bab ii konsep dasar -...

47
6 BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama. (Friedman, 1998) Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi social, peran dan tugas. (Spredley, 1996 dalam Murwani, 2008) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam Murwani (2008))

Upload: vucong

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di

dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama. (Friedman, 1998)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interelasi social, peran dan tugas. (Spredley, 1996 dalam Murwani,

2008)

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

(Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam Murwani

(2008))

7

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga adalah beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga

yang mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak

famili, maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan

keluarga tersebut.

2. Tipe – Tipe Keluarga

Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998

yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur tentang

keluarga adalah :

a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai

orang tua atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami,

istri dan anak mereka (anak kandung, anak adopsi atau keduanya).

b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di

dalamnya seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota

keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti.

Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2006) tipe keluarga ada 15

antara lain :

8

a. Tradisional nuclear

Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal

dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu

ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

b. Extended family

Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain

sebagainya.

c. Reconstituted nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami /

istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

d. Niddle age / aging couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah /

perkawinan / meniti karier.

e. Dyadic nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya / salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasangannya

dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah / di luar rumah.

9

g. Dual carrier

Suami istri / keduanya orang karier dan tanpa anak.

h. Commuter married

Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Singgle adult

Wanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

j. Three generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institusional

Anak-anak / orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.

l. Comunal

Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknyadan bersama-sama dalam penyediaan

fasilitas.

m. Group marriage

Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried parent and child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

10

o. Cohibing couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

Menurut Murwani (2008) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,

istri dan anak (kandung atau angkat).

2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga

lain yang mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek,

paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan

istri tanpa anak.

4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang tua (ayah / ibu) dengan anak (kandung / angkat). Kondisi

ini dapat disebabkan oleh perceraian / kematian.

5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri

seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa

kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional

1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari

orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa

nikah.

2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

11

3) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan

anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama

dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman

yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok

atau membesarkan anak bersama.

4) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga

yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai

persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami istri (marital

partners).

6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama

diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling

merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan

membesarkan anak.

8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan

atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama

lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga

bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anak.

9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak

ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara,

12

pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

10) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak

mendapatkan perlindungan yang permanen karena krisis

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau

problem kesehatan mental.

11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-

orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

kriminal dalam kehidupan.

3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) dalam Murwani (2007)

sebagai berikut:

a) Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan

dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil

13

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga

tidak dapat terpenuhi.

b) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan

belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya

anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang

yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar

bersosialisasi dengan lingkungan disekitar meskipun demikian

keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau

hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam

sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-

norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi

keluarga.

14

c) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi keebutuhan biologis

pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

meneruskan keturunan.

d) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti

memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memnuhi

kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak

pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak

seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahn

yang berujung pada perceraian.

e) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang

sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

15

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

a. Tahap 1 : Keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya

sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan

perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru

yang intim.

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama

hingga bayi berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya

dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga.

Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa

hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah

tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang

telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit

karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.

Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan

posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak

perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan

berbeda.

16

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun

dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,

awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah

anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima

dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung

selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat

jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika

anak masih tinggal dirumah hingga brumur 19 atau 20 tahun.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh

anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan

rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap

ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak

anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum

menikah yang masih tinggal di rumah.

g. Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia

pertengahan dari bagi oarngtua, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua

17

memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang

pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan

salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir

dengan pasangan lain meninggal.

5. Tugas Perkembangan Keluarga

Tugas-tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) antara

lain :

a. Tahap I : keluarga pemula

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan,

perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan

bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua orang

digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi

barupun diterima. Pasangan harus saling menyesuaikan diri

terhadap banyak hal kecil bersifat rutinitas.

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan

pertama dari sebuah pasangan, karena mereka pindah dari

rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru.

18

Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga

keluarga, yaitu menjadi anggota keluarga dari keluarga asal

masing-masing, disamping keluarga mereka sendiri yang baru

saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas

memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan mengupayakan

berbagai hubungan dengan orang tua mereka, sanak saudara

dan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus

diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan mereka.

3) Keluarga berencana ( keputusan tentang kedudukan sebagai

orangtua ).

Apakah ingin memiliki anak atau tidak dan penentuan

waktu untuk hamil merupakan suatu keputusan keluarga yang

sangat penting. Tipe perawatan kesehatan yang di dapat

keluarga sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat

mempengaruhi kemampuan keluarga mengatasi perubahan-

perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kelahiran

bayi.

b. Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru dalam keluarga)

2) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan

dan kebutuhan anggota keluarga

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

19

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orangtua dan kakek dan nenek.

c. Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan

Anak-anak usia prasekolah sangat rentang terhadap

penyakit dan kecelakaan misalnya jatuh, luka bakar dan

laserasi. Kejadian-kejadian ini lebih sering ditemukan dalam

keluarga besar, keluarga dimana pengasuh dewasa tidak ada

(orang tua sering tidak di rumah), dan keluarga dengan

pendapatan rendah. Keamanan lingkungan dan pengawasan

anak yang adekuat merupakan kunci untuk mengurangi

kecelakaan.

2) Mensosialisasi anak

Anak-anak usia prasekolah mengembangkan sikap diri

sendiri (konsep diri) dan secara cepat belajar mengekspresikan

diri mereka, seperti tampak dalammkemampuan menangkap

bahasa dengan cepat.

3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara

psikologis merupakan suatu kejadian traumatik. Persiapan

anak-anak menjelang kelahiran seorang bayi membantu

20

memperbaiki situasi, khususnya jika orangtua sensitif terhadap

perasaan dan tingkah laku anak yang lebih tua. Persaingan di

kalangan kakak beradik (sibling rivalry) biasanya

diungkapakan dengan memukul atau berhubungan secara

negatif dengan bayi, tingkah laku regresif, melakukan kegiatan

yang menarik perhatian.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

(hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan

diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas)

Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan

keluarga berencana setelah kelahiran seorang bayi, atau

melanjutkan kontrasepsi jika tidak terdapat kehamilan, jiga

diindikasikan. Kedua orangtua perlu memiliki kesengangan dan

kontak diluar rumah untuk mengawetmudakan mereka

sehingga mereka dapat melaksanakan berbagai tugas-tugas dan

tanggung jawab di rumah.

d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

Orangtua yang mempunyai perhatian di luar anak

mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang

perlahan-lahan. Akan tetapi, dalam contoh-contoh di mana

21

peran ibu merupakan sentral dan satu-satunya pera yang

signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini

merupakan sesuatu yang menyakitkan dan dipertahankan mati-

matian.

Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar

biasa dari komunitas di luar rumah melalui sistem sekolah dan

berbagai asosiasi di luar keluarga yang mengharuskan anak-

anak mereka menyesuaikan diri dengan standar-standar

komunitas bagi anak. Hal ini cenderung mempengaruhi

keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan

nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan

menyebabkan sejumlah keluarga dari kelas pekerja dan banyak

keluarga miskin merasa tersingkir dari dan konflik dengan

sekolah dan atau nilai-nilai komunitas.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

Pada tahap ini, kebahagiaan perkawinan menurun. Dua

buah penelitian yang besar menguatkan observasi ini (Burt,

1970 ; Rollins dan Feldman, 1970). Meningkatkan komunikasi

yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri merupakan

hal yang vital dalam bekerja dengan keluarga dengan anak usia

sekolah.

22

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

Bekerja dengan keluarga sebagai konselor dan pendidik

dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang

layak untuk skrining lanjutan, membutuhkan energi yang

sangat banyak dari seorang perawat sekolah, memungkinkan

guru mampu menangani kebutuhan-kebutuhan kesehatan

individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara lebih

efektif.

