bab ii landasan teori a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38890/3/bab ii.pdfyang ada digudang...
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tuerah (2013) menyimpulkan hasil
bahwa perusahaan tersebut telah efektif dalam melaksanakan sistem pembelian
dan pengeluaran kasnya, hanya saja perusahaan perlu menambahkan satu fungsi
lagi yaitu fungsi manager accounting yang berfungsi sebagai pengawas setiap
proses transaksi.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh En dan Suryandi (2012)menyimpulkan
hasil bahwa Secara keseluruhan sistem pembelian pada perusahaan sudah baik,
sudah memiliki tata cara pembelian yang rapi, tetapi masih memiliki kelemahan
salah satunya adalah kurangnya dokumen pendukung sehingga menyebabkan
beberapa bagian tidak dapat melakukan pengendalian secara mendetail.
Penelitian lain yang juga membahas tentang sistem pengendalian internal
yang dilakukan oleh Rapina dan Christyanto (2012) juga mendapatkan hasil
bahwa secara umum perusahaan telah melaksanakan standart pengendalian
internal yang cukup baik, tetapi masih ada beberapa kelemahan yang yang
terdapat pada sistem perusahaan seperti penyusunan anggaran yang dibuat se
ekonomis mungkin sehingga menyebabkan terjadinya biaya yang melebihi
anggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2013) dengan menyimpulkan hasil
bahwa perusahaan PT. Industri Kapal Indonesia Bitung sudah berjalan efektif
tetapi memiliki beberapa kekurangan seperti ada beberapa karyawan yang tidak
6
menjalankan prosedur dengan baik, terjadinya penumpukan persediaan serta
adanya rangkap fungsi yaitu fungsi penerimaan dan penyimpanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tamodia (2013) menyimpulkan hasil bahwa
peusahaan sudah efektif tetapi pada perusahaan masih belum ada keseragaman
dalam penulisan nama barang, kesalahan nama merk/size pada barang yang keluar
dan kesalahan mengeluarkan barang dari gudang.
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
perusahaan sudah menerapkan standart pengendalian internal yang memadai
tetapi masing-masing sistem pengendalian internal pada perusahaan tersebut
masih memiliki kelemahan-kelemahan. Seperti menumpuknya bahan baku dalam
gudang, terjadinya rangkap fungsi penerimaan dengan penyimpanan (Naibaho
,2013), biaya bahan baku yang melebihi anggaran perusahaan (Rapina dan
Christyanto, 2012), kurangnya dokumen pendukung pembelian (En dan Suryandi,
2012).
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Krismiaji (2010)menyatakan “Pengendalian internal adalah
rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi
aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.”
Menurut Murtanto (2005) pengendalian internal secara luas didefinisikan
sebagai proses dipengaruhi oleh dewan direktur, manajemen, dan personil lain
sebuah entitas, dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal tentang
pencapaian tujuan dengan kategori sebagai berikut :
7
Efektivitas dan efisiensi operasi
Kehandalan laporan keuangan
Kepatuhan pada hukum dan regulasi yang berlaku
Menurut Romney dan Steinbart (2015), pengendalian internal adalah sebuah
proses yang menyebar keseluruh aktivitas pengoperasian perusahaan dan
merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen dimana pengendalian internal
memberikan jaminan yang memadai untuk tujuan pengendalian berupa
mengamankan aset, mengelola catatan secara detail yang baik untuk melaporkan
aset perusahaan secara akurat dan wajar, memberikan informasi yang akurat dan
reliabel, menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dan mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
internal adalah rencana organisasi yang dipengaruhi oleh dewan direktur,
manajemen, dan personil lain sebuah entitas yang bertujuan untuk memberikan
dorongan kepada seseorang atau karyawan agar tujuan yang telah ditetapkan
perusahaan dapat tercapai.
2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Mulyadi (2016) mengatakan tujuan sistem pengendalian internal yang efektif
diantaranya:
a. Menjaga keamanan harta perusahaan dan juga catatan organisasi.
b. Memeriksa ketelitian atas kecermatan dan kebenaran data akuntansi.
c. Memajukan efisiensi perusahaan.
d. Membantu agar tidak ada penyimpangan dari kebijakan-kebijakan manjemen
yang ada.
8
3. Unsur-unsur Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016), unsur pengendalian internal yang baik adalah
sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian
tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab
fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi.
2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan
semua tahap suatu transaksi.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur
pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
Sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang
dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi
proses akuntansi.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam
menciptakan praktik yang sehat adalah:
9
1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
2) Pemeriksaan mendadak.
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awalsampai akhir oleh satu
orang atau satu unit organisasi.
4) Perputaran jabatan.
5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.
7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur-unsur sistem pengendalian internal yang lain.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang
sehat, semuanya tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Diantara
4 unsur pokok pengendalian internal tersebut diatas, unsur mutu karyawan
merupakan unsur sistem pengendalian internal yang paling penting. Jika
perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian
yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum dan perusahaan tetap
mampu menghasilkan pertanggung jawaban keuangan yang dapat diandalkan.
Karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya
akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif, meskipun
hanya sedikit unsur sistem pengendalian internal yang mendukungnya.
10
4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Auditing (2010), terdapat 5
keterbatasan atas pengendalian internal yaitu sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam pertimbangan
Manajemen dan personel lain sering kali salah paham dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil dalam melaksanakan tugas
rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan
lain.
b. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
personel keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian,
tidak adanya perhatian atau kelelahan.
c. Kolusi
Tindakan bersama dalam individu untuk tujuan kejahatan tersebut
disebut sebagai kolusi. Kolusi mengakibatkan bobolnya pengendalian internal
yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terdeteksinya
kecurangan oleh sistem pengendalian internal yang dirancang.
d. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer,
penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu. Contohnya
adalah manajer melaporkan jumlah laba yang lebih tinggi dari jumlah
sebenarnya untuk mendapat bonus lebih tinggi.
11
e. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk diperlukan untuk mengoperasikan struktur
pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian internal tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya
maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus
memperkirakan dan mempertimbangkan secara kantitatif dan kualitatif dalam
mengevaluasi biaya dan manfaat suatu struktur pengendalian internal.
5. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
Sistem akuntansi pembelian digunakan perusahaan untuk pengadaan
barang yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan
(Mulyadi, 2016).
Fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem akuntansi pembelian menurut Mulyadi
(2016) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Gudang
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang bertanggung jawab
untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan
yang ada digudang dan untuk menyimpan barang dagang yang telah diterima
oleh fungsi penerimaan.
b. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan
barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
12
c. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jenis, mutu dan kualitas barang yang diterima dari pemasok guna
menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan.
d. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi yang berkaitan dalam transaksi pembelian adalah
fungsi pencatatan utang dan fungsi pencatatan persediaan. Fungsi pencatatan
utang bertanggung jawab untuk mencatat transakasi pembelian ke dalam
register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber
(bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang atau
menyelenggarakan kartu utang sebagai buku pembantu utang.
Sedangkan fungsi pencatatan persediaan bertanggungjawab untuk mencatat
harga pokok persediaan barang dagang yang dibeli ke dalam kartu persediaan.
Menurut Mulyadi (2016) jaringan prosedur yang membentuk sistem
akuntansi pembelian adalah :
a. Prosedur permintaan pembelian
Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian
dalam formulir surat perrnintaan pembelian kepada fungsi pembelian. Jika
barang tidak disimpan di gudang, misalnya untuk barang langsung pakai,
fungsi yang memakai barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke
fungsi pembelian dengan menggunakan surat permintaan pembelian.
b. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok
Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada pemasok untuk memperoleh informasi mengenai
13
harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lai, untuk memungkinkan
pemilihan pemasok yang akan ditunjuk sebagai pemasok barang yang
diperlukan oleh perusahaan.
c. Prosedur order pembelian
Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat order
pembelian kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit
organisasi lain dalam perusahaan, mengenai order pembelian yang sudah
dikeluarkan oleh perusahaan.
d. Prosedur penerimaan barang
Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan
mengenai jenis, kualitas dan mutu barang yang diterima dari pemasok, dan
kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk menyatakan penerimaan
barang dari pemasok tersebut.
e. Prosedur pencatatan utang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan pembelian (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) dan menyelenggarakan
pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen sumber sebagai catatan utang.
f. Prosedur distribusi pembelian
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang di debit dari transaksi
pembelian untukkepentingan pembuatan laporan manajemen.
Proses pembelian setiap jenis perusahaan hampir serupa karena
meliputi beberapa atau seluruhkegiatan berikut ini (Mulyadi, 2016):
14
a. Konsultasi dengan supplier yang diadakan sebelum pembelian
berlangsung dengan cara menghubungi beberapa supplier untuk
mendapatkan pemahaman mengenai ketersediaan kuantitas dan harga dari
barang dan jasa.
b. Pembuatan dokumen permintaan pengadaan barang atau jasa dengan
mendapatkan persetujuan dari supervisor.
c. Mengadakan perjanjian dengan supplier untuk pembelian barang atau jasa
dimasa yang akan datang. Perjanjian dengan supplier meliputi pesanan-
pesanan pembelian (pesanan yang sebetulnya dikirim ke supplier) dan
kontrak dengan supplier.
d. Penerimaan barang atau jasa dari supplier dimana perusahaan harus
memastikan bahwa hanya barang yang dipesan berada dalam kondisi
baiklah yang akan diterima. Pengakuan kewajiban atas barang dan jasa
yang diterima dari supplier yang akan dicatat oleh departemen hutang
pada saat tagihan diterima dari supplier.
e. Pemilihan invoice yang akan dibayar.
Penulisan, penandatanganan dan pengiriman cek kepada supplier.
Menurut Mulyadi (2016) dokumen yang digunakan dalam sistem
akuntansi pembelian adalah :
a. Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang atau
fungsi pemakai barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan
pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut
dalam surat tersebut. Surat permintaan pembelian ini biasanya dibuat 2
15
lembar untuk setiap permintaan, satu lembar untuk fungsi pembelian, dan
tembusannya untuk arsip fungsi yang meminta barang.
b. Surat permintaan penawaran harga
Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi
barang yang pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi yang
menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar.
c. Surat Order Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok
yang telah dipilih.
d. Laporan Penerimaan Barang.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan
bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis,
spesifikasi, mutu, dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order
pembelian.
e. Surat perubahan order pembelian
Kadangkala diperlukan perubahan terhadap isi surat order
pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan.
f. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan
transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah
pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok dan yang
sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur mengenai
maksud pembayaran berfungsi sebagai remittance advice.
16
Menurut Mulyadi (2016), catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat
transaksi pembelian adalah :
a. Register Bukti Kas Keluar
Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan voucher
payable procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian
adalah register bukti kas keluar.
b. Jurnal Pembelian
Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan account
payable procedure, jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian
adalah jurnal pembelian.
c. Kartu Utang
Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account
payable procedure, buku pembantu yang digunakan untuk mencatat utang
kepada pemasok adalah kartu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan
menggunakan account payable procedure, yang berfungsi sebagai catatan
utang adalah arsip bukti kas keluar yang belum dibayar.
d. Kartu Persediaan
Dalam sistem akuntansi pembelian, kartu persediaan ini digunakan
untuk mencatat harga pokok persediaan yang dibeli.
6. Pengertian Bahan Baku
Menurut Hanggana (2006) bahan baku adalah sesuatu yang digunakan untuk
membuat barang jadi, atau bahan yang pasti menempel dengan barang jadi.
Sedangkan menurut Baroto (2002) bahan baku adalah bahan-bahan yang
diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok, atau bahan bahan
17
berwujud seperti tembakau, kertas, dan plastik, atau bahan-bahan yang diolah
sendiri oleh perusahaan untuk proses produksi perusahaan.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan baku adalah
bahan mentah yang kemudian diproses oleh perusahaan unuk dijadikan barang
jadi.
7. Unsur-Unsur pengendalian Internal Pembelian
Menurut Mulyadi (2016) unsur pengendalian internal yang seharusnya
diterapkam pada pembelian adalah:
1. Organisasi
a. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan
b. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi
c. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penyimpanan barang
d. Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi
pembelian, fungsi penerimaan, fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi
pembelian yang dilaksanakan secara lengkap oleh hanya satu fungsi
tersebut.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
a. Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk barang
yang disimpan dalam gudang, atas fungsi pemakai barang, untuk barang
langsung pakai.
b. Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang
lebih tinggi.
c. Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.
18
d. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih
tinggi.
e. Pencatatan terjadinya utang didasarkan pada bukti kas keluar yang di
dukung dengan surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur dari pemasok.
f. Pencatatan ke dalam kartu utang dan register bukti kas keluadiotorisasi
oleh fungsi akuntansi.
3. Praktik yang sehat
a. Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak.
b. Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakainnya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.
c. Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penerimaan.
d. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari
beberapa pemasok.
e. Barang hanya di periksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jikaq fungsi
ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.
f. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari
pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan
membandingkannya dengan tembusan surat order pembelian.
g. Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian, dan ketelitian
perkalian dalam faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut di proses
untuk dibayar.
19
h. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara secara
periodik direkonsiliasi dengan rekening kontrol utang dalam buku besar.
i. Pembayaran faktur dari pemasok dilakukan sesuai dengan syarat
pembayaran guna mencegah hilangnya kesempatan untuk potongan tunai.
j. Bukti kas keluar beserta dokumennya di cap “lunas” oleh pengeluaran kas
setelah cek dikirim kepada pemasok.
8. Tujuan Pengendalian Bahan Baku
Seperti yang kita ketahui bahwa bahan baku erat kaitannya dengan
persediaan, oleh karena itu perlu diadakannya pengendalian persediaan yang
bertujuan untuk:
a. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan sehingga proses
produksi tidak berhenti
b. Menjaga agar persediaan di perusahaan tidak terlalu banyak atau
berlebihan.
c. Menjaga agar pembelian dalam jumlah kecil dihindari karena akan
mengakibatkan biaya pemesanan terlalu besar (Assauri, 2004).