bab ii landasan teori ii.1 pengertian good corporate ...thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00514-ak...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Good Corporate Governance
Pentingnya penerapan Good Corporate Governance telah menjadi
perhatian bagi dunia bisnis di setiap negara. Isu ini terus dikaji oleh pelaku
bisnis, akademis, pembuat kebajikan dan lain sebagainya. Pemahaman tentang
praktik Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Istilah
Corporate Governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini
dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi
praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Corporate Governance
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis,
yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan
direksi, para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Komite Cadbury (1992) mendefinisikan Corporate Governance yang
diterjemahkan oleh Tjager Nyoman:12 (2003) sebagai,
Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholder. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
11
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)
(2004) yang diterjemahkan oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006)
mendefinisikan Corporate Governance adalah sebagai,
Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi dewan dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus mengfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien.
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-
117/M-MBU/2002, Corporate Governance adalah,
Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika. (Keputusan Menteri, 2002) (www.bumn.go.id)
Pengertian menurut Jill Solomon adalah,
Corporate Governance is defined as the system checks and balances, both internal and external to companies, which ensures that companies discharge their accountability to all their stakeholders and act in a socially responsible way in all areas of their business activity. (Jill Solomon:10 , 2007)
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas adalah bahwa
Good Corporate Governance adalah suatu struktur atau sistem tata kelola yang
baik dengan proses yang transparan dalam mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para stakeholders.
12
II.2 Sejarah Good Corporate Governance
Good Corporate Governance mulai berkembang sejak setelah kejadian
The New York Stock Exchange Crash pada 19 Oktober 1987 dimana cukup
banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New York,
mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Di kala itu, untuk
mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, banyak para eksekutif
melakukan rekayasa keuangan yang intinya adalah bagaimana
“menyembuyikan” kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja
manajemen dan laporan keuangan.
Dengan kesadaran tinggi untuk meningkatkan daya saing bangsa oleh
segenap negarawan, cendekiawan dan usahawan, maka dimulailah gerakan untuk
meningkatkan praktik-praktik yang baik dalam perusahaan. Gerakan ini dimulai
dari tokoh-tokoh di Inggris yang dipimpin oleh Sir Adrian Cadbury, yang pada
saat itu sebagai Directur Bank of England dan mantan CEO Group Cadbury.
Sejak terbitnya Cadbury code on Corporate Governance pada tahun
1992, semakin banyak institusi yang terus melakukan penyempurnaan dalam
prinsip-prinsip dan petunjuk teknis praktik, antara lain International Corporate
Governance Network (ICGN) yang mendorong Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) mengeluarkan OECD Principles on
Corporate Governance. ICGN (International Corporate Governance Network)
sangat berkepentingan dalam implementasi Good Corporate Governance, karena
anggota mereka terdiri dari institusi dana pensiun dan asuransi yang mengelola
dana nasabah untuk investasi jangka panjang.
13
II.3 Teori-teori yang mendasari Good Corporate Governance
II.3.1 Agency Theory
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori
tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi,
dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan
kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor
dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dalam
bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Dimana para
manajemen perusahaan akan bergerak dengan kesadaran sendiri untuk
mementingkan diri sendiri bukan sebagai pihak yang adil terhadap
pemegang saham (Murwaningsari, 2009). Teori agensi mengasumsikan
bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri.
Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada
hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam
perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
tersebut (Jensen & Meckling, 1976).
II.3.2 Stewardship Theory
Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana
para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih
ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi,
14
sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah
dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk
bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak
akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai
sasaran organisasinya (Donaldson dan Davis, 1997).
II.3.3 Stakeholder Theory
Dalam Stakeholder model, perusahaan adalah organisasi yang
mendapatkan sumber daya dari investor, karyawan, dan dari supplier
yang selanjutnya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa untuk
kemudian dijual kepada konsumen (Donaldson & Preston, 1995).
Corporate Governance disini merupakan sistem yang dirancang untuk
menjamin terpeliharanya keseimbangan internal dalam suatu organisasi
dengan keseimbangan eksternal yang berkepentingan. Dengan menjamin
bahwa semua pihak akan bertindak dan berperilaku sesuai aturan yang
berlaku, maka perusahaan akan mencapai sasaran tanpa perlu
menimbulkan kerugian kepada pihak stakeholders.
II.4 Perbedaan Implementasi Good Corporate Governance di Amerika Serikat
dengan Asia
Model penerapan Good Corporate Governance pada tiap negara berbeda-
beda di seluruh dunia. Penerapan yang digunakan di Amerika Serikat adalah
dengan menggunakan model Anglo-American model dimana model ini
15
menekankan dewan direksi terdiri dari campuran eksekutif dari perusahaan dan
direktur non eksekutif, yang semuanya dipilih oleh pemegang saham. Di
Amerika Serikat, perusahaan secara langsung diatur oleh undang-undang negara,
sementara pertukaran efek dalam perusahaan diatur oleh undang-undang federal.
Amerika Serikat mulai mengembangkan tata kelola perusahaan sejak
tahun 1992 saatt Cadbury Report dikeluarkan. Seiring dengan berjalannya tahun
terjadilah skandal Enron dan WorldCom yang menunjukkan bahwa kegiatan
perusahaan yang didesain untuk mendukung manajemen masa sekarang tidak
dibutuhkan bagi para pemegang saham, pemegang saham hanya menginginkan
kesenjangan untuk dirinya dalam masa sekarang bukan demi kesenjangan
perusahaan di masa depan. Hal ini membuat Amerika Serikat mengeluarkan
Sarbanes Oxley Act, dimana terjadinya perkembangan atas standar akuntansi
internasional untuk perusahaan dan juga kode etik untuk akuntan-akuntan
profesional untuk dapat berharmonisasi secara dunia. (Carder, 2008)
Negara-negara di Asia memakai model penerapan yang sudah ditentukan
standarnya dari Organization for Economic Co–operation and Development
(OECD) dimana pada negara Asia diterapkan secara berbeda-beda tiap negara
dimana sesuai dengan kebudayaan, keadaan ekonomi dan keadaan sosial masing-
masing negara.
Menurut Barton, hampir semua negara di Asia yang menjadi perusahaan
yang telah terdaftar di bursa efek masing-masing negaranya membutuhkan
adanya auditor yang independen dan komite audit (Barton et.al. ,2004). Awal
16
permulaan berkembangnya tata kelola perusahaan yang terjadi pada negara-
negara di Asia dengan yang terjadi pada negara-negara di Eropa dan Amerika
Serikat sangat berbeda. Pemerintah, para pemimpin perusahaan, investor, dan
pengatur peraturan di Asia menyadari bahwa praktik tata kelola perusahaan tidak
akan berubah dalam semalam, sehingga kesabaran sangatlah dibutuhkan dalam
menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Agar perusahaan-
perusahaan dapat mematuhi peraturan yang baru merupakan prospek yang sulit
dimana membutuhkan lebih besarnya transparansi dan pelaksanaan yang lebih
baik, dengan tidak melupakan dalam pergolakan budaya di ruang dewan.
Tanpa besarnya transparansi yang dilakukan oleh perusahaan maka
peraturan baru dan kode pemerintah akan tata kelola perusahaan hanya akan
membangun sedikit kepercayaan dari investor. Meskipun reformasi sedang
berjalan, standar akuntansi di negara-negara Asia masih tetap lemah. Kurangnya
akuntan profesional yang mengerti akan standar akuntansi baik di negara sendiri
maupun internasional secara mendalam. Organisasi akuntansi yang membuat
peraturan masih longgar baik dalam membuat peraturan maupun dalam
penerapan peraturan itu sendiri. Sebagai hasil dari hal-hal tersebut maka
pendapatan yang dilaporkan, arus kas, dan laporan neraca tidak dapat diandalkan
atau dipercaya. (Mulyadi & Anwar, 2011)
Para investor di beberapa wilayah tidak semua ingin ikut serta secara
langsung dalam membangun perusahaan agar menggunakan tata kelola
perusahan yang baik (Felton, 2004). Kebanyakan investor secara praktiknya
menanamkan modalnya kepada perusahaan-perusahaan yang mereka percaya
17
dapat berkembang dan dapat memberikan imbal balik kepada mereka di masa
sekarang. Jika perusahaan tidak dapat memberikan imbal balik maka mereka
akan menjual kepemilikan yang mereka miliki. Hal inilah yang menyebabkan
kurang berkembangnya tata kelola perusahaan di negara Asia. Dimana
sebenarnya investor juga perlu ikut serta dalam membantu pelaksanaan reformasi
tata kelola perusahaan pada negara di Asia.
Akan tetapi ada investor juga yang sudah mulai ikut serta dalam
mendukung reformasi tata kelola perusahaan pada Negara di Asia. Sebagai
contoh adalah di negara Singapura, The Securities Investors Association of
Singapore bekerja sama dengan para perusahaan untuk mencalonkan auditor
independen dan berharap untuk bekerja sama dengan manajer dana untuk
mengembangkan tata kelola perusahaan dimana tempat mereka menanamkan
modalnya.
Di Indonesia, beberapa organisasi (Bursa Efek Indonesia, Bank
Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia) bersama-sama menyelenggarakan
“Annual Report Award” yang diadakan tiap tahun. Penghargaan ini diukur dari
laporan akhir tahun perusahaan (dilihat dari isinya, pengungkapannya, dan juga
termasuk laporan keuangannya) dan juga praktik tata kelola perusahaannya. Jika
perusahaan tersebut terpilih dalam tiga besar pada “Annual Report Award”, maka
itu akan membuat perusahaan tersebut diakui dari beberapa organisasi tersebut
bahwa mereka memiliki laporan tahunan yang baik (pengungkapan yang baik,
informasi yang baik, kualitas yang baik) dan juga pengimplementasian tata
18
kelola perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lain.
II.5 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate
Governance ini, Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan
ekonomi, peraturan-peraturan yang mendukung, standar audit yang digunakan,
budaya dan tradisi masing-masing negara dimana itu akan membuat perbedaan
dan berpengaruh pada setiap negara dalam menerapkan Good Corporate
Governance.
Prinsip-prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator
(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan Corporate
Governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat
menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi best practices bagi
peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.
Pelaksanaan Good Corporate Governance berlandaskan kepada lima
prinsip dasar, (Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-
117/M-MBU/2002) yaitu :
19
II.5.1 Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai perusahaan.
II.5.2 Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
II.5.3 Pertanggungjawaban (Responsibility)
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
II.5.4 Independensi (Independency)
Suatu keadaan di mana perusahaan di kelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
II.5.5 Kewajaran (Fairness)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
20
II.6 Pedoman Umum Prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menjadi
acuan bagi setiap negara dalam penerapannya. Prinsip-prinsip Good Corporate
Governance yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) tahun 2004 (www.oecd.org) mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Ensuring the basis for an Effective Corporate Governance
Framework
Untuk memastikan kerangka kerja tata kelola perusahaan yang
efektif, perlu untuk menetapkan landasan hukum, peraturan dan
kelembagaan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku pasar
untuk melakukan kegiatan bisnis mereka.
2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions
Kerangka tata kelola perusahaan harus melindungi dan
memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham. Hak pemegang
saham harus terdiri dari hak untuk dirinya dalam merasa aman bahwa
dirinya sudah dicatatkan sebagai pemegang kepemilikan, dapat
mengalihkan saham yang dimiliki, memperoleh informasi perusahaan
secara teratur dan tepat waktu, berpartisipasi dalam rapat umum
pemegang saham, memilih dewan komisaris dan direksi, dan berbagi
secara proporsional pada laba perusahaan.
21
3. The Equitable Treatment of shareholders
Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa seluruh
pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing,
memperoleh perlakuan yang setara. Perlakuan yang adil harus dialami
oleh semua pemegang saham dimana, semua pemegang saham harus
memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas
pelanggaran hak-hak mereka.
4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance
Korporasi harus mendorong kerja sama aktif antara perusahaan
dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
keberlanjutan perusahaan. Semua stakeholder harus memiliki akses
rutin dan tepat waktu ke informasi yang relevan, cukup dan dapat
diandalkan
5. Disclosure and Transparency
Kerangka tata kelola perusahaan harus menjamin transparansi,
akurasi dan ketepatan waktu informasi perusahaan. Pengungkapan
harus mencakup, namun tidak terbatas pada, informasi material yang
berkaitan dengan kinerja keuangan, transaksi, manajemen risiko, dan
korporasi tata struktur dan kebijakan, terutama prinsip tata kelola
perusahaan. Informasi harus disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi berkualitas tinggi. Laporan keuangan harus diaudit
oleh, auditor independen yang kompeten, dan sangat berkualitas.
22
6. The responsibilities of the Board
Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan strategis
pengelolaan perusahaan, pemantauan dewan, dan akuntabilitas dewan
untuk perusahaan dan pemegang saham. Ini berarti bahwa dewan
harus bertindak dengan itikad baik dan dengan hati-hati. Dewan
Komisaris harus memperlakukan semua kelompok pemegang saham
yang sama dan dengan standar etika yang tinggi. Dewan harus
melakukan fungsinya seperti melakukan peninjauan kembali dan
menetapkan kebijakan strategis perusahaan, memutuskan rencana
perusahaan dan kebijakan manajemen risiko, menetapkan dan
memantau anggaran tahunan, dan mengevaluasi dan mengelola
kemungkinan konflik kepentingan di antara anggota dewan,
pemegang saham, dan eksekutif manajemen kunci.
II.7 Pedoman Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Indonesia
Penerapan prinsip Good Corporate Governance di Indonesia dilakukan
berdasarkan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah Indonesia dimana
pemerintah Indonesia membuat Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) yang membuat Code of Good Corporate Governance pada tahun 1999
dan telah direvisi pada tahun 2006 (www.knkg-indonesia.com).
Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia memuat prinsip
dasar dan pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang
merupakan standar minimal yang mencakup:
23
1. Menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik.
2. Prinsip tata kelola perusahaan.
3. Etika bisnis dan kode etik.
4. RUPS dan hak serta tanggung jawab pemegang saham.
5. Komposisi, persyaratan, pengangkatan atau pemberhentian , tugas
dan fungsi dan pertanggungjawaban dari komponen-komponen
perusahaan seperti dewan komisaris, direksi serta komite penunjang.
6. Pernyataan mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance.
7. Praktis panduan tentang pelaksanaan Good Corporate Governance.
Pelaksanaan Good Corporate Governance masih bersifat voluntary
dimana pedoman hanya sebagai acuan sehingga tidak ada sanksi yang diberikan.
Dalam peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki
sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek
Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris adalah
komisaris independen. Jumlah direksi disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan agar perusahaan tetap efektif dalam pengambilan keputusan. Komite
yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit, komite nominasi
dan remunerasi, komite kebijakan risiko dan komite kebijakan corporate
governance. Fungsi internal audit bertanggung jawab terhadap direktur utama
atau kepada direktur yang membawahi tugas pengawasan internal. Ada nilai-nilai
yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya
dari perusahaan. Walaupun dalam pedoman tidak diatur akan tetapi, Bapepam-
24
LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan mengenai prosedur
penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi.
II.8 Pedoman Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Malaysia
The Malaysian Code on Corporate Governance ini diterbitkan oleh Bursa
Efek Malaysia dan kewajiban untuk melaksanakan Pedoman ini diatur dalam
peraturan tentang pencatatan efek di bursa efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan
pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas pedoman yang diterbitkan
sebelumnya (www.bursamalaysia.com).
The Malaysian Code on Corporate Governance tahun 2007 mencakup
hal-hal:
1. Principles
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas
yang berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk
memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsip-
prinsip sesuai dengan keadaan masing-masing perusahaan.
2. Best Practices in Corporate Governance
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktik yang
dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam merancang
pendekatan mereka terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi
perusahaannya.
25
3. Exhortations to Other Participants
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas
yang bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan
yang terdaftar tetapi untuk investor dan auditor untuk meningkatkan
peran mereka dalam tata kelola perusahaan.
Pelaksanaan Good Corporate Governance bersifat comply and explain
dimana perusahaan wajib mengungkapkan prinsip dan praktik Good Corporate
Governance baik yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan serta dengan
alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Sanksi dapat diberikan oleh bursa Malaysia
jika tidak mengungkapkan penerapan tata kelola di laporan tahunan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Perusahaan publik di Malaysia wajib memiliki
sekurang-kurangnya adalah satu per tiga dari dewan. Malaysia menganut sistem
one board system dimana dewan komisaris dan direksi terletak dalam satu
dewan. Komite yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit,
komite nominasi dan komite remunerasi. Fungsi internal audit bertanggung
jawab terhadap komite audit. Tidak ada nilai-nilai yang dijabarkan guna
pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya dari perusahaan.
Komponen remunerasi harus cukup terstruktur dan dikaitkan dengan kinerja
perusahaan dimana remunerasi untuk direksi dikaitkan dengan kinerja individu
dan remunerasi untuk dewan komisaris mencerminkan pengalaman dan tanggung
jawabnya.
26
II.9 Pedoman Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Singapura
The Singapore Code of Corporate Governance ditentukan pada tahun
2005 yang dikelola secara bersama-sama oleh Singapore Exchange (SGX) dan
Monetary Authority of Singapore (MAS). Kode ini mengacu ke standar
internasional dan dirancang untuk melayani sebagai panduan bagi emiten untuk
memenuhi harapan stakeholder atas standar dari Corporate Governance.
Singapura mengadopsi pendekatan ‘a comply or explain’ terhadap kode.
Meskipun kepatuhan terhadap prinsip bisnis ini tidak wajib, emiten diharuskan
untuk mengungkapkan praktik tata kelola perusahaan mereka dan memberikan
penjelasan untuk penyimpangan dari kode dalam laporan tahunan mereka. Pada
tahun 2010 The Singapore Code of Corporate Governance telah direvisi kembali
oleh the Corporate Governance Council guna memperbaharui struktur dari hal -
hal yang terkait dengan Corporate Governance yang ada di Singapura
(www.sgx.com).
The Singapore Code of Corporate Governance mencakup hal-hal:
1. Board Matters
Memuat masalah-masalah tentang bagaimana dewan dapat secara
efektif dalam memimpin dan mengatur perusahaan dimana dewan
harus bertindak secara independen dalam pengambilan keputusan
tanpa diganggu oleh pihak manajemen yang lain.
27
2. Remuneration Matters
Memuat masalah-masalah akan remunerasi yang harus memiliki
prosedur yang transparan dalam remunerasi tiap direktur tanpa
dipengaruhi baik dari direktur itu sendiri ataupun dari direktur yang
lain.
3. Accountability and Audit
Dewan perlu mengungkapkan kinerja, posisi finansial dan
prospek ke depan dari perusahaan yang dapat dimengerti dan
dipercaya oleh para stakeholders. Perusahaan harus memiliki komite
audit yang akan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta
memiliki kekuasaan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku.
4. Communication with Shareholders
Perusahaan perlu melakukan komunikasi yang rutin, efektif dan
adil terhadap semua shareholders. Perusahaan perlu memberikan
partisipasi lebih kepada shareholders dan memberikan kesempatan
kepada shareholders untuk menanyakan beberapa masalah yang
mempengaruhi perusahaan dalam rapat umum pemegang saham
ataupun rapat umum tahunan.
5. Disclosure of Corporate Governance Arrangements
Bursa efek Singapura atau Singapore Exchange mengeluarkan
peraturan dimana perusahaan yang terdaftar harus mengungkapkan
laporan tahunan perusahaan perlu memberikan praktik tata kelola
perusahaan dengan referensi khusus yang sudah diberikan melalui
kode. Sebagai contoh hubungan antara dewan direksi dengan CEO,
28
jumlah pertemuan rapat umum pemegang saham serta jumlah direktur
yang hadir dalam pertemuan rapat umum pemegang saham dan
adanya remunerasi yang jelas terhadap direktur perusahaan.
Pelaksanaan Good Corporate Governance bersifat comply and explain
dimana perusahaan wajib mengungkapkan praktik tata kelola dengan referensi
khusus serta mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaan
dalam laporan tahunan perusahaan. Sanksi tidak diberikan jika tidak dijalankan
akan tetapi perusahaan perlu menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak
menerapkan. Perusahaan publik di Singapura wajib memiliki sekurang-
kurangnya adalah satu per tiga dari dewan. Anggota direksi harus mendapatkan
pelatihan yang tepat mengenai tugas dan tanggung jawabnya. Komite yang dapat
dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit, komite nominasi dan komite
remunerasi. Fungsi internal audit bertanggung jawab terhadap komite audit dan
kepada Chief Executive Officer (CEO). Tidak ada nilai-nilai yang dijabarkan
guna pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya dari perusahaan.
Dalam melakukan penyusunan remunerasi direksi harus dibuat secara terstruktur
sehingga ada kesesuaian antara penghargaan yang diberikan dengan kinerja
perusahaan dan individu.
II.10 Perbandingan Pedoman Penerapan Good Corporate Governance di Negara
Indonesia, Malaysia, dan Singapura
Good Corporate Governance yang diterapkan oleh negara Indonesia,
Malaysia, dan Singapura berbeda-beda. Walau mereka menggunakan model
29
yang sama yang dikeluarkan oleh Organisation Economic Co-operation and
Development (OECD). Hal-hal yang menjadi perbedaan akan dimunculkan pada
tabel ini sebagai berikut :
TABEL 2.1 Perbandingan Pedoman Penerapan Good Corporate Governance
Keterangan Indonesia Malaysia Singapura
Metode penerapan
pedoman Good Corporate
Governance
Jika aspek pedoman belum dijalankan maka
perusahaan harus mengungkap aspek yang
belum dilaksanakan beserta dengan alasannya dalam laporan tahunan tetapi pedoman hanya
acuan sehingga penerapan sesuai dengan otoritas
masing-masing.
Perusahaan wajib mengungkapkan prinsip
dan praktik Good Corporate Governance
baik yang dilakukan maupun yang tidak
dilakukan serta dengan alasan atas ketidakpatuhan
tersebut.
Perusahaan wajib mengungkapkan praktik
tata kelola dengan referensi khusus serta mengungkapkan dan menjelaskan setiap
perbedaan pelaksanaan dalam laporan tahunan
perusahaan
Jumlah Komisaris Independen
Dalam peraturan Bapepam-LK sekurang-
kurangnya 1 orang komisaris independen dalam BEI sekurang-kurangnya 30% dari
jumlah dewan komisaris
1/3 dari anggota dewan 1/3 dari anggota dewan
Sanksi yang akan diberikan
Tidak ada sanksi yang diberikan
Dapat diberikan sanksi jika tidak mengungkapkan pelaksanaan tata kelola dalam laporan tahunan
Tidak ada sanksi yang diberikan akan tetapi harus menjelaskan
secara rinci alasan tidak menerapkannya
Jumlah direksi Disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan
One board system dimana dewan komisaris dan
direksi terletak dalam satu dewan
Direksi perlu mendapatkan pelatihan
terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawabnya
Komite yang dibentuk
Komite Audit, Komite Nominasi, Komite
Kebijakan Risiko, Komite Kebijakan Corporate
Governance
Komite Audit, Komite Nominasi
Komite Audit, Komite Nominasi, Komite
Remunerasi
Fungsi internal audit
Bertanggung jawab kepada
Direktur Utama atau Direktur yang
membawahi tugas pengawasan internal
Bertanggung jawab langsung kepada Komite
Audit
Bertanggung jawab kepada ketua Komite
Audit meskipun secara administratif auditor
internal juga akan melapor kepada
CEO Etika Bisnis dan
Pedoman Perilaku
Ada nilainilai yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana
Tidak ada ketentuan dalam etika bisnis dan pedoman
perilaku
Tidak ada ketentuan dalam etika bisnis dan
pedoman perilaku
30
Remunerasi Dewan
Komisaris dan Direksi
Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan mengenai prosedur penetapan dan
besarnya remunerasi anggota dewan komisaris
dan direksi
Remunerasi untuk direksi dikaitkan dengan kinerja
individu, Remunerasi untuk dewan komisaris
mencerminkan pengalaman dan tanggung jawabnya
Penyusunan remunerasi direksi harus dibuat secara terstruktur
sehingga ada kesesuaian antara penghargaan yang diberikan dengan
kinerja perusahaan dan individu
Sumber dari KNKG, BursaMalaysia dan SGX (Diolah oleh penulis)
II.11 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dan pendukung dalam melakukan penilitian
ini maka akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu. Berikut ini adalah
beberapa penelitian terdahulu yaitu :
TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu
No Judul Tujuan Metodologi Simpulan
1
Corporate
governance in the
Asian countries
(Madan Bhasin)
Mengetahui
penerapan tata kelola
perusahaan di negara-
negara asia
Studi literatur
dan telaah
dokumen
Tata kelola perusahaan sudah
mulai masuk ke dalam negara
Asia dan sudah mulai
berkembang
2
Good Corporate
Governance dan
Penerapannya di
Indonesia
(Thomas Kaihatu)
Memastikan tata
kelola perusahaan
dapat membuat
manajemen berjalan
dengan baik
Studi literatur
dan telaah
dokumen
Rendahnya pemahaman
terhadap prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik
di Indonesia
3
International
Corporate
Governance
(Diane Denis &
John McConnell)
Membandingkan
antara 2 sistem tata
kelola perusahaan
Studi literatur
Perbedaan sistem tata kelola
perusahaan antara tiap negara
sangatlah jelas terlihat