bab ii pendekatan teoritis_ i11nre
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
1/19
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah social-
institution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata sosial untuk
istilah social-institution tersebut, yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang
mengatur perilaku warga masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Koentjaraningrat (1979), bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan
dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Hal berbeda
Sumner dalam Soekanto (2001) melihat kelembagaan masyarakat dari sudut
kebudayaan yang diartikan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan
kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.
Istilah kelembagaan sampai saat ini, sering digunakan tidak hanya pada
sebuah kelembagaan yang memiliki arti institusi atau sistem tata kelakuan.
Namun juga diartikan sebagai suatu organisasi yaitu wadah dimana anggotanya
dapat berinteraksi, memiliki tata aturan dalam beraktifitas untuk mencapai tujuan
bersama. Hal ini menyebabkan banyak kerancuan yang terjadi dalam mengartikan
kelembagaan, yang berarti institusi maupun organisasi. Hal ini sebenarnya telah
dijelaskan oleh Uphoff dalam Nasdian (2003) yang menjelaskan secara terinci
mengenai makna keduanya sebagai berikut:
“…Kelembagaan dapat sekaligus berwujud organisasi dan
sebaliknya. Tetapi, jelas bahwa kelembagaan adalah
seperangkat norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke
waktu dengan memenuhi kebutuhan kolektif, sedangkan
organisasi adalah struktur dari peran-peran yang diakui dan
diterima. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
dinyatakan bahwa ada dua persepktif tentang kelembagaan
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
2/19
7
sosial. Pertama, suatu perspektif yaitu memandang baik
kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial,
yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya kelembagaan
bersifat lebih universal dan penting, sedangkan asosiasi bersifat
kurang penting dan bertujuan lebih spesifik… Kedua, perspektif yang memandang kelembagaan sebagai kompleks
peraturan dan peranan sosial secara abstrak, dan memandang
asosiasi-asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi yang
konkrit.”
Kelembagaan menurut Agus Pakpahan dalam Syahyuti (2006) adalah
software dan organisasi adalah hardware –nya dalam suatu bentuk group sosial. Ia
menganalisis kelembagaan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadapsumber daya. Suradisastra (2001) menyatakan bahwa fungsi organisasi dan
lembaga lokal antara lain adalah: (a) mengorganisisr dan memobilisasi
sumberdaya; (b) membimbing stakeholder pembangunan dalam membuka akses
ke sumberdaya produksi; (c) membantu meningkatkan sustainability pemanfaatan
sumberdaya alam; (d) menyiapkan infrastruktur sosial di tingkat lokal; (e)
mempengaruhi lembaga-lembaga politis; (f) membantu menjalin hubungan antara
petani, penyuluh dan peneliti lapang; (g) meningkatkan akses ke sumber
informasi; (h) meningkatkan kohesi sosial; (i) membantu mengembangkan sikap
dan tindakan kooperatif.
Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa lembaga-lembaga yang ada dalam
sektor pertanian dan pedesaan sudah mengalami berbagai zaman sehingga banyak
lembaga-lembaga yang sudah lenyap tetapi timbul juga lembaga-lembaga baru
yang sesuai dengan iklim pembangunan pertanian dan pedesaan. Secara
konseptual, Syahyuti (2006) menyebutkan bahwa tiap kelembagaan petani yang
dibentuk dapat memainkan peran tunggal atau ganda. Peran-peran yang dapat
dilakukan oleh kelembagaan petani yaitu sebagai lembaga pengelolaan
sumberdaya alam, sebagai penggiat aktivitas kolektif, sebagai unit usaha, sebagai
penyedia kebutuhan informasi dan sebagai wadah yang merepresentatifkan
kegiatan politik.
Kelompok tani adalah salah satu kelembagaan pertanian yang memiliki
peranan untuk mengembangkan unit usaha secara bersama. Menurut Mardikanto
(1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
3/19
8
yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna yang terikat secara
informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak
tani. Menurut Deptan (2007) kelompok tani adalah sekumpulan
petani/peternak/perkebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial ekonomi, sumber daya) keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usahanya.
Kelompok tani sebagai salah satu kelembagaan pertanian di pedesaan yang
ditumbuhkembangkan "dari, oleh dan untuk petani". Karakteristik dari kelompok
tani yaitu memiliki ciri (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara
sesama anggota, (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusaha tani, (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,
hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan
dan ekologi, (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama. Selain itu, kelompok tani juga memiliki
beberapa unsur yang dapat mengikat antara sesama anggotanya yaitu (1) adanya
kepentingan yang sama diantara para anggotanya, (2) adanya kawasan usaha tani
yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya, (3) adanya
kader tani yang terdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya, (4) adanya kegiatan yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya,
(5) adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan.
Eksistensi kelembagaan kelompok tani tersebut, menjadi gejala yang
sangat penting untuk dikaji. Hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan petani berlangsung dalam kehidupan kelompok tersebut. Namun posisi dan peran
kelompok tani dalam kondisi lemah (powerless), bahkan kelompok tani dengan
mudah dilakukan eksploitasi oleh pihak lain.
Dalam pengembangan kelompok usaha bersama, kelembagaan kelompok
tani perlu dilakukan penguatan kelembagaan agar dapat berperan dan berfungsi
menjadi kelembagaan kooperatif dan produktif yaitu (1) kelompok tani dapat
membantu pengadaan sumberdaya finansial (modal) bagi anggota kelompok
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
4/19
9
dalam mengembangkan usaha-usaha produktif; (2) kelompok tani sebagai
lembaga usaha-usaha produktif dan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan
kerja dan usaha ditingkat kelompok; (3) kelompok tani sebagai lembaga ekonomi
di tingkat kelompok; dan (4) kelompok tani sebagai unit usaha (enterprise) di
tingkat kelompok.
2.1.2 Konsep Peranan
Peranan atau role adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan seseorang
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa saja yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya
sebuah peranan adalah karena peranan mengatur perilaku seseorang. Soekanto
(2001) mengidentifikasikan hubungan-hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam
masyarakat.
Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan juga lebih
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Oleh karena
itu, menurut Levinson sebagaimana dikutip Soekanto (2001) menyatakan, bahwa
peranan setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: (1) peranan meliputi norma-norma
yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Peranan dalam arti ini adalah rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) peranan adalah suatu konsep
tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi; (3) peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peranan kelompok tani dalam hal ini berarti fungsi, penyesuaian diri dan
proses dari suatu kelompok tani, untuk memenuhi kebutuhan dari anggotanya.
Untuk memenuhi kebutuhan dari kelompok tani yang dinaungi oleh suatu
kelompok tani, maka kelompok tani tersebut harus berperilaku sesuai dengan
fungsi yang diharapkan, dalam hal ini juga sesuai dengan status/kedudukan
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
5/19
10
kelompok tani tersebut dan di dalamnya mengandung berbagai norma yang
mengatur. Fungsi dari kelompok tani itu sendiri meliputi:
1.
Kelas belajar; kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
(PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha
tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah
serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Wahana kerjasama; kelompok tani merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani
dan antara kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama
ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
3.
Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit
pengolahan dan pemasaran, adalah usaha tani yang dilaksanakan
secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang
dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi baik dari kualitas
maupun kuantitas.
4.
Unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai
lembaga lain guna memajukan kegiatan kelompok.
Sebagai suatu unit usaha, kelompok tani diharapkan dapat menjalankan
proses-proses dalam kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi, kegiatan
konsumsi dan kegiatan distribusi. Lipsey (1991) menguraikan ketiga kegiatan
ekonomi tersebut sebagai berikut:
1. Kegiatan produksi ialah kemampuan setiap masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya selalui dibatasi oleh sumber-sumber ekonomiyang menjadi penentu realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi
yang disebut juga sebagai faktor-faktor produksi, dengan jumlah yang
terbatas. Ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber
daya kapital, atau barang-barang modal, serta kewirausahaan
(entrepreneurship).
2. Kegiatan konsumsi ialah kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan. Barang dan jasa tersebut dihasilkan oleh proses
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
6/19
11
produksi (yang disebut juga komoditas). Kegiatan konsumsi dan
produksi menghasilkan gaya tarik menarik yang akhirnya membentuk
mekanisme harga, dimana harga terbentuk berdasarkan gaya tarik
konsumen yang menguat atau menurun. Gaya tarik yang menguat,
artinya konsumen membutuhkan komoditas dalam jumlah yang lebih
menyebabkan naiknya harga, dan sebaliknya, melemahnya gaya tarik
konsumen, dalam arti turunnya permintaan konsumen akan
menyebabkan penurunan harga. Penggunanaan barang-barang modal
dalam proses produksi akan menaikkan produktivitas, dan semakin
banyak barang-barang modal yang dipergunakan, maka semakin tinggi
produktivitas dari kegiatan produksi. Barang-barang modal di dalam
masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tidak
mengkonsumsikan seluruh pendapatan yang diperolehnya untuk
kegiatan konsumtif, melainkan dialokasikan bagi penambahan stok
barang-barang modal. Inilah yang merupakan peran kegiatan konsumsi
dari kelompok tani, dimana kegiatan ini mampu meningkatkan alokasi
pendapatan kearah akumulasi barang-barang modal. Bukan hanya
pendapatan dalam wujud finansial, tetapi juga faktor-faktor produktif
yang didapat dari berputarnya roda organisasi, seperti halnya fasilitas
yang didapat dari berbagai pihak.
3. Kegiatan distribusi ialah suatu mekanisme yang menentukan gaya tarik
menarik antara kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan ini
mengarahkan agar komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi
secara wajar dapat dinikmati oleh kegiatan konsumsi sesuai dengan
pendapatan. Jadi kegiatan distribusi secara makro erat kaitannyadengan mekanisme harga. Peran kegiatan distribusi dalam hal ini dapat
disimpulkan sebagai peran dalam memperlancar sampainya berbagai
komoditas hasil kegiatan produksi, dengan menguasai serba-serbi
pasar sebagai tempat bertemunya kegiatan produksi dan kegiatan
konsumsi.
Kelompok tani sebagai suatu lembaga pertanian di tingkat desa dapat juga
dilihat peranannya tidak lepas dari bagaimana lembaga itu berjalan. Suatu
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
7/19
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
8/19
13
tujuh indikator yaitu terdapat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
kelompok, pertemuan kelompok, rencana kerja, pembukuan, akumulasi modal,
pengembangan jaringan kerja dan pelaksanaan kegiatan pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan. Dalam penelitian ini untuk mengukur keragaan dalam
kelompok tani dapat dilihat melalui tingkat kelengkapan fasilitas yang
dimilikinya, jaringan kerja yang dimiliki kelompok tani dan pelaksanaan kegiatan
yang terdapat pada kelompok tani tersebut.
2.2 Kerangka Pemikiran
Merujuk pada Agus Pakpahan dalam Syahyuti (2006) kelembagaan
dianalisis sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya.
Kelembagaan kelompok tani merupakan kelembagaan pertanian yang ada di
wilayah pedesaan. Kelembagaan kelompok tani sebagai suatu sistem organisasi
dan kontrol terhadap sumber daya pertanian, diharapkan dapat berperan sesuai
fungsi dan tujuan dibentuknya kelembagaan tersebut.
Peran kelembagaan kelompok tani merujuk pada konsep peranan menurut
Levinson yang dikutip oleh Soekanto (2001). Peran kelembagaan kelompok tani
di sini lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu prosesuntuk memenuhi kebutuhan anggotanya, yang akan mendorong mengembangkan
usahatani yang dijalankan anggotanya. Sehingga dapat dikatakan keberperanan
suatu kelembagaan kelompok tani dapat terlihat bila kelembagaan kelompok tani
tersebut telah menjalankan fungsinya.
Fungsi dari kelembagaan kelompok tani sendiri telah dijabarkan oleh
Departemen Pertanian yaitu sebagai suatu kelas belajar bagi petani; sebagai
wahana kerjasama petani dengan sesama petani dalam kelompok tani dan wahanakerjasama antara kelompok tani serta pihak lainnya; sebagai unit penyedia sarana
dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran; serta
sebagai unit jasa penunjang yang memudahkan akses petani kepada lembaga-
lembaga yang dapat mendukung kegiatan pertaniannya. Keempat fungsi yang
telah dijabarkan tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga fungsi pokok
kelembagaan kelompok tani yaitu sebagai lembaga pelaksana kegiatan kelompok,
lembaga penyedia fasiitas serta lembaga pembuka jaringan kerja bagi anggotanya.
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
9/19
14
Ketiga fungsi pokok dari kelembagaan kelompok tani tersebut diharapkan
dapat mendorong dalam pengorganisasian pada ketiga kegiatan ekonomi yang
dipaparkan oleh Lipsey (1991) yaitu pengorganisasian pada kegiatan produksi
anggotanya, pengorganisasian kegiatan distribusi hasil produksi pertanian yang
lebih menguntungkan bagi anggota, serta pengorganisasian kegiatan konsumsi
sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota.
Sebagai lembaga pelaksana kegiatan kelompok. Kelompok tani dapat
mendorong meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri petani
anggota. Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri petani akan
memotivasi petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya. Sebagai lembaga
penyedia fasilitas, kelompok tani juga dapat mendorong anggotanya untuk
mengembangkan usahataninya dengan cara melakukan diversifikasi tanaman yang
menguntungkan, penggunaan teknologi pertanian yang lebih efisien, serta
penggelolaan sumberdaya finansial yang lebih efisien. Hal ini tentu saja akan
meningkatkan hasil produksi pertanian serta keuntungan yang akan di dapatkan
petani.
Fungsi kelembagaan kelompok tani yang lain yaitu lembaga pembuka
jaringan kerja bagi anggotanya, diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar
petani dengan akses kepada lembaga-lembaga lainnya. Meningkatnya posisi tawar
petani salah satunya akan meningkatkan kebebasan petani untuk memilih
distribusi pemasaran hasil produksi yang lebih menguntungkan.
Fungsi dari kelembagaan kelompok tani itu sendiri tentu dapat berjalan
apabila keragaan dari kelembagaan kelompok tersebut sudah berjalan dengan
baik. Sesuai dengan ketiga fungsi pokok kelembagaan kelompok tani yang telah
dipaparkan diatas. Keragaan kelembagaan kelompok tani yang dilihat dalam penelitian ini terfokus pada tiga hal yaitu, tingkat kelengkapan fasilitas yang
dimiliki kelembagaan kelompok tani, kegiatan kelompok yang berjalan serta
jaringan kerja yang terjalin antara kelembagaan kelompok tani dengan lembaga
penunjang.
Fokus subjek penelitian ini yaitu petani anggota kelompok tani serta petani
non anggota kelompok tani untuk membandingkan pengembangan usaha
pertaniannya yang dibantu dengan dorongan fasilitas, jaringan kerja dan kegiatan
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
10/19
15
kelompok dalam kegiatan ekonominya. Sehingga penelitian ini dapat
membuktikan seberapa jauh hubungan antara keragaan dari suatu kelembagaan
kelompok tani dapat meningkatkan peranannya bagi petani anggota sehingga pada
akhirnya dapat mendorong pengembangan usahatani yang dijalankan petani
anggotanya, yang dapat dilihat pada Gambar 1.
2.3 Hipotesis Penelitian
Dari kerangka pemikiran di atas, akan dianalisa hipotesa yang merupakan
hipotesa pokok dan hipotesa uji. Hipotesa pokok, yaitu:
1. Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelompok tani dengan
peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian kegiatan
produksi, kegiatan distribusi dan kegiatan konsumsi produktif anggota.
2.
Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani
dalam pengorganisasian kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan
kegiatan konsumsi produktif anggota dengan pengembangan usahatani
anggotanya.
Berdasarkan hipotesa pokok tersebut diatas, dibuat beberapa hipotesis uji
sebagai berikut:
1.
Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani
dalam pengorganisasian kegiatan produksi pertanian anggota dengan
pengembangan usaha tani anggotanya.
2. Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani
dalam pengorganisasian kegiatan distribusi hasil pertanian anggota
dengan pengembangan usaha tani anggotanya.
3.
Diduga terdapat hubungan antara peran kelembagaan kelompok tanidalam pengorganisasian kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang
lebih produktif bagi anggota dengan pengembangan usaha tani
anggotanya.
4. Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok
tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian
kegiatan produksi pertanian anggotanya.
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
11/19
16
Keragaan Kelompok tani
• Tingkat Ketersediaan Fasilitas
• Ketersediaan Jaringan kerja
• Pelaksanaan Kegiatan kelompok
Keterangan:
Ada hubungan dan diuji secara statistik
Pengembangan Usahatani Anggota
• Diversifikasi usahatani
• Peningkatan Produktivitas
Pertanian (Rp/luas lahan)
• Peningkatan Modal Usaha
• Peningkatan Keuntungan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Pengorganisasian
Kegiatan Produksi
(input sarana
pertanian, modal,
kegiatan
pembinaan bagi
petani)
Pengorganisasian
kegiatan
konsumsi
sumerdaya
finansial bagi
kegiatan
produktif
(PKK/PKP)
Pengorganisasian
kegiatan
distribusi
(kepastian harga
bagi petani dan
alternatif saluran
pemasaran)
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
12/19
17
5. Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok
tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian
kegiatan distribusi hasil pertanian anggotanya.
6.
Diduga terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok
tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam pengorganisasian
kegiatan konsumsi sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi
anggota dengan pengembangan usaha tani anggotanya.
2.4 Definisi Operasional
2.4.1 Keragaan Kelompok Tani
Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu
lembaga, dalam menjalankan kerjanya berdasarkan komponen-komponen yang
dimilikinya. Keragaan kelompok tani diukur dengan menggunakan indikator
tingkat kelengkapan fasilitas, ketersediaan jaringan kerja pada kelembagaan
kelompok tani dan frekuensi pelaksanaan kegiatan kelompok. Dari ketiga
indikator tersebut kemudian dapat dikategorikan menjadi keragaan kelembagaan
kelompok tani rendah dengan skor (3 - 4), keragaan kelembagaan kelompok tani
sedang dengan skor (5 - 6), dan keragaan kelembagaan kelompok tani tinggi
dengan skor (7 - 9). Selang skor ditentukan dengan menggunakan rataan skor dari
hasil pengkategorian yang telah dilakukan pada ketiga indikator yang telah
disebutkan diatas.
Fasilitas adalah penampilan dari ketersediaan kelompok tani akan sarana
dan prasarana untuk kepentingan anggota dan kelompok. Fasilitas yang ada dalam
kelompok tani dilihat melalui kelengkapan kelompok yang dijelaskan oleh Badan
Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009). Tingkat
kelengkapan fasilitas kelompok tani dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat,
yaitu: (1) Tidak memadai, (2) cukup memadai dan (3) sangat memadai.
Pengkategorian tingkat kelengkapan fasilitas kelompok tani tersebut
ditentukan sendiri oleh responden berdasarkan fasilitas yang telah ada di
kelompok tani selama ini dibandingkan dengan fasilitas yang seharusnya tersedia
pada kelompok tani.
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
13/19
18
Jaringan kerja adalah penampilan dari kerjasama yang terjalin antara
kelompok tani dengan pihak luar yang dapat membantu keberlangsungan
kelompok dan kepentingan anggota. Hal ini dapat dilihat melalui kerjasama
dengan lembaga penyediaan saprotan, lembaga penyediaan modal, lembaga
pengolahan hasil produksi, lembaga pemasaran, lembaga penyediaan informasi
teknologi, dan lembaga penyediaan informasi pasar. Setiap pernyataan YA diberi
skor dua (2), sedangkan setiap pernyataan TIDAK diberi skor satu (1).
Untuk sifat dari kerjasamanya diberi skor satu (1) apabila tidak terjadi
kerjasama, skor dua (2) apabila sifatnya hanya insidental/bantuan sesekali, serta
diberi skor tiga (3) apabila sifatnya kemitraan/kolaborasi. Sehingga dapat
dikategorikan menjadi,
1. jaringan kerja belum terjalin dengan baik, skor (18 - 21)
2.
jaringan kerja sudah cukup terjalin dengan baik, skor (22 – 25)
3. jaringan kerja telah terjalin dengan sangat baik, skor (26 – 27)
Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari 12 pertanyaan yang
diberikan kepada responden.
Kegiatan kelompok adalah penampilan kelompok tani dalam menjalankan
rencana kerja kelompok yang telah disusun secara musyawarah dengan anggota
kelompok. Sehingga dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu
1.
kegiatan kelompok tidak berjalan, skor (6 – 8)
2. kegiatan kelompok cukup berjalan, skor (9 – 10)
3. kegiatan kelompok berjalan dengan baik, skor (11 – 12)
Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari lima pertanyaan yang
diberikan kepada responden.
2.4.2 Peranan Kelembagaan Kelompok Tani
Peranan kelembagaan kelompok adalah fungsi dari kelembagaan
kelompok tani dalam memenuhi kepentingan anggotanya. Fungsi kelembagaan
kelompok tani hanya difokuskan pada unsur sebagai unit usaha, yang merupakan
tujuan dari berdirinya kelompok tani Sauyunan. Fungsi sebagai unit usaha dapat
dilihat melalui tiga hal, yaitu pengorganisasian pada kegiatan produksi
anggotanya, pengorganisasian kegiatan distribusi hasil produksi pertanian yang
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
14/19
19
lebih menguntungkan bagi anggota, serta pengorganisasian kegiatan konsumsi
sumberdaya finansial yang lebih produktif bagi anggota.
2.4.2.1
Pengorganisasian Kegiatan Produksi
Pengorganisasian kegiatan produksi adalah fungsi kelompok tani yang
dapat dilihat dari pengorganisasian input sarana pertanian, bantuan modal bagi
petani anggota serta kegiatan pembinaan bagi petani.
Pengorganisasian input sarana pertanian adalah peranan kelembagaan
kelompok tani dalam mendorong peningkatan jumlah luasan lahan yang digarap
oleh petani anggota, bantuan pupuk serta bibit yang didapatkan petani anggota
melalui kelembagaan kelompok tani. Pengorganisasian kegiatan produksi
pertanian petani anggota juga dapat berjalan baik, apabila petani anggota
mendapatkan bantuan modal bagi pengembangan usahataninya. Selain itu juga
dengan frekuensi pelaksanaan kegiatan pembinaan yang difasilitasi kelembagaan
kelompok tani bagi petani anggotanya. Kegiatan pembinaan pada variabel ini,
dapat diukur melalui peningkatan keterampilan dari petani anggota berdasarkan
hasil kegiatan pembinaan tersebut.
Pengorganisasian kegiatan produksi kelembagaan kelompok tani bagi
petani anggota dapat diturunkan menjadi tiga kategori yaitu: (1) pengorganisasian
kegiatan produksi rendah dengan skor (4 - 5), (2) pengorganisasian kegiatan
produksi sedang dengan skor (6 - 7), serta (3) pengorganisasian kegiatan produksi
tinggi dengan skor (8 - 9).
Pengkategorian selang skor pengorganisasian kegiatan produksi
kelembagaan kelompok tani bagi petani anggota didapatkan berdasarkan hasil
rataan skor dari empat jawaban pertanyaan yang diajukan kepada responden.Keempat pertanyaan yang diajukan tersebut merupakan turunan dari tiga indikator
yang telah dijelaskan diatas yaitu pengorganisasian input sarana pertanian,
bantuan modal bagi petani anggota serta kegiatan pembinaan bagi petani.
2.4.2.2 Pengorganisasian Kegiatan Distribusi
Pengorganisasian kegiatan distribusi ialah fungsi kelompok tani dalam
memberikan kekuatan petani anggota dalam memilih alternatif pemasaran hasil
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
15/19
20
produksi pertanian yang menguntungkan serta kepastian harga bagi petani
anggota. Alternatif pemasaran hasil produksi pertanian bagi petani anggota ialah
kemampuan petani anggota untuk dapat memilih sendiri saluran pemasaran hasil
produksi pertanian yang menurut mereka memiliki keuntungan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil survai awal yang dilakukan peneliti sebelumnya, saluran
pemasaran hasil produksi pertanian yang umum terdapat di Desa Iwul ialah
melalui tengkulak, menjual langsung ke pasar serta disalurkan bersama melalui
kelompok tani. Sedangkan kepastian harga hasil produksi pertanian ialah
informasi harga hasil produksi pertanian yang didapatkan oleh petani. Kepastian
harga hasil produksi pertanian juga memperlihatkan pada kemungkinan petani
untuk dapat menentukan harga hasil produksi pertaniannya sendiri.
Pengorganisasian kegiatan distribusi dapat diturunkan menjadi tiga
kategori yaitu pengorganisasian kegiatan distribusi rendah apabila memiliki skor
(6 – 8), pengorganisasian kegiatan distribusi sedang apabila memiliki skor
(9 – 11) dan pengorganisasian kegiatan distribusi tinggi apabila memiliki skor
(12 – 13). Pengkategorian tersebut berdasarkan hasil rataan skor dari lima
pertanyaan yang diberikan kepada responden.
2.4.2.3 Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi
Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi adalah peran kelembagaan
kelompok tani dalam membina anggotanya untuk memperhitungkan anggaran
dalam rumah tangga untuk disisihkan dengan anggaran untuk kegiatan yang lebih
produktif, seperti tabungan, investasi dan penyisihan modal. Hal ini dapat dilihat
melalui pengeluaran rumah tangga dari anggota kelompok tani.
Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkanuntuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari
pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk bukan pangan yang dinyatakan
dalam rupiah per tahun, dari pengeluaran non pangan tersebut dilihat pula
pengeluaran yang sifatnya lebih produktif dengan melihat adanya tabungan,
penyisihan untuk modal dan investasi. Kemudian pengeluaran untuk pangan dan
non pangan yang sifatnya konsumtif dikategorikan sebagai pengeluaran konsumtif
sedangan pengeluaran non pangan dalam hal tabungan, penyisihan untuk modal
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
16/19
21
dan investasi dikategorikan sebagai pengeluaran produktif. Untuk mengukur
kengorganisasian kegiatan konsumsi produktif ialah dengan membandingkan
pengeluaran konsumtif dengan pengeluaran produktif. Pengorganisasian kegiatan
konsumsi produktif dapat diturunkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif rendah apabila kurang
dari 15 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran
produktif;
2. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif sedang apabila antara 15
persen hingga kurang dari 30 persen total pengeluaran rumah tangga
untuk pengeluaran produktif;
3. pengorganisasian kegiatan konsumsi produktif tinggi apabila lebih dari
30 persen total pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran produktif.
Untuk mempertajam analisis dalam menghubungkan peranan kelembagaan
kelompok tani dalam mendorong petani anggota untuk meningkatkan konsumsi
produktifnya, maka perlu untuk melihat bagaimana tingkat pendapatan yang
diterima anggota selama satu tahun serta kontribusi pendapatan pada sektor
pertanian dibandingkan pendapatan yang diterima dari sektor non pertanian.
Tingkat pendapatan adalah tingkat pendapatan total yang diterima oleh
anggota yang berasal baik dari usaha pokok maupun usaha sampingan.
Pendapatan yang diukur adalah pendapatan anggota selama setahun (November
2009 – November 2010). Tingkat pendapatan diukur berdasarkan penerimaan
uang total anggota baik dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.
Tingkat pendapatan dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) kategori, yaitu:
1. Tingkat pendapatan rendah, apabila kurang dari Rp5.000.000;
2.
Tingkat pendapatan sedang, apabila berkisar antara Rp5.000.000hingga Rp15.000.000;
3. Tngkat pendapatan tinggi, apabila lebih besar atau sama dengan
Rp15.000.000.
Ukuran dalam setiap kategori diatas ditentukan berdasarkan survai awal yang
dilakukan peneliti kepada masyarakat Desa Iwul.
Kontribusi bagi pendapatan anggota yang dimaksud adalah seberapa besar
pendapatan/penghasilan yang didapat dari unit usaha yang ada di kelompok tani
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
17/19
22
Kontribusi pendapatan unit usaha = (T – A) x 100 %
T
dibandingkan dengan pendapatan/penghasilannya dari usaha lain dalam rumah
tangga anggota kelompok. Kontribusi sektor pertanian bagi pendapatan anggota
dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga
yaitu: (1) pendapatan anggota dari sektor pertanian rendah apabila pendapatan
sektor pertanian kurang dari 50 persen dari seluruh total pendapatan rumah
tangga; (2) pendapatan anggota dari sektor pertanian sedang apabila pendapatan
sektor pertanian berkisar antara 50 persen hingga 90 persen dari seluruh total
pendapatan rumah tangga; dan (3) pendapatan anggota dari sektor pertanian tinggi
apabila pendapatan sektor pertanian lebih besar atau sama dengan 90 persen dari
seluruh total pendapatan rumah tangga.
2.4.3 Pengembangan Usahatani Anggota
Pengembangan usatani anggota dapat terlihat melalui penerapan
diversifikasi usahatani yang dilakukan anggota, peningkatan produktivitas
pertanian (Rp/luas lahan), peningkatan modal usahatani serta peningkatan
keuntungan usahatani.
Penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan petani, merupakan
keberlanjutan hasil dari kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak luar kepada
petani anggota. Usahatani yang umum dilakukan di Desa Iwul ialah pertanian
palawija dengan jenis umbi-umbian seperti singkong dan ketela pohon, serta padi.
Diluar dari tanaman pangan tersebut, dinilai sebagai penerapan diversifikasi
tanaman yang dilakukan oleh petani. Penerapan diversifikasi usahatani dapat
diberi skor satu (1) apabila pada garapan usahatani petani tidak terdapat tanaman
baru yang diusahakan, diberi skor dua (2) apabila pada garapan usahatani petani
Keterangan:A= Total pendapatan dari sumber lainT = Total pendapatan dari seluruh sumber yang didapat responden.
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
18/19
23
Peningkatan hasil produksi = (Hasil Saat ini – Hasil Awal) x 100 %
Hasil Awal
terdapat tanaman baru yang diusahakan tetapi bukan diketahuinya dari kelompok
tani, dan diberi skor tiga (3) apabila pada garapan usahatani petani terdapat
tanaman baru yang diusahakan dan diketahuinya dari kelompok tani.
Peningkatan produktivitas pertanian dapat dilihat melalui peningkatan
hasil kegiatan usahatani petani anggota. Hasil kegiatan usahatani adalah besaran
yang menggambarkan banyaknya produk dari kegiatan usaha yang diusahakan
responden, diperoleh dalam satu luasan lahan dalam siklus produksi. Satuan hasil
biasanya adalah kilogram per m2. Namun berdasarkan hasil survai awal yang
dilakukan peneliti, hasil produksi pertanian di Desa Iwul sulit untuk diketahui
ukuran pastinya. Petani di desa ini kebanyakan menjual hasil produksi
pertaniannya dengan sistem borongan. Berdasarkan hasil survai awal tersebut
satuan hasil produksi pertanian pada penelitian ini diubah menjadi rupiah per luas
garapan. Peningkatan hasil produksi dapat dilihat dengan menggunakan
perhitungan dibawah ini:
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga
yaitu: (1) peningkatan hasil produksi rendah apabila peningkatannya kurang dari
30 persen dari hasil awal produksi; (2) peningkatan hasil produksi sedang apabila
peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari hasil awal
produksi; dan (3) peningkatan hasil produksi tinggi apabila peningkatannya lebih
dari 50 persen dari hasil awal produksi.
Peningkatan modal usahatani merupakan hasil dari peran kelembagaankelompok tani dalam meningkatkan modal usaha pada kegiatan usahatani
anggotanya. Peningkatan modal usahatani tersebut dapat berasal dari
pengakumulasian modal yang responden dapatkan dari hasil keuntungan
usahataninya dan juga berasal dari bantuan modal yang diusahakan kelembagaan
kelompok tani bagi anggotanya. Peningkatan modal usahatani dapat dilihat
dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:
-
8/18/2019 BAB II Pendekatan Teoritis_ I11nre
19/19
24
Peningkatan keuntungan = (Keuntungan Saat ini – keuntungan Awal) x 100%
Keuntungan Awal
Peningkatan modal = (Modal Saat ini – Modal Awal) x 100 %
Modal Awal
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga
yaitu: (1) peningkatan modal usahatani rendah apabila peningkatannya kurang
dari 30 persen dari modal awal; (2) peningkatan modal usahatani sedang apabila
peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari modal awal; dan
(3) peningkatan modal usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50
persen dari modal awal.
Peningkatan keuntungan usahatani adalah hasil dari harga jual yang
didapatkan responden dari hasil produksi pertaniannya dikurangi biaya
operasional seperti biaya pupuk, bibit, tenaga kerja, sewa alat, sewa lahan serta
biaya untuk pestisida. Peningkatan keuntungan usahatani dapat dilihat dengan
menggunakan perhitungan dibawah ini:
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga
yaitu: (1) peningkatan keuntungan usahatani rendah apabila peningkatannya
kurang dari 30 persen dari keuntungan awal; (2) peningkatan keuntungan
usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50
persen dari dari keuntungan awal; dan (3) peningkatan keuntungan usahatani
tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari dari keuntungan awal.