bab ii kajiapustaka bab ii kajian pustaka 2.1 landasan ...repository.untag-sby.ac.id/1144/3/bab...
TRANSCRIPT
17
BAB II KAJIAPUSTAKA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Strategi Pemasaran
Pemasaran bukan hanya berfokus pada penjualan saja, dimana kinerja
orang-orang yang berada di lingkup ini diukur semata-mata dari pencapaian target
penjualan yang seringkali ditetapkan secara intuitif. Menurut Tjiptono dan
Chandra (2012:6) dalam perkembangannya pemasaran memunculkan 3 (tiga)
aliran utama, yaitu:
1. Aliran komoditas
Aliran ini menekankan aspek pendistribusian dan pertukaran komoditas
terutama hasil pertanian dan produk manufaktur
2. Aliran institusional
Aliran ini berfokus pada peranan institusi pemasaran dalam menyediakan
barang dan mengatur peralihan kepemilikan dari produsen ke konsumen.
3. Aliran fungsional
Aliran ini berpusat pada fungsi-fungsi yang perlu dijalankan dalam rangka
memfasilitasi pertukaran barang melalui institusi pemasaran.
Seiring dengan perkembangannya aliran fungsional ini mengalami
pergeseran ke aliran manajemen pemasaran yang berfokus pada rancangan
pembuatan keputusan dalam mengelola fungsi-fungsi pemasaran. Sedangkan utuk
paradigma pemasaran itu sendiri mengalami pergeseran dari goods-dominant
18
logic (faktor kuncinya adalah output fisik dan transaksi diskrit) ke arah service-
dominant logic (factor kuncinya adalah intangibility, proses pertukaran dan
relasi).
Konsep pemasaran bertumpu pada 4 (empat) pilar utama yaitu pasar
sasaran (target market), kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi (integrated
marketing) dan profitabilitas. Keberhasilan pemasaran sangat ditentukan oleh
kemampuan organisasi/perusahaan dalam membedakan 5 (lima) jenis kebutuhan
(Tjiptono dan Chandra, 2012:20), yaitu stated needs, real needs, unstated needs,
delight needs, dan secret needs. Kemampuan dalam membedakan kelima jenis
kebutuhan tersebut akan berdampak pada 3 (tiga) tipe pemasaran, yaitu:
1. Responsive marketing, yaitu mengidentifikasi dan memenuhi stated needs.
2. Acticipative marketing, yaitu berusaha memperkirakan apa yang dibutuhkan
pelanggan dalam waktu dekat
3. Creative marketing, yaitu menemukan dan menghasilkan soulsi yang tidak
diduga pelanggan namun berpotensi ditanggapi secara antusias.
Dalam pemasaran dinamika lingkungan bisnis merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan, karena dia mampu mendatangkan peluang dan ancaman
yang berpotensi mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Ini semua
difasilitasi oleh digitalisasi aliran informasi yang semakin canggih. Seperti dengan
adanya kehadiran internet sekarang ini akan mempengaruhi dalam praktek
pemasaran misalnya mass-customization, online marketing, online research, e-
mail marketing, blog marketing, viral marketing, stealth marketing,
disintermediasi dan reintermediasi saluran distribusi, pemasaran melalui media
19
sosial seperti facebook, twitter, instagram dan lain-lain sebagainya. Dampak yang
akan timbul adalah perusahaan-perusahaan yang tidak siap dalam menghadapi
kenyataan tersebut akan terlindas dalam kompetisi dan akan dapat dipastikan
perusahaan-perusahaan tersebut terancam keberlangsungan hidupnya.
Keberhasilan terhadap suatu pemasaran tidak terlepas dari peranan dan
kontribusi strategi yang digunakan. Namun sampai saat ini belum tersedia
konsensus di kalangan akademik mengenai apa itu strategi. Strategi juga bisa
diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan
militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan (Tjiptono,
2008:3). Walaupun pada awalnya implementasi dari konsep strategi lebih
ditekankan pada konteks kemiliteran bukan pada aplikasi pemasaran, namun
seiring dengan perkembangannya konsep strategi militer ini seringkali diadaptasi
dan diterapkan dalam dunia bisnis seperti konsep yang ditawarkan oleh Sun Tzu,
Hannibal, dan Carl von Clausewitz.
Strategi pemasaran adalah suatu uraian tentang tindakan spesifik suatu
perusahaan yang bermaksud untuk melakukan tindakan untuk menarik pelanggan
potensial. Sebuah strategi pemasaran mengidentifikasi target pasar perusahaan,
bauran pemasaran yang terkait dengan empat P yaitu Product (produk), Place
(Tempat), Promotion (Promosi), dan Price (Harga) serta basis di mana perusahaan
berencana untuk membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Grewal
& Levy, 2014:38). Armstrong & Kotler (2015:107) juga menjelaskan bahwa
strategi pemasaran merupakan suatu logika pemasaran dimana perusahaan
20
berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang
menguntungkan dengan pelanggan.
Ferrell dan Hartline (2014:91) mengemukakan bahwa strategi pemasaran
menjelaskan bagaimana perusahaan akan memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Hal ini juga dapat mencakup kegiatan yang berhubungan dengan
menjaga hubungan dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti karyawan,
pemegang saham, atau mitra rantai pasokan (supply chain partner). Kerin et al
(2016:213) menjelaskan bahwa strategi pemasaran adalah sarana untuk mencapai
suatu tujuan daripada pemasaran, hal ini juga didukung oleh Ritson Neil
(2011:29) yang mendefinisikan strategi pemasaran sebagai suatu pengembangan
terorganisasi dari sumber daya pada area fungsional, dalam rangka mengejar
tujuan organisasinya.
Sedangkan Craven & Piercy (2006:30) mengatakan bahwa pemasaran
strategis adalah sebuah proses pengembangan strategi yang didorong oleh pasar
yang memperhitungkan sebuah lingkungan bisnis yang selalu berubah dan
kebutuhan untuk menyampaikan nilai pelanggan yang superior. Jadi Fokus dari
pemasaran strategi yaitu pada kinerja organisasi. Ini berarti dapat dimaknai bahwa
pada prinsipnya pemasaran strategis membahas mengenai proses yang harus
dilakukan dalam menetapkan sebuah strategi yang didorong oleh pasar agar dapat
mencapai sasaran perusahaan yaitu menyampaikan nilai pelanggan yang lebih
unggul dari pada nilai pelanggan yang disampaikan oleh para pesaing.
Penyampaian nilai pelanggan ini bukanlah hanya sekedar sebuah proses untuk
jangka pendek saja namun melainkan sebuah proses untuk jangka panjang karena
21
haruslah meliputi pembuatan, penyampaian, perawatan dan pengembangan nilai
pelanggan tersebut sehingga nantinya selalu dapat lebih unggul dibandingkan
dengan nilai yang disampaikan oleh para pesaing.
Pada hakikatnya, antara pemasaran (manajemen pemasaran) dengan
pemasaran strategi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek seperti jangka
waktu, proses dalam membuat keputusan, hubungan dengan lingkungan dan
lainnya. Ini dapat dilihat pada jangka waktu dari manajemen pemasaran bersifat
jangka pendek dimana proses dalam membuat keputusan cenderung bersifat top-
down dan keputusan yang diambil berkaitan dengan waktu tertentu dengan
lingkungan yang dianggap konstan. Sedangkan pemasaran strategi memiliki
jangka waktu yang bersifat jangka panjang dan keputusan yang diambil memiliki
implikasi untuk masa depan, dan proses dalam membuat keputusan cenderung
bersifat bottom-up, serta berada di lingkungan yang dianggap sering berubah dan
dinamis.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa strategi pemasaran merupakan suatu ide/pemikiran yang
bersifat runtun yang menjadi acuan dalam mencapai visi dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
2.1.2 Pemasaran Jasa
Zethaml, et. al dalam Lupiyoadi (2008:6) mengemukakan bahwa jasa
(service) merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk
produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara
22
bersamaan serta memberikan nilai tambah. Jasa dapat juga dikatakan sebagai
aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang
dilakukan dalam waktu tertentu, dalam bentuk suatu kegiatan yang akan
membawa hasil yang diinginkan kepada penerima, obyek maupun aset-aset
lainnya yang menjadi tanggungjawab pembeli (Lovelock et al, 2010:16). Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan pelanggan dan perusahaan adalah hubungan
transaksional dimana jasa yang ditawarkan oleh perusahaan akan dinilai apakah
sesuai dengan harapan pelanggan setelah pelanggan merasakan jasa yang
ditawarkan perusahaan. Jasa diberikan melalui kombinasi kompleks antara
barang, uang, dan institusi, karenanya basis layanan dalam setiap pertukaran tidak
selalu kentara.
Tjiptono (2014:17) menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga kata dalam
Bahasa Indonesia sebagai padanan kata yang tepat untuk istilah service, yakni:
1. Jasa, umumnya mencerminkan produk tidak berwujud fisik (intangible) atau
sektor industri spesifik, seperti Pendidikan, kesehatan, telekomunikasi,
transportasi, asuransi, perbankan, perhotelan, konstruksi, perdagangan,
rekreasi, dan seterusnya.
2. Layanan, merupakan segala sesuatu yang dilakukan pihak tertentu kepada
pihak lain, seperti layanan pelanggan (customer service) yang mencakup
aktivitas menjawab pertanyaan pelanggan, menangani complain, memproses
pesanan, menginstalasi produk, mereparasi setiap kerusakan, dan seterusnya.
3. Servis, lebih mengacu konteks reparasi, seperti servis sepeda motor, servis
peralatan elektronik, dan seterusnya.
23
Jasa memiliki sifat dan karakteristik yang harus dipahami oleh para
pelaku pasar. Menurut Kotler dan Keller (2012:37) karakteristik jasa adalah
simultaneously (diproduksi dan dikonsumsi secara simultan), non ownership
(tidak dapat dimiliki), intangible (tidak berwujud), inseparability (berinteraksi
secara langsung dengan personel yang ada dalam perusahaan dan merupakan
bagian nyata dari proses produksi), variability (tidak dapat distandarisasi atau
sangat bervariasi), daan verishability (tidak dapat disimpan). Interaksi antara
personel dalam perusahaan dalam proses produksi dan rasa saling percaya satu
sama lainnya agar hubungan itu menjadi hubungan yang saling menguntungkan
dan berlangsung dalam waktu yang lama menunjukkan bahwa pelanggan internal
sangat penting peranannya dalam pemasaran jasa.
Pemasaran jasa berbeda dengan pemasaran produk barang, sebab barang
dapat dijelaskan sebagai objek fisik yang dapat dimiliki pelanggan namun jasa
hanya bisa dinikmati nilainya oleh konsumen tanpa memperoleh kepemilikan
(Kotler dalam Sangaji, 2013:93). Pemasaran jasa dilakukan pada saat konsumen
berhadapan langsung dengan produsen tanpa mempedulikan fitur dan
kemasannya, sehingga evaluasi yang diberikan pelanggan menjadi lebih
kompleks.
Pemasaran jasa merupakan perencanaan dan pelaksanaan terkoordinasi
kegiatan-kegiatan pemasaran, operasi, dan sumber daya manusia yang penting
bagi keberhasilan perusahaan jasa. Lupiyoadi (2008:131) mengatakan pemasaran
jasa adalah Setiap tindakan yang ditawarkan oleh salah satu pihak yang secara
prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.
24
Pemasaran jasa mempunyai bauran pemasaran berbeda dengan bauran pemasaran
pada umumnya, dimana dalam pemasaran hanya terdapat product, price, place
dan promotion sedangkan dalam pemasaran jasa terdapat product, price, place,
promotion, process, physical environment dan people (Lovelock, 2010:33). Hal
ini menjadikan bauran pemasaran jasa lebih kompleks karena menyangkut
beberapa aspek terkait dengan manusia dan lingkungan.
Pemasaran jasa telah menjadi bagian terbesar dari kegiatan
perekonomian sekarang ini. Salah satunya adalah di sektor pendidikan yang
dilakukan oleh perguruan tinggi. Berdasarkan klasifikasi organisasi perdagangan
dunia (World Trade Organization – WTO), sesuai dengan GATS/WTO-Central
Product Classification/MTN.GNS/W/120, jasa pendidikan termasuk dalam salah
satu klasifikasi bisnis jasa. Lupiyoadi (2008:148) menyatakan bahwa ada
beberapa karakteristik jasa pada perguruan tinggi, yaitu:
1. Perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok jasa murni, dimana
pemberian jasa didukung alat kerja atau sarana pendukung semata.
2. Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa (mahasiswa),
yang dalam hal ini mahasiswa yang mendatangi lembaga Pendidikan
tersebut untuk mendapatkan jasa yang diinginkan.
3. High contract system. Pelanggan harus menjadi bagian dari system jasa.
4. Hubungan dengan pelanggan berdasarkan hubungan keanggotaan
(member relationship).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
25
pihak tertentu dengan memberikan suatu produk kepada pihak lain dimana pihak
pemberi tidak kehilangan produk tersebut. Penelitian ini akan memfokuskan
pembahasan pada pemasaran jasa Pendidikan di perguruan tinggi swasta.
2.1.3 Sistem Informasi Akademik
Menurut Hardcastle (2011:15) sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai
kumpulan komponen yang bekerja sama menuju tujuan bersama. Tujuan suatu
sistem adalah menerima masukan dan mengubahnya menjadi keluaran. Hal
senada juga diungkapkan oleh Ramachandra dan Srinivas (2012:34) yang
menyatakan bahwa sebuah sistem adalah kumpulan elemen yang digabungkan
untuk mencapai tujuan bersama yaitu kelompok elemen yang diatur dengan
tujuan. Sistem sering memiliki banyak tujuan. Sistem ini menggunakan perangkat
keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan
keputusan dan database. Sebuah sistem terdiri dari sub-sistem, yang dapat disusun
ke sub-sistem lebih lanjut. Sub-sistem mengirim dan menerima data satu sama
lain. Hubungan data dengan informasi adalah bahan baku sampai produk jadi.
Informasi kata adalah data yang diolah, data yang berguna atau relevan, data
dengan nilai surprise, data yang berguna dalam proses pengambilan keputusan
(Yaser, et. al, 2014:23).
Sistem yang menggunakan teknologi modern dapat menyajikan informasi
kepada pengguna dalam format yang mudah dimengerti sehingga memungkinkan
mereka untuk menggunakan sistem informasi secara efektif dan meningkatkan
kinerjanya, kualitas sistem yang tinggi membawa pada kualitas informasi yang
26
tinggi. Kualitas informasi yang tinggi membantu Organisasi dalam mengelola
proses bisnis mereka, membuat keputusan, dan memperbaiki kinerja organisasi
(Al-Mamary, Shamsuddin, & Aziati, 2014:8). Pemanfaatan sistem dalam aktifitas
rutin merupakan tingkat dan cara di mana staf dan pelanggan memanfaatkan
kemampuan sistem informasi (Petter ,S., & DeLone, W., & McLean,E. 2008:260).
Peranan sistem informasi akan dianggap sebagai salah satu tindakan yang paling
penting dan mencapai kesuksesan secara keseluruhan akan bergantung pada
kepuasan pengguna (Urbach ,N.,& Smolnik ,S.,& Riempp,G, 2010:201). Hal ini
juga didukung oleh Petter dan Mclean dalam penelitian nya yang menyatakan
bahwa kepuasan pengguna atau user merupakan suatu pertanda Persetujuan atau
kecocokan dan kepuasan pengguna terhadap produksi sistem informasi (Petter ,S.,
& McLean,E.R, 2009:160).
Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir, berbagai jenis sistem informasi
dikembangkan untuk tujuan yang berbeda, tergantung pada kebutuhan bisnis yang
diinginkan. Masing-masing memainkan peran yang berbeda dalam hirarki
organisasi dan operasi manajemen (Al-Mamary et al., 2014:7).
Peningkatan ketergantungan organisasi pada sistem informasi mendorong
perhatian manajemen terhadap peningkatan kualitas sistem informasi.
Meningkatkan kualitas teknologi informasi (TI) adalah salah satu perhatian utama
yang dihadapi eksekutif TI. Karena kualitas TI adalah ukuran multidimensi,
penting untuk menentukan aspek kualitas TI mana yang penting bagi organisasi
untuk membantu Chief Information Officers (CIO) merancang strategi
peningkatan kualitas TI yang efektif (Gorla, Somers, & Wong, 2010:208). Sistem
27
Informasi Manajemen (Management Information System) didefinisikan sebagai
suatu system berbasis computer yang membuat informasi tersedia bagi para
pengguna yang memiliki kebutuhan serupa (McLeod, et al, 2008:12). Hal ini
didukung oleh pendapat Rochaety et al (2013:10) bahwa Sistem Informasi
Manajemen merupakan perpaduan antara sumber daya manusia dan aplikasi
teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil
kembali data dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan.
Sistem informasi memiliki sinergi positif dan sinergi negatif. Sinergi
positif sistem informasi adalah sinergi antara system informasi yang disajikan
dengan baik serta pemahaman strategi perusahaan yang memadai, yang akan
menghasilkan sebuah strategi perusahaan yang baik dan bisa dipertanggung-
jawabkan. Sedangkan sinergi negatif dari sistem informasi adalah di saat sistem
informasi tidak mampu menyajikan informasi yang dibutuhkan maka akan
berdampak terhadap pengambil keputusan (Rochaety, 2013:52).
Kebutuhan akan perangkat sistem informasi manajemen yang berkualitas
dan modern mampu memberi pengaruh yang besar bagi kemajuan perusahaan,
khususnya dalam membantu mempercepat proses pengambilan keputusan. Untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari setiap tingkatan manajemen dapat dipenuhi 3
(tiga) macam sistem informasi manajemen (Nugroho, 2008:9) yaitu Sistem
Pemrosesan Transaksi, Sistem Pengendalian Manajemen, dan Sistem Pendukung
Pengambilan Keputusan.
Raymond dan Bergeron (2008:214) mengatakan bahwa kualitas keluaran
informasi oleh Performance Management Information System (PMIS) sangat
28
terkait dengan aspek teknis dan pelayanan sistem, yaitu kualitas sistem. Menurut
Hasan et al. (2013:16) ada hubungan yang signifikan antara kualitas sistem dan
kualitas informasi. Kualitas sistem (System quality) digunakan untuk mengukur
kualitas sistem teknologi informasinya sendiri, beberapa peneliti telah
mengembangkan beberapa pengukuran untuk memproksi kualitas sistem.
Swanson dalam Jogiyanto (2007:49) menggunakan pengukuran apresiasi terhadap
SIM oleh para pemakai manajer untuk mengukur kualitas sistem. Item-item
pengukaran yang digunakannya adalah :
1. Keandalan dari sistem komputer (reliability of the komputer System);
2. Waktu respon on-line (on-line response time);
3. Kemudahan menggunakan terminal (the ease of terminal use), dan lainnya.
Emery menggunakan konsep karakteristik sistem (System
characteristics) untuk mengukur kualitas sistem informasi. Karakteristik sistem
(System characteristics) yang diukur adalah:
1. Isi dari basis-data (content of the database),
2. Agregrasi dari rincian-rincian (aggregation of details),
3. Faktor manusia (human factor),
4. Waktu respon (respon time), dan
5. Akurasi sistem (System accuracy).
Dari beberapa penelitian yang telah dilaporkan oleh DeLone dan
MCLean digunakan penelitian yang dilakukan Belardo, Karwan, dan Wallace
yang menggunakan pengukuran kualitas sistem informasi manajemen sebagai
berikut sebagai indikator (Jogiyanto, 2007:49), yaitu:
29
1. Keandalan
2. Waktu respon
3. Kemudahan pengguna
4. Kemudahan dipelajari
Sistem informasi manajemen tidak hanya dikembangkan berdasarkan
kebutuhan tiap tingkatan manajemen namun juga telah dikembangkan
berdasarkan area fungsional manajemen. Termasuk pada institusi pendidikan atau
perguruan tinggi. Seperti halnya perusahaan, pola manajemen yang diterapkan
pada perguruan tinggi sangat variatif sehingga sistem informasi manajemen yang
diterapkan juga bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Namun pada
prinsipnya sistem informasi manajemen yang berlaku tetap mengacu pada
pelaksanaan kegiatan tri dharma perguruan tinggi yakni kegiatan pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta butir-butir penilaian yang
terdapat dalam borang akreditasi perguruan tinggi.
Adapun sistem informasi manajemen yang umum digunakan saat ini di
perguruan tinggi seperti sistem informasi akademik, sistem informasi
kemahasiswaan dan alumni, sistem informasi keuangan, sistem informasi
perpustakaan, sistem informasi sarana dan prasarana, serta sistem informasi
ketenagaan.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi akademik merupakan salah satu penerapan
sistem informasi yang akan berinteraksi dengan sistem informasi lain untuk
menyediakan informasi baik untuk kebutuhan manajerial maupun kebutuhan
30
operasi. Penelitian ini akan memfokuskan pembahasan pada sistem informasi
akademik mahasiswa. Sistem informasi akademik mahasiswa merupakan
implementasi sistem informasi manajemen yang berhubungan langsung dengan
konsumen, yaitu mahasiswa. Sistem informasi akademik menjadi jembatan
mahasiswa untuk berhubungan secara langsung dengan kampus. Sistem informasi
akademik membantu mahasiswa dalam pengajuan kartu rencana studi (KRS),
mengetahui jadwal kuliah, jadwal ujian, hasil ujian, pengumuman, pengajuan
surat keterangan dan administrasi lainnya tanpa harus datang ke kampus.
Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah keandalan, waktu
respon, kemudahan pengguna dan kemudahan dipelajari.
2.1.4 Kualitas Layanan
Kualitas layanan merupakan ukuran seberapa dekat ekspektasi pelanggan
terhadap persepsi layanan dan harapan-harapan pelanggan. Kualitas layanan
memeriksa seberapa baik pemberi layanan memahami harapan pelanggan mereka
dan seberapa baik proses internalnya mendukung pemberian layanan berkualitas
terbaik. Walaupun ada kekurangan yang signifikan dalam memenuhi harapan
pelanggan, pemberi layanan harus memiliki pemahaman yang baik tentang
harapan sebenarnya yang diinginkan pelanggan dan harus berfokus pada dimensi
yang menerima peringkat dan atribut terendah dengan nilai kesenjangan yang
tinggi (Ramseook-munhurrun, Lukea-bhiwajee, & Naidoo, 2010:38). Minat dan
perhatian pada pengukuran kualitas jasa baru berkembang sejak dekade 1980-an
(Tjiptono dan Chandra, 2011:162).
31
Guna memenuhi kebutuhan masyarakat, Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) menegaskan bahwa layanan berkualitas hendaknya
sesuai dengan sendi-sendi sebagai berikut (Hardiansyah, 2011:141):
1. Kesederhanaan dalam arti bahwa prosedur mudah, lancar, cepat dan tidak
berbelit
2. Kejelasan dan kepastian menyangkut tat acara dan persyaratan layanan umum
3. Keamanan
4. Keterbukaan dalam arti wajib diinformasikan
5. Efisien
6. Ekonomis
7. Keadilan yang merata
8. Ketepatan waktu pelaksanaan
Gronroos dalam Tjiptono (2014:268) menyatakan bahwa kualitas total
suatu jasa terdiri atas tiga komponen utama, yaitu:
1. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
jasa yang diterima konsumen. Berdasarkan riset Zeithaml, et al. dalam
Tjiptono (2014:268) technical quality dapat dirinci lagi menjadi:
a. Search quality, yaitu dapat dievaluasi sebelum dibeli. Contohnya harga.
b. Experience quality, yaitu hanya dapat dievaluasi setelah dikonsumsi.
Contohnya ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapian hasil.
c. Credence quality, yaitu sukar dievaluasi pelanggan sekalipun telah
mengkonsumsi jasa. Contoh kualitas operasi bedah jantung.
32
d. Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
Ada begitu banyak indikator-indikator kualitas layanan yang dipaparkan
oleh para pakar ekonomi. Namun tidak semuanya yang dapat diterapkan dalam
bisnis jasa atau layanan. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam risetnya
menemukan adanya overlapping di antara dimensi kualitas layanan yang telah
mereka identifikasi pada riset sebelumnya, sehingga mengerucut dari 10 dimensi
menjadi 5 dimensi (Tjiptono dan Chandra, 2011:198). Kelima dimensi itu adalah:
1. Reliabilitas (Reliability)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang
akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan
menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Daya tanggap (Responsiveness)
Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk
membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta
menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa
secara cepat.
3. Jaminan (Assurance)
Yaitu perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para
pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap
sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap pertanyaan ataua masalah pelanggan.
33
4. Empati (Empathy)
Berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak
demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada
para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Bukti fisik (Tangibles)
Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang
digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.
Kualitas layanan yang dirasakan oleh konsumen akan menentukan
persepsi mereka terhadap kinerja yang akan berdampak pada rasa puas dan
kesetiaan konsumen, sehingga pada akhirnya akan menjadi salah satu faktor yang
akan mendukung kemampuan bersaing suatu perusahaan terhadap perusahaan
pesaingnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Lee yang berpendapat bahwa
sangat penting untuk fokus pada peningkatan kualitas layanan teknologi yang
digunakan serta kualitas layanan interpersonal (Lee & Yang, 2013:55). Disamping
itu seiring dengan semakin kuatnya posisi pasar, perusahaan akan semakin
kompetitif dalam biaya rata-rata dikarenakan skala ekonomis. Karena biaya
berhubungan secara negatif dengan profitabilitas, maka biaya yang rendah akan
menyebabkan peningkatan profitabilitas.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh perguruan tinggi swasta
adalah memeriksa seberapa baik perguruan tinggi swasta memberikan layanan,
memahami harapan mahasiswa sebagai pelanggan dan seberapa baik proses
internalnya mendukung pemberian layanan berkualitas terbaik. Penelitian ini akan
34
memfokuskan pembahasan pada kualitas layanan perguruan tinggi sebagai
penyedia layanan pada mahasiswa sebagai konsumen.
2.1.5 Customer relationship marketing
Relationship marketing merupakan implementasi dari falsafah orientasi
kepada pelanggan yang memungkinkan perusahaan mempertahankan pelanggan
melalui loyalitas dan komitmen yang diperoleh dari pelanggan (Lupiyoadi, et al,
2008:21).
Menurut Hawkins & Mothersbaugh (2013:129) Relationship marketing
memiliki 5 elemen kunci, yaitu:
1. Mengembangkan layanan inti atau produk sekitar yang untuk membangun
hubungan pelanggan
2. Menyesuaikan hubungan dengan pelanggan individu
3. Menambah layanan inti atau produk dengan manfaat tambahan
4. Harga sedemikian rupa untuk mendorong loyalitas
5. Pemasaran kepada karyawan sehingga mereka akan melakukan dengan baik
untuk pelanggan.
Sebenarnya tujuan utama relationship marketing adalah untuk
menemukan life time value dari customer. Setelah diperoleh life time value maka
akan dilanjutkan pada tahap bagaimana agar life time value masing-masing
kelompok customer dapat terus meningkat. Dan akhirnya bagaimana
menggunakan profit yang telah diperoleh untuk mendapatkan customer-customer
baru dengan biaya yang relatif murah.
35
Customer relationship marketing berfokus pada pemahaman akan
kebutuhan konsumen dan membangun hubungan dengan pelanggan satu demi satu
(Hawkins, et al, 2013:132). Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang mendalam dan
akurat dalam situasi, perilaku, kebutuhan dan prefensi konsumen. Pemahaman
mengenai hubungan pemasaran konsumen (Customer relationship marketing)
penuh dengan anteseden, hasil, serta aktifitas hubungan pemasaran itu sendiri.
Customer relationship maketing berfokus pada proses untuk membangun
hubungan dengan customer. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang mendalam dan akurat dalam memahami situasi, perilaku, kebutuhan dan
prefensi customer. Menurut Gronross dalam Harun (2011:63) ada beberapa
ukuran Customer relationship maketing yaitu:
1. Fokus konsumen jangka panjang
2. Membuat komunikasi dengan konsumen
3. Melibatkan organisasi-anggota dalam aktifitas pemasaran
4. Mengembangkan budaya layanan untuk konsumen
5. Memperoleh dan menggunakan informasi konsumen
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Customer relationship marketing pada perguruan tinggi swasta
merupakan tindakan yang memungkinkan perguruan tinggi membangun aliansi
jangka panjang dengan mempertahankan mahasiswa dan mendapatkan calon
mahasiswa dengan cara membangun suatu kemitraan sehingga menumbuhkan
loyalitas konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Penelitian ini akan
36
memfokuskan pembahasan pada customer relationship maketing perguruan tinggi
sebagai penyedia layanan pada mahasiswa sebagai konsumen.
2.1.6 Citra
Customer dalam menentukan pilihan terhadap suatu produk tidak hanya
berdasarkan kebutuhan semata, namun ada hal lain yang diharapkan. Citra sudah
mulai diperkenalkan pada tahun 1950-an dalam berbagai konteks seperti citra
terhadap organisasi (organization image), citra terhadap perusahaan (corporate
image), citra terhadap nasional (country image), citra terhadap merk (brand
image), public image, self image dan masih banyak yang lainnya. Citra
merupakan serangkaian sifat tangible dan intangible seperti ide, keyakinan, nilai-
nilai, kepentingan dan fitur yang membuatnya unik (Hasan, 2013:210). Citra
merupakan kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan (Soemirat dan Ardianto, 2007:115).
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang.
Citra menunjukkan kesan suatu obyek terhadap obyek lain yang
terbentuk dalam memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber
terpercaya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu
(Alma, 2013:317). Nama baik saja belum cukup untuk dapat memberikan jaminan
terhadap citra sebuah perusahaan atau organisasi, karena citra yang kuat hanya
akan didapatkan bila namanya telah dikenal luas dan memiliki reputasi yang luar
biasa. Ini diungkapkan oleh Peters dalam Wijatno (2009:338) yakni “A strong
37
image is the sum of name recognition and reputation, the result of professional
and creative efforts and of professional communication with all the target groups
important to the organization”. Citra perusahaan dianggap sebagai persepsi
masyarakat terhadap jati diri perusahaan atau organisasi dengan manfaat sebagai
berikut (Ardianto, 2011:65):
1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap
Perusahaan berusaha memenangkan persaingan pasar dengan menyusun
stategi pemasaran taktis.
2. Menjadi perisai selama krisis
Sebagian besar masyarakat dapat memahami atau memaafkan kesalahan yang
dibuat perusahaan dengan citra baik, yang menyebabkan mereka mengalami
krisis.
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal, yang mana eksekutif handal adalah aset
perusahaan.
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran
5. Menghemat biaya operasional karena citranya yang baik.
Sebuah perusahaan harus bisa menciptakan citra yang baik dan kuat bagi
perusahaannya, sehingga akan menumbuhkan karakter dan kepribadian tersendiri
pada perusahaan tersebut yang menjadi daya tarik dan nilai jual yang tidak
dimiliki oleh pesaingnya. Citra baik yang dimiliki suatu perusahaan akan mampu
menjadi penghalang bagi perusahaan kompetitor yang ingin memasuki segmen
pasar yang sedang dilayani sehingga akhirnya perusahaan tersebut akan mampu
menempatkan dirinya pada posisi market Leader. Citra suatu perusahaan itu
38
meliputi nama baik, reputasi atau keahlian (Wijatno, 2009:337). Keberhasilan
perusahaan atau organisasi membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Menurut Sutojo dalam Ardianto (2011:63) dari sekian banyak faktor terdapat lima
faktor yang besar pengaruhnya, yaitu:
1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan
diinginkan kelompok sasaran
2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis
3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan
4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran
5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa citra perguruan tinggi swasta merupakan adalah suatu hal
yang dimiliki dan terpancar dari dalam diri atau reproduksi jati diri perguruan
tinggi swasta itu sendiri yang dibangun dengan suatu komitmen dan konsiten
terhadap tujuan. Penelitian ini akan memfokuskan pembahasan pada bagaimana
citra perguruan tinggi swasta sebagai penyedia layanan pada mahasiswa sebagai
konsumen.
2.1.7 Trust
Trust (Kepercayaan) sangat penting dalam membangun dan membina
suatu hubungan kerjasama dalam jangka panjang. Karena hubungan yang
terbentuk disebabkan oleh adanya kepercayaan yang tinggi dan komunikasi
yang sangat baik sehingga akan timbul keinginan dari pihak-pihak yang
39
berkepentingan untuk melaksanakan komitmen mereka. Kata trust
(kepercayaan) berasal dari bahasa Jerman trust yang berarti kenyamanan
(comfort). Dalam berbagai macam persoalan/permasalahan seseorang percaya
kepada orang yang menunjukkan bahwa dia layak untuk mendapatkan
kepercayaan. Kepercayaan itulah yang akan menjadi jaminan dari suatu
hubungan yang mengikat orang-orang dalam sebuah kerjasama atau perjanjian.
Kepercayaan adalah fenomena yang bergantung pada konteks dan tingkat
kepercayaan antar mitra tidak dapat diukur dengan mudah terutama pada
lingkungan bisnis yang dinamis. Kepercayaan menekankan untuk berfokus pada
beberapa karakteristik seperti kebajikan, integritas, kemampuan, keandalan,
kredibilitas, dan lain-lain. Keputusan untuk percaya memerlukan banyak
penilaian sehingga kepercayaan harus diukur dari berbagai perspektif tergantung
konteks pada berbagai tingkat dalam hubungan dari Persepsi dan perhitungan
trustor (Laeequddin, Sahay, Sahay, & Abdul Waheed, 2010:66). Morgan dan
Hunt dalam Buttle (2007:20) menyatakan bahwa kepercayaan terjadi ketika
seseorang yakin dengan reliabilitas dan integritas orang yang dipercayai.
Kepercayaan lebih tertuju kepada pihak lain dimana orang dapat mempercayai
karakteristik orang lain.
Hasil penelitian Kim et al menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen
merupakan salah satu faktor yang memiliki dampak kuat terhadap keputusan
pembelian konsumen, terutama memiliki efek kuat pada kepercayaan konsumen
Internet di Situs Web (Kim, Ferrin, & Rao, 2008:562). Menurut Mayer et al.
dalam Rofiq et al. (2010:2) faktor yang membentuk kepercayaan seseorang
40
terhadap yang lain ada tiga, yaitu :
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan penjual/organisasi dalam mempengaruhi atau mengotorisasi
wilayah yang spesifik. Mampu menyediakan, melayani, sampai
mengamankan transaksi dari gangguan pihak lain.
2. Kebaikan Hati (Benevolence)
Penjual dapat memberikan manfaat yang saling menguntungkan antara
dirinya dan konsumen. Profit yang diperoleh penjual dapat
dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga tinggi. Penjual bukan
mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian yang
besar dalam mewujudkan keinginan konsumen.
3. Integritas (Integrity)
Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual
dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen
apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk/jasa yang di
jual apakah dapat dipercaya atau tidak.
Kepercayaan tidak datang dengan sendirinya namun harus diupayakan.
Kepercayaan diyakini sebagai motivasi dominan untuk pilihan banyak orang
sehingga dapat mendatangkan banyak keuntungan (Brülhart & Usunier,
2012:22). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepercayaan merupakan refleksi dari
beberapa komponen, yaitu:
1. Credbility
Didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan pada organisasi lain dan
41
membutuhkan keahlian untuk menghasilkan efektivitas dan keandalan
pekerjaan.
2. Benevolence
Didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan yang memiliki tujuan dan
motivasi yang menjadi kelebihan untuk organisasi lain pada saat kondisi
yang baru muncul, yaitu kondisi dimana komitmen tidak terbentuk.
3. Timbal balik (Reciprocity)
4. Manfaat dari kepercayaan (Benefit of trust)
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa trust (kepercayaan) terhadap perguruan tinggi swasta
merupakan suatu kondisi di mana masyarakat dan mahasiswa yang terlibat
yakin dengan keandalan dan integritas pihak perguruan tinggi swasta. Penelitian
ini akan memfokuskan pembahasan pada bagaimana trust (kepercayaan) yang
diperoleh perguruan tinggi swasta sebagai penyedia layanan.
2.1.8 Keunggulan Bersaing
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa kemampuan dinamis merupakan
salah satu kunci dalam mencari keunggulan kompetitif dalam manajemen
strategis. Namun masih ada perdebatan tentang definisi dan efek kemampuan
dinamis dan peran dinamisme lingkungan. Dalam konteks negara-negara
berkembang mendefinisikan kemampuan dinamis sebagai potensi perusahaan
untuk memecahkan masalah secara sistematis, yang dibentuk oleh
kecenderungannya untuk merasakan peluang dan ancaman, untuk membuat
42
keputusan yang tepat waktu, dan menerapkan strategi Keputusan dan perubahan
secara efisien untuk memastikan arah yang benar, dan juga mengeksplorasi
hubungan antara kemampuan dinamis dan keunggulan kompetitif serta peran
dinamisme lingkungan berkompetisi (Li & Liu, 2014:297).
Keunggulan menunjukkan visi harmonis dunia dalam melihat semua
budaya dan tradisi serta mengakui sebagai cakrawala umum tanggung jawab
global. Keunggulan merupakan salah satu gagasan yang dimiliki oleh semua
peradaban walaupun bervariasi tentang pengertian apa yang terbaik (Jahanbegloo,
2014:180). Penelitian ini memfokuskan menelaah tentang keunggulan perguruan
tinggi. Ancaman yang paling berbahaya untuk posisi pasar perguruan tinggi
adalah kompetisi, terutama dari perguruan tinggi yang tampaknya lebih fleksibel
dan berorientasi pasar. Pemahaman nilai dan pentingnya penerapan konsep
pemasaran di bidang pendidikan tinggi merupakan prasyarat untuk kinerja pasar
yang berhasil, karena perubahan dinamis dalam kebutuhan, persyaratan dan nilai-
nilai dari semua pemangku kepentingan (Stimac & Simic, 2012:33).
