bab ii landasan teori 2.1 ergonomi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/45481/3/bab ii.pdfperkakas kerja,...
TRANSCRIPT
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, ergon dan nomos.
Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan, kaidah, atau prinsip (wikipedia).
Ergonomi juga bisa di masukkan dalam penerapan ilmu-ilmu biologi tentang
manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya.
Sedangkan Sritomo (1996) mendefinisakan Ergonomi sebagai disiplin
keilmuan yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang
memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya. Penerapan ergonomi
pada umumnya merupakan aktifitas rancang bangun (design) ataupun perancangan
ulang (redesign). Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip pekerjaan yang harus
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.
2.1.2 Manfaat Ergonomi
Semua yang berhubungan dengan manual material handling dapat
diselesaikan dengan ergonomi. Luasnya cakupan ergonomi juga dapat digunakan
menyelesaikan perangkat keras yang berhubungan dengan operator. Meliputi
perkakas kerja, kursi kerja, pegangan alat kerja, sitem pengendali, alat peraga, jalan
/ lorong, pintu, jendela, dan lain-lain.
Menurut Eko Nurmianto (2005) ergonomi juga berperan penting dalam
desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat,
pergantian shift kerja, peningkatan variasi pekerjaan, dan sebagainya. Disamping
itu ergonomi juga memberikan peranan dalam meningkatkan faktor keselamatan
kerja, misalnya desain sistem kerja yang tidak membuat nyeri tulang belakang
operator. Hal berguna untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja.
4
2.1.3 Tujuan Ergonomi
Ergonomi memiliki tujuan untuk mempelajari batasan interalsi tubuh
manusia dengan pekerjaannya. Ergonomi bisa juga mengurangi kelelahan karena
pekerjaan yang dilakukan. Tarwaka (2004) menjelaskan beberapa tujuan dari
ergonomi adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik
dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
• Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengeloa dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah produktif.
• Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis,
ekonomis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
2.1.4 Aspek Ergonomi
Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan
keterbatasan yang berkaitan dengan aspek pengamatan fisik maupun psikis.
Demikian juga peranan atau fungsi mesin/peralatan yang menunjang operator
dalam melakukan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat beban
kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan tetapi
berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia (Sritomo
Wignjosoebroto ,2003).
1. Sikap dan posisi kerja meliputi :
a. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan
posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau
jangka waktu lama.
5
b. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum
yang bisa dilakukan.
c. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam
sikap atau posisi miring.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau
periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam
posisi diatas level siku yang normal.
2. Anthropometri dan dimensi ruang kerja
Data anthropometri sangat berpengaruh bagi perancangan peralatan
maupun fasilitas dalam sistem kerja. Anthropometri pada dasarnya
menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia saja tetapi juga
dapat memiliki karakteristik lain seperti berat, umur, suku bangsa dan lain-
lain.
3. Energi yang dikonsumsikan
Aspek ini sering sekali kurang diperhatikan oeh perancangan sebuah sistem
kerja. Semakin besar energi yang dikeluarkan maka akan semakin cepat
operator merasa lelah. Pada umumnya jenis kelelahan yang mengganggu
adalah kelelahan mental. Hal ini dapat membuat operator merasa tidak
nyaman pada lingkungan kerjanya dan tidak mampu lagi berfikir jernih.
4. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja
Perancangan sebuah fasilitas kerja harus diatur sedemikian rupa agar
operator yang bekerja merasa enak dalam melakukan pekerjaannya. Maksud
dari pengaturan dan perancangan fasilitas kerja ini adalah untuk jangka
waktu yang cukup lama, maka sebelum operator mulai beradaptasi pada
6
lingkungan kerja yang efisien tersebut haruslah diberi pelatihan dan
keterampilan tertentu agar pekerjaan yang dilakukan benar-benar efisien.
5. Energi kerja yang dikonsumsikan
Aplikasi prinsip ergonomi dan ekonomi gerakan dalam tahap perancangan
dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalkan
energi yang harus dikonsumsikan dan meningkatkan efisiensi output kerja
itu sendiri. Dengan pendekatan yang ergonomis maka diharapkan bisa
menghasilkan rancangan yang “fit to the user” dan bukan sebaliknya.
2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
2.2.1 Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)
MSDs merupakan sesuatu kondisi dimana bagian dalam tubuh mengalami
gangguan, bagaian tubuh ini meliputi kerja antara otot dan tulang. MSDs umumnya
tidak terjadi secara langsung, melainkan penumpukan aktivitas kecil secara
bertahap dalam waktu yang lama. Hal ini diakibatkan oleh beban kerja yang terjadi
pada saat melakukan pekerjaan dan dapat menimbulkan cedera yang dimulai dari
nyeri, pegal – pegal, dan rasa sakit pada bagaian tubuh tertentu.
Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dan
World Helath Organization (WHO), MSDs merupakan gangguan yang disebabkan
ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan
sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem
Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot.
2.2.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs
Benezech dan L’Epee (1983) menyatakan bahwa telah banyak ahli medis
meneliti operator pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan
untuk mengalami beberapa keluhan, antara lain adalah :
• Algias merupakan penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang
posturnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa
barang, pengantar barang dan penerjun payung.
7
• Osteo articular deviations merupakan penyakit pada pemain violin
(violinist) dan operator kerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buruh
pelabuhan (stevadoring) dan pembawa / pemikul keranjang, datarnya
telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
• Rasa nyeri pada otot dan tendon merupakan rusaknya achiles pada para
penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis
pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang jagung.
• Iritasi pada cabang saraf tepi merupakan penyakit saraf ulnar bagi para
pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji,
penjilid dan buku, pemotong kaca dan pengendara sepeda.
Beberapa pekerjaan tersebut diatas sekarang sering dijumpai dan gejalanya
tidak menutup kemungkinan untuk kondisi kerja baru yang lain sejalan dengan
perubahan teknologi. ( As cited in Eko Nurmianto 2005).
2.2.3 Kerja Otot Statis dan Dinamis
Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem gerak tubuh. Otot dapat
bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rythmic). Pada kerja otot dinamis,
kontraksi dan relaksasi terjadi silih berganti sedangkan pada kerja otot statis otot
menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu (Tarwaka, 2010).
Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan
dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot
terganggu. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari
darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak
dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa
metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis
menyebabkan kehilangan energi yang tidak perlu (Eko Nurmianto, 2003)
Keluhan muskulosletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama,
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan
tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang dinamakan dengan keluhan
8
muskulosletal disorders (MDSS) atau keluhan pada sistem muskulosletal. Secara
garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu (Tarwaka,2010):
1. Keluhan sementara (reversible)
Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun
demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan
2. Keluhan menetap (persistent)
Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja
telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal pada ummnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan
akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang
panjang.
Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan moskuloskeletal adalah sikap
kerja yang tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih
banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun
kerja denga ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. Postur
kerja yang tidak alami tersebut juga dapat disebabkan oleh hal-hal berikut
(Petter,2005) :
1. Peregangan Otot Yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya
sering dikeluhkan oleh para pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut
pengarahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong,
menarik, dan menahan beban yang berat. Peragangan otot yang berlebihan
ini terjadi karena pengarahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan
optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat
mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan
terjadinya cedera otot skeletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-
angkut dansebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
9
akibat beban kerja secar terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan
untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot
skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan satasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan pekerja.
Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan
oleh tidak adanya kesesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan
ukuran tubuh pekerja. Sebagai negara berkembang, sampai saat ini
Indonesia masih tergantung pada perkembangan teknologi negara-negara
maju, khususnya dalam pengadaan peralatan industri. Mengingat bahwa
dimensi peralatan tersebut didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang
Indonesia, maka pada saat pekerja orang Indonesia harus mengoperasikan
peralatan tersebut, terjadilah sikap kerja tidak alamiah.
