bab ii landasan teori dan kajian pustaka 2.1. teori
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan frase yang
berasal dari gabungan kata, yaitu “Manajemen” dan
“Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti
ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, Manajemen
juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok
guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah,
manajemen berarti ilmu atau seni mengatur
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu. Manajemen juga mengandung arti sebagai
usaha pencapaian tujuan yang diinginkan
denganmembangun suatu lingkungan yang kondusif
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih dalam sebuah kelompok yang terorganisir.
Sedangkan siswa adalah peserta belajar atau
murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Siswa
juga biasa disebut dengan pelajar. Dengan mendapat
awalan ke dan akhiran an menjadi kata “Kesiswaan”,
yang mengandung makna lebih khusus. Kesiswaan
memiliki arti yang lebih sempit dari kata dasarnya,
siswa. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang berkenaan
dengan urusan yang berhubungan dengan siswa. Dari
8
pengertian dua kata dasar tersebut diatas, maka
Manajemen Kesiswaan dapat dirumuskan sebagai
penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai
keluarnya peserta didik tersebut dari suatu lembaga
pendidikan (Sekolah), Siti Saydatu Syarifa Hakim (2004:
1).
Manajemen kesiswaaan dapat diartikan sebagai
suatu usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai
dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai
dengan mereka lulus sekolah.
Knezivich mendifinisikan manajemen peserta
didik sebagai “Suatu layanan yang memusatkan
perhatian kepada pengaturan, pengawasan, dan layanan
siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan,
pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia
matang di sekolah”.
Jadi secara simpel manajemen peserta didik dapat
dipahami sebagai suatu usaha untuk mengatur,
mengawasi, dan melayani berbagai hal yang memiliki
kaitan dengan peserta didik agar peserta didik mampu
mencapai tujuan pembelajaran di sekolah, mulai dari
peserta didik tersebut masuk sekolah sampai peserta
didik tersebut lulus dari sekolah, Knezivich (1961: 36).
Manajemen kesiswaan dapat diartikan sebagai
usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari
9
peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan
mereka lulus sekolah. Yang diatur secara langsung
adalah segi-segi yang berkenaan dengan peserta didik
secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan
dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan
terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan
untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin
terhadap peserta didik, Akhmad Sudajat (2010: 10).
Manajemen sekolah yag berkarakter baik
(mengandung nilai-nilai karakter) adalah pemanfaatan
dan pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimilii
sekolah, melalui proses dan pendekatan dalam rangka
mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan
dan mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang
luhur, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama
manusia, berbangsa maupun lingkungan, Budisma
(2011: 11).
Jadi dapat diuraikan bahwa manajemen
kesiswaan adalah tata laksana dan tata kemimpinan
atau kelompok dalam memimpin suatu kelompok dalam
mengatur sumber daya manusia dalam pencapain suatu
tujuan yang berkaitan dengan penataan dan pengaturan
terhadap segala kegiatan siswa dari awal masuk hingga
siswa tersebut tamat belajarnya. tujuan manajemen
kesiswaan adalah mengatur berbagai masalah dan
kegiatan dalam bidang kesiswaan, agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan
10
lancar, tertib dan teratur serta dapat mencapai tujuan
yang ditargetkan sekolah, memberikan cakupan dan
wilayah kerja yang sangat luas pada manajemen
kesiswaan.
2.2. Pengertian Manusia Unggul
Abdurahman Baharudin Wahid (2014: 1)
menyatakan bahwa pendidikan karakter untuk
Membentuk Manusia Unggul Indonesia, di Abad 21 ini,
sama dengan Negara lain saja belumlah cukup, namun
harus bisa unggul, lebih dari mereka. Unggul dalam
semua bidang, baik itu pendidikan, teknologi, industri,
pariwisata, dan lain-lain. Demikian pula semua lini
masyarakat juga harus bisa menunjukkan
keunggulannya, menjadi pemimpin yang unggul dan
menjadi masyarakat yang unggul. Sebenarnya, untuk
mencapai predikat unggul ini, tidaklah dapat diraih
dengan sekejap mata, atau seperti membalikkan telapak
tangan. Meraih predikat unggul ini harus diusahakan
dari semua hal yang terkecil dan dimulai sejak dini. Dari
definisi diatas dapat dikatakan bahwa dalam
pembentukan manusia unggul di Indonesia mempunyai
keunggulan disegala sektor kehidupan dan bisa menjadi
pemimpin dan masyarakat yang unngul meski dalam
meraih hal tersebut tidak sekacap namun perlu proses
dan tahapan dalam pencapain manusia unggul yang
diinginkannya.
11
Jassin H. Tuloli (2011: 11) menyatakan bahwa
manusia unggul adalah Memiliki kesadaran tinggi
mengenai kemampuan dan kelemahan dirinya.
Kelebihan dirinya dia kembangkan semaksimal mungkin
dan bermental baja dalam menentukan nasib
dirinya sendiri. Masa depan yang ingin dicapai sudah
direncanakan lebih dahulu, Sangat percaya atas
kemampuan diri sendiri. Tidak ada rasa pesimis, malu,
ragu-ragu, apa lagi takut. Berani memulai suatu
pekerjaan atau usaha baru. Memiliki internal motivation
yang cukup tinggi. Artinya dorongan untuk maju atau
sukses bukan karena dimotivasi orang lain dari luar
seperti dari teman atau atasan atau pula dari mereka
yang sukses, serta menggunakan pertimbangan hati
nurani yang baik dalam setiap pengambilan keputusan
yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan orang
lain.
Dari uraian diatas bisa dikatakan bahwa manusia
bisa dikatakan unngul jika manusia tersebut menyadari
kemampuan dan kelemahannnya, manusia yang bisa
mengembangkan potensi dengan maksiamal dan
merencanakan masa depan dengan akurat dan penuh
perhitungan dalam merencanakan masa depannya
membuang rasa ragu, malu meningkatkan motivasi dan
dorongan yang kuat untuk mencapai hasil yang
diinginkannya menjadi manusia unggul.
12
Ari Kurniawan (2013: 1) menyatakan bahwa
manusia unggul adalah manusia yang mempunyai
berbagai kelebihan. Keunggulannya tidak hanya
memiliki satu kelebihan. Melainkan memiliki berbagai
skill yang dibutuhkan. Manusia unggul ini selalu
berorientasi menjadi yang terdepan. Dan, Manusia
unggul pastinya berbeda dengan manusia pada
umumnya. Perbedaan manusia unggul umumnya
terletak pada kemampuan yang dimiliki baik keahlian
dan keunggulan secara moral ataupun akhlak yang
baik, keunggulan dalam kompetensinya dan memiliki
budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia dan
sesuai norma-norma atau kaidah yang berlaku dalam
kehidupan terkecil yaitu keluarga, masyarakat maupun
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tidak sedikit cara yang dapat digunakan untuk
menjadi manusia unggul. Artinya, berbagai cara dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan
keunggulan kualitas pribadi. Menciptakan pemikiran
yang selalu berorientasi pada inovasi dan menjadi
inovator bagi manusia lainnya. Manusia unggul
merupakan manusia yang memiliki kualitas yang
tentunya tidak dimiliki manusia pada umumnya.
Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk
menjadi yang terbaik. Disamping itu, Manusia unggul
tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa.
Manusia unggul yang memiliki kemampuan atau
13
kompetensi dibidangnya sehingga apa yang
dilakukannya sesuai dengan norma atau kaidah yang
berlaku dimasyarakat. Manakala Indonesia memiliki
manusia unggul, maka bangsa indonesia mampu
bersaing dengan negara-negara maju. Karena manusia
unggul dapat mengembangkan ide maupun bakat
sehingga mereka mampu menjadi inspirator dan
inovator dan memberikan konstribusi yang besar bagi
negara kita.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
manusia unggul yaitu manusia unggul memiliki kualitas
yang tentunya tidak dimiliki manusia pada umumnya.
Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk
menjadi yang terbaik. Disamping itu, Manusia unggul
tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa.
Manusia unggul yang memiliki kemampuan atau
kompetensi dibidangnya sehingga apa yang
dilakukannya sesuai dengan norma atau kaidah yang
berlaku dimasyarakat.
2.3. Pendidikan karakter
Istilah karakter sama sekali bukan hal yang baru
bagi kita. Ir. Soekarno salah seorang pendiri Republik
Indonesia, telah menyatakan tentang pentinganya
“Nation And Character Building” bagi negara yang baru
merdeka. Konsep membangun karakter juga kembali
14
dikumandangkan oleh Ir. Sekarno era 1960-an dengan
istilah “Berdiri Diatas Kaki Sendiri” (berdikari).
Karakter berasal dari bahasa Yunani Kharakter
yang berakar dari diksi “Kharassein” yang berarti
memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave),
sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna
membedakan tanda. Dalam Bahasa indonesia, Karakter
dapat diartikan sebagai sifat-sifat
kejiwaan/tabiat/watak. Karakter American Herritage
Dictionary, merupakan kualitas sifat, ciri, atribut, serta
kemampuan khas yang dimiliki individu yang
membedakannya dari pribadi yang lain (Sri Narwati,
2011: 1).
Sedangkan pendidikan karakter untuk
menciptakan manusia unggul menurut David Elkind &
Fredy Sweet dalam (Sri Narwanti, 2011: 15), menyatakan
pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
“Character education is is deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values.
When we think about the kind of character we want for
our children, it is clear that we want m to able to judge
what is right, care deeply about what is right, and then do
what they believe to be right, even in the face of pressure
from without and temptation from wthin”.
Thomas Lickona dalam (Heri Gunawan 2012: 23)
menyatakan pendidikan untuk membentuk kepribadian
seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya
15
terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati
hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.
Menurut Mendiknas dalam (Heri Gunawan, 2012:
32), menyatakan terdapat sembilan pilar karakter yaitu:
a. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
b. Kemandirian dan tanggung jawab.
c. Kejujuran/amanah dan diplomatis.
d. Hormat dan santun.
e. Dermawan dan suka tolong-menolong dan gotong
royong/kerjasama.
f. Percaya diri dan pekerja keras.
g. Kepemimpinan dan keadilan.
h. Baik dan rendah hati.
i. Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan.
Menurut T. Ramli dalam (Heri Gunawan, 2012: 24)
menyatakan pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk anak
supaya menjadi manusia yang baik, warga sekolah yang
berpijak pada dasar manusia itu sendiri.
Menurut Masnur Muslich (2013: 5) dalam
bukunya “Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional” dapat dirangkum sebagai
berikut: Pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian
16
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga institusi, pendidikan karakter mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan
simbol-simbol yang dipraktekan oleh warga sekolah dan
masyarakat sekitar sekolah, budaya sekolah merupakan
ciri khas karakter atau watak.
Thomas Lickona dalam (Masnur Muslich, 2013:
75), menyakan pendidikan karakter yang benar harus
melibatkan aspek knowing the good (moral knowing)
aspek kognitif, desiring the good atau loving the good
(moral feeling) aspek afektif, dan acting the good (moral
action) atau (moral behaviour).
Tahapan pengembangan karakter menurut
menurut Heri Gunawan (2012: 38), dalam bukunya
“Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi”
a. Moral knowing (Pengetahuan Moral), berhubungan dengan
bagaimana seorang mengetahui sesuatu nilai yang
pendidikan karakter yang dijabarkan dalam 6 sub
komponen, yaitu: (a) moral awareness (kesadaran moral),
(b) knowing moral values (pengetahuan nilai moral), (c)
perspective-taking (memahami sudut pandang lain), (d)
17
moral reasoning (penalaran moral), (e) decision-making
(membuat keputusan), (f) self-knowledge (pengetahuan
diri).
b. Moral feeling (sikap moral), yang menjadi tahapan
selanjutnya pada komponen karakter yang dijabarkan
menjadi 6 sub yaitu: (a) Conscience (nurani), (b)
Self-esteem (harga diri), (c) Empathy (empati), (d) Loving the
good (cinta kebaikan), (e) Self-control (kontrol diri) dan (f)
Humility (rendah hati).
c. Moral action (perilaku moral), dibangun atas 3 tahapan
yang dijabarkan sebagai berikut: (a) Competence
(kompetensi), (b) Will (keinginan) dan (c) Habit (kebiasaan).
Jadi manusia unggul yang berkarakter adalah
manusia yang mempunyai integritas untuk menjadi
contoh oleh orang lain. Manusia yang mempunyai
berbagai kelebihan. Keunggulannya tidak hanya
memiliki satu kelebihan. Melainkan memiliki berbagai
skill yang dibutuhkan. Manusia unggul mempunyai
potensi yang sesuai dengan peraturan, norma yang
sesuai dengan karakter yang baik dan selalu
berorientasi menjadi yang terdepan, karena manusia
unggul pastinya berbeda dengan manusia pada
umumnya wawasan. Yang mempunyai sikap (attitudes),
perilaku (behaviour), motivasi (motivations) dan
ketrampilan (skill) dengan mengaplikasikan nilai
kebaikan pada dirinya, pada sesama, lingkungannya,
bangsa dan negara. Mengoptimalkan potensi yang
18
dimiliki disertai dengan kesadaran pada penanaman
nilai-nilai karakter pada dirinya.
2.4. Penelitian yang relevan
Bahwa masalah yang dihadapi dalam penelitian
ini belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu.
Jika penelitian ini pernah dilakukan oleh peneliti lain
ada perbedaan terhadap penelitian yang lain,
diantaranya.
Jati, Ira Puspita (2012) Pendidikan Karakter Jujur
di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Master’s
Thesis, IAIN Walisongo. Hasil penelitiannya meliputi:
Persoalan karakter bangsa sering kali menjadi sorotan
masyarakat.
Pendidikan karakter untuk sekolah menengah
kejuruan (SMK) Drs. Nur Kholiq, M.Pd (2012) Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan rumusan
model pendidikan karakter untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Kabupaten Jepara dengan
menggunakan pendekatan norma-norma dan kearifan
lokal Kota Jepara.
Agam Bayu Suyanto (2008), upaya membentuk
pribadi yang berkarakter dan berintegrasi melalui
pendidikan karakter Pendidikan karakter untuk
generasi berkarakter unggul. Hasil penelitiannya
meliputi: pembentukan karakter berintegritas.
19
Budisma (2011), pendidikan karakter secara
terpadu melalui manajemen sekolah. Hasil penelitiannya
meliputi: Merencanakan, melaksanakan, mengawasi
pelaksanaan pendidikan karakter disekolah.
Implementasi pendidikan karakter berbasis
pondok pesantren dalam pembelajaran pendidikan
agama islam di SMP Ali Maksum tahun 2014.
Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti diatas
menunjukkan bahwa dengan pendidikan karakter
adalah suatu upaya untuk mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab beradasarkan Pancasila. Upaya pembentukan
karakter sesuai dengan budaya bangsa.
Pada penelitian yang dilakukan penulis
memfokuskan pada program kesiswaan untuk
membentuk manusia unggul berkarakter untuk
mengembangkan perilaku baik siswa dalam kehidupan
sehari-hari dengan tujuan agar siswa dapat
mencermikan karakter yang baik. Pada hakekatnya,
pendidikan karakter dapat diintegrasikan melalui mata
pelajaran, pengembangan diri dan kultur sekolah.
Dalam meningkatkan pendidikan karakter pada siswa
melalui srategi yang berfokus pada pengembangan
kultur sekolah. Kultur sekolah merupakan keyakinan,
kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang dipegang
bersama oleh seluruh warga sekolah. Kultur sekolah
sendiri juga diimplementasikan melalui kegiatan rutin
20
sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengkondisian pada kegiatan tersebut akan disisipkan
nilai-nilai karakter.
2.5. Kerangka Berpikir
Setiap institusi pendidikan memiliki tujuan utama
berupa terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas,
karena pendidikan adalah elemen penting dalam
pembangunan bangsa karena pendidikan memiliki
peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi
manusia. Melalui pendidikan diharapkan terjadi
transformasi yang dapat menumbuh kembangkan
karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak
baik menjadi baik. Pendidikan dipandang berperan
dalam mengatasi krisis moral karena pendidikan
merupakan usaha atau proses yang ditujukan
untuk membina kualitas sumber daya manusia
seutuhnya.
Pendidikan karakter merupakan suatu upaya
untuk mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
beradasarkan Pancasila. Upaya pembentukan karakter
sesuai dengan budaya bangsa dapat dilakukan di
sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar
yang terintegrasi pada setiap mata pelajar, harus
mengandung karakter di dalamnya. Kultur sekolah
merupakan suatu nilai, kebiasaan-kebiasaan, norma,
21
ritual, yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah dan
dipraktikan oleh seluruh warga sekolah. Melalui
sekolah siswa dapat belajar menjadi pribadi yang baik,
karena sekolah tidak hanya dituntut menjadikan
siswanya menjadi anak yang memiliki segudang
prestasi, melainkan juga memiliki sikap, perilaku yang
baik dan menjadi kebanggaan bagi orang tua dan
sekolah. Sekolah diharapkan dapat menanamkan
karakter pada diri siswa. Nilai-nilai karakter yang ada
dapat ditumbuhkan melalui visi, dan misi sekolah. Visi,
misi SMK Negeri 3 Kendal yaitu unggul dalam prestasi,
beretos kerja tinggi, berwawasan religi dan kebangsaan,
maka nilai-nilai yang ditumbuhkan religius,
tanggung jawab, jujur, dan disiplin.
22
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir
Pendidikan karakter
Mata pelajaran Kesiswaan Pengembangan Diri
1. Kesadaran diri
2. Disiplin 3. Tanggung jawab
4. kompensasi
Pembudayaan dan
Pembiasaan 1. Pengkondisian
2. Kegiatan rutin 3. Pembentukan mental & fisik 4. Penghargaan
Karakter