bab ii kerangka konsep -...
TRANSCRIPT
BAB II
KERANGKA KONSEP
A. Pengertian
Post partum adalah suatu masa di mulai setelah partus selesai setelah 6
minggu, tetapi alat genetalis baru akan pulih kembali seperti belum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan ( Prawiroharjo, 2000)
Vaccum Ekstraksi adalah suatu cara pertolongan persalinan dengan
manggunakan alat yaitu Vaccum Ekstralition secara prinsip mengadakan
suatu vaccum atau tekanan negatif melalui suatu cup pada kepala bayi (
Prawiroharjo, 2000 ).
Dari pengertia diatas dapat disimpulkan bahwa post partum dengan
menggunakan Vaccum Ekstraksi merupakan jarak 6 minggu antara kelahiran
bayi dan kembalinya organ reproduksi seperti semula sebelum kelahiran
dimanan proses kelahian janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (
Vaccum ) di kepalanya di karenakan adanya indikasi yang tibul pada saat
kehamilan.
B. Anatomi dan Fisiologi sistem Terkait Anatomi Alat Kandungan.
a. Liang Senggama ( Vagina ) adalah liang atau saluran yang
menghubungkan vulva dengan rahim, terletak diantara saluran kemih
6
dan liang dubur. Di bagian ujung atasnya terletak mulut rahim, ukuran
panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk
dinding dalam berlipat-lipat disebut rugae, sedangkan ditengahnya ada
bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina
terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat (
Rustam Mochtar, 1998 ).
b. Rahim ( Uterus ) adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian
luarnya ditutupi oleh peritoneum, sedangkan rongga dalamnya dilapisi
oleh mukosan rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam
rongga panggul kiri diantara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk
seperti bola lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri
dari tiga bagain besar yaitu :
- Badan rahim ( Korpus Uteri ) berbentuk segitiga
- Lehar rahim ( Servik Uteri ) berbentuk silinder
- Rongga rahim ( Caovum Uteri )
Bagian rahim antara kedua panggul tuba, yang disebut Fundus Uteri.
Besarnya rahim berbeda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan
anak atau belum, ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung.
Dinding rahim secara histologik terdiri dari 3 lapisan :
1. Lapisan selosa ( Lapisan Peritoneum ) di luar.
2. Lapisan otot ( Lapisan Miometrium ) di tengah.
3. Lapisan Muosa ( Endometrium ) di dalam.
7
c. Saluran Telur ( Tuba Falopii ) adalah saluran yang keluar dari Korpus
rahim kanan dan kiri. Panjangnya 12 – 13 cm, diameter 3 – 8 mm, bagian
luarnya diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari liga
menteum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar
yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi.
Saluran telur terdiri dari empat bagian :
- Pars instensialis ( intramuralis )
- Pars ismika, yang merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit.
- Pars ampuralis, dimana biasanya pembuahan terjadi.
- Infundibulum, yang merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga
perut.
Fungsi saluran telur adalah :
a. Sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang
dilepaskan oleh indung telur.
b. Tempat terjadinya pembuahan ( konspesi )
d. Indung telur ( Ovarium )
Terdapat dua indung telur, masing-masing dikanan dan dikiri rahim.
Dilapisi meso varium dan tergantung dibelakang ligamentum latum
bentuknya seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan ( jempol ).
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :
Kulit ( korteks ) atau zona parentkimatosa terdiri dari :
- Tunika albuginea yaitu epitel, berbentuk kubik.
8
- Jaringan ikat disela-sela jaringan lain.
- Stroma, Folikel primordial, dan folikel de graaf
- Sel-sel wathard.
Inti ( medula ) / zona vakulosa terdiri dari :
- Stroma berisi pembuluh darah
- Serabut saraf
- Beberapa otot polos.
Sistem reproduksi menjadi pusat perhatian selamam kehamilan
seluruh tubuh terpengaruh, semua sistem tubuh mengalami perubahan
dari keadaan tidak hamil ke keadaan hamil yang disebut dengan fisiologi
maternal.
C. Indikasi
1. Pada Ibu
Eklamsia, pre eklamsia berat, repture uteri, membakat, penyakit jantung,
paru-paru atau penyakit sistem yang berat, perlukan dinding rahim ( bekas
bedah caesar, miomektomi, histerektomi ), oedem vulva, ibu dalam
keadaan lemah untuk mengejan, partus tak maju gerak anak kurang.
2. Pada janin
Gawat janin, tangan atau kaki menumbung, preentasi ganda, tali pusat
menumbung.
3. Obstetri
9
Kala II lebih dari 5 jam.
D. Kontra Indikasi
Adanya disporposi janin, letak muka janin preterim, kaput
subsedanean yang sudah besar, gawat janin yang berat.
E. Syarat Vaccum Ekstraksi
1. Pembukaan servik lengkap.
2. Kepala janin sudah cukup, sedikitnya H III.
3. Kepala janin sudah dapat dipasang dengan Vaccum Ekstralitas.
4. Ketuban sudah pecah atau dipecah
5. Kontraksi rahim adekuat dan tenaga pengejanan ibu tak terkoordinasi
F. Macam-macam Ekstraksi
1. Ekstraksi pada kepala
Ekstraksi pada kepala dapat diusahakan perlahan-lahan seperti pada
partus spontan. Perlukaan jalan lahir lebih ringan. Episiotomi dilakukan
pada ibu primipara sedangkan pada multipara jarang sekali dilakukan.
2. Ekstraksi pada bokong
Ekstraksi pada bokong dilakukan atas indikasi ibu dan janin.
Indikasi pada ibu ialah penyakit atau kelahiran yang merupakan dorongan
yang kuat untuk menyelesaikan persalinan dalam waktu singkat. Indikasi
10
pada janin timbulnya gejala-gejala gawat janin, tali pusat menumbung dan
masih berdenyut, selain itu kondisi pembukaan lengkap dan tidak adanya
disporposi cepalo – pelvik dapat dilakukan ekstraksi.
Pada presentasi bokong dengan bokong belum sampai ke dasar
panggul biasanya hany lipatan paha sebelah depan dapat dikait. Apabila
akhir kala I bokong belum masuk rongga panggul, janin yang besar,
tumor yang menghalangi turunya bokong. Jika salah satu tersebut
ditemukan harus dilakukan Sectio Caesaria.
3. Ekstraksi pada kaki
Ekstraksi pada kaki dilakukan bila salah satu kaki janin turun da
rotasi dapat terjadi sehingga kaki belakang menjadi kaki kanan. Rotasi ini
dapat ditolong dan dengan memasukkan tangan penolong yang tidak
memegangi kaki janin ke vagina dan dengan memegang bokong janin
atau ibu jari dan jari – jari ibunya memutarnya kejurusan rotasi spontan.
G. Komplikasi
a. Pada Ibu
Perdarahan pasca persalinan, laserasi jalan lahir, infeksi.
b. Pada janin
Laserasi kulit kepala, sefalohematon, kulit kepala sam pai dengan
hematon sub dural, nekrosis kulit kepala yang dapat menyebabkan
adopsia fraktur tengkorak, cedera pada muka janin, proposenervis fasialis.
11
H. Keuntungan Vaccum Ekstraksi di bandingkan proses bedah caesar.
a. Pada Ibu
Tidak memerlukan nakrose atau anestesi sehingga tidak terjadi
komplikasi akibat dari anestesi misalnya : panas, mual, muntah defleksi
pada jalan lahir tidak banyak terjaidi, waktu pemulihan relatif cepat.
b. Pada janin
Pemasangan cup lebih mudah, pengkajian keperawatan pada pasien post
vaccum ekstraksi.
I. Sebab-sebab yang menimbulkan persakinan
Menurut Mochtar, 1998 : 92 terjadinya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah teori-teori yang kompleks antara lain :
1. Teori penurunan hormon
Pada 1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
12
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale ( fleksus franken hauser ).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
a. Gagang laminaria, beberapa laminaria dimasukka dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
b. Amniotomi : pemecahan ketuban
c. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
1. Power ( Mochtar, 1998 : 93 )
Power atau kekuatan mendorong janin yaitu his ( kontraksi uterus ),
kontraksi otot-otot dinding perut, kontrkais diafragma, dan ligamentous
action terutama ligamen rotundum.
