bab ii landasan teoritis metode example non example …repository.uinbanten.ac.id/4750/4/bab...
TRANSCRIPT
-
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DAN HASIL BELAJAR AKIDAH
AKHLAK
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Metode
Dalam proses pembelajaran, metode merupakan bagian dari
komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan,
guru, peserta didik, media, lingkungan, dan evaluasi.
Metode berasal dari bahasa greeka-Yunani, yaitu metha (melalui
atau melewati), dan hodos (jalan atau cara).1 Metode berarti jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode menurut Abd Al-
Rahman Ghunaimah adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai
tujuan pengajaran.2 Sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah disusun tercapai
secara optimal.
1 Anis Fauzi, Pembelajaran Mikro, Suatu Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Diadit Media,
2009). 73-74. 2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),2.
-
13
Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang
berarti langkah-langkah strategi dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.3 Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut
haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, strategi dalam rangka
pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik
menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan
baik.
Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
1) Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara
yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.4
2) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode
pengajaran itu sangat kondisional dan situasional. Artinya seorang
guru bisa memilih dan menggunakan metode yang ada, misalnya
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
dempnstrasi dan lain sebagainya.5
3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),2.
4 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995), 9. 5 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Al-Husna, 1992), 21-42.
-
14
3) Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.6
4) Wina Sanjaya mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.7
Dalam pengertian lain metode mengajar adalah cara-cara yang
digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran pada sisiwa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Dengan demikian, salah satu
keterampilan guru yang memegang peran penting dalam pengajaran
adalah keterampilan dalam memilih metode. Pemilihan metode
berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian
tujuan pengajaran diperoleh secar optimal.
Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka
urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar
secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil
eksperimen. Kita tahu, sesuatu konsep yang dieksperimenkan haruslah
6 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),3.
7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), 147. 8 Anis Fauzi, Pembelajaran Mikro, Suatu Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Diadit Media,
2009),74.
-
15
telah lulus uji teori, dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima
secara teoritis yang boleh dieksperimenkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang
digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik
dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi
tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.
2. Pengertian Metode Example Non Example
Metode Examples Non Examples menurut pengertian bahasa
berarti contoh (dan) bukan contoh.9 Contoh-contoh yang digunakan
dalam pembelajaran berasal dari kasus atau gambar yang relevan
dengan kompetensi dasar. Model Example Non Example merupakan
salah satu pendekatan Group Investigation dalam pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan
meningkatkan perolehan hasil akademik.10
Example Non Example merupakan strategi pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi
pelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir
9 Jasa Ungguh Muliawan, Model Pembelajaran Spektakuler , (Jakarta:Ar-Ruzz
Media,2016). 89.
10
Wahyudi, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Bandung: Refika Aditama, 2016), 14.
-
16
kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat
dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.11
Gambar yang digunakan
dalam strategi ini ditampilkan melalui proyektor ataupun yang paling
sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan
kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat
juga melihat dengan jelas. 12
Model pembelajaran Example Non Example merupakan
pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 2-3 orang dalam satu kelompok, sehingga setiap
anggota bertaggung jawab atas setiap penguasaan komponen-komponen
yang ditugaskan sebaik-baiknya, sehingga menyebabkan tumbuhnya
rasa senang dalam proses belajar mengajar, serta dapat menjadikan
siswa lebih semangat belajar karena dapat melihat secara langsung.
Dalam sistem sosial, guru selalu mengamati semua yang dilakukan tiap
kelompok agar kegiatan berjalan lancar. Dalam model ini, guru tidak
banyak menjelaskan tentang materi, guru hanya menyiapkan materi
yang berupa gambar-gambar untuk memfasilitasi anak dalam
mendiskusikan sebuah materi dan dilakukan secara berkelompok.
11
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), 234. 12
Jumanta Hamadayama, Model dan Metode Pembelajaran Kretif dan Berkarakter,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 99.
-
17
Pembelajaran Example Non Example adalah salah satu contoh
model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam
pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar
mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru dapat membantu dalam
proses belajar mengajar. Mengajar, mendekati situasi dengan keadaan
yang sesungguhnya. Dengan media, diharapkan proses belajar mengajar
lebih komunikatif dan menarik. Penggunaan media gambar ini disusun
dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada dalam gambar.
