bab ii landasan teori · 7 bab ii landasan teori 2.1. promosi jabatan 2.1.1. pengertian promosi...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Promosi Jabatan
2.1.1. Pengertian Promosi
Promosi jabatan menurut Afandi (2016:19) menyatakan bahwa “Promosi
jabatan adalah pimpinan menaikan jabatan pegawai atau karyawan satu
tingkat lebih tinggi dari jabatan semulanya dan menerima kekuasaan serta
tanggung jawab lebih besar dari tanggung jawab sebelumnya, setelah
pegawai atau karyawan yang bersangkutan melalui proses evaluasi atau
penilaian dan dinyatakan layak dipromosikan naik jabatan ke level yang lebih
tinggi.”
Menurut Manullang dan Marihot dalam (Wilis & Agustina, 2017)
mengemukakan bahwa “Promosi berarti penaikan jabatan, yakni menerima
kekuasaan dan tanggung jawab lebih besar dari kekuasaaan dan tanggung
jawab sebelumnya. Pemberian promosi kepada seorang pegawai, berarti
bahwa pegawai tersebut baik keposisi yang lebih tinggi dalam struktur
organisasi suatu badan usaha. Promosi tidak selalu diikuti oleh kenaikan gaji,
gaji itu bisa tetap, tetapi pada umumnya bertambah besarnya kekuasaan dan
tanggung jawab seseorang bertambah juga balas jasa dalam bentuk uang yang
diterimanya. Dalam pada itu kenaikan upah tidak selalu diartikan promosi.”
Menurut Siagian dalam (RINI, 2018) “Promosi adalah apabila seorang
pegawai dipindahkan dari satu pekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih besar,
tingkatannya dalam hierarki jabatan lebih tinggi dan penghasilan pun lebih besar
pula.”
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 pasal 72
ayat 1 dan 2 tentang aparatur negeri sipil, promosi adalah :
1. Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi
kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas dan
8
2. pertimbangan dari tim penilai kinerja pegawai negeri sipil pada instansi
pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras dan golongan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas tentang
promosi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud promosi jabatan adalah
perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi, wewenang dan tanggung
jawab semakin besar, status serta pendapatan juga semakin tinggi.
2.1.2. Tujuan – Tujuan Promosi Jabatan
Menurut Afandi (2016:19) Pelaksanaan promosi yang baik menginsyaratkan
adanya usaha peningkatan kualitas dari mereka yang dipromosikan, sehingga
perusahaan dapat memperoleh kecakapan dan kesanggupan pegawai secara
maksimal. Adapun tujuan dilaksanakannya promosi jabatan yaitu :
1. Untuk memberikan pengakuan prestasi kerja yang tinggi.
2. Kepuasaan dan kebanggan pribadi, status sosial yang semakin tinggi dan
penghasilan yang semakin besar.
3. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi dan
memperbesar kinerjanya.
4. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai (multiplier effect)
dalam perusahaan karena timbulnya lowongan berantai.
5. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kreativitas
dan inovasinya yang yg lebih baik demi keutungan optimal perusahaan.
6. Untuk menambah / memperluas pengetahuan serta pengalaman kerja para
karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya.
7. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatannya berhenti, agar jabatan itu
tidak lowong maka dipromosikan karyawan lainnya.
9
8. Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan sementara menjadi
karyawan tetap.
2.1.3. Syarat – Syarat Promosi Jabatan
Untuk melaksakan promosi jabatan perusahaan harus menetapkan syarat -
syarat terlebih dahulu yang dapat menjamin bahwa karyawan yang akan
dipromosikan akan mempunyai kemampuan untuk menjabat jabatan yang lebih
tinggi. Menurut Afandi (2016:22) yaitu :
1. Pengalaman
Dengan pengalaman yang lebih banyak diharapkan kemampuan yang lebih
tinggi, ide yang lebih banyak dan sebagainya.
2. Tingkat Pendidikan
Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat diharapkan pemikiran yang
lebih banyak.
3. Loyalitas
Dengan loyalitas yang tinggi dapat diharapkan antara lain tanggung jawab yang
lebih besar.
4. Kejujuran
Masalah kejujuran merupakan syarat yang penting, misalnya kasir pada
umumnya syarat kejujuran merupakan syarat umum yang harus diperhatikan.
5. Tanggung Jawab
Kadang – kadang sering suatu perusahaan diperlukan suatu tanggung jawab yang
cukup besar, sehingga masalah tanggung jawab merupakan syarat utama untuk
promosi.
10
6. Kepandaian Bergaul
Untuk promosi jabatan tertentu mungkin diperlukan kepandaian bergaul,
sehingga persyaratan kemampuan bergaul dengan orang lain perlu dibutuhkan
untuk promosi jabatan tersebut, misalnya jabatan untuk salesman penetapan
syarat tersebut adalah sangat penting.
7. Prestasi Kerja
Pada umumnya setiap perusahaan selalu mencantumkan syarat – syarat untuk
berprestasi kerjanya dan ini dapat dilihat dari catatan – catatan prestasi yang telah
dikerjakan.
8. Inisiatif dan Kreatif
Syarat tingkat inisiatif dan kreatif merupakan syarat yang harus diperhatikan. Hal
ini disebabkan karena untuk jabatan tersebut sangat diperlukan inisiatif dan
kreatif, meskipun demikian tidak setiap perusahaan menentukan hal itu sebagai
syaratnya.
9. Formasi Pegawai Mengizinkan
Apabila terdapat jabatan yang kosong makan pelaksanaan promosi dapat
dilakukan. Kekosongan ini harus segera diisi sesuai dengan struktur organisasi
yang dibutuhkan agar stabilitas kepegawaian perusahaan dapat dipertahankan.
2.1.4. Dimensi dan Indikator Promosi Jabatan
Menurut Afandi (2016:24) Rumusan indikator- indikator umum yang
diperhitungkan dalam proses promosi jabatan sebagi berikut :
1. Dimensi Kepemimpinan
a. Komunikatif
b. Intelektual
11
c. Memiliki visi yang baik
2. Dimensi Kinerja
a. Berprestasi
b. Disiplin
c. Kerja sama
3. Dimensi Loyalitas
a. Kejujuran
b. Merasa memiliki
c. Kesetiaan
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara dalam (Kurniasari, 2018) “Kinerja Karyawan
(Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.”
Menurut Riniwati (2016:167) “Kinerja merupakan suatu catatan yang
diperoleh atau dihasilkan dari kegiatan para pegawai yang melakukan aktivitasnya
yang dikerjakan dalam jangka waktu tertentu.”
Menurut Wibowo dalam (Erri & Fajrin, 2018) mendefinisikan bahwa
“Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan hasil yang dicapai dari pekerjaan
tersebut dan tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya”.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 pasal 75
ayat 1 dan 2 tentang aparatur negeri sipil, penilaian kinerja adalah :
12
1. Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasaarkan perencanaan kinerja pada tingkat
individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian,
hasil dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
2. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif. Terukur, akuntabel, pertisipasif,
dan transparan.
2.2.2. Kriteria – Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja adalah dimensi – dimensi pengevaluasian kinerja seseorang
pemegang jabatan, suatu tim dan suatu unit kerja.
Menurut Afandi (2016:70) ada 3 jenis dasar kriteria kinerja yaitu :
1. Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri pada karakteristik pribadi seseorang
karyawan.
Loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan memimpin
merupakan sifat – sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Jenis kriteria
ini memusatkan diri pada bagaimana seseorang, bukan apa yang dicapai atau
tidak dicapai seseorang dalam pekerjaanya.
2. Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan.
Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang dibutuhkan hubungan
antar personal.
3. Kriteria berdasarkan hasil
Kriteria ini semakin populer dengan semakin ditekannya produktivitas dan daya
saing internasional. Kriteria ini berfokus pada apa yang telah dicapai atau
dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan.
Menurut Afandi (2016:70) Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja
karyawan adalah sebagai berikut :
13
1. Quantity of Work (Kuantitas kerja)
Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan.
2. Quality of Work (Kualitas Kerja)
Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat – syarat kesesuaian dan
ditentukan.
3. Job Knowledge (Pengetahuan Pekerjaan)
Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
4. Creativeness (Kreativitas)
Keaslian gagasan – gagasan yang dimunculkan dan tindakan – tindakan untuk
menyelesaikan persoalan – persoalan yang timbul.
5. Cooperation (Kerja sama)
Kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain atau sesama anggota organisasi.
6. Dependability (Ketergantungan)
Kesadaran untuk mendapatkan kepercayaan dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja.
7. Initiative (Inisisatif)
Semangat untuk melaksanakan tugas – tugas baru dan dalam memperbesar
tanggung jawabnya.
8. Personal Qualities (Kualitas Pribadi)
Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi.
2.2.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Afandi (2016:71) ada 3 faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah :
1. Kemampuan, kepribadian dan minat kerja
14
2. Kejelasan dan penerimaan atau kejelasan peran seseorang pekerja yang
merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas yang diberikan
kepadanya.
3. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energi yang mendorong, mengarah dan
mempertahankan perilaku.
2.2.4. Penilaian Kinerja
Menurut Afandi (2016:71) Penilaian kinerja intinya adalah untuk mengetahui
seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih
efektif pada masa yang akan datang sehingga karyawan, organisasi dan masyarakat
memperoleh manfaat. Tujuan penilaian kinerja terdapat pendekatan ganda terhadap
tujuan penilaian prestasi kerja sebagai berikut :
1. Tujuan Evaluasi
a. Telaah Gaji
Keputusan – keputusan kompensasi yang mencangkup kenaikan merit-pay,
bonus dan kenaikan gaji lainnya merupakan salah satu tujuan utama
penilaian prestasi kerja.
b. Kesempatan Promosi
Keputusan – keputusan penyusunan pegawai (staffing) yang berkenaan
dengan promosi, demosi, transfer dan pemberhentian karyawan merupakan
tujuan kedua dari penilaian prestasi kerja.
2. Tujuan Pengembangan
a. Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian prestasi kerja dapat
digunakan untuk mengembangkan pribadi anggota – anggota organisasi.
b. Mengukuhkan dan Menopang Prestasi Kerja.
15
Umpan balik prestasi kerja (performance feedback) merupakan kebutuhan
pengembangan yang utama karena hampir semua karyawan ingin
mengetahui hasil penilaian yang dilakukan.
c. Meningkatkan Prestasi Kerja.
Tujuan penilaian prestasi kerja juga untuk memberikan pedoman kepada
karyawan bagi peningkatan prestasi kerja di masa yang akan datang.
d. Menentukan Tujuan – Tujuan Progresi Karier.
Penilaian prestasi kerja juga akan memberikan informasi kepada karyawan
yang akan dapat digunakan sebagai dasar pembahasan tujuan dan rencana
karier jangka panjang.
e. Menentukan Kebutuhan – Kebutuhan Pelatihan
Penilaian prestasi kerja individu dapat memaparkan kumpulan data untuk
digunakan sebagai sumber analisis dan identifikasi kebutuhan pelatihan.
2.2.5. Dimensi dan Indikator Kinerja
Menurut Afandi (2016:73) dimensi dan indikator kinerja yaitu :
1. Dimensi hasil kerja yaitu :
a. Kuantitas hasil kerja
b. Kualitas hasil kerja
c. Efisiensi dalam melaksanakan tugas
2. Perilaku kerja yaitu :
a. Disiplin Kerja
b. Inisiatif
c. Ketelitian
3. Sifat pribadi yaitu :
16
a. Kepemimpinan
b. Kejujuran
c. Kreativitas
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi – Kisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas (Independent)
Menurut Sugiyono, (2018:39) Variabel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian adalah :
X = Promosi Jabatan
2. Variabel Terikat (Dependent)
Menurut Sugiyono (2018:39) Sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahsan Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian adalah :
Y = Kinerja Pegawai
Kisi – kisi operasional variabel yang penulis gunakan untuk menentukan dimensi
dan indikator variabel promosi jabatan.
17
Tabel II.1
Kisi – Kisi Operasional Promosi Jabatan
Variabel Dimensi Indikator Pernyataan
No.
Butir
Promosi
Jabatan
Kepemimpinan Komunikatif Dapat
berkomunikasi baik
dengan atasan dan
bawahan
1
Intelektual Mampu
menyelesaikan dan
mencari solusi
permasalahan
2
Memiliki
visi yang
baik
Memahami visi
kerja 3
Kinerja Berprestasi Memiliki target
prestasi sebagai
individu maupun
tim
4
Disiplin Diwajibkan untuk
mematuhi peraturan
perusahaan
5
Kerja sama Dapat bekerja sama
dengan baik diantara
semua karyawan
6,7
Loyalitas Kejujuran Sifat jujur harus
diutamakan dalam
bekerja
8
Merasa
memiliki
Mempunyai rasa
memiliki ikut
betanggung jawab
dan membantu
perusahaan keluar
dari masalah
9,10
Kesetiaan Wajib mempunyai
loyalitas terhadap
perusahaan
11
Sumber : Afandi (2016:24)
Sedangkan kisi – kisi operasional variabel yang penulis gunakan untuk
menentukan indikator variabel kinerja.
18
Tabel II.2
Kisi – kisi Operasional Kinerja Pegawai
Variabel Dimensi Indikator Pernyataan
No.
Butir
Kinerja
Pegawai
Hasil Kerja Kuantitas Kerja Dapat
menyelesaikan
tugas sesuai target
1
Kualitas Kerja Harus menjaga
kualitas hasil kerja
sesuai standar
2
Efiesiensi
Dalam Melak-
sanakan Tugas
Dapat
menyelesaikan
pekerjaan secara
efisien
3
Perilaku
Kerja
Disiplin Kerja Wajib menaati
peraturan
perusahaan dan
menerapkan disiplin
kerja
4,5
Inisiatif Mempunyai inisiatif
kerja 6
Ketelitian Ketelitian kerja
wajib diperhatikan 7
Pribadi Kepemimpinan Karyawan yang
dipromosikan harus
menjadi panutan
8
Kejujuran Kejujuran membuat
reputasi baik 9
Kreativitas Meningkatkan daya
kretivitas dan
mengemukakan ide
- ide baru bagi
perusahaan
10,11
Sumber : Afandi (2016:73)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
Menurut Hikmawati (2017:30) Penelitian pada dasarnya merupakan upaya
pengukuran, maka alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Sehingga
instrumen penelitian merupakan piranti peneliti mengukur fenomena alam maupun
sosial yang menjadi fokus peneliti, yang secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel. Instrumen – instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
19
science sudah banyak berstandardisasi secara internasional dan teruji validitas dan
reliabilitasnya.
Di dalam penelitian ini instrumen yang digunakan peneliti untuk menyaring
data digunakan angket (kuesioner). Menurut Sugiyono (2018:142) Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
1. Uji Validitas
Menurut Noor (2015:19) Uji validitas ini dapat disampaikan hal – hal pokoknya
sebagai berikut :
a. Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir – butir pertanyaan dalam
kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.
b. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok
variabel tertentu
c. Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibadingkan denga r tabel |
df = n-k.
d. Jika r tabel < r hitung , maka butir soal disebut valid
2. Uji Reliabilitas (Keandalan)
Menurut Noor (2015:24) Keandalan pengukuran dengan menggunakan Alfa
Cronbach adalah koefesien keandalan yang menunjukan seberapa baiknya item /
butir dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Tentang uji
reliabilitas ini dapar disampaikan hal – hal pokoknya, sebagai berikut :
a. Untuk menilai kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab
kuesioner, kuesioner tersebut ,mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu
variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan.