2. Passager ( janin ) ( Mochtar, 1998 : 68 )
Kedudukan janin dalam rahim antara lain :
a. Sikap janin, janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang dada.
13
b. Letak janin, bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu.
c. Presentasi, digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pemeriksaan
fisik.
d. Posisi, merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu
itu.
3. Passage ( jalan lahir ) ( Mochtar, 1998 : 75 )
Jalan lahir tergantung pada bentuk panggul ( Ginekoid, android,
antropoid, platipeloid ) dan jalan lahir lunak adalah segmen bawah rahim,
serviks uteri, dan vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan ikat, dan
ligamen yang menyokong alat urogenital.
4. Penolong
Bagaimana cara memimpin dalam proses persalinan
5. Psikosis
Bagaiman keadaan psikis ibu dalam melahirkan janinnya.
K. Adaptasi Psikologis dan Fisiologis Post Partum
1. Adaptasi psikologis pada ibu post partum, menurut Hamilton, 1995 dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan.
14
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan,
dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan, pada tahap ini
tidak tepat untuk memberikan penyuluhan.
b. Fase taking hold / ketergantungan – ketidak tergantungan.
Fase ini dimulai pada hari ke-3 setelah melahirkna dan berakhir pada
minggu ke-4 ke-5. Sampai hari ke-3 ibu siap menerima peran barunya
dan belajar tentang hal-hal baru. Pada tahap ini sistem pendukung
sangat berarti bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi
sehinga pada tahap ini sangat tepat untuk memberikan penyuluhan.
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Fase ini dimulai sekitas minggu ke-5 sampai ke-6 setelah kelahiran.
Keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota keluarga baru,
secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak
lagi menerima peran sakit.
2. Adaptasi Fisiologis Post Partum antara lain
1. Involusio
Yaitu perubahan-perubahan alat-alat genetalia interna maupun
eksterna, berangsur-angsur akan pulih kembali seperti keadaan seperti
sebelum hamil ( Prawirohardjo, 2002 : 237 )
a. Proses involusio uteri post partum
15
Involusio Tinggi Fundus Unteri Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari ( 1 minggu )
14 hari ( 2 minggu )
42 hari ( 6 minggu )
56 hari ( 8 minggu )
Setinggi pusat
Pertengahan pusat simphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
1000 gram
500 gram
350 gram
60 gram
30 gram
( Mochtar, 1998 : 115 )
b. Perubahan disegmen uterus dan serviks setelah selesai
persalinan kala III, serviks dan segmen bawah uteri menjadi
struktur yang tipis, kolap dan kendor. Tepi luar serviks
mengalami laserasi khususnya sebelah lateral. Mulut serviks
mengecil dan serviks menebal dan salurannya terbentuk
kembal. ( Cunningham, 1995 : 283 )
c. Perubahan di vagina dan pintu keluar vagina.
Vagina dan pintu keluar pada bagian pertama masa nifas
membentuk lorong, dinding lunak dan halus yang ukurannya
secara perlahan mengecil. Rugae terlihat pada minggu ketiga.
Himen muncul sebagai beberapa potong jaringan kecil, yang
diubah menjadi curunculae mirtiformis. ( Cunningham, 1995 :
283 ).
2. Lochea
16
Yaitu sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina yang
terdiri dari darah, kelupasan desidua dan bakteri. ( Cunningham, 1995
: 288 ).
Macam-macam Lochea ( Mochtar, 1998 : 166 ) adalah :
a. Lochea rubra ( cruenta )
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua
serviks caeseosa lanuga dan mekonium selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lendir, keluar pada hari ke-3
sampai hari ke-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi keluar pada hari ke 7 –
14 pasca persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
( Manuaba, 1998 : 193 ) sebagai berikut :
a. Lochea rubra ( cruenta )
1) 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam.
2) Terdiri dari sel desidua, verniks kasesosa, rambut lanugo, sisa
mekeneum, sisa darah.
17
b. Lochea saguinolenta
1) 3 sampai 7 hari
2) Berwarna putih bercampu merah
c. Lochea Serosa
1) 7 sampai 14 hari
2) Berwarna kekuningan
Perubahan partum ( pengeluaran lochea ) menunjukkan keadaan yang
abnormal seperti :
a. Perdarahan berkepanjangan.
b. Pengeluaran lochea tertahan ( lochea statik )
c. Lochea purulenta, berbentuk nanah.
d. Rasa nyeri berlebihan
e. Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat diduga.
f. Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan.
g. Terjadi infeksi intra uterin.
3. Laktasi
Setelah persalinan pengaruh estrogen dan pengesteron hilang,
maka timbul pengaruh hormon lactogenik atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Disamping itu pengaru oksitosin menyebankan
mioepitel payudara kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Produksi akan banyak sesudah 2 – 3 hari pasca persalinan. (
Prawirohardjo, 2002 : 240 )
18
Sedangkan proses ejeksi ( let down ) dalam sekresi air susu ibu
menurut Guyton dan hall, 1997 disebabkan oleh gabungan reflek
neuroganik dan hormonal yang melibatkan hormaon oksitosin pada
hipofisis posterior. Ketika bayi menghisap pertama kali impuls
sensorik ditranmisikan melalui syaraf somatik dari putting susu ke
medula spinalis dan kemudian ke hipotalamus. Pada saat yang
bersamaan oksitosin dibawa dalam darah ke kelenjar payudara
sehingga sel-sel mioepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli air
susu ke dalam berkontraksi.
Menurut ( Bobak, 2000 : 721 ) setelah melahirkan, seorang ibu
akan segera beradaptasi mencakup semua sistem dalam tubuh, yaitu :
a. Tanda vital
Temperatur ibu dlam 24 jam pertama bisa meningkat menjadi
38ºC pada hari kedua sampai kesepuluh mungkin menunjukkan
sepsis puerpuralis, infeksi traktus urinarius, endometritis, mastitis.
b. Sistem kardiovaskuler
Kehamilan menyebankan hipovolemia sehingga menambah
50 % peningkatan sirkulasi volume darah.
Hal ini memungkinkan seorang ibu untuk bertoleransi kehilangan
darah pada saat melahirkan. Darah yang keluar pada persalinan
pervagina ± 400 – 500 cc dan ± 700 – 1000 cc pada sectio caesaria.
19
Bradikardia 50 – 70 kali permenit mungkin masih normal, dimanan
jantung mengkompensasi untuk penurunan vaskuler di pelvis.
c. Tekanan darah
Penurunan 20 mmHg atau lebih dari tekanan sistolik dapat
terjadi bila ibu bergerak atau berubah posisi dari terlentang ke
duduk. Ini merefleksikan orthostatic hipotensi.
d. Berkeringat banyak dan kedinginan
Menggigil disebabkan oleh instability vasomotor. Berkeringat
banyak merupakan suatu mekanisme tubuh untuk mereduksi cairan
yang tertahan selama kehamilan.
e. Komponen-komponen darah
Penurunan pada hematokrit merefleksikan kehilangan darah
selama periode intrapartum. Mekanisme pembekuan darah
diaktivasi pada periode intermediet post partum, dapat resiko
seorang ibu mengalami tromboembolisme.
f. Cardiac output
Cardiac output mencapai puncak selama awal nifas. Beberapa
menit setelah melahirkan, cardiac output berada pada tingkat
belum hamil.
g. Tractus urinarius
20
Akumulasi cairan yang berlebihan pada jaringan selama
kehamilan akan dieliminasi melalui diuresis pada 24 jam pasca
persalinan.
h. Sistem endokrin
Dengan lahirnya placenta, maka segera terjadi penurunan
estrogen dan progesteron. Kadar prolaktin meningkat pada wanita
menyusui sebagai respon dari stimulasi isapan bayi.
i. Perubahan payudara
Pembesaran payudara terjadi dengan adanya penambahan
sistem vaskuler dan limfatik sekitar payudara. Payudara menjadi
besar, mengeras, sakit bila disentuh.
Produksi dimulai di sel-sel alveolar dibawah pengaruh prolaktin let
down reflek tergantung pada sekresi oksitosin yang distimulasi
oleh pengisapan. Produksi air susu dimulai pada hari ketiga post
partum.
j. Sistem gastrointestinal
Fungsi normal usus besar kembali pada minggu pertama post
partum, disebabkan karena penurunan mortilitas usus besar.
Kehilangan cairan dan adanya rasa tak nyaman pada perineum dan
pengguna enemi pada kala persalinan menurunkan tonus otot
abdomen.
k. Sistem muskulo skeletal
21
Otot-otot abdomen selama bertahap melonggar selama
kehamilan, menyebabkan kekuranagn tonus otot yang jelas terlihat
pada periode post partum, otot-otot dan fasia didinding abdomen
secara bertahap akan kembali pada akhir periode post partum.
l. Sistem integumen
Hiperpigmentasi areole dan linea nigra mungkin belum
menghilang sempurna sesudah melahirkan. Abnormalitas vaskuler
seperti spider angioma, palmur manurun dengan cepat sesuai
dengan penurunan estrogen.
m. After pain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga umumnya
fundus keras. Kontraksi dan relaksasi yang periodik ini
menimbulkan rasa tidak nyaman karena after pain. Terjadi sampai
dengan hari ketiga. Meningkat karena adanya sisa placenta di
cavum uteri, gumpalan darah infeksi dan saat manyusui karena
reflek stimulasi hisapan bayi yang merangsang oksitosin dari
kelenjar pituitari posterior.
L. Fokus Pengkajian
Menurut Doenges 2001 fokus pengkajian pada ibu post partum
antara lain :
1. Tekanan darah
22
Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan,
keadaan ini akan normal kembali pada waktu 1 jam.
2. Nadi
Nadi kembali ke frekuensi normal dalam waktu 1 jam dan mungkin
terjadi sedikit bradikardi ( 50 – 70 x/menit )
3. Suhu tubuh
Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi
4. Payudara
Produksi kolostrom dalam 48 jam pertama, berlanjut pada usus matur
biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui
dimulai.
5. Fundus uteri
Fundus uteri harus berada pada medline, keras dan 1 cm dibawah atau
pada umbilicus, bila uteri lembek, lakukan mesage sampai keras dan
pijata sampai kontraksi ketingkat pertengahan. Bila fundus bergeser
kearah kanan midline. Periksa adanya distensi kandung kemih.
6. Kandung Kemih
Diuresis diantara hari ke-3 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intravena.
7. Lochea
23
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-2 dan ke-3 berlanjut menjadi
lochea serosa dengan aliran yang sedang. Bila darah mengalir dengan
cepat, dicurigai terjadi robekan servik.
8. Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, tidak edema dan
jahitan harus utuh, nilai REEDA ( - ).
9. Nyeri / Ketidaknyamanan
Nyeri tekanan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 –
ke-5 poat partum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perinium.
10. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan, mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3
11. Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri.
M. Fokus Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan stimulasi ujung saraf
parasimpatis dan simpatis sekunder akibat peregangan perinium luka epis,
involusio uteri, pembengkakan mamae.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang ekspresi wajah tenang
24
diantara kontraksi.
Intervensi :
a. Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan durasi pada kontraksi
uterus setiap 30 menit.
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan
intervensi yang tepat.
b. Kaji derajat nyeri dan karakteristik
Rasional : Mengidentifikasi intervensi yang tepat
c. Bantu dalam penggunaan teknik pernafasan / relaksasi yang tepat dan
massage abdomen.
Rasional : Merilexkan otot, mengalihkan perhatian dari sensasi
nyeri distraksi dan relaksasi dapat mengurangi perasaan
tidak menyenangkan.
d. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah, dan TD meningkat
serta nadi meningkat
e. Beri informasi tentang penyebab nyeri
Rasional : Membantu mengurangi nyeri dan ketakutan karena
ketidaktahuan dan memberi rasa kontrol.
f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional : Untuk menurunkan rasa nyeri
25
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
( Doenges, 2001 ).
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan.
Kriteria hasil : a. Tidak terjadi hipovolemik
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
( tensi 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
37ºC )
Intervensi :
a. monitor tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi dan takikardi menunjukkan dehidrasi dan
hipovolemia.
b. Kaji kontraksi fundus uteri.
Rasional : Untuk mengetahui terjadinya perdarahan post partum
c. Kaji lochea dan bau khas.
Rasional : Mengidentifikasi darah yang keluar per vagina
d. Berikan cairan baik oral maupun parenteral dan catat cairan yang
masuk dan keluar.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi
e. Kaji apakah ada perdarahan, gumpalan darah atau hemotom dan
penurunan turgor kulit.
Rasional : Mengetahui darah yang keluar dan identifikasi tingkat
dehidrasi.
26
f. Observasi kulit kering berlebihan, membran mukosa, dan penurunan
turgor kulit.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat dehidrasi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi ( rubor, color, door, tumor,
fungsiolasea )
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Takikardi menunjukkan infeksi dan peningkatan
suhu menunjukkan.
b. Lakukan perawatan luka yang benar.
Rasional : Membantu mencegah dan menghalangi penyebaran
infeksi
c. Ganti pembalut dengan cara dari depan kebelakang dan ganti
segera setelah pembalut basah.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki
vagina atau uretra.
d. Rawat perinium menggunakan antiseptik bila perlu.
Rasional : Membantu memberantas oragnisme infeksius lokal.
27
4. Perubahan eliminasi BAB, konstipasi berhubungan dengan kurang
mobilisasi sekunder akibat nyeri ( Carpenito, 1998 )
Tujuan : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. BAB lancar dan teratur
b. Tidak ada nyeri saat eliminasi
Intervensi :
a. Jelaskan efek aktifitas harian pada eliminasi, tingkatkan faktor
yang menunjang eliminasi optimal.
Rasional : Aktivitas dapat meningkatkan peristaltik usus dan
pengeluaran gas.
b. Berikan cairan yang adekuat.
Rasional : Kurang cairan dapat menyebabkan konstipasi.
c. Kaji kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya.
Rasional : Dapat meningkatkan nyeri pada luka episotomi
d. Cegah mengejan ketika defekasi
Rasional : Dapat meningkatkan nyeri pada luka episotomi
e. Beri pelumas di sekitar anus untuk menurunkan nyeri defekasi.
Rasional : Memudahkan fases keluar
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan perubahan psikologis
periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi (
Doenges, 2000 )
28
Tujuan : Klien dapat mendemonstrasikan cara perawatan diri
dan bayi.
Kriteria hasil : Klien mampu belajar serta menyerap informasi
yang diberikan dan klien mampu melakukan
perawatan post partum.
Intervensi :
a. Anjurkan klien menghindari mengangkat berat.
Rasional : Mengurangi tekanan intra abdomen
b. Anjurkan klien melakukan perawatan payudara.
Rasional : Menghindari pembengkakan payudara akan
mengakibatkan ketidaknyamanan
c. Beri penjelas pentingnya istirahat.
Rasional : Mengurangi nyeri
d. Demonstrasikan perawatan payudara.
Rasional : Meningkatkan perawatan diri pada payudara
dengan cara tepat dan benar serta rasa kontrol.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional : Meningkatkan lingkungan yang kondusif.
6. Resiko terhadap ketidakefektifan menysui berhubungan dengan
terpengaruhnya dan atau payudara bengkak ( Carpenito, 2000 ).
Tujuan : Laktasi adekuat.
Kriteri hasil : Klien dapat mendemonstrasikan menysui dengan
29
tepat ASI keluar banyak, mamae tidak kencang
dan tidak ada nyeri tekan pada klien
mengekspresikan kepuasan dalam pengalaman
menyusui.
Intervensi :
a. Ajarkan tehnik brest care dan menyusui yang baik dan benar.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan tentang perawatan
payudara dengan cara tepat dan benar.
b. Berikan pendidikan pada klien tentang roming in.
Rasional : Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.
c. Berikan kesempatan klien menyusui anaknya sampai puas.
Rasional : Mengetahui daya hisap bayi.
d. Kaji hisapan bayi jika terjadi lecet pada puting.
Rasional : Mengetahui daya hisap bayi.
e. Jelaskan pentingya ASI bagi bayi.
Rasional : Membantu bayi dalam kebutuhan ASI
30