bab ii landasan teori, kerangka berpikir dan …repository.ump.ac.id/4101/3/sarwono_bab ii.pdf · 6...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi Pedagogik
a. Kompetensi
Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 disebutkan kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi
merupakan kemampuan menjalankan aktivitas dalam pekerjaan, yang ditunjukkan
oleh kemampuan mentransfer keterampilan dan pengetahuan pada situasi baru.
Kunandar (2008) menyatakan kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan
kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya
secara tepat dan efektif. Kompetensi adalah serangkaian tindakan dengan penuh
rasa tanggung jawab yang harus dipunyai seseorang sebagai persyaratan untuk
dapat dikatakan berhasil dalam melaksanakan tugasnya (Yasin: 2011).
Kompetensi adalah kesatuan yang menggambarkan potensi, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu.
Berkaitan dengan tenaga profesional kependidikan, pengertian kompetensi
merupakan perbuatan yang bersifat profesional dan memenuhi spesifikasi tertentu
di dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Menurut Mulyasa (2009)
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
7
kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan
dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara
profesional dan bertanggungjawab.
b. Pedagogik
Pedagogi/pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu
mendidik anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk
pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak (Sadulloh, dkk.
2007:1). Ditinjau dari segi istilah, pedagogik berasal dari bahasa Yunani
“paedos”yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar,
membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada
zaman Yunani kuno, yang pekerjaanya mengantarkan anak majikannya ke
sekolah.
c. Kompetensi Pedagogik
Gliga dalam Suciu dan Liliana (2010) menyatakan konsep kompetensi
pedagogik cenderung digunakan sebagai arti standar profesional minimum, sering
dianggap sebagai hukum, yang akan menaikkan dan melengkapi peran profesi
guru. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 disebutkan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran yang terdiri dari
pemahaman terhadap siswa, perencanaan, implementasi pembelajaran, evaluasi
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
8
hasil belajar dan mengaktualisasikan segenap potensi siswa. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru menyelenggarakan dan mengelola
pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses, dan hasil
pembelajaran. Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi
akademik dan potensi guru, menyebutkan secara rinci kompetensi pedagogik
mencakup: (a) Memahami karateristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural emosional, dan intelektual, (b) Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (d) Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, (e) Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk pembelajaran, (f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g)
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (h)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar, (i) Memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j) Melakukan
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Motivasi Kerja
a. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motivasi yang artinya pemberian atau penimbulan
motif. Motivasi dapat diartikan hal atau keadaan menjadi motif. (Anoraga,
2009:35). Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau
dorongan kerja (Anoraga, 2009:35). Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan
motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
9
untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan
pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar
terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu
yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving
force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan
memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005 : 61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang
terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental
karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat
motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.
1) Teori-teori Motivasi
Dalam Manullang (1994:148-1560) dikemukakan beberapa teori yang dari
para ahli, diantaranya sebagai berikut:
a) Teori Abraham H. Maslow (Hierarchical of Needs Theory)
Maslow mengemukakan bahwa ada suatu hierarkhi kebutuhan setiap orang.
Setiap orang memiliki prioritas kepada suatu kebutuhan sampai kebutuhan itu
dapat dipenuhi. Jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka yang kedua akan
memegang peranan, dan demikian seterusnya. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya
bila ada kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tigkat kedua
akan menjadi utama, selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
10
maka akan muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai kebutuhan
tingkat kelima. Adapun hierarkhi atau kebutuhan manusia menurut Abraham H.
Maslow adalah sebagai berikut:
(1) Physiologial Needs (Kebutuhan Fisik dan Biologis)
Physiological Needs adalah kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang pangan,
papan.Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik,
keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.
(2) Safety And Security Needs (Kebutuhan Keselamatan dan Keimanan)
Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam
melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan
keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan
pada waktu jam-jam tertentu.
