bab ii landasan teori a. 1. - abstrak.uns.ac.id · sepak simpuh adalah menyepak bola dengan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sepaktakraw
a. Pengertian Sepaktakraw
Permainan sepaktakraw dikenal masyarakat Indonesia dibeberapa
daerah yang ada di Indonesia seperti Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi
dengan sebutan sepak raga, yaitu permainan anak negeri yang dimana dalam
memainkan sepak raga masih menggunakan bola yang terbuat dari rotan.
Dalam permainan ini setiap pemain menunjukan suatu kemahiran dalam
penguasaan bola, pemain memainkan bola rotan dengan seluruh anggota
badan kecuali dengan tangan seperti kaki, paha, dada, bahu, kepala.
Permainan ini sangat menarik karena dalam permainan ini untuk
mempertahankan bagaimana supaya bola tetap lama dimainkan tanpa jatuh
ketanah. Perkembangan sepaktakraw di negara Asia terutama Asia Tenggara
telah mengenal permainan dengan menggunakan bola rotan ini sejak lama.
Mungkin saja disetiap negara cara bermain dan nama permainannya yang
berbeda-beda. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992:5), setiap
negara mempunyai nama sendiri-sendiri seperti misalnya:
1) Malaysia dengan nama sepak raga jaring.
2) Muangthai (Thailand) dengan nama takraw
3) Philipina dengan nama sipak
Indonesia sendiri yang telah mengenal permainan dengan bola rotan
ini sejak abad XV yang telah dimainkan secara massal di daerah yang
terutama dimainkan pada acara-acara tertentu dengan nama sepak raga.
Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992:6), “perubahan nama
sepak raga jaring menjadi sepaktakraw diresmikan tanggal 27 Maret 1965 di
Kuala Lumpur di Stadion negara Kuala Lumpur pada waktu pesta
olahraga”.
9
Menurut Sulaiman (2004:4), “sepaktakraw merupakan suatu
permainan yang menggunakan bola yang terbuat dari rotan, dimainkan di
atas lapangan yang datar berukuran panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m.
Ditengah-tengah dibatasi oleh jaring net setinggi 1,55 m”. Dalam permainan
ini yang dipergunakan terutama kaki dan semua anggota badan kecuali
tangan. Tujuan dari setiap pihak adalah mengembalikan bola sedemikian
rupa sehingga dapat jatuh di lapangan lawan atau menyebabkan lawan
membuat pelanggaran atau bermain salah. Menurut Ratinus Darwis dan
Penghulu Basa (1992:2) “Permainan sepaktakraw itu merupakan perpaduan
atau penggabungan tiga buah permainan yaitu permainan sepakbola, bola
voli, dan bulutangkis”.
Sepaktakraw merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh
dua regu dan dimainkan di lapangan berbentuk empat persegi
panjang.Permainan sepaktakraw dilakukan dengan menggunakan bola yang
terbuat dari rotan. Setiap regu terdiri dari tiga orang pemain. Menurut
Prawira Sudrajad (2000:5) “Permainan sepaktakraw dilakukan di lapangan
berukuran 13,4 m kali 6,10 m yang dibagi oleh dua garis dan net (jaring)
setinggi 1,55 dengan lebar 72 cm dan lubang jaring sekitar 4-5 cm”. Bola
sepaktakraw terbuat dari rotan atau fiber glass yang diayam dengan
lingkaran 42-44 cm. Permainan sepaktakraw dilakukan oleh dua regu yang
berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang
membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan
terdiri atas 3 orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling
belakang, dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah
kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan.
Permainan sepaktakraw dimainkan tanpa menggunakan tangan untuk
memukul bola, bahkan tidak boleh menyentuh lengan. Bola hanya boleh
menyentuh atau dimainkan dengan kaki, dada, bahu dan kepala. Permainan
sepaktakraw diawali dengan sepak mula sebagai servis yang dilakukan oleh
tekong. Sepak mula dilakukan oleh tekong atas lambungan bola oleh
pelambung yang diarahkan ke tekong. Tekong harus berada di dalam
10
lingkaran yang telah disediakan. Begitu juga pada waktu melakukan sepak
mula salah satu kakinya harus tetap berada di dalam lingkaran tempat
tekong melakukan sepak mula. Tekong harus mengarahkan bola ke daerah
lawan melalui atas net (jaring). Di lain pihak lawan harus menerima bola
dan mengembalikannya ke daerah lawan. Pihak lawan diberi kesempatan
menyentuh bola sebanyak tiga kali.
Tujuan permainan sepaktakraw adalah mencapai kemenangan. Untuk
mencapai kemenangan dibutuhkan penguasaan teknik, taktik dan strategi
yang baik, sehingga mempunyai peluang untuk memasukkan bola ke
gawang lawan sebanyak-banyaknya. Selain itu juga, kerja sama yang
kompak dalam satu tim juga sama pentingnya untuk memperoleh
kemenangan. Sebaik apapun keterampilan yang dimiliki seorang pemain
tanpa kerja sama yang baik antar pemain yang satu dengan lainnya dalam
satu tim, maka akan sulit memperoleh kemenangan. Menurut Charsian
Anwar dkk (1999:4) bahwa “tanpa menguasai kemampuan dasar atau teknik
dasar maka sepaktakraw tidak dapatdilakukan dengan baik”. Teknik dasar
dimiliki dengan berlatih dengan baik dan kontinyu Berdasarkan
penjelasandi atas dapat disimpulkan bahwa, sepaktakraw merupakan
olahraga permainan beregu yang menuntut kualitas taktik dan teknik serta
kerjasama yang kompak dalam satu tim untuk memperoleh kemenangan.
Sebaik apapun teknik dan taktik yang dimilki suatu tim, tanpa kerjasama
yang kompak akan sulit memenangkan suatu pertandingan. Setiap individu
juga harus memiliki kemampuan teknik dasar yang baik untuk
memenangkan suatu pertandingan.
b. Teknik Dasar Bermain Sepaktakraw
Untuk bermain sepaktakraw yang baik maka seorang Pemain harus
mempunyai kemampuan dasar bermain sepaktakrawyang baik. Kemampuan
yang di maksud adalah menyepak dengan menggunakan bagian-bagian kaki,
memainkan bola dengan kepala, dengan dada, dengan paha, dengan bahu,
dan dengan telapak kaki.
11
Kemampuan di atas satu sama lainnya saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. “Teknik dasar dapat dimiliki dengan baik apabila berlatih
dengan baik dan kontinyu” (Charsian Anwar dkk 1999:4). Selain teknik
dasar terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan prestasi
sepaktakraw.
Peningkatan prestasi olahraga menuntut adanya perbaikan dan
pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan
baik apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomeknika
dan mental terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam
praktek dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi
maksimal. Menurut Ucup Yusuf dkk, (2004:30-42) bahwa, “Teknik dasar
sepaktakraw terdiri dari sepak sila, sepak kuda, sepak badak, sepak cungkil,
heading, memaha, mendada, menapak, sepak mula, smash, dan blocking”.
Menurut Muhammad Suhud (1989:26) “untuk melatih penguasaan
teknik dan taktik dalam permainan sepaktakraw terutama bagi pemula harus
selalu berpedoman pada gerakan-gerakan dari yang mudah ke sukar, dari
yang dikuasai ke yang belum dikuasai”. Selanjutnya Muhammad Suhud
(1989:47) “menekankan bahwa dalam usaha menguasai dan meningkatkan
keterampilan teknik-teknik sepaktakraw dan kemampuan yang dimiliki,
maka latihannya harus sistematik dan metodis”. Teknik teknik dasar dalam
sepaktakraw ada 3 macam yang perlu di kuasai adalah sebagai berikut:
1) Teknik Sepakan
Dalam permainan sepaktakraw menyepak adalah gerakan yang
dominan (Ratinus D, 1992). “Dapat di katakan bahwa gerakan
menyepak ini merupakan ibu dari permainan sepaktakraw, karena bola
terbanyak dimainkan dengan kaki”. Teknik menyepak dalam
sepaktakraw adalah sebagai berikut:
a) Sepaksila
Menurut Ratinus Darwis & Dt. Penghulu Basa (1992: 16)
mengemukakan bahwa “sepaksila adalah menyepak bola dengan
menggunakan kaki bagian dalam”. Sepaksila digunakan untuk: (a)
12
menerima dan menimang bola, (b) mengunpan dan antaran bola,
(c) menyelamatkan serangan lawan. Sedangkan menurut Sulaiman
(2004:18), sepaksila adalah menyepak bola dengan menggunakan
kaki bagian dalam. Sepaksila digunakan untuk menerima dan
menimang atau menguasai bola, mengumpan antara bola dan untuk
menyelamatkan serangan lawan. Teknik melakukan sepaksila
adalah sebagai berikut:
(1) Berdiri pada kedua kaki menghadap kearah datangnya bola.
(2) Berdiri pada satu kaki, pada kaki kiri atau kanan.
(3) Bila berdiri pada kaki kiri, maka kaki kanan ditarik ke atas dan
telapak kakinya menghadap lutut kaki kiri kemudian di
turunkan setinggi mata, kaki kiri ditarik lagi ke atas sampai
setinggi lutut berulang-ulang.
(4) Pemain berdiri pada dua kaki, kaki kiri di depan kaki kanan,
berat badan bertumpu pada kaki kiri, menghadap pelambung
bola.
Sebagaimana bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 1. Sepak Sila
2) Sepak Kura
Sepak kura atau juga disebut sepak kuda sepak kuda atau sepak
kura adalah sepakan dengan menggunakan kura kaki atau dengan
punggung kaki. Digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan
lawan, memainkan bola dengan usaha menyelamatkan bola dan
mengambil bola yang rendah.
Teknik sepak kura atau sepak kuda menurut Sulaiman (2004:19),
“sepak kura atau sepak kuda adalah sepakan atau menyepak dengan
13
menggunakan punggung kaki”. Sepakkura atau sepakkuda digunakan
untuk memainkan bola yang datangnya rendah dan kencang (keras) atau
menyelamatkan bola dari serangan lawan, untuk bertahan atau
menguasai bola dalam usaha menyelamatkan bola dari serangan lawan
supaya tidak jatuh. Teknik melakukan sepakkura atau sepak kuda :
a) Berdiri dengan kedua kaki terbuka selebar bahu.
b) Jarak badan terhadap bola kurang lebih sejauh panjang lengan,
karena kaki pemukul pada posisi punggung kaki, sehingga
cenderung kaki agak lurus.
c) Lutut kaki sepak dibengkokkan sedikit sambil ujung jari kaki
mengarah ke lantai, kaki tendang diangkat ke arah bola yang
datang.
d) Bola disentuh pada bagian bawahnya, dengan bagian atas kaki
(punggung kaki).
e) Badan dibungkukkan sedikit, kaki tumpu agak ditekuk.
f) Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga
keseimbangan.
g) Bola disepak ke atas setinggi lutut.
Gambar 2. Sepak Kura
3) Sepak cungkil
Sepak cungkil adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki
(jari kaki). Digunakan untuk mengambil bola yang jauh, rendah dan
bola-bola yang liar pantulan dari bloking.
14
Gambar 3. Sepak Cukil
4) Menapak
Menapak adalah menyepak bola dengan menggunakan telapak
kaki. Digunakan untuk: smash ke pihak lawan, menahan atau
membloking smash dari pihak lawan dan menyelamatkan bola dekat net
(jaring).
Gambar 4. Sepak Tapak
5) Sepak Simpuh
Sepak simpuh adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki
bagian luar atau samping luar, di katakana sepak simpuh karena posisi
seperti orang bersimpuh, sepak simpuh ini bertujuan untuk menguasai
bola dari serangan lawan.
15
Gambar 5. Sepak Simpuh
6) Teknik Service
Service atau sepak mula merupakan awal dari pemainan
sepaktakraw. Sepak mula di lakukan oleh tekong arah lapangan lawan
dan merupakan cara kerja yang sangat penting, karena angka tau poin
dapat di peroleh oleh regu yang melakukannya (M.Suhud, 1990), jenis
service ada 2 macam yaitu:
a) Service Bawah
Service bawah adalah ddengan cara berdiri dengan satu kaki berada
dalam lingkaran sebagai tumpuan dan satu kaki berada di samping
belakang badan sebagai awalan.
b) Service Atas
Service atas yaitu servis yang menggunakan kaki bagian dalam,
service dengan punggung kaki, dan sevice dengan bagian telapak
kaki.
7) Teknik Bertahan
Teknik bertahan dalam suatu permainan merupakan teknik yang
sama pentinganya dengan kemampuan menyerang Bentuk teknik
pertahanan ada 5 macam yaitu:
a) Block
Block adalah salah satu dari beberapa gerak dari bertahan.
Block yang baik adalah dapat menahan serangan lawan sehingga
kembali ke lapangan lawan, block bisa menggunakan tungkai atau
punggung badan.
16
Gambar 6. Block
b) Heading
Heading adalah menyundul bola dengan kepala yang
bertujuan untuk menahan serangan atau mengumpan pada teman
dan melakukan semash ke pertahanan lawan. Walaupun
sepaktakraw permainan menggunakan kaki, tapi bola-bola tinggi
juga merupakan taktik yang berguna dalam situasi yang berbeda.
Demikian pula para pemain tidak akan dapat menghindari
permainan menggunakan kepala atau menyundul, oleh karena itu
pemain sepaktakraw harus terampil menyundul bola. Menyundul
bola dapat dilakukan dengan menggunakan awalan atau tanpa
awalan.
Gambar 7. Heading
c) Memaha
Menurut Sulaiman (2004:23), “memaha adalah memainkan
bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola”. Memaha dapat
digunakan untuk menahan dan menerima bola dari serangan lawan,
atau untuk membentuk dan menyusun serangan.
17
Gambar 8. memaha
d) Smash
Smash adalah sepakan yang dilakukan oleh tekong kearah
lapangan lawan sebagai cara memulai permainan. suatu gerak kerja
yang penting dalam permainan sepaktakraw, karena point dapat
dibuat oleh regu yang melakukan servis. Tujuan suatu servis
hendaklah dipusatkan kepada pengacuan permainan atau
pertahanan lawan sehingga kita dapat mengatur smash yang
mematikan dan sulit menerima bola oleh lawan.
c. Faktor – Faktor Pembentuk Keterampilan Bermain Sepaktakraw
Pembentukan keterampilan olahraga pada umumnya banyak
berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan-gerakan
koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi syaraf dan
diperoleh dari hasil belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat
keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang
lama agar fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang
menuju pada otomatisasi gerakan. Ratinus Darwis dalam Muhamad Muhsin
(2008:20) berpendapat bahwa “untuk bermain sepaktakraw yang baik
haruslah seseorang mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik”.
Kemampuan gerak keterampilansepaktakraw meliputi gerak lokomotor dan
non lokomotor dan manipulatif.
18
Indikator penguasaan keterampilan bermain sepaktakraw, apabila
masing-masing anak menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik
dasar bermain sepaktakraw tersebut. Dalam proses pembelajaran
selanjutnya, pemain agar selalu mempelajari dan mempraktikkan berulang-
ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan bola agar dapat
menumbuhkan naluri terhadap gerak bola
Pembelajaran keterampilan gerak bermain sepaktakraw adalah hasil
tes dan unsur-unsur dasar bermain sepaktakraw. Unsur yang membentuk
keterampilan diantaranya adalah unsur fisik dan anthropometri. Jika seorang
atlet memiliki anthropometri yang ideal dan kondisi fisik yang baik maka
akan dapat melakukakn gerakan keterampilan teknik dasar sepaktakraw
dengan baik.
Banyak sekali model tes keterampilan bermain sepaktakraw yang
telah dibakukan dan hasilnya dapat dijadikan prediksi keterampilan masing-
masing pemain. Menurut Fouzee H.A (1989:18) “keterampilan dasar yang
perlu dikuasai oleh seorang pemain sepaktakraw ialah: sepaksila,
sepakkuda, sepak cungkil, menapak, memaha, badek, mendada, membahu,
menanduk dengan dahi, menanduk dengan belakang kepala, menanduk
dengan sisikanan dan kiri kepala”. Menurut Muhammad Suhud (1989:13)
“bentuk-bentuk teknik dasar sepaktakraw meliputi: sepakan, yaitu sepak
sila, sepak kuda, sepak samping. Menahan yaitu: menahan dengan paha dan
menahan dengan dada. Smash, yaitu dengan sundulan kepala dan sepakan
kaki”. Menurut Ratinus Darwis (1991:20) “teknik dasar permainan
sepaktakraw terdiri atas: sepakan, memainkan dengan kepala, mendada,
memaha, membahu; sedangkan teknik khusus, meliputi: sepak mula
(servis), menerima sepak mula, mengumpandan block”. Menurut M.Husni
Thamrin (1995) “untuk mengetahui tingkat keterampilan bermain
sepaktakraw dapat diukur melalui battry tes yang terdiri atas: sepakmula,
sepaksila, sepakkuda, heading dan smash”. Sedangkan menurut Ratinus
Darwis (1992: 120-121) “untuk mengetahui tingkat keterampilan bermain
sepaktakraw melalui skill test permainan sepaktakraw yang terdiri atas: (a)
19
kemampuan servis atau sepak mula (b) kemampuan menimang bola/ sepak
sila, dan (c) kemampuan smash”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur teknik memainkan bola takraw ialah: teknik menyepak,
teknik memainkan dengan kaki, teknik mendada atau memainkan bola
dengan dada, teknik memaha atau memainakan bola dengan paha dan
membahu atau memainkan bola dengan bahu. Sekalipun banyak ragamnya
macam teknik yang harus dikuasai dalam permainan sepaktakraw, maka
peneliti menentukan faktor-faktor yang sangat dominan dipakai dalam
permainan sepaktakraw, yaitu: sepakan atau menyepak atau keterampilan
menyepak, itu merupakan ibu dari permainan sepaktakraw karena bola
dimainkan terbanyak disepak dengan bagian kaki mulai dari permulaan
permainan sampai membuat point dapat dikatakan dengan menggunakan
kaki. Oleh karena itu, dalam penelitian ini faktor-faktornya adalah sepak
mula (servis), sepak sila, dan smash.
2. Komponen Anthropometri dan Kondisi Fisik
a. Anthropometri
Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metry. Antropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Anthropometri dapat diartikan sebagai
ukuran tubuh atau ukuran eksternal bagian tubuh. Dalam kaitannya dengan
pengukuran fisik, anthropometri merupakan salah suatu satuan teknik
standar untuk pengukuran yang sistematis terhadap tubuh secara
keseluruhan ataupun bagian-bagian tubuh.
Ukuran anthropometri mencangkup kuantitas dari dimensi-dimensi
tubuh termasuk di dalamnya berat badan, ukuran panjang dan luas
penampang tubuh atau bagian-bagian tubuh. Perbandingan dari masing-
masing organ tubuh memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-
masing individu. “Ukuran athropometri berkaitan dengan tipe atau bentuk
tubuh, juga dapat dijadikan sebagai parameter untuk menentukan kondisi
fisik seseorang” (Djoko Pekik Irianto, 2007:67).
20
Perkembangan ukuran anthropometri tubuh berkembang sesuai dengan
periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh
ini dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor genetik,
lingkungan serta aktivitas gerak fisik yang dilakukan. Perkembangan ukuran
tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus selama masa pertumbuhan
dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada proporsi dan
fleksibilitasnya. “Pertumbuhan ukuran bayi berlangsung sangat cepat,
kemudian secara proporsional mengalami penurunan pada masa anak-anak
dan kemudian mengalami ledakan pertumbuhan pada masa adolesensi”
(Gallahue dan Ozmun, 1998:189). Perbedaan fleksibilitas pertumbuhan
menyebabkan terjadinya variasi pada bentuk dan tipe tubuh seseorang.
Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam
aktivitas olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan
karakteristik anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan
karakteristik gerak yang diperlukan dalam masing-masing cabang olahraga
tersebut. Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan
struktur tubuh memberikan kemungkinan efisien gerak yang berbeda pula.
Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atlet dalam
cabang olahraga tertentu. Atlet yang memiliki kualitas fisik yang baik maka
kualitas gerak atau keterampilan motoriknya cenderung baik pula. Kondisi
fisik juga berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar seseorang
mencapai hasil kerja yang lebih produktif. Pertimbangan kondisi fisik itu
harus dikembangkan didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang
digelutinya, sebab pada suatu cabang olahraga tertentu mungkin
memerlukan komponen kondisi fisik secara keseluruhan, sedangkan pada
cabang lain mungkin hanya sebagian saja.
Pernyataan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa setiap komposisi
tubuh merupakan faktor pendukung pada seorang atlet untuk menghasilkan
gerakan yang maksimal sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.
Adapaun koposisi tubuh yang mempengaruhi diantaranya adalah usia, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, panjang lengan, panjang tungkai dan
21
sebagainya. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa faktor anthropometri
yang berperan terhadap permainan sepaktakraw adalah sebagai berikut:
1) Tinggi Badan
“Tinggi badan adalah tinggi seseorang yang diukur dengan
menggunakan alat Stadiometer yang diukur dari ujung kaki (telapak kaki)
sampai dengan kepala bagian atas (ubun-ubun) apabila berdiri dengan
sikap tegak” (Anwar Pasau, 1986:15).
Postur tubuh bisa diukur di depan dinding. Atlet tidak bersepatu
dan berdiri pada permukaan yang rata di sebelah kanan tiang vertikal atau
papan stadiometer. Atlet berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus
menyentuh lantai. Kepala, punggung, dan pantat juga menyentuh tiang
vertical. Kepala tegak dengan mata fokus ke depan. Tungkai yang
menonjol ke depan dari alat pengukuran (stadiometer) berada di atas
kepala. Posisi alat pengukur sejajar dengan deret ruas-ruas tulang
belakang. Kedudukan kepala hendaknya sedemikian rupa sehingga
lubang telinga dan batas bawah dari rongga mata berada dalam garis
horizontal. “Hasil pengukuran tinggi badan dicatat dalam satuan
centimeter” (Verducci, 1984:217).
Zat besi merupakan zat yang penting, terutama terutama untuk
membentuk hemonglobin, mioglobin, dan zat lain, seperti enzim-enzim
cytochrome oxidase, peroxidase, dan catalase. Jumlah total zat besi
didalam tubuh rata-rata 4 gram, sekitar 65% berbentuk hemonglobin,
sekitar 4% dalam bentuk mioglobin, sekitar1% dalam berbagai bentuk
ikatan heme yang mengendalikan toksidasi intra-seluler 0,1% bergabung
dengan protein transferin didalam plasma darah, dan 15-30% disimpan di
dalam hati dalm bentuk feritin dan hemosiderin. “Oleh karena itu di
dalam menu sehari-hari zat besi harus selalu tersedia, karena menurut
Smith dan Robert keburuhan zat besi sangat meningkat terutama pada
masa-masa lanjut pertumbuhan yang tinggi” (Junusul Hairy, 2003:116).
22
Gambar 9. Pengukuran Tinggi Badan
Gambar 10. Alat Ukur Tinggi Badan
Tinggi badan seseorang ditentukan oleh tulang dan otot. Orang yang
tinggi secara otomatis memiliki tulang yang panjang demikian pula
sebaliknya. Tulang sebagai alat pasif dan otot sebagai alat gerak aktif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin panjang tulang akan
memberikan kemungkinan gaya yang lebih besar sesuai dengan sistem
tuas atau pengungkit.
Tinggi badan merupakan unsur antrhopometrik yang dilandasi oleh
pertumbuhan tulang dan disertai dengan pertumbuhan fisik kearah vertikal
yang akan menentukan tinggi badan seseorang. Oleh sebab itu sebagai
dasar penuntut tinggi badan adalah panjang tulang. Misalnya tulang-tulang
anggota gerak bawah bila memiliki keadaan yang panjang maka akan
berpengaruh terhadap tinggi badan. Salah satu faktor yang banyak
berpengaruh dalam aktivitas olahraga guna mencapai prestasi adalah tinggi
badan.
23
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar
Pasau (1988:81), bahwa “Orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan
besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan,
fleksibilitas, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot dan
lainnya, lebih baik dibanding orang yang bertubuh kecil dan pendek”.
Berbicara tentang tinggi badan, tidak terlepas dari rangka manusia
itu sendiri. Dimana rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu bagian poros tubuh dan bagian alat gerak. Bagian poros
tubuh terdiri dari; tulang tengkorak (cranium), tulang dada (sternum),
tulang rusuk (costae), tulang belakang (vertebrae), tulang gelang bahu, dan
tulang gelang panggul. Sedangkan bagian alat gerak terdiri dari; tulang
lengan (humerus, ulna, radius, carpal, metacarpal, phalanges), dan tulang
tungkai (femur, patella, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, phalanges)
(Rahmadini, 2007:4).
Dengan demikian tinggi badan mempunyai peranan dalam
keterampilan sepaktakraw. Dengan tinggi badan yang maksimal maka
gerakan yang dilakukan akan memperoleh hasil yang maksimal.
2) Berat Badan
Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor
keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan susunan tubuh bervariasi
sesuai dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori.
Berat badan akan bertambah apabila masukan kalori secara nyata
melebihi pengeluaran kalori, berat menurun bila terjadi hal sebaliknya.
Pada umumnya, penimbangan badan yang menggunakan sistem
pengungkit lebih reliabel daripada sistem pegas. Namun keduanya
memerlukan pemeriksaan (penerapan) secara periodik. Mahasiswa
mengenakan pakaian seminim mengkin, pakaian senam misalnya. Hasil
penimbangan yang paling akurat, ditemukan bila testi ditimbang dalam
keadaan telanjang. Pada saat penimbangan testi tidak boleh menggenakan
24
KEADAAN KATEGORI IMT
Sangat kurus Kekurangan berat
badan tingkat berat
<17
Kurus Kekurangan berat badan
tingkatringan
17,0 –18,4
Normal Berat badan
seimbang
18,5 –25,0
Gemuk Kelebihan berat
badan
tingkatringan
25,1 –27,0
Sangat gemuk Kelebihan badan
tingkat tinggi
>27
alas kaki. “Tingkat ketelitian pengukuran sampai seper sepuluh
kilogram” (Ismaryati, 2008: 99-100).
Berat badan seorang atlet bisa diakibatkan karena makanan yang
dikonsumsi oleh atlet banyak mengandung lemak dan juga diakibatkan
karena berkembangnya serabut otot, akan tetapi yang biasa terjadi adalah
karena kelebihan lemak. Oleh karena itu berat badan seorang atlet harus
ideal dengan tinggi badan yang dimiliki. Tujuannya adalah agar bisa
melakukan aktivitas yang maksimal dengan tidak dipengaruhi berat
badan yang berlebih.
Untuk mengetahui berat badan ideal maka dapat diukur dengan
berbagai cara diantaranya yang dinyatakan WHO sebagai berikut:
IMT merupakan pembagian berat badan dalam kg oleh tinggi
badan dalam satuan meter dikuadratkan.
Tabel 2.1. Batas ambang IMT
Menurut (Pate, Mc Clenaghan, dan Rotella, 1984:312) “berat badan
merupakan ukuran anthropometri yang terpenting dan sering digunakan
untuk usia sekolah danremaja”. Ukuran berat badan akan lebih berarti bila
dikaitkan dengan tinggi badan sebagai indeks untuk penilaian
pertumbuhan dan perkembangan fisik.
25
Seorang atlet yang kelebihan berat badan dianjurkan berlatih dengan
program-program latihan khusus untuk menurunkan berat badan.
Kelebihan berat badan secara tidak langsung akan mengurangi kelincahan,
ini terjadi pada seluruh tubuh maupun bagian-bagiannya dan mengurangi
fleksibilitas kontraksi otot, dengan demikian akan mengurangi
fleksibilitas. Fleksibilitas merupakan unsur dari kekuatan yang dapat
menentukan cepat lambatnya gerak. Oleh karena itu perlunya pengukuran
berat badan ideal normal (+) dan berat badan ideal normal (-) untuk
mengetahui prestasi dalam sepaktakraw.
Di samping berat tubuh, sesorang juga ditentukan oleh otot dan
lemak atau lapisan lemak. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, lemak
ini akan berkembang lebih cepat daripada otot. Proporsi berat tubuh yang
akan terbentuk kemudian, sangat tergantung pada jenis tubuh anak
tersebut. Bentuk tubuh dapat digolongkan menjadi 3 (Hurlock, 1978:122),
adalah:
1) Endomorf, yang cenderung menjadi gemuk dan berat. Anak-anak yang
cenderung memiliki bentuk tubuh di atas, akan mempunyai lapisan
lembut yang lebih banyak daripada lapisan otot.
2) Mesomorf, yang cenderung menjadi anak yang kekar. Anak-anak yang
cenderung memiliki bentuk tubuh ini, akan banyak terjadi pembentukan
otot dan lapisan lain yang berkaitan dengan hal itu.
3) Ektomorf, yang cenderung kurus dan bertulang panjang. Anak-anak
yang cenderung memiliki bentuk tubuh ini, biasanya kedua lapisan
tersebut (otot dan lemak) kurang terbentuk dalam jumlah banyak,
ototnya cenderung ramping dan kurus, sedangkan lemaknya sedikit.
Dengan berat badan yang ideal maka dalam gerakan-gerakan
sepaktakraw akan mendapatkan gerakan yang maksimal, begitu juga jika
berat badan berlebihan maka gerakan yang dihasilkan kurang maksimal.
3) Panjang Tungkai
Salah satu komponen penting dalam prestasi olahraga adalah postur
dan struktur tubuh. Fox, Bowers dan Foss (1993:542) menyebutkan bahwa
“olahragawan profesional dan guru mempunyai pandangan ketertarikan
26
pada postur dan struktur tubuh sebagai pengertian relatif dari tipe tubuh
dalam kesuksesan pada berbagai cabang olahraga”.
M. Sajoto (1988:3) menyatakan bahwa “struktur dan postur tubuh
meliputi a) ukuran tinggi dan panjang tungkai, b) ukuran besar, lebar dan
berat tubuh, c) somatotype (bentuk tubuh)”.
Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh
kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki. Yang dimaksud dengan
tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah yang terdiri dari tulang
anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior liberae). Menurut
Soedarminto (1992:60) tulang-tulang anggota gerak bawah bebas terdiri
dari:
a) Femur (tulang paha)
b) Crus / crural (tungkai bawah)
(1) Tibia
(2) Fibula
c) Ossa pedis
(1) Ossa tarsalia
Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari tujuh buah
tulang.
(2) Ossa metatarsalia
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari lima buah tulang.
(3) Ossa palangea digitorum pedis
Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya
terdiri dari dua ruas tulang.
Dalam hal ini Johnson dan Nelson (1986:191) menyatakan bahwa
“ukuran panjang tungkai diukur dari tulang belakang bawah atau dapat
juga dari trochanter sampai ke lantai (telapak kaki)”.
27
Gambar 11. Panjang tungkai Johnson dan Nelson(1986:191)
a) Faktor-faktor Yang Menyebabkan Panjang Tungkai
Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia tertentu ukuran dan
proporsi tubuh mengalami perkembangan. Demikian juga panjang
tungkai juga mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan
pertumbuhan anak. Sugiyanto (1996:149) menyatakan “Secara proporsi
anak, kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan
togok”. Hal ini terjadi pada masa anak kecil. Dengan percepatan
pertumbuhan kaki dan pertumbuhan togok tidak sama, maka anak besar
umumnya menjadi tampak panjang kakinya.
Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh dipengaruhi oleh
makanan yang dikomsumsi setiap hari. Makanan yang bergizi akan
mempengaruhi pertumbuhan seseorang, baik rangka tubuh maupun
organ lainnya. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang
sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1996:37)
mengemukakan bahwa” Faktor keturunan atau genetik merupakan sifat
bawaan lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor ini menentukan
potensi maksimum dan penampilan fisik”.
Panjang tulang berkembang melalui osifikasi endokondral (tulang
rawan digantikan oleh tulang). Pada janin manusia, model tulang rawan
sudah mulai terbentuk. Osifikasi endokhondral dari kerangka tulang
rawan dimulai sebelum kelahiran. Setelah lahir, poros dari tulang
28
panjang telah kaku, namun ujung-ujungnya masih terdiri dari tulang
rawan. Tulang rawan pada ujung tulang panjang mengeras segera
setelah lahir, kecuali tulang rawan yang memisahkan ujung dari sisa
tulang. Kartilago ini disebut tulang rawan epiphysis dan ujung yang
terpisah dari tulang disebut epiphysis.
Bagian yang tersisa dari tulang di sisi lain dari tulang rawan
epiphysis disebut diaphysis. karena tulang panjang tunggal pada anak-
anak sebenarnya dapat terdiri dari dua atau tiga tulang yang terpisah,
anak-anak memiliki tulang yang lebih daripada orang dewasa. Tulang
rawan epiphysis bertanggung jawab untuk pertumbuhan panjang dari
tulang panjang. Tulang rawan ini tumbuh, tulang rawan terdekat
diaphysis mulai mengeras. Jika tingkat proses adalah sama,
pertumbuhan tulang membujur terjadi. Jika tingkat osifikasi melebihi
laju pertumbuhan tulang rawan, tulang rawan epiphysis seluruh
mengeras, bergabung diaphysis dengan epiphysis dan berhenti
pertumbuhan longitudinal. Penutupan epiphysis seperti ini terjadi secara
alami pada usia tertentu tetapi tidak menutup sampai setelah usia 25.
b) Anatomi Tungkai
Tulang pada tungkai dilapisi dengan berbagai macam otot. Otot-
otot yang ada di tungkai menurut Luttgens dan Hamilton (1997:212-
217) antara lain sebagai berikut:
1) Muscle of the knee joint
Anterior :
(a) Quadriceps femoris group
(b) Rectus femoris
(c) Vastus intermedius
(d) Vastus lateralis
(e) Vastus medialis
Posterior :
(a) Hamstring group
(1) Biceps femoris
29
(2) Semimembranosus
(3) semitendinosus
(b) Sartorius
(c) Gracilis
(d) Popliteus
(e) Gastrocnemius
Gambar 12. Muscle of the knee joint, Luttgens dan Hamilton (1997:214)
2) Muscle of the ankle and foot
Extrinsic muscle :
a) Anterior aspect of leg
(1) Tibialis anterior
(2) Extensor digitorum longus
(3) Extensor hallucis longus
(4) Peroneus tertius
b) Lateral aspect of leg
(1) Peroneus longus
(2) Peroneus brevis
c) Posterior aspect of leg
(1) Gastrocnemius
(2) Soleus
(3) Tibialis posterior
(4) Flexor digitorum longus
30
(5) Flexor hallucis longus
Intrinsic muscle :
a) Extensor digitorum brevis
b) Flexor digitorum brevis
c) Quadratus plantae
d) Lumbricales
e) Abductor hallucis
f) Flexor hallucis brevis
g) Adductor hallucis
h) Abductor digiti minimi
i) Flexor digiti minimi brevis
j) Dorsal interossei
k) Plantar interossei
Gambar 13. Muscle of the ankle and foot
(Luttgens dan Hamilton (1997:229)
Menurut Ucup Yusuf, dkk (2001:20) “permainan sepaktakraw
banyak bertumpu pada keterampilan gerak, yaitu keterampilan
manipulatif”. Alat utama adalah kaki yang digunakan sebagai pemukul
bola. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa selain
tinggi badan seseorang, peranan serta penggunaan kaki sangat menentukan
dalam permainan sepaktakraw, karena dominasi terbanyak penggunaan
alat pemukul adalah kaki.
31
b. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan
dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan
sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi.
(Sajoto, 1998:16) menyatakan bahwa “kondisi fisik merupakan kondisi yang
paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya”.
Sedangkan M. Sajoto (1995:8) menyatakan, “Kondisi fisik adalah satu
prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang
atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat
ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi”. Menurut Sudjarwo (1993:41),
“Keterkaitan antara kemampuan fisik dan teknik tidak dapat dipisahkan.
Penguasaan teknik yang baik hanya dapat dilakukan apabila memperoleh
dukungan kemampuan fisik yang baik pula”.
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang
olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik,
taktik, dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung
tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal.
(Harsono, 1988:153) menjelaskan bahwa “kondisi fisik atlet memegang
peranan yang sangat penting dalam program latihannya”. Program latihan
kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk
mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya
terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Apabila seseorang
mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik
tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat
menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak
mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat
mengganggu penampilannya. “Peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan
dalam olahraga” (Setiawan, 1991:110).
32
Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada peningkatan
dalam kekuatan, fleksibilitas, stamina, fleksibilitas, dan lain-lain. (3) Akan
ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan. (4) Akan ada pemulihan
yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. dan (5) Akan ada
respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu
respons demikian diperlukan. Jika faktor-faktor tersebut kurang tercapai
setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa
perencanaan dan sistematika latihan kurang sempurna, karena sukses dalam
olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress
fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.
Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atlet
dalam cabang olahraga tertentu. Atlet yang memiliki kualitas fisik yang baik
maka kualitas gerak atau keterampilan motoriknya cenderung baik pula.
Setiawan (1991:110) mengatakan, bahwa “dalam hal lain kondisi fisik juga
berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar seseorang mencapai
hasil kerja yang lebih produktif”. Pertimbangan kondisi fisik itu harus
dikembangkan didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang
digelutinya, sebab pada suatu cabang olahraga tertentu mungkin
memerlukan komponen kondisi fisik secara keseluruhan, sedangkan pada
cabang lain mungkin hanya sebagian saja. Komponen-komponen kondisi
fisik yang di maksud antara lain kekuatan, fleksibilitas, daya tahan,
kelincahan, fleksibilitas, koordinasi mata tangan, dan koordinasi mata kaki.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa faktor kodisi fisik yang berperan
dalam Keterampilan sepaktakraw adalah sebagai berikut:
1) Koordinasi Mata Kaki
Koordinasi sebagai hubungan yang harmonis dari hubungan yang
saling berpengaruh diantara kelompok-kelompok otot selama melakukan
kerja yang ditunjukkan dengan berbagai tingkat keterampilan. Koordinasi
33
sangat sulit dipisahkan secara nyata dengan kelincahan, sehingga kadang-
kadang suatu tes koordinasi juga bertujuan untuk mengukur kelincahan.
Koordinasi merupakan perpaduan fungsi beberapa otot secara
tepat dan seimbang menjadi satu pola gerak. Koordinasi yang baik akan
mampu mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan
urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus
tanpa mengeluarkan energi berlebihan. Dengan demikian hasil gerakan
yang dilakukan sangat efisien, halus, mulus dan terkoordinasi dengan
baik.Koordinasi merupakan kemampuan biomotorik yang sangat
kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan fleksibilitas, kekuatan,
daya tahan dan fleksibilitas. Koordinasi sangat penting di dalam
mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Suharno HP
(1993:34), menyatakan bahwa, "Koordinasi adalah kemampuan
seseorang untuk merangkaikan beberapa unsur gerak menjadi suatu
gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya". M. Sajoto (1995:17),
menyatakan bahwa, "Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk
merangkaikan beberapa gerakan kedalam satu pola gerakan yang selaras
dan efektif sesuai tujuannya". Koordinasi pada prinsipnya merupakan
pengaturan saraf-saraf pusat dan saraf tepi secara harmonis dalam
menggabungkan gerak-gerak otot sinergis dan antagonis.
Tingkat koordinasi gerak seseorang merupakan cermin dalam
kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan
efisien. Seorang dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu
melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan
cepat dapat melakukan keterampilan gerak yang masih baru baginya.
Dengan tingkat keterampilan yang baik seseorang dapat mengubah dan
berpindah secara cepat dari pola gerak yang satu dengan yang lain,
sehingga dengan memiliki tingkat koordinasi gerak yang baik, maka pola
gerakan menjadi lebih efisien.
34
Untuk dapat mencapai tingkat koordinasi yang baik, banyak
sekali faktor yang mempengaruhinya. Suharno. HP (1993:35),
menyatakan bahwa :
Faktor-faktor penentu koordinasi adalah :
a) Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan
pembawaan atlet dan hasil dari latihan.
b) Tergantung tonus dan elastisitas dari otot.
c) Baik tidaknya keseimbangan dan kelincahan.
d) Koordinasi kerja saraf, otot dan panca indera.
Selain faktor-faktor tersebut, fleksibilitas, kekuatan, daya tahan,
fleksibilitas,keseimbangan dan ritme berperan dan berpadu di dalam
koordinasi gerak. Kalau salah satu unsur itu tidak ada atau kurang
berkembang secara otomatis akan berpengaruh terhadap kesempurnaan
koordinasi gerakan. Pemain bola basket yang tingkat koordinasinya tidak
baik biasanya di dalam melakukan gerakan-gerakan cenderung kaku dan
penuh dengan ketegangan. Dengan gerakan yang kaku ini mengakibatkan
banyak mengeluarkan energi yang berlebihan, sehingga kurang efisien.
Keterampilan suatu cabang olahraga dapat melibatkan koordinasi
mata tangan, misalnya melempar suatu obyek dengan sasaran tertentu.
Keterampilan juga dapat melibatkan koordinasi mata kaki, misalnya
dalam keterampilan menendang bola ke dalam sasaran. Beberapa
keterampilan olahraga ada juga yang melibatkan koordinasi secara
keseluruhan dari tubuh, misalnya gerakan keterampilan senam pada
palang sejajar yang memerlukan perhitungan dan koordinasi yang
sempurna agar dapat mengkombinasikan beberapa gerakan dari beberapa
anggota tubuh menjadi rangkaian gerakan indah.
Dalam melakukan servis sepaktakraw memerlukan koordinasi
khusus. Bompa (1990:328), menyatakan bahwa, "Koordinasi khusus
menggambarkan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam
olahraga tertentu dengan cepat, tetapi juga dilakukan dengan mudah,
mulus dan tepat". Dengan demikian koordinasi khusus berkaitan erat
dengan kekhususan keterampilan gerak dan melengkapi atlet dengan
35
kemampuan tambahan agar dapat melakukannya dengan efisien dalam
latihan dan kompetisi. Koordinasi khusus yang dikombinasikan dengan
kemampuan lain seperti persepsi kinestetik, kekuatan, daya tahan yang
penggunaanya didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang
bersangkutan. Dalam melakukan servis memerlukan pengembangan
koordinasi kekuatan secara maksimal. Koordinasi harus dikembangkan
dengan gerakan tepat, mudah dan tepat.
Untuk menghasilkan sepakan servis yang lebih baik perlu
dikoordinasikan antara gerakan kaki dengan visual. Koordinasi mata kaki
pada waktu melakukan sepakan servis merupakan suatu kemampuan di
dalam memadukan persepsi visual dengan gerakan kaki ke dalam satu
pola gerak khusus, yaitu menyepak obyek sasaran berupa bola. Seorang
pemain yang tidak memiliki tingkat koordinasi yang baik tidak akan
menghasilkan kualitas sepakan yang baik dan menguntungkan dalam
suatu permainan. Obyek yang digunakan berupa bola adalah obyek yang
bergerak, pemain pada waktu menyepak bola dalam keadaan bergerak
aktif, sehingga pemain yang melakukan servis tingkat kesulitannya tinggi
namun harus dengan ketepatan sepakan yang relatif tinggi, sehingga
pemain harus pandai-pandai mengkombinasikan antara persepsi visual,
gerakan kaki dan perasaan gerak. Apabila di dalam mengkombinasikan
beberapa gerakan kurang berhasil, maka servis yang dilakukan hasilnya
juga kurang memuaskan.
Latihan yang baik untuk memperbaiki koordinasi adalah dengan
melakukan berbagai variasi gerak dan keterampilan. Teknik untuk
mengembangkan dan meningkatkan koordinasi adalah dengan banyak
melatih dengan keterampilan baru dari cabang olahraga yang
bersangkutan dan mengkombinasikan dengan cabang olahraga yang lain.
Dalam melakukan latihan atau belajar gerakan keterampilan, faktor
kesulitan dan komplektifitas gerakan harus senantiasa di tingkatkan.
Untuk memperbaiki koordinasi perlu juga untuk meningkatkan
36
kelincahan dan keseimbangan, karena latihan itu akan mendukung
tingkat koordinasi menjadi lebih baik.
Koordinasi adalah salah satu komponen kondisi fisik yang
mempunyai peran penting terutama untuk cabang olahraga permainan
termasuk permainan sepaktakraw. Dalam melakukan servis sepaktakraw
dibutuhkan koordinasi mata-kaki yang baik. Harsono (1988:220)
menyatakan,“Suatu keterampilan atau skill menuntut adanya koordinasi.
Koordinasi yang dibutuhkan dalam keterampilan di antaranya koordinasi
mata-kaki (foot-eye coordination) dan koordinasi mata-tangan (eye hand
coordination)”.
Koordinasi mata-kaki dibutuhkan dalam gerakan seperti dalam skill
menendang bola dan menggiring bola. Pendapat tersebut menunjukkan
bahwa, gerakan servis sepaktakraw memiliki unsur gerakan yang cukup
kompleks, sehingga dibutuhkan koordinasi mata-kaki yang baik.
Koordinasi mata-kaki berperan dalam gerakan servis sepaktakraw
terutama pada saat bola dilempar oleh apit (kanan/kiri) dan tekong sudah
dalam posisi siap. Setelah bola dilempar apit (kanan/kiri) tekong
melakukan gerakan menyepak bola dengan tepat mengenai kakinya dan
mengarahkan ke dalam lapangan lawan. Dengan koordinasi mata-kaki
yang baik, maka akan membantu gerakan servis menjadi lebih baik.
Namun sebaliknya, koordinasi mata-kaki yang buruk, maka gerakan servis
kurang lancar sehingga bola akan menyangkut net atau bola keluar dari
lapangan permainan.
