bab ii landasan teori a. teori dan konsep 1. pengertian
TRANSCRIPT
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori dan Konsep
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut pandangan ekonom klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya
ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah
penduduk, jumlah stok barang dan modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat teknologi yang digunakan.1
Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan out put
(pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat
pertambahan penduduk dan tingkat tabungan.2
Sedangkan menurut Sadono, pertumbuhan ekonomi merupakan
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan masyarakat bertambah.3 Selain itu menurut sadono, alat
untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah adalah pertumbuhan
ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian wilayah akan mengalami kenaikan
dari tahun ketahun, dikarenakan adanya penambahan pada faktor produksi. Selain
faktor produksi, jumlah angkatan kerja yang bekerja juga akan meningkat dari
tahun ketahun sehingga apabila dimanfaatkan dengan maksimal maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi mengaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu
periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam
bentuk persentase dan bernilai positif, tetapi mungkin saja bernilai negatif
(misalkan saja pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1998 minus sekitar 4%-
6%). Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan
1 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi. Teori Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 433
2 Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro & Makro (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 252 3 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 9
14
yang lebih besar dari pendapatan nasional berikutnya dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:
a) Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun
tertentu.4 Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto apabila
ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.
b) Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Produk Domestik Bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat ukur
pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk
dalam skala daerah.
Berdasarkan pendapat para tokoh diatas, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan
bertambahnya barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat yang dapat
dilihat dari data PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala nasional dan jika
untuk suatu daerah dapat dilihat dari data PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) yang dapat mengakibatkan bertambahnya investasi, tenaga kerja, serta
teknologi yang berkembang.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa model pertumbuhan ekonomi yang berkembang hingga saat
ini, yaitu:
1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi klasik merupakan salah satu dasar dari
pertumbuhan yang dipakai baik dari dulu hingga sekarang.Teori pertumbuhan
ekonomi klasik dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi seperti Adam Smith,
David Ricardo, Robert Malthus dan John Stuart Mill.
4 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 34
15
a. Pandangan Adam Smith
Adam Smith ternyata bukan saja terkenal sebagai pelopor ilmu ekonomi
dan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan pentingnya kebijakan laisez-
faire,5 tetapi juga merupakan ahli ekonomi pertama yang banyak menumpahkan
perhatian kepada masalah pembangunan.6
Menurut Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into the Nature and
Causes of The Wealth of Nations (1776), inti ajaran Smith adalah agar masyarakat
diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang
dirasakan terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas
akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi pada kondisi full employment,
dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary
state).7
b. Pandangan Ricardo dan Malthus
Menurut pandangan Ricardo dan Malthus ini berbeda dengan pandangan
Adam Smith. Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang
berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua
kali lipat dalam waktu satu generasi, akan menurunkan kembali tingkat
pembangunan ke taraf yang lebih rendah.8
Menurut Ricardo, proses pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut9:
1. Pada permulaan jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif cukup
banyak. Sebagai akibatnya, para pengusaha memperoleh keuntungan yang
tinggi. Karena pembentukan modal tergantung kepada keuntungan, maka laba
yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi pula.
Hal ini, akan mengakibatkan kenaikan produksi dan pertambahan permintaan
tenaga kerja.
5 Kebijakan laissez-faire adalah kebijakan yang sifatnya memberikan kebebasan yang maksimal
kepada para pelaku dalam perekonomian untuk melakukan kegiatan yang disukainya dan
meminimalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. 6 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan (Jakarta: Kencana, 2007), 244 7Robinson Tarigan, Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 47
8 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 245 9 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 245
16
2. Sesudah tahap tersebut, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah ini mendorong
pertambahan penduduk. Sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang
diperoleh para pengusaha. Dengan kata lain, dorongan untuk mengadakan
pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan menurunkan permintaan
atas tenaga kerja.
3. Sesudah tahap tersebut, tingkat upah akan menurun dan pada akhirnya akan
berada pada tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan
mencapai stationary state.
Kenaikan dalam produktivitas yang disebabkan oleh kemajuan teknologi
akan dapat mempertinggi tingkat upah dan keuntungan. Maka proses
pertumbuhan dapat berjalan terus. Tetapi hal iu tidak akan berjalan lama, karena
pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah dan
tingkata keuntungan. Maka menurut Ricardo, kemajuan teknologi tidak dapat
menghalangi terjadinya stationary state. Kemajuan tersebut hanya mampu
mengundurkan masa terjadinya keadaan tersebut.10
2) Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang analisis mengenai
pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandangan ahli-ahli ekonomi
Klasik. Oleh sebab itu, dewasa ini teori tersebut dikenal sebagai teori
pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis
mengembangkan teori tersebut adalah Solow11
yang kemudian diikuti oleh
beberapa ahli ekonomi lain. Diantaranya yang terkenal adalah Edmund Phelps,
Harry Johnson dan J. E. Meade.12
10 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 246 11 R. M. Solow, “A Contribution to the Theory of Economic Growth”, Quartely Journal of Economics,
Februari 1956, hal. 65-94 dan “Technical Change and The Aggregat Production Function”, Riview of
Economics and Statistic, Agustus 1957, hal. 312-320 12 E. S. Phelps, “The New View of Investment: A Neo-Classical Analysis”, Quartely Journal of
Economics, Nopember 1962, hal. 548-567; H. G. Johnson, The Neo-Classical One Sector Growth
Model: A geometrical Exposition and Extention to A Monetary Economy”, Economica, Agustus 1966,
hal. 265-287; dan J. E. Meade, A Neo Classical Theory of Economic Growth, Oxford University
Press, 1961.
17
Sebagai suatu perluasan Teori Keynes, Teori Harrod-Domar melihat
persoalan pertumbuhan dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya akan
berlaku apabila pengeluaran agregat, melalui kenaikan investasi dan bertambah
secara terus menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan, yaitu sebesar
𝐼 + ∆𝐼 .13
Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh dua orang ekonom,
yaitu: Robert Solow dan Trevor Swan. Teori neoklasik berpendapat bahwa
pertumbuhan ekonomi bersumber pada penambahan dan perkembangan faktor-
faktor yang mempengaruhi penawaran agregat.Teori pertumbuhan ini juga
menekankan bahwa perkembangan faktor-faktor merupakan faktor penentu dalam
pertumbuhan ekonomi.
Dalam analisis Neo-Klasik, permintaan masyarakat tidak menentukan laju
pertumbuhan. Sebaliknya, menurut teori tersebut pertumbuhan ekonomi
tergantung pada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat
keajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang telah menjadi
dasar dalam analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat
kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap
sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Dengan demikian menurut teori Neo-
Klasik, sampai dimana perekonomian akan berkembang, tergantung kepada
pertambahan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi.14
3) Teori Pertumbuhan Schumpeter
Teori Schumpeter mengenai pembangunan ekonomi dikemukakan pertama
kali dalam salah satu bukunya yang terkenal, The Theory of Economic
Development, yang diterbitkan dalam tahun 1911 dan ditulis dalam bahasa
Jerman. Baru pada tahun 1934 buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Inggris.
Schumpeter mengembangkan lebih lanjut teorinya mengenai proses
pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan ekonomi, dan
13
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 437 14 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 264
18
teorinya yang lebih lengkap mengenai pembangunan ekonomi dikemukakan
dalam buku Business Cycle yang diterbitkan pada 1939.
Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah keyakinan bahwa
sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling efisien untuk menciptakan
pembangunan ekonomi yang cepat. Tetapi walaupun demikian, dalam jangka
panjang Schumpeter memberikan ramalan yang sangat pesimistik mengenai
proses pembangunan, yakni sistem kapitalisme akhirnya akan mengalami keadaan
tidak berkembang atau stagnation.
Schumpeter tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik
yang menganggap bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang
bersifat gradual dan berjalan secara harmonis. Menurut pendapatnya,
pertambahan pendapatan negara dari masa ke masa, perkembangannya sangat
tidak stabil dan keadaannya ditentukan oleh besarnya kemungkinan untuk
menjalankan pembentukan modal yang menguntungkan yang akan dilakukan oleh
para pengusaha.
Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi terutama
diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan
entrepreneur, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasi dan
menggabungkan faktor-faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang-barang
yang diperlukan masyarakat.15
4) Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar merupakan penyempurnaan dari analisis Keynes
yang dianggap kurang lengkap, karena tidak menyinggung persoalan mengatasi
masalah-masalah ekonomi dalam jangka panjang. Analisis yang dibuat oleh
Harrod dan Domar bertujuan untuk menutup kelemahan. Teori tersebu pada
intinya menganalisis persoalan berikut: Syarat apakah atau keadaan yang
bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar
dari tahun ke tahun kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah sebagai
15 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 250
19
akibat dari penanaman modal pada tahun sebelumnya akan selalu sepenuhnya
digunakan?.16
Harrod-Domar menyatakan supaya seluruh barang modal yang tersedia
dapat digunakan sepenuhnya, permintaan agregat harus bertambah sebanyak
kenaikan kapasitas barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi
masa lalu. Jadi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang baik maka nilai
investasi dari tahun ketahun harus selalu naik.
Model pertumbuhan ekonomi secara sederhana dapat dituliskan sebagai
berikut:
1) Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari outpit total (Y), maka secara
persamaannyaS = sY
2) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal (K) yang diwakili
oleh ∆K, sehingga persamaannya: I = ∆𝑲
Karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah
pendapatan nasional Y seperti ditujukan rasio modal output K, maka:
∆𝑲 = 𝒌∆𝒀
3) Versi sederhana dari teori Harrod-Domar, yaitu: ∆𝒀
𝒀 =
𝒔
𝒌
Dari persamaan teori Horrad-Domar dapat dijelaskan terdapat hubungan
positif antara pendapatan nasional dengan rasio tabungan apabila terdapat
kenaikan GDP maka rasio tabungan akan naik. Hal ini akan terjadi apabila tidak
ada pengaruh dari pemerintah. Horrad-Domar menjelaskan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sangat mudah, yaitu dengan menabung atau berinvestasi
sebanyak mungkin dan laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
3. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
a. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi
a) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari
perkembangan suatu ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang
16 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 256
20
sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi
barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan
jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur,
pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan
pertambahan produksi barang modal. Tetapi dengan menggunakan
berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk member gambaran
tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu, untuk
memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang
dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai.17
b) Pembangunan Ekonomi
Sebagai ahli ekonomi mengartikan pembangunan ekonomi
(economic development) adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh
perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain,
sebagian ahli ekonomi tersebut mengistilahkan pembangunan ekonomi
bukan saja tertarik kepada masalah modernisasi kegiatan ekonomi,
misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional,
masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah peraturan
perataan pembagian pendapatan.18
b. Pendapatan Per Kapita sebagai Pengukuran Kemakmuran
Presentasi penduduk yang memiliki kendaraan, tingkat pendapatan
mereka memiliki dan pemilikan harta-harta lain yang merupakan petunjuk
penting dalam melihat taraf kemakmuran yang dicapai. Disamping itu,
kemakmuran ditentukan pula oleh fasilitas untuk mendapatkan suplai listrik
dan air minum yang bersih, fasilitas pendidikan yang diperoleh dan taraf
pendidikan yang dicapai, taraf kesehatan dan fasilitas perabotan yang tersedia,
17
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 423 18
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 423
21
keadaan perumahan masyarakat miskin dan taraf perkembangan infrastruktur
yang dicapai.19
1) Membandingkan Pendapatan Perkapita
Dalam menunjukan dan membandingkan tingkat kemakmuran suatu
masyarakat digunakan data pendapatan per kapita dalam mata uang sendiri
maupun dalam dolar Amerika Serikat.
Dalam menggunakan data pendapatan perkapita dalam
membandingkan tingkat kemakmuran di berbagai negara perlulah disadari,
bahwa perbandingan tersebut mempunyai banyak kelemahan. Oleh sebab itu,
perbandingan seperti itu harus dipandang sebagai gambaran kasar dari
perbedaan tingkat kemakmuran yang dicapai berbagai negara. Salah satu
faktor yang menyebabkan ketidakpastian dalam biaya hidup atau cost of living
diantara berbagai negara.20
2) Pendapatan Per Kapita dan Cara Perhitungannya
Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan
perhitungan adalah pendapatan per kapita, yaitu pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada suatu masa tertentu.Nilainya diperoleh dengan
membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto
(PNB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut.
Dengan demikian pendapatan per kapita dapat dihitung dengan menggunakan
salah satu formula berikut:
PDB Per Kapita = 𝑃𝐷𝐵
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
PNB Per Kapita = 𝑃𝑁𝐵
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Dalam menghitung pendapatan per kapita dapat menggunakan dua
macam cara perhitungan, yaitu berdasarkan harga yang berlaku dan harga
tetap. Perhitungan pendapatan per kapita menurut harga berlaku sangat
penting untuk member gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari
19
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 423 20
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 424
22
penduduk negara itu berbelanja dan membeli barang-barang dan jasa yang
diperlukan.
Data per kapita menurut harga tetap perlu dihitung untuk menunjukan
perkembangan tingkat kemakmuran disuatu negara, Produk Domesti Bruto
(PDB) biasanya bertambah dari tahun ke tahun. Nilainya yang bertambah itu
pada umunya disebabkan oleh dua faktor, yaitu pertambahan produk fiskal
yang berlaku dan kenaikan harga-harga barang dan jasa yang dihitung dalam
pendapatan nasional. Dengan demikian, kenaikan pendapatan nasioanal
menurut harga yang berlaku tidak memberi gambaran yang sempurna tentang
perkembangan kemakmuran yang sebenarnya karena efek kenaikan harga
dalam menaikkan pendapatan per kapita balum diperhitungkan. Oleh sebab
itu, untuk menggambarkan perkembangan kemakmuran suatu masyarakat
perlulah dihitung pendapatan per kapita pada harga tetap. Suatu masyarakat
dipandang mengalami pertambahan dalam kemakmuran apabila pendapatan
per kapita menurut harga tetap atau pendapatan per kapita riil terus menerus
bertambah dari tahun ke tahun.21
4. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam
Dalam pertumbuhan ekonomi ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi pertumbuhan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah22
:
1. Sumberdaya yang dapat dikelola (invistible resources)
2. Sumberdaya manusia (human resources)
3. Wirausaha (entrepreneurship)
4. Teknologi (technology)
21
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 424 22
Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Growth in An Islamic Economy, tulisan dalam
Development and Finance in Islam (Malaysia, International Islamic University Press, 1987), 56
23
Islam juga melihat bahwa faktor-faktor di atas juga sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi.
1. SDM yang dapat dikelola (investable resources)
Pertumbuhan ekonomi sangat membutuhkan sumberdaya yang dapat
digunakan dalam memproduksi asset-asset fisik untuk menghasilkan pendapatan.
Aspek fisik tersebut antara lain tanaman indutrsi, mesin, dsb. Pada sisi lain, peran
modal juga sangat signifikan untuk diperhatikan. Dengan demikian, proses
pertumbuhan ekonomi mencakup mobilisasi sumberdaya, merubah sumberdaya
tersebut dalam bentuk asset produktif, serta dapat digunakan secara optimal dan
efisien. Sedangkan sumber modal terbagi dua yaitu sumber domestik/internal
serta sumber eksternal.
Negara-negara muslim harus mengembangkan kerjasama ekonomi dan
sedapat mungkin menahan diri untuk tidak tergantung kepada sumber eksternal.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir beban hutang yang berbasis bunga dan
menyelamatkan generasi akan datang dari ketergantungan dengan Barat.23
Oleh
karena itu perlu upaya untuk meningkatkan sumberdaya domestik seperti
tabungan dan simpanan sukarela, pajak ataupun usaha lain berupa pemindahan
sumberdaya dari orang kaya kepada orang miskin.
2. SDM (human resuources)
Faktor penentu lainnya yang sangat penting adalah sumberdaya manusia.
Manusialah yang paling aktif berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peran
mereka mencakup beberapa bidang, antara lain dalam hal eksploitasi sumberdaya
yang ada, pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi sosial ekonomi
dan politik masyarakat.
23 Beban hutang merupakan permasalahan dunia yang saat ini sangat sulit dicari jalan keluarnya.
Beban ini sangat terasa khususnya bagi negara-negara berkembang. Solusi yang diberikan selama ini
terkesan tambal sulam. Biasanya pemecahannya berupa pemberian tambahan pinjaman baru yang
menyebabkan jumlah hutang yang ditanggung negara penghutang semakin membengkak. Padahal
jumlah angsuran utang pokok dan bunga yang diteima oleh bank dunia sudah melebihi jumlah
pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia kepada negara dunia ketiga secara menyeluruh. Lihat pada
Sumitro Djoyohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta, Obor Indonesia, 1991), 384.
24
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka perlu
adanya efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi tersebut membutuhkan kualitas
professional dan kualitas moral. Kedua kualitas ini harus dipenuhi dan tidak
dapat berdiri sendiri. Kombinasi keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas
yang rasional.
Prinsip Islam terlihat berbeda dengan mainstream ekonomi konvensional
yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional dan mengabaikan
kualitas moral. Moral selama ini dianggap merupakan rangkaian yang hilang
dalam kajian ekonomi. Maka Islam mencoba mengembalikan nilai moral tersebut.
Oleh karena itu, menurut Islam untuk dapat menjadi pelaku ekonomi yang baik,
orang tersebut dituntun oleh syarat-syarat berikut :
a. Suatu kontrak kerja merupakan janji dan kepercayaan yang tidak boleh
dilanggar walaupun sedikit. Hal ini memberikan suatu jaminan moral
seandainya ada penolakan kewajiban dalam kontrak atau pelayanan yang
telah ditentukan.
b. Seseorang harus bekerja maksimal ketika ia telah menerima gaji secara
penuh. Ia dicela apabila tidak memberi kerja yang baik.
c. Dalam Islam kerja merupakan ibadah sehingga memberikan implikasi pada
seseorang untuk bekerja secara wajar dan profesional.
3. Wirausaha (entrepreneurship)
Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dan sangat
determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat
dibutuhkan dalam suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam
beberapa hadits menekankan pentingnya wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad
beliau bersabda,”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis), karena di dalamnya
teedapat 90 % pintu rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda,
”Sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”.
Menurut M.Umer Chapra, dalam buku Islam and Economic Development,
bahwa salah satu cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan
yang berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu untuk mampu
25
semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan artistiknya secara profesional,
produktif dan efisien.24
Dengan demikian, semangat entrepreneurship (kewirausahaaan) dan
kewiraswastaan harus ditumbuhkan dan dibangun dalam jiwa masyarakat.
Dr.Muhammad Yunus telah menekankan pentingnya pembangunan jiwa
wirausaha dalam pembangunan eknonomi di negara-negara muslim yang
tergolong miskin. Dalam hal ini ia mengatakan, : ”Upah buruh bukanlah satu
jalan mulus bagi pengurangan kemiskinan, justru wirausahalah yang mempunyai
potensi lebih besar dalam meningkatkan basis-basis asset individual daripada
yang dimiliki oleh upah kerja.25
Menumbuhkan kembangkan jiwa kewisahausahawaan akan mendorong
pengembangan usaha kecil secara signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor
produksai akan menyerap tenaga kerja yang luas dan jauh lebih besar. Beberapa
studi yang dilakukan di sejumlah negara oleh Michigan State University dan para
sarjana, telah menunjukkan secara jelas konstribusi yang besar dan industri kecil
dan usaha mikro dalam memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan. Merekja
mampu menciptakan lapangan kerja bahkan secara tidak langsung mereka berarti
mengembangkan pendapatan dan permintaan akan barang dan jasa, peralatan,
bahan baku dan ekspor. Mereka adalah industri padat karya yang kurang
memerlukan bantuan dana luar (asing), bahkan kadang tidak begitu tergantung
kepada kredit pemerintah dibanding insdustri berskala besar.
Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang
meluas bahwa strategi industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade
terdahulu secara umum telah gagal memecahkan masalah-masalah
keterbelakangan global dan kemiskinan.26
Litte, Scietovsky dan Scott telah
24 M.Umer Chapra, Islam and The Economic Challenge, The International Institute of Islamic
Thaought, (IIIT), USA, 1992. Edisi Indonesia, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta, Risalah Gusti,
1999), 136 25 Muhammad Yunus, The Poor as the Engine of Development (Economic Impact 2, 1988), 31 26 Carl Lidholm dan Donald Mead, Small Scale Enterprise : A Profile, diproduksi kembali dari Small
Scale Industries in Developing Countries : Empirical Epidence and Policy Implication, Michigan State
University Development Paper (Economic Impact 2, 1998), 12.
26
menyimpulkan bahwa industri-industri modern yang berkla besar biasanya kurang
dapat menghasilkan keuntungan daripada industri-industri kecil, di samping itu
industri besar lebih mahal dalam hal modal dan lebih sedikit menciptakan
lapangan pekerjaan.27
Karena itulah Usaha Mikro (Industri kecil) secara luas
dipandang sebagai suatu cara yang efektif untuk meningkatkan konstribusi sektor
swasta, baik untuk tujuan-tujuan pertumbuhan maupun pemerataan bagi negara-
negara berkembang.28
Banyak para sarjana meragukan konstribusi industri-industri besar dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan dibanding industrui
kecul dan usaha mikro.29
Karena itulah Hasan Al-Banna memberikan dan
mengembangkan industri rumah tangga yang utama dalam pembahasan tentang
reformasi ekonominya sesuai dengan jaran Islam. Hal itu beliau tekankan karena
akan membantu penyediaan lapangan kerja produktif bagi semua anggota
masyarakat miskin, dengan demikian akan mengurangi pengangguran dan
kemiskinan.30
Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran wirausaha dalam
menggerakkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak terbantahkan.
Kelangkaan wirausaha bahkan bisa menyebabkan kurangnya pertumbuhan
ekonomi walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam hal ini pula Islam
sangat mendorong pengembangan semangat wirausaha untuk menggalakkan
pertumbuhan ekonomi.
4. Teknologi
Para ekonom menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber
terpenting pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak
mengikuti proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus-menerus dalam suatu
27 Ian Litte, Tibor Scietovsky dan Maurice Scott, Industri and Trade in Some Developing
Countries (London , Oxford University Press, 1970), 91 28
Grahan Gudgin, Industrial Location Process and Employment Growth (London : Gower, 1997), 8
dan lihat pula David Birch, The Job Generation, Process (Cambridge, Mass : MIT Program on
Neigbourhood and Regional Change), 1979. 29 Mariluz Cortes, Albert Berry dan Asfaq Ishaq, Succses in Small and Medium Scale
Entreprise (diterbitkan untuk bank dunia oleh Oxford university Press, 1987), 2. 30 Hasan Al-Banna, Majmu‟at at-Rasail (Alexandaria, Darud Dakwah, 1989), 267
27
keadaan yang tidak bisa ditentukan. Dinamika dan diskontiniuitas tersebut
berkaiatan erat dan ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi.
Kemajuan teknologi mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan
inovasio proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-produk baru yang
sebelumnya tidak ada atau pengembangan produk-produk sebelumnya.
Sedangkan inovasi proses merupakan penggunaan teknik-teknik baru yang lebih
murah dalam memproduksi produk-produk yang telah ada.
Islam tidak menantang konsep tentang perubahan teknologi seperti
digambarkan di atas, bahkan dalam kenyataannya Islam mendukung kemajuan
teknologi. Perintah Al-quran untuk melakukan pencarian dan penelitian cukup
banyak dalam Al-Quran. Dalam terma ekonomi bisa disebut dengan penelitian
dan pengembangan (research and development) yang menghasilkan perubahan
teknologi. Dalam Al-Quran juga ada perintah untuk melalukan eksplorasi segala
apa yang terdapat di bumi untuk kesejahteraan manusia.31
Eksplorasi ini jelas
membutuhkan penelitian untuk menjadikan sumberdaya alam tersebut berguna
dan bermanfaat bagi manusia.
Selain itu dalam Islam, terdapat instrumen ekonomi yang dapat
mengentaskan kemiskinan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yaitu zakat,
infaq, dan shadaqah. Zakat didistribusikan kepada 8 golongan yaitu orang-orang
fakir, miskin, petugas zakat (amil), muallaf (biasa diterjemahkan orang yang baru
masuk Islam), budak, orang yang berutang dan tidak mampu membayar, musafir
dan fi sabilillah.
Ketika zakat dibagikan khususnya kepada orang fakir dan miskin,
pengelolaan dana zakat tersebut harus diarahkan untuk kegiatan yang bersifat
produktif. Dana zakat yang diarahkan kepada kegiatan yang bersifat produktif
menjadi modal bagi orang fakir dan miskin untuk melakukan kegiatan
kewirausahaan. Dalam menjalankan kegiatan kewirausahaannya, orang fakir dan
31 Ayat yang menjelaskan tentang perintah Allah untuk melakukan eksplorasi di bumi misalnya surat
16:14, 30:46, 35:12, 45:12, 36:33-35. Penjelasan tentang ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan
ekonomi, Lihat Muhammad M.Akram Khan, Economic Message of Quran, (Kuwait, Islamic Book
Published, 1996)
28
miskin harus mencontoh Rasulullah SAW. Rasulullah melalui tuntunan Al Quran
dan teladan Sunnah Nabawiyyah senantiasa menegaskan agar kita memiliki
keyakinan yang tinggi dalam meraih keberhasilan ekonomi. Minimal
ada lima landasan Qurani yang dapat meneguhkan keyakinan ini.
1. Allah telah menyediakan rezeki bagi setiap hamba-Nya yang tertera pada ayat
Al-Qur‟an. Allah SWT yang berfirman:
“Dan tidak ada suatu binatang melata32
pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya33
semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)”.34
2. Mencari rezeki atau berusaha adalah perintah Allah yang harus dikerjakan.
Ayat tersebut terdapat pada firman Allah SWT yang berbunyi:
“Apabila telah ditunaikan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah (rezeki) karunia Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-
banyaknya agar kamu mendapat keberuntungan”.35
Dengan dasar keyakinan itu, hendaknya kita menjadikan ikhtiar sebagai
bagian dari beribadah kepada-Nya.
32
Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
33 Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat
penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah
tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. 34 (Q. S Huud/11 : 6) 35 (Q. S Al-Jumuah/62: 10)
29
3. Memaksimalkan potensi dan kemampuan diri demi meraih hasil yang lebih
baik. Yang terdapat pada firman Allah SWT, yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya manusia itu hanya akan memperoleh apa yang
diusahakannya.”36
4. Semangat dalam berusaha, optimis dan pantang menyerah. Sesuai dengan
firman Allah SWT yang berbunyi:
”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.“37
5. Bertawakal kepada Allah dalam mencari penghasilan. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT yang berbunyi:
“(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka
Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung. Maka
mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka
tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah
mempunyai karunia yang besar.”38
36 (Q. S An Najm/53: 39) 37 (Q. S Ali Imran/3 : 139) 38 (Q. S Ali Imran/3: 173-174)
30
Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang sesuai dengan tuntunan Allah
SWT dan Rasulullah SAW sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, insyaAllah
orang-orang fakir dan miskin tadi bisa berubah menjadi orang-orang yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dengan digunakannya
dana zakat secara produktif, terjadi peningkatan kesejahteraan hidup para orang
fakir dan miskin. Bahkan, orang fakir dan miskin yang pada awalnya mustahiq
akhirnya bisa menjadi muzakki karena telah meningkat kesejahteraan hidupnya.39
Lalu, inti dari pertumbuhan ekonomi dalam Islam ialah tidak hanya
meningkatnya GDP suatu negara tetapi juga yang lebih penting lagi ialah
berkurangnya orang-orang miskin di suatu negara dan terciptanya peningkatan
kesejahteraan hidup secara merata bagi seluruh warga negara khususnya para
fakir dan miskin.
Selain itu ada beberapa pandangan Islam terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
salah satunya terdapat pada firman Allah SWT, yang berbunyi:
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman:
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua
belas mata air.Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya
(masing-masing).Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan
janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.40
Ayat Al Qur`an diatas, serta banyak ayat lainnya, menyampaikan kunci
dari pesan Al Qur`an dalam bidang ekonomi. Islam mengajarkan seorang muslim
39 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen
Muhammad SAW “ The Super Leader Super Manager (Jakarta : TAZKIA Publishing, 2010) 40
(Q.S al-Baqarah/2:60)
31
untuk menikmati dan memanfaatkan anugerah yang disediakan oleh Allah. Islam
tidak menetapkan batas kuantitatif tertentu dalam perkembangan kekayaan
material suatu masyarakat muslim. Bahkan, Islam menilai usaha manusia untuk
memperoleh kesejahteraan material sebagai tindakan terpuji. Kemudian dapat
difahami bahwa tujuan untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi menjadi salah
satu tujuan ekonomi masyarakat muslim. Tujuan itu akan terwujud menjadi
tindakan nyata untuk melakukan usaha berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber
daya yang telah disediakan oleh Allah untuk pelayanan dan perbaikan umat
manusia, misalnya melalui riset dan pengembangan teknologi. Hal itu membantu
tercapainya tujuan penciptaan manusia yaitu untuk menjadi khalifah Allah di
muka bumi ini.
