bab ii landasan teori -...
TRANSCRIPT
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kesejahteran Guru
2.1.1 Pengertian Kesejahteraan
Menurut Alya (1994) kesejahteraan merupakan
salah satu faktor yang menentukan serta menciptakan
rasa aman sentosa, makmur, selamat (terlepas dari
segala macam gangguan) dalam melakukan aktifitas.
Kesejahteraan yang baik dapat memotivasi seseorang
untuk mengembang-kan kemampuannya secara
optimal. Demikian pula bila seorang guru merasa
sejahtera maka akan berusaha secara optimal untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
profesionalnya guna mencapai tujuan pendidikan
sesuai dengan tugas yang diembannya. Uraian
tersebut mengindikasikan bahwa kesejahteraan
berkaitan erat dengan keselamatan, ketenteraman,
dan kemakmuran. Pekerja yang tidak sejahtera akan
sulit mengembangkan profesinya, karena ia selalu
menemuai hambatan dalam bekerja yang
menyebabkan kurang bersemangat dalam meli-hat
peluang untuk mengembangkan dirinya. Makna
sejahtera bagi setiap orang memang bersifat relatif,
namun ada hal-hal yang dapat dijadikan kriteria
sekaligus indikator empirik dalam menentukan tingkat
kesejahteraan.
12
Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 1974,
dinyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu
tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material
maupun spiritual. Kesejahteraan ini meliputi rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir
batin yang memungkinkan setiap warga negara meng-
adakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat, dengan menjunjung tinggi
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila.
Sementara itu Supriyadi (1999) mengemukakan
bahwa kesejahteraan meliputi aspek material dan
aspek non material. Aspek material yang meliputi gaji;
insentif; penyediaan fasilitas seperti: perumahan,
perpustakaan, tunjangan-tunjangan, dan lain sebagai-
nya. Aspek non material meliputi antara lain kemu-
dahan kenaikan pangkat, suasana kerja, perlindungan
hukum, dan jaminan sosial.
Sedangkan kesejahteraan menurut Undang-
undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga-
kerjaan, pasal 1 menyatakan bahwa:
Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan
jasmaniah dan rohaniah baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja yang secrara langsung mau-pun tidak langsung dapat mempertinggi produk-
tivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman
dan sehat.
Kesejahteraan erat kaitannya dengan kebutuhan
hidup. Di sisi lain satu kebutuhan telah terpenuhi,
13
muncul kebutuhan yang lain. Hal ini dapat dilihat
tingkatan kebutuhan manusia menurut Maslow (1970)
adalah: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa
aman, (3) kebutuhan menyayangi dan disayangi,
(4) kebutuhan untuk penghargaan, dan (5) kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis sebagai kebutuh-
an dasar atau kebutuhan pokok adalah merupakan
kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia
yakni kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
dan berhubungan langsung terhadap kesejahteraan
manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya maka
manusia harus bekerja dengan harapan mendapatkan
imbalan yang memadai demi kesejahteraannya.
Oleh karena kesejahteraan sangat berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang baik
secara material maupun secara non material demi
meningkatkan produktivitas kerjanya. Aspek material
misalnya, besarnya gaji yang diterima, status kepega-
waian, jaminan pensiun, sedangkan aspek non
material misalnya, suasana kerja, kemudahan naik
pangkat.
Konsep kesejahteraan sangat luas pengertian-
nya, maka konsep kesejahteraan diturunkan ke dalam
sub konsep yaitu kaitannya dengan gaji/upah, tun-
jangan, honorarium, kemudahan berkarier, suasana
kerja, dan perlindungan hukum. Oleh karena itu ke-
sejahteraan berhubungan erat dengan aspek material
dan non material. Indikator dari aspek material
meliputi: gaji, tunjangan, insentif, fasilitas pendukung.
14
Sedangkan indikator aspek non material meliputi:
status kepegawaian, suasana kerja, promosi jabatan,
pengembangan karir, dan perlindungan hukum.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud kesejahteraan adalah imbalan yang
diberikan kepada seseorang karena menjalankan
tugasnya, sehingga orang tersebut dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya yang meliputi aspek material dan
non material demi meningkatkan produktivitas kerja
atau kinerja.
2.1.2 Kesejahteraan Guru
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru
telah banyak dilakukan oleh negara Indonesia.
Langkah yang dilakukan pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan guru dengan mengeluar-
kan kebijakan menaikkan tunjangan fungsional guru
yang berlaku mulai Januari 2003. Diharapkan dengan
menaikkan tunjangan fungsional guru ini kesejah-
teraan guru akan meningkat, sehingga guru bisa
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Berkait-
an dengan kesejahteraan guru juga tertuang dalam
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 1 yang berbunyi:
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak mem-
peroleh:
Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;
Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
15
Pengembangan karier sesuai dengan pengem-
bangan kualitas;
Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual;
Kesempatan untuk menggunakan sarana,
prasarana, fasilitas, untuk menunjang kelan-
caran pelaksanaan tugas.
Mengingat pentingnya peranan guru dalam
menentukan kemajuan pendidikan, maka kebutuhan
guru perlu diperhatikan oleh pihak lembaga atau
manajemen agar guru lebih giat dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan
internal maupun kebutuhan eksternal. Kebutuhan
internal yaitu suatu kebutuhan manusia secara
universal yang meliputi kebutuhan biologis seperti:
sandang, pangan, papan, rekreasi, olah raga; kebutuh-
an psikologis meliputi rasa aman, kepastian masa
depan, ingin dihargai, berprestasi; kebutuhan
spiritual/rohani seperti menjalankan ibadah agama
dan kepercayaan. Kebutuhan eksternal yaitu kebutuh-
an di luar guru terutama berupa fasilitas yang diperlu-
kan untuk mewujudkan kondisi sekolah sebagai lem-
baga pendidikan yang memungkinkan guru melaksa-
nakan pekerjaan jabatan secara efektif, efisien,
produktif dan berkualitas seperti gedung sekolah,
laboratorium, perpustakaan, ruang kantor (Depdiknas,
2001:16).
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kese-
jahteraan guru juga tertuang dalam UU No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 14 yang menya-
16
takan, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
guru berhak:
memperoleh penghasilan di atas kebutuh-
an hidup minimum dan jaminan kesejah-
teraan sosial;
mendapatkan promosi dan penghargaan
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
memperoleh perlindungan dalam melaksa-
nakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
memperoleh kesempatan untuk mening-
katkan kompetensi;
memperoleh dan memanfaatkan sarana
dan prasarana pembelajaran untuk me-
nunjang kelancaran tugas keprofesional-
an;
memiliki kebebasan dalam memberikan
penilaian dan ikut menentukan kelulus-
an, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pen-
didikan, kodeetik guru, dan peraturan perundangundangan;
rasa aman dan jaminan keselamatan
dalam melaksanakan tugas;
memiliki kebebasan untuk berserikat
dalam organisasi profesi;
memiliki kesempatan untuk berperan
dalam penentuan kebijakan pendidikan;
memperoleh kesempatan untuk mengem-
bangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau;
memperoleh pelatihan dan pengembangan
profesi dalam bidangnya.
Langkah yang dilakukan pemerintah dalam
upaya peningkatan kesejahteraan guru dengan menge-
17
luarkan kebijakan memberikan tunjangan sertifikasi
bagi guru yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
baik berstatus PNS maupun non PNS yang bertugas di
Yayasan. Diharapkan dengan diberikannya tunjangan
sertifikasi ini kesejahteraan guru akan meningkat
sehingga guru bisa melaksakan tugas secara profe-
sional dengan sebaik-baiknya.
Walaupun tidak diatur secara khusus dalam
undang-undang tentang jaminan kesejahteraan bagi
guru honorer, para guru honorer yang bekerja di dunia
pendidikan, juga melaksanakan tugas sehari-hari
sama dengan guru PNS. Untuk itu guru honorer harus
mendapat perlakuan yang sama dalam bekerja, juga
berhak untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih
baik dari para penyelenggara pendidikan agar kesejah-
teraannya juga meningkat. Setiap orang yang bekerja
pada suatu organisasi atau lembaga berharap akan
mendapatkan imbalan yang layak untuk meningkat-
kan taraf hidupnya. Demikian halnya dengan seorang
guru honorer yang bekerja di suatu lembaga pendi-
dikan atau yayasan pendidikan berharap mendapat-
kan imbalan yang layak untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Guru yang tidak sejahtera akan sulit mengkon-
sentrasikan diri dalam mengembangkan profesinya
karena masih memikirkan mencari tambahan pengha-
silan untuk kesejahteraan hidupnya. Begitu penting
aspek kesejahteraan bagi pekerja termasuk guru,
maka pihak lembaga perlu memperhatikan kesejah-
18
teraan guru. Dengan perhatian yang memadai terha-
dap kesejahteraan guru, diharapkan guru akan lebih
giat dalam melaksanakan tugasnya.
Kesejahteraan guru yang dimaksud penulis
dalam penelitian ini adalah terpenuhinya jenis kebu-
tuhan fisik guru secara langsung yang berkaitan
dengan kebutuhan fisik, misal kebutuhan pangan,
sandang, juga kebutuhan psikis yang berhubungan
dengan kebutuhan rasa aman, tenteram, ketenangan
dan kedamaian dalam hidup, serta akses memperoleh
informasi dengan mudah, dan adanya perlindungan
hukum dalm bekerja.