Metode Example Non Example dapat digunakan apabila materi
yang akan dipelajari adalah yang berbentuk materi tertulis. Metode ini
paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran Akidah Akhlak dan
bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada
penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran
bahan ajar untuk Example Non Example biasanya harus berupa sebuah
bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau deskripsi serupa.
Example Non Example merupakan model pembelajaran dengan
mempersiapkan gambar, diagram, atau table sesuai materi bahan ajar
dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan
petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang
-
18
sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan,
evaluasi dan refleksi.13
Menurut Buehl, strategi Example Non Example melibatkan
siswa untuk: 1) menggunakan sebuah contoh untuk memperluas
pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks; 2) melakukan discovery (penemuan), yang mendorong
mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman
langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari; dan 3)
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non-example yang dimungkinkan masih
memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian
example.14
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
Example Non Example metode pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai contoh atau bukan contoh yang disajikan dalam proses
pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat menganalisis serta berpikir
kritis dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga
dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat mengeluarkan argumentasi
terkait hasil analisisnya dan mengharapkan agar pembelajaran lebih
bermakna serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang sesungguhny.
13
Wahyudi, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Bandung: Refika Aditama, 2016), 15. 14
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), 235-236.
-
19
Metode pembelajaran ini juga, hendaknya menjadikan peserta didik
lebih aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas. Seorang
pendidik seharusnya memiliki inisiatif atau solusi untuk merefleksi
kegiatan pembelajaran yang sebelumnya dirasa kurang berhasil. Dengan
cara, mengganti atau memvariasikan metode belajar yang biasanya
digunakan di kelas. Dalam proses pembelajaran pendidik bukanlah satu-
satunya sumber belajar. Karena, dalam hal ini siswa juga dapat menjadi
sebagai sumber informasi jika dalam pembelajaran siswa
dikelompokkan. Sehingga, siswa dapat menemukan gagasan dan
informasi baru tanpa harus terikat materi bahasan yang ada di buku.
a. Langkah-langkah Metode Example Non Example
Pembelajaran dengan menggunakan metode Example Non
Example diawali dengan menyiapkan gambar-gambar yang akan
digunakan untuk proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Misalkan tujuan pembelajaran adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek,
maka guru harus memberikan gambar yang bisa dideskripsikan oleh
siswa menjadi sebuah cerita pendek. Misalkan guru menyiapkan
poster film Habibie dan Ainun.
-
20
Gambar yang sudah disiapkan bisa ditempelkan di papan
atau ditayangkan melalui OHP. Pastikan semua siswa bisa melihat
dengan jelas gambar yang sudah disajikan.
Selanjutnya, guru memberi petunjuk dan dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa
gambar yang telah disajikan. Melalui diskusi kelompok yaitu 2-3
orang siswa yang berdekatan (agar siswa tidak banyak membuang
waktu untuk pindah tempat), hasil diskusi dari analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas. Kemungkinan berasal hasil analisis
siswa mengatakan bahwa poster tersebut mengisahkan tentang cinta
sejati, kesetiaan dan kasih sayang sepasang suami istri. Setelah siswa
berdiskusi guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk
membacakan hasil diskusinya.
Berdasarkan komentar atau hasil belajar siswa, guru bisa
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, yaitu
bahwa hasil dari menganalisis gambar bisa disusun kembali menjadi
sebuah cerita, berilah motivasi dan contoh secara lisan agar siswa
dapat termotivasi untuk mulai menulis sebuah cerita. Bagi siswa
yang sudah selesai menulis bisa mengumpulkan hasil tulisan cerita
pendeknya kepada guru, kalau waktunya cukup guru bisa meminta
beberapa siswa untuk membacakan karyanya, kalau tidak cukup
-
21
pelaksanaan evaluasi bisa dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
Diakhir pertemuan, guru bisa memberikan simpulan dari proses
pembelajaran dan manfaat dari menulis cerita pendek. 15
Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Example
Non Example dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkan
melalui proyektor slide atau Over Head Proyektor.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memerhatikan.
4) Siswa diminta menganalisis gambar.
5) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
6) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
7) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.16
Dalam pembelajaran menggunakan metode Example Non
Example setiap anggota kelompok ditugaskan untuk menganalisis
15
Wahyudi, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Bandung: Refika Aditama, 2016), 18-20.
16 Jasa Ungguh Muliawan, Model Pembelajaran Spektakuler , (Jakarta:Ar-Ruzz
Media,2016). 90.
-
22
gambar yang telah disiapkan oleh guru di papan tulis ataupun OHP.
Kemudian siswa-siswa mendiskusikan apa yang telah mereka lihat
pada gambar tersebut, satu sama lain saling mengemukakan
pendapatnya, lalu ditarik sebuah kesimpulan dari apa yang telah
mereka diskusikan, setelah membuat kesimpulan perwakilan dari
tiap kelompok bergiliran mengemukakan pendapatnya mengenai
gambar yang telah mereka analisa, selanjutnya guru memberikan
komentar berdasarkan hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Agus Suprijono Langkah-langkah model
pembelajaran Example Non-Example, diantaranya berikut ini:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan
gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan
kompetensi dasar.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor.
Pada tahapan ini, guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk
mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus
pembentukan kelompok siswa.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa
melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama,
agar detil gambar dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru
juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang
diamati siswa.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang
digunakan akan lebih baik jika disediakan guru.
-
23
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi
mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.
6) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah
memahami hasil dari analisis yang dilakukan siswa, maka guru
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaranyang ingin
dicapai.
7) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
17
Dalam suatu pembelajaran, seorang pendidik pasti memiliki
langkah-langkah sebelum memulai pembelajaran di kelas. Hal
tersebut dilakukan agar supaya pembelajaran yang dilakukan lebih
sistematis dan teratur. Oleh karena itu, dengan langkah-langkah
strategi pembelajaran example non example dapat disimpulkan,
siswa dituntut agar dapat belajar mandiri dengan cara menganalisis
gambar dan bertukar informasi dengan teman kelompoknya.
Kemudian, siswa mempresentasikan hasil diskusinya dihadapan
guru dan teman-temannya. Serta siswa dan guru menyimpulkan hasil
diskusi bersama-sama.
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Example Non Example
Setiap metode yang diterapkan dalam sebuah pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan. Karenanya dalam memilih
sebuah metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran, guru
harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan metode tersebut.
17
Jumanta Hamadayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 99-100.
-
24
Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kekurangan atau
kelemahan suatu metode, untuk kemudian dicarikan alternative
pilihan metode lain yang dapat menutupi kelemahan metode
tersebut. Disamping itu, pendidik juga perlu melakukan evaluasi dari
waktu ke waktu sejauh mana tingkat keefektifan setelah metode
diterapkan apakah sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar) atau tidak.
Mengetahui batas-batas kelebihan dan kekurangan sebuah
metode akan memudahkan dalam merumuskan kesimpulan
mengenai hasil penilaian atau pencapaian tujuan dalam
pembelajaran itu. Metode Example Non Example disamping
memiliki banyak kelebihan karena metode ini merupakan metode
yang mengacu keaktifan mental peserta didik, juga memiliki
kekurangan. Diantara kelebihan dan kekurangan metode Example
Non Example adalah:
Kelebihan metode Example Non Example adalah:
1) Melatih peserta didik menjadi pemimpin, berani menyampaikan
gagasan yang telah didiskusikan di depan kelas.
2) Peserta didik lebih mencurahkan perhatian dan aktif dalam
pelajaran
3) Peserta didik lebih kritis dalam menganalisis gambar.
-
25
4) Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh
gambar.
5) Melatih kekompakan dalam sebuah tim, sehingga mendapatkan
hasil diskusi yang baik.
Kekurangan metode Example Non Example adalah:
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Tidak semua peserta didik berani mengemukakan pendapatnya.
Dengan demikian waktu dapat terbuang karena saling menunggu
atau terpakai oleh guru yang terpaksa harus mendorong-dorong
agar peserta didik berani menyampaikan pendapatnya atau hasil
diskusinya.
3) Rasa permusuhan “kelompok-isme” merasa bahwa dirinya atau
kelompoknya lebih pandai dan serba tahu, menganggap orang
lain atau kelompok lain yang menentang pendapatnya sebagai
saingan. Bahkan dikhawatirkan akan timbul rasa permusuhan
apabila pendapatnya bertentangan oleh kelompok lain.
4) Dalam diskusi atau menyampaikan pertanyaan biasanya
didominasi oleh peserta didik yang berani atau yang biasa
berbicara. Murid-murid yang pemalu dan pendiam biasanya
tidak menggunakan kesempatan itu untuk berbicara.
5) Memakan waktu yang lama. Dalam berdiskusi yang mendalam
memerlukanwaktu yang lama. Peserta didik tidak boleh merasa
-
26
dikejar-kejar waktu selama berdiskusi. Perasaan dibatasi waktu
hanya akan menimbulkan kedangkalan diskusi yang hasilnya
tidak bermanfaat.18
Keuntungan dari model pembelajaran Example Non Example
yaitu siswa berangkat dari satu definisi, yang selanjutnya
digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih kompleks. Siswa terlibat dalam suatu proses
discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun
konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non
example. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih
terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari
konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Selain kelebihan dan kekurangan yang ada di atas, dalam
buku lain juga ada beberapa kelebihan dan kekurangan metode
example non example diantaranya yaitu:
Kelebihan metode Example Non Example
1) Siswa mempunyai peran aktif dalam proses pembelajaran yang
dilakukan guru.
18
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bnadung: Pustaka Setia, 2011), 97.
-
27
2) Melatih kemampuan beimajinasi siswa.
3) Mengembangkan daya analisis dan kritis dalam diri siswa.
4) Murah, mudah, dan sederhana untuk dilakukan siswa. 19
Kekurangan metode Example Non Example
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang lama.20
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari
metode example non example ini adalah menjadikan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Sedangkan, kekurangan yang terdapat
dalam metode example non example ini adalah memerlukan waktu yang
cukup lama dalam proses pembelajarannya dan tidak semua materi
pembelajaran dapat disajikan dengan metode pembelajaran ini.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode
Example Non Example
Berhasil tidaknya proses pembelajaran tergantung kepada
faktor dan kondisi belajar yang mempengaruhinya. Oleh karena itu
untuk mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya perlu
dipertimbangkan faktor-faktor dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi terhadap proses kegiatan belajar.
19
Jasa Ungguh Muliawan, Model Pembelajaran Spektakuler , (Jakarta:Ar-Ruzz
Media,2016). 90. 20
Jumanta Hamadayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 100.
-
28
Pada aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang
dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Namun,
faktor integrasinya terutama terletak pada pendidik dengan segala
kemampuan dan keterbatasannya. Keenam faktor pendidikan
tersebut meliputi:
1) Faktor tujuan
2) Faktor pendidik
3) Faktor peserta didik
4) Faktor isi/materi pendidikan
5) Faktor metode pendidikan
6) Faktor situasi lingkungan.21
Jika di lihat dari ke enam faktor-faktor pendidikan di atas,
bahwa sebuah proses pembelajaran tidak akan lepas dari tujuan,
karena jika tidak ada tujuan tidak akan ada hasil yang diperoleh.
Tujuan dalam pembelajaran tujuan ini menjelaskan perubahan apa
yang harus terjadi, sebagai akibat dari pengajaran yang diterima oleh
murid. Selain tujuan faktor pendidik juga bagian dari keberhasilan
pembelajaran tidak ada pendidik tidak mungkin ada sebuah
pengajaran, selanjutnya faktor peserta didik, ada pendidik pasti
harus ada peserta didik, peserta didik akan memperoleh materi
pembelajaran yang akan disampaikan peserta didik dengan tujuan
21
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 7
-
29
yang telah ditentukan, selanjutnya faktor isi/materi pendidikan,
materi disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai
dengan buku panduan yang telah disiapkan di sekolah, materi
pendidikan ini harus disampaikan dengan metode yang efektif dan
efisien serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terakhir yaitu
faktor lingkungan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar siswa.
Tingkat keberhasilan belajar siswa tidak akan muncul tanpa
adanya kesinambungan antara satu faktor dengan faktor lainnya,
terutama faktor metode pendidikan, seorang pendidik harus pandai
memilih dan menggunakan metode pembelajaran, supaya hasil
belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri 3 Lebak
didapatkan temuan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Akidah Akhlak masih ada yang dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum), selain daripada hasil belajar yang masih rendah
penggunaan metode pembelajaran juga turut serta menjadi sorotan,
karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan
membuat siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran
karena merasa bosan dengan penggunaan metode yang masih umum
digunakan yaitu metode ceramah.
-
30
Faktor-faktor lainnya juga yaitu siswa kurang
memperhatikan ketika guru menyampaikan materi, ada yang
mengobrol, mengerjakan tugas lain selain pelajaran yang sedang
dipelajari, siswa tidak mnyimak materi sehingga jarang sekali siswa
mau bertanya kepada guru tentang apa yang sedang dipelajarinya.
Dari faktor-faktor di atas penulis tertarik untuk melakuakan
penelitian dengan menerapkan metode Example Non Example.
Example Non Example merupakan model pembelajaran dengan
mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar
dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau melalui OHP, dengan
petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok
tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan
penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.22
Model pembelajaran Example Non Example merupakan
merupakan model yang menggunakan media gambar sebagai media
pembelajaran. Penggunaan media gambar ini di susun dan dirancang
agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah
bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar.
Dapat disimpulkan bahwa, dengan penggunaan metode
Example Non Example diharapkan hasil belajar siswa akan
22
Wahyudi Siswanto, Model Pembelajaran Menulis Cerita, (Refika Aditama, Bandung,
2016), 15.
-
31
meningkat karena dengan penggunaan media gambar pasti siswa
akan tertarik untuk belajar dan mengasah kreatifitas siswa.
3. Pengertian Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.23
Menurut lester D.Crow & Alice Crow, dalam buku Muhibin
Syah ”Belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan,
pengetahuan dan sikap”. Dalam definisi ini dikatakan bahwa
seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu
pengetahuan. Belajar disini merupakan “suatu proses”
dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid
menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu
tujuan. Yang kita perhatikan ialah pola perubahan pada
pengetahuan selama pengalaman belajar itu berlangsung.24
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghsilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan ini
bersifat secara relative konsisten dan berbekas.25
Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala
aspek, dan bentuk perlu dipahami khususnya oleh pendidik,
23
Tim Penyusun Kamus dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. IV. 656. 24
Roestiyah, Didaktik Metodik, (Jakara: Bumi Aksara, 1982). 8 25
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991), 36
-
32
terutama guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka
terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya
mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
pembelajaran yang akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.
Banyak yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Sebagian orang
bertanggapan bahwa belajar adalah semata-mata hanya
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam
bentuk informasi/materi pelajaran. Memang kalau kita baertanya
kepada seseorang tentang apakah belajar itu, akan memperoleh
jawaban yang bermacam-macam.
Menurut James O. Whittaker sebagaimana yang dikutip dari
buku Wasty Soemanto, belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.26
dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku
akibat perubahan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau
pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.
Skinner, dalam bukunya Educational Psychology: the
teaching-learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
26
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendiidkan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1990), 99.
-
33
secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan
ringkas bahwa belajar adalah “a process progresif behavior
adaptation”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal
apabila diberi penguatan (reinforce).27
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup
manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan
sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu
hasil. Oleh karen itu, belajar berlangsung secara aktif dan integrative
dengan menggunakan berbagai bentu perbuatan untyk mencapai
suatu tujuan.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut
adalah phenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan
titik pandang. Selain itu, perbedaan antara suatu situasi belajar
dengan situasi belajar yang lain yang diamati oleh para ahli juga
dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Namun demikian, dalam
beberapa hal tertentu yang mendasar, mereka sepakat seperti dalam
penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”.
27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), 89.
-
34
Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan
sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses
kematangan, keadaan gila, mabuk, dan jenuh tidak dapat dipandang
sebagai proses belajar.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu tujuan seseorang dalam
belajar setelah mengikuti aktivitas belajar sebagai hasil penilaian
dan motivasi terhadap peserta didik, hasil belajar juga merupakan
indicator untuk mengetahui pandai atau tidaknya seorang anak didik.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku yang dialami oleh siswa. Tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotoris. Penilaian ini dapat dilihat melalui
keefektifan dan efesiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau
perubahan tingkah laku siswa. Penilaian hasil dan proses belajar
-
35
saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari
proses. 28
Proses belajar apabila telah dapat disampaikan kepada siswa
dan dapat merubah perilaku siswa tersebut itu merupakan suatu hasil
dari proses pendidikan. Istilah hasil belajar sebenarnya memiliki
banyak makna sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan diantaranya sebagai berikut:
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandiingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-
jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.29
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah merupakan suatu
kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah
melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.30
28
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), 3. 29
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), 30.
30 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya, 2015), 22.
-
36
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.31
Secara sederhana, yang diamksud dengan hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau
kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.
Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.32
Dari pengertian hasil dan belajar tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai setelah berusaha untuk
memperoleh kecakapan sehingga dapat mengubah tingkah laku dan
sikapnya, yang dalam hal ini menitik beratkan pada nilai yang
diperoleh siswa di sekolah. Nilai yang diperoleh setelah anak didik
melakukan tes atau ulangan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa:
31
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), 30.
32 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran, Cet Ke-1 (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), 5.
-
37
1) Hasil belajar menggambarkan perkembangan pengalaman dan
keterampilan siswa setelah mengikuti pelajaran sekolah
2) Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka sebagai nilai hasil
belajar dan dapat dilihat dalam buku rapot
Hasil yang dicapai suatu proses belajar tersebut berupa
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pengalaman yang terjadi dalam
pendidikan formal maupun non formal. Sedangkan prestasi yang
dicapai siswa dalam belajar disekolah pada umumnya berbentuk
angka atau huruf sebagai nilai dari hasil belajar yang dapat dilihat
pada buku raport. Yang merupakan rumusan terakhir yang diberikan
oleh guru mengenai kemajuan kegiatan belajar di sekolah pada waktu
yang telah ditentukan
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu
yang berasal dari dalam peserta didik yang belajar (faktor internal)
da nada pula yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor
eksternal).
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar peserta didik yaitu:33
33
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 132
-
38
1. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu:
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan (tangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah,
apalagi kalau disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat
menurunkan cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari
kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan terus
jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain
itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga
ringan yang sedapat mungkin terjadwal dan
berkesinambungan.
b) Aspek psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan
pembelajaran siswa yang lebih esensial itu adalah tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa,
minat siswa, dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal meliputi:
-
39
a) Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga dan letak rumah dapat memberi
dampak positif maupun negative terhadap kegiatan belajar
dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
b) Faktor lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk non-sosial yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa seperti gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan
letaknya, fasilitas belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
yaitu:34
1. Faktor Internal terdiri dari:
a) Faktor Jasmaniah
b) Faktor Psikologis
2. Faktor eksternal terdiri dari:
a) Faktor keluarga
34
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003). 3
-
40
b) Faktor sekolah
c) Faktor Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor
jasmani dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah
kesehatan siswa baik kondisi fisiknya secara umum, sedangkan
faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. Hasil belajar siswa di
madrasah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan.35
Menurut Chalijah Hasan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas belajar antara lain:
1. Faktor yang terdiri pada diri organisme itu sendiri
disebut dengan faktor individual adalah faktor
kematangan/pertumbuhan kecerdasan, latihan, motivasi
dan faktor pribadi.
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut dengan
faktor sosial, faktor keluarga/keadaan rumah tangga,
guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan
atau media pengajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia
dan motivasi sosial.36
35
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung: Sinar Baru, 2001), 39. 36
Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), 94.
-
41
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa secara garis besar terbagi dua, yaitu faktor internal dan
eksternal.37
1. Faktor internal siswa
a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik, serta kondisi panca inderanya
terutama penglihatan dan pendengaran.
b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat,
intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan
kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,
berpikir dan kemmapuan dasar pengetahuan yang
dimiliki.
2. Faktor-faktor eksternal siswa
a) Faktor lingkungan siswa
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor
lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan
suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore,
malam), letak madrasah, dan sebagainya. Kedua,
faktor lingkungan sosial seperti manusia dan
budayanya.
37
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet.5, 2010), 59-60
-
42
b) Faktor instrumental
yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung
atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran,
guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta
strategi pembelajaran.
Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi
banyak faktor-faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya
pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung
terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat
tercapai tujuan pembelajaran.
d. Macam-macam Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diperoleh
siswa adalah sebagai sesuatu informasi untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya pencapaian kegiatan belajar mengajar di sekolah
dalam meningkatkan taraf mutu pendidikan. Hasil belajar yang
diperoleh siswa biasanya akan terlihat dari perubahan dan tingkah
laku siswa dalam kehidupannya, baik terlihat dari pengetahuannya,
sikap maupun keterampilannya. Macam-macam hasil belajar siswa
-
43
menurut Muhibbin Syah mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik.38
Menurut Bunyamin Bloom mengungkapkan bahwa ranah
kognitif (ranah cipta) yaitu hasil belajar yang mencakup
keberhasilan secara intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Ranah afektif (ranah rasa) yaitu berkenaan dengan
sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah
psikomotorik (ranah karsa) yaitu yang berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.39
Gagne mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi
lima macam antara lain:
1) Hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dan sistem lingsikolastik.;
2) Strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk
kemampuan memecahkan masalah;
3) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan
dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan
kejadian;
4) Informasi verbal, pengetahuan dalam artiinformasi dan fakta; dan
38
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), 148. 39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya: 2008), 22-23.
-
44
5) Keterampilan motoric yaitu kecapakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep
dan lambing.40
Menurut Suprijono “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan”. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-
hal berikut.41
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemmapuan tersebut tidak
memrlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah,
maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan
intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintetis, fakta-konsep, dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas
kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemmapuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
4) Keterampilan motoric, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemmapuan mnerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap
berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi
nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan
nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
40
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Cet.XV (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), 22. 41
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), 22-23.
-
45
Maka ranah-ranah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau
kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan
kemampuan memecahkan masalah.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif ini
yaitu penerimaan, merespons, menghargai, organisasi,
dan pola hidup.
3) Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima tingkatan
dalam ranah ini, yaitu imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi. 42
4. Akidah Akhlak
a. Pengertian Akidah Akhlak
Pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan disekolah formal dan merupakan rumpun mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Aqidah Akhlak merupakan dua
pembahasan yang berbeda tetapi keduanya satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Aqidah membahas tentang
keyakinan, sedangkan Akhlak membahas tentang perbuatan.
Dalam bahasa Arab aqidah berasal dari kata Al-„Aqdu (العقد)
yang berarti ikatan, At-Tautsiiqu (التو ثيق) yang berarti kepercayaan atau
keyakinan yang kuat, Al-Ihkaamu (االء حكا م) Yang artinya mengokohkan
42
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
57-58.
-
46
(menetapkan), dan Ar-Rabthu Biquw-wah ( الر بط بقوة) yang berarti
mengikat dengan kuat43
Secara etimologis, aqidah berakar kata dari kata aqada-ya’qidu-
aqdan-aqidatan. Aqda berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.
Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Sedangkan
menurut terminologi: aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. 44
Menurut Rachmat Djatnika dalam buku Pendidikan Agama
Islam karangan Mohammad Ali Daud. Perkataan akhlak dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq
atau al-khulq, yang secara etimologis berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi‟at.45
Sedangkan Akhlak menurut Al-Ghazali yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).46
Jadi, akhlak adalah suatu sifat yang muncul dari jiwa seseorang
dalam kehidupan sehari-hari baik itu berupa sifat yang baik maupun
43
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia,
(Surabaya: Pustaga Progressif, 1997), 1024. 44
Moh. Rifa.I, dkk., Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), 1. 45
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011),346. 46
Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dan Syamsudin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 109.
-
47
yang buruk secara spontan tanpa ada pertimbangan pikiran terlebih
dahulu dan sifat itu dilakukan secara berulang-ulang.
b. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlak yang
terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman siswa tentang akidah dan akhlak islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Sedangkan fungsi mata pelajaran akidah akhlak adalah:
1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta
akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang sebelumnya
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
3) Penyesuaian mental siswa terhadap lingkungan fisik dan sosial.
-
48
4) Perbaikan terjadap kesalahan-kesalahan dan kelemahan-
kelemahan siswa dalam keyakinan dan pengalaman ajaran agama
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan siswa dari hal-hal negative dari lingkungannya atau
budaya asing yang dihadapinya sehari-hari.
6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan
akhlak sistem fungsional.
7) Pembekalan bagi siswa untuk mendalami aqidah dan akhlak pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan salah satu parameter keberhasilan belajar
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Tinggi rendahnya
hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam
(intern) dan dari luar (ekstern), keberhasilan siswa dalam belajar dapat
dilihat dari hasil belajar, yaitu nilai belajar yang diperoleh siswa setelah
mengikuti evaluasi.
Proses pembelajaran merupakan kontak sosial antar guru dan siswa
dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pendidikan dan
pengajaran. Dalam proses ini bukan hanya guru saja yang aktif dalam
47
Ali Mudlofir,Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 49-50.
-
49
memberi pelajaran sedangkan murid secara pasif menerima pelajaran,
melainkan keduanya aktif. Karena apabila siswa belajar dengan aktif
kemungkinan hasil belajar mereka akan lebih meningkat.
Keberhasilan siswa adalah hal yang paling utama dalam proses
belajar mengajar, karena melalui proses tersebut tujuan pendidikan akan
dicapai dengan baik, dan untuk mencapai tujuan pendidikan terdapat
komponen-komponen yang saling berhubungan, sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan lancar.
Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam
suatu proses pembelajaran. Hasil belajar terletak pada sejauh mana peserta
didik mengerti materi yang telah diberikan pendidik sehingga mereka
mampu menyerap dan memahami apa yang telah disampaikan pendidik
dalam proses pembelajaran.
Salah satu komponen yang paling menentukan dalam proses
pembelajaran adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran sangat
berperan penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar
yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu
proses dalam rangka mecapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang
tidak pernah pendidik tinggalkan adalah begaimana memahami, kedudukan
metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, keberhasilan
proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan pendidik
-
50
mengembangkan metode pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif
dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi
belajar yang optimal.
Hasil belajar suatu aspek yang harus diperhatikan. Bentuk
perubahan dari sebuah proses pembelajaran. Bagaimana cara merubah
proses pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat yaitu dengan
menggunakan metode Example Non Example. Metode ini diterapkan oleh
guru dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan
diskusi dengan memperhatikan gambar contoh dan bukan contoh sesuai
dengan materi yang diajarkan. Guru tidak langsung menjelaskan materi
melainkan siswa terlebih dahulu yang memahami dari isi gambar yang telah
disediakan oleh guru baik berupa poster maupun melalui OHP, setelah
siswa menganalisis gambar lalu sisiwa berdiskusi, setelah diskusi selesai,
guru menunjuk perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
menjelaskan materi pembelajaran. Setelah selesai siswa menjelaskan apa
yang telah didiskusikan, saatnya guru memberikan kesimpulan dan
mengulas materi pelajaran.
Penerapan metode Example Non Example diharapkan dapat menjadi
sebuah inovasi dan trobosan yang tepat dalam pembelajaran di kelas
menjadi lebih hidup dan aktif yang berakibat pada peningkatan hasil belajar
-
51
siswa menjadi lebih meningkat. Banyak sekali trbosan-trobosan yang bisa
dilakukan salah satunya penerapan metode Example Non Example yang
berbasis kooperatif. Metode ini mengandung makna bahwa kerjasama
merupakan hal yang sangat penting, karena hakikatnya semua manusia
membutuhkan manusia yang lain. Dengan adanya kerjasama dalam
melakukan segala hal, khususnya dalam proses pembelajaran.
Adapun indicator dari Pengaruh Metode Example Non Example
Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir
Metode Example Non
Example
(Variabel X)
Hasil Belajar
(Variabel Y)
1. Melatih siswa
menjadi pemimpin.
2. Mengembangkan
daya analisis dan
kritis dalam diri
siswa.
3. Siswa dapat
mengetahui aplikasi
dari materi berupa
contoh gambar.
1. Afektif
2. Kognitif
3. Psikomotorik
-
52
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dirumuskan berdasarkan masalah atau pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian dan bisa didasarkan pula pada kajian literatur. hal
ini dimaksudkan agar kita lebih mudah menemukan jawaban atas masalah
penelitian yang kita ajukan.48
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
yang telah dirumuskan sebelumnya atau jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah.49
Dengan demikian penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis statistic:
: =
: : >
Keterangan :
: = = tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
: : > = terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
48
Abdul Halim Hanafi, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media, 2011), 65 49
Toto Syatori dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Pustaka
Setia, 2012), 110
-
53
= rata-rata hasil belajar Akidah Akhlak siswa yang menggunakan
metode Example Non Example dalam belajar.
= rata-rata hasil belajar Akidah Akhlak yang menggunakan metode
konvensional.