bab ii landasan teori a. metode pembelajaran ekspositori
TRANSCRIPT
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Pembelajaran Ekspositori
1. Pengertian Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompak siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pembelajaran secara optimal.1 Roy Killen sebagaimana dikutip
oleh Harmuni menyatakan bahwa menanamkan metode ekspositori ini
dengan istilah metode pembelajaran langsung. Hal ini karena materi
pembelajaran disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu.2
Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran ekspositori. Pertama;
Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,
artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
pembelajaran ini. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan
adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-
konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk
berfikir ulang. Ketiga, tujuan utama dari pembelajaran ini adalah
penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses
1Harmuni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan, (Yogyakarta:
Investidaya, 2012), 116. 2Ibid., 117.
15
pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan
benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah
diuraikan.3
Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembalajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach). Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui pembalajaran model
seperti ini guru menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan itu
dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama dari pembelajaran ini
adalah kemampuan akademik siswa. Pembelajaran ekspositori akan
efektif apabila :
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan
yang akan dan harus dipelajari siswa.
b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan
intelektual tertentu.
c. Jika bahan pelajaran yang disampaikan cocok untuk dipresentasikan.
Artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran itu hanya
mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru
secara verbal.
d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik
pembelajaran tertentu.
3Harmuni, Strategi dan Model-Model., 117.
16
e. Guru menginginkan untuk mendemostrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama,
sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
g. Apabila guru akan mengajar kepada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan yang rendah.
h. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.4
Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi seperti ini
bukan hanya sekedar mengajar, melainkan harus menjadi manajer
belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu
menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas
siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimetode dan multi sumber
agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.5
2.Aspek-Aspek Pembelajaran Ekspositori
Menurut Roy Killen dalam proses pembelaaran ekspositori terdapat
beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh setiap guru diantaranya :
a. Berorientasi pada tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama
dalam strategi pembelajaran, namun tidak berarti proses penyampaian
4Ibid., 118.
5Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2010), 78.
17
materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus
menjadi pertimbangan utama dalam pengunaan strategi ini. Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diukur pada kompetisi yang harus dicapai siswa. Seperti guru
meberikan instruksi mengerjakan soal latihan dan guru memimpin
diskusi dikelas. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan
yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas
penggunaan metode pembelajaran.
b. Komunikasi Verbal
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses
komunikasi yang merujuk pada proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada seseorang atau sekelompok orang. Pesan yang ingin
disampaikan adalah materi pembelajaran yang diorganisir dan disusun
sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi guru berfungsi sebagai sumber penyampaian materi secara
verbal, mengatur lamanya durasi penjelasan materi dan menyimpulkan
materi pelajaran.
c. Kesiapan Materi Pelajaran
Kesiapan merupakan satu dari hukum belajar. Inti dari hukum
belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat
dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan.
Dimana guru memberikan pertanyaan berupa kuis, memberikan bahan
diskusi dan memberikan tugas. Yang dapat ditarik dari hukum belajar
18
ini adalah agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang
diberikan, terlebih dahulu harus memosisikan dirinya dalam keadaan
siap, baik secara fisik maupun psikis guna untuk menerima pelajaran.
d. Keberkelanjutan Materi Pelajaran
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa
untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Yang telah
dibekali materi berupa data dan materi berupa fakta oleh guru.
Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, tetapi juga untuk
waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah apabila melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidak
seimbangan, sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.6
3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Metode Pembelajaran
Ekspositori
Menurut Syarif Sumantri yang mempengaruhi metode pembelajaran
ekspositori adalah:
a. Pelajar (yang berbagai-bagai tingkat kematangan);
b. Tujuan (yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya);
c. Situasi (yang berbagai-bagai keadaannya);
d. Fasilitas (yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya);
6Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), 177-178.
19
e. Pengajar atau guru (yang pribadi serta kemampuan profesionalnya
berbeda-beda).
Selain itu, dalam metode pembelajaran Ekspositori disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:7
a. Tujuan yang berbeda pada setiap mata pelajaran sesuai dengan
jenis, fungsi, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing.
b. Perbedaan latar belakang individual anak, baik dari segi
kehidupan/keturunan, tingkat usia perkembangan/kematangan,
maupun tingkat kemampuan berfikirnya.
c. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung,
baik berupa lembaga pendidikan (sekolah) yang berbeda, letak
geografis maupun sosial cultural, yang kesemuanya ikut
menentukan metode yang dipakai oleh guru.
d. Perbedaan pribadi dan kemampuan guru masing-masing.
e. Fasilitas yang berbeda baik kualitas maupun kuantitas.