2.2 Kualitas Rencana Pelaksanaan Pembela-
jaran
2.2.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembel-
ajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) seba-
gai salah satu bagian program pembelajaran yang
memuat tentang persiapan guru dalam mengajar dan
berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksa-
nakan kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran
lebih terarah, berjalan secara efektif dan efisien
(Usman: 61).
Sejalan dengan pendapat Muslih (2007:53),
rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP) adalah
rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang
19
akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa
menerapkan pembelajaran secara terprogram, karena
RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang
tinggi. Tanpa perencanaan yang baik, mustahil target
pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan
pembelajaran dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Setiap
pendidik dalam satuan pembelajaran harus menyusun
rencana pelaksannan pembelajaran secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan psikis dan psikologis
peserta didik.
Sementara itu menurut Ornstein dalam Mulyasa
(2007: 223) untuk membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran yang efektif harus berdasarkan penge-
tahuan terhadap tujuan umum sekolah, tujuan mata
pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat
peserta didik, isi kurikulum, dan unit-unit pelajaran
yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta
teknik-teknik pembelajaran jangka pendek.
Berdasarkan definisi perencanaan dan pembela-
20
jaran seperti diuraikan di atas, maka perencanaan
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dan cara berfikir mengenai sesuatu hal yang akan
dilakukan dengan tujuan agar seseorang dapat ber-
ubah. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Perencanaan pembelajaran
meliputi: (a) menyusun program tahunan, (b) menyu-
sun program semesteran, (c) menyusun program satu-
an pelajaran, dan (d) menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
2.2.3 Langkah-langkah menyusun RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan
langkah penting untuk mencapai keberhasilan pem-
belajaran. Agar rencana pelaksanaan pembelajaran
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu
disusun secara proposional sesuai aturan yang diten-
tukan oleh BSNP.
Langkah-langkah dalam menyusun RPP menu-
rut BSNP (2008: 25) sebagai berikut:
1. Menuliskan identitas, meliputi: (a) nama mata
pelajaran, (b) kelas/semester, (c) jumlah per-
temuan, (d) alokasi waktu;
2. Menuliskan standar kompetensi dan kompe-
tensi dasar dari mata pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pembelajaran tertentu;
3. Menuliskan indikator pencapaian kompetensi
yang telah dirumuskan dalam silabus;
4. Menuliskan tema, dan bidang pengembangan;
5. Merumuskan tujuan pembelajaran;
21
6. Memilih materi pokok pembelajaran;
7. Merumuskan metode mengajar;
8. Mengalokasikan waktu;
9. Langkah-langkah pembelajaran: (a) kegiatan
awal, salam, apersepsi, motivasi, (b) kegiatan inti, Eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, nilai
karakter, dan (c) kegiatan penutup, Refleksi,
kesimpulan, post-tes;
10. Menentukan media/alat dan sumber belajar;
11. Menentukan prosedur penilaian, dan Instru-
men penilaian sesuai indikator yang akan
dicapai.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan suatu rancangan pembelajaran mata
pelajaran atau tema yang disusun guru untuk dite-
rapkan dalam pembelajaran di kelas agar pembela-
jaran lebih terarah, berjalan efektif, dan efisien serta
tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh BSNP
antara lain:
(1) Menuliskan identitas, meliputi: nama satuan
pendidikan, mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, menulis-kan tema, bidang
pengembangan, kelas/ semester, alokasi waktu,
jumlah pertemuan, (2) menuliskan indikator pen-capaian kompetensi, (3) merumuskan tujuan pem-
belajaran, (4) memilih materi pokok pembelajaran,
(5) Merumuskan metode mengajar, (6) langkah-langkah pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup, (7) menentukan
media/alat dan sumber belajar, (8) menentukan prosedur penilaian, dan instrumen penilaian
sesuai indikator yang akan dicapai.
22
2.3 Kinerja Mengajar Guru
2.3.1 Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance adalah
prestasi kerja atau prestasi yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas pokoknya dan menjadi
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja
dapat diartikan juga sebagai derajad pelaksanaan
tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimiliki-
nya. Kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja
karena kinerja merupakan hasil dari proses dari
bekerja. Kinerja dapat dimaknai sebagai suatu cara
atau perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas
sehingga dapat menghasilkan suatu produk atau jasa
yang merupakan wujud dari tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Kinerja dimanifestasikan dari tingkat keberhasil-
an seseorang atau kelompok orang dalam melaksana-
kan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan
untuk mencapai tujuan dan standar yang ditetapkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Endrawati (2007) yang
menyatakan bahwa, kinerja merupakan prestasi yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya
atau pekerjaannya selama periode tertentu sesuai
standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk
pekerjaan tersebut.
Karena kinerja adalah tindakan yang membuah-
kan hasil yang diinginkan, maka perlu adanya suatu
penilaian kinerja. Menurut Dessler (dalam Indrawati,
23
2012) bahwa penilaian kinerja adalah memberikan
umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memo-
tivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemero-
sotan kinerja atau bekerja lebih giat lagi. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa penilaian kinerja terdiri dari tiga
langkah:
1. mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan
bahwa atasan dan bawahan sepakat tentang
tugas-tugasnya dan standar jabatan;
2. menilai kinerja berarti membandingkan kinerja
aktual atasan dengan standar-standar yang
telah ditetapkan, dan mencakup beberapa jenis
penilaian;
3. sisi umpan balik berarti kinerja dan kemajuan
atasan dibahas dan direncanakan dibuat
untuk perkembangan apa saja yang dituntut.
Penilaian kinerja memegang peran yang sangat
penting dalam pencapaian tujuan suatu orgasisasi
atau lembaga, penilaian kinerja menurut Notoatmodjo
(2003) bermanfaat untuk:
(1) Peningkatan prestasi kerja; (2) Memperoleh kesempatan kerja yang adil; (3) Memperoleh
kebutuhan-kebutuhan untuk pelatihan pe-ngembangan; (4) Penyesuaian pemberian kom-
pensasi; (5) Pengambilan keputusan-keputus-
an promosi; (6) Mendiagnosa kesalahan-kesa-lahan desain pekerjaan; (7) Mengetahui
penyimpangan-penyimpangan dalam proses rekrutmen dan seleksi.
Sementara itu, Soeprihanto (1988) mengatakan
bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaaan seorang
selama periode tetentu dibandingkan dengan berbagai
24
kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran,
atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama. Kinerjanya dikatakan
baik apabila hasil yang dicapai lebih besar dari
standar yang ditetapkan, sebaliknya apabila hasil yang
dicapai lebih rendah dari dari standar yang ditetap-
kan, maka kinerjanya dikatakan tidak baik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disim-
pulkan bahwa, kinerja adalah suatu hasil kerja secara
kualitas yang dapat dicapai dalam periode tertentu
oleh seorang pegawai atau sekelompok orang dalam
suatu lembaga. Dalam pelaksanaan tugas dipenga-
ruhi oleh kecakapan dan motivasi sesuai wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dan tidak melang-
gar hukum dengan dibandingkan berbagai kemung-
kinan seperti standar kerja, sasaran, dan kriteria yang
telah ditentukan dan disepakati terlebih dahulu dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun setelah
kegiatan selesai atau berfungsi.
2.3.2 Pengertian Mengajar
Pengertian mengajar menurut Joyce and Well
(1996) menyatakan “teaching” atau mengajar adalah
membantu siswa memperoleh informasi, idea, keter-
ampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengeks-
presikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar
(dalam Andreas, 2011). Kegiatan mengajar dimaksud-
kan untuk memberikan informasi tentang hal-hal baru
25
kepada orang lain agar orang tersebut memahaminya.
Sementara itu Nasution (1986) berpendapat
bahwa mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar. Oleh karena mengajar tidak dapat
dipisahkan oleh tugas seorang guru untuk menga-
rahkan perhatian siswa serta menumbuhkan motivasi
siswa agar dapat menerima bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Agar guru dapat mengajar dengan baik, guru
dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keter-
ampilan yang dapat mendukung tugas guru yang
bersangkutan. Kemampuan dan keterampilan yang
diharapkan dari seorang guru dalam melaksanakan
tugas mengajar yaitu kemampuan untuk memper-
siapkan atau merencanakan bahan ajar, kemampuan
untuk melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya sebagai pengajar seorang guru lebih
menekankan pada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru
dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan
teknik dalam mengajar, dan menguasai ilmu atau
bahan yang diajarkan. Sementara itu Gagne dan
Briggs (dalam Nurhayati, 2011) mengemukakan bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar tedapat tiga kemam-
puan pokok yang dituntut dari guru, yaitu: (1) meren-
canakan kegiatan belajar mengajar, (2) mengelolaa
26
kegiatan belajar mengajar, (3) menilai kegiatan belajar
mengajar.
Mengajar dalam arti luas adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur berbagai sumber daya
lingkungan dan menghubungkan dengan kepentingan
anak sehingga terjadi proses mengajar. Hal ini sepen-
dapat dengan Gagne dan Perrot (Widyastono, 1999)
bahwa dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tiga
kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru,
yaitu; (1) merencanakan kegiatan belajar mengajar,
(2) mengelola kegiatan belajar mengajar, dan (3) me-
nilai kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru
bertujuan untuk mengarahkan perhatian siswa, me-
motivasi siswa agar dapat menerima bahan pelajaran
yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu kegiatan
mengajar diharapkan dapat mempersiapkan siswa
untuk berperan aktif sehingga siswa mau mendengar-
kan, menerima, serta memberi motivasi agar siswa
siap mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh
guru.
Berdasarkan pengertian mengajar, dapat disim-
pulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan guru dengan tujuan membantu siswa agar
memperoleh informasi, idea, pengetahuan, keteram-
pilan, nilai, dan cara berfikir dalam mengekspresikan
dirinya.
27
2.3.3 Pengertian Guru TK
Pengertian guru dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedu-
dukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendi-
dikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undang-
an.
Kedudukan guru sebagai tenaga pendidik pro-
fesional bertujuan melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasio-
nal, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.
Guru merupakan unsur yang dominan dalam
proses pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar meng-
ajar dapat berjalan dengan baik apabila guru dapat
memainkan perannya dengan baik dan optimal. Jika
guru tidak dapat berperan dengan baik dalam proses
pembelajaran maka kegiatan belajar mengajar tidak
akan dapat berlangsung dengan baik pula. Jadi
28
berhasil tidaknya proses pembelajaran tergantung
dapa guru tersebut.
Guru pada dasarnya merupakan salah satu
komponen dalam proses pembelajaran yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Sebagai komponen dalam bidang kependidikan,
seorang guru harus berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesio-
nal, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang, sehingga ia dituntut memiliki integritas,
loyalitas, dedikasi, dan responsibility untuk mewujud-
kan dirinya menjadi guru profesional.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendi-
dikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendi-
dikan dasar, dan pendidikan menengah (PP 19: 2005
pasal 1.1). Hal ini mengisyaratkan bahwa guru meru-
pakan salah satu indikator yang menentukan kualitas
pendidikan. Bagus tidaknya kualitas pendidikan akan
terlihat dari kinerja dan kompetensi guru sebagai
pendidik yang melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam arti khusus, guru Taman Kanak-Kanak
tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melaksa-
nakan transfer of knowledge, tapi juga sebagai
“pendidik” yang berkewajiban melaksanakan transfer
of values, sekaligus sebagai “pelatih” yang melakukan
29
transfer of skill, dan “pembimbing” yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar (Isjoni,
2007: 49).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini dinyatakan bahwa Guru Taman
Kanak-Kanak adalah tenaga profesional yang bertugas
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran, serta melaku-
kan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan
anak didik. Guru Taman Kanak-Kanak terdiri dari
guru inti dengan kualifikasi akademik S1 atau D IV
jurusan pendidikan, dan guru pendamping dengan
kualifikasi akademik minimal D-II PGTK. Guru Taman
Kanak-Kanak harus mempunyai kompetensi antara
lain: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi profe-
sional,(3) kompetensi paedagogik, dan (4) kompetensi
sosial.
Dari beberapa pengertian guru yang telah dike-
mukakan, dapat disimpulkan bahwa guru Taman
Kanak-Kanak adalah Guru Taman Kanak-Kanak
adalah tenaga profesional dengan kualifikasi akademik
minimal D-II yang bertugas merencanakan, melaksa-
nakan proses pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, penga-
suhan dan perlindungan anak didik dan mempunyai,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kom-
petensi paedagogik, dan kompetensi sosial.
30
2.3.4 Pengertian Kinerja Mengajar Guru
Menurut Uno dkk. (2001) kinerja mengajar guru
dapat terlihat dalam tugasnya sebagai seorang penga-
jar, dan sebagai administrator dalam kegiatan pem-
belajaran. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk kegiatan
antara lain: merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi atau menilai proses belajar mengajar.
Kegiatan guru mencakup pengaturan dan penggunaan
teknologi pembelajaran, mengatur kegiatan belajar,
memanfaatkan lingkungan belajar, memberikan bim-
bingan, pengarahan dan dorongon kepada siswa.
Dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di kelas maupun di luar kelas hanya bisa
dilakukan oleh seorang guru.
Guru juga dapat diinterpretasikan sebagai pem-
bimbing atau fasilitator belajar siswa, seperti yang
disampaikan (Sudiyono: 2001).
Kinerja mengajar adalah prestasi yang diperlihat-kan guru dalam menyampaikan materi pembela-
jaran (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) ke-
pada siswanya, karena guru mempunyai kemam-puan melaksanakan dan mengevaluasi proses
belajar mengajar dalam suasana interaksi edukasi
di sekolah.
Hanif (2004) menyebutkan bahwa kinerja meng-
ajar guru memuat empat dimensi yaitu keterampilan
mengajar, keterampilan manajemen, kedisiplinan dan
ketertiban, dan keterampilan hubungan pribadi.
Berdasarkan pengertian kinerja dan dimensi kinerja
mengajar guru dapat didefinisikan sebagai prestasi
31
kerja guru yang ditunjukkan dengan: 1. Keterampilan Mengajar
Ada enam keterampilan mengajar yang harus
dikuasai guru agar memiliki kinerja mengajar yang
baik yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran.
2. Keterampilan Manajemen
Guru perlu memiliki keterampilan untuk menge-
lola kelas, siswa, tugas siswa dan tugas guru.
Keterampilan mengelola kelas diwujudkan dengan
terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif,
cepat bertindak bila ada gangguan dalam pembel-
ajaran, guru berlaku adil dalam pembelajaran.
3. Disiplin dan Tertib
Sekolah memiliki peraturan baik bagi siswa,
karyawan maupun gurunya. Peraturan diperlukan
agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Kedisi-
plinan seorang guru ditunjukkan dengan kedatangan
di sekolah tepat waktu, menyelesaikan tugas dengan
penuh tanggung jawab.
4. Hubungan antar Pribadi
Keberhasilan guru dan siswa dalam melaksana-
kan kegiatan belajar mengajar membutuhkan kerja
sama antar guru, dengan orang tua, kepala sekolah,
32
dan siswa itu sendiri. Kerjasama sesama guru dan
kepala sekolah dapat saling membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi guru baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Kerjasama dengan orang tua
siswa diperlukan untuk memberikan masukan terkait
dengan kondisi siswa sehingga guru dapat membantu
siswa dengan cara yang tepat. Sedangkan kerjasama
dengan siswa diperlukan untuk membantu memecah-
kan masalah-masalah baik yang terkait dengan mata
pelajaran maupun masalah pribadi atau sosial siswa.
Berkaitan dengan proses pembelajaran, kinerja
mengajar guru diwujudkan dalam kegiatan merenca-
nakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
dan menilai hasil belajar (Dharma 2008). Kegiatan
guru dalam kinerja mengajar secara rinci dapat
dijelaskan:
1. Merencanakan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran guru
perlu membuat perencanaan yang dapat digunakan
sebagai pedoman pembelajaran baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Dengan perencanaan yang baik
diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal. Perencaan pembelajaran dituangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP meru-
pakan penjabaran dari silabus untuk mencapai kom-
petensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP
sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber
33
belajar, dan penilaian hasil belajar.
2. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
Guru dalam melaksanakan pembelajaran meng-
acu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Standar
proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran
yang meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan aktivitas anta-
ra guru dan siswa dalam pembelajaran yang berlang-
sung di kelas atau tempat yang telah ditetapkan dalam
perencanaan. Pelaksanaan pembelajaran meliputi:
(1) Kegiatan pendahuluan antara lain: menyiapkan
peserta didik, apersepsi dengan memberikan pertanya-
an yang terkait dengan pelajaran yang akan disampai-
kan, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelas-
kan materi pembelajaran; (2) Kegiatan inti pembela-
jaran antara lain: proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Dalam eksplorasi, guru melibatkan anak
didik secara aktif untuk mencari informasi yang luas
tentang topik atau tema yang dipelajari. Dalam proses
elaborasi, guru memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, untuk memunculkan gagas-
an baru secara lisan maupun tertulis. Sedangkan
dalam proses konfirmasi, guru memberikan umpan
balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulis-
an, isyarat, maupun reword terhadap keberhasilan
34
peserta didik; (3) Kegiatan penutup, kegiatan antara
guru bersama peserta didik membuat rangkuman,
melakukan evaluasi dan merefleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan secara terprogram.
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian pendidikan merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
(Permendiknas nomor 20 tahun 2007). Penilaian
dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik, dan digunakan sebagai bahan penyu-
sunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memper-
baikai proses pembelajaran.
