bab ii kajian teori -...
TRANSCRIPT
1
42
BAB II
KAJIAN TEORI
2.2 Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasa
Indonesia disebut juga dengan prestasi kerja, kinerja atau persepsi kerja
(Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh
kemampuan , sikap keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu
(Timotius,dalam Retno, 2008). Sedangkan Steers (dalam Sukono, 2009)
menyatakan kinerja adalah fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu
a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja
b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja
c) Tingkat motivasi pekerja
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian hasil
kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang merupakan output dari sebuah
proses. Kinerja merupakan kata benda yang abstrak yaitu memiliki pengertian
suatu potensi untuk melakukan kinerja. Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat
diukur secara lahiriah semata akan tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasil
7
2
42
dari kerja. Mampu tidaknya seseorang melakukan kerja bisa dijadikan ukuran
tinggi rendahnya kinerja seseorang.
2.3 Kinerja Guru
Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yang sangat penting.
Selain guru menjadi seorang pengajar, tetapi guru juga sebagai seorang
pembimbing yang mendorong potensi siswa, mengembangkan alternatif dan juga
memobilisasi siswa dalam belajar. Silberman (dalam Kusmedi, 2003) menyatakan
bahwa yang dimaksud kinerja guru adalah kemampuan dan prestasi guru dalam
melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Pengertian kinerja guru tersebut
diperjelas dengan pendapat Usman (dalam Retno, 2008) yaitu : a) Tugas dalam
bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. b ) Tugas guru
dalam bidang kemanusiaan dimana guru harus menjadikan dirinya menjadi orang
tua kedua, c) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan
bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan
pancasila.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu
kemampuan atau prestasi kerja guru yang meliputi empat dimensi yaitu job
knowledge, motivation, interpersonal relation with other, dan supervision
required.
3
42
2.3.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Guru merupakan kunci keberhasilan bagi peserta didiknya. Guru memiliki
peran yang sangat penting dalam pendidikan yaitu selain hanya sebagai pendidik
juga sebagai pembimbing sekaligus sebagai fasilitator bagi para peserta didiknya.
Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tidak
terlepas dari pengaruh faktor ekternal dan internal dalam kehidupannya.
Setyowati(2010) menyatakan 8 faktor yang mempengaruhi kinerja guru meliputi:
1. Kepribadian seseorang
2. Pengembangan profesi
3. Kemampuan mengajar
4. Hubungan dan komunikasi dengan rekan kerja
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Kedisiplinan
7. Kesejahteraan
8. Iklim kerja
Dengan kinerja yang optimal dalam sebuah kelembagaan, maka akan
tercapai produktivitas yang tinggi pula dalam lembaga tersebut, dan sebaliknya
apabila dalam lembaga tersebut kinerja yang tidak optimal maka produktivitas
yang rendah akan terjadi dalam lembaga tersebut.
4
42
2.3.2 Upaya Peningkatan Kinerja
Mulyasa (2004) menyatakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, antara lain:
a. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan
Dalam membina disiplin tenaga kependidikan harus berpedoman pada,
dari dan untuk tenaga kependidikan, sedangkan sekolah adalah tutwuri
handayani.
b. Pemberian Motivasi
Keberhasilan sebuah organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
yang datang dari luar ataupun yang berasal dari dalam organisasi tersebut. Dari
berbagai faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang paling dominan, hal
ini dikarenakan motivasi mampu menggerakkan faktor faktor yang lainnya dan
merupakan faktor yang paling utama dalam kinerja. Para tenaga kependidikan
akan bekerja dengan sungguh sungguh apabila memiliki motivasi yang sangat
tinggi. Begitu pula dengan guru pembimbing, karena guru pembimbing
merupakan salah satu dari tenaga kependidikan maka guru pembimbing akan
melakukan pekerjaannya dengan baik apabila ada motivasi untuk
melakukannya.
