bab ii kajian teori 2.1 anggaran pendapatan belanja daerah...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Tanjung (2012: 89) berpendapat Anggaran merupakan
pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi
rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur
dalam satuan rupiah dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 anggaran pendapatan dan
belanja daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran
merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan
perencanaan strategik yang dibuat.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah berdasarkan
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 15 ayat 3 berbunyi
APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi
distribusi dan stabilisasi. APBD menggambarkan segala bentuk
kegiatan pemerintah daerah dalam mencari sumber-sumber
penerimaan dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan
untuk mencapai tujuan pemerintah dalam kurun waktu satu tahun.
10
Mahsun, dkk (2012: 65) berpendapat jenis anggaran sektor
publik dibagi menjadi yaitu:
1) Anggaran operasional, yaitu anggaran yang berisi rencana
kebutuhan sehari-hari oleh pemerintah pusat/daerah untuk
menjalankan kegiatan pemerintahan.
2) Anggaran modal/investasi, merupakan anggaran yang berisi
rencana jangka panjang seperti Gedung, peralatan Kantor.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dalam Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menyatakan pengelolaan
keuangan daerah dikelola dengan tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan
dan manfaat untuk masyarakat. Maka dari itu anggaran pendapatan
pendapatan dan belanja daerah agar dapat memberikan konstribusi
positif.
2.2 Pendapatan Asli Daerah
Amanat Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, pendapatan
asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digalih di
daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah
daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah
untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang telah dikelola.
11
Menurut Halim & Kusufi (2012: 101) pendapatan asli daerah
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah. Pendapatan daerah dalam kerangka APBD/APBN
merupakan elemen penting bagi kemampuan pemerintah daerah dalam
melakukan kontrol terhadap alokasi sumber daya.
Darise (2009: 48) mengemukakan pendapatan asli daerah yang
selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendapatan asli daerah yang merupakan
sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat
menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang
setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang
luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan.
Untuk mengetahui potensi sumber-sumber pendapatan asli
daerah (PAD), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Simanjuntak,
2001) dalam Ladjin (2008) antara lain:
1) Kondisi awal suatu daerah. Kondisi ini tergantung pada Keadaan
struktur ekonomi dan sosial suatu daerah
2) Kemampuan masyarakat dalam membayar segala pungutan-
pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
12
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 dikatakan
bahwa provinsi maupun kabupaten/kota diberi kewenangan melakukan
pungutan-pungutan baru selain yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang tersebut, upaya meningkatkan pendapatan asli daerah.
Penetapan peraturan daerah diberi penegasan untuk menyesuaikan
tingkat kemampuan ekonomi dan dilarang menetapkan peraturan
daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu
lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor/impor.
Menurut Amri (2012: 28) dalam Halim & Ikbal (2012) beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan, antara lain:
1) Meningkatkan basis data untuk mengidentifikasi kembali semua
wajib pajak
2) Menggiring wajib pajak untuk lebih taat membayar pajak dan
retribusi melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi atau
memberikan reward kepada wajib pajak yang taat
3) Perbaikan sistem akuntansi dalam proses penerimaan pendapatan,
sebab sangat rawan kebocoran pada dinas-dinas terkait
4) Meningkatkan sumber daya pegawai di dinas yang berhubungan
dengan pendapatan untuk memaksimalkan kinerja mereka.
Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 yang
merupakan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari:
1) Pajak daerah, 2) Retribusi daerah, 3) Hasil pengelolaan kekayaan
alam yang dipisahkan, 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
13
2.2.1 Pajak Daerah
Berdasarkan Undang‐Undang Nomor 28 tahun 2009
bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang‐undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar‐besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah daerah
mempunyai hak untuk mengenakan pungutan kepada
masyarakat, hal ini berdasarkan UUD Republik Indonesia tahun
1945 pasal 23 A menetapkan pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang‐undang.
Menurut pasal 1 ayat 1 peraturan pemerintah RI Nomor 65
tahun 2001 tentang pajak daerah, yang selanjutnya disebut
pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah. Keberadaan pajak daerah harus ditentukan target yang
diperoleh pada setiap tahunnya, yang bertujuan untuk
memaksimalkan realisasi penerimaan pajak daerah itu sendiri
14
karena pajak daerah akan optimal ssebagai konstribusi PAD
apabila realisasinya dapat melebihi target yang ditentukan
(Fitriyani, 2013).
Pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pajak yang
dipungut oleh provinsi dan pajak yang dipungut oleh
kabupaten/kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun
2009 pajak yang dikelola pemerintah provinsi terdiri dari:
1) Pajak kendaraan bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
2) Bea balik nama kendaraan bermotor
Pajak bea balik nama merupakan atas penyerahan hak
milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua
pihak atau sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual
beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan
kedalam badan usaha.
3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.
4) Pajak air permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan
dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan
15
adalah semua air yang ada di permukaan, tidak termasuk
air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.
5) Pajak rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang
dipungut oleh pemerintah.
Tanjung (2012: 104) menjelaskan akun pendapatan pajak
daerah digunakan untuk mencatat pendapatan yang berasal
dari pajak daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan sesuai
dengan peraturan daerah dan dapat dipungut serta disetorkan
ke kas daerah dalam tahun anggaran berjalan seperti dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006, yaitu:
1) Pajak hotel
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Pasal 1 butir 20 dan 21, Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia penginapan/peristrahatan yang mencakup motel,
wisma pariwisata, dan lain-lain.
2) Pajak restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran. Restoran adalah tempat penyedia
makanan atau minum.
16
3) Pajak hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah segala tempat keramaian yang dinikmati
dengan biaya.
4) Pajak reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Sedangkan reklame sendiri adalah suatu media yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
komersial.
5) Pajak penerangan jalan
Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas
penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain.
6) Pajak mineral bukan logam dan bebatuan
Pajak mineral bukan logam dan bebatuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan bukan logam an bebatuan, baik dari
sumber alam di dalam permukaan atau diluar permukaan
bumi untuk dimanfaatkan. Pajak mineral dan bebatuan
adalah pengganti dari pajak pengambilan bahan
pengambilan Golongan C sesuai yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan UU Nomor 34
Tahun 2000.
17
7) Pajak parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai
suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
8) Pajak air bawah tanah
Pajak air bawah tanah adalah pajak ataas pengambilan dan
atau pemanfaatan air tanah. Air bawah tanah diartikan
sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah.
9) Pajak sarang burung walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak
kabupaten/kota yang baru diterapkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009.
10) Pajak bumi dan bangunan perkotaan dan pedesaan
Pajak bumi dan bangunan disingkat PBB di perkotaan dan
pedesaan adalah pajak atas bumi dan bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
18
11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan disingkat
BPHTB adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan
oleh orang pribadi atau badan.
Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran
pajak akan menjadikan menunjang program pembangunan
pemerintah karena pajak program dapat terbantu dan
hendaknya penerimaan pendapatan yang dikelola oleh
pemerintah terutama pajak daerah seluruhnya untuk
kepentingan daerah.
2.2.2 Retribusi Daerah
Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi,
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan (UU Nomor 28 Tahun 2009). Retribusi
daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah
satu sumber pendapatan asli daerah, diharapkan menjadi salah
satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan serta
pembangunan daerah oleh pemerintah untuk meningkatkan
dan memajukan kesejahteraan hidup masyarakat.
19
Pernyataan Siahaan (2005: 5) dalam Sinaga (2009)
“Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara
bagi penduduknya secara perorangan.” Jasa tersebut dapat
dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar
retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 retribusi terbagi
menjadi 3 (tiga) yaitu:
1) Retribusi jasa umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atau jasa yang
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis
retribusi umum meliputi pelayanan kesehatan,
persampahan, biaya cetak KTP & akta catatan sipil,
pemakaman, parkir, pasar, pengujian kendaraan bermotor,
pemeriksaan alat pemadam kebakaran, penggantian biaya
cetak peta, penyedotan kakus, pengolahan limbah cair,
pelayanan tera ulang, pelayanan pendidikan, pengendalian
menara telekomunikasi.
2) Retribusi jasa usaha
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
20
komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat
disediakan oleh swasta, meliputi pemberian pelayanan
dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal. Retribusi jasa
usaha meliputi pemakaian kekayaan daerah, pasar
grosir/toko dan lain-lain.
3) Retribusi perizinan tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengatran, pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum, dan menjaga
kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu terdiri
dari izin tempat penjualan minimuman berlkohol, izin
gangguan, izin trayek, izin usaha perikanan (Rivai, 2013).
2.2.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan
Untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan rumah tangga
daerah yang relatif cukup besar, maka kepada daerah juga
diberikan sumber-sumber pendapatan berupa hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sesuai dengan
aturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pengelolaan
21
kekayaan daerah tersebut berasal dari perusahaan daerah
yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang modal
seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan. Yang termasuk
dalam jenis pendapatan ini yaitu deviden atau bagian laba yang
diperoleh oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
dibagikan bagi pemegang saham, dalam hal ini merupakan
pendapatan bagi Pemerintah daerah
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan menurut Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 pasal
26 terdiri dari:
1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD;
2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN; dan
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta atau kelompok usaha masyarakat.
2.2.4 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 pasal 26 ayat 4, berbunyi lain‐lain PAD yang sah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disediakan untuk
22
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk
dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri
dari: 1) Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan,
2) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan, 3) Jasa giro, 4) Bunga deposito, 5)
Penerimaan atas tuntutan ganti rugi dan 6) penerimaan komisi
atau potongan maupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing.
2.3 Belanja Daerah
Pesatnya pembangunan daerah yang menyangkut
perkembangan kegiatan fiskal yang membutuhkan alokasi dana dari
pemerintah daerah mengakibatkan pembiayaan pada pos belanja yang
terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
membutuhkan tersedianya dana yang besar pula untuk kegiatan
tersebut. Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus
dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah menjadi
tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah (Setiawan,
2010).
23
Berlandaskan dari Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2006
bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah. Untuk meningkatkan belanja
daerah maka perlu ditingkatkan pendapatan asli daerah yang dimiliki
serta perlunya rencana keuangan jangka panjang yang mengacu pada
efisiensi dan efektivitas program dan perencanaan,dengan
memperhatikan sumber dana yang terbatas dan disisi lain pengeluaran
yang harus dibiayai semakin besar.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksaan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota
yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan
dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan
urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan serta usaha
mengembangkan sistem jaminan sosial.
Menurut Mahsun (2012: 97) alokasi belanja daerah terdiri dari
dua komponen utama yaitu:
24
1) Belanja tidak langsung
Belanja tidak langsung dapat dikatakan belanja yang dianggarkan
daerah terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan daerah. Adapun Belanja tidak langsung antara lain:
a. Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk
gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan
kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
b. Belanja bunga merupakan belanja untuk pembayaran bunga
utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal
outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
c. Belanja subsidi merupakan belanja untuk bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat banyak.
d. Belanja hibah merupakan belanja untuk pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang, dan/atau jasa kepada pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya, dan kelompok
masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya.
e. Bantuan sosial merupakan belanja untuk pemberian bantuan
dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat.
25
f. Belanja bagi hasil merupakan belanja untuk dana bagi hasil
yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
Kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan keuangan merupakan belanja untuk bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi
kepada kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan
pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan.
h. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang
telah ditutup.