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan

remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan

dependen yang dibentuk sebelumnya ke arah suatu hubungan

yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam

hubungan anak orangtua ini salah satu hubungan khas yang

penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan. Hal ini juga

dapat meningkatkan stres pada orang tua sehingga akan muncul

masalah-masalah kesehatan pada orang tua misalnya hipertensi.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu

terikat dengan berbagai tanggung jawab sebagai orangtua

sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama

23

dalam kehidupan mereka. Suami biasanya banyak

menghabiskan waktu di luar rumah karena bekerja dan

melanjutkan kariernya, sementara itu istrinya juga bekerja

meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggung

jawab sebagai orangtua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa

sedikit waktu dan energi untuk hubungan perkawinan.

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

Karena ada kesenjangan antar generasi, komunikasi

terbuka sering kali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan

suatu realita. Seringkali terdapat saling tolak-menolak antara

orangtua dan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup. Orang

tua yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam masalah

terbukti sering kali menolak dan memisahkan diri dari anak

mereka yang tertua, sehingga mengurangi saluran-saluran

komunikasi terbuka yang mungkin telah ada.

f. Tahap VI : keluarga yang melepaskan usia dewasa muda

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

Pada kebanyakan keluarga, peran sentral dan abadi-

abadi dalam arti bahwa peran tersebut telah berlangsung selama

20 tahun, bagi wanita adalah peran sebagai seorang ibu.

Meskipun saat ini kurang lazim karena banyak wanita yang

24

sekolah atau meniti karier, identitas dan kompetensi wanita

didasarkan pada seorang ibu yang baik.

2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

Pentingnya hubungan perkawinan dengan

menggolongkan tahap perkembangan orangtua pada titik ini

dalam siklus kehidupan keluarga sebagai pembentuk suatu

kehidupan baru bersama-sama.

3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri.

Meskipun perawtan orangtua yang lanjut usia dan atau

tidak mandiri bukanlah fungsi yang diharapkan dari keluarga,

dengan pengecualian pada beberapa kelompok etnis, suami dan

istri diharapkan dapat membantu dan menyokong anggota

keluarga yang lebih tua semaksimal mungkin. Aktivitas

tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari

menelepon secara rutin hingga bantuan finansial, transportasi

dan mengunjungi serta merawat orangtua mereka di rumah.

g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan gaya

hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun

kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melakukan

25

kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-65

tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang karena lebih baik

sekarang dari pada tidak pernah adalah selalu benar, agaknya

terlalu terlambat untuk mengembalikan begitu banyak

perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi seperti

artritis akibat inaktivitas, tekanan darah tinggi karena

kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya

kapasitas vital akibat merokok.

2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak.

Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka

ke dalam keluarga dan meningkatkan hubungan antargenerasi,

fungsi perkembangan ini dapat mendatangkan penghargaan

yang tinggi (Duvall, 1977). Tugas perkembangan ini

memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa seperti

sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal

dari posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai

orangtua selama 24 jam. Karena umur harapan hidup

meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara khusus terjadi

pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982).

3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

Sekarang pasangan tersebut benar-benar sendirian

setelah bertahun-tahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan

26

hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan

kelegahan, bagi kebanyakan pasangan merupakan pengalaman

yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai

pasangan menikah dari pada orangtua.

h. Tahap VIII : keluarga dengan masa pensiun dan lansia

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan

merupakan tugas paling penting dari keluarga-keluarga lansia.

Pengaturan hidup seseorang merupakan suatu prediktor

kesejahteraan yang ampuh di kalangan lansia. Relokasi

merupakan pengalaman traumatik bagi lansia, apakah itu

perpindahan sukarela atau tidak. Itu berarti meninggalkan

pertalian tetangga dan persahabatan yang telah memberikan

lansia rasa aman dan stabilitas. Relokasi berarti berpisah dari

warisan seseorang dan isyarat yang mendukung kenangan

lama.

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

Ketika pensiun, terjadi penurunan pendapatan secara

tajam, dan seiring dengan berlalunya tahun, pendapatan pun

semakin menurun dan semakin tidak memadai karena terus

naiknya biaya hidup dan terkurangnya tabungan

Secara substansi, lansia kurang memiliki pendapatan

dalam bentuk uang kontan dibandingkan dengan mereka yang

27

berumur dibawah 65 tahun. Kaum lansia amat sangat

bergantung pada keuntungan dan aset pendapatan jaminan

sosial.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan.

Perkawinan yang dirasakan memuaskan dalam tahun-

tahun berikutnya biasanya mempunyai sejarah positif yang

panjang, dan sebaliknya. Riset membuktikan bahwa

perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan

aktivitas yang berlangsung dari kedua pasangan lansia (Lee,

1978 dalam Friedman, 1998).

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

Secara umum merupakan tugas perkembangan yang

paling traumatis. Sebagaimana ditunjukkan pada data statistik

dibawah ini, wanita lansia lebih menderita karena kematian

pasangannya dari pada pria. Menurut angka statistik tahun

1986, tiga perempat dari seluruh lansia hidup bersama

pasangan mereka, sementara hanya 38 persen wanita lansia

yang hidup dengan pasangan mereka. 51 persen adalah janda.

5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi.

Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk

menjauhkan diri dari hubungan sosial, keluarga tetap menjadi

fokus interaksi-interaksi sosial lansia dan sumber utama

dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari aktivtas-

28

aktivitas dunia sekitarnya, hubungan-hubungan dengan

pasangan, anak-anak dan cucu-cucu, dan saudara-saudaranya

menjadi lebih penting. Oleh karena itu anggota keluarga

merupakan sumber utama bantuan dan interaksi sosial.

Keluarga lansia biasanya sering memberikan bantuan satu sama

lain sejauh mereka mampu.

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan

dan integrasi hidup).

Karena orang menjadi tua, mereka harus memahami

keadaan mereka. Berbicara tentang kehidupan masa lalu

sesorang yang disebut penelaahan kehidupan (life review)

merupakan aktivitas yang vital dan umum karena aktivitas ini

menggambarkan suatu penelaahan terhadap arti sentral dari

kehidupan.

6. Masalah - Masalah Kesehatan

Masalah-masalah kesehatan yang muncul menurut Friedman (1998)

yaitu :

a) Tahap I : Keluarga pemula

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

3) Penyuluhan dan konseling prenatal

4) Komunikasi

29

b) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

2) Perawatan bayi yang baik

3) Pengenalan dan penanganan masalah-masalah sesehatan fisik

secara dini

4) Imunisasi

5) Konseling perkembangan anak

6) Keluarga berencana

7) Interaksi keluarga

8) Bidang-bidang peningkatan kesehatan umum

c) Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah

1) Masalah kesehatan fisik seperti penyakit-penyakit menular

yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar, keracunan dan

kecelakaan-kecelakaan yang terjadi selama sekolah.

2) Masalah hubungan psikologi seperti hubungan perkawinan.

3) Persaingan diantara kakak-adik.

4) Keluarga berencana

5) Kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan.

6) Masalah-masalah pengasuhan anak seperti membatasi

lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak,

keamanan di rumah.

7) Masalah-masalah komunikasi keluarga.

30

d) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

e) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

1) Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol

2) Keluarga berencana

3) Kehamilan yang tidak dikehendaki

4) Pendidikan dan konseling seks

f) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

1) Masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orangtua

mereka.

2) Masalah-masalah transisi peran bagi suami istri.

3) Masalah orang yang memberikan perawatan (bagi orang tua

lanjut usia).

4) Munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-faktor yang

berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas, tekanan

darah tinggi.

5) Masalah menopause.

g) Tahap VII : Orangtua usia pertengahan

1) Kebutuhan proporsi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan

waktu luang dan tidur, nutrisi yang baik, program olahraga

yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang

optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi

penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.

2) Masalah-masalah hubungan perkawinan.

31

3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu,

serta orang tua yang lanjut usia.

4) Masalah yang hubungan dengan perawatan : membantu

perawatan orang tua yang lanjut usia atau tidak mampu

merawat diri.

h) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

1) Menurunnya fungsi dan kekuatan fisik.

2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai.

3) Isolasi sosial.

4) Kesepian.

5) Masalah-masalah kesehatan yang serius.

7. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) antara lain :

a) Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila :

jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki

kekuatan, komunikasi keluarga bagi pengirim : memberikan pesan,

memberikan umpan balik dan valid. Komunikasi dalam keluarga

dikatakan tidak berfungsi apabila : tertutup, adanya issu atau gosip

negatif, tidak berfokus pada satu hal dan selalu mengulang issu dan

pendapat sendiri, komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat

asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental exspresi dan

32

komunikasi tidak sesuai. Penerima gagal mendengar,

diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi dan

kurang atau tidak valid.

b) Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran

bisa bersifat formal atau informal.

c) Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk,

mengontrol, mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.

d) Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah

pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

8. Peran Perawat Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan

sebagai unit pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga

sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi

perawat adalah membantu keluarga untuk menyesuaikan masalah

kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga

melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan (Murwani, 2007).

33

Peran perawat menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai berikut :

a) Sebagai pendidik

Perawat bertanggungjawab memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga

dalam merawat angora keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan

keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang

bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara

keluarga dan unit kesehatan (puskesmas dan rumah sakit).

c) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga

melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang

memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga

yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.

d) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap

keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap

keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah

tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.

34

e) Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk

melindungi hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan

mampu mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada

perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban

mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk

memandirikan keluarga.

f) Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga

dan masyarakat unruk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu

memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g) Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami

masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

Masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi

menurut siklus atau budaya yang dipraktikan keluarga. Misalnya,

diare pada balita terjadi karena budaya menjaga kebersihan

makanan dan minuman kurang diperhatikan. Peran sebagai peneliti

difokuskan pada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi

penyebab, menanggulangi, dan melakukan promosi kepada

anggota keluarganya. Selain itu, perawat perlu mengembangkan

asuhan keperawatan keluarga terhadap binaannya.

35

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik

diatas 90mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara

terus menerus hingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal

adalah 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dan resistensi

pembuluh darah perifer dan kardiak output (Reeves, Roux & Lockhart,

2001).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya

adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai

ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Hadibroto, Sustrani &

Alam, 2004).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka mordibitas dan angka kematian (mortalitas) (Adib,

2009).

Berdasarkan beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal, dimana tekanan sistoliknya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg, yang

36

dapat menimbulkan gangguan pada pembuluh darah sehingga

mengakibatkan suplai O2 dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2. Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai

dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National

Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood

Pressure “ (JNC VI) sebagai berikut : (Rahardjo, 2000)

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High Normal 130 – 139 85 – 89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Anatomi Fisiologi

Sistem kardiovaskuler adalah sistem transport tubuh yang

membawa gas-gas pernafasan, nutrisi, hormon-hormon dan zat-zat lain

ke dan dari jaringan tubuh.

37

Sistem kardiovaskuler dibangun oleh :

- Darah, jaringan cair kompleks

yang mengandung sel-sel

khusus dalam cairan plasma.

- Jantung, pompa ganda yang

terdiri atas empat ruang yang

bekerja memompa darah ke

pembuluh-pembuluh darah.

- Pembuluh-pembuluh darah.

- Arteri, yang membawa darah

dari jantung ke jaringan.

- Vena, yang mengembalikan

darah dari jaringan ke jantung.

- Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat halus yang ada pada

seluruh jaringan tubuh kita. Kapiler menghubungkan arteri kecil ke

vena kecil. Pertukaran gas-gas pernafasan dan zat nutrisi di

jaringan terjadi melewati dinding kapiler

4. Etiologi

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertesi yang terjadi tidak diketahui

dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai

penunjuk utama, setelah itu banyak faktor lain yang

38

mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara

riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko

untuk juga menderita penyakit ini. Faktor-faktor lain yang dapat

dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah

lingkungan, kelainan metabolisme intra seluler dan faktor-faktor

yang meningkatkan risikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol,

merokok, dan kelainan darah/polisitemia. Usia juga berpengaruh,

pada hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil

(intermitten) pada individu pada akhir 30an dan awal 50an dan

secara bertahap “menetap”.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah

diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes,

ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan dengan

kehamilan. Kasus yang jarang terjadi adalah karena tumor kelenjar

adrenal (feokromositoma). Garam dapur akan memperburuk

kondisi hipertensi, tetapi bukan faktor penyebab (Smeltzer & Bare,

2002; John, 2003; Hadibroto, 2004).

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari

pusat vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke

39

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke

ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang

serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu

dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat

bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi

korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

40

menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga

disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus

simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis

menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang

meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek

kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.

Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum

sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem

kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.

Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan

elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan

elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi

vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain

yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang

akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan

jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok

terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap

melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan

41

dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah

serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.

Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya

adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya

bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin

(Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003; Hadibroto, 2004; Kuswardhani,

2006; Ruhyanudin, 2007).

6. Tanda dan Gejala

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan

apapun selain tekanan darah yang tinggi tetapi dapat pula ditemukan

perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat, penyempitan

pembuluh darah dan pada kasus berat edema pupil. (Smeltzer, 2001).

Tetapi pada penderita hipertensi pada umumnya memang tidak

mempunyai tanda gejala spesifik. Sedangkan gejala yang lazim

dirasakan adalah pusing serta kelelahan (Edward,1995). Hipertensi

yang mendadak terjadi pada usia lanjut, memberi sugesti kemungkinan

adanya hipertensi sekunder khususnya hipertensi renovaskuler

(Darmojo, 1999).

42

Sumber :

Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;

Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.

7. Pathways Keperawatan

Obesitas Merokok Stress Konsumsi garam berlebih

Kurang olah raga

Alkohol

Penimbunan kolesterol

Penyempitan pembuluh darah

Nikotin dan karbon monoksida masuk

aliran darah

Merusak lapisan endotel pembuluh

darah

Aterosklerosis

Pelepasan adrenalin dan

kortisol

Vasokonstriksi pembuluh

darah

Retensi cairan

Peningkatan volume darah dan sirkulasi

Peningkatan kadar kortisol

Meningkatnya sel darah merah

Meningkatnya viskositas

Meningkatnya tahanan perifer

arteri

Efek konstriksi arteri perifer

HIPERTENSI

Otak

Suplai O2 ke otak menurun

Retensi pembuluh darah otak meningkat

Ginjal

Retina

Kenaikan beban kerja jantung

Sinkope

Resiko tinggi cidera

Tekanan pembuluh darah

meningkat

Nyeri kepala

Gangguan rasa nyaman nyeri

Blood flow menurun

Vasokonstriksi pembuluh darah

ginjal

Respon RAA

Vasokonstriksi

Rangsang aldosteron

Retensi natrium

Oedem

Gangguan keseimbangan volume cairan

Spasme arteriole

Diplopia

Resiko tinggi cidera

Hipertrofi otot jantung

Penurunan fungsi otot

jantung

Resiko penurunan

curah jatung

Jantung bekerja keras untuk memompa

Kelainan fungsi ginjal

Tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air di dalam

tubuh

Volume darah dalam tubuh meningkat

Resiko terjadi gangguan

perfusi jaringan serebral

Indera

Hidung Telinga

Perdarahan Suara berdenging

Gangguan keseimbangan

Feokromositoma

Memacu stress

Usia di atas 50 tahun

Penebalan dinding aorta & pembuluh darah

besar

Elastisitas pembuluh

darah menurun

Tahanan perifer

meningkat

43

8. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita

hipertensi yaitu:

Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah

bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan

kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil

terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,

muntah, gelisah (Hadibroto, 2004; Ruhyanudin, 2007).

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup

Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat

badan merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan

asupan garam sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan

garam pada waktu makan. Akan sulit dilaksanakan karena akan

mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mempengaruhi

kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada beberapa penyelidikan

didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi

resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik

yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat

menurunkan tekanan darah.

Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko

seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok

44

dapat meningkatkan tekanan darah, alkohol diketahui dapat

meningkatkan tekanan darah sehingga menghindari alkohol berarti

menghindari kemungkinan mendapat hipertensi. Relaksasi seperti

meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf

autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan

darah.

b. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi

Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi

berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan

darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya

manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor resiko lain.

Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria,

perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85

atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka

perlu dimulai terapi obat-obatan. (Smeltzer,2001)

Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :

1) Diuretik

Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni

dan pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut.

Obat golongan diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid.

Efek samping terjadinya penyakit “gout” dan kadar gula pada

DM sedikit meningkat.

45

2) Beta bloker

Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu

adrenalin terhadap jantung dan pembuluh darah. Efek samping

rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan tangan (kaki) terasa dingin.

Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol, propanolol,

timolol, pindolol,dll.

3) Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah

kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan

jantung serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya

tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek

samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan

pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine,

diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin.

4) Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin

Converting Enzyme Inhibitor atau ACE Inhibitor)

ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal,

yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping :

terjadi penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan

pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan,

valsartan dan irbesartan.

46

5) Vasodilator

Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek

samping dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung

dan menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang

temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,

minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid.

6) Golongan penghambat simpatetik

Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat

vasomotor otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin

atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan

guanetidine.(Susalit, 2001)

10. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan

warna kulit, suhu dingin

47

c. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria, faktor stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,

pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

e. Makanan / Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

f. Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit

kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode

epistaksis

Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen

48

h. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,

ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau

tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,

bunyi napas tambahan, sianosis

i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

j. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, DM , penyakit ginjal. Faktor resiko

etnik, penggunaan pil KB atau hormon

11. Fokus Intervensi

No. Diagnosa

Keperawatan Tujuan

Standar Kriteria

Intervensi

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral

Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan, keluarga mampu: 1.Mengenal

masalah hipertensi

1.1 Keluarga mampu menyebutkan pengertian hipertensi

Respon Verbal

1.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang

hipertensi 1.1.2 Diskusikan dengan keluarga

tentang pengertian hipertensi dan berikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi

1.1.3 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.

49

1.2 Keluarga

mampu menyebutkan penyebab hipertensi

1.3 Keluarga

mampu menyebutkan tentang tanda dan gejala hipertensi

2. Mengambil

keputusan yang tepat tentang hipertensi :

a. Keluarga mau ke pelayanan kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan makanan yang sehat

c. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk berolah raga

Respon verbal

Respon verbal

Respon afektif

Respon verbal

Respon verbal

1.1.4 Beri motivasi keluarga untuk mengulangi apa yang telah disampaikan

1.1.5 Berikan pujian karena keluarga mampu menjawab pertanyaan dengan benar

1.2.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang

penyebab hipertensi 1.2.2 Diskusikan dengan keluarga

tentang penyebab hipertensi dengan menggunakan lembar balik dan melakukan pendkes.

1.2.3 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

1.2.4 Beri motivasi keluarga untuk mengulangi apa yang telah disampaikan.

1.2.5 Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar

1.3.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang

tanda dan gejala hipertensi 1.3.2 Diskusikan dengan keluarga

tentang tanda dan gejala hipertensi dengan menggunakan lembar balik dan melakukan pendkes.

1.3.3 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

1.3.4 Beri motivasi keluarga untuk mengulangi apa yang telah disampaikan.

1.3.5 Beri reinforcement positif 2.1 Diskusikan dengan keluarga tentang

menu sehat untuk penderita hipertensi, olah raga dan istirahat.

2.2 Motivasi keluarga sesering mungkin beri makanan menu sehat untuk penderita hipertensi dan ajak untuk berolah raga serta istirahat

2.3 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

2.4 Berikan reinforcement positif

50

d. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk istirahat dan tidur

3. Merawat

anggota keluarga yang menderita hipertensi : a.Keluarga

mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi

4. Memodifikasi

lingkungan pada penderita hipertensi : a.Keluarga

mampu memodifikasi lingkungan untuk penderita hipertensi

5. Memanfaatkan

pelayanan kesehatan bagi penderita hipertensi : a. Keluarga

mampu menggunakan pelayanan kesehatan.

b. Keluarga mampu mengungkap-kan perasaannya setelah ke puskesmas.

Respon verbal

Respon psikomotor

Respon verbal

Respon verbal

Respon psikomotor

3.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang

cara merawat penderita hipertensi 3.2 Berikan pend.kes dan demonstrasi

cara pembuatan minuman seledri 3.3 Beri kesempatan keluarga untuk

bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

3.4 Minta keluarga untuk mendemonstrasikan kembali

3.5 Berikan reinforcement positif 4.1 Kaji kemampuan keluarga

memodifikasi lingkungan 4.2 Anjurkan keluarga untuk membuat

keadaan rumah aman, nyaman dan tenang

4.3 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

4.4 Berikan pujian karena keluarga mampu memodifikasi lingkungan

5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang

pemanfaatan pelayanan kesehatan 5.2 Anjurkan keluarga untuk pergi ke

pelayanan kesehatan jika ada yang sakit

5.3 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

5.4 Berikan reinforcement positif

51

2. Perilaku tidak sehat (merokok)

Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan tentang bahaya akibat merokok diharapkan: 1. Mengenal

masalah : a. Keluarga

mampu menyebutkan kandungan dan gejala ketagihan rokok

b. Keluarga mampu menyebutkan bahaya merokok

2. Mengambil

keputusan yang tepat tentang merokok : a. Keluarga mau

ke pelayanan kesehatan.

b. Tn. S mampu berhenti merokok.

3. Merawat

anggota keluarga yang merokok a. Keluarga

mampu merawat anggota keluarga yang merokok

4. Memodifikasi

lingkungan pada perokok a. Keluarga

mampu memodifikasi lingkungan rumahnya

Respon verbal

Respon verbal

Respon afektif

Respon verbal

Respon verbal

Respon verbal

1.2.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang

kandungan rokok 1.2.2 Berikan pend.kes merokok pada

keluarga 1.2.3 Diskusikan kembali tentang

kandungan dan gejala ketagihan merokok

1.2.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

1.2.5 Berikan pujian karena keluarga mampu menjawab pertanyaan

2.1 Diskusikan dengan keluarga tentang

cara mengurangi konsumsi rokok 2.2 Motivasi keluarga sesering mungkin

untuk mengurangi rokok 2.3 Beri kesempatan keluarga untuk

bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

2.4 Berikan reinforcement positif 3.1 Anjurkan kepada keluarga agar

mengganti rokok dengan permen. 3.2 Beri kesempatan keluarga untuk

bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

3.3 Berikan reinforcement positif 4.1 Anjurkan keluarga untuk membuat

keadaan rumah nyaman (membuka jendela) agar terjadi pertukaran udara

4.2 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

4.3 Berikan reinforcement positif

52

5. Menggunakan fasilitas kesehatan a. Keluarga

mampu menggunakan fasilitas kesehatan

Respon verbal

5.1 Anjurkan keluarga untuk

memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya.

5.2 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas

5.3 Berikan reinforcement positif