bab ii makalah

24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR PENULISAN Candi Borobudur telah terkenal sampai ke penjuru dunia karena ukurannya yang besar. Meskipun agama Budha berasa dari negeri India tetapi di India tidak ditemukan candi sebesar candi Borobudur. Banyak rahasia yang terkandung dalam candi terbesar di dunia ini. Para leluhur kita ingin menyampaikan pesan dan ceritanya melalui relief-relief yang terpahat di dinding-dinding batunya. Mulai dari keagamaan, social dan politik pada jamanya. Banyak dari para arkeolog dunia untuk mempelajari rahasia dari jaman dinasti Saelendra ini, tepatnya pada abad ke-9 M. tugas dari kita, selaku pewaris dari leluhur kita untuk menggali dan menemukan rahasia dan keajaiban dari candi Borobudur. Selain itu kita harus mampu melestarikannya dan menjaganya dengan baik sehimgga tidak ada lagi tangan-tangan jahil yang merusak keindahan dan keaslian dari candi Borobudur. Latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran B. Indoseia. Sesuai kurikulum tahun ini kami di wajibkan untuk membuat laporan mengenai study tour yang telah kami lakukan pada tanggal 26-29 desember 2009 ke daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Study Tour ini merupakan program kerja sekolah yang setiap tahun selalu di lakasanakan. Selain itu juga untuk menmbah penetahuan penulis dalam mencari informasi. B. TUJUAN Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini adalah: 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata Pelajaran B. Indonesia. 1

Upload: ilham6509

Post on 18-Jun-2015

1.801 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

no

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR PENULISAN

Candi Borobudur telah terkenal sampai ke penjuru dunia karena ukurannya yang

besar. Meskipun agama Budha berasa dari negeri India tetapi di India tidak ditemukan

candi sebesar candi Borobudur. Banyak rahasia yang terkandung dalam candi terbesar di

dunia ini. Para leluhur kita ingin menyampaikan pesan dan ceritanya melalui relief-relief

yang terpahat di dinding-dinding batunya. Mulai dari keagamaan, social dan politik pada

jamanya. Banyak dari para arkeolog dunia untuk mempelajari rahasia dari jaman dinasti

Saelendra ini, tepatnya pada abad ke-9 M. tugas dari kita, selaku pewaris dari leluhur

kita untuk menggali dan menemukan rahasia dan keajaiban dari candi Borobudur. Selain

itu kita harus mampu melestarikannya dan menjaganya dengan baik sehimgga tidak ada

lagi tangan-tangan jahil yang merusak keindahan dan keaslian dari candi Borobudur.

Latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

mata pelajaran B. Indoseia. Sesuai kurikulum tahun ini kami di wajibkan untuk

membuat laporan mengenai study tour yang telah kami lakukan pada tanggal 26-29

desember 2009 ke daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Study Tour ini merupakan

program kerja sekolah yang setiap tahun selalu di lakasanakan. Selain itu juga untuk

menmbah penetahuan penulis dalam mencari informasi.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata Pelajaran B. Indonesia.

2. Untuk di jadikan acuan dalam penilaian

3. Untuk menambah wawasan khususnya para pelajar dan umumnya para pembaca

4. Menumbuhkan motivasi bagi para pembaca untuk terus mencari informasi

tentang pengetahuan.

C. METODE

Metode yang biasa digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pustaka,

wawancara, Penelitian, dan Observasi.

Metode Referensi atau pustaka adalah metode penyusunan makalah dengan

melihat dan mencari sumber dari buku-buku. Metode Observasi adalah melihat dan

mengamati secara langsung ke lokasi yang dimaksud. Metode Penelitian, sama seperti

metode Observasi. Namun dalam metode penelitian kita meneliti sendiri tidak hanya

mengamati dan mengunjungi saja.Metode Wawancara adalah metode ini biasa dilakukan

dengan cara wawancara terhadap narasumber.

1

Dalam penyusunan makalah ini saya hanya menggunakan metode Observasi dan

metode Pustaka/referensi. Tidak hanya itu penulis juga menggunakan metode penelitian

melalui internet. Penulis mencari sumber dari berbagai macam halaman website. Salah

satu halaman yang menerangkan tentang Yogyakarta adalah website yogYes. Dalam

website ini menerangkan tentang kota Yogyakarta dan sekitarnya.

D. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang kami kemukakan dalam makalah ini antara lain

1. Dimana letak dan bagaimana Lokasi Candi Borobudur ?

2. Bagaimana sejarah candi Borobudur itu di buat ?

3. Bagaimana candi Borobudur itu bisa ditemukan ?

4. Apakah arti dari Borobudur ?

5. Bagaimana bentuk Candi Borobudur ?

6. Kapan pemugaran terhadap candi itu di lakukan ?

7. Bagaimana pemerintah menjaga candi Borobudur.

E. SITEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika dari penulisan karya tulis ini.

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar penulisan 1.2 Tujuan 1.3 Metode 1.4 Rumusan masalah 1.5 Sistematika penulisan1.6 Landasan Teori BAB 2 BOROBUDUR, CANDI TERBESAR DI ABAD KE-9 2.1 Pendahuluan 2.2 Lokasi Candi Borobudur 2.3 Sejarah Candi Borobudur 2.4 Riwayat Temuan 2.5 Arti Nama Candi Borobudur 2.6 Bentuk Candi Borobudur 2.7 Pemugaran 2.8 Monitoring BAB 3 PENUTUPAN3.1 Kesimpulan 3.2 Krritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

F. LANDASAN TEORI

Candi Borobudur merupankan candi terbesar di dunia. Bahkan slah satu candi

terbesar ini termasuk dalam salah satu keajaiban dunia yang patut dilestarikan. Banyk

orang ingin berkunjung ke tempat inItu pula yang sya temukan ketika mencari tahu di

Internet.1¿¿. Salah satu halaman itu menyebutkan bahwa “Candi Budha ini memiliki

1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk

2

mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak

mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah,

Borobudur memang memikathati .2¿¿”

.1¿¿www.yogyes.com.

.2¿¿Naskah:Yunanto Wiji Utomo

3

BAB II

BOROBUDUR, CANDI TERBESAR DI ABAD KE-9

A. PENDAHULUAN

Menguak sejarah Candi Borobudur yang sangat megah dan sangat menajupkan,

bahkan menjadi salah satu tuju keajaiban dunia. Candi Borobudur yang terletak di Jalan

Syailendra Syailendra Raya desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa

Tengah. Sangat mudah akses untuk mencapai tempat ini karena banyak sekali jalan

untuk sampai ke Candi Borobudur, jaraknya dari kota Yogyakata kurang lebih sekitar

42km dan dari kota Magelang kurang lebih sekitar 12km.

Sekarang ini candi Borobudur telah menjadi obyek pariwisata untuk umum, baik

lokal atau untuk para turis manca negara yang ingin melihat bentuk bagunan sebuah batu

yang diukir dan disusun menjulang ke atas sehinga membentuk seperti sebuah piramid.

Tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat sekitar sini dapat menghasilkan banyak

rejeki dengan berbagai cara dan berbagi model, dengan menjajakan makanan, pakaian,

bahkan ada juga jasa fotto dan jasa payung, jika cuaca sangat panas atau sedang hujan

bisa memakai jasa payung. Tidak usah kawatir jika ingin berkunjung ke Candi

Borobudur mau tidur dimana karena tidak punya sanak saudara disana. Di sepajang jalan

Sailendara banyak sekali hotel mau pun losmen, seperti hotel Sailendra, hotel Amanjiwo

dan sebagainya.

Pemerintah kota Magelang tidak tinggal diam dengan adanya cagar budaya alam

ini disekitar Candi Borobudur telang dipagar besi dan adanya polisi pariwisata yang

bertugas 24 jam. Didalam kawasan Candi juga ditunjang dengan adanya berbagai sarana

untuk menarik para pengunjung seperti kereta ria, kuda, bahkan gajah juga bisa untuk

mengelilingi sekitar kawasan candi. Candi Borobudur juga menjadi tempat ritual waisak

atau sembayangnya agama budha jika hari waisak tiba. Berbagai mitos terdapat dalam

candi Borobudur ini sepertijika kita bisa menyetuk kemaluan stupa ( kunto bimo ) yang

ada di sana katanya apa yang kita inginka bisa tercapai. Ada juga mitos disana jika kita

berpacaran di areal candi maka tidak mungkin lama pasti terus putus. Pada awalnya

sipenulis tidak percaya dengan adanya mitos ini akirnya dia membuktikan dengan

mitosyang pacaran disana pasti putus teryata terbukti emang dalam waktu tiga

harisetelah pacaran kesana langsung putus. Percaya dan ngak percaya tergantung

andamenyikapinya yang pasti hanya Allah yang menguasai jagat raya ini.