Hal tersebut disebabkan karena didalam mendesain mesin-mesin
tersebut hanya didasarkan antropometri dari populasi pekerja negara yang
bersangkutan, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar dari
pekerja Indonesia. Sudah dapat dipastikan, bahwa kondisi tersebut
akanmenyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan mesin.
Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi
akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
cedera otot.
10
4. Faktor Penyebab Sekunder
a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak,
Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka
jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekan langsung dari
pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat
menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat
dan akhirnya timbul rasa nyeri pada otot.
c. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan
pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan
menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara
yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang
terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam
tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi pasokan
energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke
otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai
oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat
terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada otot (Tarwaka, 2010).
2.2.4 Kelelahan
Pada dasarnya kelelahan menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan
lelah, perubahn fisiologis tubuh dan pengurangan kemampuan melakukan kerja
(Barnes, 1980). Kelelahan merupakan suatu pertanda yng bersifat sebagai
11
pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah melewati
batas maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan suatu
keadaan yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dibiarkan terus-
menerus akan berakibat buruk dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Ada
2 (dua) jenis kelelahan yakni kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot
merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat konstraksi tulang.
Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu
kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar
(Suma’mur, 2009). Sedangkan kelelahan umum adalah suatu perasaan yang
menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelembanan pada setiap
aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena : monotoni, intensitas an lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi,
Grandjean dalam Tarwaka (2004).
2.2.5 Pemindahan Bahan Secara Manual
Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan bebandimana
pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,mendorong,
menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional Board of
Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk,2006). Pengertian
pemindahan beban secara manual, menurutAmericanMaterial Handling Society
(AHMS) bahwa material handling dinyatakansebagai seni dan ilmu yang meliputi
penanganan (handling), pemindahan(moving), Pengepakan (packaging),
penyimpanan (storing) dan pengawasan(controlling) dari material dengan segala
bentuknya (Wignjosoebroto,1996). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi
yang rendah keposisiyang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan
penggunaan gaya harusmelebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan
bahan secaramanual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkankecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnyanyeri punggung (back injury) , adalah arah beban yang akan diangkat
danfrekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang harus
12
diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung(Nurmianto,1996) antara
lain:
• Beban yang harus diangkat.
• Perbandingan antara berat beban dan orangnya.
• Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya.
• Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan
mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh,
danbisa menggangu jarak pandangnya.
Batasan beban yang boleh diangkat:
• Batasan angkat secara legal (legal limitations )
Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan angkat
ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.(Nurmianto, 1996)
o Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah
14kilogram.
o Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum
bebanangkatnya adalah 18 kilogram.
o Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat
o Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum
bebanangkatnya adalah 11 kilogram.
o Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah
16kilogram.
• Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Bio
mechanicallimitations).
Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi
aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi.
Sedangkankriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion
load)pada intervertabraldisk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor
satu.
• Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations).
Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata
bebanmetabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive
13
lifting)sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal
iniharuslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka
untukmenentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas
yangberulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang
belakangkarena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara
berlebihan
• Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ).
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya
untukmedapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang
berbeda.Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan
sebagai berikut:
o Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan
pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak
beraturan.
o Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan
menggunakan mesin.
o Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat
2.2.6 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling
Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi sistem kendali
tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulangbelakang. Bila koordinasi tubuh
tidak terjalin dengan baik akanmenimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang
MMH. Faktor yangmenjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menurut
(Heran, Dkk(1999) dalam Mustolih, 2007) dibagi menjadi dua faktor yaitu:
1. Faktor Fisik (Physical Factor)
Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan
kimia,radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi
(gerakandan perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan
lantai.
2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor)
Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja,
peraturan kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja,konsekuensi
14
kesalahan kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saatkerja. Kedua
faktor tersebut diatas berpengaruh terhadap kecelakaankerja pada
musculoskeletal. Untuk faktor fisik (Physical Factor) yangmenjadi faktor
beresiko terhadap gangguan musculoskeletal adalah postur/sikap kerja dan
gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang.Sedangkan diantara faktor
Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan
dalam aktivitas produksi dan terbatasnyakeleluasan para pekerja.
2.2.7 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Musculoskeletal Disorders
Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan
antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan danlain-lain. Sikap
kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalamsistem kerja yang ada. Jika
kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akanmenyebabkan kecelakaan kerja,
karena pekerja melakukan pekerjaan yangtidak aman. Sikap kerja yang salah,
canggung dan diluar kebiasaan akanmenambah resiko cidera pada bagian
muskuloskeletal (Bridger, 1995).
• Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang
seringdilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh
manusiaakan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan
posisiberdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki
menujutanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi.Kestabilan
tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh posisi keduakaki. Kaki yang
sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggulakan menjaga tubuh
dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusanantara anggota tubuh
bagian atas dengan anggota tubuh bagian bawah.Sikap kerja berdiri memiliki
beberapa permasalahan sistemmuskuloskeletal. Nyeri punggung bagian
bawah (low back pain)menjadi salah satu permasalahan posisi sikap kerja
bediri dengan sikappunggung condong ke depan. Posisi berdiri yang terlalu
lama akanmenyebabkan penggumpalan pembuluh darah vena, karena aliran
darah berlawanan dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila terjadi
padapergelangan kaki dapat menyebabkan pembengkakan.
15
• Sikap Kerja Duduk
Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York
menunjukanbahwa 35% dari beberapa pekerja mengunjungi klinik
mengeluhkanrasa sakit pada punggung bagian bawah (Bridger, 1995). Ketika
sikapkerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan
bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akanmiring ke
belakang dan tulang belakang bagian lumbar akanmengendor. Mengendornya
bagian lumbar menjadikan sisi depaninvertebratal disk tertekan dan
sekelilingnya melebar atau merenggang.Kondisi ini akan membuat rasa nyeri
pada punggung bagian bawah danmenyebar pada kaki.
Gambar 2.1. Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk
(Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))
Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat
dihindari dengan melakukan perancangan tempat duduk. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakaisandaran akan menaikan
tekanan pada invertebaratal disk sebanyak 1/3hingga 1/2 lebih banyak daripada
posisi berdiri (Kroemer Dkk, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan
sandaran punggung untuk menopang punggung. Sandaran yang baik adalah
sandaran punggungyang bergerak maju-mundur untuk melindungi bagian
lumbar.Sandaran tersebut juga memiliki tonjolan kedepan untuk menjaga
ruanglumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
tekanan pada bagian invertebratal disk.
16
• Sikap Kerja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan
dalampekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilantubuh
ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri padabagian punggung
bagian bawah (low back pain) bila dikukan secaraberulang dan periode yang
cukup lama.
Gambar 2.2. Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk
(Sumber: Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))
Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.Otot
bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbarmengalami
penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dariinvertebratal disk justru
mengalami peregangan atau pelenturan.Kondisi ini akan menyebabkan rasa
nyeri pada punggung bagianbawah. Sikap kerja membungkuk dapat
menyebabkan “slipped disks”,bila dibarengi dengan pengangkatan beban
berlebih. Prosesnya samadengan sikap kerja membungkuk, tetapi akibat
tekanan yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak
dan penekananpembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan oleh keluarnya
materialpada invertebratal disk akibat desakan tulang belakang bagian lumbar.
• Pengangkatan Beban
Kegiatan ini menjadi penyebab terbesar terjadinya kecelakaan
kerjapada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari
17
kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau
over exertion.
Gambar 2.3. Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah
(Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))
Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang
belakangbagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian
L5/S1(lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerahini
mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebrataldisk pada
L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulangbelakang. Bila
pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuantubuh manusia, maka akan
terjadi disk herniation akibat lapisanpembungkus pada invertebratal disk pada
bagian L5/S1 pecah.
• Membawa Beban
Terdapat perbedaan dalam menetukan beban normal yang dibawa oleh
manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yangdilakukan.
Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawabeban adalah jarak.
Jarak yang ditempuh semakin jauh akanmenurunkan batasan beban yang
dibawa.
• Kegiatan Mendorong Beban
Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah
tanganpendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong
beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan
18
tenaga maksimal untuk mendorong beban berat danmenghindari kecelakaan
kerja bagian tangan dan bahu.
2.2.8 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling
Pencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian musculoskeletal
adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang beresiko terhadap
keselamatan kerja. Dibawah ini beberapa tindakan untukmengurangi resiko
gangguan musculokeletal pada pekerjaan manualmaterial handling :
• Perencanaan ulang pekerjaan
o Mekanisasi
Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan pekerjaan yang
berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu
menampung pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan.
o Rotasi pekerjaan
Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun beberapa
pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkahini
adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yangberbeda-
beda.
o Perbanyakan dan pengayaan kerja
Sebuah pekerjaan sebisa mungkin tidak dilakukan dengan
monoton, melainkan dilakukan dengan beberapa variasi. Tujuan dari
langkahini adalah untuk menghindari beban berlebih pada satu bagian
ototdan tulang pada anggota tubuh.
o Kelompok kerja
Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi
bebankerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota
kelompokbebas melakukan pekerjaan yang dilakukan.
• Perancangan tempat kerja
Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja dengan
memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja menyesuaikan
dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH dilakukan dengan leluasa.
19
Kondisi lingkungan seperti cahaya, suara,lantai dan lain-lain juga perlu perhatian
untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman.
• Perancangan peralatan dan perlengkapan
Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampumengurangi
penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaiakan pekerjaan.
Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangisikap kerja yang salah,
sehingga menurunkan ketegangan otot.
• Pelatihan kerja
Program ini perlu dilakukan terhadap pekerja, karena pekerjamelakukan
pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan yang
berbahaya dan perlu mengetahui bagaimanamelakukan pekerjaan yang aman.
Untuk melakukan kegiatan manualmaterial handling (MMH) dengan aman, maka
dalam melaksanakanpelatihan kerja MMH perlu memahami pedomannya. Empat
prinsipyang dipegang selama melakukan manual material handling (MMH),
menurut (Alexander,1986, didalam Mustolih, 2007) yaitu :
o Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengantubuh
(mencegah momen pada tulang belakang).
o Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam
posisisegaris (mencegah gerakan berputar pada tulang belakang).
o Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh.
o Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulitdan
berbahaya.
2.3 Nordic Body Map (NBM)
Nordic Body Map adalah sebuah metode pengukuran rasa sakit yang
dialami pekerja selama dia bekerja. Metode ini merupakan metode yang subjektif.
Dalam artian keberhasilan dari metode ini tergantung pada saat dilakukan penelitian
dan kemampuan peneliti saat menggunakannya. Contoh kuisioner Nordic Body
Map ditunjukkan pada gambar berikut :
20
Gambar 2.4 Kuisioner Nordic Body Map
(Sumber : Eko Nurmianto (2005))
Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk menunjukkan ada atau
tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut. Kuesioner Nordic Body
Map ini diberikan kepada seluruh pekerja yang terdapat pada stasiun kerja. Setiap
responden harus mengisi ada atau tidaknya keluhan yang diderita. Pada
sederhananya responden cukup menjawab Sakit atau Tidak Sakit pada kolom yang
disediakan. Namun beberapa kasus juga menggunkan skala likert pada Nordic Body
Map. Skala ini berupa empat pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak Sakit, Sedikit
Sakit, Terasa Sakit, dan Sangat Sakit.
Setelah proses pengisian oleh pekerja selesai, peneliti akan merekapitulasi
hasil dari Nordic Body Map. Setelah mengetahui hasilnya maka peneliti akan
dihadapkan pada dua keputusan yaitu postur kerja aman dan postur kerja tidak
21
aman. Jika postur kerja aman, maka penelitian pun berakhir pada kuisioner ini. Dan
jika postur kerja tidak aman, maka penelitian akan dilanjutkan ke tahap berikutnya
untuk mengetahui tindakan lanjutan apa yang seharusnya diambil.
Keuntungan dari Nordic Body Map ini adalah metodenya sederhana,
memerlukan biaya yang murah, dan waktu pengerjaan relatif cepat. Dengan
keuntungan itu kita juga mendapatkan hasil laporan yang meliputi keseluruhan
tubuh.
2.4 Quick Exposure Check (QEC)
Quick Exposure Check adalah suatu metode yang digunkanan untuk menilai
gangguan otot. Metode ini menilai pada bagaian punggung, bahu / lengan,
pergelangan tangan, dan leher. Penilaian pada QEC dilakukan pada kondisi tubuh
statis dan kerja dinamis. Kemudian untuk memperkirakan tingkat risiko dari postur
tubuh dengan melibatkan unsur penggulangan gerakan, tenaga/beban dan lama
tugas untuk area tubuh yang berbeda (Li dan Buckle, 1998).
Metode ini berbentuk kuisioner yang diisi oleh dua pihak, peneliti dan
operator kerja. Contoh kuisioner dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
23
Gambar 2.6 Kuesioner Operator pada Quick Exposure Cek
(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)
Pertanyaan diatas diisi oleh peneliti dan operator kerja. Peneliti mengisi
bagaian yang bisa diamati dan operator kerja mengisi bagian yang dirasakan oleh
operator kerja itu sendiri.
24
Kemudian peneliti membuat rekapitulasi hasil dari wawancaranya dan
dimasukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Tabel rekapitulasi pada Quick Exposure Cek
(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)
Pada tabel diatas menunjukan bahwa adanya pengelompokan setiap bagaian
tubuh antara kuisioner peneliti dan kuisioner operator kerja. Hasil rekapitulasi
digunakan untuk mencari exposure score . Exposure score dapat dicari dengan cara
memasukkan hasil rekapitulasi pada tabel 2.1 .
Berdasarkan hasil penghitungan nilai exposure score, maka tahap
selanjutnya adalah menghitung nilai exposure level dengan menggunakan rumus
pada Persamaan 1 (Rezia et al. 2014).
Keterangan :
E% = Exposure level
25
X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cidera untuk punggung,
bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher yang diperoleh dari
penghitungan kuesioner.
Xmax = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi cidera
untuk punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher. Xmax
konstanta untuk beberapa pekerjaan seperti pekerjaan statis nilai Xmax
yang mungkin terjadi adalah 162 dan untuk pekerjaan manual handling
(mendorong atau menarik benda dan mengangkat atau membawa benda),
nilai Xmax yang mungkin terjadi adalah 176.
Hasil dari exposure level akan dicocokan dengan tabel berikut :
Tabel 2.2 Total Exposure Score
(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)
2.5 Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos (manusia) dan metricos
(pengukuran).antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan, serta
penerapan dari data tersebut untuk penanganan desain. (Nurmianto, 1991)
Data mengenai perancangan fasilitas kerja, maupun lokasi dan perpindahan
kendali, ditentukan oleh karakteristik tubuh manusia. Antropometri membicarakan
ukuran tubuh manusia dan aspek-aspek segala gerakan manusia maupun postur dan
gaya-gaya yang dikeluarkan. Dengan bantuan dasar-dasar antropometri, maupun
aspek-aspek pandangan dan medan visual, dapat membantu mengurangi beban
kerja dan memperbaiki untuk kerja dengan cara menyediakan tata letak tempat kerja
yang optimal, termasuk postur kerja yang baik serta landasan yang dirancang
dengan baik.
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, meliputi juga
26
ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas, antara lain: (digilib.petra.ac.id)
• Perancangan areal kerja.
• Perancangan peralatan seperti mesin, perkakas.
• Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi meja komputer.
• Perancangan lingkungan kerja fisik
Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi, tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangan tersebut.
2.5.1 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya
Menurut Sritomo (2003, h61), manusia pada umumnya akan berbeda-beda
dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini akan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang
perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut antara lain:
• Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya
sampai sekitar umur 20 tahunan.
• Jenis kelamin(sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki pada umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu seperti
pinggul.
• Suku/bangsa (ethnic)
Setiap suku, bangsa atau etnik akan memiliki karakteristik yang
berbeda.
• Posisi tubuh
Dalam kaitannya dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu:
o Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)
Tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak
(tetap tegak sempurna). Hal ini dikenal sebagai static
anthropometry. Dari data yang diperoleh diadakan pengolahan
27
statistik. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain
meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun
duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk,
panjang lengan dan sebagainya.
o Pengukuran fungsional dimensi tubuh (fungsional body dimension)
Pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat
berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan
dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal ini dikenal sebagai
dynamic anthropometry. Anthropometri dalam posisi tubuh
melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan
dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
Pengukuran anthropometrik pada hakekatnya adalah
pengukuran jarak anatara dua titik pada tubuh manusia yang
ditentukan jarak-jarak tersebut mungkin berupa garis penghubung
terpendek atau mungkin berupa garis penghubung dipermukaan kulit
atau lebih besar dari itu.
2.5.2 Pengukuran Dimensi
• Antropometri Statis
Adalah pengukuran dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam atau
dalam posisi yang dibakukan. Misalnya tinggi badan, panjang lengan, tinggi
siku, tebal paha, dan lain sebagainya.
• Antropometri dinamis
Adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan
bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi
selama manusia melakukan pekerjaannya, misalnya ketika memutar stir
mobil, merakit komponen, dan lain sebagainya.
Aplikasi dari dari kedua jenis data tersebut dilakukan secara bersamaan
dalam rangka mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi
28
2.5.3 Perancangan Produk atau Alat
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa,
menilai, memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik secara fisik maupun
nonfisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan
informasi yang ada.
Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian
langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode Merris Asimow
yang menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan
maksud tertentu menuju ke arah tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Dari
definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus di perhatikan dalam perancangan,
antara lain :
• Aktivitas untuk maksud tertentu.
• Sasaran pada pemenuhan kebutuhan kebutuhan manusia.
• Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.
Dalam membuat suatu rancangan produk atau alat perlu mengetahui
karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan
adalah sebagai berikut (Nurmianto, 1998).
• Berorientasi pada tujuan.
Variform yaitu suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi
yang mungkin tidak terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang
akan diambil.
o Pembatas yaitu membatasi solusi pemecahan antara lain.
o Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan lain-lain.
o Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir rancangan
yang telah dibuat.
o Pertimbangan manusia sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia
dalam merencanakan dan memakainya.
o Faktor-faktor legalisasi,mulai dari model, bentuk sampai dengan
hak cipta.
o Fasilitas produksi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menciptkan suatu produk
29
o Evolutif, berkembang terus mengikuti perkembangan zaman
Sedangkan karakteristik perancangan merupakan karakteristik yang harus
dimiliki oleh seorang perancang, antara lain :
• Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.
• Mempunyai majinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan
timbul.
• Berdaya cipta
• Mempunyai keahlian dibidang matematika, fisika, kimia tergantung dari
jenis rancangan yang dibuat.
• Dapat mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan analisa dan prosedur
yang benar.
• Terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain.
Prosedur perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan
dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need,
idea, decision, and action. Artinya tahap pertama seorang perancang
menetapkan dan mengidentifikasikan kebutuhan (need), sehubungan
dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan
dengan pengembangan ide-ide (idea) yang melahirkan berbagai alternatif
untuk memenuhi kebutuhan tadi. (Nurmianto, 1991)