bab ii konsep dasar a. tahap perkembangan keluarga...
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
KONSEP DASAR
A. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
1. Definisi keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga
berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis pendefinisi yaitu
dengan menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk
menghubungkan keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi
teoritis interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu
arena berlangsungnya suatu interaksi kepribadian, dengan demikian
menekankan karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang
mendukung suatu perspektif sistem-sistem sosial terbuka ukuran kecil
yang terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain
dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem yang ekstrem
(Friedman, 1998).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998)).
-
9
2. Tipe dan Bentuk Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan
orang yang mengelompokkan menurut (Murwani, 2007) tipe keluarga
ada 6 yaitu :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek, nenek, paman, bibi).
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian/kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.
3. Peran keluarga
a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:
1) Peran parental dan perkawinan
-
10
Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami-ayah dan istri- ibu antara lain yaitu, Peran
sebagai provider (penyedia), Peran sebagai rumah tangga,
Peran perawat anak, Peran perawatan anak, Peran rekreasi,
Peran persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi
kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual.
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan
perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak
terutama dapat mempengaruhi membentuk suatu koalisi
dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang
memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang
vital dari keluarga.
b. Peran Informal
1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di
anatara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali
perbedaan pendapat.
2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-
ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau
tujuan-tujuan kelompok.
-
11
3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan
ketidak sepakatan, pendamai menyatakan kesalahannya, atau
menawarkan penyelesaian setengah jalan.
4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat
keterikatan/keakraban.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :
a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and social
placement fungtion) adalah fungsi pengembangan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
-
12
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care
function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah kesehatan
nyeri sendi karena kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan
rasa takut akibat masalah yang di ketahui.
b. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di
sebabkan oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya
masalah, maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup
memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang penyakit,
misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaa t
-
13
pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan tentang usaha
penyakit nyeri sendi.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat
guna memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami
keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari
masyarakat.
6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian
penting dalam konsep keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu
memahami setiap tahap perkembannganya yaitu menerima penurunan
kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun,
mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan
kematian dengan tentram (Mubarak, 2006).
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
-
14
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi
dari caeter dan McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985)
b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut
1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik
2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai
3) Isolasi sosial
4) Kesepian
(kelley et al, 1977 dalam friedman)
B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat
perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya
sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(Mubarak, 2006).
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
(graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
-
15
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa
penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian
puncak maupun aat menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis
tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai
puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
a. Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa
vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium
Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan
menjadi
-
16
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.
b. Teori menua
Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi
dua, yaitu teori biologis dan teori sosiologis. Adapun teori biologis
diantaranya sebagai berikut :
Teori biologis
1) Teori biologis
Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius ini
berhenti berputar, maka ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi
karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan
-
17
yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA
atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.
Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
2) Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).
Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan
sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam
proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas
dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena
adanya proses metabolisme atau proses pernapasan didalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau
-
18
molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang
tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau
molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau
perubahan dalam tubuh.
Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti :
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
Teori sosiologis
1) Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas
dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut
usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya
bersosialisasi.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut
-
19
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
3) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seorang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe
personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
4) Teori pembebasan atau penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarikdiri dari
-
20
kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
c. Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan pada lansia Menurut Wahyudi (2008),
Perubahan Fisik meliputi :
1) Sistem persarafan
a) Menurun hubungan persarafan
b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
c) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
d) Saraf panca- indra mengecil
e) Penglihatan berkurang, pendengaran menhilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap
dingin
f) Kurang sensitif terhadap sentuhan
g) Defisit memori
2) Sistem muskoloskeletal
Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan
tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang
yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari
-
21
kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa. Kerangka
membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting
dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertentu seperti
kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah
tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan
kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari
sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan
produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur.
Perubahan pada sistem muskuloskeletal (Surini, 2003)
a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen
sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,
tulang, artilago, dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak
teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan
hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen
merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada
jaringan kolagen merupakan salah satu alasan
penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah
kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya
karena penuaan, tensile strength dan kekakuan dari
kolagen mulai menurun. Kolasen dan elastin yang
merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung
-
22
mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai
penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan
penyebab turunya fleksibilitas pada lansia sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot,
kesulitan bergerak dari duduk keberdiri, jongkok dan
berjalan, dan hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
b) Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi
lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya,
kemampuan kartilago untuk generasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif.
Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks
kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah
matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada
kolagen kehilangan kekuatanya, dan akhirnya kartilago
cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami
klasifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang
rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif,
tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga sebagai
permukaan sendi berpelumas. Konsekuensinya,
-
23
kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap
gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi
besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi
mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,
keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari-
hari.
c) Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah
diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis.
Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula
transversal terabsorbsi kembali. Sebagai akibat dari
perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan
tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang
terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi
osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan
kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga
tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran
tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan
kekakuan tulang menurun. Dapak kekurangan
kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis.
Osteoporosis lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.
-
24
d) Otot. Perubahan otot pada penuaan sangat bervariasi.
Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung, dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
e) Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan
elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan klasifikasi
pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehingan
fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak
sendi. Beberapa kelainan akibat perubahan pada lansia
antara lain osteoartritis, artritis reumatoid, gout, dan
pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan
gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi,
keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan
aktivitas keseharian lainya. Proses destruksi dari tulang
rawan pada kondisi arthritis sepsis seperti tampak pada
Gb. 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Proses destruksi tulang rawan pada kondisi arthritis sepsis
-
25
Tampak dari gambar diatas 2.1 kondisi destruksi pada
tulang rawan. Pertemuan antar tulang taji akan
menyebabkan mengikisnya pada tulang rawan dan
meniskus. Berikut adalah gambar dari struktur sendi,
normal dan tidak normal. Gambar 2.2 Perbedaan Sendi
Normal dan Artritis
Tampak dari gambar 2.2 diatas kondisi dari sendi
normal tulang tidak mengalami bone erosion.
Sedangkan pada sendi arthritis, akibat dari penekanan
antar tulang menyebabkan cairan synovial semakin
menipis dan terjadi gesekan antar tulang sehingga
tulang meradang, bengkak dan mengalami nyeri pada
persendian.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat
aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan
metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi
-
26
tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan
pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau
ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini
mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa.
Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan
hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berati tulang rawan
akan kehilangan kemampuanya untuk menahan kerusakan bila
diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-
perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstisial
tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan
mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang
mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi kedepan,
cairan yang bergerak ini juga bergeser kedepan mendahului
beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang kembali
kebagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan
sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya
terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat
cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus
meskipun dipakai terlalu banyak. Kapsul sendi terdiri atas
suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah
-
27
banyak dan sinovium. Sinovium membentuk suatu kantung
yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon
yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluar melalui
permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan
gerakan sendi secara penuh. Lapisan- lapisan bursa diseluruh
persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati
kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak
membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada
tiap-tiap sendi relative kecil (1-3 ml). hitung sel darah putih
pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan sebagian
besar merupakan sel mononuclear. Asam hialuronidase adalah
senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan
sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial.
Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai
proses penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari
penurunan ini meliputi ketidak aktifan fisik, perubahan
hormonal dan reasorbsi tulang aktual. Efek penurunan tulang
adalah makin lemahnya tulang vertebra lebih lunak dan dapat
tertekan, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan
terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.
Menyertai penurunan tulang ini dari permukaan dalam
endosteum adalah penambahan tulang aktual pada permukaan
-
28
luar periosteum. Akibatnya, bentuk taji dan tepi, membuat
beberapa tonjolan tulang lebih menonjol. Klasifikasi kartilago
artikular, disertai dengan penyimpangan noninflamasi dari
sendi penyokong berat badan, dapat terjadi. Cairan sinovial
mengental dan kartilago hialin berdegenerasi. Perubahan-
perubahan ini dapat mempengaruhi rentang gerak, gerakan
mudah keseluruhan, dan cara berjalan. Ankilosis dari ligamen
dan sendi menambah gambaran feksi umum.
C. Konsep Nyeri Sendi
1. Pengertian
Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada
saling berdekatan. Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau
lebih, sendi memberikan adannya segmentasi pada rangka manusia
dan memberikan kemungkinan variasi pergerakan di antara segmen-
segmen serta kemungkinan variasi pertumbuhan (Chairudin Rasjad,
2007).
Rasa nyeri pada sendi atau arthralgia, diketahui dapat menyerang
satu atau beberapa sendi sekaligus. Nyeri sendi adalah keluhan yang
sangat umum, namun sebenarnya dapat merupakan gejala dari sebuah
kondisi tertentu, dan sangat mengganggu karena mengekang gerak
kita.
-
29
2. Etiologi
Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui
secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor
pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma
dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
nyeri sendi, yaitu :
a. Mekanisme imunitas
Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam
serumnya yang di kenal sebagai faktor rhematoid antibody nya
adalah suatu faktor antigama globulin(IgM) yang bereaksi terhadap
perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya di kaitkan
dengan Vaskulitis dan prognosis yang buruk.
b. Faktor metabolik
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses
autoimun.
c. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan
Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik.
Juga dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan
penataan yang buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri
sendi.
d. Faktor usia
-
30
Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan
terhadap penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik.
3. Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian
diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami
patofisiologi penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah
gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada
sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta
ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula
fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-tulang. Cairan
sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas
dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering
terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri
sendi. Meskipun memiliki keanekaragaman mulai dari kelainan yang
terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik,
semua penyakit rhematoid meliputi inflamasi dan degenerasi dalam
derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat
pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rhematoid
-
31
inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan panus
(proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon
imun (Smeltzer, 2002).
4. Penatalaksanaan
Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-
periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian,
aspirin, obat anti- inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik,
pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium (Corwin, 2001).
Dalam anamnesis nyeri, aktifitas rutin sehari-hari serta derajat
nyeri dari waktu ke waktu serta hubunganya dengan aktifitas akan bisa
membantu menentukan rejimen dosis bagi penderita tersebut yang
disesuaikan kegiatan sehari-hari dan tingkat rasa nyerinya. Seorang
penderita yang mengeluhkan rasa nyeri arthritis terutama pada saat
aktivitas/kerja dapat diberikan degan analgesik (dosis besar) pada jam
07.00, dosis kecil pada jam 12.00 dan jam 17.00. rejimen tersebut akan
mengatasi nyeri pada saat bangun pagi, mandi, makan pagi dan kerja
ringan diwaktu pagi, serta waktu kerja agak berat di siang hari. Saat
sore dan malam hari dimana aktivitas tak begitu banyak, penderita
mungkin tidak merasakan nyeri yang sangat, sehingga analgesik dosis
kecil sudah mencukupi.
-
32
D. Proses Keperawatan Keluarga dengan nyeri sendi
Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan nyeri sendi antara lain :
1. Identitas Data
a. Jenis kelamin
Nyeri sendi adalah peradangan yang sistematis, progresif dan lebih
banyak terjadi pada wanita dengan perbandingan 3:1 dengan kasus
pada pria.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang berat/ kerja yang yang produktif bertahun-tahun
pada seorang setengah baya (kuli panggul,tukang becak,dll) juga
mendukung terjadinya penyakit nyeri sendi.
c. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan yang rendah dan sulit memungkinkan adannya konflik
dalam keluarga termasuk kebutuhan akan biaya perawatan dan
pengobatan anggota keluarga yang sakit nyeri sendi.
d. Aktifitas rekreasi dan waktu luang
Mengidentifikasi aktifitas-aktifitas dan waktu senggang keluarga,
Penggunaan waktu senggang yang ada menggali perasaan dari
anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi.
e. Kebiasaan aktifitas
-
33
Mengangkat benda-benda berat menimbulkan stres pada sendi,
kerja tanpa waktu istirahat yang cukup dan seimbang mempunyai
efek yang signifikan pada nyeri sendi.
2. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
Riwayat keluarga inti :
Keluhan yang biasa di rasakan oleh penderita nyeri sendi yaitu
nyeri pada jari-jari tangan, nyeri pada lutut dan nyeri pada punggung.
Nyeri dirasakan jika melakukan aktivitas dan berkurang jika klien
beristirahat.
Keluarga ini berada pada tahap perkembangan dengan usia lanjut.
Keluarga yang rentan mengalami penyakit nyeri sendi adalah usia
lanjut dimana terjadi degenerasi dari organ tubuh khususnya pada
sistem muskuluskeletal.
3. Data Lingkungan
a. Kondisi Rumah
Faktor lingkungan rumah yang kurang aman dan membahayakan
juga memperbesar peningkatan resiko untuk jatuh pada penderita
penyakit nyeri sendi, Misalnya penggunaan keset yang licin, lantai
yang licin, Pencahayaan yang kurang memadahi, Tangga rumah
yang terlalu curam, Tidak menggunakan alas kaki, Tempat tidur
yang terlalu tinggi, Tidak menggunakan alat bantu mobilitas yang
-
34
tepat, Tidak ada pengaman atau pegangan dari lokasi- lokasi yang
tepat, seperti kamar mandi.
b. Fasilitas dan pelayanan kesehatan : Tingkat ekonomi yang rendah
dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan nyeri sendi. Ketidak
efektifannya dan keluarga dalam mengunjungi pelayanan
kesehatan yang ada.
c. Fasilitas transportasi : Transportasi merupakan sarana yang
penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi
menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan
kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk.
4. Struktur Keluarga.
a. Struktur komunikasi : Berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat
menurunkan beban masalah (Efendi, 1998).
b. Struktur kekuasaan : Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh
pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan
masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan nyeri
sendi dalam keluarga (Efendi, 1998).
c. Struktur peran : Peran antar kelurga menggambarkan perilaku
interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan dalam
posisi dan situasi tertentu (Efendi, 1998).
-
35
d. Nilai kepercayaan : Beban kasus keluarga sangat bergantung pada
nilai kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga
(Efendi, 1998).
5. Fungsi Keluarga
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
nyeri sendi, anggapan bahwa penyakit nyeri sendi adalah biasa
yang bisa sembuh dengan sendirinya. Ketidak mampuan keluarga
dalam mengambil keputusan serta dalam mengambil tindakan
yang tepat tentang nyeri sendi atau tidak memahami mengenai
sifat berat dan meluasnya masalah nyeri sendi.
b. Ketidak mampuan keluarga dalam memecahkan masalah karena
kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga seperti : latar
belakang pendidikan dan keuangan keluarga.
c. Ketidak mampuan keluarga memilih tindakan diantara beberapa
alternative perawatan dan pengobatan terhadap nyeri sendi.
d. Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga yang
sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan nyeri sendi
misal : sifat artritis, penyebab nyeri sendi, dan tanda gejala yang
menyertai nyeri sendi (Nasrul effendi, 1998).
Koping keluarga : koping keluarga dipengaruhi oleh situasi
emosional keluarga, sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja
-
36
sama antara anggota keluarga serta adanya support system dalam
keluarga (Efenndy, 1998).
Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga diagnosis
keperwatan aktual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial atau
wellness.
1) Diagnosis aktual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah
terjadi pada saat pengkajian di keluarga : Hambatan mobilitas
fisik berhungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang menderita nyeri sendi.
2) Resiko tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada
pengkajian. Namun dapat menjadi masalah aktual bila tidak
dilakukan pencegahan dengan cepat : Resiko injuri
berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan.
e. Fokus intervensi
1) Diagnosa pertama hambatan mobilitas fisik berhungan dengan
ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita nyeri sendi.
a) Pencegahan primer
a. Berikan penyuluhan tentang pencegahan nyeri
b. Ajarkan cara untuk kompres hangat
c. Identifikasi adanya factor-faktor nyeri
b) Pencegahan sekunder
-
37
a. Kaji karakteristik nyeri
b. Beri kompres hangat dan dingin
c. Beri obat anti inflamasi seperti aspirin.
c) Pencegahan tersier
a. Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila
diketahui nyeri berkelanjutan.
b. Kolaborasi pemberian obat antianalgesik.
2) Diagnosa kedua Resiko injuri berhubungan dengan
Ketidak mampuan keluarga mengenal, masalah nyeri sendi dan
memodifikasi lingkungan.
a) Pencegahan primer
a. Berikan penyuluhan tentang resiko injuri
b. Ajarkan cara untuk pencegahan jatuh
c. Identifikasi adanya factor-faktor resiko injuri
b) Pencegahan sekunder
a. Kaji resiko injuri
b. Beri pendidikan kesehatan tentang lingkungan
yang aman bagi penderita nyeri sendi.
c. Modifikasi lantai yang licin, pencahayaan yang
terang dan penataan perabotan rumah tangga
yang aman bagi penderita nyeri sendi.
c) Pencegahan tersier
-
38
Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi
pasien semakin memburuk.
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (Bailon Dan
Malagya, 1979)
Skoring :
a. Tentukan skore untuk setiap kriteria
b. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot
Skore
X bobot
Angka tertinggi
c. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria.
No KRITERIA BOBOT
1.
2.
3.
4.
Sifat masalah
Skala : tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
Skala : masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
3
2
1
2
2
1
0
3
2
1
2
1
0
1
2
1
1