2) Fleksibilitas
“Fleksibilitas (flexibility) merupakan kemampuan tubuh untuk
melakukan latihan-latihan dengan amplitudo gerakan yang besar atau
luas” (Jonath/Krempel, 1981). Flexibility refers to the range of motion
around a joint (Bompa, 2000:31). Dapat dijelaskan bahwa fleksibilitas
merupakan kemampuan pergelangan/persendian untuk dapat melakukan
gerakan kesemua arah dengan amplitudo gerakan (range of motion) yang
37
besar dan luas sesuai dengan fungsi persendian yang digerakkan. Istilah
lain dari fleksibilitas yang sering ditemukan adalah keluwesan,
kelenturan dan fleksibilitas.
Fleksibilitas adalah salah satu elemen kondisi fisik yang
menentukan dalam mempelajari keterampilan-keterampilan gerakan,
mencegah cedera, mengembangkan kemampuan kekuatan, fleksibilitas,
daya tahan, kelincahan dan koordinasi. Fleksibilitas berbicara tentang
kemampuan fungsi persendian/pergelangan seperti sendi bahu, lutut,
kaki, pinggul, pergelangan tangan dan lain-lain. Kemampuan fleksibilitas
ditandai oleh keluasan gerakan yang dapat dilakukan pada
persendian/pergelangan. Untuk mengetahui tingkat fleksibilitas togok
(tubuh) dapat diukur menggunakan sits and reach test. Sedangkan untuk
mengukur fleksibilitas sendi pinggul dapat menggunakan split test, dan
lain sebagainya.
Kemampuan seseorang untuk melakukan berbagai bentuk gerakan
dan keterampilan secara baik sangat ditentukan oleh amplitudo gerakan.
Semakin besar amplitudo gerakan maka makin luas gerakan yang dapat
dilakukan. “Keberhasilan melakukan gerakan-gerakan tergantung dari
amplitudo sendi atau luas gerakan yang seharusnya melebihi fleksibilitas
yang dibutuhkan oleh gerakan” (Bompa, 1993: 375).
Dengan demikian jelas bahwa fleksibilitas memegang peranan
yang sangat besar dalam mempelajari keterampilan gerakan dan dalam
mengoptimalkan kemampuan fisik yang lain. Untuk mengembangkan
fleksibilitas lari cepat 100 meter, seorang pelari cepat harus memiliki
amplitudo gerakan tungkai yang besar untuk bisa menghasilkan langkah
yang jauh kedepan. Dengan kata lain, tanpa fleksibilitas lari tidak
berkembang secara optimal.
Besarnya pengaruh fleksibilitas terhadap penguasaan
keterampilan-keterampilan gerakan juga terlihat pada cabang olahraga
senam, sepakbola, basket, sepaktakraw, lompat tinggi, lompat galah, golf,
bulutangkis dan lain sebagainya. Hampir seluruh cabang olahraga yang
38
memerlukan koordinasi yang tinggi dan memerlukan fleksibilitas
persendian tubuh sesuai dengan tingkat kebutuhan olahraganya, karena
tiap cabang olahraga membutuhkan tingkat fleksibilitas yang berbeda
Seorang smasher dalam permainan sepaktakraw tidak akan bisa
melakukan pukulan (spike) dengan kuat dan terarah tanpa didukung oleh
kemampuan fleksibilitas persendian tubuh, bahu, kaki dan tangan, karena
fleksibilitas diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan kekuatan otot
lengan, bahu, otot perut dan otot tungkai untuk meloncat. smash adalah
suatu keterampilan gerak yang dalam permainan sepaktakraw disebut
dengan teknik memukul (spike/smash) dengan tingkat koordinasi gerakan
melebihi teknik-teknik sepaktakraw yang lain.
Dalam mencapai prestasi olahraga sepaktakraw sangat diperlukan
kondisi fisik yang baik. Salah satu faktor pendukung kondisi fisik yang
baik adalah kefleksibilitas. Untuk dapat melakukan smash dengan pola
rangkain gerakan yang baik sangatlah bergantung terhadap fleksibilitas
tubuh. Kondisi fisik merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
setiap atlet terutama atlet sepaktakraw, karena dalam kondisi fisik
terdapat factor-faktor kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelincahan,
kelenturan, koordinasi fleksibilitas reaksi dan lain sebagainya.
Komponen fisik yang diperlukan dalam permainan sepaktakraw salah
satunya adalah fleksibilitas yang sangat terlihat saat melakukan smash.
Dengan demikian fleksibilitas mempunyai peran terhadap salah satu
keterampilan sepaktakraw karena fleksibilitas diperlukan saat melakukan
smash dalam permainan sepaktakraw.
3) Kelincahan
Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mengubah-ubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari
dengan keadaan hampir penuh. Kelincahan terjadi karena kekuatan atau
tenaga yang meledak. Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-
ulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan kontraksi secara
39
bergantian pada kelompok otot tertentu. Sebagai contoh ketika lari bolak-
balik seorang atlet harus mengurangi fleksibilitas pada waktu akan
mengubah arah. Oleh karena itu otot perentang otot lutut pinggul
mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini memperlambat
momentum tubuh yang bergerak ke depan. Kemudian dengan cepat otot
ini memacu tubuh ke arah posisi yang baru.
Kelincahan merupakan kemampuan untuk berpindah dan
merubah posisi tubuh secara cepat dan efektif dalam sebuah kontrol.
Kelincahan menurut Kirkendall, Gruber, dan Johnson (1980:122) adalah
“kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan
tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan
kesadaran akan posisi tubuhnya”. Selanjutnya Sajoto (1988:90)
mendefinisikan “kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah
dalam posisi di arena tertentu”. Seseorang yang mampu mengubah arah
dari posisi satu ke posisi lainnya yang berbeda dengan koordinasi gerak
yang baik dan dalam fleksibilitas tinggi berarti kelincahannya cukup
tinggi.
Suharno (1993:33) menyatakan “kegunaan kelincahan adalah
untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda atau stimulan,
mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi, gerakan-gerakan efisien,
efektif dan ekonomis serta mempermudah orientasi terhadap lawan dan
lingkungan”. Kelincahan sangat membantu pergerakan sepaktakraw
kadalam pertandingan. Jadi apabila kelincahan yang dimiliki seseorang
semakin baik, maka pergerakannya akan semakin baik pula. Tanpa
gerakan kaki yang lincah atlet akan mengalami kesulitan untuk dapat
bermain dengan maksimal. Gerakan kaki yang lincah dan teratur berarti
altet dapat merubah-ubah arah dengan cepat.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari beberapa ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kelincahan mengandung makna kemampuan
dan kesiapan tubuh seseorang untuk merubah arah dengan cepat, dalam
40
waktu yang sesingkat mungkin tanpa menggunakan tenaga yang banyak
dengan mejaga keseimbangan.
Kelincahan juga dipengaruhi oleh keseimbangan tubuh, posisi
dari pusat gravitasi, maupun fleksibilitas berlari dan kemampuan.
Kelincahan dapat ditingkatkan dengan training atau latihan kelincahan
dan juga peningkatan elemen tiap individu secara lebih spesifik yaitu
fleksibilitas, keseimbangan, kekuatan dan koordinasi.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan menurut
Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984: 8-9) adalah:
a) Tipe tubuh
Seperti telah dijelaskan dalam pengertian kelincahan bahwa
gerakan-gerakan kelincahan menuntut terjadinya pengurangan dan
pemacuan tubuh secara bergantian, dimana momentum sama dengan
massa dikalikan fleksibilitas dihubungkan dengan tipe tubuh, maka
orang yang tergolong mesomorfi dan meso ektomorfi lebih tangkas
dari sektomorf dan endomorf.
b) Usia
Kelincahan anak meningkat sampai kira-kira usia 12 tahun
(memasuki pertumbuhan cepat). Selama periode tersebut (3tahun)
kelincahan tidak meningkat, bahkan menurun. Setelah masa
pertumbuhan berlalu, kelincahan meningkat lagi secara mantap
sampai anak mencapai maturitas dan setelah itu menurun kembali.
c) Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kelincahan sedikit lebih baik
daripada anak wanita sebelum mencapai usia pubertas. Setelah
pubertas perbedaan tampak lebih mencolok.
d) Berat badan
Berat badan yang berlebihan secara langsung mengurangi
kelincahan.
e) Kelelahan
Kelelahan mengurangi ketangkasan terutama karena
menurunnya koordinasi. Sehubungan dengan hal itu penting untuk
memelihara daya tahan kardiovaskuler dan otot agar kelelahan tidak
mudah timbul.
Suharno (1993:51) berpendapat bahwa kelincahan dibagi menjadi
dua jenis, yaitu: (a) Kelincahan umum, artinya kelincahan seseorang
untuk menghadapi olahraga pada umunya dan menghadapi situasi hidup
dengan lingkungan, (b) Kelincahan khusus, artinya kelincahan seseorang
untuk melakukan cabang olahraga lain tidak diperlukan.
41
Dari beberapa pendapat tersebut tentang kelincahan dapat ditarik
pengertian bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang untuk
mengubah arah atau posisi tubuh dengan efektif dan cepat tanpa
kehilangan keseimbangan. Seseorang dapat meningkatkan kelincahan
dengan cara meningkatkan kekuatan otot. Harsono (1988) menjelaskan
berbagai bentuk latihan kelincahan, yaitu:
a) Lari bolak-balik (Shuttle Run).