20
b. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama – sama terhadap seluruh
pertanyaan.
c. Jika nilai alpha > 0.60, disebut reliabel.
Rumus yang digunakan adalah rumus alfa cronbach sebagai berikut :
Tabel II.3
Skala Alpha Cronchbach
Nilai Alpha Cronbach Keterangan
0,00 - 0,20 Kurang Reliabel
0,21 - 0,40 Agak Reliabel
0,41 - 0,60 Cukup Reliabel
0,61 - 0,80 Reliabel
0,81 - 1,00 Sangat Reliabel Sumber : Triton dalam (Yuliantari & Wiwin, 2018)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi & Sampel
a. Pengertian Populasi & Sampel
Menurut Sugiyono, (2018:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh penelitiu untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Menurut Sugiyono, (2018:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah simple random
sampling. Menurut Sudaryono (2016:123) Diantara teknik – teknik
pengambilan sampel yang paling baik dan representatif adalah teknik sampel
acak (rambang). Dalam teknik ini setiap individu memiliki peluang atau
kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek penelitian.
21
Penulis menggunakan rumus Slovin untuk pengambilan sampel pada
penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 150 pegawai, besar
sampel yang diambil menurut Riduan dalam Endra (2017:106) rumus Slovin
yaitu :
n = N
1+N.e2
Dimana
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = error tolerance (batas toleransi kesalahan) (10%)
n = 150
1 + 150 (0,1)2=
150
1 + 150 (0,01)=
150
2,5= 60 sampel
2. Skala Likert
Menurut Habiby (2017:28) Skala Likert yaitu skala pengukuran yang digunakan
untuk mengukur sikap seseorang dengan menempatkan kedudukan sikapnya pada
kesatuan perasaan yang terjadi secara berurutan atau kontinum dari sikap “sangat
positif” sampai sikap “sangat negatif” terhadap suatu objek psikologis. Secara
umum item – item yang terdapat dalam skala Likert berkaitan dengan opini.
Tabel II.4
Skoring Pada Skala Likert
Pilihan Kategori Skor Item Positif Skor Item Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu – Ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Sumber : Habiby (2017:30)
22
3. Uji Koefisien Korelasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus korelasi product moment
dengan penjelasan sebagai berikut :
Menurut Winarni (2018:116) Korelasi product moment untuk uji hipotesis nihil
tentang hubungan antara dua variabel X dan Y.
Masing – masing variabel berskala interval.
Rxy = NΣXY− (ΣX)(ΣY)
√{NΣX2− (ΣX)2} {NΣY2− (ΣY)2}
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi tes yang disusun dengan kriteria
X = Skor masing – masing responden variabel X
Y = Skor masing – masing responden variabel Y
N = Jumlah responden
Tabel II.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Kuat
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2018:184)
4. Koefisien Determinasi
Menurut Abdillah (2018:120) Koefisien korelasi yang dikuadratkan (r2)
dinamakan dengan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Koefisien
determinasi merupakan proporsi untuk menentukan terjadinya persentase variansi
23
bersama antara variabel X dengan variabel Y jika dikalikan dengan 100%. Oleh
karena itu besarnya koefisien determinasi adalah 0 ≤ r2 ≤ 1 dan tidak ada
koefisien determinasi yang bertanda negatif karena dikuadratkan.
5. Regresi Linear Sederhana
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2017:187) Model regresi yang hanya
memiliki satu variabel independen adalah regresi sederhana (simple regression).
Regresi sederhana hanya melibatkan satu variabel independen dan variabel
dependen, maka model regresi ini sering disebut analisa bivariat.
Persamaan regresi sederhana menurut Sugiyono (2018:188) adalah :
Y’ = α + b X
Keterangan :
Y’ = Nilai yang diprediksikan
α = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefisien regresi
X = Nilai variabel independen
24