bab ii konsep dasar a. pengertian -...
TRANSCRIPT
45
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan (Stuart
dan Sundeen, 1991).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Townsend, 1998).
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif terhadap diri dan
kemampuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Schult & Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, teramsuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1995).
Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan aspek kritikal
dan dasar perilaku individu. Individu dengan konsep dan dapat berfungsi lebih
46
efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan berguna bagi lingkungan.
B. Rentang Respon Konsep Diri
(Skema I. Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991)
Pengertian :
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri
c. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri mal adiptif
d. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial,
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 1998)
Rentang Respon Konsep DiriRespon Adaptif
Respon Mal Adaptif
Aktualisasidiri
Konsep diripositif
Harga dirirendah
KeracunanIdentitas
Depersonalisasi
47
C. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari lima : gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran, identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991).
1.Gambaran diri (citra tubuh )
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk,
struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus
menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun
sekarang.
a. Stresor yang terjadi pada citra tubuh
1) Perubahan ukuran tubuh : penurunan berat badan
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invansif (operasi, daerah
pemasangan infus)
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk disertai dengan
pemasangan alat di dalam tubuh.
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem
tubuh
5) Keterbatasan gerak : makan, melakukan kegiatan
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh
4) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
48
5) Persepsi negatif terhadap tubuh
6) Mengungkapkan keputusaaan
7) Mengungkapkan ketakutan
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah : persepsi individu tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu.
Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau
sejumlah aspirasi, cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial
(Keluarga, budaya).
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi
orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan.
Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru, teman. Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu
tinggi, sukar dicapai dan tidak realitis ideal diri yang samar dan tidak jelas
serta cenderung menuntut.
Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :
a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
b. Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian
standar ini ditetapkan dengan standar kelompok teman.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang realitas
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, rendah diri.
49
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan
perasaan yang berharga, jika individu sukses maka cenderung harga diri
tinggi. Jika individu sering gagal cenderung harga diri rendah.
Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) empat cara meningkatkan harga diri
rendah pada anak:
a. Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri
pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
b. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk
berkembang.
c. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan
yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif
dan bermakna.
d. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan
yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan
diakui oleh orang lain merasa mampu menghadapi kehidupan merasa
dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang rendah berhubungan
50
dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien
skizotrenia dan depresi.
Gangguan haraga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi
secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang secara tiba-tiba. Misal : dicerai, putus
sekolah, putus hubungan kerja, operasi.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Pasien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit atau dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misal malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar,rasa bersalah pada diri sendiri
,merendahkan martabat,gangguan hubungan sosial,kurang percaya
diri,mencederai diri.
51
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Kelliat, B.A, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran
terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu
profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal
sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal
terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan
peran harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuaian dan keseimbangan
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
52
e. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku
peran
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sitesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat, BA, 1992).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga, kemampuan dan
pengguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima
dirinya.
Menurut oleh Budi Ana Kelliat tahun 1992 mengidentifikasikan enam
ciri pertahanan ego :
a. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari
orang lain.
b. Mengakui jenis kelamin sendiri
c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan
53
D. Etiologi
a. Gangguan citra tubuh
Mekanisme : gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk
struktur fungsi keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak
dengan tubuh, pasien biasanya tidak dapat menerima kondisinya
merasa kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah.
b. Ideal diri tidak realistik
Mekanisme : ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan tidak
realitas ideal diri yang suram dan tidak jelas, cenderung menuntut.
Kegagalan-kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi tidak
dapat dicapai membuat frustasi dan akan timbul harga diri rendah
(Keliat, 1998)
E. Faktor presdiposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa
kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan
masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap
perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial, budaya. Orang tua
yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan
atau ketidakpastian diri sehingga individu tersebut kurang mengerti
akan dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal
54
mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak
dengan masalah biologis juga bisa menyebutkan harga diri rendah.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Peran sesuai jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang
objektif, kurang rasional, dibandingkan pria. Sedangkan pria dianggap
kurang sensitif, kurang hangat. Sesuai dengan standar tersebut wanita
dan pria tidak berperan seperti lazimnya, maka akan dapat
menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi Identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menjadikan kurang
percaya diri pada anak-anak akan ragu apakah yang dipilih tepat dan
jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka akan timbul rasa
bersalah.
(Kelliat, 1992)
F.Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.
Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan kemampuannya.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti pola
asuh anak tidak tepat misal terlalu dilarang, dituntut, cita-cita tidak dicapai
55
gagal bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. (Stuart and Sundeen,
1992)
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang
dapat menimbulkan stress tersendiri bagi individu. Stuart dan Sundeen
(1991) mengidentifikasi Transisi peran menjadi tiga kategori :
a. Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.
Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan
menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat
merupakan stressor bagi konsep diri.
b. Transisi peran situasi
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah
atau berkurangnya orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian,
misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat
menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran tidak jelas atau
peran berlebihan.
c. Transisi peran sehat sakit
Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan
berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
identitas diri, peran, harga diri.
56
G.Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang dapat di kaji pada gangguan harga diri rendah
menurut Carpenito,L.J (1998):
1.Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit misalnya malu dan sedih karena rambut rontoksetelah
mendapat terapi sinar
2.Rasa bersalah terhadap diri sendiri ,misalnya tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan diri sendiri
3. Merendahkan martabat misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu ,
saya tidak tahu apa-apa atau saya tidak tahu apa-apa atau saya orang
bodoh.
4.Gangguan hubungan sosial , seperti menarik diri klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, suka menyediri
5.Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan ,misalnya
memilih alternative tindakan.
6.Mencederai diri ,akibat harga diri rendah di sertai harapan yang
suram,mungkin pasien ingin mengakhiri kehidupan.
H. Proses terjadinya masalah
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang suatu nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai ideal diri (Stuart dan Sudden, 1991).
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan
57
tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri.
Ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk
kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan
banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak
tercapai.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau
berduka disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini
mempunyai koping yang tidak konstruktif atau kopingnya mal adaptif.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri
rendah adalah isolasi sosial : menarik diri karena adanya perasaan malu
kalau kekuaranganya diketahui oleh orang lain.
Stuart dan Sundeen (1995) mengemukakan sepuluh cara individu
mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :
Mengejek dan mengriktik diri sendiri, Pasien mempunyai pandangan
negatif tentang dirinya, Pasien sering mengatakan dirinya bodoh dan tidak
tahu apa-apa,merendahkan atau mengurangi martabat,pasien
menghindari,mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata
dimiliki,manifestasi klinik,tekanan darah meningkat,penyakit psikomatis
dan penyalahggunaan obat, rasa bersalah dan khawatir, pasien
menghukum dirinya sendiri ini dapat ditampilkan berupa fobis, obsesi,
kelien menolak dirinya sendiri, menunda keputusan, Pasien sangat ragu-
ragu dalam mengambil keputusan, rasa aman terancam, seseorang
mungkin tidak melaporkan perilaku kasar terhadap dirinya, gangguan
58
berhubunagn karena kelakuan, penolakan dan harga diri rendah, Pasien
menjadi kejam, merendahkan diri atau mengekspresikan orang lain,
perilaku ini adalah menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh
perasaan tidak berharga, menarik diri dari realitas, bila kecemasan yang
disebabkan oleh penolakan diri sendiri mencapai tingkat berat atau panik,
pasien mungkin mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga,
cemburu, paranoid, merusakan diri, harga diri rendah dapat mendorong
pasien mengakhiri kehidupan, merusak atau melukai orang
2. Perilaku
Gangguan perilaku konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
a. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah
Stuart dan Sundeen (1991) mengemukakan sepuluh cara individu
mengekpresikan secara langsung harga diri rendah :
1) Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2) Merendahkan diri
3) Rasa bersalah
4) Manifestasi fisik
5) Menunda keputusan
6) Menarik diri dari realitas
7) Gangguan berhubungan
8) Merusak diri
9) Melukai orang lain
10) Menolak tekanan
59
b. Perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas terjadi karena
kegagalan mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-
kanak secara selaras dan harmonis. Perilaku yang berhubungan dengan
identitas kabur adalah hubungan interpersonal yang kacau atau
masalah hubungan intim, pasien mengalami kesukaran tampil sesuai
dengan jenis kelaminnya.
c. Perilaku berhubungan dengan depersonalisai
Jika individu mengalami tingkat panik dari kecemasan maka respon
mal adaptif terhadap masalah identitas akan bertambah yang
mengakibatkan pasien menarik diri realitas.
Depersonalisasi adalah perasaan yang realitas dimana pasien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart dan
Sundeen, 1991), ini merupakan perasaan asing akan diri sendiri, pasien
sukar membedakan dirinya dengan orang lain atau lingkungan.
Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif yang dapat merusak ego
depersonalisasi dapat terjadi pada depresi, skizofrenie.
I. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi menjadi
dua koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart dan
Sundeen, 1991).
a. Koping jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis
misalnya : pemakaian obat, ikut musik rock, olahraga berat.
60
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas misalnya
ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah
dimiliki kelompok
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara
terhadap konsep diri atau identitas diri yang kabur misalnya
aktivitas yang kompetitif, olah raga.
4) Aktivitas yang memeri arti dari kehidupan misalnya : penjelasan
tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti
pada diri sendiri dan orang lain.
b. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping
jangka panjang. Penyelesaikan positif akan menghasilkan ego identitas
dan keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat remaja ini
mengatakan “ saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik
daripada tidak jadi apapun.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut menggunakan
ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri), yang digunakan
adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengisar.
Dalam keadaan yang semakin bera dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut : psikosis, neurosis, obesitas,
61
anoreksia, nervosa, bunuh diri, kriminal, persetubuhan dengan siapa
saja, kenakalan, penganiayaan.
3. Masalah Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional atau kronik
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Koping individu tidak efektif
c. Perubahan penampilan peran
d. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
e. Perilaku kekerasan
(Kelliat, 1998)
J. Pohon Masalah
(Kelliat, 1998)
K. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Koping individu tidak efekti (Kelliat, 1998)
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Koping individu tidak efektif
Core problem
Perubahan persepsi sensori: halusinasi audiotorik
62
Psikopatologi
o
( siswanto ,2003 )
Core Problem
Etiologi- Konflik- Stress psikologik- Hubungan antar manusia yang
mengecewakan- Ketidakseimbangan neurotransmiter- Faktor genetik- Virus influenza pada trimester ke-3
Skizofrenia
Gejala positif Gejala negatifDefusi
Pikiran danpembicaraan kacau
Perilaku katatonik
Persepsi pikiran untukperilaku yang tidak
biasa secara menonjol
Bicara senyum sendiri
Tidak dapat membedakannyata dan tidak nyata
Halusinasi : Dengar
Resiko Perilaku Kekerasan
Akibat
Kurangnya doronganuntuk beraktivitas
AfekDatar
Tidak mampumengekspresikan emosipada wajah & perilaku
Alogia
Perasaan malu terhadap diri sendiri
Mengkritik diri
Harga Diri RendahPenyebab I
Kurangnya keterampilanberhubungan sosial
Pre okupasi denganpikiran sendiri
Apatis
Kurang spontan
Menarik diri Akibat
41
PerencanaanTgl
No
Dx
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguan
konsep diri :
harga diri
rendah
Pasien memiliki konsep diri
yang positif
1. Pasien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah 1x interaksi, Pasien menunjukkan
ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan
rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, Pasien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa Pasien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai Pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima
Pasien apa adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar Pasien
2. Pasien dapat
mengidentifikasi aspek
Setelah 2x interaksi Pasien menyebutkan :
1. Aspek positif dan kemampuan yang
1. Diskusikan dengan Pasien tentang
a. Aspek positif yang dimiliki Pasien,
42
positif dan
kemampuanyang
dimiliki
dimiliki Pasien
2. Aspek positif keluarga
3. Aspek positif lingkungan Pasien
keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki Pasien
2. Bersama Pasien buat daftar tentang
a. Aspek positif yang dimiliki Pasien,
keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki Pasien
3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif
3. Pasien dapat menilai
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan
Setelah 3 x interaksi Pasien menyebutkan
kemampuan yang dapat dilaksanakan
1. Diskusikan dengan Pasien kemampuan yang
dapat dilaksanakan
2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya
4. Pasien dapat
merencanakan kegiatan
sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki
Setelah .4x interaksi Pasien membuat
rencana kegiatan harian
1. Rencanakan bersama Pasien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Pasien :
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
43
2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi Pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat Pasien lakukan
5. Pasien dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat
Setelah 5x interaksi Pasien melakukan
kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
1. Anjurkan Pasien untuk melaksanakan kegiatan
yang telah direncanakan
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan Pasien
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan Pasien
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang
6. Pasien dapat
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada
Setelah 6x interaksi Pasien memanfaatkan
sistem pendukung yang ada di keluarga
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat Pasien dengan harga diri
rendah
a. Beri alasan setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat dan tujuan perawat berkenalan
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan
Pasien
44
d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
e. Tanyakan perasaan Pasien dan masalah
yang dihadapi Pasien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan Pasien
2 Isolasi sosial Pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain
1. Pasien mampu
menyebutkan penyebab
menarik diri
Setelah 1x interaksi Pasien dapat
menyebutkan minimal satu penyebab
menarik diri dari :
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan
1. Tanyakan pada Pasien tentang :
a. Orang yang tinggal serumah/teman
sekamar Pasien
b. Orang yang paling dekat dengan Pasien di
rumah/ di ruang perawatan
c. Apa yang membuat Pasien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan Pasien di
rumah/ di ruang perawatan
e. Apa yang membuat Pasien tidak dekat
45
dengan orang tersebut
f. Upaya yang dilakukan agar dekat dengan
orang lain
2. Diskusikan dengan Pasien penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaannya
2. Pasien mampu
menyebutkan
keuntungan
berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
Setelah 2x interaksi dengan Pasien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan
sosial, misalnya :
a. Banyak teman
b. Tidak kesepian
c. Bisa diskusi
d. Saling menolong,
dan kerugian menarik diri, misalnya :
a. Sendiri
b. Kesepian
1. Tanyakan pada Pasien tentang :
a. Manfaat hubungan sosial
b. Kerugian manrik diri
2. Diskusikan bersama Pasien tentang manfaat
berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaannya
46
c. Tidak bisa diskusi
3. Pasien dapat
melaksanakan
hubungan sosial secara
bertahap
Setelah 3x interaksi Pasien dapat
melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap dengan :
a. Perawat
b. Perawat lain
c. Pasien lain
d. Kelompok
1. Observasi perilaku pasien saat berhubungan
sosial
2. Beri motivasi dan bantu Pasien untuk
berkenalan/ berkomunikasi dengan :
Perawat lain
Pasien lain
Kelompok
3. Libatkan asien dalam Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien
memperluas pergaulannya melalui aktivitas
47
yang dilaksanakan
4. Pasien mampu
menjelaskan
perasaannya setelah
berhubungan sosial
Setelah 4x interaksi Pasien dapat
menjelaskan perasaannya setelah
berhubungan dengan :
a. Orang lain
b. Kelompok
1. Diskusikan dengan Pasien tentang
perasaannya setelag berhubungan sosial
dengan :
a. Orang lain
b. Kelompok
2. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaannya
5. Pasien mendapat
dukungan keluarga
dalam memperluas
hubungan sosial
1. Setelah 1x pertemuan keluarga dapat
menjelaskan tentang :
a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala menarik diri
c. Penyebab dan akibat menarik diri
d. Cara merawat Pasien menarik diri
2. Setelah 2x pertemuan keluarga dapat
mempraktekkan cara merawat pasien
menarik diri
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku
menarik diri
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu
pasien mengatasi perilaku menarik diri
3. Jelaksan pada keluarga tentang :
a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala menarik diri
c. Penyebab dan akibat menarik diri
48
d. Cara merawat pasien menarik diri
4. Latih Keluarga cara merawat Pasien menarik
diri
5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6. Beri motivasi keluarga agar membantu Pasien
untuk bersosialisasi
7. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat pasien di rumah sakit
6. Pasien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik
1. Setelah 1x interaksi Pasien
menyebutkan :
a. Manfaatkan minum obat
b. Kerugian tidak minum obat
c. Nama, warna, dosis, efek terapi dan
efek samping obat
2. Setelah 5x interkasi pasien
mendemonstrasikan penggunaan obat
1. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat
dan kerugian tidak minum obat,nama, warna,
dosis, cara, efek samping penggunaan obat
2. Pantau Pasien saat penggunaan obat
3. Beri pujian jika pasien menggunakan obat
dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
49
dengan benar
3. Setelah 5x interaksi pasien
menyebutkan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dokter
5. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada
dokter/ perawat jika terjadi hal – hal yang
tidak diinginkan
3 Gangguan
sensori
persepsi :
haluasinasi
(lihat/ dengar/
penghidu/
raba/ kecap)
Pasien dapat mengontrol
halusinasi yang dialaminya
1. Pasien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah 5x interaksi pasien menunjukkan
tanda – tanda percaya kepada perawat :
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebutkan nama
f. Mau menjawab salam
g. Mau duduk berdampingan dengan
perawat
h. Bersedia mengungkapkan masalah
yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan nama, nama panggilan
dantujuan perawat berkenalan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai pasien
d. Buat kontrak yang jelas
e. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
setiap kali interaksi
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa
adanya
50
g. Beri perhatian kepada pasien dan perhatian
kebutuhan dasar pasien
h. Tanyakan perasaan pasien dan masalah
yang dihadapi pasien
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan pasien
2. Pasien dapat mengenal
halusinasinya
1. Setelah 5x interaksiasien menyebutkan
:
a. Isi
b. Waktu
c. Frekuensi
d. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan halusinasi
2. Setelah .2x interaksi pasien
menyatakan perasaan dan responnya
saat mengalami halusinasi :
a. Marah
1. Adakan kontrak sering dan singkat secara
bertahap
2. Observasi tingkah laku pasien terkait dengan
halusinasinya (dengar/ lihat/ penghidu/ raba/
kecap), jika menemukan pasien yang sedang
halusinasi :
a. Tanyakan apakah pasien mengalami
sesuatu (halusinasi dengar/ lihat/
penghidu/ raba/ kecap)
b. Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya
51
b. Takut
c. Sedih
d. Senang
e. Cemas
f. Jengkel
c. Katakan bahwa perawat percaya pasien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalami (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada pasien lain yang
mengalami hal yang sama
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
pasien
Jika pasien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan pasien :
a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, mala atau
sering dan kadang – kadang)
b. Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi
52
3. Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya
4. Diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan
untuk mengatasi perasaan tersebut
5. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya bila pasien menikmati
halusinasinya
3. Pasien dapat
mengontrol
halusinasinya
1. Setelah 5x inetraksi Pasien
menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya
2. Setelah 5x interaksi pasien
menyebutkan cara baru mengontrol
halusinasi
3. Setelah 5x inetraksi pasien dapat
memilih dan memeperagakan cara
1. Identifikasi bersama pasien cara atau tindakan
yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyibukkan diri dll)
2. Diskusikan cara yang digunakan pasien :
a. Jika cara yang digunakan adaptif beri
pujian
b. Jika cara yang digunakan maladaptif
diskusikan kerugian cara tersebut
3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/
53
mengatasi halusinasi
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)
4. Setelah 5x interaksi Pasien
melaksanakan cara yang telah dipilih
untuk mengendalikan halusinasinya
5. Setelah 5x pertemuan Pasien
mengikutiterapi terapi aktivitas
kelompok
mengontrol timbulnya halusinasi :
a. Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidak
nyata (“saya tidak mau
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada
saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain (perawat/ teman/
anggota keluarga) untuk menceritakan
tentang halusinasinya
c. Membuat dan melaksanakan jadwal yang
telah disusun
d. Meminta keluarga/ teman/ perawat
menyapa jikasedang berhalusinasi
4. Bantu Pasien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
dipilih dan dilatih
6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
54
dilatih, jika berhasil beri pujian
7. Anjurkan Pasien mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi
4. Pasien dapat dukungan
dari keluargadalam
mengontrol
halusinasinya
1. Setelah 5x pertemuan keluarga,
keluarga menyatakan setuju untuk
mengikuti pertemuan dengan perawat
2. Setelah 5x pertemuan keluarga
menyebutkan pengertian, tanda dan
gejala, proses terjadinya halusinasi dan
tindakan untuk mengendalikan
halusinasi
1. Buat kontrak dengan keluarga untuk
pertemuan (waktu, tempat dan topik)
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
pertemuan keluarga/ kunjungan rumah)
a. Pengertian halusinasi
b. Tanda dan gejala halusinasi
c. Proses terjadinya halusinasi
d. Cara yang dapat dilakukan Pasien dan
keluarga untuk memutuskan halusinasi
e. Obat – obatan halusinasi
f. Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi di rumah (beri kegiatan,
bepergian bersama, memantau obat –
obatan dan cara pemberiannya untuk
55
mengatasi halusinasi)
g. Beri informasi waktu kontrol ke rumah
sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi
di rumah
5. Pasien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik
1. Setelah 1x interaksi Pasien
menyebutkan :
2. Setelah 2x interaksi Pasien
mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar
3. Setelah 3x interaksi Pasien
menyebutkan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dokter
1. Diskusikan dengan Pasien tentang manfaat
dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,
dosis, cara, efek terapi dan efek samping
penggunaan obat
2. Pantau Pasien saat penggunaan obat
3. Beri pujian jika Pasien menggunakan obat
dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan Pasien untuk konsultasi kepada
dokter/ perawat jika terjadi hal – hal yang
tidak diinginkan
41
Sp1p pasien dengan harga diri rendah
- Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
- Membantu pasien menilai kemampuan pasien
- Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
- Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
SP2p pasien dengan harga diri rendah
- Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
- Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
- Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
- Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Sp1k Keluarga
- Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
- Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
- Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
Sp2k
- Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah
- Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri
rendah
Sp3k
- Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
- Menjelaskan follow up pasien setelah pulang