bab ii landasan teori · 6 bab ii landasan teori 2.1 disiplin kerja 2.1.1 pengertian disiplin...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Disiplin Kerja
2.1.1 Pengertian Disiplin
Menurut (Hamali, 2018) mengemukakan bahwa :
Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar
organisasional. Keteraturan adalah cirri utama organisasi dan disiplin adalah
salah satu metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama
disiplin adalah untuk meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara
mencegah pemborosan waktu dan energy.
Berdasarkan pendapat tersebut disiplin adalah kegiatan untuk menjalankan
standar organisasional, keteraturan, metode untuk meningkatkan efisisensi
semaksimal mungkin untuk mencegah pemborosan waktu dan energy.
Adapun Tahapan Pendisiplinan Menurut (Mangkunegara) dalam (Syahyuni,
2018) Disiplin yang baikmencerminkan besarnya rasa tanggung jawabseseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikankepadanya. Hal ini mendorong gairah
kerja,semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan,karyawan dan masyarakat.
Disiplin adalah suatu kekuatan yang berkembang didalam tubuh karyawan dan
menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan
peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku. Disiplin dalam arti
sempit biasanya dihubungkan dengan hukuman. Tindakan menghukum seorang
karyawan ini sebenarnya hanya merupakan sebagian dari persoalan disiplin, dan
tindakan ini dilakukan bilamana usaha-usaha pendekatan secara konstruktif
mengalami kegagalan.
Disiplin juga mengandung pengertian sebagai sikap hormat terhadap peraturan
dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang menyebabkan
karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan
perusahaan. Karyawan yang sering melanggar atau mengabaikan peraturan
perusahaan berarti karyawan tersebut mempunyai disiplin kerja yang buruk.
Karyawan yang tunduk pada ketetapan dan peraturan perusahaan menggambarkan
adanya kondisi disiplin yang baik.
Disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga
efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad
tidak baiknya terhadap kelompok. Disiplin berusaha untuk melindungi perilaku yang
baik dengan menetapkan respons yang dihendaki.disiplin kerja dapat dilihat sebagai
sesuatu yang besar manfaatnya baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para
karyawan. Manfaat disiplin kerja bagi organisasi adalah menjamin terpeliharanya
tata tertib dan kelancaran pelaksana tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Menurut (Sazly et al., 2019) disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan
para pimpinan atau manajer untuk berkomunikasi dengan karyawannya agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seorang mentaati semua peraturan
organisasi dan norma-norma yang berlaku.
Disiplin kerja menurut (Karlina, Rosanto, & Saputra, 2019) adalah bentuk
pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur menunjukan tingkat
kesungguhan tim kerja dalam organisai.
2.1.2 Indikator-Indikator Dalam Disiplin
Indikator-indikator disiplin kerja terdiri dari (Hamali, 2018)
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong karyawan
agar mengikuti berbagai standard dan aturan, sehingga penyelewengan-
penyelwengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin
diri diantara karyawan. Displin preventif menjaga disiplin diri karyawan bukan
semata-mata karena dipaksa manajeman perusahaan.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran
terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran
lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut
tindakan pendisiplinan (disciplinary action), contohnya tindakan pendisiplinan
bisa berupa peringatan atau skorsing.
3. Disiplin Progresif
Perusahaan bisa menetapkan suatu perusahaan kebijaksanaan disiplin progresif,
artinya memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-
pelanggaran yang berulang.tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang
lebih “serius” dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen
untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan.
Sedangkan menurut (Hasibuan, 2107) pada dasarnya banyak Indikator-
indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan yaitu terdiri dari :
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan karyawan harus sesuai dengan kemampuan
karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
menegerjakannya.
2. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan penutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik
(kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.Pimpinan harus
menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal
inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar
para bawahan pun mempunyai disiplin yang baik pula.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap
pekerjaan, kedisplinan mereka akan semakin baik pula.Untuk mewujudkan
kedisplinan karyawan yang baik perusahaan harus memberikan balas jasa yang
realatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa
yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
beserta keluarga. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan
karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan
karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi
rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin selama kebutuhan-kebutuhan
primernya tidak terpenuhi dengan baik.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam
pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya
kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakep dalam memimpin selalu
berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang
baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Keadilan harus diterapkan
dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan
baik pula.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan
harus aktif dengan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja,
dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalau ada /hadir
ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada
bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan
merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk pengarahan, dan pengawasan
dari atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui
kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya, sehingga konduite
setiap bawahan dinilai objektif. Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja
dan kedisiplinan karyawan saja, tetap juga harus berusaha menncari system
kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi, karyawan, dan
masyarakat, dengan system yang baik akan tercipta internal control yang dapat
mengurangi kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral
kerja karyawan. Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan
dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara dengan bawahan, terwujudlah
kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung
terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan
dengan sanksi dan hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan prilaku indisipliner
karyawan akan berkurang. Berat ringannya sanksi hukuman yang akan
diterpakan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi
hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal,
diinformaskan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman harus
ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan
secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu
ringa atau tidak terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan
untuk mengubah prilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk
setiap tingkatan yang disipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi
untuk memelihara kedisiplinan dala perusahaan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak
untuk menghukum setiiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan
diakui kepemimpinanyaoleh bawahan. Dengan demikian, pemimpin akan dapat
memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap indisipliner karyawan
semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi
hukumannya tidak berlaku lagi. Pimpinan yang tidak tegas menindak atau
menghukum karyawan yang melanggar peraraturan, sebaiknya tidak usah
membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan tersebut. Ketegasan
pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisipliner akan
mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesam karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-
hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct
single relationship, direct group relationship, dan cross relationship
hendaknya harmonis.Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertical maupun horizontal diantara
semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan
mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan
memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan
karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi
tersebut baik.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan menurut (Hamali,
2018)adalah Besar Kecilnya Pemberian Kompensasi, Besar kecilnya kompensasi
dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala
peraturan yang berlaku, jika karyawan merasa mendapat jaminan balas jasa yang
setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi perushaan.
Karyawan yang meneriam kompensasi memadai akan dapat bekerja tenang dan
tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Karyawan yang merasa
kompensasi yang diterimanya jauh memadai, maka akan berpikir mendua dan
berusaha untuk mencari tambahan penghasilan lain diluar, sehingga menyebabkan
karyawan tersebut sering mangkir dan sering minta ijin keluar.
1. Ada tidaknya Keteladanan Pimpinan dalam Perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatiakan bagaimana pimpinan
dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang
merugikan aturan disiplin yang ditetapkan.
2. Ada Tidaknya Aturan Pasti yang dapat dijadikan Pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, jika ada
aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin
tidak mungkin ditegakkan jika peraturan yang dibuat hanya berdasarkan
instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
3. Keberanian Pimpinan dalam mengambil Tindakan
Keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan sangat diperlukan ketika ada
seorang karyawan yang melanggar disiplin, yang sesuai dengan tingkat
pelanggaran yang dibuatnya. Tindakan tegas yang diambil oleh seorang
pimpinan akan membuat karyawan merasa terlindungi dan membuat karyawan
berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.
4. Ada tidaknya Pengawasan Pimpinan
Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini
tentulah atasan langsung para karyawan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
para atasan langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat dengan para
karyawan yang ada dibawahnya. Pengawasan yang dilaksanakan atasan
langsung ini sering disebut WASKAT. Seorang pemimpin bertanggung jawab
melaksanakan pengawasan melekat ini pada tingkat manapun, sehingga tugas-
tugas yang dibebankan kepada bawahan tidak menyimpang dari apa yang telah
ditetapkan.
5. Ada Tidaknya Perhatian kepada para Karyawan
Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan
akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Seorang pemimpin tidak
hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam
artian batin. Pimpinan yang mau memberikan perhatian kepada karyawan akan
selalu dihormati dan dihargai oleh para karyawan sehingga akan berpengaruh
besar kepada prestasi, semangat kerja, dan moral kerja karyawan.Pelaksanaan
disiplin kerja harus memperhitungkan juga keadaan karyawan, karena
pemimpin mengetahi bahwa dari waktu ke waktu para karyawan membawa
serta masalah-masalah pribadi ketempat kerja. Penerapan disiplin secara
membabi buta tanpa meninjau sebab-sebab dan suatu pelanggaran terlebih
dulu, akan menimbulkan hasil yang tidak menguntungkan.
2.2 Prestasi Kerja
2.2.1 Pengertian Prestasi
Menurut (Sutrisno, 2017) :
Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu menurut
Byars dan Rue dalam (Sutrisno, 2017) mengartikan prestasi sebagai tingkat
kecakapan seseoang pada tugas-tugas yang mencakup pada pekerjaannya.
Adapun prestasi kerja adalah hasil upaya seseorang yang ditemukan oleh
kemampuan karakterisitik pribadinya serta presepsi terhadap perannya dalam
pekerjaan itu.
Menurut Maier dalam (Sutrisno, 2017) Pada umumnya, prestasi kerja diberi
batasan sebagai kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan, lebih
tegas lagi adalah menurut Lawler dan Porter dalam (Sutrisno, 2017) yang
menyatakan bahwa job performance oleh menurut Vroom As’ad dalam (Sutrisno,
2017).
Berdasarkan pendapat tersebut prestasi adalah hasil kegiatan yang diperoleh
dari fungsi pekerjaan dan hasil dari kemampuan yang ditemukan dalam karakteristik
pribadinya terhadap peran dalam pekerjaan itu.
Seringkali dijumpai istilah-istilah yang artinya mirip atau tumpang-tindih
dengan job performance, misalnya proficiency, meril dan produktifitas. Menurut
Wexley & Yulk dalam (Sutrisno, 2017)proficiency mengandung arti yang lebih luas
sebab mencakup sekaligus segi-segi effori job performance, nisiatif, loyalitas,
potensi kepemimpinan, dan moral kerja. Menurut Maier dalam (Sutrisno, 2017)
memberikan arti merit lenih merupakan aspek umum daripada proficiency tersebut.
Produktifitas kerja adalah perbandingan antara input dan output.
Disini tampak jelas bahwa pengertian job performance itu lebih sempit
sifatnya, yaitu hanya berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah
laku kerjanya. Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai
orang produktif, dan sebaiknya orang yang levelnya tidak mecapai standar, dikatakan
sebagai tidak produktif atau performance rendah.
Berdasarkan pendapat sebelumnya , maka disimpulkan bahwa prestasi kerja
adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya
dalam melaksanakan aktivitas kerja. Informasi tentang tinggi rendahnya prestasi
kerja seseorang. Karyawan tidak dapat diperoleh begitu saja, tetapi diperoleh melalui
proses yang panajang yaitu penilaian prestasi kerja karyawan yang disebut dengan
istilah performance appraisal.
Prestasi kerja adalah salah satu faktor penting yang dapat memberikan
kontribusi pada perusahaan dengan cara lebih menekankan pada hasil atau yang
diperoleh dari sebuah pekerjaan.
Hal tersebut sepertiyang disampaikan oleh (Sondang. P. Siagian), dalam
(Martina & Syarifuddin, 2014) bahwa Prestasi kerja karyawan merupakan suatu hal
yang diharapkan oleh perusahaan dari karyawan dalam rangka mengembangkan dan
melancarkan setiap pekerjaan perusahaan, sebagai tujuan yang diharapkan dapat
tercapai. Prestasi kerja adalah kualitas dan kuantitas kerja yang meningkatkan
dengan mengikuti suatu metode pengembangan. Hal ini juga diperkuat oleh
pendapat Suad Husnan dalam (Martina & Syarifuddin, 2014) yang berpendapat
bahwa prestasi kerja adalah hasil penilaian berhubungan dengan kualitas kerja,
kuantitas kerja dapat tindaknya diandalkan dalam bekerja, dan sikap kerja.
2.2.2 Aspek – Aspek Prestasi Kerja
Menurut (Sutrisno, 2017) ada enam aspek prestasi yang pada umumnya
dikaitkan dengan pencapaian pekerjaan yaitu :
1. Hasil kerja. Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh
mana pengawasan dilakukan.
2. Pengetahuan pekerjaan. Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan
yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja.
3. Inisiatif. Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam
hal penanganan masalah-masalah yang timbul.
