bab ii landasan teoritis metode example non example …repository.uinbanten.ac.id/4750/4/bab...

42
12 BAB II LANDASAN TEORITIS METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK A. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Metode Dalam proses pembelajaran, metode merupakan bagian dari komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan, guru, peserta didik, media, lingkungan, dan evaluasi. Metode berasal dari bahasa greeka-Yunani, yaitu metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara). 1 Metode berarti jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode menurut Abd Al- Rahman Ghunaimah adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran. 2 Sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah disusun tercapai secara optimal. 1 Anis Fauzi, Pembelajaran Mikro, Suatu Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Diadit Media, 2009). 73-74. 2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),2.

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 12

    BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DAN HASIL BELAJAR AKIDAH

    AKHLAK

    A. KAJIAN TEORI

    1. Pengertian Metode

    Dalam proses pembelajaran, metode merupakan bagian dari

    komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan,

    guru, peserta didik, media, lingkungan, dan evaluasi.

    Metode berasal dari bahasa greeka-Yunani, yaitu metha (melalui

    atau melewati), dan hodos (jalan atau cara).1 Metode berarti jalan yang

    harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode menurut Abd Al-

    Rahman Ghunaimah adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai

    tujuan pengajaran.2 Sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah cara

    yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

    disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah disusun tercapai

    secara optimal.

    1 Anis Fauzi, Pembelajaran Mikro, Suatu Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Diadit Media,

    2009). 73-74. 2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),2.

  • 13

    Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang

    berarti langkah-langkah strategi dipersiapkan untuk melakukan suatu

    pekerjaan.3 Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut

    haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, strategi dalam rangka

    pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik

    menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan

    baik.

    Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

    1) Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara

    yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.4

    2) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau

    jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode

    pengajaran itu sangat kondisional dan situasional. Artinya seorang

    guru bisa memilih dan menggunakan metode yang ada, misalnya

    metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode

    dempnstrasi dan lain sebagainya.5

    3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),2.

    4 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

    1995), 9. 5 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

    (Jakarta: Al-Husna, 1992), 21-42.

  • 14

    3) Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara

    yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan

    peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.6

    4) Wina Sanjaya mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang

    digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

    dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

    optimal.7

    Dalam pengertian lain metode mengajar adalah cara-cara yang

    digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran pada sisiwa untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Dengan demikian, salah satu

    keterampilan guru yang memegang peran penting dalam pengajaran

    adalah keterampilan dalam memilih metode. Pemilihan metode

    berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan

    pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian

    tujuan pengajaran diperoleh secar optimal.

    Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka

    urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar

    secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil

    eksperimen. Kita tahu, sesuatu konsep yang dieksperimenkan haruslah

    6 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),3.

    7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

    Kencana, 2006), 147. 8 Anis Fauzi, Pembelajaran Mikro, Suatu Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Diadit Media,

    2009),74.

  • 15

    telah lulus uji teori, dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima

    secara teoritis yang boleh dieksperimenkan.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

    bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang

    digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik

    dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi

    tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.

    2. Pengertian Metode Example Non Example

    Metode Examples Non Examples menurut pengertian bahasa

    berarti contoh (dan) bukan contoh.9 Contoh-contoh yang digunakan

    dalam pembelajaran berasal dari kasus atau gambar yang relevan

    dengan kompetensi dasar. Model Example Non Example merupakan

    salah satu pendekatan Group Investigation dalam pembelajaran

    kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan

    meningkatkan perolehan hasil akademik.10

    Example Non Example merupakan strategi pembelajaran yang

    menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi

    pelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir

    9 Jasa Ungguh Muliawan, Model Pembelajaran Spektakuler , (Jakarta:Ar-Ruzz

    Media,2016). 89.

    10

    Wahyudi, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Bandung: Refika Aditama, 2016), 14.

  • 16

    kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat

    dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.11

    Gambar yang digunakan

    dalam strategi ini ditampilkan melalui proyektor ataupun yang paling

    sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan

    kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat

    juga melihat dengan jelas. 12

    Model pembelajaran Example Non Example merupakan

    pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil

    yang terdiri dari 2-3 orang dalam satu kelompok, sehingga setiap

    anggota bertaggung jawab atas setiap penguasaan komponen-komponen

    yang ditugaskan sebaik-baiknya, sehingga menyebabkan tumbuhnya

    rasa senang dalam proses belajar mengajar, serta dapat menjadikan

    siswa lebih semangat belajar karena dapat melihat secara langsung.

    Dalam sistem sosial, guru selalu mengamati semua yang dilakukan tiap

    kelompok agar kegiatan berjalan lancar. Dalam model ini, guru tidak

    banyak menjelaskan tentang materi, guru hanya menyiapkan materi

    yang berupa gambar-gambar untuk memfasilitasi anak dalam

    mendiskusikan sebuah materi dan dilakukan secara berkelompok.

    11

    Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2014), 234. 12

    Jumanta Hamadayama, Model dan Metode Pembelajaran Kretif dan Berkarakter,

    (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 99.