B. LOKASI CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur terletak di Jl. Syailendra Raya, Desa Borobudur, Kecamatan

Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis terletak di

70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT. Lingkungan geografis Candi Borobudur

dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan

4

Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di

antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah

dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.

Candi Borobudur terletak di tengah-tengah Pulau Jawa, 41 km sebelah baratlaut

Yogyakarta, dan 7 km sebelah selatan Magelang. Dataran Kedu yang mengelilinginya

sering disebut sebagai “Taman Jawa” (The Garden of Java), karena dataran ini memang

sangat subur, dan penduduknya pun sangat tekun. Dataran ini dikelilingi oleh 4 buah

gunung, yaitu Gunung Sumbing (3.371 m) dan Sindoro (3.135 m) di sebelah baratlaut,

serta Merbabu (3.142 m) dan Merapi (2.911 m) di sebelah timurlaut. 

Secara keseluruhan, tinggi Borobudur mencapai 42 m, tetapi kemudian setelah

dipugar, tingginya berkurang hingga hanya 34,5 m, dan mempunyai dimensi 123 x 123

m. Borobudur mempunyai 10 lantai atau tingkat. Lantai pertama sampai keenam

berbentuk segi empat, dan lantai ketujuh sampai kesepuluh berbentuk lingkaran.

Candi ini menghadap ke timur, dan terdiri dari 1.460 panel, yang masing-masing

memiliki lebar 2 m. Luas seluruh dindingnya mencapai 2.500 m2, dan dipenuhi oleh

relief. Jumlah panel yang memiliki relief ada 1.212. Menurut penelitian, jumlah patung

Buddha sekitar 504, termasuk patung-patung yang masih utuh dan yang telah hancur.

Pemugaran Borobudur sudah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu dari tahun 1905 – 1910,

dan yang terakhir pada tahun 1973 – 1983.

C. SEJARAH CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur dibangun pada masa Smaratungga atau pada masa dinasti

Syailendra lebih tepatnya lagi pada abad 9Masehi. Sampai saat ini belum diketahui

siapakah arsitekturnya yang merancang berdirinya candi itu, hanya saja ketika itu

disekitar candi dikelilingi air bisa dikatakan disebuah danau batu-batu itu disusun

sampai membentuk gunung yang yang menonjol lalu disebut candi. Saat itu masyarakat

Jawa belum begitu mengenal agama Islam, penyebaran agama Budha dan Hindu lebih

dulu masuk daratan Jawa sehinga banyak sekali Candicandi di pulau Jawa. Dijawa

Tengah saja terdapat 15 Candi seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Ngawen,

Prambanan, Kalasan, Dieng, Banjunibo, Sewu, Plaosan, Pringapus, Ratu Baka, Dari,

Ceto, Sukuh.

Di Candi Borobudur hampir disemua sisi terdapat berbagai bentuk ukiran dari

batu atau disebut juga relief yang konon katanya melambangkan perjalanan hidup

manusia. Nama Candi berasal dari salah satu nama Dewi Durga sebagai dewi maut,

yaitu candika. Candi merupakan pemuliaan terhadap orang yang telah meniggal seperi

orang terkemuka dan raja yang dikubur bukanlah mayat atau abu jenazah melaikan

benda-benda yang dimilikinya seperti logam dan batu akik lalu dikasih sesajian.

Menurut agama Hindu benda-benda tersebut merupakan lambang zat-zat jasmaniahdari

5

sang raja yang telah bersatu dengan dewa perintisnya. Sedang dalam agama Budha candi

merupakan tempat pemujaan Dewa saja.

Candi Borobudur dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra selama

kurang lebih 50 tahun, yaitu pada tahun 778 – 856 M, 300 tahun sebelum Angkor Wat

(Kamboja), dan 200 tahun sebelum Notre Dame. Borobudur dibangun selama kurang

lebih 50 tahun lamanya, melalui beberapa tahapan. Selama ini pula desain Borobudur

mengalami beberapa kali perubahan.

Tahap pertama

Tahap pertama kemungkinan dimulai sekitar tahun 780 M. Pada tahap ini, bangunan

kecil dengan tiga buah teras bertumpuk didirikan pada saat bangunan lainnya mulai

dibangun dan kemudian dihancurkan. Bangunan ini kemungkinan awalnya dirancang

sebagai sebuah piramid bertingkat.

Tahapkedua

Pada tahap ini, pondasi Borobudur diperlebar, menutupi kaki asli. Selain itu, jumlah

teras juga diperbanyak, termasuk dua buah teras persegi empat dan satu buah teras

bundar.

Tahap Ketiga

Perubahan yang lebih teliti dilakukan, dimana puncak teras bundar dipindahkan dan

diganti dengan serangkaian tiga buah teras bundar yang baru. Stupa juga dibangun di

puncak teras-teras ini. 

tahap keempat dan kelima

Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-relief baru dan

perubahan pada tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap

sama, dan perubahan sebagian besar hanya pada dekorasinya.

D. RIWAYAT TEMUAN

Candi Borobudur muncul kembali tahun 1814 ketika Sir Thomas StanfordRaffles,

Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesiamengadakan kegiatan di

Semarang, waktu itu Raffles mendapatkan informasibahwa di daerah Kedu telah

ditemukan susunan batu bergambar, kemudian iamengutus Cornelius seorang Belanda

untuk membersihkannya. Pekerjaan inidilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama

Hartman pada tahun 1835.Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan

penelitian khususnya terhadap stupa puncak Candi Borobudur, namun sayang mengenai

laporanpenelitian ini tidak pernah terbit. Pendokumentasian berupa gambar bangunan

danrelief candi dilakukan oleh Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan

dokumen foto dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen. Menurut legenda Candi

Borobudur didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara historis belum diketahui

secara pasti. Pendapat Casparis berdasarkan interpretasi prasasti

6

berangka tahun 824 M dan prasasti Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi Borobudur

adalah Samaratungga yang memerintah tahun 782-812 M pada masa dinasti Syailendra.

Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana. Pendapat

Dumarcay Candi Borobudur didirikan dalam 5 tahap pembangunan yaitu:

- Tahap I + 780 Masehi

- Tahap II dan III + 792 Masehi

- Tahap IV + 824 Masehi

- Tahap V + 833 Masehi

E. ARTI NAMA CANDI BOROBUDUR

Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:

Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung

(Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak,budur=

Buddha)

Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha

Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan

dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang

melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.

Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)

Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut

Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan

agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.

Kitab Negara Kartagama: “budur” untuk sebuah bangunan Agama Budaha dari aliran

Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “budur” tersebut adalah candi

Borobudur

Drs. Soediman: Borobudur berasal dari dua kata yaitu “bara” dan “budur” . bara

(sansakerta) berarti vihara=bihara dan budur(bali) berarti beduhur=atas.

Borobudur berarti vihara dan kelompok candi yang berada di atas tanah yang

tinggi atau bukit.

F. BENTUK CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur merupakan tiruan Gunung Mahameru atau kayangan Dewa -

Dewi yang sesuai dengan alam semesta. Didalam Candi Borobudur terbagaimenjadi tiga

tingkatan yaitu

Kamadhatu, dimana manusia masih berada dalam belengu keduniawian (nafsu ).

7

Rupadhatu, dimana manusia terlepas dari masalah keduniawian (nafsu ), tetapi masih

terikat oleh dunia.

Arupadatu, dimana manusia telah memperoleh kesempurnaan dan bebasdari ikatan

duniawi.

Pada dasarnya candi Borobudur merupakan bentuk bunga padma (Lotus). Maka

apa yang tergambar pada tingkatan Kamadathu dan Ruphadatu dapat dapat disamakan

dengan kelopak-kelopak daun bunganya, sedang tingkat Aruphadatu tempat stupa itu

berada dapat dianggap sama denagn putik..3¿¿

Bentuk Bangunan

- Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.

- Tingi 35,40 meter.

- Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk dipuncaknya.

Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.

- Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu,Rupadhatu, dan

Arupadhatu.

- Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.

- Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah

timur dengan ber-pradaksina.

- Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudurdengan volume

seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu.

Relief

Disamping maknanya sebagai lambang alam semesta dengan pembagian vertical secara

filosofis meliputi Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Candi Borobudur

mengandung maksud yang amat mulia, maksud ini diamanatkan melalui relief-relief

ceritanya. Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11

deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212

panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia

menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat

pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang

menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia

antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan

duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini

dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan

Gandawyuha. Berikut uraian singkat dari relief tersebut.

.3¿¿Menurut W.O.J. Nieuwenkamp yang dikutip Ph. Soebroto. Madhori. Candi Borobudur Sepanjang

Masa. Jogjakarta: Natural. Hal. 17

8

1. Tingkat I

Dinding atas relief Lalitavistara : 120 panilRelief ini menggambarkan riwayat

hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita

mengabulkan ermohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi manusia

bernama Buddha Gautama. Ratu Maya sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran

gajah putih dirahimnya. Di Taman Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi

nama pangeran Sidharta. Pada waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh

langkah pertamanya tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal,

dan Sidharta diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan

Yasodhara yang disebut dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami

empat perjumpaan yaitu bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang

mati membuat Sidharta menjadi gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita,

sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu

damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi seorang pendeta. Oleh

karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta, maka ayahnya mendirikan

istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut

Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya diam-diam meninggalkan istana.

Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan memotong rambutnya. Pakaian istana

ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang sudah meninggal, dan bersatu dengan

orang-orang miskin. Sebelum melakukan samadi Sidharta mensucikan diri di sungai

Nairanjana. Sidharta senang ketika seorang tukang rumput mempersembahkan tempat

duduk dari rumput usang. Di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan

Waisak, Sidharta menerima pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota

Benares.

Dinding bawah relief Manohara dan Avadana : 120 panilCerita Manohara

menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu kisah perkawinan pangeran Sudana

dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang

pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. Pada suatu hari

Halaka melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah

seorang bidadari tercantik bernama Manohara. Oleh karena Halaka tidak sepadan

dengan Manohara, maka Manohara dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun

ayah Sudana tidak setuju. Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan

pangeran Sudana dengan Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali

orang-orang suci, diantaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah.

Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang.

Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja Sipi.

Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya, maka raja

Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. Seorang pemimpin harus

berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup.

9

Langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil langkan atas (kisah

binatang) relief Jataka:128 panil Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang

mengisahkan reinkarnasi sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia

bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada penjelmaan sang

Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan pengorbanannya. Cerita jataka

diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka mengganggu banteng, namun

banteng diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng

menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu

kedamaian binatangbinatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng karena

sikap banteng didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah jataka lainnya

adalah pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk dimakan oleh

para pengungsi yang kelaparan.

2. Tingkat II

- dinding relief Gandawyuha : 128 panil

- langkan relief Jataka/Avadana : 100 panil Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan

Sang Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antaralain terdapat pada

sudut barat laut, yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan tertangkap,

akhirnya memberikan ajarannya.

3. Tingkat III

Dinding relief Gandawyuha : 88 panil

Relief ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang

akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II

Arca

- Tokoh yang diarcakan: Dhyani Buddha, Manusi Buddha, dan Boddhisatva.

- Jumlah arca : 504 buah

Rincian letak arca :

- Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil dan

diletakkan pada relung, dengan rincian: Teras I : 104 arca Teras II : 104 arca Teras III :

88 arca Teras IV : 72 arca Teras V : 64 arca

- Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam

stupa, dengan rincian:Teras VI : 32 arca Teras VII : 24 arca Teras VIII : 16 arca

- Pada tingkat Rupadhatu ini terdapat 432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam relung

di segala penjuru arah mata angin yaitu: Arca Dhyani Buddha Aksobya letak di sisi

Timur dengan sikap tangan Bhumisparsamudra, Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa

letak sisi Selatan dengan sikap tangan Waramudra, Arca Dhyani Buddha Amoghasidha

letak di sisi Utara dengan sikap tangan Abhayamudra, Arca Dhyani Buddha Wairocana

di pagar langkan tingkat V dengan sikap Witarkamudra

10

- Di dalam stupa teras I, II, dan III terdapat arca Dhyani Buddha Vajrasattva dengan

sikap tangan Dharmacakramudra

- Arca singa : 32 buahMenurut agama Buddha singa adalah kendaraan sang Buddha

pada waktu naik ke surga, simbol kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk menjaga

kesucian Candi Borobudur.

Stupa

Stupa merupakan jenis patung yang terdapat dalam sebuah candi, pada bangunan

candi terdapat patung-patung yang tampil pada bidang permukaan sebagai patung

hiasan. sedakan patung yang tersimpan pada bilik candi mempunyai fungsi lain.yaitu

sebagai perwujudan dewa yang dipuja atau tradisi India merupakan Perwujudan dari raja

yang sudah meninggal dengan tanda-tanda kedewaan yang berasal dari tradisi Jawa –

Hindu.

Jumlah stupa 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras

melingkar I, 24 stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III.

Bentuk stupa :

- Stupa induk berongga, tanpa lubang terawang

- Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa teras

melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III

- Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke

tingkat kesempurnaan

- Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih sederhana

atau sempurna daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.

G. PEMUGARAN

Upaya pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama

dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp dan yang kedua

dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).

Pemugaran I tahun 1907 - 1911

Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran

lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa

pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya tidak diketemukan kembali, bagian

puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih

bersifat tambalsulam seperti perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan

langkan tanpa pembongkaran sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi

telah dilakukan sejak pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus

menerus mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara

11

proses kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh

berbagai faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia

yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3

macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam batu-

batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).

Pemugaran II tahun 1973 - 1983

Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada tahun 1911, pemeliharaan

terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan perbandingan antara kondisi

saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10 tahun sebelumnya, diketahui ternyata

proses kerusakan pada Candi Borobudur terus terjadi dan semakin parah, terutama pada

dinding relief batu-batunya rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya

juga terancam oleh kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB,

maka secara otomatis Indonesia menjadi anggota UNESCO.

Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia mulai mengimbau kepada dunia

internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan yang sangat bersejarah tersebut.

Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975

mulailah dilakukan pemugaran secara total. Oleh karena pada tingkat Arupadhatu

keadaannya masih baik, maka hanya tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam

pembongkaran tersebut ada tiga macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri

atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas

kaki candi, pekerjaan teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk

mendukung Candi Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan

lapisan kedap air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu

pembersihan dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu

yang sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke

bentuk semula.

H. MONITORING

Candi Borobudur setelah selesai dipugar tidak berarti selesai sudah perawatan

terhadap candi tersebut. Tidak ada jaminan kalau Candi Borobudur terbebas dari proses

kerusakan dan pelapukan. Oleh karena itu kantor Balai Studi dan Konservasi Borobudur

selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. Misalnya

monitoring melalui kegiatan observasi pertumbuhan mikroorganisme, observasi

stabilitas batu candi, evaluasi struktur candi dan buki, observasi geohydrologi, observasi

sistem drainase, analisis mengenai dampak lingkungan, dan lain-lain.

Perlindungan

Usaha perlindungan dilakukan dengan membuat mintakat (zoning) pada situs

Candi Borobudur yaitu:

12

- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius

200 m)

- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan

perlindungan lingkungan sejarah(radius500m)

- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol

pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)

- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan

kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)

- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas

dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)

Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan

Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur,

Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket

tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki

oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.Kelestarian

Candi Borobudur sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah aspek bahan dan aspek

konstruksi bangunan candi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kelestarian

Candi Borobudur adalah faktor lingkungan, baik yang bersifat biotis (lumut, algae, dan

jasad renik lainnya) dan yang bersifat abiotis (panas matahari, hujan, kelembaban, dan

sebagainya). Kedua faktor yang tersebut saling berinteraksi yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi kelestarian terhadap Candi Borobudur. Lebih-lebih bangunan Candi

Borobudur berada di tempat yang terbuka sehingga faktor lingkungan, khususnya

pengaruh air hujan, sangat berpengaruh terhadap kelestarian bangunan Candi

Borobudur. Selain itu itu juga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kelestarian

Candi Borobudur adalah dampak negatif dari pemanfaatan sebagai obyek wisata.

Pemanfaatan yang intensif sebagai obyek wisata antara lain dapat mengakibatkan

tekanan pada daya dukung (carrying capasity) baik terhadap bangunan candi maupun

lingkungan.Untuk meminimalisasi kerusakan akibat faktor-faktor penyebab kerusakan

dan dampak negatif dari pemanfaatan dilakukan berbagai bentuk

Monitoring secara kontinyu. Monitoring yang kontinyu ini juga bertujuan untuk

menciptakan kondisi keterawatan (state of conservation) sesuai standard keterawatan

sebagai Warisan Dunia. Monitoring rutin yang dilakukan terhadap Candi Borobudur dan

lingkungannya antara lain:

• Monitoring keterawatan batu candi

• Monitoring dampak lingkungan

• Monitoring geohidrologi

• Monitoring kebocoran candi

13

• Monitoring stabilitas struktur candi dan bukit

• Monitoring pemanfaatan dan pengamanan candi

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan monitoring-monitoring di atas adalah

Pengembangan Analisis Laboratorium untuk menjawab fenomena-fenomena di

lapangan yang memerlukan analisis lanjutan di laboratorium. Dalam rangka

meningkatkan metode dan hasil monitoring yang dilakukan oleh setiap Tim Monitroin,

pada tanggal 12 Mei 2008 telah dilakukan Diskusi Monitoring Candi Borobudur

bertempat di Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Diskusi tersebut diikuti oleh

Tim Monitoring dengan menghadirkan Narasumber Monitoring, yaitu Ir. Djoko

Luknanto, M.Sc, Ph.D (Fak. Teknik Sipil UGM), Ir. Suprapto Siswosukarto, Ph.D (Fak.

Teknik Sipil UGM), Dr. Endang Tri Wahyuni, M.S (Fak. MIPA UGM), dan Dr. Daud

Aris Tanudirdja (Jurusan Arkeologi FIB UGM.)

14

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

- Candi Borobudur dibangun pada masa Sisinga Raja atau keturunan Sailendra lebih

tepatnya lagi pada abad 9Masehi.

- Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter dan

Tingi 35,40 meter.

- Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan

Arupadhatu.

- Candi Borobudur merupakan tiruan Gunung Mahameru atau kayangan Dewa-Dewi

yang sesuai dengan alam semesta, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadatu.

- Menurut legenda Candi Borobudur didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara

historis belum diketahui secara pasti.

- Menurut cerita banyak menyimpan mesteri dan mitos.

- Menjadi salah satu ke ajaiban dunia yang ada di Indonesia dan menjadi obyek wisata

serta menjadi tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan

pemujaan nenek moyang.

- Tokoh yang diarcakan: Dhyani Buddha, Manusi Buddha, dan Boddhisatva.

B. KRITIK DAN SARAN

Pemerintah harus bertindak tegas dan cermat pada pencurian-pencurian candi.

Kurang adanya fasilitas yang mencukupi sehingga para pengunjung sulit. Seperti

WC yang sngat jarang ditemukan di dalam area sekitar candi Borobudur.

Tingkatkan kembali pengenalan terhadap candi sehingga masyarakat bisa mengenal

lebih jauh mengenai candi Borobudur.

15

DAFTAR PUSTAKA

Madhori. 2006. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Jogjakarta: Natural

_1993.“Antiquities of Central Java”, Insight Guides Indonesia. APA City Guide

Publishing Company Ltd.

_.“Borobudur and The Rise of Buddhism”, Indonesian Heritage: Ancient History, ed.

John Miksic, Singapura: Archipelago

_.1990.“Borobudur: A Prayer in Stone” Singapura: Archipelago Press

Miksic, john.“Borobudur: Form and Symbolism”, Indonesian Heritage: Ancient History,

ed. Singapura: Archipelago

16