2) Belanja langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
daerah. Adapun Belanja langsung terdiri atas:
a. Belanja pegawai, yaitu pengeluaran honor/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah
26
b. Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran
pembelian/pengadaan barang jasa yang nilai manfaatnya
kurang dari 1 (satu) tahun atau pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah
c. Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukakan yang
dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang memiliki nilai manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun untuk digunakan dalam pemerintahan,
seperti dalam bentuk tanah, peralatan, mesin, gedung,
bangunan dan jalan, irigasi, jaringan dan aset tetap lainnya.
Nilai pembelian/pengadaan dan pembangunan aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal daerah hanya
sebesar harga beli/bangun aset. Belanja modal memiliki
peranan penting karena memiliki masa manfaat jangka panjang
untuk memberikan pelayanan kepada publik. Sehingga
pemerintah pusat sebaiknya memberikan kegiatan atau
program yang lebih banyak kepada pemerintah daerah agar
program tersebut dapat mensejahterakan dan memajukan
pemerintah daerah (Nuarisa, 2013).
2.4 Pembiayaan Daerah
Mahsun, dkk (2012: 99) mengatakan transaksi pembiayaan
daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
27
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi semua transaski keuangan
untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus yang dirinci
menurut urusan pemerintah daerah (Darise, 2008: 142).
Jenis-jenis pembiayaan daerah terdiri dari:
1) Penerimaan pembiayaan, semua penerimaan yang ditujukan untuk
menutup defisit APBD mencakup:
a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
(SiLPA)
b. Pencairan dana cadangan
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Penerimaan pinjaman daerah
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan
f. Penerimaan piutang daerah.
2) Pengeluaran pembiayaan, semua pengeluaran yang ditujukan
untuk menfaatkan surplus APBD mencakup:
a. Pembentukan dana cadangan
b. Penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah
c. Pembayaran pokok utang, dan
d. Pemberian pinjaman daerah
2.5 Kajian Penelitian yang relevan
Penelitian yang berkaitan dengan PAD terhadap alokasi belanja
daerah telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini
28
mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu antara lain
Panggabean, (2009) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli
daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota Tamosir. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan pajak daerah,
retribusi daerah, dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah
berpengaruh positif terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba
Tamosir dan secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah berpengaruh positif terhadap alokasi
belanja daerah Kabupaten Kota Tamosir. Peneliti juga melakukan
penelitian lebih jauh tentang pendapatan asli daerah sesuai penelitian
yang dilakukan peneliti terdahulu yang telah dilakukan Rahmawaty,
(2010) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah dan
dana alokasi umum terhadap alokasi belanja daerah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum
berpengaruh positif terhadap belanja daerah.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu disalah satu
variabel penelitiannya tentang pendapatan asli daerah yang diteliti oleh
Ardhani (2011), judul penelitian pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah, dana alokasi khusus, dana alokasi umum
terhadap belanja modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum
dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran
belanja modal.
29
Penelitian lebih jauh mengenai penerimaan pendapatan asli
daerah kaitanya terhadap belanja daerah yakni penelitian yang
dilakukan Nungraeni, (2011) judul penelitian analisis pengaruh dana
alokasi umum, dana alokasi khusus dan pendapatan asli daerah
terhadap prediksi belanja daerah pada pemerintah daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DAU, DAK dan PAD berpengaruh terhadap belanja daerah dengan lag
1 tahun. Hasil penelitian membuktikkan dana alokasi umum, dana
alokasi khusus dan pendapatan asli daerah merupakan faktor yang
signifikan terhadap APBD pemerintah daerah Kabupaten/Kota di
Indonesia. Penelitian lain yaitu Rivai, (2013) dengan judul penelitian
pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus terhadap belanja daerah pada pemerintah daerah
Provinsi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan
pengujian statistik diperoleh PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja daerah di Provinsi
Gorontalo.
Penelitian lainnya yang berkaitan tentang PAD yang diteliti oleh
Fitriyani (2013), judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah
terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo studi kasus Kantor Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Hasil penelitiannya
membuktikan pendapatan asli daerah mempengaruhi 57,7% variasi
perubahan alokasi jumlah belanja daerah Kabupaten Boalemo selama
30
Tahun 2007-2012 sedangkan sisanya sebesar 42,3% perubahan
alokasi belanja daerah Kabupaten Boalemo dipengaruhi variabel lain.
Penelitian yang relevan di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3: Kajian Penelitian Yang Relevan
NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN
Panggabean (2009)
Pengaruh pendapatan asli
daerah terhadap belanja
daerah Kabupaten Tamosir
Secara simultan dan parsial pajak
daerah, retribusi daerah, dan lain-lain
PAD yang sah berpengaruh positif
Rahmawaty (2010) Pengaruh pendapatan asli
daerah dan dana alokasi
umum terhadap alokasi
belanja daerah
Pendapatan asli daerah dan dana
alokasi umum berpengaruh positif
terhadap belanja daerah.
Ardhani (2011) Pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pendapatan asli
daerah, dana alokasi
khusus, dana alokasi
umum terhadap belanja
modal
Pertumbuhan ekonomi, pendapatan
asli daerah, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus berpengaruh
positif terhadap anggaran belanja
modal.
Rivai (2013) Pengaruh pendapatan asli
daerah, dana alokasi
umum dan dana alokasi
khusus terhadap belanja
daerah pada pemerintah
daerah Provinsi Gorontalo
PAD, DAU dan DAK berpengaruh
secara signifikan terhadap
peningkatan jumlah belanja Daerah di
Provinsi Gorontalo.
Fitriyani (2013) Pengaruh pendapatan asli
daerah terhadap belanja
daerah Kabupaten
Boalemo studi kasus
Kantor Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset
Daerah
Pendapatan asli daerah berpengaruh
terhadap belanja daerah. Pendapatan
asli daerah mempengaruhi 57,7%
variasi perubahan alokasi jumlah
belanja daerah Kabupaten Boalemo
selama tahun 2007-2012 sedangkan
sisanya sebesar 42,3% perubahan
alokasi belanja daerah Kabupaten
Boalemo dipengaruhi variabel lain.
Sumber: Data Olahan, 2014
31
2.6 Kerangka Berpikir
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
dinyatakan bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dibiayai
melalui APBD. Anggaran daerah adalah suatu rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan
perencanaan strategik yang dibuat. Pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun bersangkutan. Berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pendapatan daerah bersumber
dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan pendapatan asli daerah.
Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah terdiri atas: belanja
langsung dan belanja tidak langsung. Penelitian ini merupakan suatu
kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian
yang mendahuluinya. Kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah penting.
32
Gambar 1: Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka
pemikiran seperti pada gambar berikut:
Diduga penerimaan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Alokasi belanja daerah
Penerimaan PAD
Permasalahan Penelitian Berdasarkan Fenomena dan Kesediaan Teoritis serta studi empiris tentang
penerimaan pendapatan asli daerah, dan alokasi belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul penelitian “Pengaruh penerimaan PAD terhadap alokasi belanja daerah pada pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara”
Dasar Teori Pendapatan asli daerah
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan (Darise, 2009: 48).
Alokasi belanja daerah terdiri dari dua komponen utama yaitu: 1) Belanja langsung merupakan
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah.
2) Belanja tidak langsung dapat dikatakan belanja yang dianggarkan daerah terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah (Mahsun, 2012: 97).
Penelitian Terdahulu 1. Panggabean (2009), hasil
penelitian secara simultan dan parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif.
2. Rahmawaty (2010), hasil penelitian pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah.
3. Ardhani (2011), hasil penelitian Pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran belanja modal.
4. Rivai (2013), hasil penelitian PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja daerah di Provinsi Gorontalo.
5. Fitriyani (2013), hasil penelitian menunjukkan pendapatan asli darah berpengaruh terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo.
33
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang
diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang
diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Sugiyono,
(2009: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang ingin dibangun
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penerimaan pendapatan asli
daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah pada pemerintah
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
34