bab ii landasan teori 2.1.analisis laporan keuanganeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2907/3/bab...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan pada dasarnya untuk mengetahui juga
mengevaluasi suatu laporan keuangan perusahaan untuk memprediksi kondisi
kinerja keuangan perusahaan dimana yang akan datang juga bertujuan untuk
memberikan pertimabangan yang lebih bagi perusahaan dengan tingkat
profitabilitas dan tingkat resikonya. Analisa laporan keuangan merupakan
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu,
dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan menjadi
suatu unit informasi yang lebih kecil, untuk melihat hubungan antara laporan
keuangan dan data lainnya secara kuantitatif ataupun kualitatif, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan secara lebih dalam
lagi. Menganalisis suatu laporan keuangan ditujukan untuk menggali
informasi lebih banyak yang terkandung dalam laporan keuagan tersebut. Dan
dari analisis tersebut dapat diketahui keefektifan aktifitas perusahaan.
Menurut Prastowo dan Julianty (2008) dalam Intan Hadsari Dwi Anintyas
menyatakan bahwa, laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan
utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Sedangkan
menurut Hanafi (2009: 5) dalam Dewa Aditya Putra menyatakan bahwa,
tujuan analisis keuangan yaitu pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat
profitabilitas dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Dalam menganalisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, dengan menentukan dan mengukur pos-pos yang ada dalam dalam suatu
laporan keuangan juga menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam
satu periode atau periode tertentu. (Kasmir, 2010).
2.1.1.Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis suatu laporan keuangan untuk beberapa pihak :
1. Bagi pemilik perusahaan, analisa laporan keuangan sangat penting untuk
menilai prestasi kinerja karyawan dan manajemen dalam melaksanakan
aktifitas kerja. Laporan keuangan juga membantu pemilik perusahaan
untuk mengetahui seberapa besar dividen yang aka diterima, serta
seberapa besar pertumbuhan perusahaan untuk dapat bertahan dalam
industrinya.
2. Bagi pihak manajemen, analisis laporan keuangan adalah untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan, kompensasi, dan pengembangan
karier. Juga sebagai alat atau media pertanggungjawaban mereka dalam
pengelolaan perusahaan kepada pemilik
3. Bagi pemegang saham, analisis laporan keuangan dapat digunaka untuk
mengetahu kemampuan kinerja perusahaan, pendapatan, keamanan
investasi, sehingga investor dapat menilai kondisi keuangan perusahaan.
Dengan adanya laporan keuangan tersebut mereka dapat menentukan
kerputusan, akankah akan berinvestasi atau tetap berinvestasi atau akan
melakukan divestasi.
4. Bagi kreditor, analisis laporan keuangan diperlukan untuk menilai
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan, sehingga sebagai
dasar untuk memberikan jawaban apakah perusahaan tersebut dapat
diberikan pinaman kredit atau tidak, dan apakah perusahaan tersebut
mampu melunasi utang beserta bunganya.
5. Bagi supplier, analisis laporan keuangan diperlukan untuk melihat
kondisi keuangan perusahaan, sehingga para supplier dapat mengambil
keputusan apakah perlu memberikan produk atau barang atau jasa yang
dijualnya kepada perusahaan tersebut dengan pembayaran non cash.
6. Bagi karyawan, penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan
kerja.
7. Bagi pemerintah, pajak, persetujuan untuk go public. Laporan keuangan
suatu perusahaan sangat diperlukan oleh pihak Pemerintah untuk dasar
penetapan jumlah kewajiban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan,
serta sebagai dasar penilaian kepatuhan perusahaan terhadap regulasi,
serta sebagai dasar pemerintah untuk menilai apakah perusahaan tersebut
memerlukan bantuan atau tindakan lain.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, tujuan
laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagisejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
2.1.2.Analisis Trend
Menurut Munawir (2010) dari analisis trend akan tampak pos-pos yang
mengalami kecenderungan arah yang meningkat, menurun atau tetap.
Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis
ini sering juga disebut analisis indeks. Untuk dapat menghitung trend yang
dinyatakan dalam persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai
tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan
dibuat dalam bentuk persentase.
Menurut Muktiadji (2009), analisis trend bertujuan untuk mengetahui
tendensi atau kecederungan suatu perusahaan dimasa yang akan dating baik
kecenderungan akan akan naik, turun maupun tetap. Teknik analisis ini
biasanya digunakan untuk meganalisis laporan keuangan yang meliputi
minimal 3 periode atau lebih.
Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis trend ini menjadi berguna
karena dua alasan, yaitu:
a. Mengungkapkan perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu.
b. Memberikan informasi tentang arah ke mana perusahaan akan bergerak.
2.1.3.Analisis Rasio
Menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi (2011) Analisis Rasio
Keuangan adalah instrument analisis prestasi dari perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan dan indicator keuangan, yang ditujukan
untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi
operasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan
tersebut untuk kemudian menunjukkan peluang yang melekat pada
perusahaan yang bersangkutan. Toto Prihadi (2008:1) mendefinisikan rasio
keuangan adalah rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka
yang lainnya.
Syafri (2006:297) menyatakan rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu laporan keuangan dengan
laporan yang lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan
misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga
pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya. Menurut Muslich
(2003:44) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan alat utama
dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk
menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan perusahaan. Sedangkan
menurut Jumingan (2006:44) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
merupakan alat utama dalam menganalisis keuangan, karena analisis ini
dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan
keuangan perusahaan.
Sedangkan menurut Munawir (2010:106) Analisis Laporan Keuangan
adalah future oriented atau beroperasi dengan masa depan, artinya bahwa
dengan analisa rasio keuangan bisa dignakan sebagai alat untuk meramalkan
keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa mendatang. Menurut Rahardjo
(2007:104) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan (jenis-jenis) menjadi
lima kelompok, yaitu:
1.Rasio Likuiditas
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), likuiditas adalah ratio
yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek. Likuditas dibedakan menjadi dua, yaitu
likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan
usaha merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat
likuid sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat
ditagih. Sementara itu Likuidasi perusahaan merupakan kemampuan
perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga
perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi.
Menurut Kasmir (2010), perhitungan rasio likuiditas memberikan
cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat
dipetik dari hasil rasio likuiditas;
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
b. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
c. Untuk melihat kondisi dan posisi likuditas perusahaan dari waktu ke
waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
d. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-
masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
e. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya.
f. Fred Weston dalam Kasmir, menyebutkan bahwa rasio likuiditas
(liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Fred Weston dikutip dari Kasmir (2008:129): menyebutkan bahwa
rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Tiga rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas adalah
current ratio, quick ratio dan cash ratio, sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Rasio
ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar serta
memberikan informasi kemampuan aktiva lancar meliputi kas,
piutang dagang, persediaan dan aktiva lainnya, sedangkan hutang
lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang
gaji, dan hutang lainya yang segera harus dibayar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang
lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Jika rasio lancar 1:1 atau 100% berarti aktiva
lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Dikatakan sehat apabila
rasio berada diatas 1 atau diatas 100%. Dengan arti lain aktiva lancar
harus berada jauh posisinya diatas hutang lancar.
b. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasioini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang
dapat segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rasio Kas
menunjukkan porsi jumlah kas dan setara kas debandingkan dengan
total aktiva lancar. Sama dengan Quick Ratio, kas ini tidak harus
mencapai 100%.
c. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick Ratio yaitu penimbangan antara jumlah aktiva lancar
dikurangi persediaan dengan jumlah utang lancar. Persediaan tidak
dimasukkan dengan perhitungan quick ratio karena persediaan
adalah komponen aktiva lancar yang lebih likuid seperti kas, surat-
surat berharga dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini
makan akan semakin baik. Angka rasio ini tidak harus mencapai
100% tetapi mendekati 100% sudah dapat dikatakan sehat.
Apabila terjadi perbedaan yang sangan besar antara quick ratio
dengan current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan
quick ratio menurun, maka akan terjadi investasi besar pada
persediaan.
2.Rasio Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
semua utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan
total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar perusahaan mampu
memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang (Sugiyarso dan Winarni, 2005). Menurut Kasmir (2010),
manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah:
a. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
b. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
c. Untuk menganallisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal.
d. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang.
e. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
f. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
g. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih
ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Menurut Fred Weston dikutip dari Kasmir (150:2008), Rasio
Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang dan mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panajang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan).
Rasio yang digunakan adalah :
a. Rasio Hutang (Total Debt to Asset Ratio)
Rasio Hutang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa
besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Hutang yang dimaksud yaitu semua hutang yng dimiliki perusahaan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang bisa tertutup oleh
aktiva. Semakin kecil rasio maka semakin aman. Porsi hutang
terhadap rasio harus lebih kecil. Kreditor lebih menyukai Debt Ratio
yang rendah karena tingkat keamanan dana menjadi semakin baik.
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
Rasio hutang dengan modal sendiri atau debt to equity ratio
menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna
mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini artinya modal sendiri modal
sendiri semain sedikit dibanding dengan hutang.
Bagi perusahaan, baiknya besar hutang tidak boleh melebihi
modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu tinggi. Maksudnya
semakin kecil porsi hutang terhadap modal, makan akan semakin
aman.
3.Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (2010), ratio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan
aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Terdapat beberapa manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas
adalah:
a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang
mampu ditagih selama satu periode.
b. Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan
dalam gudang.
c. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan
dalam modal kerja berputar dalam satu periode.
d. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan
dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
e. Manfaat lainnya. Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen
untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis.
Rasio Aktivitas menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan
aktiva atau kekayaan perusahaan. kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva berputar dalam proses produksi suatu periode
tertentu. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola aktivanya. Jika suatu perusahaan memiliki terlalu banyak
aktiva, maka biaya modal akan menjadi terlalu tinggi, akibatnya laba
akan menurun.
Berikut beberapa jenis rasio aktivitas yang dapat dirangkum,
yaitu (Kasmir, 2010) :
a. Rasio Perputaran Piutang (Asset Turnover Ratio)
Receivable Turnover Ratio (rasio perputaran piutang)
merupakan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan
penagihan piutang. Digunakan untuk indikator efisiensi pemasaran
serta daya bersaing dalam mengadakan perbandingan antar
perusahaan dan mengukur berapa lama penagihan piutang selama
satu periode.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Receivable Turnover Ratio)
Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin
tinggi tingkat perputarannya maka semakin efektif pengelolaan
persediaannya. Rasio Perputaran persediaan menggambarkan
likuiditas perusahaan dengan cara mengukur efisiensi perusahaan
dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa semakin
tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Sebaliknya, apabila
perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas
persediaan kurang efektif.
c. Rasio Perputaran Aktiva (Fixed Asset Turnover Ratio)
Rasio perputaran aktiva digunakan untuk mengukur perputaran
semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio perputaran
total aktiva dapat menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah
dapat menghasilkan nilai penghasilan sesuai dengan total aktiva
yang dimilikinya.
d. Rasio Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Collection
Period)
Rasio rata-rata pengumpulan piutang digunakan untuk
mengetahui berapa lama rata-rata waktu mengumpulkan piutang
yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dapat dikatakan semakin kecil
hari yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengumpulkan
piutangnya maka semakin baik untuk perusahaan.
e. Rata-rata Umur Piutang
Rasio rata-rata umur piutang adalah pengukuran efisiensi
manajemen piutang perusahaan dan durasi.
Dari penjelasan tersebut, peneliti hanya menggunakan beberapa
rasio untuk penelitian ini, yakni Rasio Perputaran Piutang, Rasio
Persediaan, Rasio Perputaran Aktiva, dan Rasio Rata-rata.
4.Rasio Profitabilitas
Rasio Rentabilitas atau Rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
mendapatkan laba. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Menurut Kasmir
(2010), manfaat yang diperoleh adalah untuk:
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Menurut Fahmi (2012), rasio ini mengukur efektifitas manajemen
secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan
maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilias maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan
perusahaan.