Salah satu yang menjadi motivator guru pembimbing adalah kepala
sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk dapat membangkitkan
motivasi kepada tenaga kependidikan, supaya kinerja tenaga kependidikan
dapat secara optimal.
c. Penghargaan (Rewards)
Penghargaan tidak kalah pentingnya dengan motivasi. Penghargaan
dilakukan dengan maksut untuk memotivasi kinerja tenaga kependidikan.
Apabila tenaga kependidikan yang berprestasi diberikan sebuah penghargaan
tentunya hal ini akan menjadikan seseorang dalam melaksanakan tanggung
jawabnya akan lebih baik lagi, hal ini juga dapat menjadi sebuah tantangan
bagi tenaga kependidikan yang tidak memiliki motivasi. Atau tingkat
kinerjanya yang rendah.
d. Persepsi
Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif
sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah dituntut
untuk menjadikan persepsi tenaga kependidikan yang baik, apabila iklim
tenaga kependidikan yang baik tentunya upaya peningkatan atau menciptakan
sebuah organisasi yang maju akan semakin mudah, dikarenakan para tenaga
kependidikan yang saling membutuhkan dan saling bekerja sama
5
42
2.3.3 Kinerja Guru Pembimbing Di Sekolah
Guru pembimbing merupakan petugas pelaksana utama yang mengkoordinir
semua kegiatan yang terkait dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan BK di
sekolah (Depdikbud, dalam Retno 2008). Agar guru pembimbing dapat
melaksanakan kegiatan BK disekolah dengan optimal maka mereka perlu
diberikan penambahan, perluasan dan pendalaman tentang konsep konsep yang
berhubungan dengan kinerja.
Agar suatu penilaian kinerja secara umum didasarkan pada sifat sifat dan
karakteristik dari macam pekerjaan dan orangnya, untuk menentukan parameter
ukurnya maka kinerja menurut AS’ad (2003) digolongkan kedalam empat dimensi
yaitu:
a) Job Knowledge
Job Knowledge adalah pengetahuan karyawan mengenai prosedur prosedur dan
bahan bahan termasuk dalam phase pekerjaan.
b) Motivation
Dorongan yang kuat untuk bekerja keras pada hari hari kerja
c) Interpersonal Relation With Others
Adalah kemampuan dari karyawan untuk bekerja dengan rekan sekerja serta
dengan atasannya
d) Supervision Required
Kemampuan dari karyawan untuk memecahkan masalah masalah dengan
pengawasan yang terbatas.
Dari uraian tentang keempat dimensi di atas maka Yusuf (2005)
menyebutkan kompetensi guru pembimbing sebagai berikut:
a. Memahami konsep konsep bimbingan dan konseling serta ilmu bantu
lainnya.
b. Memahami karakteristik pribadi siswa khususnya tugas tugas perkembangan
siswa beserta faktor faktor yang mempengaruhinya
c. Mensosialisasikan (Memasyarakatkan) program layanan bimbingan dan
konseling
d. Merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling
e. Melaksanakan program layanan bimbingan yaitu : layanan dasar bimbingan,
layanan responsif, layanan perencanaan individual, layanan dukungan
6
42
sistem. Dalam hal ini guru pembimbing dituntut untuk memiliki pemahaman
dan keterampilan dalam melaksanakan layanan layanan : orientasi,
informasi, bimbingan kelompok, konseling individual maupun kelompok,
pembelajaran, penempatan maupun referral
f. Mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa baik dalam
aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier).
g. Menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi. kegiatan tindak lanjut ini
mungkin bisa berbentuk: usaha perbaikan/penyempurnaan program,
peningkatan kualitas layanan, penambahan fasilitas, dan penyampaian hasil
evaluasi kepada pihak terkait disekolah
h. Menjadi konsultan bagi guru dan orangtua siswa. sebagai konsultan ia
berperan untuk menolong mereka, melalui pemberian informasi, konsultasi,
atau dialog tentang hal ihwal siswa. Dengan kegiatan ini guru dan orangtua
diharapkan dapat membantu siswa dalam rangka mengembangkan dirinya
secara optimal. konsultasi dengan guru, dapat ,menyangkut : motivasi belajar
siswa, tingkah laku siswa, kebiasaan belajar siswa, dan pengelolaan kelas.
