bab ii konsep dasar a. pengertian -...

32
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Penyakit Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya (Ginanjar, 2008). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief, 2000 : 428). Bertolak dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menimbulkan kematian. B. Etiologi Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat disebabkan oleh virus Dengue termasuk family Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang disebabkan virus japanese Encephalitis dan Yellow Fever (demam kuning). Ditemukan empat serotipe virus Dengue dan dapat dibedakan dengan sifat “biotipe”. Semua kelompok family Flaviviridae dapat

Upload: hathuan

Post on 14-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Penyakit Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (baca : virus

dengue tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue

dari penderita DBD lainnya (Ginanjar, 2008). Demam berdarah dengue

adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi

perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian (Arief, 2000 : 428). Bertolak dari beberapa ahli di

atas dapat disimpulkan bahwa demam berdarah adalah suatu penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat

menimbulkan kematian.

B. Etiologi

Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat

disebabkan oleh virus Dengue termasuk family Flaviviridae dan harus

dibedakan dengan demam yang disebabkan virus japanese Encephalitis

dan Yellow Fever (demam kuning).

Ditemukan empat serotipe virus Dengue dan dapat dibedakan

dengan sifat “biotipe”. Semua kelompok family Flaviviridae dapat

7

menunjukan bentuknya yang karakteristik meliputi struktur genome dan

sifat untuk melipatgandakan dirinya (Soegijanto, 2006).

C.Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh

darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap

bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Darah

yang banyak mengandung banyak karbondioksida warnanya merah tua.

Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernapas,dan zat ini sangat

berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.

Viskositas atau kekentalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ

1,041-1,067, temperatur 38⁰ C,dan Ph 7,37-7,45.

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja

pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer,

tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan manjadi beku.

Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah

tersebut sedikit obat anti pembekuan/sitras natrikus. Dan keadaan ini sangat

berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-

kira⅟13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah

tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan,

keadaan jantung atau pembuluh darah (Syaifuddin,2006).

8

Darah terdiri dari 4 baguan utama yaitu plasma darah, sel darah merah,

sel darah putih dan keping darang.

1. Plasma Darah

Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan

membentuk medium cairan darah disebut plasma darah. 90% bagian

plasma plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi

mengangkut sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa pembakaran

dari sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga bermanfaat untuk

menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit.

Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,

merupakan mediasirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sal

darah merah, sal darah putih,dan sel pembeku darah juga sebagai media

transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu organ atau jaringan.

Zat-zat plasma darah :

a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

b. Garam-garam mineral(garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain).

c. Protein darah(albumin, globulin)meningkatkan viskositas darah dan

juga menimbulkan takanan osmotik untuk memelihara keseimbangan

cairan dalam tubuh.

d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)

e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh

f. Antibodi/antitoksin(Syaifuddin,2006).

9

Gambar 1.Plasma darah

2. Sel darah merah

Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonfak tidak

berinti yang kira-kira berdiameter 8 µm, tebal bagian tepi 2μm dan

ketebalannya berkurang di bagian tangah menjadi hanya 1 mm atau

karang. Karena lunak dan lentur maka salama melewati mikrosirkulasi sel-

sel ini mengalami perubahan konfigurasi.Erirosit tidak mempunyai

nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi

biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen.Sel

darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah.

Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang banyak

dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah

dalam hawan bertulang belakang. Sel darah merah adalah salah satu

contoh sel yang tidak berinti.Sel darah merah berbentuk pipih dan cekung

di bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak dapat menembus dinding

kapiler darah dan berwarna kekuning-kuningan. Pada orang dewasa sel

darah merah berjumlah sekitar 5 juta sel/mm² darah pada laki-laki dan 4

juta sel/mm² darah pada perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah

dibentuk dalam sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah

10

merah dibentuk dalam hati dan limfa.Setelah berumur 120 hari, sel darah

merah akan mati dan diubah menjadi bilirubin atau zat pewarna empedu.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah dihasilkan

dari limfa, hati, kura dan sumsum merah pada tulang pipih, sel darah

merah yang sudah rusak akan dibuang ke dalam hati.

Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai

menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk

pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat

dalam eritrosit berguna untuk mengikat oksigen dan karbondioksida.

Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15gr dalam 100cc darah.

Normal Hb wanita11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%

(Syaifuddin,2006).

Gambar 2.Sel daerah merah

3. Sel Darah Putih

Sel darah putih atau lekosit adalah sel yang membentuk komponen

darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan

berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel

darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,

dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Normalnya kita

memiliki hingga sel darah putih dalam satu liter darah

11

manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam

kasus leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 500000 sel per tetes.

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuhdan bertugas

untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya

oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak

memiliki bentuk yang tetap.

Fungsinya sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan

bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikulo

endotel) tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai

pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus

melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di

pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada

kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka

jumlah leukosit yang ada dalam darah akan lebih banyak dari biasanya.

Hal ini disebabkan leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar

limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari

serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi

10000/mm³ disebut leukositosis dan kurang dari 6000/mm³ disebut

leukopenia (Syaifuddin,2006).

Gambar 3.Sel darah putih

12

4. Keping darah

Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah

flagmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam mekanisme

hemostatis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (trombus).

Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan

pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan resiko

trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teraur, tidak berwarna,

tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah

pecah bila tersentuh benda kasar, jumlah trombosit adalah 200000-300000

keping/mm³ darah.

Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah berfungsi

dalam pembekuan darah, jika ada orang yang terkena demam berdarah,

maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit sehingga darah semakin

mengental dan menyebabkan kematian, oleh karena itu penderita demam

berdarah harus di tranfusi darah agar mendapat pasukan trombosit yang

banya. (Syaifuddin,2006).

Fungsi Darah

Fungsi darah terdiri atas :

1. Sebagai alat pengangkut yaitu :

a. Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk

diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

b. Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk di keluarkan

melalui paru-paru.

13

c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.

d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh

untuk dikelarkan melalui kulit dan ginjal.

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam

tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/zat-zat antiracun.

3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang

warnanya merah, tetapi apabila dilihat di baeah mikroskop maka

nyatalah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang

disebut sel-sel darah. Sedang cairan berwarna kekuning-kuningan

disebut plasma. Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian

yaitu :

a. Sel-sel darah

1) Eritrosit (sel darah merah)

2) Leukosit (sel darah putih)

3) Trombosit (sel pembeku darah)

b. Plasma darah (Syaifuddin,2006)

D. Patofisiologi

Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut

permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang

ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan

14

tekanan darah. Volume darah menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus

berat,hal ini didukung penemeuan post-mortem meliputi efusi serosa, efusi

pleura, hemokonsentrasi hipoproteinemi.

Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa

perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat.

penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorsi dengan

cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostatis pada DBD

dan DSS melibatkan 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopeni, dan

kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan

fragilitas vaskuler dan trombositopeni, banyak diantaranya penderita

menunjukkan koagulogram yang abnormal (Soegijanto,2006).

Selain itu ditemukan juga Hematomegali akibat perembesan cairan dari

ruang intravaskuler. Pada pemulaan demam biasanya hati sudah teraba,

meskipun pada anak yang kurang gizi, hati juga sudah teraba. Bila terjadi

peningkatan dari hematogali dan hati teraba kenyal, harus dipehatikan

kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita (Djunaedi,2006).

Virus masuk ke dalam tubuh manusia akan ber aplikasi Dinotis

Slipatikum regional dan menyebar ke jaringan lain terutama ke sistem retikulo

endoterial dan kulit secara bionkogen maupun hematogen, kemudian tubuh

akan membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan

mengaktivasi sistem komplemen yang akan melepas Anaphilotosin C3a dan

C5a akan melepas histamin yang akan menyebabkan peningkatan

permeabialitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui

15

endotel dinding tersebut sehingga akan terjadi kebocoran plasma, dan

dimusnahkan oleh sistem retikula endotelia dengan akibat trombositopenia

terhebat dan pendarahan pada keadaan agregasi tersebut akan melepaskan

aminfaso aktif (histamine dan sitokinin) yang bersifat meningkatkan

permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor-faktor yang

menyebabkan koagulasi intravaskuler. Pada kasus DHF trombosit akan

menurun pada suhu turun yaitu setelah sakit ketiga penurunan jumlah trombosit

<100.000/mm3 atau kurang dari 1-2 trombosit atau pandangan besar (Ipb)

dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 Idp, pada umumnya terjadi

sebelum terdapat peningkatan hematokrit, yaitu sebelum suhu turun.Penurunan

hematokrit >20% (misalnya 30% menjadi 42%) menggambarkan pembesaran

plasma (FKUI, 2006).

E. Manifestasi Klinik

Gejala klinis yang mungkin timbul pasca-infeksi virus dengue amat

beragam, mulai dari demam tidak spesifik (sindrom infeksi virus), demam

dengue, demam berdarah dengue (DBD), hingga yang terberat, yaitu sindrom

syok dengue.

Pada penderita penyakit DBD dapat diyemukan gejala-gejala klinis dan

kelainan laboratoris sebagai berikut.

Kriteria klinis :

1. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2-7

hari, yang dapat mencapai 40⁰C. Demam sering disertai gejala tidak

16

spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise),

nyeri sendi atau tulang, serta rasa sakit di darah belakang bola mata (retro

orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing).

2. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi,

perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede (+), ptekiae dan ekimosis,

serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena).

3. Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali).

4. Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba

lemah dan cepat, ujung-ujung jari tersasa dingin serat disertai penurunan

kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.

Kriteria laboratoris :

1. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/mm³.

2. Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal.

Diagnosis penyakit DBD ditegakkan berdasarkan adanya dua kriteria

klinis atau lebih,ditambah dengan adanya minimal satu kriteria

laboratoris (Ginanjar,2008).

F. Klasifikasi DHF

Derajat penyakit DBD berbeda-beda menurut tingkat keparahannya.

Tabel di bawah ini menyajikan empat derajat keparahan dari penyakit DBD.

1. Derajat 1

Panas badan selama 5-7 hari, gejala umum tidak khas, tes Rumpeleede (+)

17

2. Derajat 2

Seperti derajat 1, disertai pendarahan spontan pada kulit berupa

ptekiae dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis),

buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena), pendarahan

gusi, pendarahan rahim (uterus), telinga, dan sebagainya.

3. Derajat 3

Ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut nadi teraba

lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi (selisih antara tekanan darah

sistolik dan diastolik)menyempit (>20 mmHg). DBD derajat 3 merupakan

peringatan awal yang mengarah pada terjadinya renjatan (syok). Denyut

nadi terasa tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung

>140/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh

berkeringat, kulit membiru.

4. Derajat 4

DBD derajat 4 merupakan manifestasi syok, yang seringkali berakhir

dengan kematian (Ginanjar,2008).

Uji ELISA

Uji ELISA tidak membutuhkan sepasang serum, cukup dengan

serum tunggal dapat untuk mendeteksi IgG maupun IgM anti-Dengue. Uji

ini bersifat kuantitatif, biasanya hasil yang dibaca berupa abrsorbans yang

kemudian dikonversikan menjadi satuan unit atau rasio.

18

Prinsip uji ELISA untuk deteksi antibodi terhadap virus Dengue,

teknik dapat berupa ELISA tak langsung (Indirect ELISA)maupun Captured

ELISA.

Di pasaran Indonesia saat ini terdapat pemeriksaan ELISA baik

yang Inderect ELISA untuk mendeteksi IgG anti-Dengue maupun yang

Capterd ELISA yang dapat mendeteksi IgG ati-Dengue serta IgM anti-

Dengue dalam serum penderita. MAC ELISA adalah istilah dari singkatan

IgM Captured ELISA, dengan prinsip dasar goat atau robbit antihuman

IgM yang dilapiskan pada fase padat (microtiter plateELISA) akan

berikatan dengan IgM anti-Dengue dari serum penderita. Langkah

berikutnya ditambahkan antigen Dengue, selanjutnya diberi konjungat

antiviral IgG-HRP dan substrat lalu diukur kadar absorbansya sehingga

dapat diketahui konsentrasi IgM-nya.

Pemeriksaan Captured ELISA untuk IgM dan IgG sekaligus pada

pemeriksaaan dengan metode Dengue Duo ELISA dapat untuk membedakan

infeksi primer dan infeksi sekunder, walaupun hanya menggunakan serum

tunggal (Soegijanto, 2006).

G. Komplikasi

Risiko terjadi komplikasi pada anak dengan difteri ini dapat terjadi

miokarditis, komplikasi pada sistem saraf, pada ginjal yang disebabkan oleh

kuman difteri yang masuk kedalam tubuh. Tujuan dari rencana

19

keperawatannya adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dengan

cara memperbaiki dan meningkatkan kekebalan tubuh anak (Hidayat,2006).

H. Penatalaksanaan

Berdasarkan kenyataan di masyarakat penatalaksanaan kasus DBD

dibagi sebagai berikut :

1. Kasus DBD yang memungkinkan untuk berobat jalan

2. Kasus DBD yang dianjurkan rawat tinggal

3. Kasus DBD derajat 1 dan II

4. Kasus DBD derajat III dan IV

5. Kasus DBD dengan penyulit

Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan

Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan

minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak

diperkenankan memberikan obat panas paracetamol 10-15mg/kgBB setiap3-4

jam diulang jika simtom panas masih nyata diatas 38,5⁰C. Obat panas salisilat

tidak dianjurkan karena mempunyai risiko terjadinya penyulit perdarahan dan

asidosis. Sebagian besar kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari

pertama dan hari kedua tanpa menunjukan penyulit lainnya.

Apabila penderita DBD inin menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan

konfulsi sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.

20

Kasus DBD derajat I dan II

Pada hari ke-3,4 dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena

penderita ini mempunyai risiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi

kejadian syok tersebut, penderita ini disarankan diinfus cairan kristaloid

dengan tetesan berdasarkan tatanan 7,5,3. Pada saat fase panas penderita

dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk

mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga

normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita

dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurn waktu 12-24 jam.

Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin,

nyeri perut, dan produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat

inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dan hematokrit yang tinggi

harus dirawatdi rumah sakit untuk memperoleh cairan pengganti segera.

Volume dan cairan pengganti penderita DBD sama seperti yang

digunakan pada kasus diaredengan dehidrasi sedang (6-10% kekurangan

cairan) tetapi tetesan harus hati-hati.Kebutuahn cairan sebaiknya diberikan

dalam kurun waktu 2-3 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali

dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma terjadi. Pemeriksaan hematokrit

secara seri ditentukan 4-6 jam dan mencatat data vital dianjurkan setiap saat

untuk menentukan atau mengatur agar memperoleh jumlah cairan pengganti

yang cukup dan cegah pemberian tranfusi berulang. Petunjuk pemberian cairan

jumlah tetesan harus jelas.

21

Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan

pengganti yang cukup untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif selama

periode kebocoran (24-28jam) pemberian cairan yang berlebihan akan

menyebabkan kegagalan faal pernapasan (efusi pleura dan ascites),

menumpuknya cairan dalam jaringan paru yang berakhir dengan edema.

Jenis Cairan

1. Kristaloid

Ringer Laktat

5% Dekstrose di dalam larutan ringer laktat

5% Dekstrose didalam larutan ringer asetat

5% Dekstrose didalam larutan setengah normal garam fisiologi (faali)dan

5% Dekstrose didalam larutan normal garam fisiologi (faali)

2. Koloidal

Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dekstran 40)

Plasma

Kebutuhan Cairan untuk dehidrasi sedang

Berat Badan (kg) jumlah cairan (ml)

<7 220

7-11 165

12-18 132

` >18 88

22

Kebutuhan Cairan untuk dehidrasi sedang

Berat badan Jumlah cairan (ml)

10 100 per kg BB

10-20 1000+50 kg (diatas 10 kg)

>20 1500+20 x kg BB (diatas

20kg)

(Soegijanto, 2006).

I. Tumbuh Kembang

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai

pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan apa yang dimaksud dengan

pertumbuhan dan perkembangan perdefinisinya seperti berikut :

1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,

yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram,pound,kg), ukuran

panjang (cm atau meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik

(retensi kalium dan nitrogen tubuh).

2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini

menyangkut adanya proses diferensasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

23

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan

emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan (Ngastiyah, 2005).

J. Pengkajian Fokus

Dalam melakukan asuhan keperawatan pengkajian merupakan dasar

utama dalam hal yang penting untuk dilakukan, baik disaat penderita pertama

kali masuk rumah maupun selama penderita dalam masa perawatan. Data

yang diperoleh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu data besar dan data khusus.

1. Data dasar

Data yang perlu dikaji meliputi :

a. Pola nutrisi dan anti body

Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit

saat menelan

Tanda : Mukosa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor (kadang-

kadang), hiperioremia pada tenggorokan, nyeri tekan

b. Pola eliminasi

Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuria (tahap

lanjut)

c. Pola aktifitas dan latihan

Tanda : Dipsnea, pola nafas tidak tidak efektif karena efusi pleura

d. Pola istirahat dan tidur

Gejala : Kelemahan, kesulitan tidur, karena demam atau panas atau

menggigil

24

Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak nafas karena efusi

pleura, nyeri epigastrum, nyeri otot atau sendi

e. Pola persepsi dan sensori kognitif

Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot atau sendi pegal-pegal seluruh

tubuh

Tanda : Cemas, gelisah

f. Persepsi diri dan konsep diri

Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah

g. Sirkulasi

Gejala : Sakit kepala atau pusing, gelisah

Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dipsnea,

perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematurida),

peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang

dari 100.000/kilometer

h. Keamanan

Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia,

gatal-gatal pada kulit

Tanda : Mudah terjadi infeksi, suhu tubuh tinggi, pembesaran

hati/limfa (Syaifullah,1999).

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi :

a. Keadaan umum pasien : Lemah

25

b. Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,

soporokoma, koma, reflek, sensibilitas,

nilai gasglow coma scale (GCS)

c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah (hiptensi), suhu (meningkat),

nadi (takikardi), persyarafan (cepat)

d. Keadaan : Kepala (pusing), mata, telinga, hidung

(epitaksis), mulut (mukosa kering, lidah

kotor, perdarahan gusi), leher, rectum, alat

kelamin, anggota gerak (dingin), kulit

(petekie)

Data khusus :

Data khusus digolongkan menjadi dua yaitu data subyektif dan data obyektif.

1. Data subyektif

Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah : lemas,

panas atau demam, sakit kepala, anoreksia (tidak nafsu makan, mual, sakit

saat makan), nyeri ulu hati, nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada

seluruh tubuh, konstipasi.

2. Data obyektif

Data obyektif yang dijumpai pada penderita DHF adalah :

a. Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

b. Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor

26

c. Tampak bintik merah pada kulit (ptikiae) uji tornikuet positif,

epistaksis, (perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,

hematemesis, melena

d. Hiperemia pada tenggorokan

e. Nyeri tekan pada epigastik

f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa

g. Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,

gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

3. Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan antibody DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan

penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

radiologi

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

a) IgG Dengue positif

b) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit >150.000)

c) Hemoglobin meningkat >20%

d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat >37.0)

e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,

hiponatremia, hipokalmia

f) SGOT dan SGPT mungkin meningkat

g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

27

h) Waktu pendarahan memanjang

i) Pada analisa gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik

PCO2<35-40 mmHg,HCO3 rendah

2) Pemeriksaan urine

Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminoria ringan

3) Melakukan pengukuran antibody pasien dengan cara HI test

(Hemoglobination Inhibition test) atau dengan uji pengikatan

komplemen (komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi

dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada

masa penyembuhan. Untuk pemeriksaan serologi diambil darah

vena 2-5 ml

b. Pemeriksaan radiologi

1) Foto thorak

Pada foto thorak mungkin dijumpai pleura effusion

2) Pemeriksaan USG

PadaUSG didapatkan nematomegali dan splenomegali

c. Pengkajian tumbuh kembang

1) Dari 4 sampai 5 tahun

a) Melompat dan menari

b) Menggambar orang terdiri dari kepala,lengan,badan

c) Menggambar segi empat dan segitiga

d) Pandai bicara

e) Dapat menghitung jari-jarinya

28

f) Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu

g) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita

h) Minat kepada kata baru dan artinya

i) Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya

j) Menganal 4 warna

k) Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar

dan kecil

l) Menaruh minat kepada aktifitas orang dewasa

2) Tahap praoperasional (2-7 tahun) :

Tahap ini dibedakan menjadi dua tahap yaitu prakonseptual (2-

4 tahun) dan intuitif (4-7 tahun). pola berfikir yang egosentris yaitu

aktifitas yang ia lakukan dan rangsangan yang ia terima. Dalam

masa intuitif pola berfikirnya masih didasarkan atas intuisi

penalaran terpusat pada bagian-bagian tertentu objek berdasarkan

atas penampakan tertentu.

29

K. Pathways Keperawatan

DBD

Viremia

Demam akut Permeabilitasvaskuler

meningkat

Kebocoranplasma

Hipovolemik

SyokHipovolemi

Defisitvolumecairan

Nyeri otottulang dan sendi

iskositas

Gangguanrasa

nyamannyeri

Stimulasi RES(Reticulo

EndotheliumSystem)

Hepatomegali

Mendesakrongga

abdomen

Nafsu makanmenurun, mual,

muntah

Gangguannutrisi

kurang darikebutuhan

Hidayat, 2006

hipertermia

30

L. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan viremia

2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma

3. Risiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh

4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual, muntah, anoreksia

5. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

(Hidayat, 2006)

L. Fokus Intervensi

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien

dapat berkurang dengan kriteria hasil :

a. Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.

b. Suhu 36,80C-37,50C

c. Tekanan darah 120/80 mmHg

d. Respirasi 16-24 x/mnt

e. Nadi 60-100 x/menit

31

Intervensi:

1. Kaji saat timbulnya demam.

2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3

jam

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)

4. Berikan kompres hangat

5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter

Rasional :

a. untuk mengidentifikasi pola demam pasien

b. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien

c. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

yang banyak

d. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang

mempercepat penurunan suhu tubuh

e. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

f. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma

Tujuan dan kriteria hasil:

32

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :

a. TD 120/80 mmHg

b. RR 16-24 x/mnt

c. Nadi 60-100 x/mnt

d. Turgor kulit baik

e. Haluaran urin tepat secara individu

f. Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi:

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.

2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya

4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa

5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan

6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500

ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.

7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema,

peningkatan BB, nadi tidak teratur

9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,

pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

33

Rasional:

a. Hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan

takikardi

b. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan

pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila

ketosis harus terkoreksi

c. Demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan

dehidrasi.

d. Merupakan indicator dari dehidrasi

e. Memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

program pengobatan.

f. Mempertahankan volume sirkulasi.

g. Kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah

sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.

h. Cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan

kelebihan beban cairan

i. Mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi

kebutuhan cairan

3. Risiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok

hipovolemik dengan kriteria hasil :

34

a. TD 120/80 mmHg

b. RR 16-24 x/mnt

c. Nadi 60-100 x/mnt

d. Turgor kulit baik

e. Haluaran urin tepat secara individu

f. Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

1. Monitor keadaan umum pasien

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

3. Monitor tanda perdarahan

4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

5. Berikan transfusi sesuai program dokter

6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik

Rasional:

a. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada

saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan

dapat segera ditangani.

b. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik

c. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien

tidak sampai syok hipovolemik

d. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut

35

e. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang

hilang

f. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi

dengan kriteria :

a. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

b. Menunjukkan tingkat energi biasanya

c. Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi:

1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.

2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien

3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai

dengan program diit.

5. Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan

makan sesuai indikasi

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

36

Rasional:

a. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

b. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

kebutuhan terapeutik

c. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk

absorbsi dan utilisasinya)

d. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah

pulang

e. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi

kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien

f. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual

sehingga kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.

5. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat

berkurang dan menghilang dengan kriteria hasil :

a. Pasien mengatakan nyerinya hilang

b. Nyeri berada pada skala 0-3

c. Tekanan darah 120/80 mmHg

d. Suhu 36,80C-37,50C

e. Respirasi 16-24 x/mnt

f. Nadi 60-100 x/mnt

37

Intervensi:

1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)

2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan

kenyamanan

3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat

4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.

5. Ajarkan pasien teknik relaksasi

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Rasional:

a. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan/resolusi komplikasi

b. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

c. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan

untuk menanggulangi nyeri.

d. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih

pasien relaksasi.

e. Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.

f. Memberikan penurunan nyeri.