Rasio Profitabilitas menunjukkan tingkat imbalan atau perolehan
(keuantungan) disbanding penjualan atau aktiva. Harahap (2008)
mengatakan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
Beberapa rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
a. Margin Laba Kotor
Margin laba kotor adalah perbandingan antara laba kotor yang
didapatkan perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam
periode yang sama. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai setiap rupiah penjualan. Semakin besar rasio ini semakin
baik kondisi perusahaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan lab ang akan menutupi biaya tetap atau biaya operasi
lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini bisa mengontrol
pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga
perusahaan dapat menikmati laba.
b. Margin Laba Bersih
Margin laba bersih adalah ukuran persentase dari setiap hasil
sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran,
termasuk bunga dan pajak. Net Pofit Margin digunakan untuk
mengukur rpiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi,
pemasaran, pendanaan, penentuan harga ataupun manajemen pajak.
Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu. Namun apabila rasionya rendah berarti menunjukkan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya
yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi
dari kedua hal tersebut.
c. Operating Income Ratio
Operating Income Ratio digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari
penjualan
d. Earning Power of Total Investment
Earning Power of Total Investment digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor dan pemegang saham.
e. Return On Equity
Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Pengertian modal di
sini adalah semua modal yang tertanam di perusahaan, termasuk
didalamnya saldo laba. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal
pemilik yang ditanamkan untuk menghasilkan laba bersih yang
menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi
keuntungan investor karena semakin efisien modal yang
ditanamkannya. Dengan demikian, rasio ini sangat mendapat
perhatian dari investor.
f. Return On Asset
Return on asset adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini menunju kan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Dalam ROA, laba yang dihasilkan
adalah laba sebelum bnga dan pajak. Semakin kecil rasio ini,
semakin kurang baik.
g. Return On Investment
Return On Investment adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur
rasio ini adalah laba bersih setelah pajak. Rasio ini mengukur tingkat
keuntungan dari aktiva yang digunakan. Semakin besar rasionya
maka semakin baik.
h. Rate of Return on Net Worth
Rate of Return on Net Worth digunakan untuk mengukur
kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan
pendapatan bagi pemegang saham.
2.1.4.Analisis Du Pont
Menurut Keown, et al (2008) dalam Dwanintyas (2015) menyebutkan,
analisis du pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio
keuangan dimana analisis ini dirancang untuk mengevaluasi profitabilitas
dan mencari tingkat pengembalian ekuitas. Analisis ini mengukur tingkat
pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi
nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam
pengelolaan manajemen euangannya.
Du Pont System adalah ROI yang dihasilkan melalui perkalian antara
keuntungan dari komponen-komponen sales serta penggunaan total asset
didalam menghasilkan keuntungan tersebut (Syamsuddin, 2009:64).
a. Return On Investment (ROI)
ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin,
2009:63).
ROI merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aseet yang tertentu.
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan
operasi perusahaan (Hanafi, 2003:84).
b. ROE
ROE dapat dihitung dengan menggunakan sistem du pont yakni
mengalikan margin laba bersih dengan total asset turnover dibagi
dengan 1-rasio hutang, untuk mendapatkan pengembalian ekuitas ROE
dan dikalikan 100%.
2.1.5.Persentase Per Komponen
Analisis Persentase Per Komponen merupakan analisis yang disusun
dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca
menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba rugi) atau dari total
aktiva (untuk neaca).
Menurut Kasmir (2010) Analisis Persentase Per Komponen merupakan
analisis yang dilakuakan untuk membandingkan antara komponen yang ada
dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada dineraca maupun laporan laba
rugi.