Karakteristik metode pembelajaran ekspositori terdapat
beberapa karakteristik antara lain :
a. Langkah ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat
utama dalam melakukan metode ini.
7Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha
Nasional,1984), 73-74.
20
b. Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang
harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa
diharapkan dapat memahaminya dengan benar dan dapat
mengungkapkan kembali materi yang sudah diuraikan.
4. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori
Langkah-langkah dalam penerapan strategi ekspositori meliputi :
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa
untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah
persiapan merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung dari
langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan
persiapan yaitu :
1. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif
2. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar
3. Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa
4. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
b. Penyajian(Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang
21
harus difikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Penguasaan bahasa
2. Intonasi suara
3. Menjaga kontak mata dengan siswa
4. Menggunaka joke-joke yang menyegarkan
5. Korelasi pembelajaran dengan pengalaman siswa
6. Menyimpulkan materi pelajaran.8
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Dalam hal ini
disebabkan dalam strategi ini memiliki beberapa keunggulan
diantaranya :
a. Dari segi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan
dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran
yang telah disampaikan.
8Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standart Proses Pendidikan,
(Bandung: Kencana Prenada Media, 2006), 185.
22
b. Strategi pembelajaran ekspositori sangat efektif jika materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu
waktu yang dimiliki siswa untuk belajar sangatlah terbatas.
c. Melalui pembelajaran ekspositori siswa dapat mendengar melalui
penuturan tentang materi pelajaran, juga sekaligus siswa dapat
melihat dan mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi.
d. Strategi ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas
yang besar.9
Disamping memiliki keunggulan strategi ekspositori juga
memiliki kelemahan, antara lain :
1. Strategi ini hanya dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak dengan baik.
2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan individu baik
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, bahasa, dan
gaya belajar.
3. Sulit mengembangkan kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, dan berpikir kritis siswa.
4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori tergantung dengan
apa yang dimiliki oleh guru, seperti persiapan, rasa percaya diri,
pengetahuan, antusiasme, motivasi dan kemampuan mengelola
kelas.10
9Harmuni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran.,128.
10Ibid.,129.
23
Sedangkan menurut pedapat Wina Sanjaya kelemahan dan
kekurangan metode pembelajaran ekspositori adalah :
a. Kelebihan
1. Guru dapat dengan mudah menguasai kelas
2. Mudah mengorganisasikan tepat duduk siswa dikelas
3. Dapat diikuti oleh siswa dengan jumlah yang besar
4. Mudah mempersiapkan dan menjelaskannya
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
b. Kekurangan
1. Mudah mengalami kesalah pahaman dalam pengertian
kata-kata.
2. Bila terlalu lama digunakan siswa akan mudah
mengalami kejenuhan dan kebosanan.
3. Dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dalam proses
belajar.
4. Visual menjadi rugi dan auditif (mendengar) lebih besar
menerimanya.11
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.,148.
24
B. Burnout Belajar
1. Pengertian Burnout Belajar
Burnout belajar merupakan suatu keadaan dimana sistem akal tidak
dapat bekerja secara optimal dalam mengelola item-aitem informasi
sehingga kemajuan belajar siswa nyaris tidak tampak dan bahkan tidak ada
perubahan yang dialami oleh siswa.12
Dimana keadaan siswa yang tidak
memiliki minat atau kekurangan dalam antusiasme untuk belajar, tetapi
tidak bisa tidak melakukannya, meskipun dalam keadaan jenuh, hanya
kelelahan dan perasaan penuh berkepanjangan yang ada dalam fikirannya.
Burnout memiliki arti kejenuhan, padat atau penuh sehingga
menyebabkan kapasitas yang hendak diterima atau dimasukan tidak
mencukupi lagi. Selain itu jenuh juga dapat diartikan sebagai sikap yang
menjemukan atau membosankan. Seorang siswa yang mengalami burnout
belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh
dari belajar tidak ada kemejuan. Tidak adanya kemajuan dalam belajar ini
pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu
tertentu saja.13
2. Aspek-Aspek Burnout Belajar
Menurut Hakim burnout belajar mempunyai tanda-tanda yang
sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu, dan tidak
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), 162. 13
Ibid.,166.
25
bergairah untuk belajar. Sedangkan menurut Reber gejala-gejala
kejenuhan belajar yaitu :14
a. Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari
proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki
kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan-akan pengetahuan dan
kecekapan yang diperolehnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga
siswa merasa sia-sia dengan waktu belajarnya.
b. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan
dalam memprose informasi atau pengalaman sehingga mengalami
stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang dalam
keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang
diharapkan dalam memproses berbagai informasi yang diterima atau
pengalaman baru yang didapat.
c. Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa merasa bahwa dirinya
tidak lagi mempunyai motivasi yang dapat membuat bersemangat untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran yang diterimanya
atau dipelaarinya.
Menurut Maslach dan Laiter mengemukakan bahwa burnout
mempunyai empat aspek yakni :15
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 165 15
Ita Vitasari, ”Kejenuhan Belajar Ditinjau Dari Kesepian dan Kontrol Diri siswa Kelas XI
SMAN 9 YOGYAKARTA”. E-Jurnal, (2016), Vol, 7: 63-64.
26
a. Kelelahan Emosional
Menurut Maslach kelelahan emosional ditandai dengan perasaan
lelah yang dialami individu entah itu kelelahan emosional maupun fisik.
Hal ini dapat memicu kurangnya energi yang dimiliki untuk menghadapi
berbagai kegiatan dan pekerjaan yang dimilikinya. Berdasarkan pada MBI
mengemukakan bahwa kelelahan emosional ini disebabkan oleh tuntutan
yang berlebihan yang dihadapi oleh siswa dan ditunjukan oleh perasaan
dan beban fikiran yang berlebihan.
b. Kelelahan Fisik
Penderita burnout mulai merasakan adanya anggota badan yang
sakit dan gejala kelelahan fisik kronis yang disertai dengan sakit kepala,
mual, insomnis, bahkan kehilangan selera makan.
c. Kelelahan Kognitif
Demerouti dkk menyatakan bahwa kelelahan kognitif ini siswa
yang sedang mengalami kejenuhan cenderung sedang mendapat beban
yang terlalu berat pada otak. Hal ini kemudian berdampak seperti yang
diungkapkan kahlil yakni ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, mudah
lupa, dan kesulitan dalam membuat keputusan.
d. Kehilangan Motivasi
Menurut Bahrer-Kohler menyatakan bahwa kehilangan motivasi
pada siswa ditandai dengan hilangnya idealisme, siswa yang sadar dari
27
impian mereka yang tidak realistis, dan kehilangan semangat. Dari gejala
diatas maka siswa sudah dianggap kehilangan motivasi adalah penarikan
diri secara psikologis sebagai respon dari stres yang berlebihan dan rasa
ketidak puasan.
Sedangkan menurut Arman T, Fabella burnout belajar mempunyai
menjadi dua aspek, yaitu secara fisik dan secara kejiwaan perilaku :
a. Secara Fisik
Siswa yang mengalami burnout merasakan adanya anggota badan
yang sakit dan gejala kelelahan fisik yang ditandai dengan letih, merasa
badan semakin lemah, sakit kepala, gangguan pencernaan, sukar tidur,
nafas pendek dan berat badan naik turun. Hal ini sejalan dengan Baroon
dan Greenberg bahwa kelelahan fisik ditandai dengan sakit kepala, mual,
susah tidur, dan kurang nafsu makan.
b. Secara Kejiwaan Perilaku
Dalam keadaan kejiwaan perilaku pada siswa yang sedang
mengalami burnout cenderung mendapat beban mental yang terlalu berat.
Hal ini ditandai dengan kerja makin berat tapi prestasi makin menurun,
merasa bosan dan bingung, semangat rendah merasa tidak nyaman,
mempunyai perasaan sia-sia, sukar membuat keputusan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Bahrer-Kohler menyatakan bahwa siswa yang
28
mengalami burnout ditandai dengan hilangnya idealisme, siswa yang sadar
dari impian mereka yang tidak realistis, dan kehilangan semangat.16
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Burnout Belajar
a. Faktor yang mempengaruhi burnout belajar
1) Karena burnout siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan
oleh keletihan itu sendiri.