Pembangunan ekonomi dalam Islam adalah pembangunan umat manusia
dan peningkatan taraf hidup serta kualitas hidup mereka dalam rangka
menunjukkan ketaataanya pada Tuhan yang menciptakannya.Hal ini sesuai
dengan firman Allah:
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.41
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa jikalau Sekiranya penduduk negeri-
negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Umer
Chapra bahwa tujuan akhir dalam pembangunan ekonomi ialah untuk
menunjukkan ketaatan pada Tuhan yang menciptakannya, sehingga Allah akan
41
(Q.S al-A‟raaf/7: 96)
32
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi atau dengan kata lain
kesejahteraan bagi masyarakatnya.42
Dalam Islam strategi pengembangan ekonomi sebagaimana yang
diungkapkan oleh M.N. Siddiqi dalam Ahmad Syuja‟, mempunyai khas yang
utama yaitu bahwa keadilan sosial dan kemakmuran berjalan bergandengan. Ini
terjadi karena adanya motivasi bahwa Islam melaksanakan segala sesuatu untuk
perkembangan ekonomi. Alasan untuk mendapatkan keuntungan pribadi bukanlah
merupakan pendorong utama dalam Islam. Usaha-usaha pengembangan
umumnya bersifat sosial, tiap individu secara sukarela bekerjasama di dalam
usaha tersebut.43
Ini semua terjadi karena Islam mempunyai pandangan hidup yang berbeda
dengan sistem lainnya. Pembangunan atau pertumbuhan ekonomi dalam Islam
selalu didasari oleh pandangan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah. Umar
Chapra menjelaskan bahwa pandangan hidup Islam didasarkan pada tiga konsep
fundamental, yaitu tauhid, khilafah dan keadilan.Tauhid berarti kesadaran
ketuhanan bahwa manusia diciptakan adalah untuk patuh dan beribadah
kepadaNya. Khilafah berarti semua sumberdaya-sumberdaya yang ada
ditangannya adalah amanah yang diberikan oleh Allah dan akan dipertanggung
jawabkan dihadapanNya kelak. Konsep khilafah yang berati mempunyai makna
persatuan fundamental dan persaudaraan manusia akan tetap kosong jika tidak
dibarengi dengan pandangan hidup yang ketiga adalah keadilan, manusia
diciptakan untuk menegakkan keadilan.44
Jadi pembangunan dengan keadilan adalah jika doktrin khilafah telah
terwujud dengan memenuhi kebutuhan semua orang, pembagian pendapatan dan
kekayaan yang adil, pemberian kesempatan kerja penuh dan perlindungan pada
alam sekitar.45
42
M. Umer Chapra, ,Islam and Economic Development, 9. 43
Ahmad Syuja‟, “Optimalisasi Pertumbuhan Ekonomi Tinjauan Pendapatan Menurut Paham Neo-
Liberal (Kajian Dalam Perspeftif Islam).” (Skripsi, Fakultas Ekonomi UIN Malang, 2007), 31. 44
M. Umer Chapra, ,Islam and Economic Development, 6. 45
M. Umer Chapra, ,Islam and Economic Development, 9.
33
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dalam pandangan Islam tidaklah
untuk dirinya sendiri, tidak pula peningkatan GNP (pendapatan nasional kotor)
merupakan satu-satunya ukuran “pertumbuhan ekonomi” menurut Islam.
Tujuannya adalah suatu hidup sejahtera dengan segala dimensinya, dan aspek
ekonomi hanyalah salah satu dimensi (M.N. Siddiqi,1986, 26 dalam Ahmad
Syuja‟).46
Kesejahteraan ini meliputi fisik sebab kedamaian mental dan
kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara
kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itu
memaksimumkan output total semata-mata tidak dapat menjadi tujuan dari
sebuah masyarakat muslim. Memaksimumkan output, harus dibarengi dengan
menjamin usaha-usaha yang ditujukan kepada kesehatan rohani yang terletak
pada batin manusia, keadilan serta permainan yang fair pada semua peringkat
interaksi manusia. Hanya pembangunan semacam inilah yang selaras dengan
tujuan-tujuan syari‟ah (maqashid as-syari‟ah).47
Untuk mewujudkan gagasan Pertumbuhan dengan keadilan bagi semua,
Islam mempunyai filsafat ekonomi yang berbeda dengan filsafat sistem-sistem
ekonomi lainnya. Ada tiga asas pokok filsafat ekonomi dalam Islam sebagaimana
yang dijelaskan oleh Adi Sasono48
, yaitu sebagai berikut:
a. Dunia ini, semua harta dan kekayaan adalah milik Allah dan menurut kepada
kehendak-Nya. Manusia sebagai khalifah-Nya hanya mempunyai hak khilafat
dan tidak absolut serta dengan melaksanakan hukum-Nya; dan mereka yang
menyatakan kepemilikan eksklusif tidak terbatas berarti ingkar kepada
kekuasaan Allah.
b. Allah itu Esa, Pencipta segala makhluk, dan semua yang diciptakan tunduk
kepada-Nya. Salah satu hasil ciptaan-Nya adalah manusia yang berasal dari
subtansi yang sama, dan memiliki hak dan kewajiban yang samasebagai
46
Ahmad Syuja‟, “Optimalisasi Pertumbuhan Ekonomi Tinjauan Pendapatan Menurut Paham Neo-
Liberal (Kajian Dalam Perspeftif Islam. 31. 47
, M. UmerChapra, Islam and Economic Development, 8. 48
Adi Sasono dkk, eds, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah)
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 36-38.
34
khalifah Allah di muka bumi. Alam ini, semua flora dan fauna ditundukkan
oleh Allah sebagai sumber manfaat ekonomis dan keindahan bagi umat
manusia. Sedangkan ketidak-merataan karunia ni‟mat dan kekayaan sumber-
sumber ekonomi kepada perorangan maupu bangsa adalah kuasa Allah pula,
agar mereka yang diberi kelebihan sadar menegakkan persamaan masyarakat
(egalitarian) dan bersyukur kepada-Nya.
c. Iman kepada Hari Pengadilan sebagai asas ketiga sangat penting dalam
filsafat ekonomi dalam Islam, karena akan mempengaruhi tingkah laku
ekonomi manusia. Seorang muslim yang melakukan aksi ekonomi tertentu
akan mempertimbangkan akibatnya pada hari kemudian.
Ketiga asas filsafat ekonomi dalam Islam seperti diuraikan diatas,
sebenarnya berpangkal kepada asas tauhid, yang jelas sangat berbeda jauh dengan
asas filsafat ekonomi lainnya.Filsafat ekonomi kapitalisme tergambarkan pada
prinsip laissez faire dan kekuasaan tersamar, kebebasan orang diberikan
sepenuhnya untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya. Filsafat ini selanjutnya
memandang bahwa Tuhan itu memang ada, tetapi tidak ikut turut campur dalam
bisnis manusia, atau Tuhan itu sudah pensiun, tidur, atau sudah pindah atau
sedang jalan-jalan ke negara-negara dan bangsa yang sedang berkembang.
Filsafat ini menggambarkan agnotisme yang pada gilirannya akan menerima
akibat fatal bagi keseimbangan eksistensi konsep triangle (filsafat Tuhan-
Manusia-Alam, dimana Tuhan terletak disudut puncak) . Walau masih mengaku
masih ada segi-segi moral dan ruhani agama dalam kehidupan, filsafat ini telah
membawa manusia kepada kehidupan yang materialistik.49
2. Inflasi
a) Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi
dapat di anggap sebagai fenomena moneter terhadap suatu komoditas.
Sedangkan definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang
49
Adi Sasono dkk, eds, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah), 36.
35
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan
moneter) terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa.50
Sebaliknya, jika
yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-
barang atau komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi.
Selain itu, inflasi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak disebut dengan inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar
dari harga barang-barang lain.51
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkatan
perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai
berikut52
:
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡 – 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1 × 100
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan
memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan
di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis
barang/jasa di setiap kota.53
50
Douglas Greenwald, ed. Encyclopedia of Economic (New York: Mc Graw-Hill, inc, 1982), 510.
Lihat pula pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), 135 51
Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro (Yogyakarta: BPFE, 1993),
155 52
Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 135 53 http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,
pukul 17.30
36
Adapun indikator inflasi lainnya berdasarkan international best
practice antara lain54
:
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari
suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara
penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar
berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran
level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam
suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB
atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi55
, yaitu:
1. Penggolongan pertama, didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut
yang dapat dibedakan beberapa macam inflasi:
1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
2) Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
3) Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
2. Penggolongan kedua, didasarkan atas sebab akibat awal dari inflasi, yaitu
dari:
1) Demand inflation, inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat
akan berbagai barang terlalu kuat.
2) Cost inflation, inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi.
54
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,
pukul 17.30 55
Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro, 156-158
37
3. Penggolongan ketiga adalah berdasarkan dari asal dari inflasi, yaitu dari:
1) Domestic inflation (Inflasi yang berasal dari dalam negeri) timbul
karena deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang
baru, panen yang gagal dan sebagainya.
2) Imported inflation (Inflasi yang berasal dari luar negeri) timbul karena
kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau negara-negara
langganan berdagang dengan negara kita.
b) Pengelompokan Inflasi
Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi56
:
1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten
(persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh
faktor fundamental, seperti:
1) Interaksi permintaan-penawaran.
2) Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang.
3) Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.
2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
Komponen inflasi non inti terdiri dari :
1) Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food)
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor
perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun
perkembangan harga komoditas pangan internasional.
2) Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered
Prices)
56
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,
pukul 17.30
38
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa
kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif
listrik, tarif angkutan, dll.
c) Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push
inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi
inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh
depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara
partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price), dan terjadi negative supply shocksakibat bencana
alam dan terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya
permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam
konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang
melebihioutput potensialnya atau permintaan total (agregate demand)
lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.
Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka
inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut
apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini
tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan
pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan
(lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional
(UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan
mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang
dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari
komdisisupply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan
UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan
39
upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan
permintaan57
.
Gambar 2.1
Inflasi dan IHK
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi
didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil
memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
57
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,
pukul 17.30
40
Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun
dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah
miskin.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian
(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi,
dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan
ekonomi.
Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding
dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga
domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan
tekanan pada nilai rupiah.
d) Akibat Buruk Inflasi
Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa akibat
kepada individu, masyarakat, dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan.
Salah satu akibat penting dari inflasi ialah cenderung menurunkan taraf
kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku
kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi
biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu,
upah riil para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini
berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami
kemerosotan.58
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin
memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan
menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius
58
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 15
41
tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi
ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.59
e) Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang
lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa
tidak adilnya, betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku
sekarang ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak menimbulkan
permasalahan. Pertama, ketidak adilan dalam berbagai macam kegiatan yang
tercermin dalam ketidakmerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua,
ketidak stabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai
gejolak dalam kegiatannya.60
Dalam ekonomi islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang
yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang
stabil dan dibenarkan oleh Islam. Namun dinar dan dirham disini adalah
dalam artian yang sebenarnya yaitu dalam bentuk emas maupun perak bukan
dinar-dirham yang sekedar nama.
Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syekh An-Nabhani
memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai adalah dengan
menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta, Islam
hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta
itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan kekayaan61
.
1. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan
tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diyat, maka yang dijadikan
sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.
59
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 15 60 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), 189. Lihat pula
pada M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis (Jakarta:
Alfabeta, 2010), 99 61
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 189. Lihat pula pada M. Nur Rianto Al
Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis (Jakarta: Alfabeta, 2010), 99
42
2. Rasullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan
beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.
3. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat
ersebut dengan nisab emas dan perak.
4. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi
uang hanya dilakukan denga emas dan perak, begitu pun dengan transaksi
lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi,
yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami
penurunan. Diantaranya akibat diketemukannya emas dalam jumlah yang
besar disuatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Atau
kondisi terjadinya deficit anggaran pada pemerintahan Islam. Kondisi deficit
anggaran pernah terjadi pada zaman Rasulullah SAW dan ini hanya terjadi
satu kali yaitu sebelum perang Hunain.62
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat buruk bagi
perekonomian karena:63
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsidari
unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self
feeding inflation”,
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save),
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to
Save),
62 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 100 63
Rafiq al-Masri;a paper submitted in the Second Workshop on Inflation: Inflation and Its Impact on
Societes – The Islamic Solution; Kuala Lumpur, 1996. Lihat pula pada Adiwarman A. karim, Ekonomi
Makro Islami, 139
43
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kea rah
produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan
lainnya.
Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan akuntansi, seperti:64
1. Apakah penilaian terhadap asset tetap dan asset lancar dilakuakn dengan
metode biaya historis atau metode biaya actual ?
2. Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan
inflasioner;
3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi
(index) untuk mendapatkan kebutuhan pertandingan waktu dan tepat.
Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn Al-Maqrizi (1364 M – 1441 M),
yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi
dalam dua golongan yaitu65
:
1. Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab
alamiah dimana tidak mempunyai kendali atasnya (dalam mencegah). Ibn
Al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan
oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif
(AD). Maka natural inflation akan dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
a) Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana
ekspor naik sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor baersih
sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregat (AD).
Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn
64
Rafiq al-Masri;a paper submitted in the Second Workshop on Inflation: Inflation and Its Impact on
Societes – The Islamic Solution. Lihat pula pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 139
dan M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 100 65 Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 139
44
Khattab r.a. Pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya
diluar negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit
nilainya daripada nilai barang-barang yang mereka jual (positive net
export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan,
keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk
ke madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik.
Naiknya Permintaan Agregatif, atau grafik dilukiskan sebagai kurva
AD yang bergeser ke kanan, akan mengakibatkan naiknya tingkat
harga secara keseluruhan.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar ibn Khattab r.a. untuk
mengatasi permasalahan tersebut ? beliau melarang penduduk
Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari
berturut-turut. Akibatnya adalah turunnya Permintaaan Agregat (AD)
dalam perekonomian. Setelah pelanggaran tersebut berakhir maka
tingkat harga kembali normal.66
b) Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregate Supply [AS]) karena
terjadi paceklik, perang, ataupun embargo dan boikot. Hal ini pernah
terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Khattab yaitu
pada saat terjadi paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum
atau dapat digambarkan pada grafik kurva AS bergeser ke kiri yang
kemudian mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga.67
Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah atau murni
karena tarikan permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidak perlu
khawatir. Karena solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menstabilkan
baik permintaan agregat maupun penawaran agregat pada kondisi semula
sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
2. Human Error Inflation
66 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 101. Dan lihat pula
pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 141 67
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 102. Dan lihat pula
pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 142
45
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural Inflation,
maka inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan
sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error Inflation
dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu
sendiri, sesuai pada QS Ar-Rum[30]: 41 yang berbunyi:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)”.68
Human Error Inflation dapat dikelompokan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut:69
1) Korupsi dan administrasi yang buruk
Korupsi akan menaikkan tingkat harga, karena produsen harus
menaikkan harga jual pada produksinya untuk menutupi biaya-biaya
“simulan” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi perizinan yang
berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan izin harus melalui
beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari
produsen dan berakibat pada kenaikan harga. Hal yang harus
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menghilangkan korupsi dan
melakukan reformasi birokrasi.
Jika menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat (AD) dan
penawaran agregat (AS), maka korupsi dan administrasi yang buruk
akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregat, yang
menyebabkan terjadinya kenaikan harga. selain menyebabkan
68 QS. Ar-Ruum (30): 41 69
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 102. Dan lihat pula
pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 143
46
inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan
administrasi yang buruk akan dapat menyebabkan perekonomian
terpuruk.70
2) Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan yang berlebihan pada
perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk
yaitu terjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat
lanjut pajak, pajak yang berlebihan mengakibatkan pada efficiency loss
atau dead weight loss. Ini termasuk masalah pula dalam perekonomian
di Indonesia, terutama pasca penerapan otonomi daerah, dimana setiap
daerah memiliki kebijakan tersendiri dalam menggali sektor-sektor
yang dapat dijadikan sebagai objek untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah.71
3) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan
(excessive seignorage)
Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin
yang didapat oleh percetakannya dimana biasanya percetakan tersebut
dimiliki oleh penguasa. Percetakan uang yang terlalu berlebihan akan
mengakibatkan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai mata uang. Hal
ini telah terbukti di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno, dimana kebutuhan anggaran pemerintah dibiayai oleh
percetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini menyebabkan
terjadinya inflasi.
70 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 102. Dan lihat pula
pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 143 71
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 103. Dan lihat pula
pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 144
47
f) Kebijakan Ekonomi Islam dalam Inflasi
1. Kebijakan Fiskal
Dalam pemikiran Islam menurut An-Nabahan72
pemerintah
perupakan lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan
pelayanan terbaik kepada rakyatnya. Pemerintah mempunyai kewajiban
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya yaitu
tanggung jawab terhadap perekonomian di antaranya mengawasi faktor
utama penggerak perekonomian.
Majid73
mengatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, pemerintah Islam menggunakan dua kewajiban yaitu
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan tersebut sudah
dipraktikan sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin kemudian
dikembangkan oleh para ulama. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam
Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapat, ditambah
dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam.
Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa
instrument yang bisa digunakan, yaitu:
a. Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan
pemanfaatan zakat. Pemaksimalan penghimpunan zakat dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan yang bertujuan dalam
menjamin stabilitas ekonomi. Hal ini ditempuh apabila diasumsikan
suatu perekonomian dalam kondisi full employment, maka kenaikan
permintaan agregat tidak akan menimbulkan kenaikan pada
pendapatan riil nasional.
b. Mengenakan biaya atas dana yang menganggur (cost of idle fund),
hal ini agar mendorong masyarakat untuk mengunvestasikan
72 M. Faruq An-Nabahan, Sistem Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan
Sosialis (Yogyakarta: UII Press, 2000), 59 73
Majid M Nazori, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevansinya dengan Ekonomi Kekinian
(Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam (PSEI) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah, 2003), 221-223
48
dananya tidak hanya melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan
pada penciptaan pertumbuhan sektor riil.
c. Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala
jenis usaha dan meninggalkan bunga. Pada sistem bagi hasil segala
pihak yang terlibat akan membagi keuntungan dan kerugian bersama
sesuai proporsi modalnya masing-masing, dengan demikian segala
bentuk transaksi baik itu sektor rumah tangga, swasta maupun
pemerintah semua dapat menjalankan prinsip bagi hasil tanpa
menggunakan bunga.
2. Kebijakan Moneter74
Pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin kebijakan
moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrument bunga sama
sekali. Dalam perekonomian kapitalis tingkat bunga sering kali
berfluktuasi, yang hanya sengaja untuk disimpan pun akan terus
menerus berubah. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat
sebesar 2,5% per tahun tidak hanya dapat meminimalisasi permintaan
spekulatif akan uang maupun penyimpanan uang yang diakibatkan oleh
tingkat bunga, melainkan juga memberikan stabilitas yang lebih tinggi
terhadap permintaan uang. Preferensi likuiditas yang muncul dari motif
spekulasi oleh karenanya tidak penting dalam perekonomian Islam.
Variabel yang harus diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter
Islam adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga bank. Dalam sistem
ekonomi Islam, bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya
untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka pendek
dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan
sosio-ekonomi Islam.
Dalam perekonomian Islam, untuk menjaga stabilitas tingkat
harga ada beberapa hal yang dilarang, yaitu:
74 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 193-195
49
a. Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang hanya untuk keperluan
transaksi dan berjaga-jaga
b. Penimbunan mata uang
c. Transaksi tallaqi rukban. Yaitu mencegah penjual dari kampung
atau daerah pinggiran diluar kota untuk dijual kembali di pusat kota
demi mendapatkan keuntungan dari ketidakpastian harga
d. Transaksi kali bi kali. Yaitu transaksi tidak tunai, transaksi tunai
dibolehkan namun transaksi future tanpa ada barangnya adalah
dilarang
e. Segala bentuk riba
Dalam kerangka stategi mekanik bagi kebijakan moneter,
menurut Chapra75
yang tidak hanya membantu pengaturan penawaran
uang sesuai dengan permintaan riil tetapi juga membantu memenuhi
kebutuhan untuk menutup deficit asli pemerintah dan juga sekaligus
mancapai tujuan-tujuan lain masyarakat Islam. Mekanik tersebut harus
mencakup beberapa elemen, diantaranya:
a) Target pertumbuhan pada M dan M0
Secara berkala bank sental harus menetapkan pertumbuhan
penawaran uang (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional,
termasuk pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan dan
stabilitas dalam nilai uang.
b) Public share of demand deposit
Dalam jumlah tertentu (kondisi normal) demand deposit bank-bank
komersil maksimum sampai 25% harus diserahkan kepada
pemerintah untuk membiayai proyek-proyek yang secara sosial
menguntungkan.
75
Umer M Chapra, Al-Qur‟an Menuju Sistem Moneter yang Adil (terj) (Yogyakarta:Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997), 173-176
50
c) Statutory reserve requirement
Bank-bank komersil harus memiliki cadangan dalam jumlah tertentu
yaitu 10%-20% dari demand deposit mereka dengan bank sentral.
Begitu pula sebaliknya dengan bank sentral. Statutory reserve
requirement membantu memberikan jaminan atas deposit juga
sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi bank.
Dampak inflasi menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat
buruk bagi perekonomian suatu negara ataupun daerah, karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari
unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feending
inflation”.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat
pada menurunnya dana pembiayaan yang akan disalurkan.
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan
untuk barang-barang non primer dan barang-barang mewah (naiknya
marginal propensity to consume).
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti pada asset property yaitu
tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan
mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian industrial,
perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Kenaikan harga-harga yang tinggi (inflasi) dan terus menerus bukan
saja menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kegiatan ekonomi, tetapi
juga kemakmuran individu dan masyarakat. Inflasi yang tinggi tidak akan
menggalakan perkembangan ekonomi. biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
51
Kenaikan harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat
bersaing di pasar Internasional, maka ekspor akan menurun. Disamping
menimbulkan efek buruk terhadap ekonomi negara atau daerah, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek pada indivudu dan masyarakat, diantaranga:
1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
2) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3) Memperburuk pembagian kekayaan.
3. Tingkat Suku Bunga
1) Pengertian Suku Bunga
Menurut Bank Indonesia BI rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik.
BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter
yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh
perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.76
76
Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx, akses 25
Januari 2014.
52
Suku Bunga Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari
pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi
dengan jumlah pinjaman.Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80)
adalah harga dari pinjaman.Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang
pokok per unit waktu.Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya
yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.77
Edward dan Khan, mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga
terbagi atas 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan Ekspektasi Inflasi.
Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri
dan tingkat Ekspektasi perubahan nilai tukar valuta asing.
Seperti halnya dalam setiap analisis keseimbangan ekonomi,
pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan melibatkan
unsur utamanya, yaitu permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar
dapat berjalan tanpa hambatan maka pada prinsipnya keseimbangan di pasar
uang dapat terjadi, dan merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara
permintaan dan penawaran uang.
2) Fungsi Suku Bunga
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih
untuk diinvestasikan.
2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan
suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari
industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi
tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
77
http://www.informasiku.com/2011/04/teori-suku-bunga-dan-inflasi.html. Diakses pada tanggal 12
Februari 2014
53
3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang
dalam suatu perekonomian.
3) Tipe-tipe Suku Bunga
Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :
1. Real interest rate
Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate
dikurangi dengan tingkat inflasi.
Real rate = Nominal rate – Rate of inflation
2. Nominal interest rate.
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana
mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang
dilakukan.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan
suku bunga adalah:
1. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan
dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan.
2. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping
faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus
memperhatikan pesaing.
3. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun
bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah.
4. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan
semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain.
5. Target keuntungan yang diharapkan.
54
6. Reputasi perusahaan.
7. Kualitas jaminan.
8. Daya saing produk.
5) Peran Suku Bunga dalam Perekonomian
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi
keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan
investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal
yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya
investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari
seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau
sama dengan tingkat bunga.
Menurut Sadono Sukirno, apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah,
lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih
tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus
dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para
pengusaha.Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang
dilakukan para pengusaha.
6) BI Rate dalam padangan ekonomi Islam
Majid (2003: 221-223) mengatakan bahwa dalam ekonomi Islam
peran kebijakan fiskal relatif dibatasi, salah satunya adalah tingkat bunga
yang tidak mempunyai peran sama sekali dalam ekonomi Islam,78
sesuai
firman Allah:
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
78
Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), 191.
55
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).79
Kemudian pada Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah
SWT. Yang dengan jelas sekali mengharamkan sama seklai sebarang jenis
tambahan yang diambil daripada pinjaman dan memberikan hukum, Firman
Allah SWT. :
„Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya
dan tidak (pula) dianiaya”.80
Larangan riba inipun diperjelas oleh hadist yang dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
bersabda "jauhilah tujuh perkara mubiqat [yang mendatangkan kebinasaan].
para sahabat lalu bertanya apakah tujuh perkara itu, wahai Rasulullah?
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam lalu menjawab menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan
dibenarkan syariat, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan
diri dari medan petempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita baik-
baik yang lengah lagi beriman." (H.R. Bukhari & Muslim)
Menurut pandangan kebanyakan manusia, pinjaman dengan sistem
bunga akan dapat membantu ekonomi masyarakat yang pada gilirannya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat. Anggapan tersebut telah
menjadi keyakinan kuat hampir setiap orang, baik ekonom, pemeritah
79 QS. Ar-Rum (30): 39 80 QS. Al-Baqarah (2): 279
56
maupun praktisi. Keyakinan kuat itu juga terdapat pada inetelektual muslim
terdidik yang tidak berlatar belakang pendidikan ekonomi. Karena itu tidak
aneh, jika para pejabat negara dan direktur perbankan seringkali bangga
melaporkan jumlah kredit yang dikucurkan untuk pengusaha kecil sekian
puluh triliun rupiah. Begitulah pandangan dan keyakinan hampir semua
manusia saat ini dalam memandang sistem kredit dengan instrumen
bunga.Itulah pandangan material (zahir) manusia yang seringkali terbatas.
Pandangan umum di atas dibantah oleh Allah dalam Al-quran surah
Ar-Rum: 39, “Apa yang kamu berikan (berupa pinjaman) dalam bentuk riba
agar harta manusia bertambah, maka hal itu tidak bertambah di sisi Allah”
Ayat ini menyampaikan pesan moral, bahwa pinjaman (kredit) dengan
sistem bunga tidak akan membuat ekonomi masyarakat tumbuh secara agregat
dan adil. Pandangan Al-quran ini secara selintas sangat kontras dengan
pandangan manusia kebanyakan. Manusia menyatakan bahwa pinjaman
dengan sistem bunga akan meningkatkan ekonomi masyarakat, sementara
menurut Allah, pinjaman dengan sistem bunga tidak membuat ekonomi
tumbuh dan berkembang.
4. Pengeluaran Pemerintah
1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah adalah anggaran dana yang dikeluarkan
oleh pemerintah untuk keperluan negara ataupun daerah. Pertumbuhan
pengeluaran rutin secara signifikan dipengaruhi oleh investasi swasta,
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan faktor yang
signifikan mempengaruhi pertumbuhan pengeluaran pembangunan juga
jumlah penduduk. Jumlah penduduk merupakan faktor yang paling besar
mempengaruhi pengeluaran pemerintah terutama pada terhadap
pengeluaran pembangunan. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
di satu sisi akan mengurangi pengeluaran rutin dan pada sisi lain akan
meningkatkan pertumbuhan pengeluaran pembangunan pemerintah.
57
Pengeluaran pemerintah (government expenditure) adalah bagian
dari kebijakan fiskal, yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur
jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan
pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen
APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah atau regional. Tujuan dari
kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat
output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.81
Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang
dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh
pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan
kepada masyarakat. Total pengeluaran pemerintah merupakan
penjumlahan keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing-masing
tingkatan pemerintahan (pusat – propinsi – daerah).
Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan ini dapat
mempunyai keputusan akhir – proses pembuatan yang berbeda dan hanya
beberapa hal pemerintah yang di bawahnya dapat dipengaruhi oleh
pemerintah yang lebih tinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson,
1998). Oleh karena itu dalam memahami berbagai pengaturan pendanaan
bagi pemerintah pusat (daerah) maka harus mengetahui keragaman fungsi
yang dibebankannya. Fungsi tersebut adalah:
a) Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi pada
lingkungan dan kemasyarakatan.
b) Fungsi pengaturan, yakni merumuskan dan menegakkan pusat
perundangan.
c) Fungsi pembangunan, keterlibatan langsung maupun tidak
langsung dalam bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan
prasarana.
81
Deddy Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah”, 34.
58
d) Fungsi perwakilan, yaitu menyatakan pendapat daerah di luar
bidang tanggungjawab eksekutif.
e) Fungsi koordinasi, yakni melaksanakan koordinasi dan perencanaan
investasi dan tata guna tanah regional (daerah).82
Peningkatan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan
semakin meningkatkan pendapatan daerah, karena peningkatan aggregat
demand akan mendorong kenaikan investasi dan pada akhirnya
menyebabkan kenaikan produksi.
Pemerintah mempunyai peranan penting dalam perekonomian untuk
kesejahteraan rakyat. Pengeluaran pemerintah terus berkembang sejalan
dengan tahap perkembangan ekonomi suatu negara. Pada tahap awal
perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk
investasi pemerintah. Utamanya untuk infrastruktur seperti sarana jalan,
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Wagner mengatakan berdasarkan
pengamatan dari negara-negara maju disimpulkan bahwa dalam
perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat
sejalan dengan peningkatan perkapita negara tersebut.
Pemerintah bukan saja berfungsi untuk mengatur kegiatan
perekonomian tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran
agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan pemerintah melalui
pemungutan pajak akan mengurangi perbelanjaan agregat. Akan tetapi
pajak tersebut akan dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah
tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat.83
82
Deddy Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah”, 35. 83
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 87
59
2. Penentu-penentu Pengeluaran Pemerintah
Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu
periode tertentu tergantung kepada banyak faktor. Penentu-penentu
tersebut diantaranya84
:
a) Proyeksi jumlah pajak yang diterima, salah satu faktor penting yang
menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah jumlah pajak
yang diramalkan. Dalam menyusun anggaran belanjanya pemerintah
harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak
yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang dapat
dikumpulkan, maka makin banyak pula perbelanjaan pemerintah
yang akan dilakukan.
b) Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai, faktor yang lebih penting
dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan
ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Beberapa tujuan penting
dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi pembangunan ekonomi
dalam jangka panjang.
c) Pertimbangan politik dan keamanan, pertimbangan-pertimbangan
kestabilan negara selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam
menyusun anggaran belanja pemerintah.
3. Fungsi Pengeluaran Pemerintah
Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeluaran pemerintah diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan
nasional tidak memegang peranan penting dalam menentukan
perbelanjaan pemerintah. Dengan kata lain, pengeluaran pemerintah pada
suatu periode tertentu dan perubahannya dari satu period eke periode
lainnya tidak didasarkan kepada tingkat pendapatan nasional dan
pertumbuhan pendapatan nasional. Dalam masa kemunduran ekonomi,
misalnya pendapatan pajak berkurang, tetapi untuk mengatasi
pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih banyak program-
84
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 168
60
program pembangunan, maka pengeluaran pemerintah perlu ditambah.
Sebaliknya, pada waktu inflasi dan tingkat kemakmuran tinggi,
pemerintah harus lebih berhati-hati dalam perbelanjaannya harus dijaga
agar pengeluaran pemerintah tidak memburuk keadaan inflasi yang
berlaku.85
4. Pengeluaran pemerintah dalam Islam
Efisiensi dan efektivitas merupakan landasan pokok dalam
pengeluaran pemerintah. Sebagai suatu panduan pokok bagi pengeluaran
public, teori pengeluaran Islam memakai kaidah-kaidah yang diambil dari
Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah guna menghindari potensi-potensi inefisiensi
pengeluaran dan juga norma-norma konsumsi Islam, serta dijadikan
kaidah rasionalitas bagi pengeluaran negara. Menurut Asy-Syatibi sebagai
mana dikutip oleh Umer Chapra, enam kaidah tersebut adalah86
:
1) Kriteria pokok bagi semua alokasi pengeluaran harus digunakan untuk
kemashlahatan rakyat.
2) Penghapusan kesulitan dan kerugian harus didahulukan dari pada
penyediaan kenyamanan.
3) Kemashlahatan mayoritas yang lebih besar harus didahulukan dari
pada penyediaan kenyamanan.
4) Suatu pengorbanan atau kerugian privat dapat ditimpakan untuk
menyelamatkan pengorbanan atau kerugian public, dan suatu
pengorbanan atau kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan
memaksakan pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.
5) Siapapun yang menerima manfaat harus bersedia menanggung biaya.
6) Sesuatu hal yang wajib ditegakan dan tanpa ditunjang oleh faktor
penunjang lainnya tidak dapat dibangun, maka menegakan faktor
penunjang tersebut menjadi wajib hukumnya.
85
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 169 86
Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam (Jakarta: Ikhwan Abidin Basri,
Gema Insani Pers dan Tazkia Institute, 2000), 285
61
Kaidah-kaidah diatas dapat membantu dalam mewujudkan
efektivitas dan efisiensi pembelanjaan pemerintahdalam Islam, sehingga
tujuan-tujuan dari pembelanjaan pemerintah dapat tercapai. Diantara
tujuan pembelanjaan dalam pemerintah Islam87
, yaitu:
1) Pengeluaran demi memenuhi hajat masyarakat.
2) Pengeluaran sebagai alat redistribusi kekayaan.
3) Pengeluaran yang mengarah pada semakin bertambahnya permintaan
efektif.
4) Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi.
5) Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan
intervensi pasar.
Sebagaimana halnya penerimaan, pengeluaran negara juga
memiliki beberapa prinsipyang harus ditaatioleh ulil amri yakni sebagai
berikut:
1) Tujuan pengeluaran negara telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2) Apabila ada kewajiban tambahan, maka ia harus digunakan untuk
tujuan semula kenapa harus dipungut.
3) Ada pemisahan antara pengeluaran yang wajib diadakan hanya disaat
adanya harta atau disaat tidak adanya harta.
4) Pengeluaran negara harus hemat.
Kebijakan belanja umum pemerintah dalam sistem ekonomi Islam
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin.
2) Belanja umum yang dilakukan pemerintah apabila sumber dananya
tersedia.
3) Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh
masyarakat berikut sistem pendanaanya.
87 Mustafa Edwin Nasution, Dkk, Pengenalan Ekslusife Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2007), 224
62
Berdasarkan jenisnya, belanja pemerintah (pengeluaran pemerintah
dalam Islam dapat dibedakan menjadi88
:
1) Wasteful Spending
Kondisi dimana belanja pemerintah memberikan manfaat yang lebih
kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga
pengeluaran yang dikeluarkan relatif tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap masyarakat.
2) Productive Spending
Apabila belanja pemerintah memberikan manfaat yang lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan. Pengeluaran pemerintah
mengakibatkan pengaruh positif yang signifikan terhadap
perekonomian.
3) Transfer Payment
Yaitu apabila jumlah manfaat yang diterima dan biaya yang
dikeluarkan sama besarnya. Hal inidilakukan pada jenis pengeluaran
seperti subsidi kepada masyarakat, pemberian jaminan sosial kepada
masyarakat yang membutuhkan misalkan asuransi kesehatan atau
asuransi pengangguran.
Sementara menurut sifatnya, pengeluaran pemerintah dapat
dibedakan menjadi:
1) Temporary Spending
Yaitu pembiayaan yang hanya dilakukan untuk satu kali waktu saja,
sifatnya pengeluaran sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan
kondisi.
2) Permanent Spending
Yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-
menerus dalam periode tertentu.
88 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, 272
63
Ada dua kebijakan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para
Khulafaur Rasyidin pada permulaan Islam untuk pengembangan
ekonomi serta peningkatan partisipasi kerja dan produksi.89
Pertama, mendorong masyarakat memulai aktivitas ekonomi, baik
dalam kelompok sendirir maupun bekerja sama dengan kelompok
lainnya, tanpa dibiayai oleh Baitul Maal. Etos kerja masyarakat
didorong agar mampu produktif sehingga mendorong aktivitas
perekonomian semakin baik.
Kedua, kebijakan dan tindakan aksi yang dilakukan Rasulullah
SAW dan Khulafaur Rasyidin dengan mengeluarkan dana Baitul
Maal.
Kedua jenis kebijakan ini dijelaskan untuk menggambarkan peran
yang dimainkan setiap orang dalam pertumbuhan ekonomi dan
masyayrakat pada era permulaan Islam.
Penyebaran Islam
Pendidikan dan kebudayaan
Pengembangan ilmu pengetahuan
Pembangunan infrastruktur
Pembangunan armada perang dan penjaga keamanan
Penyedia pelayanan kesejahteraan sosial
Pengeluaran negara yang lebih banyak untuk kemaslahatan untuk
pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin adalah sebagai
berikut:
89 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, 275
64
Primer Sekunder
Biaya pertahanan seperti persenjataan, onta, dll.
Penyaluran zakat dan ushr kepada yang berhak
menerimanya menurut
ketentuan Al-Qur‟an.
Pembayaran gaji untuk wali,
qadi, guru, imam, muadzin,
dan pejabat negara lainnya.
Pembayaran upah para sukarelawan.
Pembayaran utang negara.
Bantuan untuk musafir.
Bantuan untuk orang yang belajar agama di Madinah.
Hiburan untuk para delegasi keagamaan.
Hiburan untuk para utusan
suku dan negara serta biaya
perjalanan mereka.
Hadian untuk pemerintah negara lain.
Pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara
tidak sengaja oleh pasukan
kaum muslim.
Pembayaran untuk pembebasan kaum muslim
yang menjadi budak.
Pembayaran utang orang
yang meninggal dalam
keadaan miskin.
Pembayaran tunjangan unttuk orang miskin.
Persediaan darurat.
Enam prinsip umum90
peran pemerintah sebagai pembeli besar:
1. Kriteria untuk semua alokasi pengeluaran adalah sejahteranya
masyarakat.
2. Penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan diatas
penyediaan rasa tentram.
3. Kepentingan mayoritas yang lebih besar harus lebih diutamakan diatas
kepentingan minoritas yang lebih sedikit.
4. Pengorbanan atau kerugian individu dapat dilakukan untuk
menyelamatkan pengorbanan atau kerugian public, dan pengorbanan
ataupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan
menjatuhkan pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.
90
M. Umer Chapra, The Future of Economic: An Islamic Perspectif ( The Islamic Foundation, 2000),
337
65
5. Siapapun yang menerima manfaat harus menanggung biayanya.
6. Sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tidak dapat terpenuhi
merupakan suatu kewajiban untuk pengadaannya.
Allah Swt berfirman dalam ayatnya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.91
Sabab an-Nuzûl:
Diriwayatkan al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-
Nasa‟i, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, al-Baihaqi dalam Ad-
Dalâil dari jalur Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin ‟Adi, ketika dia
diutus Rasulullah saw.dalam sebuah sariyah (perang).92
Tafsir Ayat:
Allah Swt. berfirman: Yâ ayyuhâ al-ladzîna âmanû athî„û Allâh
wa athî‟û ar-Rasûl wa ulî al-amri minkum. Khithâb ayat ini ditujukan
kepada seluruh kaum Mukmin. Pertama: perintah untuk menaati Allah
Swt., yakni menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya.93
Kata ath-thâ‟ah berarti al-inqiyâd (ketundukan).94
Maksud
91
(Q.S an-Nisaa/4: 59) 92
As-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsûr, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), 314. 93
As-Qurthubi, Al-Jâmi‟ li Ahkâm al-Qur‟ân,vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993),167; as-
Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 2, 608.
66
menaati Allah Swt. di sini adalah mengikuti al-Quran. Kendati menaati
Rasulullah Saw., paralel dengan menaati Allah SWT dalam ayat ini
kedua-duanya disebutkan. Hal itu menunjukkan perbedaan obyek yang
ditunjuk. Menaati Allah Swt. menunjuk pada Kitabullah; menaati
Rasulullah saw. menunjuk pada as-Sunnah.
Keduanya meskipun sama-sama wahyu dari Allah Swt. yang wajib
ditaati berbeda. Al-Quran lafalnya dari Allah Swt.; as-Sunnah lafalnya
dari Rasulullah Saw. sendiri.
Ketiga: perintah menaati ulil amri. Para mufassir berbeda
pendapat mengenai makna istilah tersebut.Oleh sebagian mufassir, ulil
amri dimaknai sebagai ulamâ‟.Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas dalam
suatu riwayat, al-Hasan, Atha‟ dan Mujahid termasuk yang berpendapat
demikian.Mereka menyatakan, ulil amri adalah ahli fikih dan ilmu.95
Pendapat lain menyatakan, ulil amri adalah umarâ‟ atau
khulafâ‟.Menurut Ibnu ‟Athiyah dan al-Qurthubi, ini merupakan
pendapat jumhur ulama.96
Di antara yang berpendapat demikian adalah
Ibnu Abbas dalam suatu riwayat, Abu Hurairah, as-Sudi, dan Ibnu
Zaid;97
juga ath-Thabari, al-Qurthubi, az-Zamakhsyari, al-Alusi, asy-
Syaukani, al-Baidhawi, dan al-Ajili.98
Said Hawa juga menyatakan, ulil
amri adalah khalifah; yang kepemimpinannya terpancar dari syura kaum
Muslim; urgensinya untuk menegakkan al-Kitab dan as-Sunnah.Kaum
94
Al-Khazin, Lubâb at-Ta‟wîl fî Ma‟ânî at-Tanzîl,vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995),
392. 95
Al-Jashshash, Ahkâm al-Qur‟âm, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), 298. 96
bnu „Athiyyah, Al-Muharrar al-Wajîz, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 70; Ibnu
Jauzyi al-Kalbi, al-Tashîl li „Ulûm al-Qur‟ân, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 196. 97
Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhîth, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 290. 98
th-Thabari, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992),
153; al-Qurthubi, al-Jâmi‟ li Ahkâm al-Qur‟ân,vol. 3,168; az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, vol 1 (Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 513; al-Alusi, Rûh al-Ma‟ânî, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1999),63; asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994),
608; al-Baidhawi, Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr al-Ta‟wîl, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1988), 220; dan al-Ajili, Al-Futûhât al-Ilâhiyyah, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003), 77
67
Muslim wajib menaatinya beserta para amilnya dalam hal yang
makruf.99
Ayat di atas menerangkan bahwa kita sebagai umat muslim harus
senantiyasa taat kepada Allat Swt., Rasulullah Saw., serta ulil amri/
Pemerintah dan bersama-sama membangun kehidupan masyarakat yang
senantiyasa taat kepada aturan Allah Swt. Maka kegiatan pemerintah
harus mencerminkan usaha-usaha yang menuju kepada kesejahteraan
masyarakatnya. Hal itu bisa dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah termasuk dalam hal pengeluaran pemerintah.
Kemudian selanjutnya Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat
27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui”100
Abu Yusuf dalam kitabnya Al-Kharaj menetapkan prinsip
kemaslahatan dan prinsip menjauhkan kepentingan diri sendiri (al-I‟tibar
al-khos) dari dana publik. Keduanya mutlak diperlukan dalam
pengelolaan dana publik yang dikendalikan pemerintah dalam rangka
meminimalkan resiko kebocoran dan penyelewengan penggunaannya.
Efesiensi dan efektifitas merupakan landasan pokok dalam
kebijakan pengeluaran pemerintah, yang dalam ajaran islam dipandu
oleh kaidah-kaidah Syar‟iyah dan penentuan skala prioritas. Para ulama
terdahulu telah memberikan kaidah-kaidah umum yang didasarkan dari
99
Said Hawa, Al-Asâs fî Tafsîr, vol. 2 (Kairo: Dar al-Salam, 1999), 1102. 100 (Q.S an-Anfal/8: 27)
68
Al-Qur‟an dan Hadits dalam memandu kebijakan belanja pemerintah. Di
antara kaidah tersebut adalah:101
a) Kabijakan atau belanja pemerintah harus senantiasa mengikuti
kaidah maslahah.
b) Menghindari masyaqqah kesulitan dan mudarat harus didahulukan
ketimbang melakukan pembenahan.
c) Mudarat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudarat
dalam skala umum.
d) Pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu
dapat dikorbankan demi menghindari kerugian dan pengorbanan
dalam skala umum.
e) Kaidah al-giurmu bil gunni yaitu kaidah yang menyatakan bahwa
yang mendapatkan manfaat harus siap menanggung beban (yang
ingin untung harus siap menanggung kerugian).
f) Kaidah Ma la yutimmu al waajibu illa bihi fahwa wajib yaitu
kaidah yang menyatakan bahwa sesuatu hal yang wajib ditegakkan
dan tanpa ditunjang oleh faktor penunjang lainnya tidak dapat di
bangun, maka menegakkan faktor penunjang tersebut menjadi wajib
hukumnya.
B. Penelitian Terdahulu
Sesuai dengan skripsi yang penulis buat, terlebih dahulu saya melihat beberapa
skripsi yang telah ada sebelumnya, ini adalah beberapa penelitiannya:
101
Azalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, (Yogyakarta: 1995), 335.
69
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Judul, Jenis dan Nama
Penulis
Variabel dan Model
Analisis
Hasil Penelitian
1. Didi Nuryadin, Dkk (
2007),
“Aglomerasi dan
Pertumbuhan Ekonomi :
Peran Karakteristik
Regional di Indonesia “.
Skripsi.
Variabel yang digunakan
adalah aglomerasi, laju
angkata kerja, laju inflasi,
Human Capital Investment,
laju openness (variabel
indepnden) dan laju
pertumbuhan PDRB (variabel
dependen).
Hasilnya adalah laju
angkatan kerja yang
bekerja, laju inflasi, laju
openness memberikan
pengaruh signifikan
terhadap laju
pertumbuhan ekonomi
regional. Variabel
aglomerasi dan Human
Capital Investment tidak
berpengaruh terhadap
PDRB.
2. Sofwin Hadiati (2002), “
Analisis Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Jawa
tengah “. Skripsi.
Variabel yang digunakan
adalah investasi, tenaga kerja,
jumlah sarana angkutan
umum dan total output
regional. Metode yang
digunakan adalah OLS.
Hasil penelitian
menunjukan adanya
pengaruh positif antara
semua variabel
independen terhadap
variabel dependen yaitu
pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Tengah.
3. Eko Wicaksono Pambudi
(2013) “Analisis
Pertumbuhan Ekonomi
dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi
(Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah)”.
Skripsi.
Variabel yang digunakan
adalah pertumbuhan
ekonomi, aglomerasi,
investasi, angkatan pekerja
yang bekerja dan Human
capital investment.
Model yang digunakan
didasarkan pada teori
pertumbuhan neoklasik yang
dikemukakan oleh Solow,
yaitu faktor modal dan tenaga
kerja. Metode yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah data panel dengan
jumlah observasi sebanyak
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel aglomerasi
menujukan hasil negatif
tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi, variabel
investasi menunjukan
hasil positif dan
signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi,
70
175 observasi. Data yang
digunakan adalah kombinasi
antara data cross section
sejumlah 35 kabupaten/kota
dan data time series selama 5
tahun (2006-2010).
variabel angkatan kerja
yang bekerja menunjukan
hasil positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi,
dan variabel human
capital investment
menunjukan hasil positif
tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
4. Deddy Rustiono (2008)
“Analisis Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja,
dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jawa Tengah”.
Skripsi.
Variabel yang digunakan
adalah pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah, investasi
swasta: realisasi PMA dan
PDAM, angkatan kerja, dan
belanja pemerintah daerah,
krisis ekonomi
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
angkatan kerja, investasi
swasta (PMA dan
PMDN) dan belanja
pemerintah daerah
memberi dampak positif
terhadap perkembangan
PDRB Propinsi Jawa
Tengah. Krisis ekonomi
menyebabkan
perbedaan yang nyata
kondisi antara sebelum
dan sesudah krisis dan
memberi arah
yang negatif.
5. Yuliarmi
(2008) ”Pengaruh
Konsumsi
Rumah Tangga, Investasi
dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap
PDRB Propinsi Bali”.
Skripsi.
Variabel yang digunakan
Pertumbuhan ekonomi
Propinsi Bali, konsumsi
rumah tangga, investasi, dan
pengeluaran
pemerintah daerah.
Model penelitian yang
digunakan yaitu OLS
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
konsumsi RT,
investasi dan pengeluaran
pemerintah berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
71
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dipaparkan penulis diatas,
maka penulis membuat kerangka berfikir dengan tujuan agar mudah dipahami oleh
semua pihak.
Gambar 2. 2
Kerangka Berfikir
Pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat
pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan
ekonomi umumnya dalam bentuk presentase dan bernilai positif, tetapi juga mungkin
saja bernilai negatif. Negatifnya pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya penurunan
yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Dan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi disetiap daerah,
maka dapat dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Data PDRB tersebut dapat dilihat dari 9 sektor yang mempengaruhinya, yaitu:
sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih,
pembangunan, perdagangan, hotel, dan restaurant, pengangkutan dan komunikasi,
lembaga keuangan, dan jasa. Selain dilihat dari data PDRB, pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
Ekonomi
Pengeluaran
Pemerintah
Tingkat Suku Bunga
Inflasi
72
juga dapat dilihat dari tingkat inflasi suatu daerah, investasi, tingkat suku bunga, dan
pengeluaran agregat.
a. Hubungan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada prinsipnya tidak semua inflasi berdampak negatif pada
perekonomian.Jika terjadi inflasi ringan yaitu dibawah 10% maka dapat mendorong
terjadinya pertumbuhan ekonomi.Hal ini Karena inflasi mampu memberi semangat
para pengusaha untuk meningkatkan produksinya. Dan apabila inflasi lebih dari
10% maka akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen (IKK). Artinya,
masyarakat cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap risiko
kenaikan harga yang tinggi.
b. Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat suku bunga merupakan penentu dalam menentukan jenis investasi
yang akan direncanakan oleh para pengusaha. Apabila tingkat pengembalian modal
melibihi tingkat bunga maka para pengusaha akan merencanakan investasinya.
Namun apabila tingkat pengembalian modal lebih rendah dari tingkat bunga maka
para pengusaha akan membatalkan investasi tersebut.
c. Hubungan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengeluaran pemerintah merupakan anggaran dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk keperluan negara ataupun daerah. Dari aspek ekonomi, kebijakan
otonomi daerah yang bertujuan untuk pemberdayaan kapasitas daerah akan
memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomian.
Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa
pengaruh signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Melalui
kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat, daerah akan berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai
dengan kondisi, kebutuhan, dan kemampuan.
73
D. Hipotesis
Dari uraian kerangka pemikiran diatas, penulis menyimpulkan bahwa:
H1 = Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
H2=Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
H3 =Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan uraian hipotesis diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat
inflasi lebih dari 10% dan suku bunga yang tinggi maka akan berdampak negative
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan apabila investasi bisa menghasilkan
pendapatan maka pertumbuhan ekonomi pun akan meningkat dan apabila
pengeluaran pemerintah dapat membangun dan meningkatkan perekonomian di suatu
daerah, maka pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.