Atlet berlari bolak balik secepatnya dari titik yang satu ke titik
yang lainnya sebanyak kira-kira 10 kali. Setiap atlet sampai pada
suatu titik dia harus berusaha untuk secepatnya membalikkan
badankemudian lari menuju titik yang lain. Perlu diperhatikan
bahwa:
1) Jarak antara kedua titik jangan terlalu jauh, misalnya 10 m atau
lebih, maka ada kemungkinan bahwa setelah lari beberapa kali
bolak-balik dia tidak mampu lagi untuk melanjutkan larinya,dan
atau membalikkan badannya dengan cepat disebabkan karena
faktor keletihan. Jika Kelelahan mempengaruhi fleksibilitas
larinya, maka latihan tersebut sudah tidak sahih (valid) lagi
untuk digunakan sebagai latihan kelincahan.
2) Jumlah ulangan lari bolak balik jangan terlalu banyak sehingga
menyebabkan atlet lelah. Jika ulangan larinya terlalu banyak
maka menyebabkan seperti diatas. Faktor kelelahan akan
mempengaruhi apa yang sebetulnya ingin dilatih yaitu
kelincahan (Harsono, 1988:173).
b) Lari zig-zag (zig-zag run)
Latihan yang dilakukan untuk lari zig-zag hampir sama dengan
lari bolak-balik, namun pada latihan lari zig-zag lari melintasi
beberapa titik, misalnya 10 titik.
c) Squart trust
Atlet berdiri tegak, jongkok, tangan di lantai, lempar
kakikebelakang sehingga tubuh lurus dalam posisi push up, kedua
42
tangan bersandar di lantai. Lemparan kedua kaki ke arah depan di
antara kedua lengan, luruskan seluruh tubuh menghadap ke atas, satu
tangan dilepas dari lantai lalu segera balikkan badan sehingga berada
dalam posisi push up, kemudian kembali berdiri tegak. Seluruh
rangkaian gerak dalam latihan ini dilakukan secepat mungkin.
d) Lari Rintangan
Di suatu ruangan atau lapangan ditempatkan beberapa
rintangan. Tugas atlet adalah secepatnya melalui rintangan tersebut,
baik dengan cara melompatinya, memanjat maupun menerobos.
James. A. Baley (1986:199) mendefinisikan “kelincahan sebagai
kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat dan efektif sambil
bergerak ataupun berlari hampir dengan fleksibilitas maksimal”.
Selanjutnya Mulyono B (2010:59) mengungkapkan bahwa
“kelincahan (agilitas) adalah kemampuan seseorang untuk dapat
mengubah arah dengan cepat dan tepat posisi tubuh pada ruang”.
Ismaryati (2009:41) menyatakan kelincahan merupakan salah satu
komponen kesegaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua
aktivitas yang membutuhkan fleksibilitas perubahan posisi tubuh dan
bagian bagiannya. Kelincahan merupakan prasyarat untuk
mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik
olahraga terutama gerakan gerakan yang membutuhkan koordinasi
gerak. Kelincahan dibedakan menjadi kelincahan umum dan
kelincahan khusus. Kelincahan umum tampak pada aktivitas
olahraga dan melibatkan seluruh segmen bagian tubuh, sedangkan
kelincahan khusus berkaitan dengan teknik gerakan olahraga tertentu
dan hanya melibatkan segmen tubuh tertentu.
Menurut Suharno (1993:52) “kegunaan kelincahan adalah
untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda, mempermudah
penguasaan teknik-teknik tinggi, membuat gerakan menjadi efisien
dan efektif, mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap
lawan dan lingkungan bertanding serta menghindari terjadinya
43
cedera”. Kelincahan yang dilakukan oleh atlet atau pemain tenis
meja saat berlatih maupun bertanding tergantung oleh kemampuan
mengkoordinasikan sistem gerak tubuh dengan respon terhadap
situasi dan kondisi yang dihadapi.Kelincahan dapat dilihat dari
kemampuan bergerak cepat, mengubah posisi dan arah, menghindari
benturan antar pemain dan kemampuan menghindar dari pemain di
dalam lapangan. Kelincahan ditentukan oleh faktor fleksibilitas
bereaksi, kemampuan untuk menguasai situasi dan mampu
mengendalikan gerakan secara tiba-tiba. Kemampuan bergerak
mengubah arah dan posisi tergantung pada situasi dan kondisiyang
dihadapi dalam waktu yang relatif singkat dan cepat. Harsono
(1993:51), berpendapat “kelincahan merupakan kemampuan untuk
mengubah arah dan posisi tubuh dengan tepat pada waktu sedang
bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi
tubuhnya”.
Kelincahan berperan khusus terhadap mobilitas fisik
seseorang. Menurut Ismaryati (2006:41) “kelincahan bukan
merupakan kemampuan fisik tunggal atau satu-satunya, akan tetapi
tersusun dari komponen komponen koordinasi, kekuatan,
fleksibilitas, waktu reaksi dan kekuatan. Komponen-komponen
tersebut saling berhubungan atau berinteraksi”.
Dari uraian di atas dapat dapat diambil suatu pengertian untuk
menjelaskannya.Kelincahan dimaksud sebagai kemampuan untuk
bergerak mengubah arah dan posisi dengan tepat dan cepat sehingga
memberikan kemungkinan seseorang untuk melakukan gerakan ke
arah yang berlawanan dan mengatasi situasi yang dihadapi lebih
cepat dan lebih efisien. Kelincahan berperan signifikan terhadap
berbagai olahraga, pada khususnya olahraga yang memerlukan
ketangkasan dan dimainkan secara beregu.
Faktor-faktor yang menentukan kelincahan menurut Suharno
(1993:51) antara lain sebagai berikut: (a) fleksibilitas reaksi dan
44
fleksibilitas gerak yang baik, (b) kemampuan berorientasi terhadap
masalah yang dihadapi, (c) kemampuan mengatur keseimbangan, (d)
fleksibilitas sendi-sendi, dan (e) kemampuan mengerem gerakan-
gerakan. Untuk melatih kelincahan, dapat dilakukan dengan latihan
anaerobik dan latihan berlari zig-zag.
Menurut Fauzee H.A (1989:18) bahwa “untuk menjadi pemain
sepaktakraw keterampilan yang harus dikuasai adalah teknik, taktik
danformasi”. Sedangkan menurut Ratinus Darwis (1991:155)
“prestasi yang baik dalam permainan sepaktakraw itu bisa didapat
dengan usaha latihan yang teratur dan kontinyu”. Prestasi akan
timbul bila kondisi fisik baik, atau dengan kata lain kondisi harus
ditingkatkan untuk mendapatkan prestasi. Dari beberapa pendapat di
atas menunjukkan bahwa untuk dapat bermain sepaktakraw yang
baik, di samping kondisi fisik yang baik, keterampilan teknik dan
taktik perlu dikuasai secara baik pula. Dalam penelitian ini
ditekankan pada penguasaan teknik dasar bermain sepaktakraw.
4) Kekuatan Otot Tungkai
Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu
aktivitas yang sangat berat adalah kekuatan, karena dapat menentukan
seberapa orang dapat orang berlari dengan cepat. “Semua usaha
maksimal yang exsplosive tergantung pada kekuatan”(Jansen, C.R.
Schultn. G W and Bongerter, B.C 1983: 167-178).
Menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis
gerakan atas keterampilan gerak kekuatan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Kekuatan Asiklik
Dalam kegiatan olahraga kekuatan ini dapat dikenal dari
peranannya pada suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan
melompat pada atletik lebih dominan pada kekuatan asikliknya.
45
b) Kekuatan Siklik
Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu
cabang olahraga lari cepat, lebih dominan pada kekuatan sikliknya.
Daya ledak atau kekuatan memainkan peran yang sangat penting
terhadap mobilitas fisik. Kekuatan merupakan kemampuan fisik
yang tersusun dari beberapa komponen diantaranya komponen yang
menonjol adalah kekuatan dan fleksibilitas.
Sementara Nossek (1982: 46-48) menyampaikan “kekuatan adalah
kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu
fleksibilitas kontraksi otot”. Jadi, kekuatan otot adalah kualitas yang
memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik
secara explosive.
Menurut Jansen, C.R. Schultn. G W and Bangerter, B.C (1983:
167-178) “untuk meningkatkan kekuatan dapat dengan cara menikatkan
kekuatan, meningkatkan fleksibilitas kontraksi, atau meningkatkan
keduanya, yaitu meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas kontraksi otot”.
Gambar 14. Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai
Tabel 2.2. Norma Kekuatan Otot Tungkai Pada Laki-laki
No. Norma Prestasi
1 Baik Sekali 54.50 – ke atas
2 Baik 44.50 – 54.00
3 Sedang 33.50 – 44.00
4 Kurang 27.50 – 33.00
5 Kurang Sekali sd. – 24.00
46
Menguasai teknik dasar sepaktakraw dengan baik dan benar sangat
penting agar memiliki keterampilan sepaktakraw yang baik. Selain
menguasai teknik dasar yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai pada
teknik yang benar akan dapat membantu kualitas teknikmenjadi lebih baik.
Untuk menghasilkan ketepatan tendanganyang baik, maka panjang tungkai
harus dimanfaatkan pada teknik yang benar.
Ditinjau dari biomekanika gerak, tungkai yang panjang memiliki
jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang
panjang memiliki ayunan kaki yang lebih panjang atau jauh, sehingga
dapat dimanfaatkan atau membantu kemampuan tendangan dalam
sepaktakraw. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:73)
menyatakan, “Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan
bertambahnya panjang langkah”. Sedangkan Sudarminto (1995:40)
menyatakan, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang
digunakan untuk mengayun”.