2.2.Laporan Keuangan
2.2.1.Manfaat Laporan Keuangan
Laporan Keuangan memberikan manfaat ke banyak pihak yang terbagi
dalam dua kelompok, pihak internal dan eksternal. Berikut uraian manfaat
laporan keuangan dari kedua pihak :
1. Pihak Internal
a. Pengelola (direksi & manajemen)
Laporan keuangan memberikan informasi yang digunakan
dalam pengambilan keputusan, evaluasi usaha yang sedang
berjalan, melakukan budgeting dan kontrolinternal.
b. Karyawan
Karyawan akan tertarik dengan informasi keuangan yang terkait
dengan stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat
memberikan gambaran apakah perusahaan mampu memberikan
balas jasa dan menyediakan kesempatan bekerja dan berkarir untuk
jangka waktu yang lama.
2. Pihak Eksternal
a. Investor atau Owner
Investor atau owner berkepentingan dengan informasi yang
berhubungan dengan resiko yang terkait dengan investasi modal.
b. Pemberi Pinjaman
Pihak yang memberi pinjaman berkepentingan dengan informasi
yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang
beserta bunganya dengan tepat waktu. Laporan keuangan dapat
membantu mereka untuk menentukan besar plafon, bunga dan
jangka waktu yang diberikan.
c. Supplier
Pihak supplier dan pemberi hutang jangka pendek lainnya
berkepentingan dengan informasi yang menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar hutang jangka pendeknya. Informasi
tersebut akan membantu supplier untuk menentukan jumlah
piutang yang diberikan dan jangka waktunya.
d. Pelanggan
Pelanggan memerlukan informasi yang berhubungan dengan
kelangsungan perusahaan, terutama pelanggan yang melakukan
kerjasama jangka panjang. Pelanggan yang loyal membutuhkan
hubungan jangka panjang dan langgeng.
e. Pemerintah
Bagi pemerintah, mereka dapat menilai kemampuan perusahaan
dalam membayar pajak.
2.2.2.Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Jumingan (2006:10) dalam Agung Gunawan, 2012 terdapat
empat keterbatasan laporan keuangan yaitu :
a. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim
final), bukan merupakan laporan final, karena laba rugi riil (laba rugi
final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidasi.
Karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk periode
waktu tertentu, umumnya satu tahun atau 12 bulan. Waktu periode ini
dianggap sebagai periode akuntansi baku.
b. Laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang tampaknya
pasti. Jumlah rupiah ini bisa saja berbeda bila standar yang digunakan
berbeda, karena lebih dari satu standar yang diperkenankan. Standar yang
dimaksud adalah standar menilai jumlah rupiah. Misalnya bila
dibandingkan dengan laporan keuangan suatu perusahaan jika seandainya
perusahaan itu dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda.
Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga historisnya, jumlahnya kemudian
dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Jumlah bersihnya tidak
mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap. Dalam keadaan likuidasi,
aktiva tidak berwujud seperti hakpaten, merek dagang, biaya organisasi
hanya dinilai satu rupiah.
c. Neraca dan laporan laba rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan
dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu tersebut mungkin nilai rupiah
sudah menurun (daya beli rupiah menurun karena kenaikan tingkat
harga-harga). Oleh karena itu untuk menghindari adanya analisis yang
menyesatkan, analisis perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati.
d. Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai
keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua
faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena
tidak semua faktor dapat diukur dalam satuan uang. Faktor tersebut
misalnya kemampuan dalam menemukan penjual dan mencari pembeli,
nama baik dan prestise perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan
pihak luar kepada perusahaan, efisiensi, loyalitas, dan integritas dari
pimpinan dan karyawan, kualitas barang yang dihasilkan, kondisi-kondisi
pesaingnya, keadaan perekonomian pada umumnya, dan sebagainya.
2.2.3.Isi Laporan Keuangan
Berdasar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan isi laporan keuangan
harus mencakup 5 hal pokok sebagai berikut :
1. Neraca
Menurut Warsidi Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan
aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan pada tanggal tertentu
(contohnya akhir bulan, akhir semester, atau akhir tahun). Neraca,
disebut juga laporan posisi keuangan, merupakan sumber informasi
utama tentang posisi keuangan perusahaan karena neraca merangkum
elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi
keuangan, yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas.