2) Karena burnout terhadap standart keberhasilan bidang studi tertentu
yan dianggap terlalu yang di anggap terlalu tinggi terutama ketika
siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang studi tadi.
3) Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat
dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat.
4) Siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum,
sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan
ketentuan yang ia bikin sendiri.17
b. Faktor yang mempengaruhi burnout belajar
Secara garis besar Suryabrata menyatakan dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
1) Faktor berasal dari dalam diri pembelajaran yang meliputi:
a) Faktor fisiologis
1. Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada kesiapan dan
aktivitas belajar orang yang keadaan jasmaninya segar akan
siap dan aktif dalam belajar, sebaiknya orang yang keadaan
17Muhibbin Syah., Psikologi Belajar, 182.
29
jasmaninya lesu dan lelah akan mengalami kesulitan untuk
menyiapkan diri dan melakukan aktivitas untuk belajar.
2. Keadaan fungsi fisiologis tertentu terutama kesehatan
pancaindra akan mempengaruhi belajar. Indra yang terpenting
dalam hal ini merupakan mata dan telinga karena keduanya
merupakan pintu gerbang masuknya informasi yang diperlukan
dalam proses belajar.
b) Faktor psikologis
1. Minat, adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan
mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai
hasil belajar yang maksimal.18
Jadi minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lain, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas.Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan
diperoleh kemudian.19
2. Motivasi, adanya Motivasi belajar seseorang akan
menentukan hasil belajar yang dicapainya. Maslow
mengemukakan motif belajar yaitu: adanya kebutuhan fisik,
adanya kebutuhan rasa aman, adanya kebutuhan kecintaan
dan penerimaan dari orang lain, adanya kebutuhan
mendapat kehormatan, aktualisasi diri.
18
Nyanyu Kholidah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014), 59. 19
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014), 101.
30
3. Intelegensi, merupakan model utama dalam melakukan
aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
4. Memori, Kemampuan untuk merekam, menyimpan, dan
mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari akan
sangat membantu dalam proses balajar.
5. Emosi, Penelitian tentang otak menunjukan bahwa emosi
yang positif akan sangat membantu kerja saraf otak untuk
“merekatkan”apa yang dipelajari kedalam memori. Karena
informasi pelajaran yang dikirim dari pusat memori melalui
amygdale sebagai pusat emosi berjalan tanpa halangan.
2) Faktor yang berasal dari luar diri pembelajaran yang meliputi:
a. Faktor sosial
1. Orang tua, sangat berperan penting dalam belajar anak,
fasilitas belajar yang disediakan, perhatian, motivasi,
dukungan belajar yang harus diberikan untuk kesuksesan
anak.
2. Guru, Professional guru sangat berpengaruh pada proses dan
hasil belajar yang dicapai anak didik.
3. Teman atau orang disekitar lingkungan belajar, kehadiran
orang lain secara langsung maupun tidak dapat berpengaruh
buruk dan baik pada belajar seseorang.
31
b. Faktor non sosial
1. Keadaan udara, suhu, cuaca. Keadaan udara, suhuyang terlalu
panas dapat membuat seseorang tidak nyaman belajar
sehingga tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2. Waktu (pagi, siang, malam) sebagian besar orang lebih mudah
memahami pelajaran diwaktu pagi hari dibanding pada waktu
siang atau sore.
3. Tempat (letak dan pergedungannya) seseorang biasanya sulit
belajar di tempat yang ramai dan bising.
4. Alat-alat atau perlengkapan belajar. Dalam pelajaran tertentu
yang memerlukan alat, belajar tidak akan mencapai hasil yang
maksimal jika tanpa alat tersebut. 20
4. Faktor Penyebab Burnout Belajar
Adapun faktor penyebab burnout belajar yang dialami siswa
bersumber dari dua faktor yaitu faktor internal (bersumber dari diri siswa
sendiri), dan faktor eksternal (bersumber dari luar diri sendiri).
a. Faktor Internal
Faktor internal yang bersumber dari diri siswa dibagi lagi menjadi
dua macam yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
20
Ibid., 101-129
32
1. Faktor fisik
Faktor fisik atau jasmani dipengaruhi oleh pola kesehatan pada
anak misalnya pemenuhan gizi, gangguan pada otak, gangguan pada
panca indra maupun cacat fisik.
2. Faktor Psikis
Faktor psikis disebabkan oleh kepribadian siswa yang bebeda-
beda sehingga sifat mereka juga mempengaruhi hasil belajar, biasanya
berupa gangguan intelegensi, perhatian pada guru sehingga akan
memicu kesulitan belajar pada anak.
b. Faktor Eksternal
Faktor yang bersumber dari luar yang meliputi keluarga, teman,
sarana dan prasarana di sekolah dan kondisi sosial masyarakat. Kondisi
keluarga menjadi faktor yang penting dalam menciptakan kenyamanan
belajar pada siswa. Keluarga yang harmonis dan sadar akan pentingnya
pendidikan pada anak pasti mampu menciptakan suasana tenang
sehingga anak dapat konsentrasi belajar dan menjadi motivator utama
agar anak dapat meraih prestasi.
Metode pembelajaran yang kurang ideal juga dapat
menyebabkan burnout belajar pada siswa. Misalnya seperti pembawaan
pola mengajar guru yang kurang menarik, guru yang lebih
memperhatikan siswanya yang berprestasi dan aktif di kelas sehingga
mengabaikan siswa yang lainnya. Guru harus mengerti budaya
33
akademisi, metode mengajar, dan tingkat pengajaran. Kondisi sarana
dan prasarana yang kurang memadai juga menjadi pemicu burnout
belajar siswa yang menyebabkan penyampaian pelajaran kurang efektif
dan inovatif.21
Kondisi lingkungan masyarakat juga berpengaruh pada
perkembangan sosial siswa, sebab lingkungan pergaulan sangatlah
mempengaruhi moralitas belajar siswa di dalam kelas. Faktor-faktor
yang menyebabkan kejenuhan belajar menurut Muhibbin Syah :22
1. Terlalu lama waktu untuk belajar tanpa atau kurang istirahat.
Belajar secara rutin atau monoton tanpa variasi.
2. Lingkungan belajar yang buruk atau tidak mendukung.
Lingkungan yang mendukung dapat meningkatkan motivasi
belajar begitu pula dengan lingkungan yang kurang
mendukung dapat menyebabkan kejenuhan belajar.
3. Lingkungan yang baik menimbulkan suasana belajar yang
baik, sehingga kejenuhan dalam belajar akan berkurang,
begitupun sebaliknya.
4. Konflik. Adanya konflik dalam lingkungan belajar anak baik
itu konflik dengan guru atau teman.
5. Tidak adanya umpan balik positif terhadap belajar. Gaya
belajar yang berpusat pada guru atau siswa tidak diberi
21
Djaali, Psikologi Pendidikan.,165. 22
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan., 164.
34
kesempatan dalam menjelaskan maka siswa dapat merasa
jenuh dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa.
Sedangkan menurut Hakim faktor penyebab kejenuhan belajar
adalah: 23
1. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.
2. Belajar hanya di tempat tertentu.
3. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.
4. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.
5. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat
belajar.
Dari faktor di atas disebutkan bahwa lingkungan belajar dapat
menyebabkan kejenuhan belajar. Lingkungan belajar yang kurang nyaman
dapat menyebabkan kejenuhan belajar begitu pula sebaliknya, lingkungan
belajar yang nyaman dapat membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan.
Sedangkan menurut Zhang Shu penyebab burnout belajar yang
dialami siswa dalam proses belajar di sekolah dibagi menjadi dua yaitu :24
1. Faktor Eksternal (motode pengajaran guru)
a. Salah satu penyalah gunaan pendidikan adalah untuk menekankan
teori namun mengabaikan praktik.
23
Thursan, Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), 63. 24
Weidong Wu ”Study on College Students’ Learning Burout, ” Departemen Of Education,
Dezhou University, Vol. 6, No. 3, (China: March, 2010), 133.
35
b. Pengaturan kursus belum Menekankan tuntutan aktual masyarakat
dan siswa, tapi terlalu banyak kursus teoritis, tanpa praktis.
c. Dalam metode pengajaran, guru hanya menjelaskan pengetahuan
teoritis, namun mengabaikannya praktik.
d. Tingkat pendidikan dari seorang guru juga mempengaruhi
pembelajaran siswa.
e. Moral kerja guru, budaya individu, metode pengajaran, dan tingkat
pengajaran, yang juga dapat membuat siswa mengalami burnout
belajar sampai batas tertentu.
f. Guru terlalu lama dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga
kebebasan berfikir siswa dalam menerima pelajaran kurang
maksimal.
2. Faktor Internal (pada diri siswa sendiri)
a. Siswa Tidak bisa menyesuaikan motode pembelajaran yang
dipraktikkan oleh guru sehingga menjadikan siswa gagal dalam
menerima pelajaran.
b. Siswa merasa gagal dalam menerima pelajaran
c. Antusiasme siswa dalam belajar berkurang dan
d. Siswa merasa mempunyai kemampuan yang rendah.
e. Banyak siswa memiliki pengetahuan rendah terhadap pengetahuan
pelajaran.
f. Siswa berpikir bahwa pengetahuan dalam pelajaran tidak memiliki
nilai praktis.
36
5. Ciri-ciri Burnout Belajar
a. Kejenuhan belajar juga mempunyai tanda-tanda timbulnya rasa
enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar, lelah yang luar
biasa, bercampur dengan perasaan sinisme.
b. Siswa yang mulai memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa
seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperolahnya dalam
belajar tidak meningkat, sehingga siswa merasa sia-sia dengan waktu
belajarnya.
c. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan
dalam memproses informasi atau pengalaman, sehingga mengalami
stagnan dalam kemajuan belajarnya.25
6. Upaya Mengatasi Burnout Belajar
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi burnout
belajar yaitu:
a. Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi, dengan harapan
mampu meningkatkan motivasi belajar.
b. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
c. Mengadakan ice breaking untuk mengurangi rasa bosan.
d. Melakukan istirahat untuk beberapa saat.
e. Apabila muncul burnout belajar yang disebabkan oleh cara guru
mengajar, maka solusinya adalah memperbaiki cara mengajar.26
25
Kelley Chappell, Lisa Cree, Barry B, “Work Stress, Hardiness, And Burnout Among
Nursing Faculty”,Proquest Information and Learning Company, 1, (April, 2008), 222.
37
C. Hubungan Metode Pembelajaran Ekspositori dengan Burnout
Belajar Siswa
Metode pembelajaran ekspositori sering kali diartikan sebagai
metode pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompak siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara
optimal.27
Sedangkan burnout belajar memiliki arti jenuh, padat atau
penuh sehingga menyebabkan siswa yang tidak memiliki minat atau
kekurangan dalam antusiasme untuk belajar.28
Timbulnya rasa burnout belajar pada siswa salah satunya disebabkan
oleh penerapan metode pembelajaran yang kurang efektif, hal ini di
sampaikan oleh Thursan, Hakim penyebab burnout belajar diantaranya
adalah cara atau metode belajar yang tidak bervariasi, Belajar hanya di
tempat tertentu dan Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.29
Sedangkan menurut Muhibbin dikarenakan terlalu lamanya waktu untuk
belajar tanpa atau kurang istirahat dan belajar secara rutin atau monoton
tanpa variasi.30
Sedangkan menurut pedapat Wina Sanjaya kelemahan
dan kekurangan metode pembelajaran ekspositori adalah kelebihan; guru
dapat dengan mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tepat
duduk siswa dikelas, dapat diikuti oleh siswa dengan jumlah yang besar,
26
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam., (Jakarta: PT Grafindo persada), 163. 27
Harmuni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan., (Yogyakarta:
Investidaya, 2012), 116. 28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan.,162. 29
Thursan, Hakim, Belajar Secara Efektif., (Jakarta: Puspa Swara, 2004), 63. 30
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan., 164.
38
mudah mempersiapkan dan menjelaskannya, guru mudah menerangkan
pelajaran dengan baik. sedangkan kekurangan dari metode ekspositori
adalah; mudah mengalami kesalah pahaman dalam pengertian kata-kata,
bila terlalu lama digunakan dan monoton siswa akan mudah mengalami
kejenuhan dan kebosanan, dapat menyebabkan siswa menjadi pasif
dalam proses belajar, visual menjadi rugi dan auditif (mendengar) lebih
besar menerimanya.31
Dalam penerapannya metode pembelajaran ekspositori, masih
terlihat fenomena beberapa siswa kelas XI mengalami burnout belajar, hal
ini dapat dilihat seperti bentuk tingkah laku yang diwujudkan para siswa
yang tidak memperhatikan proses pembelajaran yaitu terlihat ngantuk,
bosan, sering izin ke kamar mandi, ngobrol dengan temannya saat guru
sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas.32
Selain itu menurut hasil penelitian dari yang di lakukan oleh Diyah
puspitasari dengan judul “ Tingkat Kejenuhan Belajar Siswa Dalam
Metode Ekspositori Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadist Di MAN 2 Wates
Kulon Progo” berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat
kejenuhan belajar yang dialami siswa pada saat guru menggunakan model
pembelajaran ekspositori berada dalam rentang nilai termasuk dalam
kategori tinggi yakni natara 83,33 sampai dengan 100, model
pembelajaran ekspositori menyebabkan kejenuhan belajar pada siswa,
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses pendidikan.
(Bandung: Kencana Prenada Media), 2006, 148. 32
Wawancara dengan Farid, di SMA Negeri 1 Loceret, Mushola Sekolah, 9 Juni 2016.
39
karena siswa lebih banyak mendengar penjelasan dari guru dan siswa
kurang lebih terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian
juga pernah dilakukan oleh Edwin Hardiyanto, dengan judul “Kejenuhan
Belajar Dan Cara Mengatasinya Studi Kasus Terhadap Pelaksanaan
Pembelajaran Tarikh”. Penelitian ini difokuskan pada penyebab kejenuhan
siswa dan metode mengatasinya. Hasil penelitian tersebut menyebutkan
bahwa kejenuhan yang dialami oleh siswa dikarenakan adanya kelelahan
pada fisik dan mental yang di akibatkan oleh aktivitas sekolah yang sangat
padat, tempat belajar yang tidak berubah sehingga mudah mengalami
kebosanan dan metode yang dipakai guru dalam menyampaikan materi
kurang variatif sehingga terkesan monoton. Upaya untuk mengatasi
burnout belajar yang di alami siswa diantaranya dengan menerapkan
metode-metode yang lebih variatif dan memanfaatkan media pembelajaran
yang ada di sekolah dengan maksimal.33
Sedangkan menurut Zhang Shu faktor eksternal penyebab burnout
belajar yang dialami siswa diantaranya meliputi, guru terlalu lama dalam
menjelaskan materi pelajaran, sehingga kebebasan berfikir siswa dalam
menerima pelajaran kurang maksimal, moral kerja guru, budaya individu,
metode pengajaran, dan tingkat pengajaran, yang juga dapat membuat
siswa mengalami burnout belajar sampai batas tertentu. selanjutnya
dalam metode pengajaran, guru hanya menjelaskan pengetahuan secara
33
Edwin Hardiyanto “Burnout Belajar dan Cara Mengatasinya Studi Kasus Terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran Tarikh Di SMP Muhammadiyah 3 Sleman”, Character, Vol 2
No 1 (2013),6.
40
teoritis, namun mengabaikan praktiknya. Dan faktor internal yang muncul
menurut Zhang Shu diantaranya siswa tidak bisa menyesuaikan motode
pembelajaran yang dipraktikkan oleh guru sehingga menjadikan siswa
gagal dalam menerima pelajaran.34
Sedangkan menurut Djaali dalam buku
psikologi pendidikan faktor ekternal yang dapat menimbulkan burnout
belajar siswa yaitu meliputi metode pembelajaran yang kurang ideal,
seperti pembawaan pola mengajar guru yang kurang menarik, guru yang
lebih memperhatikan siswanya yang berprestasi dan aktif dikelas
sehingga mengabaikan siswa yang lainnya.35
Guru juga harus mengerti
budaya akademisi, metode mengajar, dan tingkat pengajaran. Sedangkan
menurut Hakim faktor penyebab burnout belajar adalah, Cara atau metode
pembelajaran yang tidak bervariasi.36
Melihat dari penjelasan yang sudah dipaparkan dan penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif
antara metode pembelajaran ekspositori dengan burnout belajar yang di
alami siswa kelas XI pada mata pelajaran bimbingan dan konseling di
SMA Negeri 1 Loceret.
34
Weidong Wu., Study on College, 133. 35
Djaali., Psikologi Pendidikan, 101. 36
Hakim., Belajar Secara Efektif , 63.