4. Kecelakaan mental. Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi
kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada.
5. Sikap. Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas
pekerjaan.
6. Disiplin waktu dan absensi. Tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan, bahwa pembahasan
masalah keberhasilan kerja atau prestasi kerja haruslah dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu:
1. Harus dilihat aspek-aspek yang menyangkut kriteria pengukuran pengukuran
keberhasilan kerja yang meupakan sasaran akhir dari pelaksanaan suatu
pekerjaan.
2. Perilaku dari individu itu sendiri dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan. Perilaku itu sendiri dipengaruhi
oleh dua variabel utama yang individual dan situasional.
2.3 Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1 Kisi-kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi operasional variabel yang digunakan penulis untuk menyusun daftar
pernyataan-pernyataan kuesioner dalam penelitian digambarkan dalam tabel dimensi
indicator Berikut ini adalah tabel yang berisi konsep dasar operasional variabel
Disiplin kerja (X) dan variabel prestasi kerja karyawan (Y) yang dijadikan sebagai
pernyataan kuesioner, yaitu :
Tabel II. 1
Konsep Dasar Operasional Variabel Disiplin (X)
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator
Nomor
Butir
Kedisiplinan
(X)
1. Tujuan dan
kemampuan
a. Pencapaian jelas
1
2. Teladan dan
Pimpinan
a. Pentingnya kesadaran
pimpinan
2
3. Balas jasa
a. Memberikan
kepuasan kerja
b. Kesesuaian
pendapatan
3,4
4. Keadilan a. Adanya persamaan
hak dan kewajiban 5
5. Waskat
a. Keaktifan pimpinan
dalam melakukan
pengawasan
6
6. Sanksi dan
hukuman
a. Pelaksanaan
hukuman ketika
melakukan kesalahan
7
7. Ketegasan
a. Berani bertindak
b. Sikap pemimpin
8,9
8. Hubungan
kemanusiaan
a. Keharmonisan
hubungan 10
Sumber : (Hasibuan, 2107)
Sedangkan kisi – kisi operasional variabel yang peneliti gunakan untuk varibel
prestasi kerja karyawan (Y) adalah sebagai berikut :
Tabel II. 2
Konsep Dasar Operasional Variabel Prestasi Kerja (Y)
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator
Nomor
Butir
Prestasi
Kerja
(Y)
1. Hasil Kerja
a. Tingkat kualitas
b. Tingkat kuantitas
c. Kesungguhan kerja
1,2,3
2. Pengetahuan
Pekerjaan
a. Penguasaan
pekerjaan
b. Kemampuan dalam
membuat materi
4,5
3. Inisiatif a. Penanganan
pekerjaan
6
4. Kecelakaan
Mental
a. Kecepatan kerja
7
5. Sikap
a. Semngat
melaksanakan
pekerjaan
8
6. Disiplin waktu
dan absensi
a. Tingkat ketepatan
waktu
b. Tingkat kehadiran
9,10
Sumber : (Sutrisno, 2017)
2.3.2 Uji Instrumen Penelitian
Penelitian mencakup cara untuk menentukan uji validitas dan reabilitas. Dalam
penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan aplikasi SPSS statistics 16 untuk
menguji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Menurut (Priyatno, 2017) validitas kuesioner digunakan untuk mengetahui
seberapa cermat item dalam mengukur apa yang ingin diukur pada kuesioner
tersebut. item dapat dikatakan valid jika adanya korelasi yang signifikan
dengan skor totalnya, hal ini menunjukan adanya dukungan item tersebut
dalam mengungkapkan suatu yang ingin diungkap pada kuesioner tersebut.
Korelasi pearson corrected item total correlation dan analisis factor penguji
signifikasi dilakukan denga kriteria menggunakan r tabel pada tingkat
signifikasi uji 2 sisi. Jika nilai posistif dan r dihitung Tabel makaitem dapat
dinyatakan valid jika r hitung tabel maka item dinyatakan tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Menurut (Priyatno, 2017) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
konsistensi alat ukur pada kuesioner. Metode yasng sering digunakan dalam
penelitian untuk mengukur skala rentangan seperti ( skala likert 1-5) adalah
cronboch Alpha. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari item yang valid
saja. Untuk menentukan apakah instrument reliebel atau tidak, gunakan batasan
0,6.
Tabel II. 3
Skala Alpha Cronbach
Nilai Alpha Cronchbach’s Keterangan
0,00 – 0,20 Kurang realibel
0,21 – 0,40 Agak realibel
0,41 – 0,60 Cukup realibel
0,61 – 0,80 Realibel
0,81 – 1,00 Sangat realibel
Sumber : (Priyatno, 2017)
2.3.3 Konsep dasar Perhitungan
Konsep dasar yang digunakan oleh peneliti adalah perhitungan dengan
menggunakan SPSS (Startistical Product And Service Solution) Versi 16 serta
perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2007. Untuk menemukan nilai pada tabel
penolong, analisis data dilakukan untuk dapat menjelaskan tentang masalah yang
diselidiki dalam tugas akhir ini yaitu masalah pelaksanaan Kedisiplinan sebagai
variabel bebas atau Independent (X) dan Prestasi kerja karyawan sebagai variabel
terikat atau Dependent (Y) serta pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y melalui
analisis berikut :
1. Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyuno, 2016)Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kulalitas dengan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang pada subyek atau obyek yang
dipelajari. Tetapi meliputi seleuruh karakteristik sifat yang dimiliki subjek atau
objek itu. Populasi dalam penelitian ini guru pada Yayasan Pendidikan Islam
Al-Asiyah Cibinong. Sedangkan sampel menurut (Sugiyuno, 2016) adalah
“bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajarai dari sampel itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representative (mewakili)”.
2. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota popoulasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus. Dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Populasi
dalam penelitian ini adalah sebesar 40. Oleh karena itu peneliti menggunakan
sampel jenuh sehingga keseluruhan populasi dijadikan sampel.
3. Skala Likert
Menurut (Sugiyono, 2016) “skala likert digunakan untuk mengukur
sikap,pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena social. Dalam penelitian fenomena social ini telah diterapkan secara
sfesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indicator
variabel kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Berikut contoh tabel skala likert
Tabel II. 4
Tabel Skala Likert
Skor/Bobot Alternatif Jawaban Kode
5 Sangat Setuju SS
4 Setuju S
3 Ragu – Ragu RR
2 Tidak Setuju TS
1 Sangat Tidak Setuju STS
Sumber :(Sugiyuno, 2016)
4. Uji Koefisien Korelasi
Menurut (Siregar, 2014)“ Koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan
kekuatan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat
menentukan arah dari kedua variabel”.
Rumus untuk mencari Uji Koefisien Korelasi :
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) + * ∑ ) (∑ ) +
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
n = Total responden
∑ = Total jumlah dari variabel x
∑ = Total jumlah dari variabel y
∑ = Kuadrat dari total jumlah dari variabel x
∑ = Kuadrat dari total jumlah variabel y
∑ = Hasil perkalian dari total jumlah variabel x dan y
Tabel II. 5
Pedoman Untuk Mengukur Hubungan Kedua Variabel
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber :(Siregar, 2014)
5. Uji Koefisien Determinasi
Menurut (Siregar, 2014) adalah angka yang menyatakan atau digunakan untuk
menegtahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan sebuah variabel atau lebih X
(bebas) terhadap varuabel Y (terikat).
Rumus untuk mencari koefisien Determinasi :
KD = r2
x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Relasi
6. Regrasi Linear Sederhana
Menurut (Siregar, 2014) adalah salah satu alat yang dapat digunakan dala
memprediksi permintaan dimasa akan datang berdasarkan masa lalu atau untuk
mengetahui pengaruh satu variabel bebas (independent) terhadap variabel tak bebas
(dependent).
Y= a+ bX
Dimana :
Y = Variabel Terikat
X = Variabel Bebas
a dan b = Konstanta
Untuk mencari nilai konstanta a dan b dapat menggunakan rumus berikut ini :
(∑ )(∑ ) (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
∑ (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
Keterangan :
a = Harga Y ketika harga X=0 (harga konstan).
b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependent yang didasarkan pada variabel independent.
Y = Subjek dalam variabel; dependent yang di prediksi.
X = Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu.