bab ii keadaan umum (lutfi).docx
TRANSCRIPT
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
2.0 KEADAAN UMUM
2.1 Lokasi dan Luas Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (IUP)
Lokasi penambangan PT. JResources Bolaang Mongondow (JRBM) Prospek Bakan terletak
lebih kurang 15 km ke arah selatan dari Kotamobagu (Gambar 2-1). Akses dari
Kotamobagu menuju Desa Bakan Kecamatan Lolayan ditempuh dalam waktu lebih kurang
30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Dari desa Bakan menuju lokasi
tambang diperlukan waktu lebih kurang 30 menit melalui jalan logging bekas jalan
kepunyaan HPH Centralindo.
Di Kabupaten Bolaang Mongondow hasil tambang merupakan salah satu komoditi andalan
yang meliputi jenis tambang emas dan pasir besi. Berdasarkan peta rencana
pengembangan wilayah pelayanan pembangunan yang tertuang dalam Revisi Rencana
Tata Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2002, Kecamatan Lolayan, di mana
lokasi penambangan PT. JRBM berada, termasuk dalam Wilayah Pelayanan Pembangunan
(WPP) I atau utama. WPP ini berpusat di Kotamobagu dan meliputi Kecamatan Lolayan,
Pasi, Modayag dan Kecamatan Kotabunan. Wilayah Pelayanan Pembangunan I (utama)
tersebut diarahkan dengan kegiatan utama meliputi pemukiman, tanaman pangan, tanaman
palawija, hortikultura, pertambangan, peternakan dan perkebunan (Gambar 2-2).
Saat ini pada di sekitar wilayah tersebut juga telah terdapat lokasi Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR) Tanoyan Kecamatan Lolayan seluas 2.000 ha berdasarkan SK Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 3992.K/201/MPE/1995 dan Pertambangan Skala Kecil
(PSK) KUD Perintis Tanoyan Kecamatan Lolayan seluas 100 ha.
2-1
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Gambar 2-1 Peta Lokasi Penambangan PT JRBM Bakan
Gambar 2-2 Peta Tata-Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow
2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat
Akses dari Kotamobagu menuju Desa Bakan Kecamatan Lolayan ditempuh dalam waktu
lebih kurang 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Dari desa Bakan
menuju lokasi tambang diperlukan waktu lebih kurang 30 menit melalui jalan logging bekas
jalan kepunyaan HPH Centralindo.
2.3 Keadaan Daerah
2-2
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
2.3.1 Keadaaan Lingkungan Daerah
Metode studi pada studi kelayakan ini didasarkan pada standard PT. JResources Bolaang
Mongondow.
2.3.2 Keadaaan Penduduk
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan kondisi terakhir tahun 2005, Kecamatan Lolayan terdiri dari 14 desa dengan
luas wilayah administrasi 297 km2. Penduduknya pada tahun 2005 berjumlah 21.167 jiwa
dengan demikian kepadatan geografisnya adalah 71,27 jiwa/km2. Kecamatan Pinolosian
Timur terdiri dari 9 desa dengan luas wilayah administrasi 221,87 km2. Penduduknya pada
tahun 2005 berjumlah 6.425 jiwa dengan demikian kepadatan geografisnya adalah 28,96
jiwa/km2
Lokasi penambangan emas PT. ABM dalam kajian AMDAL sebagaimana yang disebutkan
sebelumnya berada di dua wilayah Kecamatan dan mencakup 7 desa, yaitu desa-desa
Bakan, Lolayan, Matali Baru serta desa Mopusi di Kecamatan Lolayan dan desa-desa
Dumagin B, Dumagin A dan desa Matandoi di Kecamatan Pinolosian Timur. Data luas
wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di desa-desa tersebut pada tahun
2005/2006 dapat dilihat pada Tabel III-27.
Tabel III-27. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi,
Tahun 2005/2006.
No. Desa/KecamatanLuas
(Km2)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
1. Desa Bakan 18 2.173 120,72
2. Desa Lolayan 15 727 48,47
3. Desa Matali Baru 15 692 46,13
4. Desa Mopusi 15 2.021 134,73
Total 4 Desa 63 5.613 89,10
Kec. Lolayan 297 21.167 71,27
5. Desa Dumagin B 43,12 676 15,68
6. Desa Dumagin A 49,34 1.114 22,58
7. Desa Matandoi 21,40 1.511 70,61
2-3
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Total 3 Desa 113,86 3.301 28,99
Kec. Pinolosian Timur
221,87 6.425 28,96
Keterangan : Data desa tahun 2006, sedangkan data kecamatan tahun 2005.
Sumber : 1. Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.
2. Profil Desa Dalam Wilayah Studi, Tahun 2006.
Dari data yang disajikan dalam Tabel III-27 di atas terlihat bahwa tingkat kepadatan
penduduk rata-rata di wilayah studi relatif rendah, yaitu kurang dari 100 jiwa per km2. Namun
demikian jika dilihat tingkat kepadatan penduduk menurut desa, maka terdapat dua desa
yang tingkat kepadatan penduduknya relatif tinggi yaitu desa Mopusi dengan tingkat
kepadatan penduduk sebesar 135 jiwa per km2 dan desa Bakan sebesar 121 jiwa per km2.
Kedua desa tersebut berada di wilayah Kecamatan Lolayan. Desa dimana wilayah
administrasinya paling luas adalah desa Dumagin A dengan luas 49,34 km2. Sedangkan
desa yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah desa Dumagin B dengan
kepadatan 15,68 jiwa per km2.
b. Pertumbuhan Penduduk
Data pertumbuhan penduduk untuk periode tiga dekade terakhir, yaitu antara tahun 1971-
2001 yang tersedia adalah Kecamatan Lolayan dan Kecamatan Pinolosian. Khusus data
Kecamatan Pinolosian merupakan data sebelum dimekarkan menjadi tiga wilayah
kecamatan dan akan digunakan untuk mendeskripsikan keadaan di Kecamatan Pinolosian
Timur yang merupakan bagian dari Kecamatan Pinolosian sebelum dimekarkan.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bolaang Mongondow, pertumbuhan penduduk dalam tiga
dekade terakhir di wilayah studi, yaitu Kecamatan Lolayan dan Kecamatan Pinolosian Timur
cenderung menurun dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di wilayah Kecamatan
Pinolosian Timur relatif lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di wilayah
Kecamatan Lolayan. Untuk Kecamatan Lolayan pertumbuhan penduduk rata-rata pada
periode tahun 1971 – 1980 sebesar 3,22 persen per tahun, kemudian pada periode tahun
1981-1991 sebesar 1,81 persen per tahun dan terakhir periode 1992-2001 sebesar 1,55
persen per tahun.
Selanjutnya tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata untuk Kecamatan Pinolosian Timur
(sebelum pemekaran wilayah) pada periode 1971-1980 sebesar 4,17 persen per tahun,
kemudian periode tahun 1981-1991 sebesar 3,69 persen per tahun dan terakhir periode
2-4
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
1992-2001 sebesar 2,30 persen per tahun. Selanjutnya data mengenai pertumbuhan
penduduk di wilayah studi pada periode 1971-2001, disajikan pada Tabel III- 28.
Tabel III-28. Pertumbuhan Penduduk Periode Tahun 1971-2001 di Wilayah Studi.
No. Periode/WaktuJumlah (jiwa) & Pertumbuhan (%)
Penduduk Per Kecamatan
Lolayan Pinolosian
1. Tahun 1971-1980 3,22 4,172. Tahun 1981-1991 1,81 3,693. Tahun 1992-2001 1,55 2,30
Sumber : Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.
c. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur
Berdasarkan jenis kelamin, struktur penduduk terdiri dari laki-laki (pria) dan perempuan
(wanita). Sedangkan menurut golongan umur penduduk dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok penduduk usia produktif (15 – 65 tahun) dan kelompok penduduk
usia non produktif yang meliputi kelompok usia muda non produktif (0-14 tahun) dan
kelompok usia tua non-produktif (66 tahun ke atas). Penggolongan berdasarkan jenis
kelamin berguna untuk menilai perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
serta potensi pertumbuhan penduduknya ke depan, sedangkan penggolongan berdasarkan
struktur umur berguna antara lain untuk membandingkan penduduk produktif dan penduduk
tidak produktif (beban tanggungan penduduk) termasuk potensi kemampuan ekonomi
penduduknya.
Berdasarkan jenis kelamin, struktur penduduk di wilayah studi, yaitu Kecamatan Lolayan
dan Kecamatan Pinolosian Timur secara keseluruhan masih didominasi oleh penduduk
dengan jenis kelamin laki-laki (angka RJK > 100), namun sebaliknya jika dilihat menurut
desa-desa yang termasuk dalam wilayah studi justru didominasi penduduk perempuan
(angka RJK < 100), kecuali desa-desa Lolayan, Mopusi dan desa Matandoi. Struktur
penduduk berdasarkan jenis kelamin dan angka rasio jenis kelamin di wilayah studi, dapat
dilihat pada Tabel III- 29.
Tabel III- 29. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Studi, Tahun 2005/2006.
No. Desa/ Kecamatan
Penduduk Sex RatioLaki-laki Perempuan Total
2-5
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
1. Bakan 1.061 1.112 2.173 95,41
2. Lolayan 386 341 727 113,20
3. Matali Baru 322 370 692 87,03
4. Mopusi 1.018 1.003 2.021 101,50
Kec. Lolayan 11.126 10.041 21.167 110,81
4. Dumagin B 326 350 676 93,14
5. Dumagin A 528 586 1.114 90,10
6. Matandoi 784 727 1.511 107,84
Kec. Pinolosian Timur
3.479 2.946 6.425 118,09
Sumber : 1. Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2004/2005.
2. Profil Desa-desa Dalam Wilayah Studi Tahun 2006.
Selanjutnya, struktur penduduk berdasarkan golongan umur, dibagi menjadi tiga kelompok
umur, yaitu kelompok umur Non-Produktif (umur 0 – 14 tahun dan umur lebih dari 65 tahun)
dan kelompok usia Produktif (15 – 65 tahun). Berdasarkan golongan umur,
struktur penduduk di wilayah studi relatif didominasi oleh penduduk kelompok umur
produktif, yaitu penduduk usia antara 15 – 65 tahun. Angka beban tanggungan paling tinggi
berada di desa Mopusi, kemudian diikuti oleh desa Matali Baru. Sebaliknya angka beban
tanggungan paling rendah berada di desa Lolayan, kemudian diikuti oleh desa Dumagin A
dan desa Matandoi. Sedangkan desa Bakan dan Dumagin B relatif moderat. Selanjutnya,
struktur penduduk berdasarkan kelompok umur dan rasio beban tanggungan di wilayah studi
disajikan pada Tabel III-30.
Tabel III-30. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Wilayah Studi.
No. Desa/KecamatanKelompok Umur (Jiwa)
0 – 14 tahun
15 – 65 tahun
> 65 tahun RBT
1. Bakan 686 1.364 123 59
2. Lolayan 58 404 28 21
3. Matali Baru 283 412 42 79
4. Mopusi 905 1.011 105 99
Kec. Lolayan 6.617
13.182
1.061
58
5. Dumagin B 99 465 112 4
2-6
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
5
6. Dumagin A 76 844 194 32
7. Matandoi 388 1.348 103 36
Kec. Pinolosian Timur
2.022
4.355 341 54
Keterangan : RBT = rasio beban tanggungan
Sumber : 1. Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2004/2005.
2. Profil Desa-desa Dalam Wilayah Studi Tahun 2006.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja meliputi penduduk usia kerja (10 tahun ke atas, menurut konsep dalam
Susenas). Tenaga kerja dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Bagian dari
tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
produktif, yaitu memproduksikan barang dan jasa disebut Angkatan Kerja. Angkatan kerja ini
meliputi mereka yang bekerja dan mencari kerja, sedangkan bagian dari tenaga kerja yang
tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan adalah bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang
bersekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow, jumlah tenaga
kerja di Kabupaten Bolaang Mongondow dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja sebanyak 343.091 orang, terdiri dari angkatan kerja
sebanyak 167.662 orang dan bukan angkaten kerja sebanyak 175.469 orang. Kemudian
pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja bertambah menjadi 383.606 orang terdiri dari
angkatan kerja sebanyak 203.452 orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 180.154
orang. Dari data tersebut di atas ternyata dalam lima tahun terakhir jumlah angkatan kerja
telah melampaui jumlah penduduk bukan angkatan kerja. Ini berarti penduduk yang terlibat
aktif dalam kegiatan ekonomi jauh lebih banyak dari penduduk yang tidak aktif dalam
kegiatan ekonomi. Selanjutnya angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja dan yang
mencari pekerjaan.
Jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2000 sebanyak 164.379 orang sedangkan yang
mencari pekerjaan sebanyak 3.243 orang. Kemudian pada tahun 2005 jumlah penduduk
yang bekerja sebanyak 175.416 orang, sedangkan mereka yang mencari pekerjaan pada
tahun tersebut tercatat sebanyak 28.036. Peningkatan jumlah yang mencari pekerjaan
secara relatif lebih besar dari peningkatan penduduk yang bekerja.
2-7
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Ini berarti meskipun penduduk yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi lebih banyak dari
penduduk yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi, namun peningkatan penduduk
yang berusaha aktif secara ekonomi tersebut didominasi oleh penduduk yang sedang
mencari pekerjaan. Selanjutnya data tentang perkembangan jumlah tenaga kerja menurut
bagian-bagiannya antara tahun 2000 sampai tahun 2005 di Kabupaten Bolaang Mongondow
disajikan dalam Tabel III- 31.
Tabel III-31. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Bolaang Mongondow, Tahun 2000 – 2005.
Kegiatan 2000 2002 2003 2005
Angkatan Kerja (AK) :
- Bekerja
- Mencari Kerja
164.379
3.243
164.362
16.810
172.561
29.139
175.416
28.036
Jumlah AK : 167.622 181.172 201.700 203.452
Bukan Angkatan Kerja :
- Sekolah
- Mengurus RT
- Lainnya
49.974
91.231
34.264
54.484
96.629
20.492
52.677
94.178
10.168
62.270
94.420
23.464
Jumlah Bukan AK 175.469 171.605 157.023 180.154
Tingkat Partisipasi AK (TPAK) 98,1 % 90,7 % 85,6 % 86,2 %
Tingkat Pengangguran 1,9 % 9,3 % 14,5 % 13,8 %
Total 343.091 352.777 358.723 383.606
Sumber : Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.
Selanjutnya berdasarkan data jumlah angkatan kerja pada tabel di atas ternyata ternyata
tingkat partisipasi angkatan kerja relatif tinggi (> 85 persen), meskipun mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan data lima tahun sebelumnya. Selanjutnya angka
pengangguran terbuka dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan dari 1,9 persen
tahun 2000 menjadi 13,8 persen pada tahun 2005. Diperkirakan tingkat partisipasi angkatan
kerja di Kecamatan Lolayan maupun Kecamatan Pinolosian sangat tinggi (> 95 persen),
sebaliknya tingkat pengangguran relatif rendah (di bawah dua digit), sebagaimana informasi
yang diperoleh dari survei lapangan. Namun demikian angka pengangguran tersebut
terselubung diperkirakan tinggi. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak penganggur
terselubung, terutama pada sektor tradisional pertanian, termasuk perikanan laut. Pada
umumnya penduduk di dua wilayah tersebut bermata pencaharian sebagai petani dan
nelayan, di mana tingkat pendayagunaan tenaga kerjanya relatif rendah.
2-8
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
2.3.3 Keadaaan Flora
Area yang menjadi tapak kegiatan pertambangan emas PT. JRBM Bakan sebagian adalah
lahan dengan status Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang merupakan areal bekas tebangan
(Logged over area) oleh PT. Centralindo Pancasakti. Berdasarkan hasil identifikasi lokasi
calon areal eksploitasi pertambangan PT. ABM oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Bolaang Mongondow (2007), luas areal PT. ABM adalah seluas ± 653,30 Ha
sebagian terletak pada Areal Penggunaan Lain (APL) yaitu seluas ± 114,53 Ha dan
sebagian lagi terletak pada Kawasan Hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT)
seluas ± 529,94 Ha dan Hutan Lindung (HL) seluas ± 8,83 Ha. Untuk jelasnya peta status
penutupan lahan/status hutan disajikan pada Gambar III-15.
1) Vegetasi Hutan
Kelimpahan setiap jenis penyusun komunitas merupakan salah satu komponen struktur
vegetasi (Kershaw, 1964). Lebih lanjut dikatakan bahwa kelimpahan jenis ditentukan
berdasarkan frekwensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Berdasarkan hasil analisis
vegetasi hutan alamiah yang dilakukan 3 (tiga) tempat yaitu lokasi Durian pit, Osela
pit dan lokasi sekitar hutan virgin sebelah selatan tapak proyek terlihat bahwa sebagian
besar kawasan yang akan dijadikan pit sudah dirambah oleh masyarakat sehingga pohon-
pohon yang dijumpai sebagian besar terdiri atas pohon yang berukuran besar (berdiameter
>40 cm) sedangkan pohon yang berukuran kecil sudah ditebang oleh masyarakat sebagai
bentuk klaim penguasaan. Hasil analisis vegetasi pohon sebagaimana disajikan pada Tabel
III-10, menunjukkan bahwa jumlah jenis dan kelimpahannya relative berbeda antara lokasi
hutan yang relative masih utuh dibandingkan dengan lokasi tapak proyek (Durian pit dan
Osela pit).
Keragaman Jenis Pohon
Hasil analisis keragaman jenis penyusun komunitas pohon pada 3 lokasi yang diamati
menunjukan bahwa terjadi penurunan keragaman jenis pada lokasi yang direncanakan
sebagai pit (lokasi penambangan) dibandingkan dengan keragaman jenis pada areal hutan
yang relatif belum terganggu di sekitar tapak proyek. Hal ini disebabkan karena helah terjadi
penebangan pohon secara besar-besaran di areal yang akan dilakukan penambangan.
Penebangan tersebut dilakukan secara srentak oleh masyarakat yang berasal dari Desa
Bakan dengan menebang pohon-pohon berukuran >30 cm, sedangkan pohon-pohon
berukuran besar debangian ditebang untuk bahan bangunan dan sebagian lagi dibiarkan
2-9
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
tumbuh terutama jenis-jenis yang berbatang jelek. Hasil analisis keragaman jenis dengan
persamaan Shannon Weaver Indeks (H1) disajikan pada Tabel III-13.
Vegetasi Hutan Sekunder
Vegetasi hutan semak belukar yang terdapat di lokasi tapak proyek terbentuk karena
adanya kegiatan eksploitasi Oleh HPH Centralindo Pancasakti dimana lokasi tempat
dibangunnya Camp, TPK dan TPN mengalami kerusakan berat dan terbentuk lahan gundul
dan tanah keras akibat pemadatan oleh alat berat. Selang kurang lebih kurang lebih 10
tahun dan melalui proses suksesi mulai di tumbuhi kembali oleh vegetasi pepohonan yang
tergolong hutan sekunder karena struktur dan komposisinya masih terus berubah hingga
mencapai tahap klimaks. Hasil survei pada areal hutan sekunder di temukan jenis-jenis yang
merupakan khas hutan sekunder, seperti kayu sirih, spatodea, enau dan walantakan,
Malothus, Macaranga, Cananga. Secara rinci hasil survei lapangan pada hutan sekunder di
sajikan pada Tabel III-14.
Vegetasi Semak Belukar
Vegetasi semak belukar terdapat pada areal bekas kebun/ladang kemudian kurang
lebih 5 tahun dibiarkan. Jenis-jenis vegetasi dominan yang terdapat pada areal semak
belukar, tercampur antara vegetasi dengan habitat pohon kecil seperti rumput macan, kayu
sirih, Malothus dan Macaranga. Sedangkan vegetasi habitat rumput, seperti alang-alang,
paspalum, kano-kano, ekor tikus di selingi dengan tumbuhan merayap, seperti Memosa dan
berbagai jenis liana, Melastona, bambu, Centrosema, rumput macan dan graminae lainnya.
Vegetasi Budidaya di Sekitar Tapak Proyek
Vegetasi budidaya di sekitar tapak proyek di bagi atas atas tiga kelompok tanaman
yaitu tanaman perkebunan, tanaman pangan dan tanaman hotikultura. Tanaman
perkebunan adalah tanaman yang dominan di daerah studi calon pertambangan PT. ABM.
Tanaman tersebut berupa cengkih (Eugenia aromatica), kelapa (cocos nucifera), kopi
(Coffee arabica), coklat (Teobbhroma cacao), dan vanili (Vanilla planifolia andrews). Bagian
yang biasa dimanfaatkan dari jenis-jenis tanaman tersebut adalah sebagai berikut; Cengkeh
yang biasa dimanfaatkan adalah Bunga, buah, daun dan batang, kopi yang biasa
dimanfaatkan adalah buahnya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III-15.
Jenis vegetasi hortikultura yang biasa diusahakan di wilayah studi adalah jenis buah-
buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias. Umumnya vegetasi hortikultura ini diusahakan
hanya merupakan tanaman sisipan. Jenis vegetasi hortikultura yang terdapat di wilayah
studi adalah sebagai berikut; nangka, mangga, rambutan, durian, jambu biji, jambu air,
alvokat, pisang, langsat, pepaya, jeruk, manggis, nanas, bawang merah, bawang daun,
2-10
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
terung, sereh, kunyit, kemangi, jahe, bayam, tomat, buncis, kangkung dan paku-pakuan.
Uraian selengkapnya mengenai vegetasi hortikultura disajikan pada Tabel III-16.
Jenis tanaman pangan yang di jumpai didaerah studi pertambangan emas PT. ABM di
Bakan adalah jagung, padi sawah, ketela pohon, kedelai, kacang panjang, kacang tanah,
kacang hijau. Uraian selengkapnya jenis-jenis tanaman pangan tersebut dapat dilihat pada
Tabel III-17. Tanaman padi sawah banyak diusahakan didesa dumagin A, Dumagin B dan
Desa Matandoi dengan luas persawahan lebih kurang 950 ha. Sedangkan jenis tanaman
pangan lainnya tersebar di desa-desa yang termasuk di wilayah studi pertambangan
PT.ABM.
Jenis Vegetasi Budidaya Didalam Tapak Proyek
Jenis vegetasi budidaya dalam tapak proyek umumnya didominasi oleh vegetasi budidaya
tanaman perkebunan seperti cengkih, kopi, dan vanili sedangkan yang sisanya vegetasi
hortikultura yang berupa nangka, pisang dan pepaya. Jumlah dan jenis vegetasi budidaya
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel di atas menunjukkan bahwa vegetasi budidaya yang dominan adalah cengkih dan
kopi. Sedangkan yang lainnya hanya berupa tanaman sela.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, dan petugas PT. ABM
menyatakan bahwa umumnya tanaman ini ditanam oleh masyarakat setelah mereka
mengetahui bahwa lahan tersebut akan digunakan untuk areal pertambangan oleh PT.
ABM.
2.3.4 Keadaaan Fauna
Satwa Liar
Satwa liar yang dijumpai di areal studi, terdiri atas mamalia, aves dan reptilia. Berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara terhadap masyarakat yang di jumpai di areal studi, di
peroleh data jenis-jenis satwa liar yang terdapat di lokasi pengamatan, yang terdiri atas :
1) Reptilia
Jenis reptil yang umum di jumpai di lokasi pengamatan adalah kodok (Rana sp.) ular hitam,
ular pohon, biawak (Veranus salvatore). Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat
2-11
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
setempat, di peroleh informasi bahwa di lokasi proyek terdapat jenis ular piton (Phyton sp)
dan biawak (Veranus salvatore).
2) Mamalia
Pengamatan di lapangan terhadap jenis mamalia, hanya di jumpai jenis tikus (Rattus sp).
Namun, berdasarkan hasil pengamatan jejak, diidentifikasikan sebagai jejak babi hutan
(Sus celebensis). Sedangkan hasil wawancara terhadap masyarakat di lokasi tapak proyek,
diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa jenis mamalia, seperti Kera (Macaca nigra),
Kuskus (Phalanger ursinus), Rusa (Cervus timorensis), Tikus Besar (Rattus spp), kelelawar
buah (Rousettus celebensis) dan tupai.
Kelimpahan Jenis Burung.
Hasil pengamatan Burung dengan Metode IPA pada bebrapa titik pengamatan terlihat
bahwa populasi jenis burung yang dilindungi tergolong tinggi seperti Rangkong, Teli-teli dan
elang kepala putih.
2.3.5. Biota Perairan
Biota perairan yang dikaji dalam studi ini meliputi sub-komponen plankton, benthos, dan
nekton. Parameter yang diukur untuk plankton dan benthos meliputi : jenis, jumlah, dan
kelimpahan. Sedangkan untuk parameter sub-komponen nekton yang diukur meliputi jenis,
dan alat tangkap yang digunakan.
Jenis, jumlah, dan kelimpahan dari masing-masing sub-komponen biota perairan diatas
secara umum dipengaruhi oleh kualitas fisik dan kimia perairan (sungai dan laut) yang
merupakan habitat dari organisme perairan tersebut. Oleh karena itu, tempat pengambilan
sampel biota perairan selalu disesuaikan dengan tempat/titik pengambilan sampel kualitas
air (fisik dan kimia).
a. Plankton
Hasil pengamatan terhadap keberadaan plankton di lokasi penelitian yang mencakup sungai
Durian, sungai Osela, sungai Dumagin (hulu dan tengah), sungai Matandoi, dan sungai
Tobayagan. Plankton yang ada di setiap lokasi penelitian di perlihatkan pada Tabel III-20.
Benthos
2-12
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Jenis benthos yang ditemukan adalah Crustacea dan Moluska dengan penyebaran pada
bagian hulu dan tengah Sungai Dumagin, sungai Matandoi, dan sungai Tobayagan
(jumlahnya relatif sedikit yaitu 5-18 individu saja), Penyajiannya dalam Tabel III-23.
Nekton yang merupakan organisme atau biota perairan yang aktif bergerak umumnya
didominasi oleh ikan yang terdapat di aliran sungai maupun perairan laut. Jenis nekton/ikan
yang banyak ditemukan adalah sidat (sogili), sepet, betok, belanak, gabus dan mujair. Sidat
adalah jenis biota air yang saat muda berada di perairan tawar seperti sungai, danau,
saluran irigasi dan rawa, disaat dewasa akan mengadakan ruaya/migrasi ke perairan laut
untuk memijah dan mati di sana. Gabus, mujair, betok dan sepat merupakan ikan air tawar
yang dapat hidup pada kondisi perairan yang ekstrim seperti kandungan oksigen terlarut
yang rendah, temperatur air yang berfluktuatif dan tingkat kekeruhan yang tinggi. Ikan
belanak merupakan ikan yang menghuni daerah estuari dan sering memasuki daerah aliran
sungai seperti yang ditemukan di sungai Dumagin hilir (dekat bendungan).
2.3.6. Keadaaan Iklim
1. Iklim
Gambaran tentang keadaan iklim di areal kerja PT. ABM dan sekitarnya didasarkan dari
data curah hujan, suhu, kelembaban, serta radiasi, kecepatan angin, serta evapotranspirasi
dari Stasiun Klimatologi dan Geofisik Kotamobagu, Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun serta hasil pengukuran PT. ABM di
lokasi tambang Lanut dan bakan.
a. Curah Hujan
Data curah hujan selama 8 tahun (1997-2004) disajikan pada Tabel III-1 (Anonim, 2006) dan
data curah hujan tahun 2004 disajikan pada Tabel III-3 (Anonim, 2005). Sesuai data curah
hujan pada Tabel III-2, tipe iklim wilayah termasuk tipe A, dengan rata-rata 10 bulan basah
dan 2 bulan kering (Schmidt dan Ferguson). Berdasarkan Tabel III-2, curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Desember yaitu rata-rata sebesar 237,08 mm, sedangkan terendah
terjadi pada bulan September yaitu sebesar rata-rata 71,11 mm.
Tabel III-1. Data Curah Hujan di Kabupaten Bolaang Mongondow
2-13
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
BulanTahun
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Januari 341 47 17 304 809 1766 579 93.2
Pebruari 751 54 16 157 1018 2250 19 94.6
Maret 305 92 62 610 1132 819 72.6 28.2
April 315 14 89 332 2594 842 42.4 86.0
Mei 827 66 132 621 1091 649 35.3 85.6
Juni 267 3 171 615 625 1451 144 195
Juli 348 24 20 295 721 557 7.16 29.3
Agustus 352 - 85 165 829 515 2.16 50.2
September 199 - 77 91 609 751 0.73 71.2
Oktober 139 14 46 152 1524 425 38.9 24.7
November 222 40 137 201 1027 337 - 155
Desember 262 61 116 185 943 3519 - 133
Sumber: Dipertanak Kabupaten Bolaang Mongondow dalam Bolaang Mongondow Dalam Angka, 2006.
Tabel III-2. Data Iklim Di Kabupaten Bolaang Mongondow
Bulan
Curah
Hujan
(mm)
Suhu
(oC)
Kelembaban
(%)
Penyinaran
Matahari (%)
Angin
(km/jam)
Evapotranspirasi
(mm/hari)
Januari 176,85 22,6 91 46 1,60 4,4
Februari 162,46 26,1 92 40 1,55 4,2
Maret 188,65 26,7 92 41 1,66 4,5
April 214,59 27,1 91 47 1,80 4,7
Mei 218,30 26,6 92 49 2,19 4,6
Juni 194,09 25,9 92 39 2,18 3,7
Juli 160,28 25,6 93 43 2,65 3,9
Agustus 84,68 24,6 89 50 3,75 4,7
September 71,11 25,1 87 53 3,33 4,8
Oktober 164,27 26,0 85 55 3,06 5,3
Nopember 219,27 27,3 87 56 2,36 5,3
2-14
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Desember 237,08 27,1 87 46 1,64 4,5
Jumlah 2091,63 26 1078 565 27,77 54,6
Rata-rata 174,30 2,16 0,89 47,08 2,31 4,55
Sumber : Data Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Modayag, 2005.
0
50
100
150
200
250
Janu
ari
Febru
ari
Mar
etApr
ilM
eiJu
ni Juli
Agustu
s
Septe
mbe
r
Oktobe
r
Nopem
ber
Desem
ber
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
Gambar III-1. Data Curah Hujan Kab. Bolaang Mongondow (2004)
b. Suhu Udara
Suhu udara bulanan di Kecamatan Lolayan berkisar antara 26,6oC– 28,0oC dengan suhu
rata-rata 27,3oC. Suhu terendah terjadi pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan
November dan Desember, sedangkan suhu rata-rata minimum terendah mencapai 22,6oC
pada bulan Februari. Pada dasarnya pola sebaran suhu udara mengikuti pola lamanya
penyinaran matahari. Lamanya penyinaran matahari dapat menyebabkan suhu udara
meningkat.
c. Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif merupakan ukuran kandungan uap air di udara dibandingkan
dengan kandungan uap air maksimum (keadaan jenuh) pada suhu tertentu. Keadaan ini
2-15
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
sangat berhubungan dengan keadaan curah hujan, keawanan, suhu udara dan jumlah
kandungan air.
Kelembaban udara rata-rata tertinggi di wilayah studi, terjadi pada bulan dengan curah
hujan yang relatif tinggi, walaupun variasi tiap bulannya tidak selalu demikian. Namun,
secara umum kondisi kelembaban udara di lokasi studi termasuk daerah yang lembab.
Di mana biar pun pada kondisi kelembaban yang tinggi tidak selalu menghasilkan hujan,
namun kandungan uap air di udara pada setiap keadaan cukup tinggi. Kelembaban
udara tertinggi di wilayah studi terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 93%, dan
kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 85% (Tabel III-2
dan Gambar III-2).
d. Radiasi Matahari
Penyinaran matahari dinyatakan dalam perbandingan antara lama penyinaran matahari
yang terukur dengan cara teoritis atau dalam persen (%). Untuk kawasan
Penambangan emas PT. ABM di Bakan, nilainya cukup tinggi dengan rata-rata tahunan
47%. Maksimum penyinaran terjadi pada bulan November (56%) dan minimum pada
bulan Februari (40%). Kalau dibandingkan dengan daerah di Indonesia lainnya, maka
penyinaran di daerah ini mempunyai nilai yang cukup tinggi.
80
82
84
86
88
90
92
94
Janu
ari
Febru
ari
Mar
etApr
ilM
eiJu
ni Juli
Agustu
s
Septe
mbe
r
Oktobe
r
Nopem
ber
Desem
ber
Kel
emb
aban
Gambar III-2. Data Kelembaban Kab. Bolaang Mongondow (2004)
e. Kecepatan Angin
2-16
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Kecepatan angin beragam dari waktu ke waktu. Pengukuran arah dan kecepatan angin
sesaat dengan menggunakan alat anemometer terukur kecepatan angin dengan kisaran
1,35 – 3 m/detik dan arah angin umumnya dari barat.
f. Evapotranspirasi Potensial
Parameter iklim yang juga cukup penting adalah evapotranspirasi yang menggambarkan
proses hilangnya air dari permukaan/vegetasi. Tingkat evapotranspirasi di daerah sekitar
kawasan Penambangan emas PT. ABM di Bakan cukup tinggi dengan rata-rata tahunan 4,6
mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi pada
bulan Oktober– November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan Juni yang
mencapai 3,7 mm/hari.
2.3.7. Keadaaan Sosial Ekonomi
Sosial Budaya
Keadan sosial budaya masyarakat yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah kondisi
sosial budaya masyarakat desa yang termasuk dalam wilayah kajian ANDAL pertambangan
emas di Wilayah Bakan. Adapun desa-desa yang masuk dalam kajian ini adalah Desa
Lolayan, Desa Bakan, Desa Matali Baru dan Desa Mopusi.
Secara umum masyarakat dari empat desa tersebut memiliki karakteristik yang homogen
dilihat dari aspek mata pencaharian hidup, religi, bahasa dan etnis. Dari aspek religi dapat
dikatakan bahwa semua penduduk yang ada di desa tersebut 99% beragama islam, dari sisi
bahasa semuanya menggunakan bahasa daerah Mongondow dan asal etnis adalah suku
Mongondow.
Dari empat wilayah desa tersebut dahulunya adalah tempat atau wilayah perkebunan dari
masyarakar desa yang berada di seputaran Kotamobagu seperti desa Lolayan dan Desa
Matali Baru adalah totabuannya (wilayah perkebunan) Kelurahan Matali, Desa Bakan
totabuannya Desa Tabang dan Desa Mopusi Totabuannya Desa Poyowa Kecil. Dengan
demikian hubungan tali persaudaraan dan kekeluargaan dari empat desa tersebut terkait
erat dengan asal usul masyarakat migran terutama dari desa Poyowa Kecil, Desa Tabang
dan Kelurahan Matali.
Dengan melihat keadaan dari empat desa tersebut maka dalam pengkajian sosial budaya
akan menggunakan istilah masyarakat sekitar dengan asumsi bahwa tingkat homogenitas
masyarakat dari empat desa tersebut memiliki karakteristik yang sama, dalam arti sosial
budaya orang Mongondow.
2-17
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Pengkajian komponen sosial budaya meliputi sub-komponen (1) orientasi nilai budaya dan
adat istiadat, (2 ) Proses Sosial (3) Pranata sosial/tatanan kelembagaan masyarakat, (4)
kepemimpinan masyarakat, (5) persepsi dan sikap masyarakat terhadap penambangan
emas PT. ABM Bakan. Uraian lebih lanjut terhadap masing-masing sub-komponen tersebut
di atas akan dikemukakan dibawah ini:
Perekonomian Lokal
a. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk di desa-desa dalam wilayah studi di Kecamatan Lolayan masih
di dominasi oleh sektor pertanian dengan mata pencaharian yang dominan adalah petani.
Sedangkan Kecamatan Pinolosian Timur juga didominasi oleh sektor pertanian dengan
pekerjaan yang dominant sebagai petani dan nelayan tradisional. Mata pencaharian lainnya
adalah pedagang, tukang, pengrajin, pegawai negeri/ABRI dan lain-lain. Selanjutnya data
mengenai mata pencaharian penduduk di desa-desa dalam wilayah studi dapat dilihat pada
Tabel III-33.
Tabel III-33. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Studi Penambangan Emas PT. ABM Bakan, Tahun 2006.
Lapangan Pekerjaan Desa-Desa Dalam Wilayah Studi Menurut Kecamatan
Lolayan Pinolosian Timur Total
Petani 1.318 1.052 2.370
Nelayan - 150 150
PNS/POLRI/TNI 71 61 132
Buruh 695 514 1.209
Lainnya 83 493 576
Total 2.167 2.270 4.437
Sumber : Diolah dari Data Hasil Studi AMDAL Di Desa-Desa Dalam Wilayah Studi Penambangan Emas
PT. ABM Bakan.
b. Pendapatan Masyarakat
Berdasarkan pertanyaan yang di kemukakan terhadap 150 orang responden di 7 desa
dalam wilayah studi, diperoleh informasi bahwa pendapatan rumah tangga responden
2-18
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
khususnya yang bukan pegawai dan tidak memiliki aset produktif dan penghasilan tetap
umumnya tidak menentu dan perkiraannya untuk uang kas antara Rp 100.000 sampai Rp
500.000. Sedangkan untuk sebagian yang memiliki aset produktif dan penghasilan tetap
dapat mencapai lebih dari Rp 1.000.000 per bulan. Berdasarkan perkiraan pendapatan
tersebut maka ada indikasi kesenjangan pendapatan di antara responden anggota
masyarakat yang tidak memiliki aset produktif dan berpenghasilan tetap dengan yang tidak
memiliki aset produktif dan berpenghasilan tidak tetap. Pada umumnya yang tidak memiliki
aset produktif dan berpenghasilan tidak tetap adalah buruh tani. Berdasarkan data dari
pemerintah desa-desa dalam wilayah studi jumlah mereka sebanyak 1.209 orang.
2.3.8. Keadaaan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Lolayan dan Kecamatan Pinolosian Timur
khususnya di desa-desa yang termasuk dalam wilayah studi, dapat dilihat pada Tabel III-32.
Tabel III-32. Tingkat Pendidikan di Desa-Desa Wilayah Studi, Tahun 2006.
No Desa/KecamatanTidak/ Belum
SekolahSD SLTP SLTA
Perguruan
Tinggi
1. Desa Bakan 283 297 994 686 44
2. Desa Lolayan 92 95 120 81 1
3. Desa Matali Baru 61 470 592 739 5
4. Desa Mopusi 400 1181 375 65 7
Sub Total : 1-4 836 2043 2081 1571 57
5. Desa Dumagin B 115 425 75 65 4
6. Desa Dumagin A 76 863 379 678 21
7. Desa Matandoi 168 690 477 154 12
Sub Total : 5-7 359 1978 931 897 37
Total 4021 3012 2468 94 **
Expressio
n is faulty
2-19
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Sumber : Pemerintah Desa-Desa dalam Wilayah Studi, Tahun 2006.
Pada Tabel III-32, terlihat distribusi tingkat pendidikan di desa-desa yang termasuk dalam
wilayah studi sangat bervariasi. Desa-desa dalam wilayah studi di Kecamatan Pinolosian
Timur relatif lebih banyak penduduknya yang menempuh pendidikan formal hingga ke
perguruan tinggi dibandingkan dengan penduduk di desa-desa dalam wilayah studi di
Kecamatan Lolayan. Namun dari keseluruhan desa yang termasuk dalam wilayah studi,
desa Bakan merupakan desa yang paling banyak penduduknya yang menempuh pendidikan
formalnya hingga ke perguruan tinggi.
Selanjutnya berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar penduduk di wilayah
studi memiliki tingkat pendidikan formal menengah ke bawah. Jumlah anggota masyarakat
yang belum/tidak sekolah dan yang berpendidikan dasar (SD) dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang berpendidikan formal menengah ke atas hampir seimbang. Sedangkan
jumlah penduduk yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
berpendidikan formal rendah sangat tidak seimbang karena jauh lebih banyak penduduk
yang berpendidikan formal rendah.
2.3.9. Keadaaan Pusat Bisnis
a. Kondisi Sektoral Perekonomian Bolaang Mongondow
Kondisi perekonomian suatu daerah tidak lepas dari potensi sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia serta tingkat pemanfaatan teknologi dan modal dalam pemanfaatan
sumberdaya alam. Kabupaten Bolaang Mongondow mempunyai potensi sumberdaya
pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, pertambangan dan pariwisata yang
prospektif. Sebagian sumberdaya tersebut sudah dimanfaatkan namun masih perlu
diupayakan agar pemanfaatannya benar-benar berkelanjutan dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh penduduk yang ada di wilayah tersebut. Sebagian besar penduduk di
Kabupaten Bolaang Mongondow mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Pada umumnya profesi petani dan nelayan tersebut bersifat tradisional, karena mereka
menggeluti profesi tersebut secara turun temurun dan merupakan bagian dari tradisi
masyarakat terutama yang tinggal di wilayah pedesaan.
Penggunaan lahan sebagian besar adalah hutan, kemudian perkebunan dan
tegalan/kebun/lahan kering yang sementara tidak digunakan. Komoditi pangan didominasi
2-20
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
oleh padi sawah, jagung, dan kedelai. Komoditi perkebunan di dominasi oleh kelapa dan
cengkih. Komoditi peternakan di dominasi oleh ayam, sapi dan kambing.
Di bidang perikanan/kelautan walaupun potensinya cukup, namun usaha yang menonjol
sampai saat ini adalah usaha penangkapan ikan, terutama oleh nelayan tradisional dan
sebagian lagi oleh beberapa pemilik modal yang biasanya menggunakan perahu pajeko
untuk penangkapan ikan, sedangkan kegiatan budidaya perikanan laut relatif belum
berkembang. Sektor pertambangan sangat prospektif adalah emas. Sektor pariwisata
meskipun belum berkembang namun memiliki prospek antara lain Danau Moat dan Taman
Nasional Nani Warta Bone. Juga dapat di kembangkan pula wisata budaya dan wisata alam.
Industri pengolahan yang telah ada antara lain industri rumah tangga untuk pembuatan
berbagai jenis makanan ringan, industri perabotan rumah tangga dan pengolahan kopi.
Apabila dilihat dari sisi produksi maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Bolaang Mongondow masih di dominasi oleh sektor pertanian, dengan kontribusi pada tahun
2004 sebesar sebesar 33,58 persen. Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa dengan
kontribusi sebesar 23,93 persen, lalu sektor konstruksi sebesar 12,15 persen dan sektor
perdagangan , hotel dan restoran sebesar 10,26 persen. Sektor lainya yang cukup dominan
meskipun kontribusi di bawah 10 persen adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Selanjutnya distribusi PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow atas dasar harga yang
berlaku menurut lapangan usaha tahun 2004, dapat dilihat pada Tabel III-36.
Tabel III-36. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Bolaang Mongondow Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2004.
NO Laporan UsahaKontribusi
(Jutaan Rupiah)Persentase (%)
1. Pertanian 772.027,70 33,58
2. Pertambangan & Penggalian 163.607,89 7,12
3. Industri Pengolahan 82.937,47 3,61
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9.130,48 0,40
5. Bangunan 279.313,94 12,15
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 235.942,34 10,26
7. Pengangkutan & Komunikasi 100.111,52 4,35
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
105.839,92 4,60
9. Jasa-jasa 550.209,06 23,93
2-21
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
PDRB 2.299.120,32 100
Sumber Data: Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.
b. Pendapatan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
Dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2002 – 2004, pendapatan daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow mengalami peningkatan sebesar 24,4 persen, yaitu dari Rp.
218.394.240.176,81 pada tahun 2002 menjadi Rp 271.767.837.853,37 pada tahun 2004.
Sumber utama penerimaan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow masih berasal dari
dana perimbangan terutama dari pos dana alokasi umum, di mana pada tahun 2004
berjumlah 219.319.000.000,00. atau sekitar 80,7 persen dari total pendapatan daerah
Bolaang Mongondow pada Tahun 2004. Sebaliknya pendapatan asli daerah pada tahun
2004 hanya sebesar Rp 7.635.982.661,37 atau sekitar 2,8 persen. Selanjutnya secara garis
besar realisasi penerimaan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2004 dapat
dilihat pada Tabel III- 37.
Tabel III-37. Perkembangan Realisasi Pendapatan Keuangan Daerah Kab. Bolaang Mongondow
Tahun 2002-2004 (dalam Rp)
Sumber Pendapatan 2002 2003 2004
Pendapatan Daerah : 218.394.240.176,81 282.783.978.158,33 271.767.837.853,37
1. Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu
6.512.286.157,83 16.075.173.932,33 14.642.424.001,95
2. Pendapatan Asli Daerah :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi daerah
c. Laba usaha Daerah
d. Penerimaan Lain-Lain
1.937.960.182,00
3.875.666.466,00
62.360.000,00
2.231.748.531,00
2.667.931.531,00
4.157.425.340,00
55.000.000,00
3.560.551.583,00
2.208.579.354,00
4.026.415.398,75
52.800.000,00
1.348.187.908,62
3. Dana Perimbangan :
a. Bagi Hasil Pajak
b. Bagi Hasil Bukan Pajak
13.790.568.34,98
985.454.298,00
15.801.166.475,00
1.344.061.297,00
15.841.824.008,00
-
2-22
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
c. Dana Alokasi Umum
d. Dana Alokasi Khusus
e. Dana darurat
f. Bagi Hasil Pajak dan
Bantuan Keuangan
Provinsi
174.900.000.000,00
5.248.196.199,00
5.000.000.000,00
-
213.620.000.000,00
8.600.000.000,00
-
-
219.319.000.000,00
11.330.000.000,00
-
3.434.265.184,00
Pinjaman Pemerintah
Daerah
3.850.000.000,00 16.902.668.000,00 -
Lain-lain Penerimaan Yang
Sah
- Dana Penyeimbang
16.206.571.164,00 16.412.306.724,00 14.206.766.000,00
Urusan Kas dan Perhitungan - - -
Total 234.600.811.340,81 299.196.284.882,33 286.410.261.855,32
Sumber Data: Bolaang Mongondow Dalam Angka Tahun 2006.
2.4. Morfologi Daerah
Fisiografi
Menurut peta sistem lahan skala 1: 250.000 lembar Bolaang Mongondow (RePPProt, 1988)
areal kerja PT. Avocet Bolaang Mongondow merupakan bagian dari sistem lahan Bukit
Balang (BBG). Sistem lahan ini berupa bentuk lahan pegunungan yang memiliki lereng
curam, lebar, puncak kurang dari 50 meter dan beda tinggi relief lebih besar dari 300 meter.
Bukit Balang adalah punggung gunung yang tak teratur di atas batuan volkanik.
Wilayah studi termasuk dalam DAS Dumagin (60,23 km persegi). Kawasan DAS Dumagin
mempunyai topografi bergunung yang disertai banyak lembah sempit sebagai alur air yang
menuju anak sungai. Kemiringan lereng bervariasi mulai datar hingga sangat curam.
Wilayah berlereng datar sebagian besar (sekitar 5 km2) dijumpai di muara Sungai Dumagin
dalam kawasan permukiman penduduk dan areal pertanian sawah dan kebun kelapa.
Sebagian kecil (1-2 km2) areal berlereng datar hingga landai dapat dijumpai dalam kawasan
2-23
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
penambangan. Areal berlereng curam hingga sangat curam dapat dijumpai sepanjang alur
sungai dan anak-anak sungai, terutama di wilayah hulu DAS.
Proporsi luas lahan menurut kemiringan lereng di DAS Dumagin disajikan pada Gambar III-
3.
1
10
100
1000
10000
Lu
as,
ha
0
20
40
60
80
100
Po
rsi,%
Luas, ha 1700 275 2446 414 1395
Porsi,% 27.29 4.41 39.26 6.65 22.39
0-8% 8-15% 15-30% 30-45% >45%
Gambar III-3. Proporsi Luas DAS Dumagin Menurut Kemiringan Lereng
Gambar III-3 menunjukkan bahwa sebagian besar (sekitar 62%) dari total luas
DAS Dumagin merupakan wilayah berlereng curam (agak curam hingga sangat
curam). Wilayah berlereng datar hingga landai (sekitar 1975 ha) hanya dapat
dijumpai di wilayah permukiman dan areal pertanian sekitar hilir dan muara
Sungai Dumagin serta secara sporadik tersebar di hulu DAS.
Dalam kawasan penambangan PT. ABM, wilayah berlereng curam hingga sangat
curam dijumpai di lokasi Pit Durian (00 o33’44”LU, 124o18’14”BT) dan Osela
(00o34’42”LU, 124o19’04”BT) dan waste soil dump dekat kedua pit tersebut.
Sedangkan wilayah berlereng datar hingga landai dijumpai di sekitar calon
lokasi camp, perkantoran, leach pad (00 o34’25”LU, 124o18’51”BT) dan settling
ponds.
2-24
Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow
Gambar III-4. Peta Topografi Wilayah Studi
2-25