  • 17

    Pembelajaran Example Non Example adalah salah satu contoh

    model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam

    pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar

    mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru dapat membantu dalam

    proses belajar mengajar. Mengajar, mendekati situasi dengan keadaan

    yang sesungguhnya. Dengan media, diharapkan proses belajar mengajar

    lebih komunikatif dan menarik. Penggunaan media gambar ini disusun

    dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi

    sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada dalam gambar.

    Metode Example Non Example dapat digunakan apabila materi

    yang akan dipelajari adalah yang berbentuk materi tertulis. Metode ini

    paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran Akidah Akhlak dan

    bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada

    penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran

    bahan ajar untuk Example Non Example biasanya harus berupa sebuah

    bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau deskripsi serupa.

    Example Non Example merupakan model pembelajaran dengan

    mempersiapkan gambar, diagram, atau table sesuai materi bahan ajar

    dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan

    petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang

  • 18

    sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan,

    evaluasi dan refleksi.13

    Menurut Buehl, strategi Example Non Example melibatkan

    siswa untuk: 1) menggunakan sebuah contoh untuk memperluas

    pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih

    kompleks; 2) melakukan discovery (penemuan), yang mendorong

    mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman

    langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari; dan 3)

    mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan

    mempertimbangkan bagian non-example yang dimungkinkan masih

    memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian

    example.14

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

    Example Non Example metode pembelajaran yang menggunakan

    gambar sebagai contoh atau bukan contoh yang disajikan dalam proses

    pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat menganalisis serta berpikir

    kritis dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga

    dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat mengeluarkan argumentasi

    terkait hasil analisisnya dan mengharapkan agar pembelajaran lebih

    bermakna serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang sesungguhny.

    13

    Wahyudi, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Bandung: Refika Aditama, 2016), 15. 14

    Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2014), 235-236.

  • 19

    Metode pembelajaran ini juga, hendaknya menjadikan peserta didik

    lebih aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas. Seorang

    pendidik seharusnya memiliki inisiatif atau solusi untuk merefleksi

    kegiatan pembelajaran yang sebelumnya dirasa kurang berhasil. Dengan

    cara, mengganti atau memvariasikan metode belajar yang biasanya

    digunakan di kelas. Dalam proses pembelajaran pendidik bukanlah satu-

    satunya sumber belajar. Karena, dalam hal ini siswa juga dapat menjadi

    sebagai sumber informasi jika dalam pembelajaran siswa

    dikelompokkan. Sehingga, siswa dapat menemukan gagasan dan

    informasi baru tanpa harus terikat materi bahasan yang ada di buku.

    a. Langkah-langkah Metode Example Non Example

    Pembelajaran dengan menggunakan metode Example Non

    Example diawali dengan menyiapkan gambar-gambar yang akan

    digunakan untuk proses pembelajaran sesuai dengan tujuan

    pembelajaran. Misalkan tujuan pembelajaran adalah untuk

    meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek,

    maka guru harus memberikan gambar yang bisa dideskripsikan oleh

    siswa menjadi sebuah cerita pendek. Misalkan guru menyiapkan

    poster film Habibie dan Ainun.

  • 20

    Gambar yang sudah disiapkan bisa ditempelkan di papan

    atau ditayangkan melalui OHP. Pastikan semua siswa bisa melihat

    dengan jelas gambar yang sudah disajikan.

    Selanjutnya, guru memberi petunjuk dan dan memberi

    kesempatan pada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa

    gambar yang telah disajikan. Melalui diskusi kelompok yaitu 2-3

    orang siswa yang berdekatan (agar siswa tidak banyak membuang

    waktu untuk pindah tempat), hasil diskusi dari analisis gambar

    tersebut dicatat pada kertas. Kemungkinan berasal hasil analisis

    siswa mengatakan bahwa poster tersebut mengisahkan tentang cinta

    sejati, kesetiaan dan kasih sayang sepasang suami istri. Setelah siswa

    berdiskusi guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk

    membacakan hasil diskusinya.

    Berdasarkan komentar atau hasil belajar siswa, guru bisa

    mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, yaitu

    bahwa hasil dari menganalisis gambar bisa disusun kembali menjadi

    sebuah cerita, berilah motivasi dan contoh secara lisan agar siswa

    dapat termotivasi untuk mulai menulis sebuah cerita. Bagi siswa

    yang sudah selesai menulis bisa mengumpulkan hasil tulisan cerita

    pendeknya kepada guru, kalau waktunya cukup guru bisa meminta

    beberapa siswa untuk membacakan karyanya, kalau tidak cukup

  • 21

    pelaksanaan evaluasi bisa dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

    Diakhir pertemuan, guru bisa memberikan simpulan dari proses

    pembelajaran dan manfaat dari menulis cerita pendek. 15

    Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Example

    Non Example dapat dilakukan sebagai berikut:

    1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

    pembelajaran.

    2) Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkan

    melalui proyektor slide atau Over Head Proyektor.

    3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa

    untuk memerhatikan.

    4) Siswa diminta menganalisis gambar.

    5) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari

    analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.

    6) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

    7) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

    materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.16

    Dalam pembelajaran menggunakan metode Example Non

    Example setiap anggota kelompok ditugaskan untuk menganalisis

    15

    Wahyudi, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Bandung: Refika Aditama, 2016), 18-20.

    16 Jasa Ungguh Muliawan, Model Pembelajaran Spektakuler , (Jakarta:Ar-Ruzz

    Media,2016). 90.

  • 22

    gambar yang telah disiapkan oleh guru di papan tulis ataupun OHP.

    Kemudian siswa-siswa mendiskusikan apa yang telah mereka lihat

    pada gambar tersebut, satu sama lain saling mengemukakan

    pendapatnya, lalu ditarik sebuah kesimpulan dari apa yang telah

    mereka diskusikan, setelah membuat kesimpulan perwakilan dari

    tiap kelompok bergiliran mengemukakan pendapatnya mengenai

    gambar yang telah mereka analisa, selanjutnya guru memberikan

    komentar berdasarkan hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi

    sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

    Menurut Agus Suprijono Langkah-langkah model

    pembelajaran Example Non-Example, diantaranya berikut ini:

    1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan

    gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan

    kompetensi dasar.

    2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor.

    Pada tahapan ini, guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk

    mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus

    pembentukan kelompok siswa.

    3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa

    melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama,

    agar detil gambar dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru

    juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang

    diamati siswa.

    4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang

    digunakan akan lebih baik jika disediakan guru.

  • 23

    5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi

    mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.

    6) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah

    memahami hasil dari analisis yang dilakukan siswa, maka guru

    mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaranyang ingin

    dicapai.

    7) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

    17

    Dalam suatu pembelajaran, seorang pendidik pasti memiliki

    langkah-langkah sebelum memulai pembelajaran di kelas. Hal

    tersebut dilakukan agar supaya pembelajaran yang dilakukan lebih

    sistematis dan teratur. Oleh karena itu, dengan langkah-langkah

    strategi pembelajaran example non example dapat disimpulkan,

    siswa dituntut agar dapat belajar mandiri dengan cara menganalisis

    gambar dan bertukar informasi dengan teman kelompoknya.

    Kemudian, siswa mempresentasikan hasil diskusinya dihadapan

    guru dan teman-temannya. Serta siswa dan guru menyimpulkan hasil

    diskusi bersama-sama.

    b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Example Non Example

    Setiap metode yang diterapkan dalam sebuah pembelajaran

    memiliki kelebihan dan kekurangan. Karenanya dalam memilih

    sebuah metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran, guru

    harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan metode tersebut.

    17

    Jumanta Hamadayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 99-100.

  • 24

    Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kekurangan atau

    kelemahan suatu metode, untuk kemudian dicarikan alternative

    pilihan metode lain yang dapat menutupi kelemahan metode

    tersebut. Disamping itu, pendidik juga perlu melakukan evaluasi dari

    waktu ke waktu sejauh mana tingkat keefektifan setelah metode

    diterapkan apakah sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

    Kompetensi Dasar) atau tidak.

    Mengetahui batas-batas kelebihan dan kekurangan sebuah

    metode akan memudahkan dalam merumuskan kesimpulan

    mengenai hasil penilaian atau pencapaian tujuan dalam

    pembelajaran itu. Metode Example Non Example disamping

    memiliki banyak kelebihan karena metode ini merupakan metode

    yang mengacu keaktifan mental peserta didik, juga memiliki

    kekurangan. Diantara kelebihan dan kekurangan metode Example

    Non Example adalah:

    Kelebihan metode Example Non Example adalah:

    1) Melatih peserta didik menjadi pemimpin, berani menyampaikan

    gagasan yang telah didiskusikan di depan kelas.

    2) Peserta didik lebih mencurahkan perhatian dan aktif dalam

    pelajaran

    3) Peserta didik lebih kritis dalam menganalisis gambar.

  • 25

    4) Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh

    gambar.

    5) Melatih kekompakan dalam sebuah tim, sehingga mendapatkan

    hasil diskusi yang baik.

    Kekurangan metode Example Non Example adalah:

    1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

    2) Tidak semua peserta didik berani mengemukakan pendapatnya.

    Dengan demikian waktu dapat terbuang karena saling menunggu

    atau terpakai oleh guru yang terpaksa harus mendorong-dorong

    agar peserta didik berani menyampaikan pendapatnya atau hasil

    diskusinya.

    3) Rasa permusuhan “kelompok-isme” merasa bahwa dirinya atau

    kelompoknya lebih pandai dan serba tahu, menganggap orang

    lain atau kelompok lain yang menentang pendapatnya sebagai

    saingan. Bahkan dikhawatirkan akan timbul rasa permusuhan

    apabila pendapatnya bertentangan oleh kelompok lain.

    4) Dalam diskusi atau menyampaikan pertanyaan biasanya

    didominasi oleh peserta didik yang berani atau yang biasa

    berbicara. Murid-murid yang pemalu dan pendiam biasanya

    tidak menggunakan kesempatan itu untuk berbicara.

