bab ii konsep dasar a....
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum
pleura. (Mansjoer, 2001)
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis. (Sudoyo, Aru W. 2006)
Efusi pleura adalah istilah yang di gunakan bagi penimbunan cairan
dalam rongga pleura. (price, 2005)
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga pleura
baik transudat maupun eksudat. (Davey, 2005)
Efusi pleura adalah keadaan di mana terjadi akumulasi cairan yang
abnormal dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)
Efusi pleura adalah adanya cairan dalam rongga pleura.
(Dorland, 2002)
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau penimbunan cairan
yang berlebih dalam rongga pleura baik transudat maupun eksudat.
Klasifikasi Efusi Pleura :
1. Efusi Pleura Transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan
menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme
terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF),
penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang
meningkat (atelektasis akut)
Ciri-ciri cairan :
a. Serosa jernih
b. Berat jenis rendah (dibawah 1,012)
c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d. Protein < 3 %
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan
hydrothorax, penyebabnya :
a. Payah jantung
b. Penyakit ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
2. Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri
yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (misal
pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (misal obstruksi aliran
limfa karena karsinoma) Ciri cairan eksudat :
a. Berat jenis > 1,015 %
b. Kadar protein > 3 % atau > 30 g/dl
c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum . 0,6
d. LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas LDH serum
normal
e. Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah
a. kanker : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatik
ke paru atau permukaan pleura
b. Infark paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis virus
B. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi
Gbr. 1 : Sistem Pernapasan. Inset A, Asinus, atau unit fungsional paru. B,
membran mukosa bersilia.
Sumber : Sylvia A. Price. 2005
Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-
organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara
mengalir yaitu rongga hidung, pharing, laring, dan trakea dan bagian paru-
paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah,
sebagian besar saluran pernafasan (dilalui udara), yaitu bronkus, berada
didalam paru-paru, larynx juga berguna untuk menghasilkan suara. Organ
penciuman (hidung) mengatur udara yang dihirup, membantu orientasi
dalam lingkungan dan bersama-sama dengan saraf-saraf sensorik mukosa
hidung membantu melindungi manusia. Satu bagian saluran udara yang
terletak dikepala yaitu :
a. Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari :
1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara para
nasalis yang masuk dalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-
lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata dari mata
kedalam hidung.
2) Pharynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid, maka letaknya di belakang hidung
(nasofarinx) dibelakang mulut (orofarynx) dan dibelakang larynk
(farynx laringeal)
b. Saluran pernafasan bagian bawah, terdiri dari :
1) Larynx (tenggorokan) terletak didalam bagian terendah parynx
yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari larynx
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea
dibawahnya.
2) Trakea (batang tenggorokan) yang ± 9 cm panjangnya trakea
berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakolis
kelima dan ditempat ini bersambung menjadi dua bronchus
(bronchi)
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebra torakolis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama cabang utama
bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-
12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang,
cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli) pada
bronkioli terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli
4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak
dalam rongga toraks atau dada kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh-
pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks dan
basis. Arteria pulmonalis dan darah arteria bronkhialis, bronkus,
saraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan
dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interloaris. Paru-paru dibagi
menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut dibagi lagi menjadi
segmen-segmen sesuai dengan segmen bronchus paru-paru kanan
dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi
9. Proses patologis seperti atelektesis dan pneumonia biasanya
hanya terbatas pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada dua
macam : pleura parietal yang melapisi rongga torak sedangkan
pleura viseralis yang menutup setiap paru-paru. Diantara pleura
parietal dan viseralis terdapat cairan pleura seperti selaput tipis
yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu
sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan thorak dan
paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas yang saling
diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu
sama lain, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah
begitu saja hal yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang
terdapat antara paru-paru dan toraks. Tekanan dalam rongga pleura
lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolaps
paru-paru. Ketika paru terserang penyakit. Pleura mengalami
peradangan atau udara atau cairan dapat masuk kedalam rongga
pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps diafragma
merupakan otot berbentuk lengkungan yang membentuk dasar
rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari rongga
abdomen. (Syaifudin,1997)
2. Fisiologi
a. Definisi Pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengadung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi, jadi dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara O2 ditarik masuk kedalam darah dan CO2 akan
dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian
masuk keserambi kiri jantung (atrium sinistra) keaorta keseluruh tubuh
(jaringan-jaringan dan sel-sel) disini terjadi oksidasi (pertukaran)
sebagai ampas (sisa) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini
dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk kejantung (serambi
kanan atau atrium dekstra) → ke otak kanan (ventrikel dekstra) dan
dari sini keluar melalui arteri pulmonaris kejaringan-jaringan paru
akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dan alveoli. Proses
pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenetalis dan kulit
b. Fungsi pernafasan
1) Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah
keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk
dibuang karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
3) Menghangatkan dan melembabkan udara
c. Proses terjadinya pernafasan
Dibagi dalam dua yaitu :
1) Inspirasi (menarik nafas)
2) Ekspirasi (menghembuskan nafas)
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus menerus bernafas merupakan
gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan.
Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak
didalam sumsum penyambung (medulla oblongata) oleh karena
seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat nafasnya,
ini berarti reflek bernafas ini juga dibawah pengaruh korteks serebri.
Pusat pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam
darah dan kekurangan dalam darah.
Inspirasi terjadi jika muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus frenikus lalu mengkerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat
rangsangan kemudian mengkerut dan tulang iga (kusta) menjadi datar
dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra
semakin luas dan lebar.
Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik, dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan di dalamnya
berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma
akan menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar. Jadi
proses pernafasan ini terjadi karena adanya, tekanan antar rongga
pleura dan paru-paru.
d. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen
dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,
darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
e. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml – 5000 ml
(4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan
ekspirasi) hanya 10 %, ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal
air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
f. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu
merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata
kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf
spinal.
Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis)
pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata
mengeluarkan impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan inter costalis
yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan
secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan
pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga
kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi
asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernafasan.
g. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara
normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat,
pada bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga
pernafasan terbalik
Kecepatan setiap menit
Bayi baru lahir : 30 – 40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
2 - 5 tahun : 24 x/ menit
Orang dewasa : 10– 20 x/menit
h. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan
pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian,
kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran
dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen
tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-
biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki
disebut sianosis.
C. Etiologi
Etiologi (Davey, 2002) dari efusi pleura ini adalah
1. Efusi pleura transudat
a. Gagal jantung
b. Sindroma nifrotik
c. Hipoalbuminemia
d. Sirosis hepatis
2. Efusi pleura eksudat
a. Pneumonia bakterialis
b. Karsinoma
c. Infark paru
d. Pleuritis
Etiologi secara umum (Mansjoer, 2001)
1. Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik
2. Kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis
3. Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses, sindroma meigs
4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan
parasit
5. Trauma
6. Lain-lain seperti SLE, rheumatoid arthritis, sindroma nefrotik atau anemia
D. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan
hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa lapisan tipis dari selaput ini
memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler
pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral dan parietal dan saluran getah bening.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura, efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat
terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah
jantung kongestif pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh.
Transudat juga terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati
dan ginjal atau penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan transudat dalam
rongga pleura dikenal dengan nama hidrotorak. Cairan pleura cenderung
tertimbun pada dasar paru-paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat
timbul jika ada peradangan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan
permeabilitas kapiler atau ganguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan
dengan transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat
jenisnya. Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1, 015 sedangkan
kadar proteinnya < 3 %. Untuk cairan eksudat berat jenis dan kadar proteinnya
lebih tinggi.
E. Manifestasi klinik
Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) ) adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
G. Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru
(Mansjoer, 2001)
H. Pengkajian fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Terkait dengan kapan terjadinya keluhan, gejala dan pengobatan yang
sudah di lakukan.
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Menderita CHF, penyakit ginjal, penyakit hati dan malabsorbsi
2) Menderita penyakit pada paru akibat bakteri ataupun virus
3) Menderita Ca pada paru ataupun pernah menderita Ca didaerah lain
d. Riwayat penyakit keluarga
1) Keluarga ada yang Ca paru
2) Ada yang menderita TBC
3) Pneumonia
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolik
Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi penekanan
lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada lambung sehingga
terjadi nausea (mual dan muntah).
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga suplay O2 menurun yang menyebabkan hipoksia
dan pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas
d. Istirahat dan tidur
Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi istirahat
tidur.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
- RR : Takhipneu
- N : Takhikardia
- S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
- TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru-paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas
tampak penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat : - Sudut kostofrenik tumpul
- Obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet
(opaqul densitas ) pada area yang sakit.
b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah
bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan
d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan. dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin normal atau
menurun, saturasi O2 biasanya menurun
I. Pathways keperawatan
Pe↑ permeabilitas sumbatan/gangguan
absorpsi getah bening
Penimbunan cairan dalam rongga pleura
Efusi pleura Penekanan rongga pleura
Penekanan abdomen
Mual, muntah
Tidak nafsu makan
Pengembangan paru me
Dyspnea
Nyeri
Gangguan rasa nyaman
Pola nafas tidak efektif
O2 paru menurun
Perfusi O2 menurun ke jaringan
Keletihan
Intoleransi aktivitas
Nutrisi < kebutuhan Tubuh Pertukaran O2 dan
CO2 Dialvioli
Gangguan pertukaran gas
Perpindahan cairan ke rongga pleura
Etiologi - Efusi pleura transudat : Gagal
jantung, sindroma nefrotik, sirosis hepatis, hipoalbunemia
Tekanan hidrostatik Tekanan onkotik
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada
alveoli
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan rongga
pleura oleh penimbunan cairan yang berlebih
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat, anoreksia, mual muntah
K. Intervensi dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR
normal (16 - 20 x/menit)
Intervensi :
a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O2
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada
alveoli
Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas
KH : - PO2 : 85 - 100 mmHg.
- PCO2 : 35 - 45 mmHg
- Tidak ada dyspnea
- Tidak takipneu
Intervensi :
a. Observasi pernafasan
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan
kebutuhan oksigen
b. Posisikan kepala klien lebih tinggi
Rasional : Membantu pengembangan ekspansi paru
c. Anjurkan klien untuk tidal( banyak aktivitas)
Rasional : Peningkatan aktivitas akan meningkat kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemeriksaan GDA
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat gangguan dalam
pertukaran gas
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pada rongga
pleura oleh penimbunan cairan yang berlebih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau
hilang
KH : Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang atau hilang,
TTV normal
Intervensi:
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadinya komplikasi
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional: Untuk memberikan rasa nyaman
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional: Untuk meringankan nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Untuk meringankan nyeri
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2
kejaringan.
Tujuan : Klien toleran terhadap aktivitas
KH : Klien tidak tampak kelelahan, mampu beraktivitas, tidak ada
dyspnea saat aktivitas
Intervensi :
a. Observasi pernafasan klien
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan kebutuhan
oksigen
b. Posisikan klien pada semi fowler
Rasional : Meningkatkan pengembangan paru
c. Anjurkan klien untuk banyak tirah baring
Rasional : Untuk mengurangi sesak nafas
d. Kolaborasi pemberian oksigen nasal atau masker
Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigen paru dan jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah, intake tidak adekuat
Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum
baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi
d. Pemberian diit TKTP
Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun