bab ii landasan teori ii.1 sistem informasi akuntansi ii.1...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Sistem Informasi Akuntansi
II.1.1 Pengertian Sistem
O’Brien dan Marakas (2006, p.22) mendefinisikan, “Sistem adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan, dengan batasan yang jelas, bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu”.
Hall (2008, h.5) mendefinisikan, “Sistem adalah sekelompok dua atau lebih
komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem
yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”.
Romney dan Steinbart (2008, h.2) mendefinisikan, “Sistem adalah rangkaian dari
dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan”.
Sarosa (2009, h.11) mendefinisikan, “Sistem adalah sekumpulan komponen yang
saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama”.
Dull (2010, p.11) mendefinisikan, “System is a set of interdependent elements
that together accomplish specific objectives”. Yang artinya suatu satu set elemen yang
saling bergantung yang bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah sesuatu yang
terdiri dari komponen-komponen sistem atau subsistem yang berinteraksi satu dengan
lainnya, memerlukan input dan mengeluarkan output untuk mencapai tujuan.
11
II.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Hall (2008, h.14), “Informasi menyebabkan pemakai melakukan suatu
tindakan yang dapat ia lakukan atau tidak dilakukan”.
Menurut McLeod yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh (2007, h.15),
“Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti”.
Menurut Romney dan Steinbart (2008, h.11), “Informasi adalah data yang telah
diatur dan diproses untuk memberikan arti”.
Menurut Sarosa (2009, h.12), “Informasi adalah data yang sudah mengalami
pemrosesan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh penggunanya dalam
mengambil keputusan”.
Menurut Dull (2010, p.17), “Information is data presented in a form that is
usefull in a decision – making activity”. Yang artinya informasi adalah suatu data yang
ditampilkan dalam bentuk yang berguna dalam aktivitas pengambilan keputusan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan definisi informasi adalah output
pengolahan data yang telah diproses dan berguna bagi orang yang menerimanya.
Karakteristik informasi yang berguna menurut Hall (2008, p.14) adalah
relevance, timelines, dan accuracy. Penjelasan dari karakteristik informasi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Relevance (Relevan)
Relevan dapat berarti sesuai dengan hal yang dimaksud atau diperlukan. Oleh
karena itu, isi dari sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan yaitu
memenuhi kebutuhan pengguna informasi. Dengan demikian laporan atau dokumen
yang bersangkutan dapat mendukung keputusan manajer atau petugas administrasi.
12
b. Timelines (Tepat Waktu)
Informasi yang berguna adalah informasi yang digunakan tepat pada waktunya.
Misalnya, untuk menghitung limit kredit pelanggan, maka diperlukan informasi-
informasi mengenai transaksi historis pelanggan maksimal enam bulan sebelum dan
sampai tanggal penilaian, agar limit kredit yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas
pelanggan pada saat tanggal penilaian tersebut.
c. Accuracy (Akurat)
Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Material dalam hal
ini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat penting dan memiliki dampak yang
signifikan apabila informasi tersebut berubah.
Misalnya, informasi yang terdapat pada Nota Penjualan, Sales Order, dan Bukti
Pembayaran harus selalu tepat dan akurat karena selain berdampak pada pembuatan
laporan periodik juga berdampak ketika dilakukan penilaian pelanggan untuk penentuan
limit kredit.
II.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.6), “Sistem informasi adalah
pendeskripsian seluruh komponen dan sumber daya yang diperlukan untuk mengirim
informasi an fungsi ke dalam organisasi”.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.782), “An information system is an
organized way of collecting, processing, managing, and reporting information so that an
organization can achieve its objectives and goals”. Yang artinya sistem informasi
adalah cara terorganisir dalam mengumpulkan, memproses, mengelola, dan melaporkan
suatu informasi, sehingga organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran.
13
Menurut Dull (2010, p.665), “An Information System is a man-made system that
generally consist of an integrated set of computer-based components and manual
components established to collect, store, and manage data and to provide output
information to users”. Yang artinya sistem informasi adalah sebuah sistem buatan
manusia yang umumnya terdiri dari serangkaian komponen terpadu berbasis komputer
dan komponen manual yang dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola
data, dan untuk memberikan suatu output informasi kepada pengguna.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2010, p.4), “An Information System is a
collection of computer hardware and software designed to transform data into usefull
information”. Yang artinya sistem informasi adalah suatu kelompok perangkat keras dan
perangkat lunak yang didesain untuk mentransformasi data menjadi informasi yang
berguna.
Dapat disimpulkan dari pendapat–pendapat di atas sistem informasi adalah
rangkaian terpadu dari hardware, software, dan jaringan yang dibuat oleh manusia yang
dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah data untuk menyediakan
informasi keluaran.
II.1.4 Pengertian Akuntansi
Menurut Sarosa (2009, h.12), “Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomis pada suatu organisasi pada pihak
yang membutuhkan”.
Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2010, p.3), “An Accounting is an
information system that provides reports to stakeholders about the economic activities
and condition of a business”. Yang artinya akuntansi adalah sebuah sistem informasi
14
yang menyediakan laporan kepada pemegang saham tentang aktivitas ekonomi dan
kondisi bisnis saat ini.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu proses
mengidentifikasi, mencatat suatu informasi pada suatu perusahaan yang diperuntukkan
kepada pihak yang membutuhkan laporannya baik pengguna internal maupun eksternal.
II.1.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Hongren, Harison, Robinson, dan Secokusumo (2007, h.293) mendefinisikan,
“Sistem informasi akuntansi merupakan suatu kombinasi dari orang, catatan-catatan, dan
prosedur yang dipergunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan data keuangan
mereka”.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), “An Accounting Information System
(AIS) is a system that collects, records, stores, and processes data to produce
information for decision maker”.
Menurut Kieso (2008, p.102), “An Accounting Information System is the system
of collecting and processing transaction data and communicating financial information
to decision makers”. Yang artinya suatu sistem mengumpulkan dan memproses data-
data transaksi dan mengkomunikasikan informasi finansial untuk mengambil keputusan.
Sarosa (2009, h.13) mendefinisikan, “Sistem informasi akuntansi adalah sebuah
sistem mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data, sehingga
menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan”.
Menurut Dull (2010, p.643), “An Accounting Information System is a specialized
subsystems of the IS that collects, processes, and reports information related to the
financial aspects of business events”. Yang artinya sistem informasi adalah sebuah
15
subsistem khusus dari sistem informasi yang mengumpulkan, memproses, dan membuat
laporan yang berhubungan dengan aspek finansial dari kejadian bisnis.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi
adalah sekumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk
mengubah data menjadi informasi, sehingga dapat digunakan oleh pihak manajemen
dalam mengambil keputusan.
II.1.6 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006) sistem informasi akuntansi terdiri dari
empat komponen:
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai
fungsi.
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam
mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas
organisasi.
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.
4. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung
(peripheral device), dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
II.1.7 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2003, p.6-7), tujuan dan kegunaan sistem informasi
akuntansi ada lima, yaitu:
16
1. Menghasilkan laporan eksternal
Sistem informasi akuntansi mampu menghasilkan laporan-laporan khusus untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan.
Laporan-laporan tersebut mencakup financial statement, tax returns, dan laporan
lainnya.
2. Mendukung aktivitas yang rutin
Mampu mendukung manajer dalam menangani aktivitas-aktivitas operasional
yang bersifat rutin selama siklus operasi perusahaan.
3. Mendukung keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang bersifat non-rutin
yang terdapat pada organisasi atau perusahaan.
4. Perencanaan dan pengawasan
Sebuah sistem informasi sangat dibutuhkan untuk kegiatan perencanaan dan
pengawasan. Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya standar disimpan dalam
sistem informasi dan laporan digunakan untuk membandingkan antara anggaran yang
ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya.
5. Implementasi pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang
digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau penggelapan dan
untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut dapat berhasil yaitu dengan
membangun suatu sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.12), sebuah sistem informasi akuntansi
yang dirancang dengan baik dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
17
1. Meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dari barang dan jasa
2. Meningkatkan efisiensi
3. Berbagi pengetahuan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari supply chain-nya
5. Meningkatkan struktur pengendalian internal
6. Meningkatkan kemudahan pembuatan keputusan
II.1.8 Pihak Pemakai Informasi Akuntansi
Menurut James Hall (2006), pemakai informasi akiuntansi dapat dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu:
1. Pihak Ekstern
Pihak pemakai ekstern mencakup pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah,
pelanggan dan pemasok, pesaing, dan masyarakat secara keseluruhan. Pemakai
ekstern menerima dan tergantung pada beragam keluaran sistem informasi akuntansi
suatu organisasi.
2. Pihak Intern
Pihak pemakai intern terutama pada manajer, dan karyawan, kebutuhan bervariasi
tergantung pada tingkatannya dalam organisasi atau terhadap fungsi yang mereka
jalankan.
18
II.2 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
II.2.1 Pengertian Siklus Pendapatan
“The revenue cycle is a recurring set of business activities and related
information processing operations association with providing goods and services to
customers and collecting cash in payment for those sales.”
Yang artinya siklus pendapatan adalah serangkaian kegiatan bisnis yang terjadi
berulang-ulang dan kegiatan pengolahan informasi yang berhubungan dengan
penyerahan barang dan jasa kepada pelanggan dan penerimaan pembayaran atas
penyerahan barang dan jasa tersebut (Romney 2000: 415).
Jadi, salah satu tujuan dari sistem informasi akuntansi dalam siklus pendapatan
adalah untuk mendukung performance dari aktivitas bisnis perusahaan dengan
memproses data transaksi secara efisien, serta dengan adanya penyediaan barang dan
jasa kepada pelanggan, maka akan memperoleh pendapatan.
Mengacu kepada pendapat Jones dan Rama (2006, p.18), siklus pendapatan dari
tipe organisasi yang berbeda adalah sama secara umum terdiri dari operasi-operasi di
bawah ini:
1. Merespon terhadap permintaan konsumen.
Aktivitas pertama dalam siklus pendapatan adalah ketika karyawan dalam
perusahaan, biasanya Fungsi Penjualan atau Sales menerima permintaan barang dari
pelanggan.
2. Membuat kesepakatan dengan konsumen untuk menyediakan barang dan jasa di
masa yang akan datang.
19
3. Menyediakan jasa atau mengirimkan barang kepada konsumen.
Setelah permintaan dari konsumen telah dicatat, maka Fungsi Gudang akan
menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan dan kemudian mengirimkannya
kepada pelanggan sesuai dengan tanggal permintaannya. Hal ini berlaku bagi perusahaan
dagang.
Bagi perusahaan jasa, maka akan dilakukan penyediaan jasa sesuai dengan yang
diinginkan pelanggan.
4. Melakukan penagihan.
Pada saat tanggal jatuh tempo, maka perusahaan akan menagih pelanggan atas
sejumlah barang atau jasa yang telah disediakan perusahaan bagi pelanggan.
5. Menerima pembayaran.
Pelanggan dapat melakukan pembayaran baik ketika ditagih ataupun sebelum
tanggal jatuh tempo. Jika perusahaan telah menerima pembayaran dari pelanggan,
biasanya pelanggan akan menerima dokumen sebagai bukti bahwa ia telah melakukan
sejumlah pembayaran kepada perusahaan.
6. Menyimpan uang di bank.
Untuk keamanan, biasanya perusahaan memiliki rekening di bank dan setiap
penerimaan pembayaran tunai dari pelanggan disetorkan ke bank dengan rekening atas
nama perusahaan.
7. Menyiapkan laporan.
Pembuatan laporan ini ditujukan untuk menunjang manajemen dalam proses
pengambilan keputusan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Contoh
laporan yang dihasilkan dalam siklus pendapatan ini adalah Laporan Penjualan, Laporan
Retur Penjualan, Laporan Usia Piutang.
20
II.2.2 Pengertian Pendapatan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007):
• “Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa
dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees),
bunga, dividen, royalti, dan sewa.” (PSAK 13 paragraf tujuan)
• “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.” (PSAK 23 paragraf 6)
II.2.3 Pengertian Penjualan
Menurut Hollander, et al. (2000, p.230), “Proses penjualan merupakan suatu
rangkaian operasi yang berhubungan dengan pelanggan, membantu pelanggan
mendapatkan barang dan jasa, mengirimkan barang dan jasa yang diminta, dan menagih
pembayaran atas barang dan jasa tersebut.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007), “Pendapatan dari penjualan
barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan memindahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli;
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual;
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
21
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan
mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat
diukur dengan modal.” (PSAK 23 paragraf 13)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan suatu kegiatan operasional
utama dalam perusahaan dagang, yang melibatkan perusahaan dan pelanggan dimana
terjadi pertukaran barang dan jasa dari perusahaan dengan uang dari pelanggan.
Kegiatan ini merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi perusahaan.
II.2.4 Pengertian Penerimaan Kas
Penerimaan kas adalah sebuah proses mendapatkan atau menerima kas dari pihak
eksternal maupun internal perusahaan, yang menambah saldo kas perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007), “Kas adalah alat pembayaran
yang siap dan bebas dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan perusahaan.”
(PSAK No. 2)
Jadi, penerimaan kas disini digunakan sebagai sumber dana bagi perusahaan
untuk membiayai kegiatan perusahaan secara umum. Bentuk dari penerimaan kas atau
uang dapat dibagi atas:
1. Penerimaan dalam bentuk tunai
2. Penerimaan dalam bentuk cek/giro.
II.2.5 Tujuan Utama Siklus Pendapatan
Menurut pendapat Wilkinson et al. (2000, p.416), tujuan utama siklus
pendapatan sebagai berikut:
22
1. Mencatat order penjualan secara akurat dan cepat
2. Mengidentifikasi pelanggan yang layak mendapat kredit
3. Mengirimkan produk atau melakukan pelayanan pada waktu yang tepat
4. Menagih piutang kepada pelanggan pada waktunya
5. Mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara cepat dan akurat
6. Mem-posting penjualan dan penerimaan kas ke akun-akun yang berhubungan ke
dalam buku besar piutang
7. Mengamankan produk sampai pengiriman
8. Mengamankan kas sampai dideposit
II.2.6 Dokumen yang Digunakan dalam Siklus Pendapatan
Menurut pendapat Wilkinson et al (2000, p.419), dokumen yang digunakan
dalam siklus pendapatan adalah:
1. Customer order
Dokumen yang berisikan pesanan dari pelanggan yang ditujukan ke perusahaan.
2. Sales order
Dokumen yang diterbitkan perusahaan berdasarkan pesanan pelanggan.
3. Order acknowledgement
Surat pemberitahuan kepada pelanggan bahwa pesanan telah diterima.
4. Picking list
Daftar yang dikirimkan ke bagian gudang untuk mempersiapkan barang yang
dipesan.
5. Packing slip
Daftar yang berisi barang ketika dikemas untuk dikirimkan.
23
6. Bill of lading
Dokumen pengapalan yang dibuat untuk perusahaan bersangkutan.
7. Shipping notice
Dokumen yang disediakan sebagai bukti bahwa barang telah dikirim.
8. Sales invoice
Dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan yang berisikan jumlah penjualan.
9. Remittance advice
Dokumen yang berisikan jumlah kas yang diterima dari pelanggan.
10. Deposit slip
Dokumen penyerta ketika kas dideposit ke bank.
11. Back order
Dokumen yang disiapkan ketika jumlah persediaan tidak sesuai dengan sales order.
12. Credit memo
Dokumen untuk mencatat retur penjualan yang terjadi.
13. Credit application
Form yang digunakan untuk memasukkan data konsumen yang menerima kredit.
14. Salesperson call report
Form yang digunakan untuk menjelaskan salesperson mana yang melakukan
panggilan kepada pelanggan.
15. Delinquent notice
Surat pemberitahuan ke pelanggan bahwa tanggal jatuh tempo kredit telah lewat.
16. Write-off notice
Dokumen yang disiapkan oleh manajer kredit ketika sebuah akun piutang
dipertimbangkan tidak tertagih.
24
17. Cash register receipt
Form yang digunakan untuk menggambarkan kas yang diterima.
II.2.7 Fungsi-fungsi yang Terkait dalam Siklus Pendapatan
Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p.265-268, p.321), dapat disimpulkan
bahwa fungsi yang terkait dalam siklus pendapatan meliputi:
1. Fungsi Penjualan
Fungsi ini antara lain bertugas menerima pesanan pelanggan, meminta otorisasi
kredit, mengisi faktur penjualan tunai, serta menentukan tanggal dan tujuan
pengiriman.
2. Fungsi Kredit
Fungsi ini antara lain bertugas meneliti status kredit pelanggan dan memberikan
otorisasi kredit kepada pelanggan.
3. Fungsi Gudang
Fungsi ini antara lain bertugas menyimpan dan menyiapkan barang yang dipesan
pelanggan.
4. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini antara lain bertugas menyerahkan barang atas dasar surat pesanan
penjualan yang diterimanya dari fungsi penjualan.
5. Fungsi Penagihan
Fungsi ini antara lain bertugas memverifikasi pesanan berdasarkan dokumen-
dokumen pesanan yang diterimanya kemudian membuat dan mengirimkan faktur
kepada pelanggan.
25
6. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini antara lain bertugas membuat pencatatan transaksi penjualan, piutang,
serta penerimaan kas secara periodik.
7. Fungsi Kas
Fungsi ini antara lain bertanggung jawab sebagai penerima kas dari hasil penjualan
untuk diteruskan ke bank.
8. Fungsi Pemeriksa atau Audit Intern
Fungsi ini antara lain bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan kas
yang ada di tangan fungsi kas secara periodik, serta bertanggung jawab dalam
melakukan rekonsiliasi bank untuk mengecek ketelitian catatan kas yang
diselenggarakan oleh Fungsi Akuntansi.
II.2.8 Prosedur-prosedur dalam Siklus Pendapatan
Menurut pendapat Romney dan Steinbart (2003, p.360), terdapat empat kegiatan
kerja dalam siklus pendapatan diantaranya sebagai berikut:
1. Sales Order Entry
Siklus pendapatan dimulai dengan penerimaan pesanan dari pelanggan yang
biasanya dilakukan oleh Departemen Penjualan dalam perusahaan. Prosedur
pencatatan pesanan secara rinci terdiri dari penerimaan pesanan pelanggan,
pemeriksaan dan persetujuan kredit pelanggan, dan pemeriksaan persediaan.
2. Shipping
Kegiatan utama kedua dalam siklus pendapatan adalah memenuhi pesanan
pelanggan dan mengirimkan barang yang dipesan. Prosedur ini secara rinci terdiri
dari dua langkah yaitu menyiapkan barang, dan mengirimkannya kepada pelanggan.
26
3. Billing
Kegiatan utama ketiga dalam siklus pendapatan melibatkan penagihan kepada
pelanggan dan pengelolaan piutang. Hal yang penting dalam penagihan adalah
ketepatan waktu penagihan serta keakuratan jumlah penagihan.
4. Cash Collection
Kegiatan terakhir dalam siklus pendapatan adalah penerimaan pembayaran.
Biasanya yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah Bagian Keuangan menerima
pembayaran dari pelanggan dan menyetorkannya ke bank serta melaporkan kepada
Bendahara.
II.3 Pengendalian Intern
II.3.1 Pengertian Pengendalian Intern
Standar Auditing Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit
Laporan Keuangan paragraph 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini:
1) Keandalan pelaporan keuangan
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3) Efektivitas dan efisiensi operasi
Menurut Bodnar and Hopwood (2004, p.108), pengendalian internal adalah suatu
proses yang dipengaruhi oleh direktur, manajemen, dan orang yang ditunjuk untuk
menyediakan alasan yang dapat menjamin tanggapan atas pencapaian tujuan dalam
27
kategori berikut: kehandalan dari laporan keuangan, efektivitas, dan efisiensi dari
operasi, dan kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang ditetapkan.
Menurut Jones dan Rama (2006, p.103), pengendalian internal adalah sebuah
proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personal lainnya, yang
dirancang untuk menjamin pencapaian tujuan sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi
dari kegiatan operasional, pelaporan keuangan yang dapat diandalkan, dan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan.
II.3.2 Komponen Pengendalian Intern
Menurut Jones dan Rama (2006, p.105) terdapat lima komponen dari
pengendalian internal yang memiliki dampak dalam kemampuan untuk mencapai
sasaran pengendalian internal:
1. Control environment, merujuk kepada banyak faktor yang mengatur irama dari
sebuah organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para
karyawannya. Faktor-faktor ini meliputi integritas, kode etik, dan filosofi
manajemen serta gaya operasi. Selain itu, termasuk juga cara manajemen
melaksanakan otoritas dan tanggung jawabnya, mengatur dan mengembangkan
sumber daya manusia, serta perhatian dan arahan dari dewan direksi.
2. Risk assessment adalah identifikasi dan analisis resiko yang bertentangan dengan
pencapaian tujuan dari pengendalian internal.
3. Control activities adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh
orgnaisasi untuk menghindari resiko. Control activities terdiri atas:
28
a. Performance reviews, adalah aktivitas yang melibatkan analisis dari kinerja,
misalnya dengan membandingkan hasil aktual dengan anggaran, standard
forecast, dan prior-prior data.
b. Segregation of duties, melibatkan pemberian tanggung jawab untuk
mengotorisasi, mengeksekusi, mencatat transaksi, dan memelihara asset pada
karyawan yang berbeda.
c. Application controls, diterapkan kepada individual yang menggunakan aplikasi
Sistem Informasi Akuntansi (contoh mencatat pesanan dan hutang).
d. General controls, adalah sekumpulan pengendalian yang berhubungan dengan
banyak aplikasi. Contohnya pengendalian yang membatasi akses pada komputer
perusahaan, software, dan data merupakan general controls. General controls
juga meliputi pengendalian melalui proses pengembangan dan pemeliharaan
aplikasi perangkat lunak.
4. Information and communication, sistem informasi sebuah perusahaan adalah
sekumpulan prosedur (otomatisasi dan manual) dan mencatat perkembangan untuk
memulai, mencatat, mengolah, dan melaporkan setiap kejadian dalam proses entitas.
5. Monitoring, manajemen sebaiknya mengawasi pengendalian internal untuk
memastikan bahwa pengendalian organisasi sudah berfungsi sesuai yang
dikehendaki.
II.3.3 Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas
Pengendalian intern suatu perusahaan memiliki keterbatasan bawaan yang
melekat:
29
1) Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel lain, dapat
melakukan kesalahan dalam melakukan pertimbangan keputusan bisnis yang
diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin, karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2) Gangguan lain dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena
kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat
sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula
mengakibatkan gangguan.
3) Kolusi. Tindakan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa individu untuk
tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya
pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak
terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian
intern yang dirancang.
4) Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer,
penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya di
sini manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah yang sebenarnya
untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi bagi dirinya, atau untuk menutupi
ketidak patuhannya terhadap peraturan yang berlaku.
5) Biaya lawan manfaat. Biaya diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern
yang tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern
tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak
mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan
30
secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat
pengendalian intern. Oleh karena itu, walaupun pengendalian untuk suatu hal
diperlukan namun, kadang-kadang tidak diterapkan oleh perusahaan karena biaya
penyelenggaraan atau pengorbanan tidak sepadan dengan manfaatnya.
II.4 E-Commerce
II.4.1 Pengertian E-Commerce
Menurut Turban (2004, p.3), e-commerce adalah suatu proses membeli, menjual,
transfer atau pertukaran produk, pelayanan, dan informasi melalui jaringan komputer
termasuk internet.
Menurut McLeod dan Schell (2004, p.50), e-commerce adalah segala transaksi
yang menggunakan akses jaringan, sistem berbasis komputer dan tampilan dari sebuah
web-browser.
Menurut Eko (2005, h.11) e-commerce didefinisikan sebagai cara bagi seorang
konsumen untuk dapat membeli barang yang diinginkan secara online.
Bryan A. Garner menyatakan bahwa “E-Commerce the practice of buying and
selling goods and services trough online consumer services on the internet. The e,
ashortened from electronic, has become a popular prefix for other terms associated with
electronic transaction”. Dapat dikatakan bahwa pengertian e-commerce yang dimaksud
adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa komputer
online di internet (dlm Abdul Halim Barakatullah dkk, 2005 : 12).
Menurut Munir Fuady (2005, h.407), e-commerce diartikan sebagai suatu proses
berbisnis dengan memakai teknologi elektronik yang menghubungkan antara
31
perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan
pertukaran/penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik.
Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p.12), e-commerce adalah membeli dan
menjual, dan pemasaran dan pelayanan dari produk, jasa, dan informasi melalui berbagai
jaringan komputer.
Kesimpulannya e-commerce adalah transaksi perdagangan baik membeli maupun
menjual barang atau jasa yang dilakukan secara elektronik pada jaringan internet. Jadi,
seorang konsumen dapat membeli barang atau jasa yang diinginkan secara online.
Proses yang ada dalam e-commerce adalah sebagai berikut (Januri dkk, 2008):
a. Presentasi electronis (pembuatan web site) untuk produk dan layanan.
b. Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
c. Otomasi account pelanggan secara aman (baik nomor rekening maupun nomor
kartu kredit).
d. Pembayaran yang dilakukan secara langsung (online) dan penanganan transaksi.
II.4.2 Karakteristik Transaksi E-Commerce
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa
karakteristik yang sangat khusus, yaitu (Sakti, 2007):
a. Transaksi tanpa batas
Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan
atau individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau
individu dengan modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri.
Dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan
produknya secara internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan
32
memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja
pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut dan melakukan
transaksi secara online.
b. Transaksi anonim
Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka
satu sama lain. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai
pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan,
yang biasanya dengan kartu kredit.
c. Produk digital dan non digital
Produk-produk digital seperti software komputer, musik, dan produk lain yang
bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet dengan cara men-download secara
elektronik. Dalam perkembangannya, obyek yang ditawarkan melalui internet juga
meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya.
d. Produk barang tak berwujud
Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dengan menawarkan
barang tak berwujud seperti data, software, dan ide-ide yang dijual melalui internet.
II.4.3 Jenis Transaksi E-Commerce
Menurut Munir Fuady (2005, h.408), jenis-jenis transaksi e-commerce:
1) Bussines to Bussines (B2B)
Bussines to Bussines (B2B) juga dapat diartikan sebagai sistem komunikasi bisnis
online antar pelaku bisnis, terdiri atas:
33
a. Transaksi Inter-Organizational System (IOS), misalnya transaksi extranest,
electronic funds transfer, electronic forms, intrgrated messaging, share data
based, supply chain management, dan lain-lain.
b. Transaksi pasar elektronik (electronic market transfer)
Karakteristik B2B:
a. Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan
(relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner
tersebut. Sehingga jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai
kebutuhan dan kepercayaan (trust).
b. Pertukaran data (data exchange) berlangsung berulang-ulang dan secara
berkala, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Sehingga
memudahkan pertukaran data untuk dua entitas yang menggunakan standar
yang sama.
c. Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak
harus menunggu partner.
d. Model yang umum digunakan adalah per-to-per, dimana processing
intelligence dapat didistribusikan di kedua belah pihak.
2) Bussines to Cunsumer (B2C)
Bussines to Cunsumer (B2C) merupakan transaksi ritel dengan pembeli individual.
Karakteristik B2C:
a. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.
b. Servis yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang dapat
digunakan oleh khayalak ramai. Sebagai contoh, karena sistem web sudah
umum digunakan maka servis diberikan dengan menggunakan basis web.
34
c. Servis diberikan berdasarkan permohonan (on demand). Consumer melakukan
inisiatif dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan
permohonan.
d. Pendekatan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client
(consumer) menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan processing
(bussines procedure) diletakkan di sisi server.
3) Consumer to Consumer (C2C)
Consumer to Consumer (C2C) merupakan transaksi dimana konsumen menjual
produk secara langsung kepada konsumen lainnya, juga seorang individu yang
mengiklankan produk barang atau jasa, pengetahuan, maupun keahliannya di salah
satu situs lelang.
4) Consumer to Bussines (C2B)
Consumer to Bussines (C2B) merupakan individu yang menjual produk atau jasa
kepada organisasi dan individu yang mencari penjual dan melakukan transaksi.
5) Non-Bussines Electronic Commerce
Non-Bussines Electronic Commerce meliputi kegiatan non bisnis seperti kegiatan
lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, keagamaan dan lain-lain.
6) Intrabussines (Organizational) Electronic Commerce.
Kegiatan ini meliputi semua aktivitas internal organisasi melalui internet untuk
melakukan pertukaran barang, jasa, dan informasi, menjual produk perusahaan
kepada karyawan, dan lain-lain.
35
II.4.4 Pembayaran dalam E-Commerce
Menurut Whiteley (2000, p.200-202), cara pembayaran dari transaksi e-
commerce dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Credit cards
Credit cards merupakan pembayaran yang umum digunakan dalam transaksi e-
commerce. Konsumen mengetikkan nomor dari kartu, tanggal berakhir, dan alamat
penagihan pada form pemesanan dan penjualan dapat mem-verifikasi secara rinci.
2. Debit cards
Debit cards / cash cards dapat digunakan dalam transaksi e-commerce dengan cara
yang sama seperti menggunakan credit cards. Tingkat keamanan dengan
menggunakan debit cards lebih rendah dibandingkan penggunaan credit cards.
Debit cards tidak sesuai untuk transaksi yang sangat kecil.
3. Stored value cards
Stored value card dapat diakatakan sebagai pengganti uang cash / dompet
elektronik. Stored value cards dapat digunakan untuk pembayaran yang kecil dalam
transaksi e-commerce.
4. E-cash
E-cash atau network money merupakan sistem pembayaran transaksi e-commerce
dimana pengoperasian sistem oleh user dengan mentransfer uang dari credit card
atau rekening di bank ke dalam e-cash account. E-cash kemudian dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran transaksi e-commerce.