Keterampilan sepakmula adalah kemampuan seseorang untuk
menggerakkan kakinya, menyepak bola takraw agar melewati net dengan
waktu yang sesingkat-singkatnya.
Melihat dari pernyataan tersebut diatas disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan keterampilan sepak mula permainan sepaktakraw diperlukan
latihan yang terus-menerus, selain itu juga dibutuhkan unsur fisik berupa
kekuatan otot tungkai, karena dalam sepak mula otot tungkai berperan
utama yaitu sebagai tumpuan dan stabilisator. Seorang tekong yang
memiliki kekuatan otot tungkai yang baik diharapkan keterampilan sepak
mulanya lebih memadai.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai faktor – faktor yang dominan mengenai
kondisi fisik dan anthropometri terhadap keterampilan teknikdasar
sepaktakraw sudah banyak dilakukan, beberapa hasil temuan penelitian yang
47
menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan penelitian ini, akan
diungkap kembali sebagai berikut:
a) Sinalipon Sukel dari Manado dengan judul penelitian pada tahun 2009
“Pengaruh Latihan Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Smesh
Sepaktakraw” Menyatakan Kekuatan Otot Tungkai Mempengaruhi
KeterampilanSmash Sepaktakraw.
b) Muhamad Andan Hudain dari Makasar dengan judul penelitian “Analisis
Komponen Fisik dan Struktur Tubuh dengan Kemampuan Sepaksila Pada
Permainan Sepaktakraw Mahasiswa BKMF Sepaktakraw” menyatakan
bahwa komponen fisik dan struktur tubuh mempengaruhi kemampuan
sepak sila pada permainan sepaktakraw.
c) Endar Riyanto dengan judul penelitiannya pada tahun 2010 “Perbedaan
Pengaruh Metode Pembelajaran dan Koordinasi Mata-Kaki Terhadap
Hasil Servis Sepaktakraw pada Kegiatan Ekstrakurikuler” menyatakan
bahwa koordinasi mata-kaki tinggi dan rendah mempengaruhi
keterampilan servis sepaktakraw.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas dapat
komponen-komponen kondisi fisik dan anthropometri yang menjadi
prediktordalam prestasi keterampilan teknik dasar sepaktakraw dipaparkan
dalam kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
1. Hubungan KomponenAnthropometridengan Keterampilan Teknik Dasar
Sepaktakraw.
a. Hubungan tinggi badan dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
Tinggi badan merupakan ukuran posisi berdiri (vertical)
dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak,
pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas
beberapa saat dan tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap
sempurna tanpa alas
48
Tinggi badan seorang pemain sepaktakraw dalam keadaan
berdiri akan menunjang pemain tersebut ketika melakukan. Oleh karena
itu komponen anthropometri tinggi badan dapat dijadikan prediktor
keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
b. Hubungan berat badan dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
Berat badan merupakan unsur anthropometri yang di ukur
menggunakan timbangan dengan satuan kg. Jika berat badan tidak ideal
dengan tinggi badan maka gerakan yang dilakukan tidak leluasa,
sehingga mengurangi tingkat fleksibilitas dan kelincaham seseorang.
Keadaan mengenai ukuran tubuh berupa berat badanakan
menguntungkan seoarang pemain untuk melakukan gerak yang lebih
leluasa. Seperti ketika seorang pemain melakukan lompatan saat
melakukan smash atau heading jika berat badan tidak ideal makan akan
berat saat melompat sehingga mempengaruhi hasil yang kurang
maksimal ketika melakukan teknik dasar. Oleh karena itu komponen
anthropometri berat badan dapat dijadikan prediktor keterampilan
teknik dasar sepaktakraw.
c. Hubungan panjang tungkai dengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw.
Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari
seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki (trochanter-
lantai). Panjang tungkai dalam gerakan sepaktakraw terutama saat
smash dan servis akan memberikan kontribusi dalam dalam memukul
bola saat bola pada titik tertinggi.
Ditinjau dari biomekanika, tungkai yang panjang memiliki
jangkauan yang lebih panjang, dalam hal pengungkit/tuas. Dengan
tungkai yang panjang, seorang yang memiliki pengungkit yang lebih
panjang sehingga menghasilkan tenaga yang lebih besar. panjang
tungkai berhubungan dengan hasil gaya dorongan yang dilakukan oleh
gerakan tungkai terhadap gerak kedepan dari tubuh. Oleh karena itu
49
komponen anthropometri panjang tungkai dapat dijadikan prediktor
keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
2. Hubungan Komponen Kondisi Fisik denganKeterampilanTeknik Dasar
Sepaktakraw.
a. Hubungan kekuatan otot tungkaidengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw
Kekuatan merupakan kemampuan otot atau kelompok otot
untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu yang secepat-
cepatnya. Atau dengan kata lain kekuatan dapat dikatakan sebagai hasil
kerja antara kekuatan dan fleksibilitas yang dimiliki oleh otot. Dalam
gerakan keterampilan teknik dasar sepaktakraw kekuatan dibutuhkan
ketika melakukan tendanganterutama saat smash dan service. Ketika
melakukan smash dan service agar dapat gaya dorong yang besar dan
cepat. Menganut Hukum III Newton aksi reaksi yang pada aplikasinya
dalam sepaktakraw bahwa besarnya gaya dorong yang akan terjadi pada
tubuh perenang akan sama besarnya dengan gaya/kekuatan yang
dilakukan oleh pemain dalam melakukan smash dan servis.
Oleh karena itu komponen kondisi fisik kekuatan otot tungkai
dapat dijadikan prediktor keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
b. Hubungan kordinasi mata-kakidengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw
Koordinasi merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan
gerakan dengan berbagai tingkat kesulitan dengan cepat efisien dan
ketepatan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Koordinasi
mata-kaki merupakan kerjasama fungsi sensorik anggota tubuh antara
mata dengan kaki seperti seorang melakukan tendangan servis, smash,
sepak sila dalam permainan sepaktakraw. Oleh karena itu komponen
kondisi fisik koordinasi mata-kaki dapat dijadikan prediktor
keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
50
c. Hubungan kelincahandengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw
Kekuatan merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok
otot untuk melakukan kontraksi atau tegangan dalam menerima beban
saat beraktivitas. Kemudian kekuatan khusus didefinisikan sebagai
kekuatan otot tertentu yang berkaitan dengan gerakan tertentu pada
cabang olahraga.
Dalam olahraga keterampilan teknik dasar sepaktakraw
gerakan tubuh merupakan gerakan yang luas dan kesegala arah. Oleh
sebab itu dibutuhkan kelincahan yang baik. Oleh karena itu diduga
komponen kondisi fisik kekuatan dapat dijadikan prediktor
keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
d. Hubungan fleksibilitas dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw
Fleksibilitas adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh
dalam untuk melakukan gerakan seluas-luasnya tanpa merasa sakit.
Seperti ketika melakukan gerakan service apabila tingkat
fleksibilitasnya rendah maka gerakan service tidak akan maksimal
Dalam teknik dasar permainan sepaktakraw merupakan
gerakan yang memerlukan fleksibilitas yang tinggi. Seperti melakukan
smash service dan sepak sila. Ketika fleksibilitas rendah maka arah bola
ketika melakukan sepak sila tidak akan teratur dan susah di terima
kembali. Oleh karena komponen kondisi fisik fleksibilitas dapat
dijadikan prediktor keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Hubungan antara Anthropometri dengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw.
51
a. Terdapat hubungan antara tinggi badan dengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw, tinggi badan dapat memprediksi keterampilan teknik dasar
sepaktakraw.
b. Terdapat hubungan antara berat badan dengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw, berat badan dapat memprediksi keterampilan teknik dasar
sepaktakraw.
c. Terdapat hubungan panjang tungkaidengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw, panjang tungkai dapat memprediksi keterampilan teknik
dasar sepaktakraw.
d. Terdapat hubungan antara faktor anthropometri yang terdiri atas tinggi
badan, Berat badan dan panjang tungkai secara bersama-samadengan
keterampilan teknik dasar sepaktakraw, seluruh komponen anthropometri
tersebut dapat memprediksi keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
2. Hubungan antara kondisi fisik dengan keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
a. Terdapat hubungan antara kekuatan tungkai dengan keterampilan teknik
dasar sepaktakraw, kekuatan tungkai dapat memprediksi keterampilan
teknik dasar sepaktakraw.
b. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-kaki dengan keterampilan
teknik dasar sepaktakraw, koordinasi mata-kaki dapat memprediksi
keterampilan teknik dasar sepaktakraw.
c. Terdapat hubungan antara kelincahan dengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw, kelincahan dapat memprediksi keterampilan teknik dasar
sepaktakraw.
d. Terdapat hubungan antara fleksibilitas dengan keterampilan teknik dasar
sepaktakraw, fleksibilitas dapat memprediksi keterampilan teknik dasar
sepaktakraw.
e. Terdapat hubungan antara fleksibilitas, kekuatan otot tungkai, kelincahan
dan koordinasi mata-kaki secara bersama-sama dengan keterampilan
teknik dasar sepaktakraw, seluruh komponen kondisi fisik tersebut dapat
memprediksi keterampilan teknik dasar sepaktakraw.