    5) Memakan waktu yang lama. Dalam berdiskusi yang mendalam

    memerlukanwaktu yang lama. Peserta didik tidak boleh merasa

  • 26

    dikejar-kejar waktu selama berdiskusi. Perasaan dibatasi waktu

    hanya akan menimbulkan kedangkalan diskusi yang hasilnya

    tidak bermanfaat.18

    Keuntungan dari model pembelajaran Example Non Example

    yaitu siswa berangkat dari satu definisi, yang selanjutnya

    digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih

    mendalam dan lebih kompleks. Siswa terlibat dalam suatu proses

    discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun

    konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non

    example. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk

    mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan

    mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih

    terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari

    konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

    Selain kelebihan dan kekurangan yang ada di atas, dalam

    buku lain juga ada beberapa kelebihan dan kekurangan metode

    example non example diantaranya yaitu:

    Kelebihan metode Example Non Example

    1) Siswa mempunyai peran aktif dalam proses pembelajaran yang

    dilakukan guru.

    18

    Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bnadung: Pustaka Setia, 2011), 97.

  • 27

    2) Melatih kemampuan beimajinasi siswa.

    3) Mengembangkan daya analisis dan kritis dalam diri siswa.

    4) Murah, mudah, dan sederhana untuk dilakukan siswa. 19

    Kekurangan metode Example Non Example

    1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

    2) Memakan waktu yang lama.20

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari

    metode example non example ini adalah menjadikan siswa lebih aktif

    dalam proses pembelajaran. Sedangkan, kekurangan yang terdapat

    dalam metode example non example ini adalah memerlukan waktu yang

    cukup lama dalam proses pembelajarannya dan tidak semua materi

    pembelajaran dapat disajikan dengan metode pembelajaran ini.

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode

    Example Non Example

    Berhasil tidaknya proses pembelajaran tergantung kepada

    faktor dan kondisi belajar yang mempengaruhinya. Oleh karena itu

    untuk mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya perlu

    dipertimbangkan faktor-faktor dan kondisi-kondisi yang

    mempengaruhi terhadap proses kegiatan belajar.

    19

    Jasa Ungguh Muliawan, Model Pembelajaran Spektakuler , (Jakarta:Ar-Ruzz

    Media,2016). 90. 20

    Jumanta Hamadayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 100.

  • 28

    Pada aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang

    dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Namun,

    faktor integrasinya terutama terletak pada pendidik dengan segala

    kemampuan dan keterbatasannya. Keenam faktor pendidikan

    tersebut meliputi:

    1) Faktor tujuan

    2) Faktor pendidik

    3) Faktor peserta didik

    4) Faktor isi/materi pendidikan

    5) Faktor metode pendidikan

    6) Faktor situasi lingkungan.21

    Jika di lihat dari ke enam faktor-faktor pendidikan di atas,

    bahwa sebuah proses pembelajaran tidak akan lepas dari tujuan,

    karena jika tidak ada tujuan tidak akan ada hasil yang diperoleh.

    Tujuan dalam pembelajaran tujuan ini menjelaskan perubahan apa

    yang harus terjadi, sebagai akibat dari pengajaran yang diterima oleh

    murid. Selain tujuan faktor pendidik juga bagian dari keberhasilan

    pembelajaran tidak ada pendidik tidak mungkin ada sebuah

    pengajaran, selanjutnya faktor peserta didik, ada pendidik pasti

    harus ada peserta didik, peserta didik akan memperoleh materi

    pembelajaran yang akan disampaikan peserta didik dengan tujuan

    21

    Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 7

  • 29

    yang telah ditentukan, selanjutnya faktor isi/materi pendidikan,

    materi disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai

    dengan buku panduan yang telah disiapkan di sekolah, materi

    pendidikan ini harus disampaikan dengan metode yang efektif dan

    efisien serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terakhir yaitu

    faktor lingkungan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi

    tingkat keberhasilan belajar siswa.

    Tingkat keberhasilan belajar siswa tidak akan muncul tanpa

    adanya kesinambungan antara satu faktor dengan faktor lainnya,

    terutama faktor metode pendidikan, seorang pendidik harus pandai

    memilih dan menggunakan metode pembelajaran, supaya hasil

    belajar siswa dapat meningkat.

    Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri 3 Lebak

    didapatkan temuan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

    Akidah Akhlak masih ada yang dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan

    Minimum), selain daripada hasil belajar yang masih rendah

    penggunaan metode pembelajaran juga turut serta menjadi sorotan,

    karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan

    membuat siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran

    karena merasa bosan dengan penggunaan metode yang masih umum

    digunakan yaitu metode ceramah.

  • 30

    Faktor-faktor lainnya juga yaitu siswa kurang

    memperhatikan ketika guru menyampaikan materi, ada yang

    mengobrol, mengerjakan tugas lain selain pelajaran yang sedang

    dipelajari, siswa tidak mnyimak materi sehingga jarang sekali siswa

    mau bertanya kepada guru tentang apa yang sedang dipelajarinya.

    Dari faktor-faktor di atas penulis tertarik untuk melakuakan

    penelitian dengan menerapkan metode Example Non Example.

    Example Non Example merupakan model pembelajaran dengan

    mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar

    dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau melalui OHP, dengan

    petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok

    tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan

    penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.22

    Model pembelajaran Example Non Example merupakan

    merupakan model yang menggunakan media gambar sebagai media

    pembelajaran. Penggunaan media gambar ini di susun dan dirancang

    agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah

    bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar.

    Dapat disimpulkan bahwa, dengan penggunaan metode

    Example Non Example diharapkan hasil belajar siswa akan

    22

    Wahyudi Siswanto, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Refika Aditama, Bandung,

    2016), 15.

  • 31

    meningkat karena dengan penggunaan media gambar pasti siswa

    akan tertarik untuk belajar dan mengasah kreatifitas siswa.

    3. Pengertian Hasil Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “belajar adalah

    berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu berubah tingkah laku

    atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.23

    Menurut lester D.Crow & Alice Crow, dalam buku Muhibin

    Syah ”Belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan,

    pengetahuan dan sikap”. Dalam definisi ini dikatakan bahwa

    seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan

    dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu

    pengetahuan. Belajar disini merupakan “suatu proses”

    dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid

    menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu

    tujuan. Yang kita perhatikan ialah pola perubahan pada

    pengetahuan selama pengalaman belajar itu berlangsung.24

    Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang

    berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

    menghsilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

    pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan ini

    bersifat secara relative konsisten dan berbekas.25

    Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala

    aspek, dan bentuk perlu dipahami khususnya oleh pendidik,

    23

    Tim Penyusun Kamus dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. IV. 656. 24

    Roestiyah, Didaktik Metodik, (Jakara: Bumi Aksara, 1982). 8 25

    W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991), 36

  • 32

    terutama guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka

    terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya

    mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil

    pembelajaran yang akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil

    pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

    Banyak yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan

    belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Sebagian orang

    bertanggapan bahwa belajar adalah semata-mata hanya

    mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam

    bentuk informasi/materi pelajaran. Memang kalau kita baertanya

    kepada seseorang tentang apakah belajar itu, akan memperoleh

    jawaban yang bermacam-macam.

    Menurut James O. Whittaker sebagaimana yang dikutip dari

    buku Wasty Soemanto, belajar dapat didefinisikan sebagai proses

    dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

    pengalaman.26

    dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku

    akibat perubahan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau

    pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.

    Skinner, dalam bukunya Educational Psychology: the

    teaching-learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu

    proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

    26

    Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendiidkan, (Jakarta:

    Rineka Cipta, 1990), 99.

  • 33

    secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan

    ringkas bahwa belajar adalah “a process progresif behavior

    adaptation”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa

    proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal

    apabila diberi penguatan (reinforce).27

    Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup

    manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan

    sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi

    hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan

    sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu

    hasil. Oleh karen itu, belajar berlangsung secara aktif dan integrative

    dengan menggunakan berbagai bentu perbuatan untyk mencapai

    suatu tujuan.

    Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut

    adalah phenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan

    titik pandang. Selain itu, perbedaan antara suatu situasi belajar

    dengan situasi belajar yang lain yang diamati oleh para ahli juga

    dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Namun demikian, dalam

    beberapa hal tertentu yang mendasar, mereka sepakat seperti dalam

    penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”.

    27

    Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 1995), 89.

  • 34

    Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan secara

    umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh

    tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil

    pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

    proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan

    sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses

    kematangan, keadaan gila, mabuk, dan jenuh tidak dapat dipandang

    sebagai proses belajar.

    b. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan salah satu tujuan seseorang dalam

    belajar setelah mengikuti aktivitas belajar sebagai hasil penilaian

    dan motivasi terhadap peserta didik, hasil belajar juga merupakan

    indicator untuk mengetahui pandai atau tidaknya seorang anak didik.

    Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

    tingkah laku yang dialami oleh siswa. Tingkah laku sebagai hasil

    belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,

    afektif dan psikomotoris. Penilaian ini dapat dilihat melalui

    keefektifan dan efesiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau

    perubahan tingkah laku siswa. Penilaian hasil dan proses belajar

  • 35

    saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari

    proses. 28

    Proses belajar apabila telah dapat disampaikan kepada siswa

    dan dapat merubah perilaku siswa tersebut itu merupakan suatu hasil

    dari proses pendidikan. Istilah hasil belajar sebenarnya memiliki

    banyak makna sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli

    pendidikan diantaranya sebagai berikut:

    Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal

    yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.

    Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

    mental yang lebih baik bila dibandiingkan pada saat sebelum

    belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-

    jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan sisi guru,

    hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.29

    Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah merupakan suatu

    kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah

    melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan

    oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.30

    28

    Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2014), 3. 29

    Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), 30.

    30 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdikarya, 2015), 22.

  • 36

    Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang

    telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

    tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

    mengerti menjadi mengerti.31

    Secara sederhana, yang diamksud dengan hasil belajar siswa

    adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

    belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

    seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

    perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau

    kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.

    Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai

    tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.32

    Dari pengertian hasil dan belajar tersebut dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai setelah berusaha untuk

    memperoleh kecakapan sehingga dapat mengubah tingkah laku dan

    sikapnya, yang dalam hal ini menitik beratkan pada nilai yang

    diperoleh siswa di sekolah. Nilai yang diperoleh setelah anak didik

    melakukan tes atau ulangan. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa:

    31

    Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), 30.

    32 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran, Cet Ke-1 (Jakarta: Prenadamedia

    Group, 2013), 5.

  • 37

    1) Hasil belajar menggambarkan perkembangan pengalaman dan

    keterampilan siswa setelah mengikuti pelajaran sekolah

    2) Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka sebagai nilai hasil

    belajar dan dapat dilihat dalam buku rapot

    Hasil yang dicapai suatu proses belajar tersebut berupa

    pengetahuan, sikap, kebiasaan, pengalaman yang terjadi dalam

    pendidikan formal maupun non formal. Sedangkan prestasi yang

    dicapai siswa dalam belajar disekolah pada umumnya berbentuk

    angka atau huruf sebagai nilai dari hasil belajar yang dapat dilihat

    pada buku raport. Yang merupakan rumusan terakhir yang diberikan

    oleh guru mengenai kemajuan kegiatan belajar di sekolah pada waktu

    yang telah ditentukan

    c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan

    beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu

    yang berasal dari dalam peserta didik yang belajar (faktor internal)

    da nada pula yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor

    eksternal).

    Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi

    belajar peserta didik yaitu:33

    33

    Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 132

  • 38

    1. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu:

    a) Aspek fisiologis

    Kondisi umum jasmani dan (tangan otot) yang

    menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-

    sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

    siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah,

    apalagi kalau disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat

    menurunkan cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari

    kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan terus

    jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan

    mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain

    itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga

    ringan yang sedapat mungkin terjadwal dan

    berkesinambungan.

    b) Aspek psikologis

    Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

    mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan

    pembelajaran siswa yang lebih esensial itu adalah tingkat

    kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa,

    minat siswa, dan motivasi siswa.

    2. Faktor eksternal meliputi:

  • 39

    a) Faktor lingkungan sosial

    Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi

    kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu

    sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,

    ketegangan keluarga dan letak rumah dapat memberi

    dampak positif maupun negative terhadap kegiatan belajar

    dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

    b) Faktor lingkungan non sosial

    Faktor-faktor yang termasuk non-sosial yang

    mempengaruhi keberhasilan belajar siswa seperti gedung

    sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan

    letaknya, fasilitas belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

    yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang

    berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

    Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    yaitu:34

    1. Faktor Internal terdiri dari:

    a) Faktor Jasmaniah

    b) Faktor Psikologis

    2. Faktor eksternal terdiri dari:

    a) Faktor keluarga

    34

    Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,

    2003). 3

  • 40

    b) Faktor sekolah

    c) Faktor Masyarakat

    Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor

    jasmani dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah

    kesehatan siswa baik kondisi fisiknya secara umum, sedangkan

    faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. Hasil belajar siswa di

    madrasah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

    dipengaruhi oleh lingkungan.35

    Menurut Chalijah Hasan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi aktivitas belajar antara lain:

    1. Faktor yang terdiri pada diri organisme itu sendiri

    disebut dengan faktor individual adalah faktor

    kematangan/pertumbuhan kecerdasan, latihan, motivasi

    dan faktor pribadi.

    2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut dengan

    faktor sosial, faktor keluarga/keadaan rumah tangga,

    guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan

    atau media pengajaran yang digunakan dalam proses

    pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia

    dan motivasi sosial.36

    35

    Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung: Sinar Baru, 2001), 39. 36

    Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), 94.

  • 41

    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

    siswa secara garis besar terbagi dua, yaitu faktor internal dan

    eksternal.37

    1. Faktor internal siswa

    a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan

    kebugaran fisik, serta kondisi panca inderanya

    terutama penglihatan dan pendengaran.

    b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat,

    intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan

    kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,

    berpikir dan kemmapuan dasar pengetahuan yang

    dimiliki.

    2. Faktor-faktor eksternal siswa

    a) Faktor lingkungan siswa

    Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor

    lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan

    suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore,

    malam), letak madrasah, dan sebagainya. Kedua,

    faktor lingkungan sosial seperti manusia dan

    budayanya.

    37

    M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet.5, 2010), 59-60

  • 42

    b) Faktor instrumental

    yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung

    atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran,

    guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta

    strategi pembelajaran.

    Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi

    banyak faktor-faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun

    eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya

    pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung

    terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat

    tercapai tujuan pembelajaran.

    d. Macam-macam Hasil Belajar

    Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diperoleh

    siswa adalah sebagai sesuatu informasi untuk mengetahui berhasil

    atau tidaknya pencapaian kegiatan belajar mengajar di sekolah

    dalam meningkatkan taraf mutu pendidikan. Hasil belajar yang

    diperoleh siswa biasanya akan terlihat dari perubahan dan tingkah

    laku siswa dalam kehidupannya, baik terlihat dari pengetahuannya,

    sikap maupun keterampilannya. Macam-macam hasil belajar siswa

  • 43

    menurut Muhibbin Syah mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif,

    dan psikomotorik.38

    Menurut Bunyamin Bloom mengungkapkan bahwa ranah

    kognitif (ranah cipta) yaitu hasil belajar yang mencakup

    keberhasilan secara intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu

    pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

    dan evaluasi. Ranah afektif (ranah rasa) yaitu berkenaan dengan

    sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban atau

    reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah

    psikomotorik (ranah karsa) yaitu yang berkenaan dengan hasil

    belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.39

    Gagne mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi

    lima macam antara lain:

    1) Hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dan sistem lingsikolastik.;

    2) Strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk

    kemampuan memecahkan masalah;

    3) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan

    dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan

    kejadian;

    4) Informasi verbal, pengetahuan dalam artiinformasi dan fakta; dan

    38

    Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2010), 148. 39

    Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya: 2008), 22-23.

  • 44

    5) Keterampilan motoric yaitu kecapakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep

    dan lambing.40

    Menurut Suprijono “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

    nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

    keterampilan”. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-

    hal berikut.41

    1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun

    tulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap

    rangsangan spesifik. Kemmapuan tersebut tidak

    memrlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah,

    maupun penerapan aturan.

    2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan

    intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

    kemampuan analitis-sintetis, fakta-konsep, dan

    mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan

    intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas

    kognitif bersifat khas.

    3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemmapuan ini

    meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam

    memecahkan masalah.

    4) Keterampilan motoric, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi

    sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

    5) Sikap adalah kemmapuan mnerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap

    berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi

    nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan

    nilai-nilai sebagai standar perilaku.

    Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi

    tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

    40

    Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Cet.XV (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2010), 22. 41

    Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-

    Ruzz Media, 2013), 22-23.

  • 45

    Maka ranah-ranah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    1) Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau

    kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan

    kemampuan memecahkan masalah.

    2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif ini

    yaitu penerimaan, merespons, menghargai, organisasi,

    dan pola hidup.

    3) Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima tingkatan

    dalam ranah ini, yaitu imitasi, manipulasi, presisi,

    artikulasi, dan naturalisasi. 42

    4. Akidah Akhlak

    a. Pengertian Akidah Akhlak

    Pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran

    yang diajarkan disekolah formal dan merupakan rumpun mata pelajaran

    Pendidikan Agama Islam (PAI). Aqidah Akhlak merupakan dua

    pembahasan yang berbeda tetapi keduanya satu kesatuan yang tidak

    dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Aqidah membahas tentang

    keyakinan, sedangkan Akhlak membahas tentang perbuatan.

    Dalam bahasa Arab aqidah berasal dari kata Al-„Aqdu (العقد)

    yang berarti ikatan, At-Tautsiiqu (التو ثيق) yang berarti kepercayaan atau

    keyakinan yang kuat, Al-Ihkaamu (االء حكا م) Yang artinya mengokohkan

    42

    Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia, 2015),

    57-58.

  • 46

    (menetapkan), dan Ar-Rabthu Biquw-wah ( الر بط بقوة) yang berarti

    mengikat dengan kuat43

    Secara etimologis, aqidah berakar kata dari kata aqada-ya’qidu-

    aqdan-aqidatan. Aqda berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.

    Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Sedangkan

    menurut terminologi: aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang

    tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. 44

    Menurut Rachmat Djatnika dalam buku Pendidikan Agama

    Islam karangan Mohammad Ali Daud. Perkataan akhlak dalam bahasa

    Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq

    atau al-khulq, yang secara etimologis berarti budi pekerti, perangai,

    tingkah laku atau tabi‟at.45

    Sedangkan Akhlak menurut Al-Ghazali yaitu sifat yang tertanam

    dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan

    mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).46

    Jadi, akhlak adalah suatu sifat yang muncul dari jiwa seseorang

    dalam kehidupan sehari-hari baik itu berupa sifat yang baik maupun

    43

    Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia,

    (Surabaya: Pustaga Progressif, 1997), 1024. 44

    Moh. Rifa.I, dkk., Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), 1. 45

    Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

    2011),346. 46

    Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dan Syamsudin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 109.

  • 47

    yang buruk secara spontan tanpa ada pertimbangan pikiran terlebih

    dahulu dan sifat itu dilakukan secara berulang-ulang.

    b. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Akidah Akhlak

    Mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan

    dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlak yang

    terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

    pengamalan serta pengalaman siswa tentang akidah dan akhlak islam,

    sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan

    meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT

    serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

    pendidikan yang lebih tinggi.

    Sedangkan fungsi mata pelajaran akidah akhlak adalah:

    1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

    kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

    2) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta

    akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang sebelumnya

    telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

    3) Penyesuaian mental siswa terhadap lingkungan fisik dan sosial.

  • 48

    4) Perbaikan terjadap kesalahan-kesalahan dan kelemahan-

    kelemahan siswa dalam keyakinan dan pengalaman ajaran agama

    Islam dalam kehidupan sehari-hari.

    5) Pencegahan siswa dari hal-hal negative dari lingkungannya atau

    budaya asing yang dihadapinya sehari-hari.

    6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan

    akhlak sistem fungsional.

    7) Pembekalan bagi siswa untuk mendalami aqidah dan akhlak pada

    jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47

    B. Kerangka Berpikir

    Hasil belajar merupakan salah satu parameter keberhasilan belajar

    siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Tinggi rendahnya

    hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam

    (intern) dan dari luar (ekstern), keberhasilan siswa dalam belajar dapat

    dilihat dari hasil belajar, yaitu nilai belajar yang diperoleh siswa setelah

    mengikuti evaluasi.

    Proses pembelajaran merupakan kontak sosial antar guru dan siswa

    dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pendidikan dan

    pengajaran. Dalam proses ini bukan hanya guru saja yang aktif dalam

    47

    Ali Mudlofir,Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 49-50.

  • 49

    memberi pelajaran sedangkan murid secara pasif menerima pelajaran,

    melainkan keduanya aktif. Karena apabila siswa belajar dengan aktif

    kemungkinan hasil belajar mereka akan lebih meningkat.

    Keberhasilan siswa adalah hal yang paling utama dalam proses

    belajar mengajar, karena melalui proses tersebut tujuan pendidikan akan

    dicapai dengan baik, dan untuk mencapai tujuan pendidikan terdapat

    komponen-komponen yang saling berhubungan, sehingga proses

    pembelajaran berjalan dengan lancar.

    Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam

    suatu proses pembelajaran. Hasil belajar terletak pada sejauh mana peserta

    didik mengerti materi yang telah diberikan pendidik sehingga mereka

    mampu menyerap dan memahami apa yang telah disampaikan pendidik

    dalam proses pembelajaran.

    Salah satu komponen yang paling menentukan dalam proses

    pembelajaran adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran sangat

    berperan penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar

    yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu

    proses dalam rangka mecapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang

    tidak pernah pendidik tinggalkan adalah begaimana memahami, kedudukan

    metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi

    keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, keberhasilan

    proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan pendidik

  • 50

    mengembangkan metode pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan

    kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif

    dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi

    belajar yang optimal.

    Hasil belajar suatu aspek yang harus diperhatikan. Bentuk

    perubahan dari sebuah proses pembelajaran. Bagaimana cara merubah

    proses pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat yaitu dengan

    menggunakan metode Example Non Example. Metode ini diterapkan oleh

    guru dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan

    diskusi dengan memperhatikan gambar contoh dan bukan contoh sesuai

    dengan materi yang diajarkan. Guru tidak langsung menjelaskan materi

    melainkan siswa terlebih dahulu yang memahami dari isi gambar yang telah

    disediakan oleh guru baik berupa poster maupun melalui OHP, setelah

    siswa menganalisis gambar lalu sisiwa berdiskusi, setelah diskusi selesai,

    guru menunjuk perwakilan dari masing-masing kelompok untuk

    menjelaskan materi pembelajaran. Setelah selesai siswa menjelaskan apa

    yang telah didiskusikan, saatnya guru memberikan kesimpulan dan

    mengulas materi pelajaran.

    Penerapan metode Example Non Example diharapkan dapat menjadi

    sebuah inovasi dan trobosan yang tepat dalam pembelajaran di kelas

    menjadi lebih hidup dan aktif yang berakibat pada peningkatan hasil belajar

  • 51

    siswa menjadi lebih meningkat. Banyak sekali trbosan-trobosan yang bisa

    dilakukan salah satunya penerapan metode Example Non Example yang

    berbasis kooperatif. Metode ini mengandung makna bahwa kerjasama

    merupakan hal yang sangat penting, karena hakikatnya semua manusia

    membutuhkan manusia yang lain. Dengan adanya kerjasama dalam

    melakukan segala hal, khususnya dalam proses pembelajaran.

    Adapun indicator dari Pengaruh Metode Example Non Example

    Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.1 Kerangka Berpikir

    Metode Example Non

    Example

    (Variabel X)

    Hasil Belajar

    (Variabel Y)

    1. Melatih siswa

    menjadi pemimpin.

    2. Mengembangkan

    daya analisis dan

    kritis dalam diri

    siswa.

    3. Siswa dapat

    mengetahui aplikasi

    dari materi berupa

    contoh gambar.

    1. Afektif

    2. Kognitif

    3. Psikomotorik

  • 52

    C. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis dirumuskan berdasarkan masalah atau pertanyaan yang

    diajukan dalam penelitian dan bisa didasarkan pula pada kajian literatur. hal

    ini dimaksudkan agar kita lebih mudah menemukan jawaban atas masalah

    penelitian yang kita ajukan.48

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

    yang telah dirumuskan sebelumnya atau jawaban sementara terhadap

    pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah.49

    Dengan demikian penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

    Hipotesis statistic:

    : =

    : : >

    Keterangan :

    : = = tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol

    : : > = terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol

    48

    Abdul Halim Hanafi, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media, 2011), 65 49

    Toto Syatori dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Pustaka

    Setia, 2012), 110

  • 53

    = rata-rata hasil belajar Akidah Akhlak siswa yang menggunakan

    metode Example Non Example dalam belajar.

    = rata-rata hasil belajar Akidah Akhlak yang menggunakan metode

    konvensional.