Keunggulan Bersaing meupakan sebuah langkah nyata perusahaan dalam
melakukan pemilihan dan pengimplementasian sebuah strategi umum untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulannya (Porter, 2008:85). Perusahaan
melakukan apapun dengan sangat baik dibandingkan dengan kompetitornya. Pada
saat suatu perusahaan dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh
kompetitornya, atau mempunyai sesuatu yang diinginkan sekali oleh
kompetitornya, dapat dikatakan sebagai keunggulan bersaing perusahaan tersebut
(David, 2011:59).
43
David Besanko et al (2013:141) menyatakan bahwa keunggulan bersaing
suatu perusahaan adalah pada saat sebuah perusahaan memperoleh keuntungan
yang lebih tinggi secara ekonomi dibandingkan dengan rata-rata keuntungan dari
perusahaan yang lain yang berkompetisi dalam pasar yang sama. Ini didukung
oleh Ferrell et al (2014:98) yang mengatakan sesuatu yang perusahaan lakukan
lebih baik dibandingkan pesaingnya yang memberikan keunggulan dalam
melayani kebutuhan pelanggan dan/atau mempertahankan hubungan yang saling
memuaskan dengan pemegang saham utama. Keunggulan bersaing bertumpu pada
keunggulan khusus, dimana suatu perusahaan mempunyai kekuatan khusus yang
mendorong perusahaan tersebut untuk melakukan diferensiasi produknya
dibandingkan dengan produk kompetitornya, atau menawarkan harga yang lebih
murah dibandingkan kompetitornya (Hill & Jones, 2015:126). Hal ini sejalan
dengan pendapat Armstrong dan Kotler (2015:171) bahwa keunggulan bersaing
sebagai suatu keuntungan lebih dibandingkan kompetitor yang didapatkan dengan
menawarkan nilai pelanggan yang lebih kuat, baik dengan harga yang lebih
murah, atau menyediakan keuntungan yang lebih besar daripada soal harganya.
Robbins & Coulter (2007:70) mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai
faktor-faktor yang membedakan atau sisi (edge) yang berbeda dari sebuah
perusahaan. Mereka berdua mengaitkan keunggulan bersaing dengan kompetensi-
kompetensi inti (core competencies). Keunggulan bersaing sebuah organisasi
tidak hanya ditentukan oleh faktor eksternal namun juga sumber internal yang
mencakup berbagai area. Konsep keunggulan bersaing diwujudkan melalui
tindakan manajemen yang tepat saat mengelola struktur, proses, budaya dan
44
orang-orang suatu organisasi (Wen-Cheng, Chien-Hung, & Ying-Chien,
2011:101).
Saat ini kompetisi antar perguruan tinggi dalam merekrut mahasiswa baru
semakin meningkat. Setiap perguruan tinggi harus dapat menciptakan keunggulan
kompetitif melalui peningkatan kualitas layanan kepada pelanggan. Universitas
menggunakan sistem teknologi informasi sebagai tindakan dalam pemenuhan
kualitas layanan kepada pelanggan (Tanuwijaya, 2012:75). Perguruan tinggi yang
akan berhasil dalam persaingan didasarkan pada kemajuan kompetitif yang
berkelanjutan. Sebuah perguruan tinggi yang memiliki keunggulan kompetitif
pasti memiliki keunggulan dibanding pesaing dalam mempertahankan konsumen
dan bertahan melawan kekuatan kompetitif (Abiad & Bitter, 2009:3). Institusi
pendidikan yang mampu eksis memiliki keunggulan tertentu, sehingga mampu
memenuhi harapan masyarakat dan mengembangkan potensi penuhnya.
Masyarakat memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memilih institusi yang
paling sesuai dengannya. Peran pemerintah sangat diperlukan agar
terselenggaranya persaingan yang sehat dan tidak adanya nilai tawar-menawar
dengan institusi pendidikan publik (Purwanto, 2011:10).
Perguruan tinggi jika diibaratkan sebagai sebuah perusahaan dengan posisi
pasar yang lebih kuat hanya dapat mencapai hasil yang lebih baik dari keunggulan
kompetitif sementara, sedangkan perusahaan yang memiliki posisi superior dalam
sumber daya teknologi atau kemampuan dapat mencapai hasil yang lebih baik dari
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Lebih penting lagi, perusahaan dapat
memanfaatkan keunggulan kompetitif sementara sebagai hasil dari posisi pasar
45
untuk meningkatkan posisi sumber daya dan kemampuan teknologinya, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan keunggulan kompetitif mereka yang berkelanjutan
(Huang, Dyerson, Wu, & Harindranath, 2015:619). Terdapat lima hal yang
mempengaruhinya yaitu Pesaing potensial baru, adanya pengganti, pengaruh
pemilih, pemasok, dan intensitas persaingan (Konig, 2017:52). Disamping itu
faktor daya saing yang dirasakan paling penting adalah pengurangan biaya dan
implementasi tindakan terhadap krisis, diikuti oleh inovasi, manajemen sumber
daya manusia dan pemasaran (Pappas, 2015:377).
Walaupun hal ini dibantah oleh Asmussen yang menyatakan bahwa
perusahaan dapat melakukan internasionalisasi tanpa memiliki atau mencapai
keunggulan kompetitif (Asmussen & Foss, 2014:50), tapi Assauri (2013:12)
setuju bahwa keunggulan bersaing suatu perusahaan dari pesaingnya dapat
ditimbulkan dari kecanggihan teknologi atau dari jaringan distribusi yang dimiliki
perusahaan tersebut.
Keberhasilan dalam memenangkan suatu persaingan ditentukan oleh
ketepatan dari strategi yang dilakukan oleh perusahaan. Sumber daya keunggulan
dapat ditemukan dari kemampuan manajemen dalam mengkonsolidasi kompetensi
bidang fungsional perusahaan yaitu kompetensi pemasaran, inovasi, serta bidang
operasi. Kompetensi bidang fungsional merupakan kemampuan dan kinerja
bidang fungsional yang mendukung tercapainya tujuan strategik perusahaan dan
berperan dalam memperoleh, menopang, atau memperbaiki keunggulan bersaing
(Anatan, 2008:30).
46
Jika suatu perusahaan memiliki kesanggupan dalam memenuhi dan
memuaskan kebutuhan konsumen akan kualitas produk yang ditawarkannya maka
perusahaan tersebut dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk membedakan
dirinya dengan pesaing-pesaingnya dan menumbuhkan loyalitas konsumen. Selain
itu perusahaan juga harus selalu melakukan suatu inovasi dan terobosan baru
dalam memperbaiki dan mempertahankan kualitas dan keunggulan produknya
untuk dapat menghasilkan suatu keunggulan bersaing yang abadi. Jika perusahaan
menganggap pelanggan sebagai layanan penilaian, perusahaan lebih cenderung
mengadopsi orientasi pelanggan dan pesaing, namun jika perusahaan menganggap
pelanggannya sensitif terhadap harga, perusahaan cenderung mengembangkan
orientasi pesaing. Apalagi, semakin besar orientasi pelanggan perusahaan,
semakin perusahaan mampu mengembangkan keunggulan kompetitif berdasarkan
inovasi dan diferensiasi pasar. Sebaliknya, orientasi pesaing memiliki efek negatif
terhadap keunggulan diferensiasi pasar perusahaan. Akhirnya, keunggulan inovasi
dan diferensiasi pasar mengarah pada kinerja pasar yang lebih besar (Zhou,
Brown, & Dev, 2009:1068).
Tidak terkecuali dalam manajemen sumber daya manusia, seperti yang
diungkapkan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan Wright (2010:118) bahwa
sumber daya manusia dapat menyediakan keunggulan bersaing dengan cara:
1. Menggunakan strategi-strategi dadakan, yakni strategi-strategi yang
berkembang dari dasar organisasi dan dapat dianggap sebagai organisasi-
organisasi yang benar-benar melakukan hal yang bertentangan dengan apa
yang mereka lakukan.
47
2. Peningkatan daya saing melalui pengembangan himpunan modal manusia
yang memberikan kemampuan yang unik kepada perusahaan agar dapat
beradaptasi dengan suatu lingkungan yang slalu berubah.
Noe, et al melanjutkan bahwa para manager tertarik pada ide tentang
“organisasi pembelajar” yang mengharuskan perusahaan untuk berada dalam
keadaan belajar secara terus menerus melalui pemantauan lingkungan, pencernaan
informasi, pengambilan keputusan, dan restrukturisasi yang fleksibel agar dapat
bersaing pada lingkungan tersebut. Terdapat 3 penentu yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan keunggulan bersaing (Carpenter and Sanders, 2009:47),
yaitu:
1. Perspektif internal, terfokus pada sumber daya dan kapabilitas.
2. Perspektif eksternal, terfokus pada struktur industri dan cara perusahaan
memposisikan dirinya.
3. Perspektif dinamis, menjembatani Perspektif internal dan eksternal.
Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk keunggulan bersaing
adalah sebagai berikut (Porter dalam Nugroho, 2008:89):
1. Price
2. Quality
3. Time
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Keunggulan bersaing perguruan tinggi swasta diartikan
sebagai kemampuan perguruan tinggi swasta melakukan satu atau lebih praktek
bisnis yang tidak dapat disejajarkan atau malah dikalahkan/dilampaui oleh
48
perguruan tinggi swasta lainnya. Penelitian ini akan memfokuskan pembahasan
pada bagaimana keunggulan bersaing perguruan tinggi swasta di Provinsi
Kepulauan Riau.
2.2 Pengaruh Antar Variabel
2.2.1 Pengaruh Sistem Informasi Akademik terhadap Citra
Penelitian Panjaitan (2006) yang menghasilkan temuan bahwa
penggunaan teknologi informasi pada sistem informasi akademik perguruan
tinggi tidak berpengaruh secara langsung terhadap citra perguruan tinggi. Hal ini
dapat dimengerti karena pada penelitian ini responden adalah mahasiswa
perguruan tinggi yang sudah menggunakan IT System pada sistem informasi
akademiknya, sehingga perguruan tinggi swasta yang menggunakan IT System
adalah hal yang biasa/umum. Sudah sewajarnya perguruan tinggi swasta
menggunakan IT System”. Di sisi lain kebijakan yang dibuat pihak manajemen
perguruan tinggi swasta juga tidak terkait langsung dengan keberadaan IT System
yang ada di kampus, oleh karena itu penggunaan IT System yang ada di kampus
tidak signifikan mempengaruhi citra perguruan tinggi secara langsung. Hasil dari
survei online dua tahap yang dilakukan oleh Venkatesh et al. dengan
menggunakan data yang dikumpulkan selama empat bulan setelah survei
pertama, 1.512, peningkatan performa teknologi juga meningkatkan reputasi
suatu produk sehingga konsumen-konsumen Internet mobile akan terus
mendukung model yang diprduksi (Venkatesh, et al., 2012:176). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Petter et al. (2009:160) diungkapkan mengenai kepuasan
49
pengguna atau user merupakan suatu pertanda Persetujuan atau kecocokan
terhadap produksi sistem informasi yang akhirnya menaikkan reputasi atau citra
dari institusi tersebut.
2.2.2 Pengaruh Sistem Informasi Akademik terhadap Trust
Siagian et al. (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
memberikan kualitas layanan terbaik dalam pemenuhan kebutuhan konsumen akan
membuat semakin tinggi kepercayaan yang diterima dari konsumen.
2.2.3 Pengaruh Sistem Informasi Akademik terhadap Keunggulan Bersaing
Huang (2015) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
perusahaan dengan posisi pasar yang lebih kuat hanya dapat mencapai hasil yang
lebih baik dari keunggulan kompetitif sementara sedangkan perusahaan yang
memiliki posisi superior dalam sumber daya teknologi atau kemampuan Dapat
mencapai hasil yang lebih baik dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Lebih penting lagi, perusahaan dapat memanfaatkan keunggulan kompetitif
sementara sebagai hasil dari posisi pasar untuk meningkatkan posisi sumber daya
dan kemampuan teknologinya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
keunggulan kompetitif mereka yang berkelanjutan.
2.2.4 Pengaruh Kualits Layanan terhadap Citra
Hendrayana (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
Kualitas pelayanan pada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
(UPBJJ-UT) Bandung berpengaruh terhadap citra UPBJJ UT Bandung. Ini
50
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang baik yang di berikan UPBJJ UT
Bandung terhadap mahasiswa meningkatkan citra UPBJJ UT Bandung. Panjaitan
(2013) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa mahasiswa perguruan
tinggi swasta di Jawa Timur memprioritaskan respon terhadap penyuluhan yang
mencakup kemauan untuk mengikuti program baru, atau pengembangan program
lain dan dengan bangga menggunakan atribut universitas. Responden juga
memprioritaskan rekomendasi yang meliputi kesediaan memberikan nasehat/saran
dan bersedia memberikan penilaian sangat positif dan sangat tinggi terhadap
perguruan tinggi swasta di Jawa Timur.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al. (2010) dengan nasabah
bank cabang utama PT Sinarmas sebagai populasi yakni nasabah tabungan
sinarmas dan sinarmas passbook menghasilkan suatu temuan bahwa kualitas
pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan PT
Bank Sinarmas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Srikandi, et al.
(2013) yang menggunakan tamu pelanggan Hotel Pelangi Malang sebagai
populasi. Adapun hasil Penelitian ini adalah kualitas pelayanan secara langsung
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan.
2.2.5 Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Trust
Sheikh, et al. (2014) dalam penelitian yang dilakukan mereka dengan cara
mengumpulkan data dari 153 responden di universitas Bahalwapur Islamia, Dubai
Plaza dan Al-kareem Plaza menyimpulkan bahwa “kualitas layanan” mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kepercayaan; Penelitian dilakukan untuk menelusuri
51
pengaruh dari pada citra merek pada kualitas layanan dan pengaruh daripada
kualitas layanan terhadap tingkat kepercayaan pada berbagai perusahaan dengan
menggunakan metode Literature Review.
Penelitian Ishak et al. (2012) antara lain menghasilkan temuan bahwa
Kualitas layanan jasa publik di Kota Kendari dapat meningkatkan kepercayaan
pelanggan melalui kepuasan pelanggan. Apabila kualitas layanan yang dirasakan
pelanggan baik, maka nilai yang diperoleh atas pelayanan yang diberikannya juga
baik (dalam hal ini bagaimana memperoleh kemudahan dalam pelayanan,
penetapan tarif layanan yang wajar, adanya empati dan konsistensi pelayanan).
Bila pelanggan mempersepsikan adanya nilai yang lebih baik, selanjutnya
pelanggan merasa puas (berupa kepuasan atas produk air bersih, layanan dan
manfaat). Apabila kepuasan yang dirasakan pelanggan baik, maka kepercayaan
dalam bentuk percaya atas kehandalan, kualitas, kejujuran dan perhatian yang
ditunjukkan karyawan dalam melayani pelanggan akan semakin kuat. Dengan
demikian, pelanggan akan cenderung makin loyal untuk berperilaku positif.
Chen et al. (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
untuk mengatasi risiko yang melekat pada metode pembiayaan baru ini,
kepercayaan harus ditumbuhkan oleh setiap pihak yang berkaitan. Untuk
mengembangkan kepercayaan kepada pemberi pinjaman, peminjam harus
memberikan informasi yang berkualitas tinggi untuk permintaan pinjaman mereka
dan perantara harus menyediakan layanan berkualitas tinggi dan perlindungan
keamanan yang memadai.
Shan (2016) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa analisis
52
kualitatif menunjukkan bahwa, kepercayaan pasien - prediktor yang paling
signifikan dari kepuasan pasien - dibentuk oleh persepsi kualitas tinggi pelayanan,
empati, dan interaksi kepedulian interpersonal, dan asuransi kesehatan yang
dirancang lebih baik yang memberikan perlindungan keuangan yang lebih kuat
dan memungkinkan akses yang lebih bernilai untuk perawatan kesehatan.
Namahoot KS (2015) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa 400
responden yang dipilih menggunakan simple random sampling mengemukakan
bahwa kualitas sistem dan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap
kepercayaan walaupun kualitas informasi menunjukkan efek negative terhadap
kepercayaan.
2.2.6 Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Keunggulan Bersaing
Choy et al. (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
penggunaan teknologi informasi secara langsung meningkatkan kualitas
pelayanan dari perusahaan logistic dan dampak dari implementasi teknologi
informasi meningkatkan kualitas layanan sehingga menciptakan daya saing.
Indiyati (2016) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya memiliki keunggulan kompetitif
dalam kondisi yang cukup, yang berarti bahwa mereka masih belum unggul dalam
persaingan. Mereka memiliki inovasi yang cukup dan memiliki biaya yang cukup
besar ketika kualitas layanan yang mereka berikan baik. Di antara tiga keunggulan
kompetitif strategis dari universitas, kualitas pelayanan adalah strategi yang paling
unggul, yang diikuti dengan strategi biaya dan strategi inovasi.
53
2.2.7 Pengaruh Customer relationship marketing terhadap Citra
Menurut Tan (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa jalinan
hubungan yang dibentuk perusahaan ritel dalam customer relationship
marketing mendatangkan kemampuan untuk dipersepsikan positif dalam
pikiran konsumen. Hal ini mendatangkan adanya citra toko yang baik dari
perusahaan ritel sebagai modal untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Persepsi positif sebagai citra toko menyebabkan konsumen merasa perusahaan
ritel memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang lain
sehingga lebih menguntungkan untuk dipilih sebagai tempat berbelanja.
2.2.8 Pengaruh Customer relationship marketing terhadap Trust
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Semuel (2012) maka
diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: Komitmen bank dalam melayani konsumen
online bank nasional sudah menunjukan kualitas yang baik sehingga memiliki
hubungan pengaruh positif terhadap kepercayaan konsumen, Penanganan keluhan
terhadap konsumen online bank nasional telah dilakukan secara efektif, sehingga
memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan. Kepercayaan konsumen
online bank nasional juga sudah baik, sehingga memiliki pengaruh positif terhadap
loyalitas konsumen. Kepercayaan konsumen online bank nasional dapat merupakan
mediasi yang kuat antara komitmen bank dalam melayani dan penanganan keluhan
konsumen dalam mempengaruhi loyalitas konsumen.
54
2.2.9 Pengaruh Customer relationship marketing terhadap Keunggulan
Bersaing
Penelitian Hindarto (2013) menghasilkan suatu temuan bahwa suatu
customer relationship marketing yang dibangun oleh ritel kepada pelanggannya
tercipta melalui strategi keunggulan bersaing yang terdiri dari loyalitas konsumen,
program loyalitas, dan lokasi. Dalam program loyalitas tersebut, ritel memiliki
upaya mengikat pelanggannya secara tidak langsung melalui membership dalam
wujud kartu loyalitas/ keanggotaan. Kartu loyalitas tersebut dibuat untuk
memahami perilaku konsumen serta berisikan data lengkap konsumen suatu ritel.
Dari kartu tersebut, ritel dapat mengetahui dan memberikan pelayanan sesuai
karakteristik konsumen dan implikasi konsumen tersebut terhadap ritel. Setelah
mengetahui data yang berkaitan dengan pelanggannya, ritel dalam tahapan lebih
lanjut dapat membina hubungan baik dengan konsumen untuk terciptanya
loyalitas.
2.2.10 Pengaruh Citra terhadap Trust
Penelitian Ariszani et al. (2015) dalam penelitiannya menghasilkan
temuan bahwa citra perusahaan yang baik dapat menimbulkan kepercayaan pada
konsumen. Keterkaitan antara Citra perusahaan dengan Kepercayaan dapat
dijelaskan bahwa, perusahaan yang memiliki citra yang positif akan mencerminkan
bahwa perusahaan tersebut mempunyai kualitas layanan yang baik dan konsisten
serta memiliki reputasi dan kredibilitas yang baik pula, oleh karena itu konsumen
55
akan merasa yakin bahwa perusahaan akan memberikan apa yang mereka
butuhkan, dan pada akhirnya menimbulkan kepercayaan pada konsumen.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rombe (2011) menghasilkan
temuan bahwa kuatnya hubungan korelatif antara citra dengan kepercayaan adalah
sebesar 0,70 yang tergolong erat. Hubungan antara kedua variabel ini signifikan
yang positif berarti bahwa citra saling berhubungan secara positif dengan
kepercayaan, yaitu semakin tinggi citra akan diikuti oleh semakin tingginya
kepercayaan, demikian pula sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa citra
perusahaan semakin baik akan meningkatkan kepercayaan pelanggannya.
kepercayaan pelanggan pada perusahaan jasa ditentukan oleh persepsi kredibilitas
dan reputasi perusahaan yang merupakan manifestasi dari citra perusahaan.
2.2.11 Pengaruh Citra terhadap Keunggulan Bersaing
Penelitian Sudirman (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan
bahwa Citra dan keunggulan bersaing perguruan tinggi sangat penting dalam
menghadapi persaingan global. Citra atau reputasi perguruan tinggi merefleksikan
bonafiditas nama suatu lembaga. Faktor yang dapat membagun citra perguruan
tinggi antara lain kualitas pelayanan, dosen yang memiliki kompetensi keilmuan,
perpustakaan yang representatif, teknologi pendidikan, kegiatan seni dan
olahraga, penerbitan kampus, kegiatan ilmiah, alumni, penampilan kampus dan
lokasi kampus yang strategis.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kadarningsih (2013)
menghasilkan temuan bahwa petugas yang berada di dalam lingkup operasional
56
distributor harus benar-benar mampu menjadi mediator hubungan untuk
memastikan segala bentuk kegiatan operasional, strategi dan implementasi atas
kebijakan, dan perjanjian hubungan kerjasama berjalan dengan harmonis, penuh
dengan koordinasi dan menjadikan distributor sebagai partner kerja yang bukan
sekedar bisnis. Pengujian hipotesis menunjukkan ada pengaruh yang positif dan
searah antara variabel citra perusahaan dengan keunggulan bersaing. Perusahaan
diharapkan dapat mengawali dengan memegang teguh terhadap komitmen
bersama dengan para distributornya terhadap perjanjian, kebijakan kerjasama,
penyusunan dan implementasi strategi dalam mempertahankan dan memenangkan
pasar. Seringnya terjadi perubahan kebijakan atau strategi terutama dalam
operasional akan mengakibatkan nilai komitmen para distributor turun.
2.2.12 Pengaruh Trust terhadap Keunggulan Bersaing
Singh et al. (2014) dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada
Research Journali’s Journal of Management, yang menemukan pengaruh yang
signifikan dari enabler pada manajemen pengetahuan terhadap keunggulan
kompetitif dari Industri teknologi informasi India. Jollivet (2011) dalam
penelitiannya menghasilkan temuan bahwa keamanan massal yang terkait dengan
kepercayaan dan kerjasama adalah aset sosial berwujud yang dapat dinilai untuk
daya tarik sebuah kota yang cerdas, keunggulan kompetitifnya, dan
pengembangannya secara harmonis.
Connell et al. (2013), dalam penelitiannya yang bertujuan untuk meneliti
bagaimana dan apakah anggota klaster industri melakukan pembagian
pengetahuan melalui jaringan sebagai sarana untuk meningkatkan keunggulan
57
kompetitif dan, khususnya, apakah kepercayaan hadir dalam proses berbagi
pengetahuan tersebut; menyimpulkan bahwa hasil survei melaporkan hubungan
positif berkaitan dengan kepercayaan dalam model RMO (relationship marketing
orientation), berbagi pengetahuan dan keunggulan kompetitif. Caldwell et al.
(2010) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa kepercayaan dapat
dipahami sebagai sumber keunggulan kompetitif hanya ketika kepercayaan
dipahami sebagai perilaku atau tindakan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan terkait dengan
dengan pengaruh Sistem Informasi Akademik, Kualitas Layanan, dan Customer
relationship marketing terhadap Citra, Trust dan Keunggulan Bersaing adalah
sebagai berikut:
1. Huang (2015) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa perusahaan
dengan posisi pasar yang lebih kuat hanya dapat mencapai hasil yang lebih
baik dari keunggulan kompetitif sementara sedangkan perusahaan yang
memiliki posisi superior dalam sumber daya teknologi atau kemampuan Dapat
mencapai hasil yang lebih baik dari keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Lebih penting lagi, perusahaan dapat memanfaatkan
keunggulan kompetitif sementara sebagai hasil dari posisi pasar untuk
meningkatkan posisi sumber daya dan kemampuan teknologinya, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan keunggulan kompetitif mereka yang
berkelanjutan.
58
2. Panjaitan (2006) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
penggunaan teknologi informasi pada sistem informasi akademik perguruan
tinggi tidak berpengaruh secara langsung terhadap citra perguruan tinggi. Hal
ini dapat dimengerti karena pada penelitian ini responden adalah mahasiswa
perguruan tinggi yang sudah menggunakan IT System pada sistem informasi
akademiknya, sehingga perguruan tinggi swasta yang menggunakan IT
System adalah hal yang biasa/umum. Sudah sewajarnya perguruan tinggi
swasta menggunakan IT System”. Di sisi lain kebijakan yang dibuat pihak
manajemen perguruan tinggi swasta juga tidak terkait langsung dengan
keberadaan IT System yang ada di kampus, oleh karena itu penggunaan IT
System yang ada di kampus tidak signifikan mempengaruhi citra perguruan
tinggi secara langsung.
3. Hotlan Siagian, Edwin Cahyono (2014) dalam penelitiannya menghasilkan
temuan bahwa memberikan kualitas layanan terbaik dalam pemenuhan kebutuhan
konsumen akan membuat semakin tinggi kepercayaan yang diterima dari konsumen.
4. Hidayat dan Warahapsara (2010) dalam penelitiannya menghasilkan temuan
bahwa nasabah bank cabang utama PT Sinarmas sebagai populasi yakni
nasabah tabungan sinarmas dan sinarmas passbook menghasilkan suatu
temuan bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap citra perusahaan PT Bank Sinarmas.
5. Srikandi, Kumadji dan Kusumawati (2013) yang menggunakan tamu
pelanggan Hotel Pelangi Malang sebagai populasi dalam penelitiannya
59
menghasilkan temuan bahwa kualitas pelayanan secara langsung memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan.
6. Ishak et al. (2012) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa kualitas
layanan pemberi jasa publik di Kota Kendari dapat meningkatkan
kepercayaan pelanggannya melalui kepuasan pelanggan. Apabila kualitas
layanan yang dirasakan pelanggan baik, maka nilai yang diperoleh atas
pelayanan yang diberikan juga baik. Bila pelanggan mempersepsikan adanya
nilai yang lebih baik, selanjutnya pelanggan merasa puas, dan apabila
kepuasan yang dirasakan pelanggan baik, maka kepercayaan dalam bentuk
percaya atas kehandalan, kualitas, kejujuran dan perhatian yang ditunjukkan
karyawan dalam melayani pelanggan akan semakin kuat. kualitas layanan
pemberi jasa publik di Kota Kendari dapat meningkatkan kepercayaan
pelanggannya melalui kepuasan pelanggan. Apabila kualitas layanan yang
dirasakan pelanggan baik, maka nilai yang diperoleh atas pelayanan yang
diberikan juga baik. Bila pelanggan mempersepsikan adanya nilai yang lebih
baik, selanjutnya pelanggan merasa puas, dan apabila kepuasan yang
dirasakan pelanggan baik, maka kepercayaan dalam bentuk percaya atas
kehandalan, kualitas, kejujuran dan perhatian yang ditunjukkan karyawan
dalam melayani pelanggan akan semakin kuat.
7. Kadarningsih (2013) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
petugas yang berada di dalam lingkup operasional distributor harus benar-
benar mampu menjadi mediator hubungan untuk memastikan segala bentuk
kegiatan operasional, strategi dan implementasi atas kebijakan, dan
60
perjanjian hubungan kerjasama berjalan dengan harmonis, penuh dengan
koordinasi dan menjadikan distributor sebagai partner kerja yang bukan
sekedar bisnis. Pengujian hipotesis menunjukkan ada pengaruh yang positif
dan searah antara variabel citra perusahaan dengan keunggulan bersaing.
Perusahaan diharapkan dapat mengawali dengan memegang teguh terhadap
komitmen bersama dengan para distributornya terhadap perjanjian, kebijakan
kerjasama, penyusunan dan implementasi strategi dalam mempertahankan
dan memenangkan pasar. Seringnya terjadi perubahan kebijakan atau strategi
terutama dalam operasional akan mengakibatkan nilai komitmen para
distributor turun.
8. Tan et al. (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa jalinan hubungan
yang dibentuk perusahaan ritel dalam Customer relationship marketing
mendatangkan kemampuan untuk dipersepsikan positif dalam pikiran
konsumen. Hal ini mendatangkan adanya citra toko yang baik dari
perusahaan ritel sebagai modal untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Persepsi positif sebagai citra toko menyebabkan konsumen merasa
perusahaan ritel memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh perusahaan
yang lain sehingga lebih menguntungkan untuk dipilih sebagai tempat
berbelanja.
9. Semuel (2012) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa komitmen
bank dalam melayani konsumen online bank nasional sudah menunjukkan
kualitas yang baik sehingga memiliki hubungan pengaruh positif terhadap
kepercayaan konsumen, Penanganan keluhan terhadap konsumen online bank
61
nasional telah dilakukan secara efektif, sehingga memiliki pengaruh positif
terhadap kepercayaan pelanggan. Kepercayaan konsumen online bank nasional juga
sudah baik, sehingga memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen.
Kepercayaan konsumen online bank nasional dapat merupakan mediasi yang kuat
antara komitmen bank dalam melayani dan penanganan keluhan konsumen dalam
mempengaruhi loyalitas konsumen.
10. Hindarto (2013) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa suatu
customer relationship marketing yang dibangun oleh ritel kepada
pelanggannya tercipta melalui strategi keunggulan bersaing yang terdiri dari
loyalitas konsumen, program loyalitas, dan lokasi. Dalam program loyalitas
tersebut, ritel memiliki upaya mengikat pelanggannya secara tidak langsung
melalui membership dalam wujud kartu loyalitas/ keanggotaan. Kartu
loyalitas tersebut dibuat untuk memahami perilaku konsumen serta berisikan
data lengkap konsumen suatu ritel. Dari kartu tersebut, ritel dapat mengetahui
dan memberikan pelayanan sesuai karakteristik konsumen dan implikasi
konsumen tersebut terhadap ritel. Setelah mengetahui data yang berkaitan
dengan pelanggannya, ritel dalam tahapan lebih lanjut dapat membina
hubungan baik dengan konsumen untuk terciptanya loyalitas.
11. Ariszani et al (2015) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa citra
perusahaan yang baik dapat menimbulkan kepercayaan pada konsumen.
Keterkaitan antara Citra perusahaan dengan Kepercayaan dapat dijelaskan
bahwa, perusahaan yang memiliki citra yang positif akan mencerminkan
bahwa perusahaan tersebut mempunyai kualitas layanan yang baik dan
62
konsisten serta memiliki reputasi dan kredibilitas yang baik pula, oleh karena
itu konsumen akan merasa yakin bahwa perusahaan akan memberikan apa
yang mereka butuhkan, dan pada akhirnya menimbulkan kepercayaan pada
konsumen.
12. Rombe (2011) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa kuatnya
hubungan korelatif antara Citra dengan Kepercayaan adalah sebesar 0,70
yang tergolong erat. Hubungan antara kedua variabel ini signifikan yang
positif berarti bahwa Citra saling berhubungan secara positif dengan
Kepercayaan, yaitu semakin tinggi Citra akan diikuti oleh semakin tingginya
Kepercayaan, demikian pula sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa citra
perusahaan semakin baik akan meningkatkan kepercayaan pelanggannya.
Kepercayaan pelanggan pada perusahaan jasa ditentukan oleh persepsi
kredibilitas dan reputasi perusahaan yang merupakan manifestasi dari citra
perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut kepercayaan harus menjadi komponen fundamental
dalam strategi pemasaran yang ditujukan untuk mengarah pada penciptaan
customer relationship yang baik. Untuk dapat menciptakan loyalitas
perusahaan harus dapat membuat pelanggan mengandalkan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan akan jasa dan produk. Namun membangun kepercayaan
bukan merupakan hal mudah bagi perusahaan, membutuhkan waktu yang
lama dan hanya tercipta setelah pelanggan mengalami atau mengkonsumsi
produk atau jasa perusahaan. Membangun hubungan yang dapat dipercaya
akan lebih mungkin terjadi dalam sektor industri tertentu, terutama yang
63
melibatkan pengambilan risiko oleh pelanggan dalam jangka pendek atau
jangka panjang.
13. Sudirman (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa Citra dan
keunggulan bersaing perguruan tinggi sangat penting dalam menghadapi
persaingan global. Citra atau reputasi perguruan tinggi merefleksikan
bonafiditas nama suatu lembaga. Faktor yang dapat membagun citra
perguruan tinggi antara lain kualitas pelayanan, dosen yang memiliki
kompetensi keilmuan, perpustakaan yang representatif, teknologi pendidikan,
kegiatan seni dan olahraga, penerbitan kampus, kegiatan ilmiah, alumni,
penampilan kampus dan lokasi kampus yang strategis.
Keunggulan bersaing perguruan tinggi merupakan posisi relatif lebih unggul
suatu perguruan tinggi dibanding dengan perguruan tinggi lain. Faktor faktor
yang dapat membangun keunggulan bersaing perguruan tinggi antara lain
sumber daya superior, kinerja organisasi yang superior dan kualitas
pelayanan yang superior.
14. Chen et al. (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa untuk
mengatasi risiko yang melekat pada metode pembiayaan baru ini,
kepercayaan harus ditumbuhkan oleh setiap pihak yang berkaitan. Untuk
mengembangkan kepercayaan kepada pemberi pinjaman, peminjam harus
memberikan informasi yang berkualitas tinggi untuk permintaan pinjaman
mereka dan perantara harus menyediakan layanan berkualitas tinggi dan
perlindungan keamanan yang memadai.
64
15. Namahoot KS (2015) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa 400
responden yang dipilih menggunakan simple random sampling
mengemukakan bahwa kualitas sistem dan kualitas pelayanan berpengaruh
positif terhadap kepercayaan walaupun kualitas informasi menunjukkan efek
negative terhadap kepercayaan.
16. Shan (2016) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa analisis
kualitatif menunjukkan bahwa, kepercayaan pasien - prediktor yang paling
signifikan dari kepuasan pasien - dibentuk oleh persepsi kualitas tinggi
pelayanan, empati, dan interaksi kepedulian interpersonal, dan asuransi
kesehatan yang dirancang lebih baik yang memberikan perlindungan
keuangan yang lebih kuat dan memungkinkan akses yang lebih bernilai untuk
perawatan kesehatan.
17. Choy, et al. (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
penggunaan teknologi informasi secara langsung meningkatkan kualitas
pelayanan dari perusahaan logistik, dampak dari implementasi teknologi
informasi meningkatkan kualitas layanan sehingga menciptakan daya saing.
18. Indiyati (2016) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa perguruan
tinggi di Indonesia pada umumnya memiliki keunggulan kompetitif dalam
kondisi yang cukup, yang berarti bahwa mereka masih belum unggul dalam
persaingan. Mereka memiliki inovasi yang cukup dan memiliki biaya yang
cukup besar ketika kualitas layanan yang mereka berikan baik. Di antara tiga
keunggulan kompetitif strategis dari universitas, kualitas pelayanan adalah
65
strategi yang paling unggul, yang diikuti dengan strategi biaya dan strategi
inovasi.
19. Caldwell (2010) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
kepercayaan dapat dipahami sebagai sumber keunggulan kompetitif hanya
ketika kepercayaan dipahami sebagai perilaku atau tindakan.
20. Jollivet (2011) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa keamanan
massal yang terkait dengan kepercayaan dan kerjasama adalah aset sosial
berwujud yang dapat dinilai untuk daya tarik sebuah kota yang cerdas,
keunggulan kompetitifnya, dan pengembangannya secara harmonis.
21. Connell et al. (2013), dalam penelitiannya yang bertujuan untuk meneliti
bagaimana dan apakah anggota klaster industri melakukan pembagian
pengetahuan melalui jaringan sebagai sarana untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif dan, khususnya, apakah kepercayaan hadir dalam proses berbagi
pengetahuan tersebut; menyimpulkan bahwa hasil survei melaporkan
hubungan positif berkaitan dengan kepercayaan dalam model RMO
(relationship marketing orientation), berbagi pengetahuan dan keunggulan
kompetitif.
22. Singh et al. (2014) dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada Research
Journali’s Journal of Management, yang menemukan pengaruh yang
signifikan dari enabler pada manajemen pengetahuan terhadap keunggulan
kompetitif dari Industri teknologi informasi India.
23. Sheikh, et al. (2014) dalam penelitian yang dilakukan mereka dengan cara
mengumpulkan data dari 153 responden di universitas Bahalwapur Islamia,
66
Dubai Plaza dan Al-kareem Plaza menyimpulkan bahwa “kualitas layanan”
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepercayaan; Penelitian dilakukan
untuk menelusuri pengaruh dari pada citra merek pada kualitas layanan dan
pengaruh daripada kualitas layanan terhadap tingkat kepercayaan pada
berbagai perusahaan dengan menggunakan metode Literature Review.
24. Hendrayana (2014) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
Kualitas pelayanan pada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas
Terbuka (UPBJJ-UT) Bandung berpengaruh terhadap citra UPBJJ UT
Bandung. Ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang baik yang di
berikan UPBJJ UT Bandung terhadap mahasiswa meningkatkan citra UPBJJ
UT Bandung.
25. Panjaitan (2013) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa
mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jawa Timur memprioritaskan respon
terhadap penyuluhan yang mencakup kemauan untuk mengikuti program
baru, atau pengembangan program lain dan dengan bangga menggunakan
atribut universitas. Responden juga memprioritaskan rekomendasi yang
meliputi kesediaan memberikan nasehat/saran dan bersedia memberikan
penilaian sangat positif dan sangat tinggi terhadap perguruan tinggi swasta di
Jawa Timur.
26. Venkatesh et al. (2012) dalam penelitiannya berupa survei online dua tahap
yang dilakukan oleh Venkatesh et al. dengan menggunakan data yang
dikumpulkan selama empat bulan setelah survei pertama, 1.512, peningkatan
performa teknologi juga meningkatkan reputasi suatu produk sehingga
67
konsumen konsumen Internet mobile akan terus mendukung model yang
diprduksi.