5. Delayed payments
Pilihan terakhir adalah pembayaran secara off-line. Delayed payments merupakan
pembayaran dimana konsumen memberikan detail kartu kreditnya kepada penjual
36
melalui telepon atau pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek yang dikirim
mlalui pos. Pembayaran off-line ini dapat dilakukan oleh konsumen yang tidak
percaya akan keamanan dalam pembayaran on-line. Setelah pembayaran diterima
oleh penjual, produk yang dibeli oleh konsumen baru dikirim.
II.4.5 Keamanan Dasar pada E-Commerce
Menurut Turban (2004, p.446-447), masalah dasar keamanan pada e-commerce
adalah:
1. Security
Data atau informasi yang berhubungan dengan hal-hal sensitif semacam nomor
kartu kredit dan password tidak boleh sampai “dicuri” oleh yang tidak berhak, karena
dapat disalahgunakan di kemudian hari.
2. Confidentiality
Perusahaan harus dapat menjamin bahwa tidak ada pihak lain yang mengetahui
terjadinya transaksi jual beli dan pembayaran, kecuali pihak-pihak yang memang secara
hukum harus mengetahuinya (misalnya bank).
3. Integrity
Sistem harus dapat menjamin adanya keabsahan dalam proses jual beli, yaitu
harga yang tercantum dan dibayarkan hanya berlaku untuk jenis produk atau jasa yang
telah dibeli dan disetujui bersama.
4. Authentication
Proses pengecekan kebenaran dimana pembeli maupun penjual merupakan
mereka yang benar-benar berhak melakukan transaksi seperti yang dinyatakan oleh
masing-masing pihak.
37
5. Authorization
Mekanisme untuk melakukan pengecekan terhadap keabsahan dan kemampuan
seorang konsumen untuk melakukan pembelian (adanya dana yang diperlukan untuk
melakukan transaksi jual beli).
6. Assurance
Kondisi dimana konsumen yakin bahwa perusahaan e-commerce yang ada benar-
benar berkompeten untuk melakukan transaksi jual beli melalui internet (tidak
melanggar hukum, memiliki sistem yang aman, dan sebagainya).
II.4.6 Keuntungan E-Commerce
Keuntungan e-commerce bagi konsumen:
a. Keuntungan yang terbesar bagi konsumen adalah melakukan bisnis secara online
dengan mudah. Seorang pembeli di internet dapat menggunakan komputer
pribadinya pagi atau malam selama tujuh hari per minggu untuk membeli hampir
semua barang. Seorang konsumen tidak perlu mengantri di toko atau bahkan
meninggalkan rumahnya;
b. Beberapa perusahaan e-commerce telah membuat proses ini lebih mudah. Beberapa
toko online menyimpan informasi kartu kredit pembelinya di server mereka,
sehingga informasi yang dibutuhkan hanya dimasukkan sekali saja. Beberapa bisnis
online bahkan tidak mengirimkan produk-produknya ke pelanggan melalui pos,
khususnya yang menjual software komputer. Sebagai contoh: beyon.com
mengizinkan para pelanggannya untuk men-download software yang dibelinya
langsung ke komputer mereka.
38
b. Pengurangan biaya. Perusahaan yang menjual saham secara online, seperti
etrade.com membebankan biaya hanya sekitar $10 per perdagangan, yang jauh lebih
murah jika dibandingkan dengan membeli saham tersebut melalui perantara saham
tradisional.
Keuntungan e-commerce bagi bisnis:
a. Perusahaan-perusahaan dapat menjangkau pelanggan di seluruh dunia. Oleh karena
itu dengan memperluas bisnis mereka, sama saja dengan meningkatkan keuntungan.
b. E-commerce menawarkan pengurangan sejumlah biaya tambahan. Sebuah
perusahaan yang melakukan bisnis di internet akan mengurangi biaya tambahan
karena biaya tersebut tidak digunakan untuk gedung dan pelayanan pelanggan
(customer service), jika dibandingkan dengan jenis bisnis tradisional.
Secara ringkas keuntungan e-commerce tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bagi konsumen: harga lebih murah, belanja cukup pada satu tempat
b. Bagi pengelola bisnis: efisiensi, tanpa kesalahan, tepat waktu
c. Bagi manajemen: peningkatan pendapatan, loyalitas pelanggan