bab ii landasan teori a. gambaran umum teori

34
BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori 1. Laporan Keuangan a. Definisi Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 Tahun 2015, Laporan Keuangan adalah penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Gambaran Umum Teori

1. Laporan Keuangan

a. Definisi Laporan Keuangan

Menurut PSAK No. 1 Tahun 2015, Laporan Keuangan adalah

penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu

entitas. Laporan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi

dalam nilai moneter. Laporan Keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi

keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,

sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi

tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya,

informasi keuangan segmen industri dan geografis serta

pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

b. Jenis - Jenis Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No.1 tahun 2015 berdasarkan cara penyajiannya, laporan keuangan

terdiri dari sebagai berikut :

1) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah ringkasan aktivitas transaksi pada

perusahaan yang akan berpengaruh pada stabilitas, risiko dan

prediksi pada suatu periode yang menghasilkan hasil usaha

bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan

aktivitas lainnya. Laporan laba rugi perusahaan menampilkan

berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi

penyajian secara wajar.

2) Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan

peningkatan maupun penurunan aset-aset bersih atau kekayaan

perusahaan selama periode tertentu yang didasarkan prinsip-

prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus

diungkapkan dalam laporan keuangan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

3) Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan berisi gambaran posisi keuangan,

yang menunjukkan aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu

perusahaan pada tanggal tertentu.Laporan posisi keuangan aset

lancar akan dipisahkan dengan laporan posisi keuangan aset

tidak lancar. Begitu juga kewajiban jangka pendek tentu akan

dipisahkan dengan kewajiban jangka panjang.

4) Laporan Arus Kas Informasi

Pada umumnya laporan arus kas banyak digunakan sebagai

indikator dari jumlah, waktu dan kepastian arus kas masa

depan. Selain itu, arus kas berfungsi meneliti kecermatan dan

ketepatan perkiraan/taksiran arus kas masa depan yang telah

dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan

antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak

perubahan harga yang diklasifikasikan menurut aktivitas

operasi, investasi dan pendanaan.

5) Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau

rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi,

laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi

tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan

atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK

serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk

menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

c. Kinerja Keuangan

Menurut (Agnes Sawir 2015, 6) mengatakan bahwa :

”Kinerja keuangan adalah untuk menilai kondisi keuangan dan

prestasi perusahaan, analisis memerlukan beberapa tolak ukur

yang digunakan adalah rasio dan indeks, yang menghubungkan

dua data keuangan antara satu dengan yang lain.”

Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan

pengukuran dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing

measurement) adalah kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas

perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.

Pengukuran kinerja perusahaan digunakan untuk melakukan

perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing

dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses

pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung,

mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

d. Rasio Keuangan

Menurut (Kasmir 2016, 104) mengatakan bahwa :

“Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-

angka yang ada di dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat

dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu

laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan

keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa

angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.”

Menurut (Mamduh Hanafi dan Abdul Halim 2016, 5) pada

dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima kategori

yaitu:

1) Rasio Likuiditas (liquidity ratio), adalah rasio yang bertujuan

untuk menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek.

2) Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratio), adalah rasio

yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

semua kewajiban baik itu periode jangka pendek atau jangka

panjang.

3) Rasio Aktivitas (activity ratio), menunjukkan dari segi tingkat

efektifitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.

4) Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability

ratio), menunjukkan hasil dari tingkat imbalan atau perolehan

(keuntungan) dengan membandingkan antara penjualan atau

aktiva.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

5) Rasio Investasi (investment ratio), menunjukkan rasio investasi

pada sebuah surat berharga atau efek, khusus saham dan

obligasi.

Keunggulan analisis rasio keuangan menurut Irham Fahmi

(2015) adalah sebagai berikut:

1) Rasio merupakan angka-angka atau ikthisar statistik yang lebih

mudah dibaca dan ditafsirkan.

2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi

yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4) Bermanfaat untuk bahan dalam pengambilan keputusan dan

model prediksi (Z-score).

5) Menstandardisasi ukuran perusahaan.

6) Untuk mempermudah membandingkan suatu perusahaan

dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan

perusahaan secara periode atau time series.

7) mempermudah melihat tren perusahaan serta memprediksi

dimasa yang mendatang.

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2015), ada beberapa

kelemahan dengan dipergunakannya analisa secara rasio keuangan

yaitu:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

1) Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran

yang relatif terhadap kondisi suatu perusahaan.

2) Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai

peringatan awal dan bukan kesimpulan akhir.

3) Data yang dipergunakan dalam menganalisis adalah bersumber

dari laporan keuangan perusahaan.

4) Pengukuran rasio keuangan bersifat artifisial.

2. Pajak

Pada dasarnya pajak telah banyak didefinisikan oleh para ahli dengan

gaya bahasa yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada hakikatnya berbagai

definisi itu memiliki sifat dasar dan tujuan yang sama.

Menurut (Rochmat Soemitro 2014, 1) mengatakan bahwa:

“Pajak merupakan iuran rakyat terhadap kas negara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

perpajakan mendiskripsikan pajak sebagai berikut :

“Pajak adalah kontribusi wajib terhadap negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.”

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki

beberapa unsur yaitu sebagai berikut:

a. Pajak merupakan iuran kas dari rakyat kepada negara.

b. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

c. Pajak tidak mendapatkan kontra prestasi (timbal balik) secara

langsung.

d. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara,

khususnya pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara

dalam membiayai seluruh pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk

pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa

fungsi, antara lain:

a. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara

mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk

membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya,

sehingga fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang

memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan

pendapatan negara.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

b. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan

negara dalam lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut

antara lain:

1) Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.

2) Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan

ekpsor, seperti: pajak ekspor barang.

3) Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap

barang produksi dari dalam negeri, contohnya: Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

4) Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang

membantu perekonomian agar semakin produktif.

c. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)

Pajak dapat digunakan untuk mencocokkan dan menyeimbangkan

antara pembagian penghasilan dengan kebahagian dan kesejahteraan

masyarakat.

d. Fungsi Stabilisasi

Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan

perekonomian, seperti: untuk mengatasi inflasi, pemerintah

menentapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar

dapat dikurangi, sedangkan untuk mengatasi penurunan ekonomi

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang

yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat diatasi.

Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat

atau wajib pajak yang dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi

pemungut objek pajak serta subjek pajak, yaitu sebagai berikut:

a. Jenis pajak berdasarkan sifatnya digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:

1) Pajak tidak langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan

kepada wajib pajak bila melakukan perbuatan tertentu.

Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat dipungut secara

berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau

perbuatan tertentu menyebabkan kewajiban membayar pajak.

Contohnya: pajak penjualan atas barang mewah, dimana pajak

ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang mewah.

2) Pajak langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang dipungut secara berkala

pada wajib pajak berdasarkan surat ketetapan pajak yang dibuat

kantor pajak. Di dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah

pajak yang harus dibayar wajib pajak. Pajak langsung harus

ditanggung oleh seseorang yang terkena wajib pajak dan tidak

dapat dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak

Bumi dan bangunan (PBB) dan pajak penghasilan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

b. Jenis pajak berdasarkan instansi pemungutnya digolongkan menjadi

2 jenis yaitu:

1) Pajak Daerah (Lokal)

Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah

daerah dan terbatas hanya pada rakyat daerah itu sendiri, baik

dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingakt I.

Contohnya: pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran dan

masih banyak lainnya.

2) Pajak Negara (Pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat

melalui intansi terkait, seperti: Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan

Cukai, maupun kantor inspeksi pajak yang tersebar diseluruh

Indonesia. Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan

masih banyak lainnya.

c. Jenis pajak berdasakan subjek dan objeknya digolongkan menjadi 2

yaitu:

1) Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan

objeknya. Contohnya: pajak impor, pajak kendaraan bermotor,

bea materai, bea masuk dan masih banyak lainnya.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

2) Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan

subjeknya. Contohnya: pajak penghasilan.

3. Agresivitas Pajak

Tindakan agresivitas pajak sudah sering terjadi di berbagai

perusahaan baik di Indonesia maupun dunia. Menurut Balakrishnan

(dalam Novitasari, 2017) mengungkapkan bahwa perusahaan terlibat

dalam berbagai bentuk perencanaan pajak untuk mengurangi kewajiban

pajak. Agresivitas pajak merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

memperkecil penghasilan yang terkena pajak melalui perencanaan pajak

baik secara legal (tax avoidance) maupun illegal (tax evasion) guna

memperkecil beban pajaknya.

Agresivitas pajak merupakan kegiatan yang dilakukan melalui

perencanaan pajak, tanpa adanya perencanaan pajak maka tidak dapat

dilakukan agresivitas pajak. Pertimbangan untuk mengefisiensikan

pengeluaran terkait beban pajak yang ditanggung, mendorong perusahaan

melakukan perencanaan pajak (tax planning) secara matang melalui

penghindaran pajak (tax avoidance).

Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses

merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar meminimalkan jumlah

utang pajak, tetapi masih sesuai dengan peraturan perpajakan. Namun

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan

pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu

sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya. Sedangkan, Tax

Avoidance adalah suatu bentuk perencanaan pajak untuk meminimalkan

beban pajak dengan memanfatkan kelemahan ketentuan perpajakan

sebagai hal yang positif untuk mengefisiensikan pembayaran pajak.

Sedangkan tax evasion adalah sebuah perencanan pajak yang melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ada beberapa cara untuk mengukur agresivitas pajak, salah satu

diantaranya adalah dengan menggunakan Tarif pajak efektif atau Effective

Tax Rrate (ETR). Tarif pajak efektif adalah tarif yang berlaku atas

penghasilan wajib pajak. Penghasilan disini dapat berarti penghasilan kotor

atau penghasilan netto atau penghasilan kena pajak, tergantung pada

kebutuhan atau dari segi mana seseorang ingin melihat beban tarifnya.

Tarif pajak efektif atau Effective Tax Rate (ETR) adalah tarif pajak

yang dapat diukur dengan membandingkan beban pajak dengan laba

akuntansi perusahaan. Tarif pajak efektif mempunyai tujuan untuk

mengetahui jumlah presentase perubahan dalam membayar pajak yang

sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh. Effective Tax Rate

(ETR) dapat dihitung dengan membandingkan antara beban pajak

penghasilan kini dengan laba sebelum pajak. Nilai yang rendah dari

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Effective Tax Rate (ETR) dapat menjadi indikator adanya tindakan

agresivitas pajak.

4. Leverage

Leverage merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Leverage timbul

apabila perusahaan membiayai aset dengan dana pinjaman yang memiliki

beban bunga.

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar beban utang yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam

rangka pemenuhan aset. Dalam arti luas, rasio leverage digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka

Panjang (Pratiwi, 2018).

Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi (memiliki utang yang

besar) dapat menimbulkan risiko keuangan yang besar, tetapi juga

memiliki peluang yang besar pula untuk menghasilkan laba yang tinggi.

Risiko keuangan yang besar ini timbul karena perusahaan harus

menanggung atau terbebani dengan pembayaran bunga dalam jumlah yang

besar. Namun apabila dana hasil pinjamam tersebut dipergunakan secara

efisien dan efektif dengan membeli aset produktif perusahaan, hal ini akan

memberikan peluang yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

hasil usahanya. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang rendah

memiliki risiko keuangan yang kecil, tetapi juga mungkin memiliki

peluang yang kecil pula untuk menghasilkan laba yang besar.

Menurut (Hery 2016, 142) Rasio leverage terdiri atas:

a. Rasio Utang (Debt Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk

membandingkan antara total utang dengan total aset. Rasio ini juga

sering digunakan sebagai rasio utang terhadap aset (Debt to Asset

Ratio).

b. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Asset Ratio), merupakan rasio

yang digunakan untuk membandingkan antara total utang dengan

total ekuitas.

c. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to

Equity Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk

membandingkan antara utang jangka panjang dengan total ekuitas.

d. Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest Earned

Ratio), merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau

berapa kali) kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.

Kemampuan perusahaan ini diukur dari jumlah laba sebelum bunga

dan pajak.

e. Rasio Laba Operasional terhadao Kewajiban (Operating Income to

Liabilities Ratio), merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana

atau berapa kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

kewajiban. Kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba

operasional.

5. Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat

digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan

dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh

tempo.

Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban

jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut

dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya jika perusahaan

tidak memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya

pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai

perusahaan yang tidak likuid. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang akan segera jatuh tempo, perusahaan harus memiliki

tingkat ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset lancar lainnya yang

juga dapat dengan segera dikonversi atau diubah menjadi kas.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Jenis – jenis rasio likuiditas adalah sebagai berikut:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset

lancar yang tersedia.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban janhka

pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset

sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang), tidak

termasuk persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas atau

setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek. Rasio

ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya

dalam melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo

dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang ada.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Menurut Engle dan Lange (dalam Putra dan Suryani, 2018)

komponen likuiditas adalah sebagai berikut:

a. Kerapatan-kerapatan merupakan gap yang terjadi dalam harga yang

disetujui dengan harga normal suatu barang.

b. Kedalaman-kedalaman merupakan jumlah ataupun volume produk

yang dijual dan dibeli pada tingkat harga tertentu.

c. Resiliensi-resiliensi merupakan kecepatan perubahan harga menuju

harga efisien setelah berlangsungnya penyimpangan ataupun

ketidakstabilan harga.

6. Intensitas Modal

Menurut Gitman (dalam Novitasari, 2017) mengatakan bahwa :

“Modal adalah bentuk pinjaman dalam jangka waktu tertentu yang

dimiliki oleh perusahaan, atau semua hal yang ada di bagian kanan neraca

perusahaan setelah kewajiban saat ini.”

Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),

pengertian modal adalah sebagai berikut :

“Modal adalah uang yang digunakan sebagai pokok (induk) untuk

berdagang; harta benda (uang, barang) yang bisa digunakan dalam

menghasilkan sesuatu yang mampu menambah kekayaan dan sebagainya.”

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Intensitas modal adalah aktivitas investasi yang dilakukan

perusahaan yang dikaitkan dengan investasi dalam bentuk aset tetap

(modal). Intensitas modal dapat mencerminkan seberapa besar modal yang

dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan (Novitasari, 2017).

Modal terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah :

a. Modal investasi

Modal investasi adalah sebuah modal yang dipergunakan untuk

pembelian dan pembiayaan aktiva tetap, dan biasanya modal

investasi dapat dipergunaakan untuk jangka panjang dan dapat

digunakan berkali-kali seperti untuk membayar pembelian

kendaraan, mesin, peralatan, tanah dan bangunan yang mana aktiva

tersebut dibutuhkan untuk menjalankan sebuah usaha. Namun tetap

dengan estimasi masa manfaat dari masing-masing aktiva tersebut.

b. Modal kerja

Modal kerja adalah modal yang dapat digunakan untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan, seperti untuk membayar gaji

pegawai, membeli bahan baku, membayar listrik dan air. Hal itu juga

merupakan inti dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu

perusahaan, modal yang didapat juga ada yang diperoleh dari modal

sendiri yaitu yang berasal dari penjualan dari sebgaian aset yang

dimiliki oleh perusahaan, maupun sisa dari keutungan yang didapat

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

oleh perusahaan. Sedangkan modal eksternal adalah modal yang

didapat dari pihak luar seperti pinjaman dari bank.

Pentingnya modal kerja menurut (Munawir 2014, 116) adalah

sebagai berikut :

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya

nilai dari aktiva lancar.

b. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-

kewajiban tepat pada waktunya.

c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan

keuangan yang mungkin terjadi.

d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup

untuk melayani para konsumennya.

e. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang

lebih menguntungkan kepada para langganannya.

f. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun

jasa yang dibutuhkan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Tujuan modal kerja bagi perusahaan menurut (Kasmir 2016, 253)

adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan.

b. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan

untuk memenuhi kewajiban pada waktunya.

c. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup

dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya.

d. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari

para kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat.

e. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik

minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.

f. Memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan

penjualan dan laba.

g. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya

nilai aktiva lancar.

h. Serta tujuan lainnya.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang melakukan penelitian mengenai

agresivitas pajak, beberapa diantaranya Septhea Dwi Pratiwi (2018) meneliti

pengaruh leverage, manajemen laba, capital intensity dan kompensasi rugi fiskal

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ditemukan bahwa leverage dan

manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak, sedangkan intensitas

modal dan kompensasi rugi fiskal tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Dewi Nawang Gemilang (2017) meneliti pengaruh likuiditas, leverage,

profitabilitas, ukuran perusahaan dan capital intensity terhadap agresivitas pajak.

Hasil yang didapat menunjukan bahwa profitabilitas dan capital intensity

berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan likuiditas, leverage

dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Agus Puwanto (2016) meneliti pengaruh likuiditas, leverage, manajemen

laba dan kompensasi rugi fiskal terhadap agresivitas pajak. Hasil yang diperoleh

bahwa leverage, manajemen laba dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan Likuiditas terbukti tidak

berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Novia Bani Nugraha (2015) meneliti pengaruh Corporate social

responsibility, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan capital intensity

terhadap agresivitas pajak. Hasil yang didapat menunjukan bahwa Corporate

social responsibility dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap agresivitas pajak, sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan capital

intensity memiliki pengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Tabel II.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Septhea Dwi

Pratiwi (2018)

JOM FEB,

Volume 1 Edisi 1

(Januari – Juni

2018)

Pengaruh Leverage,

Manajemen Laba,

Capital Intensity dan

Kompensasi Rugi

Fiskal terhadap

Agresivitas Pajak (Studi

Empiris pada

perusahaan manufaktur

sectoral aneka industri

yang terdaftar di BEI

tahun 2013-2016)

Pratiwi menyimpulkan bahwa

Leverage dan Manajemen Laba

berpengaruh terhadap agresivitas

pajak; sedangkan Intensitas Modal

dan Kompensasi Rugi Fiskal tidak

berpengaruh terhadap agresivitas

pajak.

2. Indah Budianti,

Mohammad Rafki

Nazar, S.E., M.Sc,

Kurnia S.AB, MM

(2018) e-

Proceeding of

Pengaruh Return On

Asset (ROA), Leverage

(DER), Komisaris

Independen dan Ukuran

Perusahaan terhadap

Agresivitas Pajak (Studi

Budianti, Nazar dan Kurnia

menyimpulkan bahwa secara

simultan variabel Return On Asset

(ROA), Leverage (DER), Komisaris

Independen dan Ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap agresivitas

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Management

ISSN: 2355-9357

Vol. 5 No.2

Agustus 2018,

Page 2369

Kasus pada Perusahaan

BUMN yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2016)

pajak. Secara Parsial Return On Asset

(ROA), Leverage (DER), komisaris

independen tidak berpengaruh

terhadap agresivitas pajak sedangkan

ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak.

3. Rio Darma Putra

dan Elly Suryani

(2018) e-

Proceeding of

Management

ISSN: 2355-9357

Vol.5 No.3

Desember 2018

Pengaruh Manajemen

Laba, Leverage dan

Likuditas terhadap

Agresivitas Pajak (Studi

Pada Perusahaan

Pertambangan yang

terdaftar di BEI Periode

2012-2016)

Putra dan Suryani menyimpulkan

bahwa secara simultan variabel

Manajemen Laba, Leverage dan

Likuiditas berpengaruh terhadap

agresivitas pajak. Secara parsial

Manajemen laba dan Likuiditas

berpengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak, sedangkan

Leverage tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap agresivitas

pajak.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

4. Ismaeni Nurjanah,

Ayu Noviani

Hanum, Alwiyah

(2018) Prosiding

Seminar Nasional

Mahasiswa

Unimus Vol.1

(2018) e-ISSN:

2658-766x

Pengaruh Likuiditas,

Leverage, Corporate

social Responsibility,

Ukuran Perusahaan dan

Komisaris Independen

terhadap Agresivitas

Pajak Badan

Nurjanah, Hanum dan Alwiyah

menyimpulkan bahwa hasil variabel

independen ukuran perusahaan secara

parsial berpengaruh signifikan tetapi

variabel independen likuiditas,

leverage, corporate social

responsibility dan komisaris

independen secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak badan.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

5. Shelly Novitasari

(2017) Jom

Vekon, Vol.4 No.1

Pengaruh Manajemen

Laba, Corporate

Governance dan

Intensitas Modal

terhadap Agresivitas

Pajak Perusahaan (Studi

pada Perusahaan

Property dan Real

Estate yang terdaftar di

BEI Periode Tahun

2010-2014)

Novitasari menyimpulkan bahwa

manajemen laba terbukti

mempengaruhi agresivitas pajak

perusahaan, kepemilikan manajerial

tidak mempengaruhi agresivitas

pajak perusahaan, kepemilikan

Institusional mempengaruhi

agresivitas pajak perusahaan,

komisaris independen

mempengaruhi agresivitas pajak

perusahaan, frekuensi pertemuan

komite audit tidak mempengaruhi

agresivitas pajak perusahaan,

intensitas modal tidak

mempengaruhi agresivitas pajak

perusahaan.

6. Dewi Nawang

Gemilang (2017)

Pengaruh likuiditas,

leverage, profitabilitas,

ukuran perusahaan dan

capital intensity

terhadap agresivitas

pajak perusahaan pada

perusahaan property

Gemilang menyimpulkan bahwa

Likuiditas tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap agresivitas

pajak. Leverage tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

dan real estate yang

terdaftar di BEI tahun

2013-2015.

agresivitas pajak. Profitabilitas

memiliki pengaruh signifikan

terhadap agresivitas pajak. Ukuran

perusahaan tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap agresivitas

pajak. Capital intensity memiliki

pengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak.

7. Dhian Andanarini

Minar Savitri dan

Ita Nur

Rahmawati (2017)

Jurnal Ilmu dan

Akuntansi Terapan

(JIMAT) p-ISSN:

2086-3748

Volume 8 Nomor

2, November 2017

Pengaruh Leverage,

Intensitas Persediaan,

Intensitas Aset Tetap

dan Profitabilitas

terhadap Agresivitas

Pajak

Minar dan Rahmawati menyimpulkan

bahwa Leverage berpengaruh negatif

terhadap agresivitas pajak, sedangkan

intensitas persediaan, intensitas aset

tetap dan profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap agresivitas

pajak.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

8. Dita Yuliawati

Pratama Hidayat

dan Dani Sopian

(2016) Jurnal

Sains Manajemen

& Akuntansi

Volume VII No.2,

November 2018

Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Likuiditas

dan Profitabilitas

terhadap Agresivitas

Pajak (Studi pada

Perusahaan Otomotif

yang terdaftar di BEI

Periode 2011-2014)

Pratama dan Sopian menyimpulkan

bahwa profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan, sedangkan ukuran

perusahaan dan likuiditas

berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap agresivitas pajak.

9. Fitri Sukmawati

dan Cyntia

Rebecca (2016)

Conference on

Management and

Behavioral Studies

Universitas

Tarumanegara,

ISSN No: 254-

3400, e-ISSN No:

254-2850

Pengaruh Likuiditas dan

Leverage terhadap

Agresivitas Pajak

Perusahaan pada

Perusahaan Industri

Barang Konsumsi di

Bursa Efek Indonesia

Periode 2011-2014

Sukmawati dan Rebecca

menyimpulkan bahwa secara Parsial

variabel likuiditas berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak.

Secara Parsial Leverage berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak.

Secara simultan variabel likuiditas

dan leverage berpengaruh signifikan

terhadap agresivitas pajak.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

10. Agus Purwanto

(2016) JOM

Fekon, Vol. 3 No.

1 (Februari 2016)

Pengaruh Likuiditas,

Leverage, Manajemen

Laba dan Kompensasi

Rugi Fiskal terhadap

Agresivitas Pajak

Perusahaan pada

Perusahaan Pertanian

dan Pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2011-

2013

Purwanto menyimpulkan bahwa

secara parsial variabel Likuiditas

berpengaruh negatif signifikan

terhadap agresivitas pajak, variabel

Leverage dan Manajemen Laba

berpengaruh positif signifikan

terhadap agresivitas pajak dan

variabel kompensasi rugi fiskal tidak

berpengaruh terhadap agresivitas

pajak perusahaan.

11. Irvas Tiara dan

Henryanto Wijaya

(2015) Jurnal

Akuntansi

Universitas

Taruma Negara

Jakarta, Volume

XIX, No. 03,

September 2015

Pengaruh Likuditas,

Leverage, Manajemen

Laba, Komisaris

Independen dan Ukuran

perusahaan terhadap

Agresivitas Pajak

Tiara dan Wijaya menyimpulkan

bahwa manajemen laba dan ukuran

perusahaan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat

agresivitas pajak perusahaan,

sementara likuiditas, leverage dan

proporsi komisaris independen tidak

menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat

agresivitas pajak perusahaan.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

12. Novia Bani

Nugraha (2015)

Pengaruh Corporate

social responsibility,

ukuran perusahaan,

profitabilitas, leverage

dan capital intensity

terhadap agresivitas

pajak pada perusahan

non keuangan yang

terdaftar di BEI tahun

2012-2013.

Nugraha menyimpulkan bahwa

Corporate social responsibility tidak

memiliki pengaruh signifikan

terhadap agresivitas pajak. Ukuran

perusahaan yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak.

Profitabilitas tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak. Leverage memiliki

pengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak. Capital intensity

memiliki pengaruh signifikan

terhadap agresivitas pajak.

Sumber : Data Diolah 2019

C. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan digambarkan mengenai pengaruh leverage,

likuiditas dan intensitas modal terhadap agresivitas pajak. Berikut adalah

kerangka pemikiran dari penelitian ini :

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

H1

H2

H3

H4

Gambar II.1

Kerangka Pemikiran

Sumber : diolah untuk penelitian (2019)

Keterangan :

H1 : Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak.

H2 : Pengaruh Likuiditas Terhadap Agresivitas Pajak.

H3 : Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak.

H4 : Pengaruh Leverage, Likuiditas, Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak.

Likuiditas

(X2)

Intensitas Modal

(X3)

Leverage

(X1)

Agresivitas Perusahaan

(Y)

Ket : = Secara Parsial = Secara Simultan

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

D. Perumusan Hipotesa

1. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak

Utang merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari luar

(eksternal) yang merupakan kewajiban keuangan pada pihak lain. Dalam

hal ini, utang berbanding terbalik dengan laba, sehingga jika utang semakin

besar, maka laba akan semakin kecil dengan penambahan biaya bunga.

Terkait dengan pajak semakin besar laba yang diperoleh, maka akan

semakin besar kewajiban pajaknya.

Menurut Pratiwi (2018) meneliti tentang Leverage, Manajemen

Laba, Capital Intensity dan Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Agresivitas

Pajak pada perusahaan manufaktur, bahwa Leverage berpengaruh

signifikan terhadap tindakan agresivitas perusahaan. Hal ini dikarenakan

perusahaan yang memiliki nilai rasio leverage atau hutang yang tinggi akan

mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas bunga pinjaman sehingga

perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi dapat melakukan

penghematan pajak dengan menambah hutang. Berdasarkan hal tersebut,

maka hipotesis penelitian yang dibuat yaitu:

H1: Leverage berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

2. Pengaruh Likuiditas terhadap Agresivitas Pajak

Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi cenderung akan

bertindak agresif terhadap pajak dengan memanfaatkan laba ditahan yang

dimiliki untuk operasi perusahaan sehingga laba kena pajak perusahaan

rendah dan biaya pajak yang harus dibayar juga berkurang.

Menurut Putra dan Suryani (2018) meneliti tentang Manajemen

Laba, Leverage, dan Likuiditas terhadap Agresivitas Pajak pada

perusahaan pertambangan, bahwa Likuiditas berpengaruh signifikan

terhadap agresivitas pajak perusahaan dengan arah positif. Berdasarkan hal

tersebut, maka hipotesis penelitian yang dibuat yaitu :

H2: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

3. Pengaruh Intensitas Modal terhadap Agresivitas Pajak

Intensitas Modal (Capital intensity) berkaitan dengan besarnya aset

tetap yang dimiliki. Aset tetap memiliki umur ekonomis yang akan

menimbulkan beban penyusutan setiap tahunnya. Beban penyusutan ini

akan mengurangkan laba sehingga beban pajak yang dibayarkan juga

berkurang. Perusahaan yang memiliki aset tetap yang besar cenderung akan

melakukan perencanaan pajak sehingga menghasilkan ETR yang lebih

kecil.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Teori

Menurut Gemilang (2017) meneliti tentang Pengaruh likuiditas,

leverage, profitabilitas, ukuiran perusahaan dan capital intensity terhadap

agresivitas pajak perusahaan pada perusahaan property dan real estate,

bahwa Capital Intensity yang diukur menggunakan CIR memiliki pengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang di ajukan adalah sebagai berikut :

H3: Intensitas modal berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

4. Pengaruh Leverage, Likuiditas dan Intensitas Modal secara Bersama-

sama terhadap Agresivitas Pajak

Hal yang mencakup tentang penerapan teori agensi mengenai strategi

perencanaan pajak yang baik bagi perusahaan, dimana didalamnya terdiri

dari leverage, likuiditas dan intensitas modal terhadap agresivitas pajak

yang dilakukan secara bersama-sama akan memberikan pengaruh yang

besar dalam menilai perencanaan pajak perusahaan.

Besarnya leverage, likuiditas dan intensitas modal akan berpengaruh

terhadap besarnya laba, penghasilan kena pajak, kewajiban pajak

perusahaan, dan hal-hal lainnya yang berujung pada agresivitas pajak

tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H4: Leverage, Likuiditas dan Intensitas modal bersama-sama secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak.