bab ii pembahasan a.kepolisian negara republik indonesia a...
TRANSCRIPT
17
BAB II
PEMBAHASAN
A.Kepolisian Negara Republik Indonesia
A.1. Pengertian dan Fungsi Polisi
Secara filosofis lahirnya Undang-undang No.2 tahun 2002 karena
terjadinya pergeseran paradigma dalam sistem ketatanegaraan, dan adanya
penegasan pemisahan kelambangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan suatu Undang-undang
Kepolisian yang sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan hukum dan
ketatanegaraan Republik Indonesia yang bertujan mampu menghilangkan
watak militerisme yang sebelumnya masih melekat dan dominan pada prilaku
Polri, sehingga Polri mampu untuk mewujudkan keamanan dalam negeri, yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, pelayanan, dan
terbinannya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.1
Pasal 5 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 menjelaskan pengertian Polisi
adalah :
1 Sadjijono, Hukum Kepolisian (Polri dan good governance), Laksbang Mediatama,
Surabaya, h.178.
18
Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kepolisian
Negara Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2
Dalam buku “polizeirecht” yang diterjemahkan Momo Kelana, bahwa
istilah polisi mempunyai dua arti, yaitu :
a. Polisi dalam arti formal adalah mencangkup penjelasan
tentang organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian;
b. Polisi dalam arti material adalah memberikan jawaban terhadap
persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka
menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban
baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan atau undang-
undang.3
Van Vollenhoven dalam bukunya politie Overzee juga mengemukakan
pengertian polisi termasuk organ-organ pemerintahan yang dalam kewenangan
dan kewajibannya menggunakan paksaan terhadap subyek hukum untuk
berbuat sesuai dengan kewajiban umum, antara lain :
2 Lihat Pasal 5 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3 Gavin Drewry, Law, Justice and politics, Longman, London, 1975, P. 107
19
1. Melihat bahwa masyarakat melaksanakan kewajiban-kewajibanya
dengan baik.
2. Mencari secara aktif perbuatan-perbuatan yang tidak melaksanakan
kewajiban umum dalam masyarakat.
3. Memaksa masyarakat melaksanakan segala kewajiban umumnya
melalui pengadilan.
4. Memaksa masyarakat untuk melaksanakan segala kewajiban
umunya tidak melalui pengantara pengadilan.
5. Memberikan pertanggung jawaban terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaannya.4
Polisi yang apabila dahulu dianggap hanya menjalankan fungsi dan
tugasnya sebagai pengawas dalam bidang-bidang tertentu seperti pengawas
kesehatan umum, badan penanggulangan pelanggaran politik, sekarang sudah
semakin meluas samapai pada pengaturan dan pemeliharaan ketertiban umum,
mulai dari perlindungan terhadap orang-orang samapai kepada harta benda dari
tindakan-tindakan yang melanggar hukum.5
Fungsi kepolisian adalah salahsatu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan
perannya untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
4 Van Vollenhoven, Politie Overzee dalam Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, h. 15 5 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h.16.
20
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri, merupakan
keikut sertaannya dalam menjalankan fungsi pemerintahan, karena di
bentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.6
A.2. Tugas dan Wewenang Polisi
Dalam kamus besar bahasa indonesia, defenisi dari tugas adalah
kewenangan atau sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan, suruhan
(perintah) untuk melaksanakan sesuatu fungsi jabatan.7
Arti tugas polisi selalu berubah dari masa ke masa karena perubahan sifat
dan bentuk negara serta pemerintahannya. Dikalangan para sarjanapun terdapat
perbedaan pendapat tentang tugas polisi, seperti dikatakan menurut Kist :
“polisi adalah bagian dari kekuasaan eksekutif yang bertugas
melindunginegara, alat-alat negara demi kelancaran jalannya roda
pemerintahan, rakyatnyadan hak-hak terhadap penyerangan dengan
selalu waspada, dengan pertolongan dan paksaan.”8
6 Sadjijono, Hukum Kepolisian (Polri dan good governance), Laksbang Mediatama,
Surabaya, h. 214.
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1988, h. 964. 8 Djoko Prakosa, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, 1987, h.
136.
21
Pendapat lain mengenai tugas polisi yang di kemukakan oleh Gewin yang
memberikan perumusan yang lebih luas tentang tugas polisi adalah :
“Tugas polisi adalah adalah bagian tugas negara, perundang-
undangan dan pelaksanaan untuk menjamin tata tertib, ketentraman
dan keamanan, menegakkan negara, menanam pengertian ketaatan dan
kepatuhan.”9
Dalam Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dalam Pasal 13 Tugas Pokok Kepolisian adalah :
a. Memelihara ketertiban masyarakat ;
b. Menegakkan hukum dan;
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia
memiliki tugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban,dan kelancaran lalu lintas di jalan;
9 Ibid.
22
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
23
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.10
A.3. Kemitraan Polisi dan Masyarakat
a. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah segala sesuatu membangun sinergi dengan potensi
masyarakat meliputi komunikasi berbasis kepedulian, konsultasi, pemberian
informasi dan berbagai kegiatan lainnya demi terciptanya tujuan masyarakat
yang aman, tertib dan tentram.11
b. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat tidak dapat didefinisikan secara singkat dan sederhana
sebab “masyarakat” memiliki arti yang berbeda-beda untuk tiap-tiap orang.
Unit terkecil dari masyarakat adalah keluarga (keluarga inti dan keluarga
besar), lingkungan tetangga, famili/marga, dan lembaga-lembaga
pendukungnya.12
Setiap masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda,
antaralain budaya, nilai dan masalah yang beraneka ragam, terutama di daerah
perkotaan. Masyarakat tidak hanya terdiri dari pemerintah daerah setempat
10 Lihat Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
11 Buku Pedoman Pelatihan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi, Perpolisian
Masyarakat, Jakarta 2006 h.38. 12
Ibid h.38.
24
tetapi ada juga lembaga-lembaga, termasuk juga penduduk disebuah
lingkungan, disuatu daerah tertentu.
Polmas menciptakan pola hubungan dan peran baru antara polisi dan
masyarakat. Tentu saja dalam konteks ini kedua pihak perlu melakukan
perubahan besar. Polisi tidak dapat bekerja sendiri karenanya harus
memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat. Polisi juga harus bahu
membahu dan membuat keputusan bersama untuk memecahkan masalah dalam
masyarakat.
Perpolisian masyarakat menekankan pentingnya kemitraan aktif antara
polisi, badan-badan lain, dan waga negara dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalah. Anggota masyarakat dapat berperan lebih besar dalam
hal keamanan publik ketimbang yang terjadi selama ini. Sedangkan lembaga-
lembaga publik dan swasta lainnya dapat menggunakan sumberdaya-
sumberdaya dan otoritas mereka menuju arah penyelesaian masalah keaman
publik.13
A.4. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
a). Keamanan
Didalam kamus umum bahasa indonesia yang dimaksud “aman” adalah
bebas dari bahaya, bebas dari gangguan tidak mengandung resiko, tentram
13 Buku Pedoman Pelatihan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi, Perpolisian
Masyarakat, Jakarta 2006 h.38.
25
tidak merasa takut, terlindung atau tersembunyi.14
dengan demikian bersangkut
paut dengan psikologis dan kondisi atau keadaan yang terbatas dari bahaya,
gangguan, rasa takut maupun resiko.
Sedangkan menurut pengertian dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Polri, pengertian keamanan
masyarakat digabung dengan pengertian ketertiban masyarakat menjadi
keamanan dan ketertiban masyarakat yang artinya : “keamanan dan ketertiban
masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu
prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangaka
terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban. Dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan
kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, menanggulai segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat
meresahkan masyarakat”.15
Dalam mengartikan keamanan dan ketertiban masyarakat R. Abdussalam
yang juga mensetir pendapat Soebroto Brotodiredjo memberi arti, bahwa
keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau kehancuran
yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa bebas
dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada kepastian dan rasa kepastian
14
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1994, h. 29
15 Lhat ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang No.2 tahun 2002 tenteng Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
26
dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari
pelanggaran norma-norma hukum.16
Sehingga demikian, yang dimaksud dengan keamanan masyarakat adalah
kondisi masyarakat yang terbebas dari ancaman, gangguan, ketakutan dan
resiko bahaya yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat baik secara
lahiriah maupun batiniah. Kondisi inilah yang menjadi target tugas Polri,
baik sebagai fungsi maupun sebagai lembaga.
b). Ketertiban Masyarakat
Ketertiban asal kata dasar “tertib” berarti teratur atau tertata.
Ketertiban mengandung arti suatu kondisi yang teratur atau tertata dengan
tidak ada suatu penyimpangan dari tatanan yang ada. Ketertiban ini terkait
dengan kepatuhan, karena Dengan rasa patuh tidak akan terjadi
penyimpangan, dengan tidak ada penyimpangan berarti tertib. 17
Menurut Soedjono Dirdjosisworo, ketertiban adalah suasana bebas
yang terarah, tertuju pada suasana yang didambakan oleh masyarakat yang
menjadi tujuan hukum. Ketertiban ini adalah cermin dari adanya patokan,
pedoman dan petunjuk bagi individu di dalam pergaulan hidupnya. hidup
tertib secara individu sebagai landasan Terwujudnya tertib masyarakat.
16 Soebroto Brotodiredjo dalam R. Abdussalam, Penegakan Hukum di Lapangan Oleh
Polri, Dinas Hukum Polri, Jakarta, 1997, h. 22 17
Ibid., h. 131-132
27
Tertib masyarakat yang di dalamnya terkandung kedamaian dan
keadilan.18
Ketertiban ini sebagai refleksi dari adanya keteraturan dan
berfungsinya suatu tatanan, yang dipatuhi oleh individu dalam masyarakat.
Dengan demikian ketertiban beranjak dari individu yang kemudian
kelompok masyarakat.
B. Perpolisian Masyarakat (Polmas)
B.1. Pengertian dan Fungsi Polmas
Perpolisian masyarakat adalah kebijakan dan strategi yang bertujuan agar
dapat mencegah terjadinya kejahatan secara efektif, mengurangi kecemasan
terhadap kejahatan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pelayanan
polisi dan kepercayaan terhadap polisi, dalam jalinan kerjasama proaktif
dengan sumberdaya masyarakat yang ingin merubah berbagai kondisi
penyebab kejahatan. Hal ini berarti diperlukan adanya kepolisian yang handal,
peran masyarakat yang besar dalam pengambilan keputusan dan perhatian yang
besar terhadap hak asasi dan kebebasan individu.
Perpolisian Masyarakat (Polmas) sebagai konsep mengandung dua unsur
yaitu perpolisian dan masyarakat :
18 Abdurrahman, Tebaran Pikiran Tentang Studi Hukum dan Masyarakat, Media Sarana
Press, Jakarta, 1986, h. 79
28
a. Perpolisian mengandung arti segala hal ikhwal tentang
penyelenggaraan fungsi kepolisian. Dalam konteks ini perpolisian
tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat operasional
(taktik/teknik) tetapi juga pengelola fungsi kepolisian secara
menyeluruh mulai dari tataran manajemen puncak sampai dengan
manajemen lapis bawah.
b. Masyarakat, kepada siapa fungsi kepolisian diberikan (public
servive) dan di pertanggungjawabkan (public accountability)
mengandung pengertian yang luas (society) yang mencangkup
setiap orang tanpa mempersoalkan setatus kewarganegaraan dan
kependudukannya. Secara khusus masyarakat dapat diartikan
berdasarkan dua sudut pandang, yaitu :
a. Wilayah (community of geography)
Warga masyarakat yang berada dalam suatu wilayah kecil
yang jelas batas-batasnya. Batas yang dimaksud adalah batas
geografis dan arakteristik masyarakat. Sebagai contoh : RT,
RW, Kelurahan/desa, Pasar/Mall, kawasan industri, stasiun
kreta api/terminal bus dan sebagainya.
b. Kepentingan (community of interest)
Warga masyarakat yang bukan berada dalam suatu wilayah
tetapi beberapa wilayah yang memiliki kesamaan kepentingan.
29
Misalnya : kelompok berdasarkan etnis/suku, agama, profesi,
hobi dan lain sebagainya.19
Polmas adalah penyelenggaraan tugas kepolisian yang mendasari kepada
pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman dan tertib tidak mungkin
dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat sebagai Objek,
melainkan harus dilakukan bersama oleh Polisi dan masyarakat dengan cara
memberdayakan masyarakat melalui kemitraan Polisi dan warga
masyarakat,sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang
dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi
untuk mengantisipasi permasalahannya dan mampu memelihara keamanan
serta ketertiban di lingkungannya.20
Mengacu pada uraian diatas maka polmas pada hakikatnya mengandung
dua unsur utama yaitu :
1. Membangun kemitraan antara polisi dengan
masyarakat.
2. Menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di dalam
masyarakat lokal.
19 Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang
Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Seri Polmas 737-3). h. 10-11.
20 Lihat Pasal 1 angka (7) Perkap No.7 tahun 2008 tentang Pedoman Dasar strategi dan
Implementasi Pemolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
30
Dalam pelaksanaan tugas polisi untuk menjaga keamanan dan ketertiban
dalam masyarakat maka dibentuklah program polmas. Dalam pelaksanaan
program polmas perlu adanya sasaran dari program tersebut agar terarah dan
terfokus.
Fungsi kegiatan Polmas adalah :
a. Mengumpulkan bahan keterangan terhadap dinamika dan
perubahan masyarakat yang meliputi aspek statis dan aspek
dinamis dalam kehidupan masyarakat untuk menemukan gejala
awal yang dapat menimbulkan gangguan keamanan baik dari
sumber terbuka maupun tertutup.
b. Menerima informasi dan pengaduan masyarakat tentang sesuatu
yang berkaitan dengan masalah-masalah Kamtibmas dan informasi
intelejen lainnya.
c. Menyampaikan/meneruskan informasi intelejen kepada
kapolsek/Kanit intelejen Polsek.21
Adanya surat keputusan Kapolri No.Pol.SKEP/507/X/ tanggal 30 Oktober
2009 adapun tujuan dan sasaran diterapkannya perpolisian masyarakat adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan diterapkannya perpolisian masyarakat
1. Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap polisi.
21 Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SEKEP/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang
Panduan Pembentukan dan Operasionalisai Perpolisian Masyarakat (seri Polmas 737-33). h. 42.
31
2. Adanya keberanian dari masyarakat untuk berdialog dengan polisi
secara lebih akrab dan terbuka.
3. Dapat memperpendek jarak hubungan keakraban antara polisi dengan
masyarakat.
4. Masyarakat lebih menyadari akan peran dan tangungjawabnya dalam
mencegah dan mendeteksi kejahatan.
5. Dapat meningkatkan pelayanan polisi terhadap masyarakat.
6. Polisi akan menjadi lebih sensitif dan tanggap terhadap kebutuhan-
kebutuhan masyarakat.22
b. Sasaran Penerapan Polmas Meliputi :
a) Tumbuhnya kesadaran dan kepedulian masyarakat/komunitas
terhadap potensi adanya gangguan keamanan, ketertiban dan
ketentraman di lingkungannya.
b) Meningkatnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
bekerja sama dengan polri, dalam mengidentifikasi akar
permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
c) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan yang ada, bersama-sama dengan anggota polri
dan dengan cara yang tidak melanggar hukum.
d) Meningkatnya kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap
hukum dan peraturan/perundang-undangan yang berlaku.
22
surat keputusan Kapolri No.Pol.SKEP/507/X/ tanggal 30 Oktober 2009
32
e) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan dan
memelihara kamtibmas di lingkungan masing-masing.
f) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja polri
baik sebagai individu maupun institusi.23
B.2. Tugas dan Wewenang Polmas
Agar tidak ada pencampuran antara tugas dan wewenang antara Kepolisian
dengan Polmas dan untuk membantu kinerja Polmas maka harus ada pedoman
tugas dan wewenang Polmas yaitu :
a) Tugas Pokok
Melaksanakan fungsi-fungsi oprasional Kepolisian yang berkaitan
dengan operasionalisasi Polmas serta mendorong berfungsinya pranata
polmas dalam rangka menyelesaikan setiap masalah/gangguan
keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari dalam
lingkungan masyarakat setempat.
b) Uraian Tugas
1) Menyelenggarakan fungsi deteksi;
2) Melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan penyuluhan
masyarakat;
3) Melaksanakan tugas-tugas kepolisian umum seperti :
23
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/507/X/ tanggal 30 oktober 2009.
33
a. Mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang pelayanan
kepolisian dan memberikan pemahaman dan jalan keluar
penyelesainnya jika diperlukan.
b. Menyerap informasi yang berkaitan dengan gangguan/sumber
gangguan kamtibmas.
c. Memelihara hubungan silaturahmi.
4). Melaksanakan fungsi reserse kriminal terbatas.
5). Melaporkan setiap pelaksanaan tugasnya baik tertulis maupun lisan
kepada Kapolsek.24
c) Wewenang
1. Mengambil tindakan kepolisian secara proporsional dalam hal
terjadi perbuatan melawan hukum yang di pandang perlu,
berkoordinasi dengan petugas kepolisian yang
berkepentingan/berwenang mengambil alih penanganannya.
2. Menyelesaikan perkara ringan/pertikaian antar warga
berdasarkan kesepakatan bersama antar pihak yang
berpekara/bertikai dan bila diperlukan bersama FKPM.
3. Mengambil langkah-langkah penertiban jika diperlukan sebagai
tindak lanjut kesepakatan FKPM dalam memelihara keamanan
lingkungan.
24 Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006, tentang
Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian Masyarakat (Seri Polmas 737-3) h. 20-24.
34
Dalam penyelenggaraannya polmas tidak hanya bekerja sendiri, tetapi
membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan. Kerjasama dan
dukungan tersebut berasal dari :25
1. Unsur Polri
a. Menyiapkan petugas polmas terutama dengan memberdayakan
Babinkamtibmas (yang lama) yang sudah dilatih dan diangkat secara
khusus untuk jabatan tersebut.
b. Menyiapkan peralatan/perlengkapan petugas polmas termasuk barang-
barang bekal untuk administrasi.
c. Mengusahakan dukungan anggaran dari instansi pemerintah lain
seperti Bapenas, Depku, dan Depdagri.
d. Menyediakan/menyalurkan dukungan anggaran petugas Polmas untuk
tunjangan khusus/fungsional dan biaya operasionalisasi.
e. Mengawasi dan mengarahkan operasionalisasi Polmas.
2. Unsur Masyarakat.
a. Merangsang dan mendorong tumbuhnya minat dan kesadaran warga
masyarakat untuk bekerja sama membangun kemitraan dengan polri
dan pemerintah daerah/desa/kelurahan dalam mencegah bermacam
masalah sosial khususnya aspek ketertiban umum.
b. Mengusahakan ketersidiaan lahan untuk lokasi pembangunan fasilitas
pusat kegiata Polmas sebagai balai Kemitraan Polisi Masyarakat
(BKPM).
25 Panduan Pembentukan dan operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. :
SKEP/433/2006 h. 17-20.
35
c. Menjadi mitra aktif serta penyedia sumber daya manusia dan material,
termasuk sukarelawan, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama
untuk menangani berbagai masalah sosial dan kejahatan sehingga
menjamin menyelesaikan pertikaian antar warga pada tataran
kehidupan masyarakat lokal dan timbulnya daya cegah jangka panjang.
3. Unsur Pemerintah Daerah / desa
a. Camat/staf bersama pemerintah desa/kelurahan dan lembaga
perwakilan desa/kelurahan diharapkan :
1. Mengambil langkah-langkah persiapan dalam pembentukan
polmas bersama kapolsek/staf.
2. Memantau oprasionalisasi polmas dan mengkoordinasikan dengan
unsur Polri dalam hal mengantisipasi adanya kendala yang
dihadapi.
3. Memberikan atau mengusahakan adanya dukungan dana, tenaga
dan pemikiran untuk pemecahan berbagai masalah yang di
koordinasikan oleh FKPM dalam hal penggalangan dukungan
pemerintah.
b. Kepala desa/lurah diharapkan menghadiri rapat-rapat FKPM dan ikut
memberikan masukan jika diperlukan.
c. Pemerintah daerah bersama DPRD diharapkan
1. Menyediakan/mengusahakan dukungan dana untuk biaya
operasional (rapat/aktifitas) FKPM.
36
2. Mengusahakan adanya dukungan alokasi anggaran untuk
kegiatan/proyek serta pemecahan berbagai permasalahan yang
direkomendasikan oleh FKPM.
4. Pelaku Bisnis
Pelaku bisnis (pengusaha) merupakan salah satu komponen yang
dapat mendukung penyediaan dana yang sifatnya tidak mengikat serta
dapat menyediakan sumber daya manusia dalam bentuk tenaga sekuriti
dan pengamanan swakarsa.
5. Lembaga-lembaga lain
Lembaga-lembaga lain seperti sekolah, perguruan tinggi, rumah
sakit, penyedia jasa sosial, pusat kesehatan mental, dan lembaga
swadaya masyarakat, dapat menjadi penyedia berbagai jasa pendukung
bagi kelancaran dan keberhasilan polmas.
6. Media
Media merupakan komponen yang tidak kalah penting yang dapat
membantu mendidik masyarakat agar menjadi mitra aktif polisi. Media
juga penting dalam mendorong pembentukan opini masyarakat dan
mengekspos peran serta masyarakat dalam FKPM.
37
C.Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)
C.1. Pengertian Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
Forum kemitraan Polisi dan Masyarakat merupakan gabungan dari
perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan
menetap di lingkungan masyarakat berikut Kapolsek, Kanit-kanit dan petugas
Babinkantibmas yang bertugas di Polsek setempat.
Dalam struktur forum, seorang ketua lansung dipilih dari anggota
masyarakat dan wakil ketua otomatis dijabat oleh Kapolsek. Segala bentuk
kegiatan forum dilandasi sebuah AD/ART (Alternatif Dispute Resolution)
yaitu pola penyelesaian masalah sosial melalui jalur alternatif yang lebih
efektif berupa upaya menetralisir masalah selain melalui proses hukum yang
ditandatangani bersama.
Forum ini akan mengadakan rapat sedikitnya satu bulan sekali atau lebih
bila diperlukan. Polisi akan tetap akan mengemban tugas serta meiliki peran
eksekutif kepolisian-nya dan forum tidak akan mendapatkan tugas maupun
peran eksekutif kepolisian.26
C.2.Fungsi dan Wewenang Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat :
26 Buku pedoman pelatihan untuk anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, jakarta
2006. h.29.
38
a. FKPM adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat idependen,
mandiri dan dalam kegiatannya bebas dari campur tangan pihak
manapun.
b. FKPM dapat disebut dengan nama dan istilah lain atau dengan bahasa
daerah tertentu atas kesepakatan masyarakat setempat.
c. FKPM di bangun atas kesepakatan bersama, antara Kapolsek
Camat/Kepala desa/Lurah dan tokoh masyarakat/warga masyarakat
setempat.27
Adapun tugas pokok dari Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat adalah :
Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi
polmas dan mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan
setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau
bersumber dari kehidupan masyarakat setempat.
a) Uraian Tugas
1. Mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan, dan mempelajari
instrumen yaitu dengan cara mengidentifikasi dan mendokumentasi
data sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan kondisi Kantibmas
setempat.
2. Ikut serta mengambil langkah-langkah proporsional dalam rangka
pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan fungsi
bimbingan/penyuluhan.
27
Panduan Pembentukan dan operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. : SKEP/433/2006
39
3. Membahas (bila perlu memberdayakan warga yang berkompeten atau
konsultan) permasalahan sosial aspek Kamtibmas dalam wilayah atau
yang bersumber dari wilayahnya dan menemukan akar permasalahan
serta menentukan jalan keluar pemecahannya.
4. Membahas dan menetapkan program kerja tahunan/triwulan dengan
memperhatikan skala prioritas termasuk melakukan evaluasi dan revisi
bila diperlukan.
5. Menindak lanjuti program kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4)
diatas dan bila perlu menjalin koordinasi dan kerjasama dengan aparat
pemerintah terkait dalam perwujudannya.
6. Secara terus-menerus memantau pelaksanaan kegiatan warga dari
aspek ketertiban termasuk gangguan Kamtibmas pada wilayah-wilayah
tetangga atau wilayah yang lebih luas pada umumnya.
7. Menampung keluhan/pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan
masalah kejahatan/pelanggaran dan permasalahan kepolisian pada
umumnya serta membahasnya bersama petugas Polmas untuk mencari
jalan keluarnya.
8. Menampung dan membahas keluhan/pengaduan warga tentang
masalah-masalah sosial terkait dengan lainnya dan berusaha
menyalurkan dengan mengkoordinasikan kepada aparat yang
berkepentingan.28
b) Wewenang
1. Membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh warga
sehingga merupakan suatu peraturan lokal dalam lingkungannya.
28
Panduan Pembentukan dan operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. : SKEP/433/2006.
40
2. Secara kelompok atau perorangan mengambil tindakan kepolisian
(upaya paksa) dalam hal terjadi kejahatan/tindak pidana dengan
tertangkap tangan.
3. Memberikan pendapat dan saran kapada Kapolsek baik tertulis
maupun lisan mengenai pengelolaan/peningkatan kualitas
keamanan/ketertiban lingkungan.
4. Menegakkan peraturan lokal sebagaimana dimaksud butir 1) diatas dan
ikut serta menyelesaikan perkara ringan/pertikaian antar warga yang
dilakukan petugas Polmas.29
D. Reformasi Kepolisian
Reformasi secara gramatikal diartikan sebagai membentuk, menyusun,
dan mempersatukan kembali.30
Sudikno Mertokusomo mengartikan sistem
hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai
interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan
tersebut.31
Menurut Lawrence M.Friedman, dalam setiap sistem hukum terdiri dari
3 (tiga) sub sistem, yaitu sub sistemsubstansi hukum (legal substance), sub
sistem struktur hukum (legal structure), dan subsistem budaya hukum (legal
culture).32
Substansi hukum meliputi materi hukum yang diantaranya
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Struktur hukum,
29
Panduan Pembentukan dan operasionalisasi Polmas, Skep Kapolri No. Pol. : SKEP/433/2006
30 W.T.Cunningham, Nelson Contemporary English Dictionary, Canada: Thompson and
Nelson Ltd, 1982, hlm. 422. 31
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1991, hlm. 102.
32 Lawrence M. Friedman, American Law An Introduction, 2nd Edition (Hukum
Amerika: Sebuah Pengantar, Penerjemah: Wisnu Basuki), Jakarta: Tatanusa, 2001, hlm. 6-8.
41
menyangkut kelembagaan (institusi) pelaksana hukum, kewenangan lembaga
dan personil (aparat penegak hukum). Sedangkan kultur hukum menyangkut
perilaku (hukum) masyarakat. Ketiga unsur inilah yang mempengaruhi
keberhasilan penegakan hukum di suatu masyarakat (negara), yang antara satu
dengan lainnya saling bersinergi untuk mencapai tujuan penegakan hukum itu
sendiri yakni keadilan.
Reformasi kepolisian merupakan bagian dari reformasi sektor keamanan
(RSK). Reformasi polisi didefinisikan sebagai transformasi organisasi
kepolisian agar lebih profesional dan akuntabel dalam memberikan pelayanan,
tanggap dalam merespon ancaman, serta responsif dalam memahami
kebutuhan masyarakat. Profesionalisme polisi mengacu pada :
a. penggunaan pengetahuan dan keahlian dalam tugas
kepolisian berdasarkan pendidikan dan latihan berjangka
panjang,
b. memberi layanan terbaik,
c. otonom,
d. memiliki lembaga kontrol atas kinerjanya,
e. memiliki organisasi profesi melalui asosiasi,
f. memiliki kode etik dan kebanggaan profesi;
g. profesi kepolisian sebagai pengabdian,
h. bertanggungjawab atas monopoli keahlian, dan
42
i. memiliki seperangkat ajaran yang dijadikan asas untuk
memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup
organisasinya.
Sedangkan akuntabilitas ditandai oleh kesediaan polisi menerima
pengawasan atas wewenang yang diberikan. Tiga elemen akuntabilitas yang
perlu diterapkan pada lembaga kepolisian:
1. Answeribilty, mengacu kepada kewajiban polisi memberikan informasi
dan penjelasan atas segala apa yang mereka lakukan,
2. Enforcement, mengacu kepada kemampuan polisi menerapkan sanksi
kepada pemegang kebijakan apabila mereka mangkir dari tugas tugas
negara/publik,
3. Punishibility, mengacu kepada kesediaan polisi untuk menerima sanksi
bila mereka terbukti melanggar code of conduct atau tindak pidana.
Dengan demikian, Tujuan dari reformasi polisi adalah membentuk
lembaga kepolisian untuk profesional dan bertanggung jawab atas tiap tindakan
yang diambil dan menghormati hak asasi manusia.33
33
Indonesian police and ssr.Pdf – Foxit Reader –[Indonesian Police and SSR.Pdf]
43
E.Hasil Penelitian
E.1.Gambaran Tentang Struktur Organisasi Binmas Polres Salatiga
Berikut adalah gambaran tentang struktur organisasi Bhinmas, tugas
pokok dan fungsi Sat Binmas Polres Salatiga :
STRUKTUR ORGANISASI SAT BINMAS POLRES SALATIGA
KAPOLRES
WAKA POLRES
KASAT BINMAS
KAUR MINTU KAUR BIN OPS
BANUM
KASABBIN
MAS
BAMIN
BANUM
BANUMKA
SATBINMA
S
KANIT BIN KAMSA KANIT BIN POLMAS KANIT BIN TIBMAS
BANIT BAMIN
BAMIN
KANIT BIN
POLMAS BIN
POLMA
S
BAMIN
BBAKANI
BIN
POLMAS
BANIT
BANIT
KANIT BIN
POLMAS BIN
POLMAS
BANIT BAMIN
BANIT BANIT
BBBBBBB
KANITBBI
N
POLMAS
BANIT
BANIT BANIT BANIT
POLMAS
44
Adapun tugas pokok dan fungsi Sat Binmas adalah :
1. Sat Binmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat yang meliputi
kegiatan penyuluhan masyarakat, pemberdayaan perpolisian masyarakat
(polmas), melaksanakan koordinasi, pengawasan dan pembinaan terhadap
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (pam swakarsa). Kepolisian khusus
(polsus), serta kegiatan kerja sama dengan organisasi, lembaga, instansi,
dan/atau tokoh masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.
2. Dalam melaksanakan tugas Sat Binmas menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Pengembangan peran serta masyarakat dalam pembinaan
keamanan, ketertiban dan perwujudan kerjasama polres dengan
masyarakat;
c. Pembinaan dibidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak;
d. Pembinaan teknis pengkoordinasian dan pengawasan Polsus serta
Satuan Pengamanan (Satpam);
45
e. Pemberdayaan kegiatan polres yang meliputi pengembangan
kemitraan dan kerjasama antara polres dan masyarakat, organisasi,
lembaga, instansi, dan/atau tokoh masyarakat.
3. Sat Binmas dipimpin oleh Kasat Binmas yang bertanggung jawab kepada
Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali
Wakapolres.
4. Kasat Binmas dalam melaksanakan tugas di bantu oleh :
a. Kaur Bin Ops
Urusan pembinaan oprasional (urbinopsral), yang bertugas
melakukan pembinaan administrasi di bidang oprasional,
ketertiban masyarakat, pam swakarsa dan polmas serta
melaksanakan anev atas pelaksanaan tugas pembinaan masyarakat
di lingkungan polres; dan
b. Ka Ur Mintu
Urusan administrasi dan katatausahaan (urmirtu), yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan;
c. Kanit Bin Polmas
Unit Perpolisian Masyarakat (uniitbinpolmas), yang bertugas
pembinaan dan mengembangkan kemampuan peran serta
masyarakat melalui polmas dalam rangka menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
d. Kanit Bin Kamsa
Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Unitbintibmas), yang
bertugas melakukan pembinaan dibidang ketertiban masyarakat
46
terhadap komponen masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita
dan anak;
e. Kanit Bin Tibmas
Unit pembinaan keamanan masyarakat (unitbinkamsa), yang
bertugas melakukan pembinaan dan mengembangkan bentuk-
bentuk pam swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan
ketaatan masyarakat terhadap hukum dan ketentuan perundang-
undangan serta melakukan pembinaan teknis, pengkoordinasian
dan pengawasan Polsus dan Satpam.34
E.2. Gambaran Tentang Kondisi Keamanan dan Ketertiban di Wilayah
Hukum Polres Salatiga
Reformasi polisi merupakan bagian dari reformasi sektor keamanan.
Reformasi polisi didefinisikan sebagai trasformasi organisasi kepolisian agar
lebih profesional dan akuntabel dalam memberikan pelayanan, tanggap dalam
merespon ancaman, serta responsif dalam memahami kebutuhan masyarakat.
Kepolisian Resor Salatiga merupakan suatu lembaga hukum dan alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menciptakan situasi Kamtibams di
wilayah kota Salatiga. Keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas)
merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, baik sebagai perorangan maupun
34
Diproleh dari Data Sekunder Sat Binmas Polres Salatiga tanggal 11 Maret 2014.
47
sebagai kelompok. pengoptimalan potensi dari seluruh lapisan masyarakat
sangat mendukung di dalam mengurangi niat dan kesempatan terjadinya
kriminalitas.35
Situasi keamanan dan ketertiban kota Salatiga bisa dikatan cukup tinggi
terhadap terjadinya potensi gangguan keamanan dan ketertiban terutama
terhadap kejahatan yang meresahkan masyarakat, diantaranya currat, curras,
curanmor, anirat, narkoba, penipuan.Potensi gangguan keamanan dan
ketertiban masyarat terutama tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat,
dari hasil penelitian pada kurun waktu tahun 2012 s/d 2013 tergolong cukup
tinggi pada tahun 2012 terjadi 179 kasus dan tahun 2013 terjadi 162 kasus
tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat.36
Tabel.1.2 Data Tindak Pidana yang Meresahkan Masyarakat di Polres Salatiga
No.
Jenis Kejahatan yang Meresahkan
Masyarakat
Tahun
2012/Kasus
Tahun
2013/Kasus
1. Currat 57 kasus 50 kasus
2. Curanmor 49 kasus 38 kasus
3. Narkoba 9 kasus 12 kasus
4. Anirrat 14 kasus 10 kasus
5. Curras 7 kasus 3 kasus
6. Perkosaan 3 kasus -
35. Hasil Wawancara dengan AKP Andi Prasetyo Kasat Serse Polres Salatiga tanggal 7
Oktober 2013. 36
.Data Sekunder Sat Reskrim Polres Salatiga tangga 7 Oktober 2013.
48
7. Penipuan 40 kasus 47 kasus
8. Pembunuhan - 2 kasus
Jumlah 179 162
Sumber : Data Sekunder Sat Reskrim Polres Salatiga.
Potensi terjadinya kejahatan atau gangguan kondisi keamanan dan
ketertiban yang bisa dikatakan cukup tinggi dan menonjol adalah diwilayah
Polsek sidorejo37
. Wilayah Polsek sidorejo rawan terhadap gangguan
keamanan dan ketertiban, hal ini disebabkan karena daerah ini kepadatan
penduduk cukup tinggi, wilayah sekitar kampus dimana banyak terdapat kost
dan rumah kontrakan mahasiswa yang terdiri dari beberapa etnis dan suku,
adanya tempat hiburan karouke, kelengahan antara seorang atau perorangan
untuk menjaga kepemilikan atas barang yang dimilikinya menjadi potensi
untuk terjadinya tindak kejahatan.38
Tabel.1.3 Data Kejahatan Meresahkan Masyarakat Wilayah Polsek Sidorejo.
No
.
Wilayah
Kelurahan
Jenis Kejahatan
Pencurian Curanmor Currat Penganiayaan Mirras Penggelapan Pengeroyokan
1. Pulutan - - 2 kasus - 1 kasus 1 kasus -
2. Blotongan - 1 kasus 2 kasus - - 2 kasus -
3. Sidorejo Lor 6 kasus 14 kasus 8 kasus 3 kasus 2 kasus 1 kasus 2 kasus
4. Salatiga 4 kasus 6 kasus 3 kasus 1 kasus 1 kasus 4 kasus -
5. Bugel - - 1 kasus 1 kasus - - -
6. Kauman Kidul - - 2 kasus 2 kasus 9 kasus - -
37
Hasil wawancara dengan AKP Andi Prasetyo Kasat Serse Polres Salatiga tanggal 7 Oktober 2013. 38
Hasil wawancara dengan Ipda Joko Iskandar Kanit Serse Polsek Sidorejo tanggal 24 Maret 2014.
49
Jumlah 10 21 18 8 13 8 2
Total 80 Kasus
Sumber : Data Sekunder Sat Reskrim Polsek Sidorejo.
Berdasarkan data kejahatan yang meresahkan masyarakat di Polsek
Sidorejo tercatat pada tahun 2013 tindak kejahatan yang terjadi di wilayah
Polsek Sidorejo sebanyak 80 kasus tindak kejahatan yang terdiri dari pencurian
10 kasus, curanmor 21 kasus, currat 18 kasus, penganiayaan 8 kasus, miras 13
kasus, penggelapan 8 kasus dan pengeroyokan 2 kasus.39
Dari data kejahatan menunjukan bahwa wilayah Polsek Sidorejo termasuk
daerah rawan terhadap potensi tindak kejahatan khususnya diwilayah
Kelurahan Sidorejo lor dan Kelurahan Salatiga.
Tindak kejahatan yang paling menonjol di Kelurahan Sidorejo lor adalah
curanmor, jambret, dan perkelahian atau penganiayaan yang terjadi di kawasan
tempat hiburan karouke di wilayah sari rejo. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya potensi gangguan kantibmas di wilayah Kelurahan Sidorejo lor
diantaranya kurang kesadaran untuk menjaga barang yang dimilikinya, parkir
kendaraan bermotor tidak pada tempatnya serta kelengahan pemilik kendaraan
menempatkan bukan pada tempat semestinya.
Wilayah Kelurahan Salatiga juga termasuk sebagai kawasan yang
berpotensi cukup besar terhadap gangguan kamtibmas hal ini disebabkan
39
Data Sekunder Sat Reskrim Polsek Sidorejo tanggal 24 Maret 2014.
50
karena diwilayah ini kepadatan penduduk cukup padat, di wilayah kemiri
sekitar kawasan kampus Universitas Kristen Satya Wacana potensi terjadinya
tindak kejahatan cukup tinggi karena terdapat banyak tempat kost dan rumah
kontrakan yang mayoritas di huni oleh pendatang yang terdiri dari beberapa
etnis dan suku. Gangguan kamtibmas yang sering terjadi adalah curanmor,
konflik antar etnis dan pencurian di kost dan rumah kontrakan.
Kurang kesadaran personal atau orang/pribadi terhadap kepemilikan atas
barang atau harta bendanya yang memicu terjadinya tindak kejahatan.
Kelengahan juga merupakan salah satu faktor yang sering terjadi sehingga
terjadi tindak kejahatan serta terkadang kurang kepedulian orang sekitar untuk
melakukan pencegahan terhadap potensi-potensi gangguan keamanan dan
ketertiban di wilayah sekitarnya.40
E.3. Gambaran Tentang Program Polmas di Wilayah Hukum Polres Salatiga
a) Gambaran Umum
Tujuan penerapan program perpolisian masyarakat adalah mencegah dan
menangani kejahatan dengan cara mempelajari karakteristik maupun
permasalahan yang ada dalam lingkungan tertentu. Sehingga hasil yang
diproleh akan dianalisis dan dipecahkan secara bersama-sama, melalui
kemitraan yang di bangun oleh masyarakat dan polisi.
40 Haisil Wawancara dengan Ipda Joko Iskandar Kanit Serse Polsek Sidorejo tanggal 24
Maret 2014.
51
Membangun serta membina rasa saling percaya adalah tujuan utama dalam
membina kemitraan dengan masyarakat. Polisi dan masyarakat harus
mempunyai keinginan bersama, polisi mengakui pentingnya makna kemitraan
dan kerjasama dengan masyarakat serta keuntungan yang bisa diraih dari
kerjasama tersebut. Sementara itu, masyarakat juga mengakui perlunya
menciptakan kemitraan yang kuat dengan kepolisian untuk menciptakan
wilayah yang aman, tertip, serta bebas dari rasa takut.
Gambaran umum tentang pelaksanaan polmas di Kota Salatiga, Skep
Kapolres Salatiga No. Pol. : SKEP/08/III/2007/Res Sltg tanggal, 6 maret 2007
dengan membentuk dan Melantik serta memberdayakan FKPM di wilayah
hukum Polres Salatiga sebanyak 22 kelurahan.
Pelaksanaan program
perpolisian masyarakat Polres Salatiga dilaksanakan oleh satuan Bina
Masyarakat/Sat Binmas dan pelaksanaan di bawahnya seperti unit polmas pada
tingkat polsek dan Bhabin Kamtibmas pada tingkat kelurahan. 41
Membangun kemitraan dengan masyarakat yang meliputi komunikasi
berbasis kepedulian, konsultasi, pemberian informasi, dan berbagai kegiatan
yang bertujuan untuk menciptakan situasi aman, tertib, dan tentram. Kegiatan
yang dilakukan polmas wilayah salatiga antaralain adalah menerima serta
merespon terhadap laporan maupun pengaduan masyarakat tentang yang
berkaitan dengan masalah-masalah kamtibmas di wilayah salatiga.
41 Berdasarkan Data Sekunder yang di Proleh dari Sat Binmas Polres Salatiga tanggal 21
Oktober 2013.
52
Dalam penerapan polmas Polres Salatiga juga menerapkan program Quick
Wins yang merupakan suatu program fungsi deteksi yang dikembangkan sesuai
dengan kondisi wilayah agar tercapainya kemitraan antara polisi dengan
masyarakat sehingga tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap institusi polri.
Quick wins merupakan Program Akselerasi dan Transformasi Polri dalam
rangka membenahi Polri sesuai dengan tugas pokok, peran, dan fungsinya.
dengan tujuan meningkatkan kepercayaan dan kecintaan publik (masyarakat)
kepada institusi Polri, dengan sasaran merubah pola pikir dan budaya kerja dan
manajemen Polri yang dilaksanakan oleh para pejabat pengambil keputusan di
tingkat pusat samapai dengan satuan wilayah dan para pelaksana di lapangan
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Quick wins Polri juga dapat di artikan
sebagai peningkatan pelayanan publik oleh Polri kepada masyarakat dalam
bentuk Quick response, yaitu merespons secara cepat dan tanggap terhadap
setiap permasalahan yang terjadi dalam masyarakat dan “zero complain” yaitu
meminimalisasi keluhan masyarakat terhadap Polri.
Hubungan penerapan Polmas dengan program Quick Wins adalah
prpogram Quick Wins mendukung terhadap program polmas dengan sama-
sama mengedepankan untuk senantiasa memperbaiki dan menjaga hubungan
antara polisi dengan warga masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya
masing-masing. Hubungan polisi dengan warga masyarakat dibangun melalui
komunikasi dimana polisi bisa menggunakan dengan kata hati dan pikirannya
untuk memahami berbagai masalah sosial yang terjadi maupun dalam
53
membahas masalah yang bersifat lokal dan adat istiadat masyarakat suku
bangsa setempat.
Sebagaimana yang menjadi salah satu kriteria dari polisi sipil (polmas)
dikaitkan dengan program Quick Wins, yang bertujuan Meningkatkan
Kepercayaan dan Kecintaan Publik ( Masyarakat ) Kepada Institusi Polri
dalam waktu cepat.
Untuk berjalannya program Quicks Wins maka perlu adanya program-
program yang harus disusun dan dilaksanakan demi tercapainya maksud dan
tujuan dari program Quicks Wins. Program-program quicks wins polres
salatiga di antaranya :42
1) Pengamanan aktifitas pagi.
2) Kumpul malam.
3) Patroli malam.
4) Curve rumah ibadah.
5) Program rumah aman.
Kegiatan yang dilakukan dalam penerapan polmas di wilayah salatiga
antaralain ; mengadakan pertemuan antara polisi dengan masyarakat dan
FKPM, mengadakan pelayanan kantibmas keliling dan forum sillaturrahmi
kantibmas yang berkoordinasi dengan (Pemuka Agama, tokoh masyarakat,
42
Data Sekunder Sat Binmas Polres Salatiga tanggal 11 Maret 2014.
54
pemuda, Perangkat Desa dll). Demi terciptanya situasi kantibmas yang
kondusif.43
Untuk pelaksanaan FKPM Aiptu Triwibowo selaku Kanit Bin Polmas
Polres Salatiga mengemukakan saat ini sudah berjalan cukup baik, orang
(Personal) telah memahami dan melaksanakan sesuai dengan nafas polmas
serta telah memahami dan mengetahui terhadap pemahaman menganai tindak
pidana seperti apa yang dapat di tangani sesuai dengan kewenangan polmas.
Program FKPM yang dilakukan antaralain ; memberikan kesadaran
hukum kepada masyarakat, menyelesaikan masalah ringan baik tingkat RT/RW
seperti perkelahian dibawah umur, buang sampah disembarang tempat,
mengganggu pejalan kaki, para pelaku mirras dll. Serta menciptakan stabilitas
suasana keamanan dan ketertiban masyarakat.
FKPM Kota Salatiga selain melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan operasionalisasi polmas juga mendorong fungsinya pranata
polmas untuk menyelesaikan setiap permasalahan gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat sesuai dengan kewenangannya. 44
Secara terus menerus melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
kegiatan warga masyarakat dari aspek ketertiban dan keamanan dan
43 Hasil wawancara dengan Aiptu Triwibowo Kanit Bin Polmas Polres Salatiga tanggal 11
Maret 2014.
44 Hasil wawancara dengan Aiptu Triwibowo Kanit Bin Polmas Polres Salatiga tanggal 11
Maret 2014.
55
menampung baik keluhan maupun pengaduan masyarakat yang berkaitan
dengan masalah kejahatan dan atau pelanggaran serta membahasnya bersama
untuk mencari jalan keluarnya.
b) Gambaran Khusus
Perpolisian masyarakat berupaya untuk menegaskan kembali bahwa tugas
pokok polisi adalah mencegah kejahatan dan ketidaktertiban. Keterlibatan
masyarakat dalam upaya polisi menangani masalah-masalah dilingkungannya
memberikan dampak signifikan terhadap hasil yang dicapai.
Keberhasilan dalam mencegah kejahatan tergantung pada kerjasama polisi
dengan masyarakat bukan hanya bergantung pada satu pihak saja. Oleh sebab
itu, masyarakat belajar mengenai soal-soal yang dapat mereka lakukan bagi diri
mereka maupun lingkungannya.
Pemahaman atas potensi keuntungan yang bisa didapat akan membuat
masyarakat tergerak untuk berperan penting sebagai mitra polisi. Masyarakat
akan lebih antusias bekerjasama dengan polisi dalam mencegah dan
memecahkan masalah kejahatan, rasa takut, dan ketidak tertiban dalam
masyarakat.
Untuk penerapan program polmas di wilayah sidorejo dimana diwilayah
ini merupakan daerah yang rawan terhadap potensi terjadinya gangguan
kantibmas berupa tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat diantaranya ;
56
pencurian, curanmor, currat, penganiayaan, miras, penggelapan dan
pengeroyokan.
Hasil wawancara dengan Bhinmas Polsek Sidorejo salah satu bentuk
pencegahan terhadap potensi terjadinya gangguan kamtibmas di wilayah
Polsek Sidorejo, Bhabin Kamtibmas Polsek Sidorejo melakukan pendekatan
terhadap warga masyarakat setempat untuk memberi penyuluhan mengenai
antisipasi dan menanggulai gangguan kantibmas serta mengajak, mendorong,
mengarahkan dan membina masyarakat untuk berperan aktif menjaga dan
mencegah agar tidak terjadi gangguan kantibmas. Selain memberikan
penyuluhan kepada masyarakat melalui program program kunjung warga,
polsek sidorejo melakukan program-program lain diantaranya ; berangkul
berteman, memberikan arahan secara langsung kepada masyarakat, patroli
multi fungsi, serta membirikan himbaun dengan memasang sepanduk yang
sifatnya himbauan dan antisipasi terhadap tindak kejahatan di beberapa tempat
yang di anggap rawan terjadinya potensi gangguan kamtibmas. 45
Untuk kelurahan sidorejo Bhabin Kamtibmas melakukan antisipasi
terjadinya gangguan kantibmas dengan melakukan beberapa bentuk
pencegahan yang sifatnya himbauan diantaranya selain memasang sepanduk-
sepanduk peringatan di tempat yang di anggap rawan dan pembagian setiker
kepada RT/RW yang intinya memberikan himbauan tentang keaman dan
ketertiban.
45
Hasil Wawancara dengan Aiptu Maryadi Kanit Binmas Polsek Sidorejo tanggal 18 Maret 2014.
57
Untuk penerapan program perpolisian masyarakat di wilayah Polsek
Sidorejo yang terbagi menjadi beberapa kelurahan yang merupakan sering
terjadinya potensi gangguan kamtibmas di antaranya adalah :
a. Kelurahan Sidorejo Lor
Penerapan program perpolisian masyarakat di kelurahan sidorejo lor
meskipun berjalan namun tidak optimal karena masih tingginya potensi
terjadinya kejahatan, hal ini terlihat dari data kejahatan yang meresahkan
masyarakat pada tahun 2013 diantaranya : curranmor 14 kasus, currat 8 kasus,
mirras 2 kasus, penggelapan 1 kasus dan pengeroyokan 2 kasus.
Kurangnya partisipasi masyarakat kelurahan sidorejo lor dalam upaya
pencegahan gangguan kamtibmas dan keberanian dari warga untuk berdialog
dengan polisi serta masyarakat kurang menyadari akan peran dan tanggung
jawabnya dalam mencegah dan mendeteksi terhadap terjadinya gangguan
kamtibmas di lingkungannya. Beberapa faktor inilah yang menyebabkan masih
tingginya tindak kejahatan masyarakat di wilayah sidorejo lor.
Pelaksanaan program perpolisian masyarakat di wilayah kelurahan
sidorejo diantaranya dengan menjalin kemitraan antara polisi dan masyarakat
baik dalam hal komunikasi, konsultasi, dan pemberian informasi dan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan untuk terciptanya situasi keamanan dan ketertiban
58
yang kondusif yang melibatkan bhabin kamtibmas, tokoh masyarakat, pemuda,
paguyuban pemilik tempat karouke dan masyarakat.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan hiburan karouke di
wilayah sari rejo, paguyuban pemilik usaha karouke berinisiatif membentuk
satuan keamanan yang berkoordinasi dengan bhabin kamtibmas kelurahan
sidorejo lor. Satuan keamanan yang beranggotakan enam orang bertugas untuk
melakukan patroli keliling di sekitar tempat hiburan karouke untuk mengawasi
situasi dan kondisi kamtibmas di wilayah tersebut. 46
Jika terjadinya gangguan kamtibmas atau potensi terhadap tindak
kejahatan maka langsung berkoordinasi dengan bhabin kamtibmas sidorejo lor
dan langsung melaporkan ke polsek sidorejo upaya ini dilakukan untuk
menjaga keamanan serta menjaga situasi kamtibmas yang kondusif di wilayah
sari rejo. Inisiatif dari masyarakat memang dibutuhkan oleh polisi. Namun,
harus disadari bahwa inisiatif yang dimaksud harus berkaitan dengan kejahatan
dan maslalah-masalah yang berhubungan dengan tugas perpolisian.
Untuk menciptakan upaya pencegahan terjadinya tindak kejahatan yang
meresahkan masyarakat di wilayah Kelurahan Sidorejo Lor dalam pelaksanaan
program perpolisian masyarakat Aiptu Sutarjo selaku Bhabin kamtibmas
melakukan kegiatan pencegahan, bentuk pencegahan yang dilakukan diantanya
memberikan himbauan secara langsung dan tertulis dengan meletakkan
46 Hasil Wawancara dengan Aiptu Sutarjo Bhabin Kamtibmas Kelurahan Sidorejo Lor
tanggal 26 Maret 2014.
59
sepanduk-sepanduk peringatan di wilayah yang dianggap rawan dan
menugaskan beberapa anggota kepolisian untuk memantau situasi di daerah
rawan terhadap gangguan kamtibmas.
Aiptu Sutarjo selaku bhabin kamtibmas kelurahan sidorejo lor juga
menghadiri pertemuan RT di masing-masing RW untuk melakukan sosialisasi
kantibmas maupun merespon terhadap keluhan warga tentang gangguan
kamtibmas di wilayahnya, selain itu Bhabin Kamtibmas melakukan sambang
kepada tokoh masyarakat yang pada intinya memberikan pesan kamtibmas
serta mendengar keluhan dan masukan terhadap kondisi kamtibmas
diwilayahnya. Pemberian serta penyampain informasi dan penyuluhan dapat
menjadi alternatif yang dilakukan anggota bhabin kamtibmas kelurahan
sidorejo lor. Aktivitas ini diharapkan untuk dapat menyebarkan informasi
kepada masyarakat tentang kejahatan dan perlunya langkah-langkah
pencegahan serta tindak pengamanan.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah patroli yang dilakukan bhabin
kamtibmas wilayah kelurahan sidorejo lor tidak hanya melakukan patroli
dengan mobil yang merupakan salah satu metode untuk memberikan pelayanan
kepolisian untuk mencegah tejadinya tindak kejahatan tetapi juga melakukan
patroli dengan sepeda motor bahkan melakukan jalan kaki di tempat-tempat
tertentu dengan tujuan untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat untuk
memberantas kejahatan secara efektif tergantung pada pengenalan bentuk akar
permasalahannya.
60
Dalam melaksanakan pembinaan masyarakat, Bhabin kamtibmas
Kelurahan Sidorejo Lor diantanya adalah melaksanakan pembinaan masyarakat
meliputi kegiatan pemberdayaan polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan
koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta kegiatan
kerjasama dalam memelihara kamtibmas yang berkoordinasi dengan FKPM,
tokoh masyarakat, dan pemuda untuk meninjau langsung terhadap potensi
terjadinya gangguan kamtibmas.47
Bapak Bintara selaku ketua FKPM kelurahan sidorejo lor mengemukakan
bahwa penerapan program perpolisian masyarakat cukup positif pada awal
pembentukannya, adanya program polmas maka permasalahan-permasalahan
yang bersifat ringan bisa diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mencari
jalan keluar terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan mencari
jalan keluar yang disepakati bersama tanpa merugikan salah satu pihak.48
Dalam penyelenggaraan program polmas sudah jelas tidak hanya bekerja
sendiri, namun membutuhkan kerjasama baik dari unsur Polisi dan masyarakat,
namun pada kenyataannya setelah berjalan beberapa tahun program perpolisian
di wilayah kelurahan sidorejo lor fakum dengan berbagai faktor.
b. Kelurahan Salatiga
47 Hasil Wawancara dengan Aiptu Sutarjo Bhabin Kamtibmas Kelurahan Sidorejo Lor
tanggal 26 Maret 2014.
48 Hasil wawancara dengan Bpk. Bintara ketua FKPM Kelurahan Sidorejo Lor tanggal 29
Maret 2014.
61
Penerapan program perpolisian di Kelurahan salatiga berjalan namun tidak
optimal, hal ini terbukti kelurahan salatiga termasuk wilayah yang potensi
gangguan kamtibmas cukup tinggi hal ini terlihat dari data kejahatan polsek
sidorejo yang meresahkan masyarakat pada tahun 2013, pencurian 4 kasus,
curranmor 6 kasus, currat 8 kasus, penganiayaan 3 kasus, mirras 2 kasus, dan
penggelapan 4 kasus.
Antisipasi yang dilakukan bhabin kamtibmas untuk menciptakan situasi
keamanan dan ketertiban di wilayah kelurahan salatiga dengan melakukan
patroli di jam-jam yang di anggap rawan sekitar jam 18.00 s/d 22.00 WIB serta
memberikan himbaun langsung kepada warga untuk selalu waspada dan
pengawasan di sekitar lingkungannya, pemasangan sepanduk-sepanduk
peringatan di wilayah yang di anggap rawan terjadinya potensi kejahatan dan
penyebaran kartu nama bhabin kantibmas kepada masyarakat dengan tujuan
jika ada terjadinya gangguan kamtibmas maka akan langsung menghubungi
anggota Bhabin kamtibmas.49
Aipda Darsono dan Bripka Budi selaku bhabin kamtibmas wilayah
kelurahan salatiga selalu berkoordinasi kepada RT/RW dengan melakukan
pembinaan yang meliputi penyuluhan dan pembinaan terhadap bentuk
pengamanan di wilayah Kelurahan Salatiga, serta kunjungan di lakukan untuk
49 Hasil wawancara dengan Aipda Darsono Bhabin Kamtibmas Kelurahan Salatiga tanggal
2 April 2014.
62
menanyakan situasi kamtibmas serta mendengar keluhan dan masukan
terhadap kondisi kamtibmas di lingkungan setempat.
Untuk menciptakan situasi kamtibmas Bhabin kamtibmas Kelurahan
Salatiga melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menyebarkan informasi kamtibmas dalam rangka menciptakan situasi
kamtibmas yang kondusif. Upaya yang dilakukan dengan menyambangi
masyarakat secara langsung dengan memberikan kartu nama anggota Bhabin
kamtibmas upaya ini dilakukan dengan maksud dan tujuan jika terjadinya
gangguan kamtibmas masyarakat dapat langsung menghubungi anggota
Bhabin kamtibmas.
Peran yang dilakukan masyarakat kelurahan salatiga untuk menjaga
keamanan dan ketertiban dengan mengoptimalkan siskamling. Selain
pengoptimalan siskamling warga kemiri khususnya melakukan patroli baik
pengawasan dan melakukan kunjungan ke kost atau rumah kontrakan untuk
melihat kondisi di jam-jam malam yang melibatkan waga RT/RW sebagai
salah satu bentuk antisipasi terhadap gangguan kamtibmas.50
Penerapan polmas tidak terlepas dari forum kemitraan polisi masyarakat
(FKPM) karena untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
operasionalisasi polmas dan mendorong pranata polmas dalam menyelesaikan
50
Hasil Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kelurahan Salatiga tanggal 5 April 2014.
63
setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dari
masyarakat setempat.
Pada awalnya program ini di bentuk masyarakat merasakan hal positif,
masyarakat merasa terbantu karna dapat menyelesaikan masalah yang sifatnya
ringan dengan cara musyawarah dan mufakat bersifat kekeluargaan tanpa harus
keranah hukum. Namun seiring perjalanannya program ini terhambat oleh
beberapa faktor di antaranya adalah mengenai pendanaan untuk forum
kemitraan polisi masyarakat FKPM dan anggota FKPM terbentur oleh masalah
waktu karena di sibukkan dengan pekerjaan utamanya masing-masing seperti
ketua FKPM kelurahan salatiga Bpk. Ismail Djunaedi yang pekerjaan utamnya
sebagai kepala sekolah, selain itu mengenai sarana dan prasarana yang belum
memadai.51
Bpk. Ismail Djunaedi selaku ketua FKPM kelurahan salatiga mengeluhkan
tentang penerapan program perpolisian masyarakat, karena di anggap hanya di
bentuk tapi tidak ada kelanjutannya dan setiap pergantian pimpinan polisi maka
akan ganti kebijakan. Sebagai harapan kedepannya menginginkan untuk
program perpolisian tetap berjalan dengan melengkapi sarana dan prasarana
serta program perpolisian masyarakat lebih jelas.
c. Kelurahan Pulutan
51 Hasil Wawancara dengan Bpk. Ismail Djunaedi Ketua FKPM Kelurahan Salatiga tanggal
7 April 2014.
64
Wilayah kelurahan pulutun yang menjadi percontohan program
perpolisian masyarakat di kota salatiga, merupakan bentuk keberhasilan
program perpolisian masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antaralain ;
ronda pos kamling, pam swakarsa, pengaturan lalulintas yang dilakukan oleh
pemuda pada aktifitas pasar minggu pagi dan pengelolaan parkir di jalan
lingkar salatiga, serta melakukan pencegahan dan mengantisipasi gangguan
kantibmas. Forum kemitraan polisi dan masyarakat diwilayah ini juga berjalan
cukup baik yang selalu berkoordinasi dengan babinkantimas di wilayah
kelurahan pulutan untuk mengatasi permasalahan gangguan kantibmas dan
masalah sosial lainnya.52
Dengan adanya program perpolisian masyarakat Bapak Kamami selaku
tokoh masyarakat pulututan mengemukakan bahwa sangat membantu
masyarakat dalam hal memecahkan permasalahan baik situasi kamtibmas
maupun permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat lewat jalur FKPM,
beliau juga dilibatkan secara langsung untuk diminta pertimbangan yang
bersifat musyawarah jika terjadi permasalahan di lingkungan masyarakat.53
FKPM wilayah kelurahan pulutan aktif untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas serta mendorong
fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan
52 Hasil wawancara dengan Aiptu Darsono bhabin Kamtibmas kelurahan Pulutan tanggal
9 April 2014.
53 Hasil wawancara dengan Bpk. Kamami tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan tanggal
11 April 2014.
65
gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari
masyarakat setempat.
Menampung keluhan dan pengaduan dari masyarakat yang berkaitan
dengan masalah kejahatan atau pelanggaran dan masalah kepolisian pada
umumnya serta membahasnya bersama petugas polmas untuk mencari jalan
keluarnya, selain itu FKPM wilayah kelurahan pulutan memantau pelaksanaan
kegiatan warga dari aspek ketertiban termasuk gangguan kamtibmas pada
wilayah-wilayah tetangga atau warga.
Forum kemitraan polisi dan masyrarakat yang diketuai oleh H.
Muhammad Syafi’i dan sebagai wakil ketua Aiptu Darsono yang juga selaku
Bhabin Kamtibmas diwilayah kelurahan pulutan mengemukakan bahwa
keberhasilan program perpolisian masyarakat harus ada kerjasama dari semua
pihak dan seluruh lapisan masyarakat dan lembaga lain diantaranya ; lembaga
pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK), kelurahan siaga (KELSI), dan
pekerja sosial masyarakat (PSM) demi terciptanya situasi kantibmas yang
kondusif tidak hanya masalah keamanan saja tetapi permaslahan-permasalahan
sosial yang terjadi di masyarakat.54
Hasil wawancara dengan H. Muh Syafi’i selaku ketua FKPM kelurahan
pulutan : Beliau mengemukakan situasi sebelum berjalannya program
perpolisian masyarakat dimana kesadaraan serta ketaatan masyarat terhadap
54 Hasil wawancara dengan Aiptu Darsono Bhabin Kamtibmas Kelurahan Pulutan tanggal
9 April 2014.
66
hukum masih kurang, menganggap polisi momok yang menakutkan, masih
banyak kriminalitas yang terjadi seperti perkelahian antara warga, pencurian,
banyak pemuda minum-minuman keras di temapat umum dan kurangnya
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan untuk menjaga keamanan dan
ketertiban.55
Untuk menciptakan situasi kantibmas FKPM kelurahan pulutan
melakukan sosialisasi diantaranya melalui forum pertemuan RT/RW, sarasehan
dan pengajian melakukan diskusi permasalahan yang terjadi di lingkup
masyarakat, sosialisasi terorisme, kekerasan dalam rumah tangga dan
perlindungan anak dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat serta
kaum perempuan.
Forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM) di wilayah pulutan
malakukan pertemuan setidaknya dua kali dalam sebulan guna membahas
masalah keamanan dan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
Sebagai contoh kegiatan yang dilakukan oleh FKPM diwilayah kelurahan
pulutan antara lain :
a) Sumber informasi kejadian : telephone
55
Hasil wawancara dengan Bpk. Muh syafi’i Ketua FKPM Kelurahan Pulutan tanggal 21 April 2014.
67
Permasalahan yang terjadi : pada hari senin 10 maret 2014 pukul 16.45
Wib. Bhabin kamtibmas di telphone oleh ketua RT 04 RW 01 bahwa
ada orang yang tidak dikenal tinggal di mushola Al-Huda RT 04 RW
01 selama tiga hari tanpa ijin kepada RT maupun warga. Sehingga
keberadaan orang tersebut mengganggu ketentraman dan
menimbulakan kecemasan warga RT 04 RW 01 karena dikawatirkan
sebagai kelompok penyebar ajaran Islam garis keras atau teroris.
Tindakan yang diambil : pada hari itu juga pukul 18.20 wib Bhabin
kamtibmas mendatangi mushola Al-Huda bersama ketua RT untuk
menemui orang tersebut dan mendapatkan keterangan bertujuan untuk
mencari pekerjaan dan menyebarkan ajaran agama islam dan mendata
identitas orang tersebut. Kemudian Bhabin Kamtibmas dan ketua RT
meminta orang tersebut untuk tidak menginap di mushola Al-Huda.
Masyarakatpun merasa senang dan merasa nyaman setelah orang
tersebut meninggalkan mushola Al-Huda.
b) Sumber informasi kejadian : pengaduan
Permasalahan yang terjadi : perkelahian pelajar, pemukulan /
penganiaayaan Pasal 351 KUHP yang dilakukan pihak I kepada pihak
II pada hari selasa 31 juli 2012 jam 19.00 WIB, TKP di jalan
krompakan RT 3/ RW 4 Kel. Pulutan.
Pihak I
Nama : Wahyu Kritiawan
Tempat/Tgl.lahir : Salatiga, 14 Maret 1994
68
Agama : kristen
Alamat : Karang kepoh I RT 2 RW 1 Tegalrejo Salatiga
Pekerjaan : Pelajar
Pihak II
Nama : Dicky Muhammad Shaleh
Tempat/Tgl.lahir : Salatiga, 20 Agustus 1995
Agama : Islam
Alamat : Krompakan RT 3 RW 4 Pulutan Salatiga
Pekerjaan : Pelajar
Tindakan yang diambil : pada hari kamis, 2 agustus 2012 jam 11.00
WIB kedua belah pihak di pertemukan di mapolsek sidorejo salatiga
untuk membuat surat kesepakatan yang di hadiri pihak I, pihak II,
saksi Ibu Sutiyah (Ibu kandung pihak I), saksi Bapak Rejo (Bapak
kandung pihak II), Ketua FKPM H. Muhamad Safi’i dan Bhabin
kamtibmas Aiptu Darsono. Pada pertemuan yang dilakukan di
mapolsek sidorejo kedua belah pihak bersepakat untuk melakukan
perdamaian yang isi kesepakatan tersebut pihak I berjanji tidak akan
mengulangi terhadap perbuatannya kepada pihak II atau yang lain dan
berniat untuk meminta maaf kepada pihak II dan pihak II berjanji tidak
akan menyimpan rasa dendam dan akan memaafkan kepada pihak I
dan mau mencabut berkas tuntutan dengan catatan biaya administrasi
di tanggung pihak I serta surat pernyataan tersebut di tandatangani oleh
69
kedua belah pihak yang di saksikan orang tua masing-masing pihak,
ketua FKPM dan Bhabin kamtibmas.
c) Sumber informasi kejadian : pengaduan
Permasalahan yang terjadi : pemukulan yang dilakukan pihak II
kepada pihak I karena pihak I mengatakan dengan kata-kata yang tidak
pantas pada pihak II pada hari senin 21 januari 2013 jam 15.30 WIB.
Pihak I
Nama : Slamet Riyadi
Tempat/tgl.Lahir : Salatiga, 21 April 1992
Agama : Islam
Alamat : RT 05 RW 05 Pulutan
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Pihak II
Nama : Fahroni
Tempat/tgl.Lahir : Kab. Semarang, 14 Juni 1974
Agama : Islam
Alamat : RT 05 RW 05
Pekerjaan : Pedagang
Tindakan yang diambil : pada hari senin, 21 Januari 2013 jam 19.00
WIB kedua belah pihak di pertemukan di mapolsek sidorejo untuk
membuat surat kesepakatan bersama yang dihadiri pihak I, pihak II,
saksi Bapak Muslih ketua RW 5 ngablak pulutan, saksi Bapak H.
70
Abdurrohim selaku tokoh agama, ketua FKPM dan bhabin kamtibmas.
Kedua belah pihak atas kehendak bersama tanpa tekanan dari siapapun
berniat baik dan mengadakan kesepakatan bersama sebagai berikut :
1. Terjadinya kasus kata-kata yang tidak pantas oleh pihak I kepada
pihak II dan pemukulan oleh pihak II pada pihak I pada hari senin,
tanggal 21 Januari 2013 lebih kurang jam 15.30 WIB diwilayah RT
05 RW 05 ngablak pulutan sepakat diselesaikan secara
kekeluargaan.
2. Kedua belah pihak saling maaf memaafkan, karena kejadian
tersenbut akibat kesalah pahaman.
3. Kedua belah pihak menyatakan masalah tersebut telah selesai dan
menyatakan tidak saling dendam dan menuntut.
4. Pihak pertama dan kedua menyatakan tidak akan mengulangi
kejadian tersebut.
5. Pihak pertama dan kedua menyatakan rukun kembali.
Demikian isi surat kesepakatan bersama yang dibuat dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak di hadapan para saksi, ketua
FKPM pulutan dan Bhabin kamtibmas.
Selain beberapa contoh diatas, di wilayah kelurahan Pulutan termasuk
kawasan rawan gangguan ketertiban masyarakat dimana kawasan ini sering
terjadi balapan liar yang dilakukan oleh para pemuda yang mereasahkan
masyarakat sekitar.
71
Bentuk pencegahan dan antisipasi kini masyararakat selalu melakukan
siskamling serta keikut sertaan karang taruna yang aktif untuk memberikan
informasi kepada kepolisian ketika adanya balapan liar. adanya kerjasama yang
sinergis antara polisi, tokoh masyarakat, FKPM dan dinas terkait maka peluang
untuk terciptanya situasi kantibmas yang aman maka akan tercapai.
F. Analisis
F.1. Bentuk Pelaksanaan Program Perpolisian Masyarakat di Wilayah
Hukum Polres Salatiga
Program Polmas pada hakekatnya adalah bagaimana masyarakat dan polisi
dapat menyelesaikan dan memecahkan permasalahan kamtibmas yang ada atau
terjadi di wilayahnya. Untuk menyeragamkan persepsi itu, maka
dikeluarkanlah kebijakan Kapolri melalui Surat Keputusan Kapolri No.
Pol.Skep / 737 / X / 2005 tanggal 13 Oktober 2005 Tentang Kebijakan dan
Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan
Tugas Polri, dan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. Skep 434/VII/ 2005 tanggal
11 Juli 2006 tentang Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Perpolisian
Masyarakat, yang kemudian disempurnakan melalui Peraturan Kapolri No. 7
Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Polmas dalam
Penyelenggaran Tugas Polri.
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
72
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4 UU No.2
tahun 2002).
Penerepan program perpolisian masyarakat, Polres Salatiga melaksanakan
program diantaranya adalah :
1. Membangun Kemitraan
Membangun kemitraan dengan masyarakat merupakan upaya yang di
lakukan Polres Salatiga untuk mendekatkan diri kepada masyarakat dengan
membangun komunikasi kemitraan yang melibatkan tokoh masyarakat, tokoh
agama dan tokoh pemuda serta badan atau aparat terkait untuk memecahkan
masalah sosial dengan tujuan mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif.
Dengan membangun kemitraan dengan masyarakat yakni membagun segala
sesuatu yang sinergi dengan potensi masyarakat meliputi komunikasi berbasis
kepudilian, konsultasi, pemberian informasi dan berbagai kegiatan lainnya
demi terciptanya tujuan masyarakat yang aman, tertib dan tentram.
Dalam mengartikan keamanan dan ketertiban masyarakat R. Abdussalam
dalam bukunya “Penegakan Hukum di Lapangan Oleh Polri” memberi arti,
bahwa keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau
kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan
rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada kepastian dan rasa
kepastian dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari
pelanggaran norma-norma hukum.
73
Sehingga demikian, keamanan masyarakat adalah kondisi masyarakat
yang terbebas dari ancaman, gangguan, ketakutan dan resiko bahaya yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat baik secara lahiriah maupun
batiniah. Kondisi ininah yang menjadi target tugas polisi, baik sebagai fungsi
maupun sebagai lembaga.
Upaya membangun kemitraan polisi dengan masyarakat di Kota salatiga
tidak cukup efektif untuk menekan jumlah tingkat kejahatan yang meresahkan
masyarakat hal ini terlihat masih banyaknya kasus kejahatan yang meresahkan
masyarakat yaitu pencurian, curranmor, currat, serta penganiayaan yang terjadi
di wilayah hukum Polsek Sidorejo.
Perpolisian masyarakat akan berorientasi pada pencegahan kejahatan dan
mengutamakan kemitraan dengan masyarakat. Namun, kurangnya kesadaran
dan keterlibatan masyarakat Kota Salatiga dalam mengontrol, memberikan
masukan, serta memberikan dukungan kepada polisi, menandakan kurangnya
hubungan yang sinergis antara polisi dengan masyarakat. Untuk kemitraan
polisi dan masyarakat di kota salatiga dirasakan tidak berjalan dengan optimal,
faktor ketidak optimalan kemitraan antara polisi dan masyarakat karena
kurangnya koordinasi yang sinergis antara pihak kepolisian dengan
masyarakat, masyarakat hanya membebankan baik penanganan maupun
pencegahan kejahatan kepada pihak kepolisian.
2. Problem Solving
74
Fokus yang substansial pada kejahatan, ketidaktentraman, dan
ketidaktertiban merupakan suatu hal yang penting dalam konsep polmas. Polres
Salatiga berupaya melakukan pencegahan kejahatan dengan sistem Problem
Solving yang melibatkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan
pencegahan dan mencari jalan keluar pemecahan masalah kamtibmas demi
mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban. Pemecahan masalah adalah satu
dari dua komponen polmas. Tanpa pemecahan masalah, polmas tidak lebih dari
sekedar hubungan masyarakat.
Untuk terciptanya situasi kantibmas yang kondusif tidak terlepas dari
pengamanan yang tumbuh langsung dari kesadaran masyarakat, kepedulian
masyarakat dan Polisi, tokoh masyarakat, tokoh agama dan para pemuda yang
tergabung dalam karang taruna yang ikut serta dalam siskamling. Polmas
menciptakan pola hubungan dan peran baru antara polisi dan masyarakat.
Tentu saja, dalam konteks ini kedua belah pihak melakukan perubahan besar.
Polisi tidak dapat bekerja sendiri karenanya harus memanfaatkan sumber-
sumber di dalam masyarakat, Polisi juga membuat keputusan bersama untuk
memecahkan masalah dalam masyarakat.
Polmas adalah penyelenggara tugas kepolisian yang mendasari kepada
pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman dan tertib tidak mungkin
dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat sebagai objek,
melainkan harus dilakukan bersama oleh Polisi dan masyarakat dengan cara
memberdayakan masyarakat melalui kemitraan Polisi dan warga masyarakat,
75
sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat
menimbulkan permasalahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi untuk
mengantisipasi permasalahannya dan mampu memelihara keamanan serta
ketertiban di lingkungannya.
Pengemban polmas semua anggota kepolisian dari pangkat terendah
hingga pangkat tertinggi, pelaksanaan program polmas dilakukan oleh Satuan
Bina Masyarakat atau Sat Bhinmas dan pelaksana dibawahnya seperti unit
polmas pada tingkat Polsek, dan Bhabin kamtibmas pada tingkat kelurahan.
Penerapan program perpolisian masyarakat tidak lepas dari peran dari
anggota kepolisian khususnya Bhabin kamtibmas untuk mendorong serta
menjalankan tugasnya selaku aparat penegak hukum dan masyarakat demi
tercapainya program perpolisian masyarakat untuk mewujudkan keamanan dan
ketertiban dilingkungan masyarakat.
Demi terciptanya situasi keamanan dan ketertiban masyarakat maka
dibentuknya forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM) yang merupakan
gabungan dari perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang
bekerja dan menetap di lingkunagan masyarakat, guna membantu tugas
kepolisian dalam hal penanganan dan pencegahan tindakan kejahatan yang
menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan warga.
dikeluarkannya Skep Kapolres Salatiga No. Pol. : SKEP/08/III/2007/ Res
Salatiga. Tanggal, 06 Maret 2007 telah dilantik FKPM di wilayah hukum
76
Polres Salatiga sebanyak 22 kelurahan. FKPM bukanlah polmas, tetapi sebuah
stuktur yang dirancang untuk mengembangkan kemitraan berdasar bentuk
dengan struktur yang terukur dan terkontrol. Pelaksanaan polmas merupakan
tanggung jawab setiap anggota polisi.
. Setelah adanya penerapan program perpolisian masyarakat dengan
dibentuknya FKPM, merupakan hal positif karena menempatkan polisi sebagai
mitra masyarakat dengan memilki kedudukan yang sama dalam pencegahan
maupun mengatasi permasalahan kantibmas dan masalah-masalah yang terjadi
di masyarakat serta melakukan dialog interaktif antara masyarat dan polisi
dalam mencari jalan keluar, yang pada akhirnya masyarakat menyadari situasi
keamanan dan ketertiban merupakan suatu faktor kebutuhan.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan kantibmas
FKPM membangun jaringan dan komunikasi langsung kepada masyarakat
yang melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemuda jika ada terjadi
permasalahan gangguan kantibmas langsung di koordinasikan kepada FKPM.
Fakumnya beberapa FKPM di Kota Salatiga menjadikan tidak berfungsinya
sebuah stuktur yang dirancang untuk mengembangkan kemitraan dengan
masyarakat sehingga dalam pencegahan maupun mengatasi permasalahan
kantibmas dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, masyarakat
sungkan untuk melakukan dialog interaktif dengan polisi dalam mencari jalan
keluar, yang pada akhirnya masyarakat kurang menyadari situasi keamanan
dan ketertiban merupakan suatu faktor kebutuhan.
77
Sebelum fakumnya FKPM, Kegiatan-kegiatan yang dilakukan FKPM
wilayah Salatiga di antaranya adalah mengadakan pertemuan antara polisi dan
masyarakat, mengidentifikasi permasalahan sosial kemasyarakatan yang
berkaitan dengan kondisi kamtibmas di wilayah masing-masing, ikut serta
dalam langkah-langkah proporsional dalam rangka pelaksanaan fungsi
kepolisian umum dan fungsi bimbingan atau penyuluhan menyangkut
kamtibmas dan menampung keluhan dan atau pengaduan masyarakat yang
berkaitan dengan masalah kamtibmas dan masalah kepolisian pada umumnya
untuk mencari jalan keluarnya.
Forum kemitraan polisi dan masyarakat yang nantinya akan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi polmas dan
mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap
permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau
bersumber dari kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban Polres Salatiga tidak
hanya melakukan penanganan melainkan pencegahan terhadap potensi
terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban upaya yang di lakukan Polres
Salatiga antaranya adalah :
a. Menghilangkan Kesempatan Terjadinya kejahatan
78
Strategi pencegahan kejahatan mencangkup berbagai macam
kegiatan. Beberapa kegiatan yang digunakan polisi untuk mencegah
kejahatan bersifat internal dan eksternal. Aktivitas internal antara lain;
menggunakan analisis statistik kriminalitas untuk merancang program
mencegah kejahatan. Kegiatan eksternal meliputi; patroli, menutup jalan,
dan lain-lain.
b. Mengidentifikasi Kondisi-kondisi yang Dapat Mendorong Terjadinya
Kejahatan
Kemampuan mengidentifikasi keadaan masyarakat yang dapat
mendorong terjadinya kejahatan merupakan hal yang sangat penting. Upaya-
upaya yang dilakukan, dalam hal ini dapat diarahkan ke daerah-daerah yang
rawan kejahatan. Sebab, mungkin saja kondisi sosial yang buruk tidak akan
menyebabkan kejahatan tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya
tindakan-tindakan kriminal. Dengan mengetahui berbagai faktor tersebut, polisi
akan mampu menentukan sasaran mereka, baik kelompok maupun tempat
terdapat faktor kerawanan yang tinggi terhadap terjadinya kejahatan.
Polres Salatiga berupaya menciptakan situasi keamanan dan ketertiban
juga melakukan beberapa bentuk pencegahan, terutama di wilayah yang
potensi terjadinya kejahatan cukup tinggi yakni wilayah hukum Polsek
Sidorejo upaya yang dilakukan di antaranya adalah :
1. Bentuk pencegahan yang dilakukan oleh bhabin kamtibmas Polsek
Sidorejo memberikan himbauan secara langsung dan tertulis dengan
meletakkan sepanduk-sepanduk peringatan di wilayah atau tempat yang di
79
anggap rawan dan menugaskan beberapa personil anggota kepolisian
untuk memantau situasi di daerah yang di anggap rawan terhadap
gangguan kamtibmas.
2. Melakukan patroli yang merupakan peran eksternal kepolisian yang
khusus dalam upaya pencegahan kejahatan. Patroli dapat di defenisikan
sebagai suatu periode gerakan sistematis dengan maksud tertentu, untuk
menciptakan tujuan utama yang bersisfat preventif. Kegiatan patroli yang
dilakukan bhabin kamtibmas Polsek Sidorejo tidak hanya melakukan
patroli dengan mobil yang merupakan salah satu metode untuk
memberikan pelayanan kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak
kejahatan tetapi juga melakukan patroli dengan sepeda motor bahkan
melakukan jalan kaki di tempat-tempat tertentu dengan tujuan untuk bisa
lebih dekat dengan masyarakat.
3. Dalam upaya mengendalikan terjadinya kejahatan Polsek Sidorejo dengan
cara melalui penegakan hukum reaktif dengan meningkatkan patroli.
Melakukan patroli preventif, memberikan reaksi atau respon yang cepat
terhadap kejadian kejahatan dan menindaklanjuti dengan melakukan
investigasi kejahtan.
4. Bhabin kamtibmas Polsek sidorejo melakukan sambang dan tatap muka
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda serta
masyarakat lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang
sesuatu yang berkaitan dengan kamtibmas. Pemberian serta penyampaian
80
informasi dan penyuluhan dapat menjadi alternatif yang di lakukan bhabin
kamtibmas Polsek Sidorejo. Aktivitas ini di harapkan untuk dapat
menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang kejahatan dan perlunya
langkah-langkah pencegahan serta tindak pengamanan.
5. Melaksankan pembinaan masyarakat , bhabin kamtibmas Polsek Sidorejo
melakukan atau melaksanakan diantaranya pembinaan masyarakat
meliputi kegiatan pemberdayaan polmas, ketertiban masyarakat dan
koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta kegiatan
kerjasama dalam memelihara kamtibmas yang berkoordinasi dengan
FKPM, tokoh masyarakat dan pemuda untuk meninjau langsung terhdap
potensi terjadinya gangguan kamtibmas.
6. Pemberdayan FKPM, dalam hal pemecahan permasalahan yang sifatnya
ringan dalam penyelesaiannya melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama
dan bhabin kamtibmas dengan maksud dan tujuan mencari jalan keluar
tanpa harus merugikan salah satu pihak dengan membuat surat
kesepakatan bersama.
Tidak dapat di pungkuri, memberantas akar penyebab kejahatan tidaklah
mudah, sebagai seorang anggota polisi berupaya untuk melakukan pendekatan
dan berfokus terhadap akar kejahatan dan ketidaktertiban yang terjadi di
masyarakat. Memberantas kejahatan secara efektif tergantung pada pengenalan
bentuk akar permasalahannya, Polmas berupaya untuk mengidentifikasi sebab-
sebab tersebut dalam masyarakat. Oleh sebab itu, polmas mendorong anggota
81
polisi bersama masyarakat untuk fokus pada pemecahan masalah dan
ketidaktertiban yang terjadi di dalam masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam upaya polisi untuk mendapatkan informasi
untuk menangani masalah-masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat
diharapkan memberikan dampak yang positif terhadap mencegah terjadinya
kejahatan. Keberhasilan dalam mencegah kejahatan tergantung pada kerja
sama polisi dengan masyarakat tidak bergantung pada salah satu pihak.
Untuk penerapan program perpolisian masyarakat di Polres Salatiga
dirasakan tidak berjalan dengan optimal sesuai dengan arah dan kebijakan
Program perpolisian, masih tingginya tindak kejahatan yang meresahkan
masyarakat menunjukkan ketidak optimalan program perpolisian masyarakat di
Polres Salatiga. Masih kurangnya partisipasi masyarakat terhadap polisi, tidak
adanya keberanian dari masyarakat untuk mau berdialog dengan polisi secara
lebih akrab dan terbuka, serta masih adanya jarak hubungan keakraban antara
polisi dan masyarakat. Masyarakat tidak menyadari akan peranan dan
tanggung jawabnya dalam mencegah dan mendeteksi kejahatan. Ini
menunjukkan kurang optimalnya program perpolisian masyarkat yang sesuai
dengan arah dan tujuan dibentuknya program perpolisian masyarakat.
Seharusnya upaya untuk melaksanakan program perpolisian masyarakat
Polres Salatiga lebih meningkatkan fungsi-fungsi oprasional kepolisian yang
berkaitan dengan operasionalisasi Polmas serta mendorong berfungsinya
82
pranata polmas dalam rangka menyelesaikan setiap masalah/gangguan
keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau bersumber dari dalam
lingkungan masyarakat setempat.
F.2. Faktor Mempengaruhi Penerapan Program Perpolisian Masyarakat di
Wilayah Hukum Polres Salatiga
Dengan penerapan perpolisian masyarakat tidak terlepas dari faktor yang
ingin di capai dalam penerapan program perpolisian masyarakat itu sendiri,
namun pada penerapan perpolisian masyarakat ada faktor penghambat di
beberapa wilayah hukum Polres Salatiga terutama di wilayah Polsek Sidorejo,
terbukti dengan masih banyak terjadinya gangguan kamtibmas selain faktor
kurangnya personil anggota kepolisian di Polsek Sidorejo, masih kurangnya
keasadaran masyarakat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan gangguan kamtibmas dan keberanian dari warga untuk berdialog
dengan polisi serta masyarakat kurang menyadari akan peran dan tanggung
jawabnya dalam upaya untuk melakukan pencegahan dan mendeteksi terhadap
terjadinya gangguan kamtibmas di lingkungannya.
Pada pelaksanaannya program perpolisian masyarakat di Salatiga tidak
berjalan dengan optimal, faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya
penerapan perpolisian masyarakat karna kurangya koordinasi yang sinergis
antara pihak kepolisian dengan masyarakat, masyarakat membebankan baik
penanganan maupun pencegahan kejahatan kepada pihak kepolisian.
83
Selain masyarakat membebankan baik penanganan maupun pencegahan
kepada pihak Kepolisian, tidak adanya evaluasi yang dilakukan oleh Polres
Salatiga dalam penerapan program Polmas itu sendiri, sehingga secara tidak
lansung tidak dapat memonitori aspek apa saja yang menjadi kendala dalam
penerapan program perpolisian masyarakat hal inilah yang menjadi salah satu
faktor penyebab ketidak optimalan program Polmas khususnya di wilayah
Kelurahan Salatiga dan Kelurahan Sidorejo Lor.
Perpolisian masyarakat akan berorientasi pada pencegahan kejahatan dan
mengutamakan pencegahan kejahatan dan mengutamakan kemitraan dengan
masyarakat. keterlibatan masyarakat dalam mengontrol, memberikan masukan,
serta memberikan masukan kepada polisi, di harapkan untuk mencapai
keberhasilan dalam mencegah kejahatan. namun kurangnya partisipasi
masyarakat dalam upaya pencegahan gangguan kamtibmas dan keberanian dari
warga untuk berdialog dengan polisi serta masyarakat kurang menyadari akan
peran dan tanggung jawabnya dalam upaya untuk melakukan pencegahan dan
mendeteksi terhadap terjadinya gangguan kamtibmas di lingkungannya.
Upaya yang dilakukan Polres Salatiga untuk mengantisipasi terjadinya
gangguan kamtibmas adalah memantau ke daerah yang di anggap rawan terhadap
tindak kejahatan. Sebab dimungkinkan kondisi sosial yang buruk tidak akan
menyebabkan kejahatan tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya tindakan-
tindakan kriminal, Dengan mengetahui beberapa faktor tersebut maka harapan
84
yang di capai polisi akan mampu menentukan sasaran mereka, baik kelompok
maupun tempat terdapat faktor kerawanan yang tinggi terhadap terjadinya
kejahatan.
Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi kurang optimalnya
penerapan program perpolisian masyarakat di Salatiga :
a. Faktor Masyarakat
Setiap masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda, antaralain
budaya, nilai dan masalah yang beraneka ragam, terutama wilayah
perkotaan. Perpolisian masyarakat menekankan pentingnya kemitraan
aktif antara polisi dan masyarakat dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kejahatan. Anggota masyarakat dapat berperan lebih
besar dalam hal keamanan publik.
Masyarakat tidak mengetahui adanya program perpolisian
masyarakat, kurang kesadaran dan ketaatan terhadap hukum, Sikap
inferior, menyendiri, tidak peduli dengan lingkungan dan individualis,
tidak aktif dan tidak peduli dengan kegiatan sosial merupakan faktor
terjadinya potensi kejahatan sehingga menjadi lebih sulit untuk mendeteksi
terhadap potensi terjadinya kejahatan di lingkungan masyarakat dan
menjadikan hubungan tidak sinergis antara pihak kepolisian dan
85
masyarakat untuk bersama-sama mencegah terhadap potensi terjadinya
kejahatan.
Ketika melihat adanya kegiatan-kegiatan yang mencurigakan atau
kegiatan yang tidak biasa, seharusnya masyarakat segera memberi
informasi kepada polisi sehingga dapat di lakukan penyelidikan oleh polisi,
jika masyarakat mengenal lingkungannya maka akan lebih awas untuk
memperhatikan situasi-situasi yang mencurigakan. Meskipun sistem keamanan
lingkungan berjalan namun di rasakan tidak efektif karena salah satu faktornya
adalah tidak semua warga mau ikut dalam kegiatan siskamling dengan alasan-
alsan tertentu dan kesibukan pekerjaan masing-masing.
Kurang partisipasi dari masyarakat dalam menciptakan dan memelihara
kamtibmas di lingkungan masing-masing dan kurang kesadaran dan kemauan
masyarakat untuk bekerjasama dengan polisi, dalam mengidentifikasi akar
permasalahan yang terjadi di lingkungannya maka masih sering terjadi
gangguan kamtibmas di salatiga khususnya wilayah Polsek Sidorejo.
b. Faktor Personil Kepolisian
Satjipto Raharjo dalam bukunya “Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di
Indonesia” mengatakan bahwa Watak sipil menghendaki polisi dekat dengan
rakyat atau masyarakat yang dilayaninya. Polisi yang berwatak sipil harus
banyak berdialog dengan lingkungannya. Salah satu cara untuk mendekatkan
86
polisi kepada masyarakat yang menjadi lingkungannya adalah dengan
membuatnya bertanggung jawab kepada masyarakat tempat dia bertugas.
Kurang optimalnya anggota polisi untuk melakukan sosialisasi baik
dalamhal pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka
penyebarluasan informasi kamtibmas dalam hal menciptakan situasi
kamtibmas yang kondusif, serta anggota Kepolisian kurang efektif untuk
melaksanakan sambang dan tatap muka baik dengan masyarakat langsung,
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, serta masyarakat lainnya
dalam upaya untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu yang berkaitan
dengan kamtibmas.
c. Institusi Kepolisian (POLRI)
Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab
di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri, memiliki
kewajiban untuk meyelenggarakan pemerintah yang baik (Good Governance)
dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan
masyarakat maupun sebagai aparat penegak hukum.
Polmas lahir disebabkan kesadaran para pimpinan kepolisian bahwa cara-
cara pemolisian yang dilaksanakan selama ini tidak lagi efektif dalam
menanggulangi kriminalitas dan Kamtibmas pada masyarakat saat ini. Program
perpolisian masyarakat membangun dan membina rasa saling percaya dalam
87
membina kemitraan dengan masyarakat. Polisi mengakui pentingnya makna
kemitraan dan kerjasama dengan masyarakat serta keuntungan yang bisa diraih
dari kerjasama tersebut.
Kurang jumlah personil kepolisian di wilayah Polsek Sidorejo untuk
memantau terhadap potensi-potensi terjadinya kejahatan, serta kurang
optimalnya untuk melakukan pendekatan menjalin kemitraan dengan
masyarakat langsung dalam upaya melakukan pencegahan kejahatan, serta
kurangnya pembekalan pengetahuan tentang program perpolisian masyarakat
inilah hal yang menjadi kurang optimal dalam penerapan program perpolisian
masyarakat.
Program perpolisian masyarakat dalam penyelenggaraannya
membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan termasuk unsur
polri itu sendiri. Unsur polri bertanggung jawab untuk menyiapkan petugas
polmas terutama dalam memberdayakan Bhabin kamtibmas yang sudah dilatih
dan di angkat secara khusus untuk jabatan tersebut, menyiapkan
peralatan/perlengkapan petugas polmas termasuk barang-barang bekal untuk
administrasi, mengawasi dan mengarahkan operasionalisasi polmas dan paling
utama adalah menyediakan atau menyalurkan dukungan anggaran petugas
polmas untuk tunjangan khusus/fungsional dan operasionalisasi. tidak adanya
anggaran untuk pelaksanaan program perpolisian, meskipun sempat ada pada
awal pelaksanaan program namun tanpa ada alasan yang jelas memberhentikan
dana untuk oprasional program perpolisian masyarakat. Selain faktor dana
88
institusi kepolisian membuat suatu program tanpa ada kelanjutan yang jelas
dan setiap pergantian pimpinan polisi akan melakukan program baru dan
meninggalkan program yang lama yang sudah di bentuk ini merupakan salah
satu indikasi kurang optimalnya penerapan program perpolisian masyarakat.
d. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)
Forum kemitraan Polisi dan Masyarakat merupakan gabungan dari
perwakilan-perwakilan dari berbagai unsur di masyarakat yang bekerja dan
menetap di lingkungan masyarakat berikut Kapolsek, Kanit-kanit dan petugas
Babinkantibmas yang bertugas di Polsek. Tugas pokok FKPM adalah
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasionalisasi
polmas dan mendorong fungsinya pranata polmas dalam rangka menyelesaikan
setiap permasalahan gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi dan atau
bersumber dari kehidupan masyarakat.
Forum kemitraan polisi dan masyarakat di Kelurahan Sidorejo Lor untuk
akhir-akhir ini dikatakan pasif hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya
masalah anggota FKPM beberapa tidak aktif yang semula beranggotakan 10
orang kini hanya tinggal 7 orang, 2 orang meninggal dan 1 orang pindah dan
tidak berdomisili di salatiga. Selain itu ketua FKPM mengeluhkan tentang
tidak adanya dana operasional untuk menjalankan program polmas, pada
awalnya kurun waktu 2 sampai 3 tahun penerapan program perpolisian
masyarat sempat di berikan dana baik dari kepolisian dan pemerintah daerah.
89
Pada awalnya program perpolisian masyarakat dirasakan positif oleh ketua
FKPM Sidorejo Lor, tidak aktifnya beberapa anggota FKPM, kurangnya
koordinasi, tidak adanya infrastuktur yang memadai dan masalah anggaran
menjadi faktor utama yang menjadi masalah tidak berjalannya program
Perpolisian masyarakat sebagaimana yang diharapkan. tidak aktifnya
FKPM Kelurahan Salatiga, dengan alasan mengenai pendanaan untuk forum
kemitraan polisi masyarakat FKPM tidak ada dan anggota FKPM terbentur
oleh masalah waktu karena di sibukkan dengan pekerjaan utamanya masing-
masing seperti ketua FKPM kelurahan salatiga Bpk. Ismail Djunaedi yang
pekerjaan utamnya sebagai kepala sekolah, selain itu mengenai sarana dan
prasarana yang belum memadai.
Bpk. Ismail Djunaedi selaku ketua FKPM kelurahan salatiga mengeluhkan
tentang penerapan program perpolisian masyarakat, karena di anggap hanya di
bentuk tapi tidak ada kelanjutannya dan setiap pergantian pimpinan polisi maka
akan ganti kebijakan. Sebagai harapan kedepannya menginginkan untuk
program perpolisian tetap berjalan dengan melengkapi sarana dan prasarana
serta program perpolisian masyarakat lebih jelas.
e. Faktor Kejahatan
Tidak dapat di pungkiri, memberantas kejahatan sulit selain susah untuk di
deteksi kapan dan dimana akan terjadinya kejahatan apalagi untuk
memberantas akar penyebab terjadinya kejahatan. di sinilah peran Polisi dan
90
masyarakat di tuntut untuk menjalin kemitraan yang aktif untuk bersama-sama
melakukan pencegahan terjadinya potensi yang menyebabkan terjadinya
kejahatan. Polisi dan masyarakat memiliki peran dan tangung jawab yang
berbeda. Namun, kemitraan polisi dan masyarakat menyandarkan kedua belah
pihak sebagai mitra yang sejajar dalam memberantas kejahatan. Kekuatan dari
kemitraan akan menentukan berhasil yang dicapai. Hal ini bukan merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan dari atas tetapi merupakan pendekatan dari
bawah yang dimulai dari pribadi masing-masing pihak.
Dalam penyelenggaraan program polmas sudah jelas tidak hanya bekerja
sendiri, namun membutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai kalangan
baik dari unsur polri dan masyarakat namun pada kenyataannya setelah
berjalan beberapa tahun program perpolisian fakum dengan berbagai faktor.