i. Bekerjasama dengan pihak pihak lain yang terkait
j. Mengadministrasikan program layanan bimbingan
k. Menampilkan pribadi secara matang baik menyangkut aspek emosional,
sosial maupun moral-spiritual. Berdasarkan temuan penelitian, sifat pribadi
konselor atau guru pembimbing yang disenangi siswa adalah : baik
hati/ramah, mau membantu memecahkan masalah siswa, bertanggung jawab,
tidak pilih kasih/adil, berwawasan luas, memahami psikologi, kreatif,
disiplin, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
l. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan
model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa serta
perkembangan masyarakat (sosial – budaya atau dunia industri).
m. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatanya kepada kepala sekolah.
2.4 Kepemimpinan
2.4.1 Pengertian Kepemimpinan
Wirawan (dalam Sukono, 2009) menyatakan kepemimpinan sebagai proses
pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat nilai nilai
norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi visi. Kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk menggerakkan, memotivasi dan mengarahkan
7
42
suatu tindakan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
agar berjalan dengan baik.
Mulyasa (2004) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri sese-
orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai suatu “proses mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu”. Sementara Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai “kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi,
mengajak, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan
bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan
administrasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan merupakan faktor penting
dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci. Karena kepemimpinan
seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar
manusia dalam organisasinya.
Kepemimpinan seorang manajer akan mampu membedakan karakteristik satu
organisasi dengan organisasi lainnya, seperti organisasi pendidikan.
Kepemimpinan yang dinamik dan efektif merupakan sumber daya yang paling
pokok. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya secara
dinamik dan efektif bila memahami teori kepemimpinan sebagaimana dikatakan
oleh Sujak (1990). Dengan memahami teori kepemimpinan, manajer akan dapat
8
42
meningkatkan pemahaman terhadap dirinya sendiri, mengetahui beberapa kele-
mahan maupun potensi pribadinya, serta akan dapat meningkatkan pemahaman
terhadap bagaimana seperlunya memperlakukan bawahan.
2.4.2. Kepemimpinan Pendidikan
2.4.2.1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah men-
ciptakan situasi pendidikan sehingga guru-guru dapat mengajar dan melatih secara
inovatif dan siswa dapat belajar dan berlatih dengan baik. Sebagaimana
dirumuskan oleh Sarwono Prawirohardjo yang dikutip Rozana dan Sartono
(1995), pemimpin adalah orang yang berhasil menimbulkan perasaan ikut serta,
ikut bertanggung jawab pada bawahan atas pekerjaan yang sedang dise-
lenggarakan di bawah kepemimpinannya. Dalam melaksanakan fungsi tersebut,
Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab ganda, yaitu melaksanakan administrasi
sekolah sehingga tercipta situasi persekolahan yang baik dan menyenangkan. Di
samping itu Kepala Sekolah juga melaksanakan supervisi sehingga guru-guru
bergairah dan berkembang dalam menjalankan tugas-tugas kependidikan dan
membimbing siswa agar berkembang kemampuan siswa sesuai dengan program
pembelajaran dan sasaran pendidikan.
Dalam menjalankan fungsinya Kepala Sekolah melaksanakan kiat dan
strategi yang ditampilkan dalam bentuk perilaku kepemimpinan yang disebut
9
42
sebagai proses untuk menyatukan pekerjaan dan orang untuk mencapai tujuan
organisasi sekolah.
2.4.2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja
Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki fungsi penting dalam kaitan
dengan pengembangan profesionalisme guru. Prinsip-prinsip dan praktek
kepemimpinan Kepala Sekolah hendaknya dikaitkan dengan peran Kepala
Sekolah dan kedudukan pimpinan lainnya yang relevan beserta peran
kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua
siswa dan orang-orang lain di lingkungan komunitas sekolah.
Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan bukti bahwa
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi
adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan organisasi
banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan
penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi ke tujuan yang ingin dicapai.
Hal ini sejalan dengan gagasan Siagian (1994) bahwa arah yang hendak ditempuh
oleh organisasi menuju tujuan perlu sedemikian rupa hingga mengoptimalkan
pemanfaatan segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud
tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi
yang bersangkutan. Perumus serta penentu strategi dan taktik adalah pemimpin
dalam organisasi.
10
42
Sutermeister (dalam Umbu Tagela, 2004) mengemukakan ada beberapa fak-
tor penentu produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership
climate), tipe kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leaders). Sager
(dalam Mulyasa, 2004) mengemukakan 6 faktor yang ikut menentukan produk-
tivitas, yaitu pendidikan, teknologi, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal.
Berdasarkan uraian di depan, disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja
demi mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan perilaku kepemimpinan dalam
menerapkan Managemen Berbasis Sekolah, perlu dipahami bahwa setiap
pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawai, guru dan
siswa. Pemimpin sendiri perlu berbuat baik, pemimpin juga perlu menjadi contoh,
sabar dan penuh pengertian.
2.4.3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan (Bahasa Inggris : Leadership Style) diartikan sebagai
pola tindak seseorang dari seorang pemimpin sebagai ciri kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti
yang dipersepsikan orang-orang yang dipimpinnya (Davis & Newstorm, dalam
Umbu Tagela, 2004 ). Hal ini sejalan dengan pendapat (Hersey & Blanchard
dalam , Iganatius Onduko,1994) yang menyatakan bahwa : Gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku yang ditampilkan ketika mencoba mempengaruhi tingkah
11
42
laku orang lain seperti yang dipersepsikan oleh orang yang akan kita pengaruhi
tersebut.
Menurut Hersey & Kenneth H. Blanchard (dalam Iganatius Onduko, 1994)
pada dasarnya gaya kepemimpinan seseorang terbagi pada dua kecenderungan,
yaitu :
1. Berorientasi pada tugas (task behavior)
Gaya ini ditandai dengan adanya beberapa hal seperti : pemimpin
memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan, selalu mengadakan pengawasan
secara ketat, menyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dapat
dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin dan pemimpin lebih
menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan
bawahan.
2. Berorientasi pada hubungan (relationship behavior)
Sedangkan gaya kepemimpinan ini, sebaliknya ditandai dengan beberapa
gejala seperti berikut : pemimpin lebih memberikan motivasi daripada
memberikan pengawasan terhadap bawahan, pemimpin melibatkan bawahan
dalam pengambilan keputusan, pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan,
percaya, hubungan kerjasama yang saling hormat menghormati diantara sesama
anggota kelompok.
Selanjutnya Hersey dan Blanchard, dalam Umbu Tagela (2004)
membedakan dua kecenderungan tersebut ke dalam empat gaya kepemimpinan,
yaitu : Telling, Selling, Participating dan Delegating.
12
42
1. Gaya kepemimpinan Telling
Gaya kepemimpinan Telling adalah gaya kepemimpinan yang ditandai
perilaku pemimpin yang tidak mempercayai bawahannya dan banyak memberikan
instruksi kepada bawahan untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan
tanpa memperhatikan kualitas hubungan antar pribadi dengan bawahannya. Gaya
kepemimpinan ini pemimpin hanya memberikan instruksi dan pengarahan yang
jelas tentang sebuah tugas. Ciri dari gaya ini adalah : pemimpin memberikan
perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin menerangkan
kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakan, kapan harus
dilaksanakan pekerjaan itu, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan.
2. Gaya kepemimpinan Selling
Gaya kepemimpinan Selling adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin
menekankan dua arah serta membantu meningkatkan motivasi dan kepercayaan
diri anggota, tetapi pemimpin tetap memegang tanggung jawab dan
mengendalikan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan
tingginya tuntutan menyelesaikan tugas tetapi pemimpin juga sangat
memperhatikan kualitas hubungan dengan bawahannya. Ciri dari gaya selling ini
adalah: tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menerangkan keputusan,
pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan, pemimpin masih banyak
melakukan banyak pengarahan, pemimpin melakukan komunikasi dua arah.
13
42
3. Gaya kepemimpinan Participating
Gaya kepemimpinan Participating, adalah gaya kepemimpinan dimana
pemimpin dan anggota berbagi pengambilan keputusan dan pemimpin tidak
banyak atau hanya memberikan perintah secara langsung. Gaya ini ditandai
dengan perilaku pemimpin yang lebih banyak memfokuskan perhatian pada
kualitas hubungan dan kurang memperhatikan penyelesaian tugas-tugas. Gaya ini
ditandai dengan ciri tinggi hubungan dan rendah tugas, dimana pemimpin dan
bawahan saling memberikan gagasan dan membuat keputusan.
4. Gaya Kepemimpinan Delegating
Gaya kepemimpinan Delegating adalah gaya kepemimpinan dimana
pemimpin tidak memperhatikan tugas dan hubungan dengan bawahan. Gaya
kepemimpinan ini ditandai dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pemimpin
kepada bawahan untuk melakukan tugas sendiri dengan sedikit pengarahan dan
sedikit sekali kualitas hubungan antar personalnya. Ciri dari gaya ini adalah
mempunyai hubungan dan tugas rendah, pemimpin melimpahkan pembuatan
keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan, dimana seorang pemimpin
membutuhkan visi dan target yang jelas dari apa yang didelegasikan. Kurang
intensifnya delegating bisa membuat penafsiran dan pelaksanaan berbeda dari apa
yang diinginkan. Karena itu, jika ingin memakai gaya seperti ini, seorang
14
42
pemimpin harus bisa mengkomukasikan visi dan targetnya secara jelas, sehingga
para bawahannya bisa melihat dari hasil kerjanya.
Menurut Hersey & Blanchard Gaya kepemimpinan Selling dan
Participating, adalah gaya kepemimpinan yang secara teoritis mampu
mengembangkan kreativitas bawahan, karena gaya kepemimpinan tersebut lebih
berorientasi pada hubungan. Kepala Sekolah yang cenderung menggunakan gaya
tersebut akan berusaha memberikan rasa aman secara psikologis kepada
guru/siswa dan karyawan, memperhatikan perasaan dan kebutuhan guru, siswa
dan karyawan.
Gaya kepemimpinan Telling yang dengan ciri banyak memberikan instruksi
dan tidak memperhatikan kualitas hubungan kepada orang-orang yang dipimpin
secara teoritis akan menghambat perkembangan kreativitas. Demikian juga
dengan gaya kepemimpinan Delegating yang digunakan Kepala Sekolah secara
teoritis berhubungan secara negatif, karena mempunyai ciri rendah hubungan dan
rendah tugas, artinya dalam menerapkan gaya kepemimpinan Delegating Kepala
Sekolah sedikit sekali memberikan tuntunan dan arahan kepada guru demikian
juga dengan perhatian kepada hubungan antar pribadi tidak terlalu menjadi
perhatian.
15
42
2.4.4. Kriteria Keberhasilan Pemimpin
Untuk mengetahui apakah seorang pemimpin berhasil dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dengan baik, Mulyasa (2004) mengemukakan beberapa
kriteria, yaitu:
1) Dinamika organisasi.
2) Pengaruh atau kewibawaan pemimpin.
3) Sikap bawahan terhadap atasan.
Dari ketiga hal tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
1. Dinamika Organisasi
Organisasi berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dalam
kaitan dengan kepemimpinan seseorang dalam memimpin oraganisasi dapat
dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut (Mulyasa, 2004):
1) Penampilan Kelompok.
2) Pencapaian Tujuan Kelompok.
3) Berlangsungnya Hidup Kelompok.
4) Pertumbuhan Kelompok.
5) Kesiagaan Kelompok.
6) Kemampuan Menyelesaikan Krisis.
2. Pengaruh Pemimpin
Pengaruh atau kewibawaan pemimpin sangat menentukan keberhasilan.
Seorang pemimpin yang berhasil, dapat dilihat melalui berbagai kriteria (Mulyasa
2004), yaitu:
1) Apakah pemimpin mampu meningkatkan rasa kebersamaan kelompok, kerja
sama antar anggota, motivasi bawahan, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan pemecahan konflik di antara bawahan.
16
42
2) Apakah pemimpin menaruh perhatian terhadap efisiensi tenaga ahli yang
tersedia, pengaturan kegiatan, akumulasi dari berbagai sumber dan kesediaan
kelompok untuk menghadapi perubahan dan krisis.
3) Apakah pemimpin mampu meningkatkan kualitas kerja, menciptakan rasa
percaya diri bawahan dan menghasilkan kecakapan bawahan dan memberi
sumbangan terhadap pertumbuhan kejiwaan dan perkembangan bawahan.
3. Sikap Bawahan Terhadap Atasan
Bawahan dalam kehidupan organisasi tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seorang pemimpin. Sebab kepemimpinan itu sendiri merupakan proses
interaksi antara pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan. Oleh sebab itu
keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dari sikap bawahan terhadap
pemimpin itu sendiri, melalui indikasi berikut (Mulyasa, 2004):
1) Apakah bawahan merasa puas terhadap pemimpin dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dan hal-hal yang diharapkan bawahan.
2) Apakah bawahan merasa senang terhadap atasan, menghormati dan kagum
padanya.
3) Apakah bawahan mempunyai rasa tanggung jawab besar untuk melaksanakan
perintah atau sebaliknya melawan, atau bawahan tidak
memperhatikan/menyabot perintah atasan.
Ada beberapa gejala sikap bawahan terhadap kepemimpinan atasan, yaitu:
1) Ketidak hadiran atau absensi.
2) Perbuatan semaunya.
3) Kesedihan.
4) Keluhan terhadap atasan.
5) Permintaan pindah.
6) Pemogokan.
7) Sikap lambat.
8) Kejadian yang sengaja menyabot peralatan dan fasilitas
pelayanan
9) Sikap permusuhan terhadap atasan.
17
42
2.5 Hasil Hasil Penelitian Yang Relevan
Ikha (2010) Meneliti “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru di Gugus Diponegoro Kecamatan Bansari Kabupaten
Temanggung” hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dan signifikan
antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru. Berdasarkan
analisis distribusi frekuensi sebagian besar (51,9%) Guru SD di Gugus
Diponegoro Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung menyatakan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah dalam kategori sedang dan sebagian besar
(74,2%) kinerja guru pada kategori tinggi. Dari uji ANOVA dapat diketahui F
hitung (7,286) probabilitas 0,000, berarti lebih kecil dari 0,05 jadi HO ditolak dan
H1 diterima. Artinya koefisien regresi signifikan, artinya Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X) berpengaruh Terhadap Kinerja Guru (Y). Nilai angka
Adjusted R square menunjukkan koefisien determinasi sebesar 50,5% yang
berarti perubahan variabel kinerja guru (Y) disebabkan oleh dan gaya
kepemimpinan kepala sekolah (X), sedangkan sisanya 49,5% dijelaskan oleh
faktor faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini, misal jenjang
pendidikan dan masa kerja.
2.6 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Terdapat pengaruh yang signifikan
gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di SMP Sub Rayon
04 Kabupaten Semarang.