bab ii konsep dasar -...

29
6 BAB II KONSEP DASAR A. PEGERTIAN Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah Noer, 1998). Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI, 1999). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah Noer, 1996). Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 1996). Beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut: Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Upload: lydang

Post on 19-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. PEGERTIAN

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim

dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah

Noer, 1998).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1

minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI, 1999).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim

dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah

Noer, 1996).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut

juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis

(Seoparman, 1996).

Beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut:

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh

salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,

makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

7

B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir

di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan

relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari

berbagai macam bau.

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

8

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di

kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian

kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan

membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-

enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung

antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan

menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara

sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam

lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan

menggunakan proses peristaltik.

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).

b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).

c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

9

3. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk

seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Kardia.

b. Fundus.

c. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui

otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.

Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi

lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi

secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel

yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:

a. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa

menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya

tukak lambung.

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

10

b. Asam klorida(HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung

yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi

dengan cara membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

4. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran

pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding

usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap

ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir yang

melumasi isi usus dan air yang membantu melarutkan pecahan-

pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga melepaskan

sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Otot

yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan. Lapisan luar: terdiri

atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam:

merupakan serabut sirkuler untuk membantu gerakan peristatik.

Lapisan sub mukosa terdiri atas jaringan penyambung, sedangkan

mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembulu darah dan

kelenjar.

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

11

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus

halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke

usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan

bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale

dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ peritoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas

jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin

duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas

jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk

berhenti mengalirkan makanan.

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

12

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis

yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua

belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia

dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter

adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus

dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari

usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,

yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat

dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet dan

plak peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus

penyerapan secara makroskopis.

c. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari

usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang

sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum, jejunum dan

dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8

(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan

garam-garam empedu.

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

13

Dinding usus terdiri atas 4 lapisan dasar: lapisan paliang luar

(lapisan serosa), dibentuk oleh peri tonium. Peritoneum mempunyai

lapisan visceral dan pariental dan lapisan yang terletak antara lapisan

ini dinamakan rongga peritoneum.

Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan-lipatan

peritoneum, antara lain:

a. Mesentrium merupakan lipatan peritoneum yang lebar

mengantung jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen

dan memungkinkan usus bergerak leluasa. Masentrium

menyokong pembulu darah dari limfe yang mensuplai usus.

b. Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum yang

menggantung dari kurvatura mayor lambung dan berjalan turun

di depan visera abdomen omentum biasanya mengandung

banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu rongga

peritoneum (melindungi) dari infeksi.

c. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang

dari kurvatura minor lambungdan bagian atas duodenum menuju

kehati. Salah satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah

pergerakan antara organ-organ yang berdekatan dengan

mensekresi cairan serosa sebagai pelumas.

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

14

ANATOMI SISTEM PENCERNAAN

2.1 Gambar system pencernaan pada manusia

Sumber :http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/

typhoid-abdominalis.html

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

15

C. ETIOLOGI / PREDISPOSISI

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B

dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan

demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang

sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi

dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun, ini akan dapat

menginfeksi orang lain.

Adapun beberapa macam dari salmonella typhi adalah sebagai berikut:

1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu

getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam

antigen yaitu:

a. Antigen O(somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida)

b. Antigen H(flagella)

c. Antigen K(selaput) dan protein membrane hialin.

2. Salmonella parathypi A

3. Salmonella parathypi B

4. Salmonella parathypi C

(Rahmad Juwono, 1996)

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

16

D. PATOFISIOLOGI

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid

disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian

eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan

penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada

patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus

halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya

merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan

yang meradang.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan

melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian

kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

17

usus halus bagian distal. Di usus ini kuman menularkan endtoksin

sehingga bakteriema primer sebagian akan difagosit dan sebagian tidak di

fagosit. Bakteri yang difagosit akan mati sedangkan yang tidak difagosit

berkembang biak dan meradang pada jaringan sekitar. Kuman yang masuk

ke aliran darah kapiler prosecia pada kulit dan tidak hipertermi. Kuman

selanjutnya masuk usus halus dan terjadi peradangan menyebabkan mual

muntah atau anoreksia intake tidak adekuat sehingga terjadi kebutuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh selain itu menyebabkan

hiperperistaltik pada usus sehingga klien dengan typoid sering terjadi

diare tindakan bedrest untuk mencegah kondisi klien menjadi buruk.

Kuman masuk ke hepar dan kandung empedu menyebabkan endotoksin

meningkat dan kuman merusak hepar sehingga terjadi SGOT / SGPT

meningkat. Kuman yang mencapai hipotalamus akan menekan system

syaraf termoregulator menyebabkan hipertermi sehingga klien cepat lelah

menjadi intoleransi aktifitas. Selain itu kuman pada organ intestinal

menyebabkan perdarahan usus, peritonitis sedangkan di ekstraintestinal

menyebabkan pneumoni serta meningitis.

E. MANIFESTASI KLINIK

Demam typoid yang tidak diobati sering kali merupakan penyakit

berat yang berlangsung lama dan terjadi selama 4 minggu atau lebih:

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

18

1. Minggu pertama: demam yang semakin meningkat, nyeri kepala,

malaise, konstipasi, batuk non produktif, brakikardi relative.

2. Minggu kedua: demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen,

‘rose spot’ (dalam 30%) splenomegali (pada 75%).

3. Minggu ketiga: demam terus menerus, delirium, mengantuk, distensi

abdomen massif, diare ‘pea soup’.

4. Minggu keempat: perbaikan bertahap pada semua gejala.

Setelah pemulihan, relaps dapat terjadi pada 10% kasus (jarang

terjadi setelah terapi fluorokuinolon). Kasus dapat berlangsung ringan atau

tidak tampak. Kasus paratyphoid serupa dengan typhoid namun biasanya

lebih ringan. Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)hari, selama inkubasi

ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang

tidak khas):

1. Perasaan tidak enak badan

2. Lesu

3. Nyeri kepala dan pusing

4. Diare

5. Anoreksia

6. Bradikardi relatif

7. Nyeri otot

(Mansjoer, Arif 1999).

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

19

Menyusul gejala klinis yang lain:

1. Demam (> 39 OC)

Demam berlangsung 3 minggu

a. Minggu I: Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat pada sore dan malam hari

b. Minggu II: Demam terus

c. Minggu III: Demam mulai turun secara berangsur – angsur

2. Gangguan pada saluran pencernaan

a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi

kemerahan, jarang disertai tremor

b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan

c. Terdapat konstipasi atau diare

3. Gangguan kesadaran

a. Kesadaran yaitu apatis – somnolen

b. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli

hasil dalam kapiler kulit)

(Rahmad Juwono, 1996).

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

20

F. KOMPLIKASI

1. Perdarahan dan perforasi usus(terutama pada minggu ketiga).

2. Miokarditis.

3. Neuropsikiatrik: Psikosis, ensefalomielitis.

4. Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pneumonia, pancreatitis.

5. Abses pada limpa, tulang atau ovarium(biasanya setelah pemulihan).

6. Keadaan karier kronik(kultur urin / tinja positif setelah 3 bulan) terjadi

pada 3% kasus(lebih sedikit setelah terapi fluorokuinolon).

(Mandal, 2006)

Komplikasi dapat dibagi dalam:

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perforasi usus

c. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal.

a. Kardiovaskuler: Kegagalan sirkulasi perifer(renjatan

sepsis) miokarditis, trombosis dan tromboflebitie.

b. Darah: Anemia hemolitik, trombositopenia, sindrom

uremia hemolitik

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

21

c. Paru: Pneumoni, empiema, pleuritis.

d. Hepar dan kandung empedu: Hepatitis dan kolesistitis.

e. Ginjal: Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.

f. Tulang: Osteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.

g. Neuropsikiatrik: Delirium, meningiemus, meningitis,

polinefritis, perifer, sindrom guillan-barre, psikosis dan

sindrom katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang

terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan

kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.

(Rahmad Juwono, 1996).

G. PENATALAKSANAAN

1. Perawatan.

a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari

untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2. Diet.

a. Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.

b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

22

c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim.

d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

3. Obat-obatan.

a. Klorampenikol

b. Triampenikol

c. Kotrimoxazol

d. Amoxilin dan ampicillin

H. PENGKAJIAN FOKUS (TERMASUK PEMERIKSAAN PENUNJANG)

1. Identitas

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,

tinggi badan, berat badan, tanggal masuk rumah sakit.

2. Keluhan Utama

pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan

kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid,

apakah pasien menderita penyakit lainnya.

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

23

4. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,

anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat

(anemi), nyeri kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),

gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita

Thypoid atau sakit yang lainnya.

6. Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,

dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat

menerima pada apa yang dideritanya.

7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan

Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat

menimbulkan masalah dalam kesehatannya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama

sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga

dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.

c. Pola aktifitas dan latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

24

kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan

gerak akibat penyakitnya.

d. Pola tidur dan aktifitas

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu

badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah

pada waktu tidur.

e. Pola eliminasi

Kebiasaan dalam BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi

karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan.

f. Pola reproduksi dan sexual

Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah

atau sudah menikah akan terjadi perubahan.

g. Pola persepsi dan pengetahuan

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan

mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam

merawat diri.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Terjadi perubahan apabila pasien tidak efektif dalam

mengatasi masalah penyakitnya.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

25

i. Pola penanggulangan stress

Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam

mengatasi masalah penyakitnya.

j. Pola hubungan interpersonil

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap

hubungan interpersonal dan peran serta mengalami

tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien

akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta

kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,

pucat, mual, perut tidak enak, anoresia.

b. Kepala dan leher

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata

normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak edema,

pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah,

fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

26

c. Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah

abdomen ditemukan nyeri tekan.

d. Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan

tidak terdapat cuping hidung.

e. Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan

darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi

saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

f. Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak,

akral hangat.

g. Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,

produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari

normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

h. Sistem muskuloskeletal

Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau

tidak ada gangguan.

i. Sistem endokrin

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

27

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar

tiroid dan tonsil.

j. Sistem persyarafan

Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma,

pada penderita penyakit thypoid.

Page 23: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

28

I. PATWAYS

Kebutuhan Nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh Diare

hipertermi

Intoleransi

aktifitas

Gangguan keseimbangan cairan kurang

dari kebutuhan tubuh

konstipasi

Kuman mati

mulut

Kuman salmonela

hepar

Lambung (Hcl)

5f (foot, fingers, fomitus, fly, feses)

hidup

bakteriema primer

kuman menularkan

endotoksin

usus halus bagian distal

bakterimema sekunder mati

difagosit tidak difagosit

hipotalamus usus halus

miokarditis tromboflebiti

s

pembulu

darah kapiler

menekan

cepat lelah

Mual, muntah

anoreksia

nutrien

t

mal absorbsi

peradanga

n

hiperperistaltik

usus

Intestinal - Per darahan usus - Peritonitis

Peritonitis

Ekstraintestinal

- pneumonia

- meningitis

- meningitis

reinteraksi

komplikasi usus

Hepatitis

merusak hepar

endotoksin termoregule

r

haluaran cairan

intake tidak

adekuat

bedrest

hepotasplenomegali

Page 24: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

29

J. DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan infeksi

Salmonella Typhi.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fisik / bedrest.

4. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan

(diare/muntah).

5. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya

cairan dan serat dalam tubuh.

K. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

1. Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan infeksi

salmonella thypi

Tujuan: suhu tubuh normal/terkontrol.

Kriteria hasil: Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh

Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh.

Turgor kulit membaik

Intervensi:

Page 25: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

30

a. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan

suhu tubuh

R/ Agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan

suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.

b. Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat

R/ Untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan

membantu mengurangi penguapan tubuh.

c. Batasi pengunjung

R/ Agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak

terasa panas.

d. Observasi TTV tiap 4 jam sekali

R/ Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien.

e. Anjurkan pasien untuk banyak minum, 2,5 liter / 24 jam.

R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak.

f. Memberikan kompres air biasa.

R/ Untuk membantu menurunkan suhu tubuh.

g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tx antibiotik dan

antipiretik

Page 26: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

31

R/ Antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk

menurangi panas.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

Tujuan: Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria hasil: - Nafsu makan meningkat

- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

diberikan

Intervensi:

a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.

R/ Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi

sehingga motivasi untuk makan meningkat.

b. Timbang berat badan klien setiap 2 hari.

R/ Untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.

c. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat,

tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan

dihidangkan saat masih hangat.

R/ Untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

d. Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

R/ Untuk menghindari mual dan muntah.

Page 27: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

32

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi

parenteral.

R/ Antasida mengurangi rasa mual dan muntah.

f. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per

oral sangat kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/bed rest

Tujuan: Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

optimal.

Kriteria hasil:- Kebutuhan personal terpenuhi

- Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.

- Memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.

Intervensi:

a. Kaji respon klien terhadap aktifitas

R/ Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam

keluhan kelemahan, keletihan yang berkenaan dengan aktifitas.

b. Anjurkan klien untuk istirahat

R/ Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenaga untuk

beraktifitas, klien dapat rileks.

c. Bantu dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari sesuai kebutuha

R/ Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena

kebutuhan aktifitas sehari-hari dapat terpenuhi dengan bantuan

keluarga dan perawat.

Page 28: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

33

d. Tingkatkan aktifitas secara bertahap

R/ Aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh para klien

sesuai yang diinginkan, meningkatkan proses penyembuhan dan

kemampuan koping emosional.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan

dengan cairan yang keluar berlebihan (diare/muntah)

Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan

Kriteria hasil:-

- Turgor kulit meningka.

- Wajah tidak nampak pucat

Intervensi:

a. Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada

pasien dan keluarga.

R/ Untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.

b. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.

R/ Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum, 2,5 liter / 24 jam.

R/ Untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

Page 29: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-iistaurita... · a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka). b. Bagian tengah

34

d. Observasi kelancaran tetesan infuse.

R/ Untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya

edema.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).

R/ Untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi

(secara parenteral).

5. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya

cairan dan serat dalam tubuh.

Tujuan: Tidak terjadi gangguan pada pola eliminasi BAB

Kriteria hasil:

- Klien dapat BAB secara rutin yaitu 1x sehari seperti biasa.

- Tidak teraba massa pada abdomen.

Intervansi:

a. Monitor Tanda-Tanda Vital.

R/ Untuk mengetahui perkembangan kondisi klien.

b. Anjurkan klien untuk sering minum air putih yang banyak.

R/ Supaya masukan cairan adekuat membantu mempertahankan

konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi.

c. Anjurkan klien untuk makan makanan berserat.

R/ Karena diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang

peristaltik dan eliminasi regular.

d. Berikan huknah gliserin untuk membantu mempermudah BAB.