Kinerja mengajar mengajar guru diperjelas
dengan pendapat Candiasa, dkk (2001) yang menyata-
kan bahwa kinerja mengajar guru adalah prestasi
dalam melaksanakan tugas pokok guru seperti yang
dirumuskan dalam lokakarya Pendidikan Nasional
yang meliputi:
1. Merencanakan kegiatan pembelajaran;
2. Merencanakan pengorganisasian bahan pela-
jaran;
3. Merencanakan pengelolaan kegiatan pembela-
jaran;
4. Merencanakan pengelolaan kelas;
5. Merencanakan media dan sumber belajar;
6. Menentukan teknik evaluasi;
7. Membuat alat evaluasi;
8. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;
35
9. Membuka kegiatan pembelajaran;
10. Mengelola kegiatan inti;
11. Mengorganisasikan waktu, siswa, dan fasilitas;
12. Melaksanakan evaluasi;
13. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran;
14. Melaksanakan evaluasi dalam proses pembe-
lajaran;
15. Membuat soal evaluasi;
16. Melaksanakan evaluasi;
17. Melaksanakan analisis hasil evaluasi.
Kinerja mengajar guru adalah prestasi yang
diperlihatkan guru dalam menyusun rencana pem-
belajaran, mengelola waktu, kelas, menyampaikan
materi pembelajaran (sikap, pengetahuan, dan keter-
ampilan) kepada siswanya dan mengevaluasi proses
belajar dalam suasana interaksi edukatif di sekolah.
Pengertian kinerja mengajar juga diperjelas
dengan tugas mengajar dalam proses belajar mengajar
dengan indikator (Masidjo 1995):
(1) Merencanakan program mengajar, (2) melak-sanakan proses belajar mengajar, (3) menilai hasil
belajar, (4) melaksanakan tindak lanjut hasil
penilaian prestasi belajar, dan (5) melaksanakan bimbingan belajar peserta didik.
Guru yang memiliki kinerja mengajar tinggi
adalah guru yang mengutamakan tugasnya, sehingga
secara berkesinambungan akan mewujudkan dan
meningkatkan prestasi kerja, yang dimanifestasikan
dalam bentuk kerja keras, disiplin, tekun, dan ber-
wawasan ke depan.
Sedangkan berdasarkan keputusan Mendikbud
36
Republik Indonesia No. 025/0/1995 tentang petunjuk
teknis ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional guru
dan angka kredit, unsur utama yang merupakan
refleksi kinerja mengajar guru diukur dari prestasi
yang dicapai atau dilaksanakan oleh guru mulai dari
kemampuan menyusun program pembelajaran, me-
laksanakan program pembelajaran, melaksanakan
evaluasi, melaksakan analisa hasil belajar, menyusun
dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan,
melakukan bimbingan dan konseling.
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 yang mengatur Standar Nasional
Pendidikan Bab VI mengenai Standar Pendidik dan
Tenaga kependidikan, Bagian Kesatu tentang Pendidik,
Pasal 28 Ayat 3, menyebutkan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran dalam
kinerja mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, serta pendidikan anak usia dini, termasuk
di dalamnya guru TK meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, danpengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
37
Kepribadian pendidik yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak
mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masya-
rakat, serta secara objektif mengevaluasi kinerja
sendiri.
3. Kompetensi Sosial
Kemampuan pendidik berkomunikasi dan ber-
interaksi secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kemampuan pendidik dalam penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang me-
mungkinkannya membimbing peserta didik memper-
oleh kompetensi yang ditetapkan.
Secara umum ada sejumlah kompetensi dasar
yang harus dimiliki oleh seorang guru TK untuk
menunjukkan profesionalisme dalam bidang pekerja-
annya. Standar kompetensi tersebut dikemukakan
oleh National Association of Education for Young
Childrens (NAEYC) tahun 1994 sebagai berikut:
(1) Mendukung perkembangan dan belajar anak;
(2) Membangun hubungan dengan keluarga dan
masyarakat; (3) Mengamati, mendokumentasikan, dan menilai; (4) Mengajar dan belajar; (5) Menjadi
seorang profesional.
38
Sedangkan menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar terdapat tiga kemampuan pokok yang di-
tuntut dari guru, yaitu: (1) Merencanakan kegiatan
belajar mengajar, (2) Mengelola kegiatan belajar
mengajar dan (3) Menilai kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam merencanakan kegiat-
an belajar mengajar meliputi:
(1) Menentukan indikator pembelajaran,
(2) Merumuskan tujuan pembelajaran,
(3) Menentukan alat dan bahan pembelajaran,
(4) Menentukan metode pembelajaran, (5) Menentukan waktu pembelajaran,
(6) Merancang pengelolan kelas,
(7) Menentukan sumber belajar, (8) Merancang alat dan cara penilaian.
Sedangkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar meliputi:
1. Kegiatan pendahuluan meliputi: (a) Menyam-
paikan apersepsi, (b) Memberikan motivasi, informasi tujuan pembelajaran;
2. Kegiatan inti meliputi: (a) Menyajikan materi
pembelajaran, (b) Menggunakan metode pem-belajaran, (c) Menggunakan alat dan media
pembelajaran, (d) Menguasai materi, (e) Menata
ruang dan sumber belajar, (f) Mengelola kelas, (g) Bersikap terbuka dan luwes serta memban-
tu mengembangkan sikap positif anak terha-
dap kegiatan bermain sambil belajar, (h) Meng-
gunakan bahasa komunikatif; (i) Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran;
3. Kegiatan penutup meliputi: (a) Membuat sim-
pulan dan rangkuman, (b) Melaksanakan eva-luasi, (c) Memberikan tindak lanjut.
Berdasarkan uraian tentang kinerja mengajar,
39
dapat disimpulkan bahwa kinerja mengajar adalah
suatu kemampuan atau prestasi, serta keterampilan
yang diperlihatkan seseorang berdasarkan motivasi
dan persepsi dalam melaksanakan tugas sebagai guru
dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar,
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan meng-
evaluasi kegiatan pembelajaran.
2.4 Kerangka Pikir
Sebagaimana diuraikan pada landasan teori,
terdapat gambaran bahwa kesejahteraan dan kualitas
rencana pelaksanaan pembelajaran mempunyai
hubungan dengan kinerja mengajar guru. Untuk itu
perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan kesejahteraan dan kualitas rencana pelak-
sanaan pembelajaran dengan kinerja mengajar guru
TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.
Variabel dalam penelitian ini adalah kesejah-
teraan guru, kualitas rencana pelaksanaan pembela-
jaran sebagai variabel bebas dan kinerja mengajar
guru sebagai variabel terikat. Dari variabel bebas dan
variabel terikat tersebut akan diukur melalui angket
dan observasi dengan menggunakan skor penskalaan
pada guru TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten
Temanggung. Dari skor total yang didapat melalui
angket dan observasi, data akan dihitung nilai kore-
lasinya antara variabel bebas dan variabel terikat.
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir teoritis dapat
40
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.4.1 Hubungan Kesejahteraan Guru dengan Kinerja
Mengajar Guru
Kesejahteraan guru yang tercermin dengan
terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual akan
membuat guru lebih bergairah dan bersemangat dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini
terjadi karena guru tidak memikirkan hal-hal lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga lebih
banyak waktu dan energi untuk berkonsentrasi guna
menunaikan tugasnya. Kondisi yang demikian di mana
guru merasa aman, tentram, kesehatan yang terjamin
ini diduga mempunyai hubungan dengan kinerja guru.
Kesejahteraan Guru
(X1)
Kualitas RPP (X2)
Kinerja Mengajar Guru
(Y)
41
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nggeolima (2005)
dan Nutabonis yang menunjukkan adanya hubungan
yang positif dan signifikan antara kesejah-teraan guru
dengan kinerja guru pada SMA dan SMK Negeri di
Kota SoE. Temuan ini sejalan dengan temuan Samtono
(2002), Harsanto (2003), dan Nggulindima (2006) yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan
signifikan sebesar 0,402 antara kesejahteraan dan
kinerja guru.
2.4.2 Hubungan Kualitas Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Kinerja Mengajar Guru
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan
persiapan yang harus dilakukan guru sebelum meng-
ajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disu-
sun berdasarkan kriteria yang dipersyaratkan akan
mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Hasil penelitian Waimuri (2012) mene-
mukan ada hubungan yang positif dan signifikan
sebesar 0,922 antara pengembangan RPP dengan
kompetensi mengajar guru.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terda-
pat hubungan yang signifikan antara kualitas rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan kinerja mengajar
guru, artinya dengan rencana pelaksanaan pembel-
ajaran yang berkualitas, maka kinerja mengajar guru
akan lebih meningkat dan lebih baik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
42
2.5 Hipotesis Penelitian
Arikunto (2002) mendifinisikan hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat sementara terhadap perma-
salahan penelitian sampai terbukti melalui daya yang
terkumpul. Berdasarkan kajian teori dan hasil peneli-
tian, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam
penelitian ini:
2.5.1 Hipotesis Empirik
Dari rumusan masalah seperti yang dikemuka-
kan pada Bab I maka hipotesis empirik yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kesejahteraan guru dengan kinerja mengajar guru
TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten
Temanggung;
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
kinerja mengajar guru TK di Kecamatan Tembarak
Kabupaten Temanggung.
2.5.2 Hipotesis Statistik
1. Ho < 0
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kesejahteraan guru dengan kinerja mengajar guru
TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten
Temanggung.
43
H1 ≥ 0
Terdapat hubungan yang signifikan antara
kesejah-teraan guru dengan kinerja mengajar
guru TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten
Temanggung
2. Ho < 0
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan kinerja mengajar guru TK di Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung.
H1 ≥ 0
Terdapat hubungan yang signifikan antara kua-
litas rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
kinerja mengajar guru TK di Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung.