bab ii pendekatan teoritis_ i11nre

Upload: novan-alif-soemarta-p

Post on 07-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    1/19

    BAB II

    PENDEKATAN TEORITIS

    2.1 Tinjauan Pustaka

    2.1.1 Kelembagaan Pertanian

    Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah  social-

    institution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata sosial untuk

    istilah  social-institution tersebut, yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang

    mengatur perilaku warga masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

    Koentjaraningrat (1979), bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan

    dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi

    kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Hal berbeda

    Sumner dalam Soekanto (2001) melihat kelembagaan masyarakat dari sudut

    kebudayaan yang diartikan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan

    kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    masyarakat.

    Istilah kelembagaan sampai saat ini, sering digunakan tidak hanya pada

    sebuah kelembagaan yang memiliki arti institusi atau sistem tata kelakuan.

     Namun juga diartikan sebagai suatu organisasi yaitu wadah dimana anggotanya

    dapat berinteraksi, memiliki tata aturan dalam beraktifitas untuk mencapai tujuan

     bersama. Hal ini menyebabkan banyak kerancuan yang terjadi dalam mengartikan

    kelembagaan, yang berarti institusi maupun organisasi. Hal ini sebenarnya telah

    dijelaskan oleh Uphoff dalam  Nasdian (2003) yang menjelaskan secara terinci

    mengenai makna keduanya sebagai berikut:

    “…Kelembagaan dapat sekaligus berwujud organisasi dan

    sebaliknya. Tetapi, jelas bahwa kelembagaan adalah

    seperangkat norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke

    waktu dengan memenuhi kebutuhan kolektif, sedangkan

    organisasi adalah struktur dari peran-peran yang diakui dan

    diterima. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat

    dinyatakan bahwa ada dua persepktif tentang kelembagaan

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    2/19

    sosial.  Pertama, suatu perspektif yaitu memandang baik

    kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial,

    yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya kelembagaan

     bersifat lebih universal dan penting, sedangkan asosiasi bersifat

    kurang penting dan bertujuan lebih spesifik…  Kedua,  perspektif yang memandang kelembagaan sebagai kompleks

     peraturan dan peranan sosial secara abstrak, dan memandang

    asosiasi-asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi yang

    konkrit.”

    Kelembagaan menurut Agus Pakpahan dalam Syahyuti (2006) adalah

     software dan organisasi adalah hardware –nya dalam suatu bentuk group sosial. Ia

    menganalisis kelembagaan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadapsumber daya. Suradisastra (2001) menyatakan bahwa fungsi organisasi dan

    lembaga lokal antara lain adalah: (a) mengorganisisr dan memobilisasi

    sumberdaya; (b) membimbing  stakeholder  pembangunan dalam membuka akses

    ke sumberdaya produksi; (c) membantu meningkatkan sustainability pemanfaatan

    sumberdaya alam; (d) menyiapkan infrastruktur sosial di tingkat lokal; (e)

    mempengaruhi lembaga-lembaga politis; (f) membantu menjalin hubungan antara

     petani, penyuluh dan peneliti lapang; (g) meningkatkan akses ke sumber

    informasi; (h) meningkatkan kohesi sosial; (i) membantu mengembangkan sikap

    dan tindakan kooperatif.

    Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa lembaga-lembaga yang ada dalam

    sektor pertanian dan pedesaan sudah mengalami berbagai zaman sehingga banyak

    lembaga-lembaga yang sudah lenyap tetapi timbul juga lembaga-lembaga baru

    yang sesuai dengan iklim pembangunan pertanian dan pedesaan. Secara

    konseptual, Syahyuti (2006) menyebutkan bahwa tiap kelembagaan petani yang

    dibentuk dapat memainkan peran tunggal atau ganda. Peran-peran yang dapat

    dilakukan oleh kelembagaan petani yaitu sebagai lembaga pengelolaan

    sumberdaya alam, sebagai penggiat aktivitas kolektif, sebagai unit usaha, sebagai

     penyedia kebutuhan informasi dan sebagai wadah yang merepresentatifkan

    kegiatan politik.

    Kelompok tani adalah salah satu kelembagaan pertanian yang memiliki

     peranan untuk mengembangkan unit usaha secara bersama. Menurut Mardikanto

    (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    3/19

    yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna yang terikat secara

    informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan

     bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak

    tani. Menurut Deptan (2007) kelompok tani adalah sekumpulan

     petani/peternak/perkebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,

    kesamaan kondisi lingkungan (sosial ekonomi, sumber daya) keakraban untuk

    meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

    Kelompok tani sebagai salah satu kelembagaan pertanian di pedesaan yang

    ditumbuhkembangkan "dari, oleh dan untuk petani". Karakteristik dari kelompok

    tani yaitu memiliki ciri (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara

    sesama anggota, (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam

     berusaha tani, (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,

    hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan

    dan ekologi, (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota

     berdasarkan kesepakatan bersama. Selain itu, kelompok tani juga memiliki

     beberapa unsur yang dapat mengikat antara sesama anggotanya yaitu (1) adanya

    kepentingan yang sama diantara para anggotanya, (2) adanya kawasan usaha tani

    yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya, (3) adanya

    kader tani yang terdedikasi untuk menggerakkan para petani dan

    kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya, (4) adanya kegiatan yang

    dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya,

    (5) adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk

    menunjang program yang telah ditentukan.

    Eksistensi kelembagaan kelompok tani tersebut, menjadi gejala yang

    sangat penting untuk dikaji. Hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan petani berlangsung dalam kehidupan kelompok tersebut. Namun posisi dan peran

    kelompok tani dalam kondisi lemah (powerless), bahkan kelompok tani dengan

    mudah dilakukan eksploitasi oleh pihak lain.

    Dalam pengembangan kelompok usaha bersama, kelembagaan kelompok

    tani perlu dilakukan penguatan kelembagaan agar dapat berperan dan berfungsi

    menjadi kelembagaan kooperatif dan produktif yaitu (1) kelompok tani dapat

    membantu pengadaan sumberdaya finansial (modal) bagi anggota kelompok

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    4/19

    dalam mengembangkan usaha-usaha produktif; (2) kelompok tani sebagai

    lembaga usaha-usaha produktif dan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan

    kerja dan usaha ditingkat kelompok; (3) kelompok tani sebagai lembaga ekonomi

    di tingkat kelompok; dan (4) kelompok tani sebagai unit usaha (enterprise) di

    tingkat kelompok.

    2.1.2 Konsep Peranan

    Peranan atau role adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan (status).

    Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

    kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan seseorang

    menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-

    kesempatan apa saja yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya

    sebuah peranan adalah karena peranan mengatur perilaku seseorang. Soekanto

    (2001) mengidentifikasikan hubungan-hubungan sosial yang ada dalam

    masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam

    masyarakat.

    Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan juga lebih

    menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Oleh karena

    itu, menurut Levinson sebagaimana dikutip Soekanto (2001) menyatakan, bahwa

     peranan setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: (1) peranan meliputi norma-norma

    yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.

    Peranan dalam arti ini adalah rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

    seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) peranan adalah suatu konsep

    tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai

    organisasi; (3) peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

    Peranan kelompok tani dalam hal ini berarti fungsi, penyesuaian diri dan

     proses dari suatu kelompok tani, untuk memenuhi kebutuhan dari anggotanya.

    Untuk memenuhi kebutuhan dari kelompok tani yang dinaungi oleh suatu

    kelompok tani, maka kelompok tani tersebut harus berperilaku sesuai dengan

    fungsi yang diharapkan, dalam hal ini juga sesuai dengan status/kedudukan

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    5/19

    10 

    kelompok tani tersebut dan di dalamnya mengandung berbagai norma yang

    mengatur. Fungsi dari kelompok tani itu sendiri meliputi:

    1. 

    Kelas belajar; kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

    anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

    (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha

    tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah

    serta kehidupan yang lebih sejahtera.

    2.  Wahana kerjasama; kelompok tani merupakan tempat untuk

    memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani

    dan antara kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama

    ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu

    menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

    3. 

    Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit

     pengolahan dan pemasaran, adalah usaha tani yang dilaksanakan

    secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang

    dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi baik dari kualitas

    maupun kuantitas.

    4. 

    Unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai

    lembaga lain guna memajukan kegiatan kelompok.

    Sebagai suatu unit usaha, kelompok tani diharapkan dapat menjalankan

     proses-proses dalam kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi, kegiatan

    konsumsi dan kegiatan distribusi. Lipsey (1991) menguraikan ketiga kegiatan

    ekonomi tersebut sebagai berikut:

    1.  Kegiatan produksi ialah kemampuan setiap masyarakat untuk

    memenuhi kebutuhannya selalui dibatasi oleh sumber-sumber ekonomiyang menjadi penentu realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi

    yang disebut juga sebagai faktor-faktor produksi, dengan jumlah yang

    terbatas. Ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber

    daya kapital, atau barang-barang modal, serta kewirausahaan

    (entrepreneurship). 

    2.  Kegiatan konsumsi ialah kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk

    memenuhi kebutuhan. Barang dan jasa tersebut dihasilkan oleh proses

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    6/19

    11 

     produksi (yang disebut juga komoditas). Kegiatan konsumsi dan

     produksi menghasilkan gaya tarik menarik yang akhirnya membentuk

    mekanisme harga, dimana harga terbentuk berdasarkan gaya tarik

    konsumen yang menguat atau menurun. Gaya tarik yang menguat,

    artinya konsumen membutuhkan komoditas dalam jumlah yang lebih

    menyebabkan naiknya harga, dan sebaliknya, melemahnya gaya tarik

    konsumen, dalam arti turunnya permintaan konsumen akan

    menyebabkan penurunan harga. Penggunanaan barang-barang modal

    dalam proses produksi akan menaikkan produktivitas, dan semakin

     banyak barang-barang modal yang dipergunakan, maka semakin tinggi

     produktivitas dari kegiatan produksi. Barang-barang modal di dalam

    masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tidak

    mengkonsumsikan seluruh pendapatan yang diperolehnya untuk

    kegiatan konsumtif, melainkan dialokasikan bagi penambahan stok

     barang-barang modal. Inilah yang merupakan peran kegiatan konsumsi

    dari kelompok tani, dimana kegiatan ini mampu meningkatkan alokasi

     pendapatan kearah akumulasi barang-barang modal. Bukan hanya

     pendapatan dalam wujud finansial, tetapi juga faktor-faktor produktif

    yang didapat dari berputarnya roda organisasi, seperti halnya fasilitas

    yang didapat dari berbagai pihak.

    3.  Kegiatan distribusi ialah suatu mekanisme yang menentukan gaya tarik

    menarik antara kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan ini

    mengarahkan agar komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi

    secara wajar dapat dinikmati oleh kegiatan konsumsi sesuai dengan

     pendapatan. Jadi kegiatan distribusi secara makro erat kaitannyadengan mekanisme harga. Peran kegiatan distribusi dalam hal ini dapat

    disimpulkan sebagai peran dalam memperlancar sampainya berbagai

    komoditas hasil kegiatan produksi, dengan menguasai serba-serbi

     pasar sebagai tempat bertemunya kegiatan produksi dan kegiatan

    konsumsi.

    Kelompok tani sebagai suatu lembaga pertanian di tingkat desa dapat juga

    dilihat peranannya tidak lepas dari bagaimana lembaga itu berjalan. Suatu

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    7/19

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    8/19

    13 

    tujuh indikator yaitu terdapat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

    kelompok, pertemuan kelompok, rencana kerja, pembukuan, akumulasi modal,

     pengembangan jaringan kerja dan pelaksanaan kegiatan pertanian, perikanan,

     peternakan dan kehutanan. Dalam penelitian ini untuk mengukur keragaan dalam

    kelompok tani dapat dilihat melalui tingkat kelengkapan fasilitas yang

    dimilikinya, jaringan kerja yang dimiliki kelompok tani dan pelaksanaan kegiatan

    yang terdapat pada kelompok tani tersebut.

    2.2 Kerangka Pemikiran

    Merujuk pada Agus Pakpahan dalam Syahyuti (2006) kelembagaan

    dianalisis sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya.

    Kelembagaan kelompok tani merupakan kelembagaan pertanian yang ada di

    wilayah pedesaan. Kelembagaan kelompok tani sebagai suatu sistem organisasi

    dan kontrol terhadap sumber daya pertanian, diharapkan dapat berperan sesuai

    fungsi dan tujuan dibentuknya kelembagaan tersebut.

    Peran kelembagaan kelompok tani merujuk pada konsep peranan menurut

    Levinson yang dikutip oleh Soekanto (2001). Peran kelembagaan kelompok tani

    di sini lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu prosesuntuk memenuhi kebutuhan anggotanya, yang akan mendorong mengembangkan

    usahatani yang dijalankan anggotanya. Sehingga dapat dikatakan keberperanan

    suatu kelembagaan kelompok tani dapat terlihat bila kelembagaan kelompok tani

    tersebut telah menjalankan fungsinya.

    Fungsi dari kelembagaan kelompok tani sendiri telah dijabarkan oleh

    Departemen Pertanian yaitu sebagai suatu kelas belajar bagi petani; sebagai

    wahana kerjasama petani dengan sesama petani dalam kelompok tani dan wahanakerjasama antara kelompok tani serta pihak lainnya; sebagai unit penyedia sarana

    dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran; serta

    sebagai unit jasa penunjang yang memudahkan akses petani kepada lembaga-

    lembaga yang dapat mendukung kegiatan pertaniannya. Keempat fungsi yang

    telah dijabarkan tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga fungsi pokok

    kelembagaan kelompok tani yaitu sebagai lembaga pelaksana kegiatan kelompok,

    lembaga penyedia fasiitas serta lembaga pembuka jaringan kerja bagi anggotanya.

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    9/19

    14 

    Ketiga fungsi pokok dari kelembagaan kelompok tani tersebut diharapkan

    dapat mendorong dalam pengorganisasian pada ketiga kegiatan ekonomi yang

    dipaparkan oleh Lipsey (1991) yaitu pengorganisasian pada kegiatan produksi

    anggotanya, pengorganisasian kegiatan distribusi hasil produksi pertanian yang

    lebih menguntungkan bagi anggota, serta pengorganisasian kegiatan konsumsi

    sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota.

    Sebagai lembaga pelaksana kegiatan kelompok. Kelompok tani dapat

    mendorong meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri petani

    anggota. Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri petani akan

    memotivasi petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya. Sebagai lembaga

     penyedia fasilitas, kelompok tani juga dapat mendorong anggotanya untuk

    mengembangkan usahataninya dengan cara melakukan diversifikasi tanaman yang

    menguntungkan, penggunaan teknologi pertanian yang lebih efisien, serta

     penggelolaan sumberdaya finansial yang lebih efisien. Hal ini tentu saja akan

    meningkatkan hasil produksi pertanian serta keuntungan yang akan di dapatkan

     petani.

    Fungsi kelembagaan kelompok tani yang lain yaitu lembaga pembuka

     jaringan kerja bagi anggotanya, diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar

     petani dengan akses kepada lembaga-lembaga lainnya. Meningkatnya posisi tawar

     petani salah satunya akan meningkatkan kebebasan petani untuk memilih

    distribusi pemasaran hasil produksi yang lebih menguntungkan.

    Fungsi dari kelembagaan kelompok tani itu sendiri tentu dapat berjalan

    apabila keragaan dari kelembagaan kelompok tersebut sudah berjalan dengan

     baik. Sesuai dengan ketiga fungsi pokok kelembagaan kelompok tani yang telah

    dipaparkan diatas. Keragaan kelembagaan kelompok tani yang dilihat dalam penelitian ini terfokus pada tiga hal yaitu, tingkat kelengkapan fasilitas yang

    dimiliki kelembagaan kelompok tani, kegiatan kelompok yang berjalan serta

     jaringan kerja yang terjalin antara kelembagaan kelompok tani dengan lembaga

     penunjang.

    Fokus subjek penelitian ini yaitu petani anggota kelompok tani serta petani

    non anggota kelompok tani untuk membandingkan pengembangan usaha

     pertaniannya yang dibantu dengan dorongan fasilitas, jaringan kerja dan kegiatan

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    10/19

    15 

    kelompok dalam kegiatan ekonominya. Sehingga penelitian ini dapat

    membuktikan seberapa jauh hubungan antara keragaan dari suatu kelembagaan

    kelompok tani dapat meningkatkan peranannya bagi petani anggota sehingga pada

    akhirnya dapat mendorong pengembangan usahatani yang dijalankan petani

    anggotanya, yang dapat dilihat pada Gambar 1.

    2.3 Hipotesis Penelitian 

    Dari kerangka pemikiran di atas, akan dianalisa hipotesa yang merupakan

    hipotesa pokok dan hipotesa uji. Hipotesa pokok, yaitu:

    1.  Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelompok tani dengan

     peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan

     produksi, kegiatan distribusi dan kegiatan konsumsi produktif anggota.

    2. 

    Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani

    dalam pengorganisasian kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan

    kegiatan konsumsi produktif anggota dengan pengembangan usahatani

    anggotanya.

    Berdasarkan hipotesa pokok tersebut diatas, dibuat beberapa hipotesis uji

    sebagai berikut:

    1. 

    Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani

    dalam pengorganisasian kegiatan produksi pertanian anggota dengan

     pengembangan usaha tani anggotanya.

    2.  Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani

    dalam pengorganisasian kegiatan distribusi hasil pertanian anggota

    dengan pengembangan usaha tani anggotanya.

    3. 

    Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tanidalam pengorganisasian kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang

    lebih produktif bagi anggota dengan pengembangan usaha tani

    anggotanya.

    4.  Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok

    tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian

    kegiatan produksi pertanian anggotanya.

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    11/19

    16 

    Keragaan Kelompok tani

    • Tingkat Ketersediaan Fasilitas

    • Ketersediaan Jaringan kerja

    • Pelaksanaan Kegiatan kelompok

    Keterangan:

    Ada hubungan dan diuji secara statistik

    Pengembangan Usahatani Anggota

    •  Diversifikasi usahatani

    •  Peningkatan Produktivitas

    Pertanian (Rp/luas lahan)

    •  Peningkatan Modal Usaha

    •  Peningkatan Keuntungan

    Gambar 1 Kerangka Pemikiran 

    Pengorganisasian

    Kegiatan Produksi

    (input sarana

     pertanian, modal,

    kegiatan

     pembinaan bagi

     petani)

    Pengorganisasian

    kegiatan

    konsumsi

    sumerdaya

    finansial bagi

    kegiatan

     produktif

    (PKK/PKP)

    Pengorganisasian

    kegiatan

    distribusi

    (kepastian harga

     bagi petani dan

    alternatif saluran

     pemasaran)

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    12/19

    17 

    5.  Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok

    tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian

    kegiatan distribusi hasil pertanian anggotanya.

    6. 

    Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok

    tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian

    kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi

    anggota dengan pengembangan usaha tani anggotanya.

    2.4 Definisi Operasional

    2.4.1 Keragaan Kelompok Tani

    Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu

    lembaga, dalam menjalankan kerjanya berdasarkan komponen-komponen yang

    dimilikinya. Keragaan kelompok tani diukur dengan menggunakan indikator

    tingkat kelengkapan fasilitas, ketersediaan jaringan kerja pada kelembagaan

    kelompok tani dan frekuensi pelaksanaan kegiatan kelompok. Dari ketiga

    indikator tersebut kemudian dapat dikategorikan menjadi keragaan kelembagaan

    kelompok tani rendah dengan skor (3 - 4), keragaan kelembagaan kelompok tani

    sedang dengan skor (5 - 6), dan keragaan kelembagaan kelompok tani tinggi

    dengan skor (7 - 9). Selang skor ditentukan dengan menggunakan rataan skor dari

    hasil pengkategorian yang telah dilakukan pada ketiga indikator yang telah

    disebutkan diatas.

    Fasilitas adalah penampilan dari ketersediaan kelompok tani akan sarana

    dan prasarana untuk kepentingan anggota dan kelompok. Fasilitas yang ada dalam

    kelompok tani dilihat melalui kelengkapan kelompok yang dijelaskan oleh Badan

    Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009). Tingkat

    kelengkapan fasilitas kelompok tani dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat,

    yaitu: (1) Tidak memadai, (2) cukup memadai dan (3) sangat memadai.

    Pengkategorian tingkat kelengkapan fasilitas kelompok tani tersebut

    ditentukan sendiri oleh responden berdasarkan fasilitas yang telah ada di

    kelompok tani selama ini dibandingkan dengan fasilitas yang seharusnya tersedia

     pada kelompok tani. 

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    13/19

    18 

    Jaringan kerja adalah penampilan dari kerjasama yang terjalin antara

    kelompok tani dengan pihak luar yang dapat membantu keberlangsungan

    kelompok dan kepentingan anggota. Hal ini dapat dilihat melalui kerjasama

    dengan lembaga penyediaan saprotan, lembaga penyediaan modal, lembaga

     pengolahan hasil produksi, lembaga pemasaran, lembaga penyediaan informasi

    teknologi, dan lembaga penyediaan informasi pasar. Setiap pernyataan YA diberi

    skor dua (2), sedangkan setiap pernyataan TIDAK diberi skor satu (1).

    Untuk sifat dari kerjasamanya diberi skor satu (1) apabila tidak terjadi

    kerjasama, skor dua (2) apabila sifatnya hanya insidental/bantuan sesekali, serta

    diberi skor tiga (3) apabila sifatnya kemitraan/kolaborasi. Sehingga dapat

    dikategorikan menjadi,

    1.   jaringan kerja belum terjalin dengan baik, skor (18 - 21)

    2. 

     jaringan kerja sudah cukup terjalin dengan baik, skor (22 – 25)

    3.   jaringan kerja telah terjalin dengan sangat baik, skor (26 – 27)

    Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari 12 pertanyaan yang

    diberikan kepada responden.

    Kegiatan kelompok adalah penampilan kelompok tani dalam menjalankan

    rencana kerja kelompok yang telah disusun secara musyawarah dengan anggota

    kelompok. Sehingga dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu

    1. 

    kegiatan kelompok tidak berjalan, skor (6 – 8)

    2.  kegiatan kelompok cukup berjalan, skor (9 – 10)

    3.  kegiatan kelompok berjalan dengan baik, skor (11 – 12)

    Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari lima pertanyaan yang

    diberikan kepada responden.

    2.4.2 Peranan Kelembagaan Kelompok Tani

    Peranan kelembagaan kelompok adalah fungsi dari kelembagaan

    kelompok tani dalam memenuhi kepentingan anggotanya. Fungsi kelembagaan

    kelompok tani hanya difokuskan pada unsur sebagai unit usaha, yang merupakan

    tujuan dari berdirinya kelompok tani Sauyunan. Fungsi sebagai unit usaha dapat

    dilihat melalui tiga hal, yaitu pengorganisasian pada kegiatan produksi

    anggotanya, pengorganisasian kegiatan distribusi hasil produksi pertanian yang

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    14/19

    19 

    lebih menguntungkan bagi anggota, serta pengorganisasian kegiatan konsumsi

    sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota.

    2.4.2.1 

    Pengorganisasian Kegiatan Produksi

    Pengorganisasian kegiatan produksi adalah fungsi kelompok tani yang

    dapat dilihat dari pengorganisasian input sarana pertanian, bantuan modal bagi

     petani anggota serta kegiatan pembinaan bagi petani.

    Pengorganisasian input sarana pertanian adalah peranan kelembagaan

    kelompok tani dalam mendorong peningkatan jumlah luasan lahan yang digarap

    oleh petani anggota, bantuan pupuk serta bibit yang didapatkan petani anggota

    melalui kelembagaan kelompok tani. Pengorganisasian kegiatan produksi

     pertanian petani anggota juga dapat berjalan baik, apabila petani anggota

    mendapatkan bantuan modal bagi pengembangan usahataninya. Selain itu juga

    dengan frekuensi pelaksanaan kegiatan pembinaan yang difasilitasi kelembagaan

    kelompok tani bagi petani anggotanya. Kegiatan pembinaan pada variabel ini,

    dapat diukur melalui peningkatan keterampilan dari petani anggota berdasarkan

    hasil kegiatan pembinaan tersebut.

    Pengorganisasian kegiatan produksi kelembagaan kelompok tani bagi

     petani anggota dapat diturunkan menjadi tiga kategori yaitu: (1) pengorganisasian

    kegiatan produksi rendah dengan skor (4 - 5), (2) pengorganisasian kegiatan

     produksi sedang dengan skor (6 - 7), serta (3) pengorganisasian kegiatan produksi

    tinggi dengan skor (8 - 9).

    Pengkategorian selang skor pengorganisasian kegiatan produksi

    kelembagaan kelompok tani bagi petani anggota didapatkan berdasarkan hasil

    rataan skor dari empat jawaban pertanyaan yang diajukan kepada responden.Keempat pertanyaan yang diajukan tersebut merupakan turunan dari tiga indikator

    yang telah dijelaskan diatas yaitu pengorganisasian input sarana pertanian,

     bantuan modal bagi petani anggota serta kegiatan pembinaan bagi petani.

    2.4.2.2 Pengorganisasian Kegiatan Distribusi

    Pengorganisasian kegiatan distribusi ialah fungsi kelompok tani dalam

    memberikan kekuatan petani anggota dalam memilih alternatif pemasaran hasil

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    15/19

    20 

     produksi pertanian yang menguntungkan serta kepastian harga bagi petani

    anggota. Alternatif pemasaran hasil produksi pertanian bagi petani anggota ialah

    kemampuan petani anggota untuk dapat memilih sendiri saluran pemasaran hasil

     produksi pertanian yang menurut mereka memiliki keuntungan yang lebih baik.

    Berdasarkan hasil survai awal yang dilakukan peneliti sebelumnya, saluran

     pemasaran hasil produksi pertanian yang umum terdapat di Desa Iwul ialah

    melalui tengkulak, menjual langsung ke pasar serta disalurkan bersama melalui

    kelompok tani. Sedangkan kepastian harga hasil produksi pertanian ialah

    informasi harga hasil produksi pertanian yang didapatkan oleh petani. Kepastian

    harga hasil produksi pertanian juga memperlihatkan pada kemungkinan petani

    untuk dapat menentukan harga hasil produksi pertaniannya sendiri.

    Pengorganisasian kegiatan distribusi dapat diturunkan menjadi tiga

    kategori yaitu pengorganisasian kegiatan distribusi rendah apabila memiliki skor

    (6 – 8), pengorganisasian kegiatan distribusi sedang apabila memiliki skor

    (9 – 11) dan pengorganisasian kegiatan distribusi tinggi apabila memiliki skor

    (12 – 13). Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari lima

     pertanyaan yang diberikan kepada responden.

    2.4.2.3 Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi

    Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi adalah peran kelembagaan

    kelompok tani dalam membina anggotanya untuk memperhitungkan anggaran

    dalam rumah tangga untuk disisihkan dengan anggaran untuk kegiatan yang lebih

     produktif, seperti tabungan, investasi dan penyisihan modal. Hal ini dapat dilihat

    melalui pengeluaran rumah tangga dari anggota kelompok tani.

    Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkanuntuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari

     pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk bukan pangan yang dinyatakan

    dalam rupiah per tahun, dari pengeluaran non pangan tersebut dilihat pula

     pengeluaran yang sifatnya lebih produktif dengan melihat adanya tabungan,

     penyisihan untuk modal dan investasi. Kemudian pengeluaran untuk pangan dan

    non pangan yang sifatnya konsumtif dikategorikan sebagai pengeluaran konsumtif

    sedangan pengeluaran non pangan dalam hal tabungan, penyisihan untuk modal

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    16/19

    21 

    dan investasi dikategorikan sebagai pengeluaran produktif. Untuk mengukur

    kengorganisasian kegiatan konsumsi produktif ialah dengan membandingkan

     pengeluaran konsumtif dengan pengeluaran produktif. Pengorganisasian kegiatan

    konsumsi produktif dapat diturunkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

    1. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif rendah apabila kurang

    dari 15 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran

     produktif;

    2. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif sedang apabila antara 15

     persen hingga kurang dari 30 persen total pengeluaran rumah tangga

    untuk pengeluaran produktif;

    3. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif tinggi apabila lebih dari

    30 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran produktif.

    Untuk mempertajam analisis dalam menghubungkan peranan kelembagaan

    kelompok tani dalam mendorong petani anggota untuk meningkatkan konsumsi

     produktifnya, maka perlu untuk melihat bagaimana tingkat pendapatan yang

    diterima anggota selama satu tahun serta kontribusi pendapatan pada sektor

     pertanian dibandingkan pendapatan yang diterima dari sektor non pertanian.

    Tingkat pendapatan adalah tingkat pendapatan total yang diterima oleh

    anggota yang berasal baik dari usaha pokok maupun usaha sampingan.

    Pendapatan yang diukur adalah pendapatan anggota selama setahun (November

    2009 – November 2010). Tingkat pendapatan diukur berdasarkan penerimaan

    uang total anggota baik dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

    Tingkat pendapatan dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) kategori, yaitu:

    1.  Tingkat pendapatan rendah, apabila kurang dari Rp5.000.000;

    2. 

    Tingkat pendapatan sedang, apabila berkisar antara Rp5.000.000hingga Rp15.000.000;

    3.  Tngkat pendapatan tinggi, apabila lebih besar atau sama dengan

    Rp15.000.000.

    Ukuran dalam setiap kategori diatas ditentukan berdasarkan survai awal yang

    dilakukan peneliti kepada masyarakat Desa Iwul.

    Kontribusi bagi pendapatan anggota yang dimaksud adalah seberapa besar

     pendapatan/penghasilan yang didapat dari unit usaha yang ada di kelompok tani

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    17/19

    22 

    Kontribusi pendapatan unit usaha = (T – A) x 100 %

    T

    dibandingkan dengan pendapatan/penghasilannya dari usaha lain dalam rumah

    tangga anggota kelompok. Kontribusi sektor pertanian bagi pendapatan anggota

    dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

    Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga

    yaitu: (1) pendapatan anggota dari sektor pertanian rendah apabila pendapatan

    sektor pertanian kurang dari 50 persen dari seluruh total pendapatan rumah

    tangga; (2)  pendapatan anggota dari sektor pertanian  sedang apabila pendapatan

    sektor pertanian  berkisar antara 50 persen hingga 90 persen dari seluruh total

     pendapatan rumah tangga; dan (3) pendapatan anggota dari sektor pertanian tinggi

    apabila pendapatan sektor pertanian lebih besar atau sama dengan 90 persen dari

    seluruh total pendapatan rumah tangga.

    2.4.3  Pengembangan Usahatani Anggota

    Pengembangan usatani anggota dapat terlihat melalui penerapan

    diversifikasi usahatani yang dilakukan anggota, peningkatan produktivitas

     pertanian (Rp/luas lahan), peningkatan modal usahatani serta peningkatan

    keuntungan usahatani.

    Penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan petani, merupakan

    keberlanjutan hasil dari kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak luar kepada

     petani anggota. Usahatani yang umum dilakukan di Desa Iwul ialah pertanian

     palawija dengan jenis umbi-umbian seperti singkong dan ketela pohon, serta padi.

    Diluar dari tanaman pangan tersebut, dinilai sebagai penerapan diversifikasi

    tanaman yang dilakukan oleh petani. Penerapan diversifikasi usahatani dapat

    diberi skor satu (1) apabila pada garapan usahatani petani tidak terdapat tanaman

     baru yang diusahakan, diberi skor dua (2) apabila pada garapan usahatani petani

    Keterangan:A= Total pendapatan dari sumber lainT = Total pendapatan dari seluruh sumber yang didapat responden. 

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    18/19

    23 

    Peningkatan hasil produksi = (Hasil Saat ini – Hasil Awal) x 100 %

    Hasil Awal

    terdapat tanaman baru yang diusahakan tetapi bukan diketahuinya dari kelompok

    tani, dan diberi skor tiga (3) apabila pada garapan usahatani petani terdapat

    tanaman baru yang diusahakan dan diketahuinya dari kelompok tani.

    Peningkatan produktivitas pertanian dapat dilihat melalui peningkatan

    hasil kegiatan usahatani petani anggota. Hasil kegiatan usahatani adalah besaran

    yang menggambarkan banyaknya produk dari kegiatan usaha yang diusahakan

    responden, diperoleh dalam satu luasan lahan dalam siklus produksi. Satuan hasil

     biasanya adalah kilogram per m2. Namun berdasarkan hasil survai awal yang

    dilakukan peneliti, hasil produksi pertanian di Desa Iwul sulit untuk diketahui

    ukuran pastinya. Petani di desa ini kebanyakan menjual hasil produksi

     pertaniannya dengan sistem borongan. Berdasarkan hasil survai awal tersebut

    satuan hasil produksi pertanian pada penelitian ini diubah menjadi rupiah per luas

    garapan. Peningkatan hasil produksi dapat dilihat dengan menggunakan

     perhitungan dibawah ini:

    Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga

    yaitu: (1) peningkatan hasil produksi rendah apabila peningkatannya kurang dari

    30 persen dari hasil awal produksi; (2) peningkatan hasil produksi sedang apabila

     peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari hasil awal

     produksi; dan (3) peningkatan hasil produksi tinggi apabila peningkatannya lebih

    dari 50 persen dari hasil awal produksi.

    Peningkatan modal usahatani merupakan hasil dari peran kelembagaankelompok tani dalam meningkatkan modal usaha pada kegiatan usahatani

    anggotanya. Peningkatan modal usahatani tersebut dapat berasal dari

     pengakumulasian modal yang responden dapatkan dari hasil keuntungan

    usahataninya dan juga berasal dari bantuan modal yang diusahakan kelembagaan

    kelompok tani bagi anggotanya. Peningkatan modal usahatani dapat dilihat

    dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

  • 8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre

    19/19

    24 

    Peningkatan keuntungan = (Keuntungan Saat ini – keuntungan Awal) x 100%

    Keuntungan Awal

    Peningkatan modal = (Modal Saat ini – Modal Awal) x 100 %

    Modal Awal

    Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga

    yaitu: (1) peningkatan modal usahatani rendah apabila peningkatannya kurang

    dari 30 persen dari modal awal; (2) peningkatan modal usahatani sedang apabila

     peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari modal awal; dan

    (3) peningkatan modal usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50

     persen dari modal awal.

    Peningkatan keuntungan usahatani adalah hasil dari harga jual yang

    didapatkan responden dari hasil produksi pertaniannya dikurangi biaya

    operasional seperti biaya pupuk, bibit, tenaga kerja, sewa alat, sewa lahan serta

     biaya untuk pestisida. Peningkatan keuntungan usahatani dapat dilihat dengan

    menggunakan perhitungan dibawah ini:

    Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga

    yaitu: (1) peningkatan keuntungan usahatani rendah apabila peningkatannya

    kurang dari 30 persen dari keuntungan awal; (2) peningkatan keuntungan

    usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50

     persen dari dari keuntungan awal; dan (3) peningkatan keuntungan usahatani

    tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari dari keuntungan awal.