(3) Affiliation or Acceptance Needs or Belongingness (Kebutuhan Sosial)
Kebutuhan sosial misalnya berteman, motivasi, mencintai serta diterima
dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup
berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup menyendiri. Adapun
kebutuhan sosial dalam teori Maslow terdiri dari empat jenis: (1) Kebutuhan akan
perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal dan bekerja (sense
of belonging); (2) Kebutuhan akan perasaan dihormati karena manusia merasa
dirinya penting (selft of importance). Serendah-rendahnya pendidikan dan
kedudukan, seseorang tetap merasa dirinya penting; (3) Kebutuhan akan perasaan
kemajuan dan tidak gagal (selft of achievement). Kemajuan di segala bidang
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
11
merupakan keinginan dan kebutuhan menjadi idaman setiap orang; (4) Kebutuhan
akan perasaan ikut serta (selft of participation). Setiap karyawan akan merasa
senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukaan saran atau
pendapat pada pimpinan.
(4) Esteem or Status Needs (Kebutuhan akan Penghargaan atau Prestise).
Esteem or Status Needs merupakan kebutuhan akan pengakuan serta
penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya
prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.
(5) Selft Actualization (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,
kemampuan, keterampilan, potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat memuaskan atau luar biasa sulit dicapai orang lain. Kebutuhan aktualisasi
diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu: (1) Kebutuhan aktualisasi
diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya berdasarkan keinginan usaha
individu itu sendiri; (2) Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang
individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan
meningkatnya jenjang karier seorang individu.
b) Teori Douglas Mc Gregor
Teori ini didasarkn pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat
dibedakan atas manusia penganut teori X (Teori Tradisional) dan manusia
penganut teori Y Teori Deokratik). Adapun teori X dan teori Y menurut Douglas
Mc Gregor adalah sebagai berikut:
(a) Teori X
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
12
(1) Rata-rata karyawan itu malas dan tidak suka bekerja
(2) Umumnya karyawan tidak terlalu berambisi mencapai prestasi kerja yang
optimal dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara
mengkambinghitamkan orang lain.
(3) Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
(4) Karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan
tujuan organisasi.
Menurut teori X ini, untuk memotivasi seseorang harus dilakukan dengan cara
yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja secara sungguh-
sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung pada motivasi negatif, yaitu
dengan menerapkan hukuman yang tegas.
(b) Teori Y
(1) Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerjasama
wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu
dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan yang tidak betah dan
merasa kesal jika tidak bekerja.
(2) Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk
maju dan mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan inovatif
mengembangkan dirinya untuk memecahkan persoalan dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang dibebankan pada pundaknya. Jadi mereka selalu berusaha
metode kerja yang terbaik.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
13
(3) Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan
dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan
karyawan untuk mewujudkan potensinya dengan memberikan sumbangan
pada tercapainya sasaran perusahaan.
Menurut teori Y ini, untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan
dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama, dan keterikatan pada
keputusan.
c) Teori Frederich Herzberg
Teori yang dikembangkannya dikena dengan “Model Dua Faktor” dari
motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hiygiene atau “pemeliharaan”.
Adapun penjelasan mengenai dua faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
1) Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
insrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang. Menurut Herzberg,
yang tergolong sebagai faktor motiasional antara lain ialah pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
karier, dan pengakuan orang lain.
2) Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang siarnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku
seseorang dalam kehidupan seseorang. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau
pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi,
hubungan seseorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan
rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyela,
kebijakan organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
14
d) Teori David M Clelland
Teori McClelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai
prestasi atau Need for Acievement yang menyatakan bahwa motivasi berbedea-
beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut
McClelland, orang yang mempunyai kebutuhan untuk keberhasilan yaitu
mempunyai keinginan kuat untuk mencapa sesuatu. Adapun ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:
(1) Mereka menentukan tujuan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah, tetapi tujuan itu cukup merupakan tantangan untuk dikerjakan
dengan baik.
(2) Mereka menentukan tujuan itu, karena mereka secara pribadi dapat
mengetahui bahwa hasilnya dalat dikuasai bila mereka kerjakan sendiri.
(3) Mereka senang kepada pekerjaanya itu dan merasa sangat berkepentingan
dengan hasilnya sendiri.
(4) Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat memberikan
b. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau
dorongan kerja (Anoraga, 2009:35). Mangkunegara (2005:61) menyatakan :
“motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi
kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
15
maksimal”. Menurut Dr. Hamzah B. Uno (2006:112) yang dimaksud dengan
motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan
guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Indikator dari variabel motivasi kerja
guru akan tampak mealui: (1) tanggung jawab dalam melakukan kerja; (2)
prestasi yang dicapainya; (3) pengembangan diri; serta (4) kemandirian dalam
bertindak.
Menurut Fredrick Herzberg (dalam Anoraga, 2009:39), sistem
kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi
dua golongan: (a) Hygiene Factors: status, hubungan antarmanusia, supervisi,
peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan,
kondisi kerja, gaji , dan kehidupan pribadi; (b) Motivational Factors
(Motivators): pekerjaannya sendiri, achievement, kemungkinan untuk
berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan.
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan,
diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6
(enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
(1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, (2) Berani mengambil
dan memikul resiko, (3) Memiliki tujuan realistik, (4) Memiliki rencana kerja
yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, (5) Memanfaatkan
umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan, dan (6)
Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
16
Edward Murray dalam Mangkunegara (2005 : 68-67) berpendapat bahwa
karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai
berikut : (1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, (2) Melakukan sesuatu
dengan mencapai kesuksesan, (3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan
usaha dan keterampilan, (4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan
menguasai bidang tertentu, (5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang
memuaskan, (6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti, dan (7) Melakukan
sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru menurut
Roth et al (2007) terdiri atas motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik melputi: (1) penghargaan atas usaha dan prestasi guru; (2) kepuasan
terhadap cara mengajar; dan (3) pegamatan kepala sekolah terhadap pekerjaan
guru. Sedangkan motivasi instrinsik meliputi: (1) cara mengajar yang
menyenangkan; (2) hubungan orang tua siswa yang harmonis; dan (3)
hubungan dengan siswa yang harmois.
Menurut Fredrick Herzberg (dalam Anoraga, 2009 : 39), sistem
kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi
dua golongan: (a) Hygiene Factors: status, hubungan antarmanusia, supervisi,
peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan,
kondisi kerja, gaji, dan kehidupan pribadi; (b) Motivational Factors
(Motivators): pekerjaannya sendiri, achievement, kemungkinan untuk
berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
17
c. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi Kerja
Dalam kegiatan administrasi pendidikan yang dilakukan sangat
diperlukan peran seorang pegawai dalam mencapai tujuan tersebut. Seorang
pegawai dituntut dapat bekerja secara tepat, efektif, dan efisien untuk
mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai sekolah. Pencpaian tujuan
tersebut tidak lepas dari motivasi kerja dari para pegawainya. Motivasi kerja
yang tinggi dari setiap personal/pegawai yang terlibat di dalamnya merupakan
faktor yang memuaskan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Namun
sebaliknya bila motivasi kerja seseorang pegawai itu rendah maka tujuan
sekolah yang ingin dicapai tidak akan terwujud. Berikut ini adalah faktor-faktor
yang dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi seseorang
berdasarkan atas teori-teori motivasi dari para ahli seperti diuraikan di atas,
diantaranya:
(1) Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dipandang sebagai faktor yang
dapat mempertinggi motivasi kerja. Seseorang akan bekerja akibat adanya
kebutuhan.
(2) Keingian untuk berprestasi dalam bekerja juga dipandang sebagai motivasi
seseorang, dimana dengan keinginan pencapaian prestasi yang lebih baik,
seseorang akan bekerja sekuat tenaga untuk mencapainya.
(3) Keamanan dan keselamatan dalam bekerja juga mempengaruhi motivasi
seseorang. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
18
keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan
pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.
(4) Penghargaan terhadap pekerjaan juga mempengaruhi motivasi. Merupakan
kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan dari lingkungan kerja
terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
(5) Hubungan kemanusiaan/interpersonal yang lebih antara seseorang dengan
lainnya akan mempertinggi motivasi kerja. Di mana dalam hubungan
interpersonal/kemanusiaan ini setiap orang akan merasa diterima dan
dihargai dalam kelompoknya.
(6) Lingkungan tempat kerja yang menyenangkan akan memuat seseorang
senang dan nyaman dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Perasaan
senang dan nyaman ini akan membuat seseorang termotivasi dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
(7) Kesempatan untuk berkembang/aktualisasi diri dipenuhi dengan
menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi untuk
mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan.
Jadi yang dimaksud motivasi kerja guru adalah suatu proses yang
dilakukan untuk menggerakan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada
upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara
operasional motivasi kerja adalah proses yang dilakukan berdasarkan faktor
internal maupun eksternal yang menyebabkan seorang guru tergerak untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Faktor internal dan eksternal itu antara lain :
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
19
(1) faktor ekonomi, (2) perlakuan adil, (3) kebijakan dari kepala sekolah, (4)
hubungan kerja, (5) jaminan kesehatan, (6) pemberian bonus, (7) gaji, (8)
jaminan hari tua/asuransi jiwa, (9) prestasi kerja, (10) jaminan keamanan dan
kenyamanan kerja, (11) faktor kesempatan berkembang, dan (12) Peningkatan
kapasitas kerja dengan tujuan tertentu
3. Kesiapan Guru Bahasa Indonesia
a. Kesiapan
Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “Tingkat perkembangan dari
kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikan sesuatu”
(Chaplin, 2006: 419). Dalam pengertian lain, kesiapan adalah suatu keseluruhan
kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di
dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2003: 113). Kesiapan ditinjau
dari bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu readiness. Istilah readiness dalam
Dictionary of Education (Good, 2003: 473) diartikan “Willingness, desire, and
ability to engange in a given activity”. Jadi kesiapan berarti kemauan,
hasrat/dorongan, dan kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (2010:113), faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
mencakup tiga aspek, yaitu: (1) kondisi fisik, mental, dan emosional; (2)
kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan; (3) keterampilan, pengetahuan, dan
pengertian lain yang pernah dipelajari. Slameto juga mengungkapkan tentang
prinsip-prinsip readiness atau kesiapan yaitu; 1) semua aspek perkembangan
berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi); 2) kematangan jasmani dan rohani
adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman; 3) pengalaman-
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
20
pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan; 4) kesiapan
dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa
pembentukan dalam masa perkembangan.
Ujung dari implementasi kurikulum 2013 adalah kerja guru dalam
mempesiapkan diri agar segala kompentensinya dapat diperbaharui. Menurut
Syaiful Sagala (2009 : 21) guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual
ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mengingat demikian
berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia harus memenuhi persyaratan-persyaratan
pokok yang mungkin seimbang dengan posisi untuk menjadi guru. Tidak semua
orang dapat dengan mudah melakukannya, apalagi mengingat posisi guru seperti
yang terjadi di Indonesia dewasa ini. Berdasarkan pengertian kesiapan dan guru di
atas, dapat dikemukakan bahwa kesiapan guru adalah suatu keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
4. Guru Bahasa Indonesia SMK
Yang dimaksud dengan guru bahasa Indonesia Sekolah Menengah Kejuruan
adalah semua guru baik yang berstatus PNS yang mengajar di sekolah negeri.
Berdasarkan data hasil UKG tahun 2015 jumlah guru yang mengajar di sekolah
negeri ada 31 orang.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
21
5. Implementasi Kurikulum 2013 SMK
Implementasi Kurikulum 2013 SMK didefinisikan dari: pertama, kata
implementasi dan kedua kata Kurikulum 2013 SMK. Menurut Oemar Hamalik
(2007 : 237) implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi
menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A tahun
2013, diartikan sebagai kegiatan merealisasikan ide dan rancangan kurikulum
dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Implementasi terdiri atas dua fase
yaitu implementasi awal dan implementasi penuh. Atas dasar pengertian
implementasi tersebut maka fokus dari pedoman ini adalah evaluasi terhadap: (1)
pengadaan dokumen kurikulum dan distribusi ke pengguna (fokus 1); (2) kegiatan
persiapan lapangan untuk melaksanakan kurikulum (fokus 2); dan (3)
implementasi kurikulum secara terbatas dan menyeluruh (fokus 3). Fokus pada
pengadaan dokumen kurikulum meliputi ketersediaan dokumen untuk digunakan
oleh sekolah dan guru yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada
tahun 2013-2014, 2014-2015, dan 2015-2016. Evaluasi terhadap ketersediaan
diarahkan pada adanya dokumen kurikulum, buku panduan guru dan buku teks
pelajaran untuk peserta didik, serta pedoman lain sebelum tahun pendidikan baru
dimulai.
Kurikulum 2013 SMK sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 60 tahun 2014 terdiri atas: (1) Kerangka Dasar Kurikulum, (2)
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
22
Struktur Kurikulum, (3) Silabus, dan (4) Pedoman Mata Pelajaran. Kerangka dasar
Kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan struktur kurikulum adalah
pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata
peelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program
pendidikan. Kompetensi inti: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan dijabarkan ke dalam Kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan.
Dalam implementasi kurikulum selain dibutuhkan kesiapan para guru dan
komponen personal lainnya, peran pemerintah juga sangat dominan. Bentuk
pelatihan, pendampingan, atau sosialisasi yang ditujukan sebagai upaya
terimplemtasinya K13, merupakan bentuk kongkrit adanya komitmen peningkatan
kualitas pendidikan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 sehubungan tidak semua
sekolah menerapkan K13, pemerintah menganti strategi dalam mengadakan
pelatihan dan pendampingan implementasi K13. Pendekatan yang digunakan pada
tahun 2015 adalah The Whole School Training, yaitu pelatihan dan pendampingan
sekolah seutuhnya; caranya dengan melatih sebagian guru-guru terbaik dari SMK
Sasaran untuk menjadi Instruktur Kabupaten/Kota, kemudian selaku instruksutr
Kabupaten/Kota ditugaskan untuk menjadi pelatih dan pendamping Guru dan
Tenaga Kependidikan (GTK) yang ada di sekolahnya dalam menerapkan K13
SMK sesuai yang diharapkan.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
23
6. Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang dapat menjadi masukan bagi peneliti antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Neo Wicak Kuncoro tentang “Hubungan
Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar IPS Siswa”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa berdasarkan data hasil penelitian diperoleh angka korelasi
antara Variabel X (kompetensi pedagogik guru) dan Variabel Y (hasil belajar IPS
siswa) sebesar 0,784 itu berarti korelasi tersebut positif. Dengan t hitung lebih
besar dari t tabel atau 12,716 > 2,022, maka Ho ditolak, artinya Ha yang berbunyi
ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar
IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun
2013/2014 diterima.
Penelitian berikutnya adalah Tesis yang disusun oleh Harisman, S.H., S.Sos.
yang berjudul, “Hubungan Persepsi dan Motivasi Kerja Pegawai Administrasi
dalam Rangka Meningkatkan Kinerja pada Pengadilan Negeri Bengkulu”. Dari
hasil penelitian ini diperoleh hubungan antara variabel independen (persepsi dan
mtivasi) dengan variabel dependen (kinerja) menggunakan uji statistik Perseon
Correlation. Dari uji statistik diperoleh hubungan antara persepsi dan kinerja
sebesar 0,453 dengan nilai Sig (p) sebesar 0,001. Karena nilai p < 0,05 berarti ada
hubungan yang sangat signifikan antara persepsi dengan kinerja. Nilai korelasi
0,453 berada antara 0,40-0,59 maka menurut Sugio hubungan ini dikatakan
sedang. Sedangkan pada korelasi berganda (R) atau korelasi secara bersama-sama
antara persepsi dan motivasi dengan kinerja, diperoleh nilai sebesar 0,584. Dari
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
24
tabel tersebut juga diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,341
artinya kontribusi variabel persepsi dan motivasi dengan kinerja sebesar 34,1 %,
sementara 65.9 % dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian itu.
