kemampuan
Menganalisis Cerpen dengan Metode Discovery Dan Metode Kooperatif”.
Penelitian yang dilakukan Nirmawan merupakan penelitian deskriptif yang
mengungkapkan perbedaan antara pembelajaran menganalisis cerpen yang
menggunakan metode Problem Based Learningdengan metode kooperatif.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan mengubah cara pembelajaran
yang hanya bersifat teroretis atau memberikan pemahaman teori berupa
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
71
hafalan kepada siswa kea rah pembelajaran siswa aktif. Hal ini sejalan dengan
cara pandang penulis bahwa pembelajaran cerpen bukan semata untuk
menhapal teori akan tetapi menghayati, mengapresiasi sebuah karya sehingga
memperoleh nilai positif dari pembelajaran tersebut.
Penelitian Pratiwiberupa artikel penelitian (2014) yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dengan Pendekatan
Saintifik TerhadapKeterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.” Penelitian
yang dilakukan Pratiwi memiliki relevansi bahwa dalam penelitian Pratiwi
mengujicobakan model Problem Based Learning sebagai variabel bebas
dipadukan pendekatan saintifik sebagai variabel antara terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa.
Hasil datamenunjukkan terdapat perbedaan keterampilan berpikir
kritis pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit antara siswa yang
diajarkan menggunakan model Problem Based Learning dengan pendekatan
saintifik dan yang diajar menggunakan model cooperative learning dengan
pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi tersebut diketahui
bahwa metode Problem Based Learningberpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia. Kemampuan berpikir kritis
juga menjadi bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
pembelajaran cerpen karena sesuai dengan paradigma pendidikan abad 21 ini.
Hal ini juga menjadi fokus peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan
penggunaan metode Problem Based Learning.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
72
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas metode
Problem Based Learning telah berhasil memberikan hasil pembelajaran yang
baik. Hanya penerapan metode tersebut sebagain besar dilakukan dalam
penelitian mata pelajaran matematika dan IPA.Hasil penelitian teserbut
peneliti jadikan acuan dalam melaksanakan penelitian menganalisi teks
cerpen baik dari segi aspek hasil belajar maupun sikap tanggung jawab
siswa.Hal ini juga yang menjadi pembeda dengan penelitian sebelumnya
bahwa penelitian yang peneliti lakukan mengarah terhadap hasil belajar
menganalisis cerpen sekaligus sikap tanggung jawab siswa, dengan metode
penelitian eksperimen.
C. Kerangka Pikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah penting.Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan
(Sugiyono, 2012: 60). Variabel penelitian ini adalah metode Problem Based
Learning, ciri kebahasaan dan teks eksposisi.
Orientasi pembelajaran sastra khususnya pembelajaran cerpen
bukanlah sebatas kepada menghafal teori atau sejarah sastra tersebut. Akan
tetapi pembelajaran cerpen seharusnya melibatkan siswa untuk
mengapresisasi sehingga siswa memperoleh nilai positif dari pembelajaran
tersebut.Pembelajaran yang hanya berorientasi terhadap hafalan pun
memberikan dampak negatif jangka panjang bahwa sikap siswa kurang
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
73
dibekali untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Pembelajar yang
demikian sudah semestinya ditinggalkan karena tuntutan pendidikan dewasa
ini bukan hanya sebatas kepada kemampuan segi kognitif saja akan tetapi
sudah harus memperhatikan aspek lain seperti sikap, keterampilan yang
menjadi potensi siswa yang harus dikembangkan.
Pembelajaran dewasa ini juga tidak hanya semata ditujukan untuk
aspek kognitif saja akan tetapi terhadap sikap. Pendidikan karakter yang
didengungkan akhir-akhir ini mengisyaratkan bahwa sikap merupakan salah
satu kompetensi yang harus ditingkatkan siswa. Salah satu sikap yang harus
dibangun dari siswa adalah sikap tanggung jawab yang merupakan suatu sifat
yang ada dalam diri seseorang.Sifat tersebut apabila muncul akan melahirkan
sikap berani, penuh kesadaran menjalankan segala sesuatu yang menjadi
tugasnya dan siap menerima sanksi apabila terjadi ketidaksesuaian dalam
melaksanakan tugas tersebut. Visualisasi diri dalam sikap tanggung jawab
akan tercermin ketika siswa melaksanakan sebuah kegiatan yang dalam hal
ini adalah pembelajaran. Pemunculan sikap tanggung jawab tersebut dapat
ditumbuhkan atau dipengaruhi oleh sebuah metode pembelajaran yang
mampu mendorong siswa bertanggung jawab.
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan
untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007: 77). PBL atau pembelajaran
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
74
berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk
makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam
ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.
Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Kerangka pikir metode Problem Based Learningdapat digambarkan
dengan bagan sebagai berikut.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
75
Bagan 2.3
Kerangka Pikir Pembelajaran dengan Metode Problem Based Learning
Dalam Problem Based Learning, seorang pengajar harus
mengidentifikasi bahan yang akan diteliti dari rumusan masalah yang ada.
Hal ini bertujuan agar si penulis paham mengenai apa yang mesti di kaji.
Selanjutnya, dari hasil identifikasi tersebut penulis menyusun rancangan
penyelesaian masalah agar apa yang penulis rancang sesuai dengan rumusan
masalah yang tertera. Rancangan penyelesaian masalah ini dilaksanakan
dengan cara mengumpulkan informasi-informasi terkait dengan penyelesaian
yang di iinginkan.
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018
76
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Model pembelajaran Problem Based Learning mempengaruhi terhadap
kemampuan siswa dalam menganalisis Butir Kebahasaan?
2. Model pembelajaran Problem Based Learning mempengaruhi terhadap
kemampuan siswa dalam menganalisis Teks Eksposisi?
3. Model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan siswa
menganalisis nutir kebahasaan dan teks eksposisi?
Pengaruh Metode Problem..., Githa Farida, Program Pascasarjana UMP 2018