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yang dijelaskan dalam
neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu (Darsono dan Ashari, 2005).
Menurut SAK, komponen neraca adalah sebagai berikut :
a. Aktiva (asset) yang terdiri dari Aktiva Lancar, Aktiva Tetsp, dan
Aktiva
Kewajiban (liability) dan Ekuitas (equity). Kewajiban terdiri atas
Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. Sedangkan
Ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran modal atau laba yang
belum dibagi.
b. Kewajiban (liability) dan Ekuitas (equity). Kewajiban terdiri atas
Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. Sedangkan
Ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran modal atau laba yang
belum dibagi.
Secara umum, neraca berguna untuk menilai risiko-risiko terkait
perusahaan serta prospek arus kas masa depan yang akan dihasilkan
perusahaan. Pengguna laporan keuangan menggunakan informasi yang
terkandung dalam neraca untuk:
a. Mengevaluasi struktur pendanaan.
b. Menganalisis likuiditas.
c. Menilai solvabilitas.
d. Menilai fleksibilitas keuangan.
Laporan posisi keuangan juga memiliki beberapa kelemahan,
terutama terkait pengukuran atau penilaian unsur-unsur aset dan
kewajiban perusahaan.
a. Sebagian aset (aktiva) diukur dan disajikan dengan biaya perolehan
atau biaya perolehan diamortisasi, bukan dengan nilai kini. Hal ini
banyak dikritik karena tidak mencerminkan nilai wajar.
b. Aktiva tak berwujud yang sebenarnya memiliki manfaat ekonomi
tetapi sulit diukur nilainya secara objektif karena dihasilkan secara
internal tidak boleh diakui dalam neraca. Contoh aset tak berwujud
semacam ini adalah merek dagang yang dihasilkan secara internal.
c. Neraca mungkin saja tidak melaporkan semua kewajiban, karena
sebagian kewajiban sengaja disembunyikan melalui rekayasa
akuntansi yang dikenal dengan istilah off-balance sheet financing.
d. Pengukuran nilai sebagian unsur neraca melibatkan penggunaan
pertimbangan dan estimasi, contohnya melalui estimasi masa manfaat
aset tetap dan estimasi kewajiban garansi.
2. Laporan Laba Rugi
Menurut Darsono dan Ashari (2005) Laporan Laba Rugi merupakan
akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama
periode waktu tertentu, misal bulanan atau tahunan. Sedangkan menurut
Warsidi Laporan Laba Rugi merupakan laporan keuangan yang
mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama satu periode. Informasi
kinerja perusahaan yang terkandung dalam laporan laba rugi digunakan
untuk menilai dan memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus
kas masa depan.
Menurut Kasmir (2010) dalam Intan Hadsari Dwanintyas (2014)
laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang
dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Laporan laba
rugi harus dibuat dalam satu sirklus operasi atau periode tertentu guna
mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang
telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui perusahaan dalam keadaan
laba atau rugi.
SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja
operasional perusahaan. Penggolongan komponen-komponen Laba Rugi
sebagai berikut:
a. Pendapatan atau Penjualan;
b. Harga Pokok Penjualan;
c. Biaya Pemasaran;
d. Biaya Administrasi dan Umum;
e. Pendapatan Luar Usaha (Non Operasional);
f. Biaya Luar Usaha (Non Operasional).
2.3.Kinerja Keuangan
2.3.1.Pengertian Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja keuangan menurut Muchlis (2000 : 44) bahwa :
Kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan
keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja keuangan
menggambarkan usaha perusahaan (operation income). Profitability suatu
perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh
dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan asset yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan.
Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut (Sukhemi, 2007:23).
Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam
kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran,
aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun
aspek sumber daya manusianya (Jumingan,2006:239).
Menurut Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan
ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi
atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007)
Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.
Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai
pihak (stakeholders) seperti inverstor, kreditur, analisis, konsultan keuangan,
pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri. Laporang keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara
baik dan akura dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai
hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun
waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai konerja
perusahaan. (Martono, 2005: 52).
2.3.2.Manfaat dan Tujuan Kinerja Keuangan
Manfaat Penilaian Kinerja Adapun manfaat dari penilaian kinerja adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatannya.
b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,
maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi
suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa
yang akan datang.
d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi
pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.
e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok
hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden
secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan
atau krisis keuangan.
Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisis kinerja keuangan menurut
Fahmi (2011: 2) yakni :
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
b. Melakukan perhitungan.
c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
d. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan
yang ditemukan.
e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap
permasalahan yang ditemukan.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap
review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam,
yaitu menurut Jumingan (2006:242) dalam Agung Gunawan 2004 :
a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih
dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan
atau penurunan.
c. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui
dua periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.4.Penelitian Terdahulu
Peran penelitian-penelitian sebelumnya sangat berguna bagi peneliti
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul yang hampir sama.
Penelitian ini dibuat dengan mengacu beberapa penelitian terdahulu.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agung Gunawan dengan
judul “Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan PT Fajar
Surya, Tbk. Periode 2009 – 2011”. Hasil penelitian menunjukan Likuiditas,
Rasio Lancar perusahaan pada tahun 2009 – 2011 Likuiditas kinerja keuangan
Perusahaan Dalam kondisi kurang begitu baik. Manajemen Aktiva, Rasio
Perputaran Aktiva Tetap pada tahun 2009 - 2011 Manajemen Aktivakinerja
keuangan Perusahaan Dalam kondisi cukup baik. Manajemen Utang, Rasio
Utang tahun 2009 – 2011 Manajemen Utang, Kinerja Keuangan Perusahaan
dalam kondisi kurang baik, Profitabilitas, Rasio Pengembalian atas Total
Aktiva pada tahun 2009 – 2011 Profitabilitas, Kinerja Keuangan Perusahaan
dalam kondisi kurang baik.
Penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Yohana Martin Pattanggau
dan Abdul Rahman Rahim dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT
Pegadaian (Persero) dan Entitas Anak Perusahaan Berdasarkan Kepmen
BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 Periode 2011-2015. Hasil penelitian ini
adalah kinerja perusahaan bila diukur secara keseluruhan menunjukkan kinerja
keuangan yang termasuk dalam kategori sehat. Kinerja keuangan rasio
likuiditas bila diukur menggunakan analisis rasio lancar menunjukkan hasil
sangat sehat, bila diukur menggunakan rasio kas menunjukkan hasil tidak
sehat. Kinerja keuangan rasio solvabilitas bila diukur menggunakan rasio
modal sendiri terhadap total aktiva menunjukkan kinerja yang kurang sehat.
Kinerja keuangan aktivitas bila diukur menggunakan rasio total assets turnover
menunjukkan kinerja yang kurang sehat, bila diukur menggunakan rasio
collection periods menunjukkan kinerja yang sehat. Kinerja keuangan
profitabilitas bila diukur menggunakan rasio ROE menunjukkan kinerja yang
sangat sehat, bila diukur menggunakan rasio ROI menunjukkan kinerja yang
sehat.
Penelitian oleh Cornellius Bayu Samudrahun dengan judul Analisis
Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus
pada PT Wijoyo Kristindo. Hasil dari penelitian adalah bahwa pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2013 menunjukkan bahwa rasio leverage, rasio likuiditas,
rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas dalam keadaan meningkat. Sedangkan
pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan kinerja PT Wijoyo
Kristindo mengalami penurunan.
Penelitian yang dilakukan oleh Desmayenti dengan judul Analisis
Kinerja Keuangan pada PT. Hero Supermarket TBK. memperlihatkan dari
ketiga rasio diukur dengan rata-rata internal perusahaan dan standar rasio yang
menunujukkan bahwa kinerja keuangan PT. Hero Supermarket Tbk pada tahun
2011 kurang baik. Namun dari perhitungan rasio solvabilitas dan profitabilitas
menunujukkan bahwa perusahaan memiliki Debt to Asset Ratio dan Return On
total Asset yang baik.