Dalam hal implementasi K13, Marsudi, Widyaiswara PPPPTK Seni Budaya
Yogyakarta meneliti tentang, “Kesiapan SMKN 1 Kalasan dalam Implementasi
Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”. Penelitian
kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap empat aspek penting dalam
implemenasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta yaitu
Pengelolaan SDM, Implementasi Kurikulum 2013, Pelaksanaan Pembelajaran
Saintifik, dan Penilaian Autentik. Hasil penelitian mengungkapkan dalam bidang
Pengelolaan SDM, Kepala SMKN 1 Kalasan secara umum berjalan dengan baik.
Dalam hal Implementasi Kurikulum 2013 SMKN 1 Kalasan menunjukkan kondisi
yang cukup baik. Dalam bidang pembelajaran para guru telah mengubah metode
pembelajarannya dari metode konvensional ke pendekatan saintifik bervarisi.
Pendekatan ilmiah (saintific approach) meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, mengkomunikasikan sudah diterapkan pada semua mata pelajaran.
Sedangkan pada bidang keempat yaitu penilaian autentik, SMKN 1 Kalasan
dianggap belum maksimal.
Penelitian lain tentang kesiapan guru dilakukan oleh Sri Dewi Nurmawati,
dkk., pada Program Studi Administrasi, Program Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Ganesa Singaraja, melakukan penelitian yang berjudul “Studi
Evaluasi Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 di Madrasah
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
25
Aliyah Negeri Amlapura Tahun 2014”. Dari penelitian dilakukan terhadap 32
orang guru sebagai sampel, didapatkan hasil bahwa; 1) efektifitas kesiapan guru
dalam melaksanakan kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Almapura
daitinjau dari komponen konteks, input, dan proses berada pada kategori positif.
B. Kerangka Berpikir
Kompetensi pedagogik merupakan satu di antara empat kompetensi utama
profesi guru yaitu kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi pedagogik harus dikuasai oleh seorang guru sebelum dan selama
melakukan aktivitas belajar mengajar. Kompetensi pedagogik yang dimaksud
disesuaikan dengan tuntutan implementasi K13. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik agar kesiapan guru dalam implementasi K13
(Y) sesuai dengan harapan. Kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas (X1)
dijabarkan dalam tujuh indikator sebagai suatu acuan untuk menentukan penilaian
seorang guru dikatakan berhasil atau tidak dalam pembelajaran. Dalam buku 2
Pedoman Penilaian Kinerja Guru (PKG), kompetensi pedagogik yang harus
dikuasai seorang guru tersebut adalah (1) Menguasai karakteristik peserta didik,
(2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3)
Pengembangan kurikulum, (4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5)
Pengembangan potensi peserta didik, (6) Komunikasi dengan peserta didik, dan
(7) Penilaian dan evaluasi.
Selain itu motivasi kerja (X2) juga akan menunjang kesiapan guru dalam
imlementasi kurikulum 2013 (Y). Pada akhirnya kompetensi pedagogik (X1) dan
motivasi kerja (X2) mempunyai hubungan dengan kesiapan guru dalam
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
26
implementasi K13 guru SMK Negeri Kabupaten Banyumas, sebagaimana terlihat
pada bagan berikut ini.
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Keterangan :
X1 adalah kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas, X2 adalah motivasi kerja
sebagai variabel bebas, sedangkan Y adalah kesiapan guru dalam implementasi
kurikulum 2013 guru SMK Negeri Kabupaten Banyumas sebagai variabel terikat.
B. Hipotesis
Perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian
tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Jadi hipotesis yang
di ada pada penelitian ini adalah hipotesis penelitian atau bisa disebut juga
hiptotesis kerja (Sugiyono, 2015:96-97).
Adapun hipotesis penelitian atau hiptesis kerja dalam penitian ini adalah :
1. Ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dengan kesiapan guru
bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri
Kabupaten Banyumas.
2. Ada hubungan antara yang positif antara motivasi kerja dengan kesiapan guru
bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri
Kabupaten Banyumas.
X1
X2
Y
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017
27
3. Ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dan motivasi kerja
secara bersama-sama dengan kesiapan guru bahasa Indonesia dalam
implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri Kabupaten Banyumas.
Hubungan Kompetensi Pedagogik..., Sarwono, Program Pascasarjana UMP, 2017