bab ii pengujian kekerasan sadatfahri kel 2 rev (autosaved) (1)
DESCRIPTION
metpis ubTRANSCRIPT
BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN
2.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui angka kekerasan suatu bahan
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan
3. Mengetahui salah satu cara pengukuran kekerasan
4. Mengetahui perubahan struktur pada setiap perlakuan
2.2 Definisi Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan suatu material untuk menahan beban berupa,
goresan, pantulan maupun penekanan atau identasi. Kekerasan menurut ilmu
metalurgi adalah kemampuan suatu material untuk tahan terhadap deformasi plastis.
Semakin keras suatu material maka material tersebut akan semakin sulit untuk
terdeformasi akibat dari beban penekan. Deformasi plastis sendiri adalah kegagalan
suatu material dalam menahan beban atau gaya yang di berikan dan bahan
mengalami perubahan bentuk secara permanen.
2.3 Pelaksanaan Pengujian
2.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Spesifikasi Alat yang Digunakan
a) Uji Kekerasan
1. Rockwell Type Hardness Tester
Merk : CV 600A
Indentor bola Rockwell : 1/16”
Indentor intan : 120°
Buatan : Jerman
Skala pembebanan : HRA = 588 N
HRB = 980 N
HRC = 1471 N
Rockwell Type Hardness Tester
Spesifikasi alat :
- Merk : CV 600A
- Indentor Bola Rockwell : 1/16”
- Indenton Intan : 120O
- Buatan : Jerman
- Skala pembebanan : HRA = 588 N
HRB = 980 N
HRC = 1471 N
Gambar 2.1 Rockwell Type Hardness TesterSumber :Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya
2. Centrifugal Sand Paper Machine
Merk : Saphir
Buatan : Jerman
Diameter : 15 cm
Putaran : 50-600 rpm
Gambar 2.2 Centrifugal Sand Paper MachineSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas
Brawijaya
b) Uji Mikrostruktur
1. Mikroskop Logam
Merk : Nikon
Buatan : Jepang
Pembesaran : 450 kali
Gambar 2.3 Mikroskop LogamSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin Universitas Brawijaya
2. Kamera
Digunakan untuk mengambil gambar.
Gambar 2.4 KameraSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin Universitas Brawijaya
3. Etsa
Digunakan untuk memperjelas struktur mikro spesimen. Etsa berupa
cairan kimia yang akan bereaksi dengan atom tertentu pada logam, terutama
atom-atom yang tidak stabil misalnya atom pada pengujian ini adalah nital,
yang merupakan campuran 1-5 ml white nitride acid dalam 100 ml
ethyl/methyl alcohol 95-100%. Nital akan menggelapkan pearlite,
menampakkan batas butir ferrite dan membedakan ferrite dan martensite.
Gambar 2.5 EtsaSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas
Brawijaya
4. Kertas Gosok
Digunakan untuk meratakan permukaan spesimen.
Gambar 2.6 Kertas GosokSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas
Brawijaya
5. Metal Polish
Digunakan untuk menghaluskan dan mengkilapkan permukaan
spesimen.
Gambar 2.7 Metal PolishSumbar : Laboratorium Pengujian Bahan Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
6. Kain flanel
Digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan spesimen dari
metal polish yang tersisa.
Gambar 2.8 Kain flanelSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas
Brawijaya
7. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi specimen
Gambar 2.9 Jangka SorongSumber : Laboratorium Pengujian Bahan Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas
Brawijaya
8. Penggaris
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen
Gambar 2.10 PenggarisSumber : Dokumentasi Pribadi
9. Bolpoint
Digunakan untuk mencatat data hasil percobaan
Gambar 2.11 BolpointSumber : Dokumentasi Pribadi
Komposisi Kimia Spesimen
- Spesimen : Baja ASSAB 760
- Komposisi Kimia : C = 0,5 %
Mn = 0,5 %
Si = 0,25 %
Pergeseran Titik Eutectoid
Tabel 2.1 Pergeseran Titik Eutectoid
Sumber : Dokumentasi pribadi
Perhitungan Pergeseran Titik Eutectoid
- Temperatur Eutectoid
T c=∑c=A
U
(TCx %C )
∑i=0
n
%C
No Logam Komposisi Suhu Eutectoid %C
1 Mn 0,5% 725 0,74
2 Si 0,25% 730 0,72
¿(725 x 0,74 )+(730 x0,72)
(0,74+0,72)
= 727,47 oC
- Kadar Karbon Eutectoid
%C=∑c=A
U
(TCx %C)
∑i=0
n
TC
¿(725 x 0,74 )+(730 x0,72)
(725+730)
= 0,729 %
Keterangan : Fe-Fe3C
Pergeseran titik Eutectoid
Gambar 2.12 Pegeseran Titik EutectoidSumber : Dokumentasi Pribadi
Bentuk dan Dimensi Spesimen
Skala : 1:1
Satuan : Millimeter
Gambar 2.13 Bentuk dan Dimensi Spesimen
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.3.2Prosedur Pengujian
a. Uji Kekerasan
1. Dilakukan proses Heat Treatment
2. Siapkan permukaan benda kerja :
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir
dan amplas kasar, sehingga kedua bidang permukaan
tersebut sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan centrifugal
sand paper machine sampai betul-betul rata, dan halus dan
siap diuji.
3. Siapkan perangkat uji kekerasan Rockwell C pada Universal
Hardness Tester :
A. Memasang bandul beban (1471 N)
B. Memasang indentor intan
C. Memasang benda kerja pada landasan
D. Atur tuas pada posisi Unloading
4. Putar turn wheel hingga benda kerja menyentuh pada indentor
sampai jarum besar pada skala C dan jarum kecil menjunjuk
pada titik berwarna merah. Jika terasa berat, jangan
dipaksakan tetapi harus diputar balik kemudian cek tuas
pembebanan dan diulangi.
5. Dorong tuas pembebanan ke arah loading secara perlahan-
lahan. Tunggu hingga jarum besar pada skala berhenti dengan
sendirinya.
6. Tunggu selama 10 detik dari saat berhentinya jarum,
kemudian gerakkan tuas ke unloading secara perlahan-lahan
sampai maksimal. Dengan naiknya tuas, jarum ikut berputar
searah putaran jarum jam sampai akhirnya berhenti.
7. Baca harga kekerasan HRC pada saat jarum telah berhenti.
Bacalah pada skala C yang berwarna hitam.
b. Uji Mikrostruktur
1. Permukaan spesimen yang akan difoto diratakan dan
dihaluskan dengan centrifugal sand paper machine.
2. Permukaan spesimen dihaluskan dengan metal polish dan
digosok dengan kain flanel sampai benar-benar mengkilap dan
halus.
3. Permukaan spesimen yang sudah mengkilap dibersihkan
dengan alkohol, kemudian ditetesi cairan etsa.
4. Spesimen diletakkan pada mikroskop logam, kemudian fokus
diatur sampai didapatkan gambar yang jelas dengan
perbesaran 450 kali.
5. Dilakukan pemotretan dengan kamera, kemudian hasilnya
dicucu dan dicetak.
2.4 Hipotesa
A. Uji Kekerasan
1. Heat Treatment dapat menyebabkan perubahan tingkat
kekerasan suatu material. Dalam pengujian kali ini perlakuan
yang diberikan pada material adalah hardening, tempering,
tanpa perlakuan, normalizing, dan annealing. Dari proses
tersebut dapat dijelaskan mulai tingkat kekerasan paling
tinggi ke rendah. Seperti penjelasan di bawah ini :
a) Hardening
Dapat diketahui bahwa perlakuan panas yang
diberikan pada suhu maksimum (austenite) dengan
maksimum dapat meningkatkan kekerasan, namun
memiliki tegangan dalam yang tinggi, distorsi yang tinggi
dan sifat yang rapuh.
b) Tempering
Dapat meningkatkan kekerasan yang hampir
mendekati hardening, namun tegangan dalamnya
berkurang. Oleh sebab itu material yang mendapat proses
martempering tidak akan mudah patah.
c) Tanpa Perlakuan
Spesimen tidak mengalami proses perlakuan panas
apapun.
d) Normalizing
Dapat menghaluskan butiran yang mengalami
pemanasan berlebih (overheated) dan menghilangkan
tegangan dalam yang memberikan sifat rapuh.
e) Annealing
Dapat meningkatkan keuletan material, tetapi
kekerasan material menurun
2. Proses pendinginan menggunakan viskositas media pendingin
yang rendah akan memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi
dibandingkan proses pendinginan menggunakan viskositas
media pendingin yang tinggi.
3. Suhu pemanasan yang semakin tinggi membuat material
lebih keras, karena semakin tinggi butiran atom yang
terbentuk daripada temperature atau suhu yang tidak
mencapai suhu austenite.
B. Uji Mikrostruktur
Dengan perlakuan panas yang diberikan pada suhu
maksimum (austenite) dengan holding yang relatif lama akan
menigkatkan kekerasan secara maksimum. Hal ini disebut
dengan banyaknya kandungan pearlite dan ferrite.Pada ciri fisik
didapatkan presentase pearlite lebih banyak dari ferrite.
2.5 Pengolahan Data
Data dan hasil perhitungannya disusun dalam bentuk tabel, masing-masing
untuk spesimen yang tanpa perlakuan panas dan dengan perlakuan panas.Selain data
tersebut, diambil pula hasil pengujian berupa kekerasan rata-rata untuk perlakuan
panas yang berbeda.Dari data-data tersebut dilakukan dua macam pengolahan data.
2.5.1 Analisa Mikrostruktur
a) Mikrostruktur Tanpa Perlakuan Panas
Gambar 2.14 Foto Mikrostruktur Tanpa Perlakuan
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
Pada foto mikrostruktur tanpa perlakuan panas dapat dilihat bahwa
terdapat persebaran struktur hitam dan putih yang tidak merata, Hal ini terjadi
dibeberapa titik konsentrasi hitam mupun putih yang mengelompok.
b) Mikrostruktur Dengan Perlakuan Panas
Gambar 2.14 Foto Mikrostruktur Perlakuan Hardening Air 800℃
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
Dari hasil foto mikrostruktur terlihat bahwa kandungan ferrite (putih)
lebih banyak di bandingkan pearlite (hitam) dimana berarti baja tersebut
termasuk baja karbon rendah. Pada perlakuan Hardening Air 800℃holding 20
menit, struktur yang terbentuk memiliki ukuran butir yang lebih seragam.
2.5.2 Data Kelompok
Dilakukan perbandingan nilai kekerasan sebelum dengan sesudah pemberian
perlakuan panas untuk menentukan ada tidaknya perubahan nilai kekerasan.Untuk itu
perlu digunakan pengujian dengan metode uji standart t.
a) Data Spesimen Tanpa Perlakuan Panas
Tabel 2.2 Data spesimen tanpa perlakuan panas
Tanpa Perlakuan
No. X [X-X ] [X-X ]2
1 19 -0,1 0,01
2 19,5 0,4 0,16
3 20 0,9 0,81
4 20 0,9 0,81
5 19 -0,1 0,01
6 19,5 0,4 0,16
7 18 -1,1 1,21
8 19 -0,1 0,01
9 19 -0,1 0,01
10 18 -1,1 1,21
Total 191 0 4,4
Kekerasan rata-rata
X=Σ xn
=19110
=19,1
Standart Deviasi
δ=√ Σ [x−x ]2
n−1=√ 4,4
9=0.69
Standar Deviasi Rata-Rata
δ= δ
√n=0,69
√10=0,22
db = n-1 = 10 – 1 = 9
dengan α = 5% maka nilai t Tabel → t (α/2 ; db) = t (0,025 ; 9) = ±2,26 interval
penduga kekerasan specimen tanpa perlakuan panas
x−{t (∝2 ; db)δ }<μ<x+{t (∝2 ;db)δ}19,1− {2,26 x 0,22 }<μ<19,1+ {2,26 x 0,22 }
18,6 < µ < 19,6
18,6 19,6 19,1
Grafik 2.1 Uji T pada Spesimen Tanpa Perlakuan
Jadi kekerasan spesimen rata-rata tanpa perlakuan panas berkisar antara 18,6
HRC sampai 19,6 HRC dengan tingkat keyakinan 95 %
b) Data Spesimen dengan Perlakuan Panas
Tabel 2.3 Data spesimen dengan perlakuan panas Hardening Air 800 oC
Tanpa Perlakuan
No. X [X-X ] [X-X ]2
1 58 -1,3 1,69
2 56 -3,3 10,89
3 60 0,7 0,49
4 59 -0,3 0,09
5 62 2,7 7,29
6 70 10,7 114,49
7 59 -0,3 0,09
8 61,5 2,2 4,84
9 54,5 -4,8 23,04
10 73 13,7 187,69
Total 593 2,26 35,06
Kekerasan rata-rata
X=Σ xn
=59310
=59,3
Standart Deviasi
δ=√ Σ [x−x ]2
n−1=√ 35,06
9=3,89
Standar Deviasi Rata-Rata
δ= δ
√n=3,89
√10=1,23
db = n-1 = 10 – 1 = 9
dengan α = 5% maka nilai t Tabel → t (α/2 ; db) = t (0,025 ; 9) = ±2,26 interval
penduga kekerasan specimen tanpa perlakuan panas
x−{t (∝2 ; db)δ }<μ<x+{t (∝2 ;db)δ}59,3− {2,26 x1,23 }<μ<59,3+ {2,26 x1,23 }
56.52< µ <62.07
Grafik 2.2 Uji T pada Spesimen Tanpa Perlakuan
56,52 62,07 59,3
Jadi kekerasan spesimen rata-rata tanpa perlakuan panas berkisar antara 56,52
% HRC sampai 62,07% HRC dengan tingkat keyakinan 95 %
c) Uji Beda Dua Rata-Rata
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kekerasan pada spesimen
tanpa perlakuan panas dan dengan perlakuan panas, dilakukan uji beda dua rata-
rata dengan uji standart t.
Hipotesa : Ho : μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan kekerasan antara spesimen tanpa
perlakuan dengan spesimen yang diberi perlakuan)
H1 : μ1 ≠ μ2 (terdapat perbedaan kekerasan antara spesimen tanpa
perlakuan dengan spesimen yang diberi perlakuan)
Digunakan pengujian dua arah dengan
α = 5% dan db = (n1 -1) + (n2 -1)
= (10-1) + (10-1) = 18
Maka nilai t Tabel → t (0,025;18) = ±2,101
Perhitungan thitung
t hitung=x1−x2
√ {( n1−1 ) xδ 12+(n2−1 ) x δ 2
2}n1+n2−2
x ( 1n1
+ 1n2
)
t hitung=19,1−59,3
√ {(10−1 ) x 0,692+(10−1 ) x1,5132}10+10−2
x ( 110
+ 110
)
t hitung=−40,2
√ 4,28+20,60218
x ( 210
)
t hitung=−40,20,526
=−76,42
Kedudukan thitung pada kurva distribusi t adalah sebagai berikut
Grafik 2.3 thitung pada Distribusi Uji T
Dari kurva uji t diketahui bahwa t hitung terletak di daerah tolak, berarti
terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata kekerasan spesimen tanpa perlakuan
panas dan spesimen dengan perlakuan panas.
Analisa Varian Dua Arah
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pemanasan waktu holding dan
kombinasi keduanya terhadap kekerasan spesimen
Hipotesa :
H01 : α1 = α2 ( perlakuan panas tidak berpengaruh)
H11 : α1 ≠ α2 ( perlakuan panas berpengaruh)
H02 : β1 = β2 ( suhu tidak berpengaruh)
H12 : β1 ≠ β2 ( suhu berpengaruh)
H03 : (αβ)1 = (αβ)2 ( perlakuan panas dan suhu tidak berpengaruh)
H13 : (αβ)1 ≠ (αβ)2 ( perlakuan panas dan suhu berpengaruh)
Perulangan (z) = 5 kali
Banyaknya data(n) = 20
Banyaknya data tiap kolom (u) = 10
-76,42
Banyaknya data tiap baris (v) = 10
Banyaknya variasi holding (x) = 2
Banyaknya variasi heating (y) = 2
Tabel 2.4 Analisa Varian Dua Arah
Fak
tor
Per
lak
uan
Faktor Suhu
Hardening
Air
Suhu 800oC Suhu 850oC Σ
58
56
60
59
62
74,9
74,1
74,8
75
74,9
Σ 295 373,7 668.7
Tempering
55
55,5
54
53
54,5
50
51,9
51,2
52
52,1
Σ 272 257,2 529,2
Σtot 567 630.9 1197,9
- FK = (Ʃn)2
n=
(1197,7 )2
20=71640,45
- JKT = ( a2+ b2+c2+ …+t2) - FK
= (582+ 562+ 602+ 592+ 622+ 702+ 592+ 61,52+ 54,52+ 732+
552+ 55,52+ 542+ 542+ 532+ 54,52+ 54,12+ 552+ 54,52+ 552)
– 71640,45
= 67605,31 - 71640,45
= -4035,14
- JKA = {(ƩGaris 1)
2+{(ƩGaris 2)2}
Y . Z−FK
¿{(668,7)2+{(529,2)2}
10−71640,45
¿72721,23−71640,45
¿1080,78
- JKB={(ƩKolom 1)
2+{(ƩKolom 2)2 }
X . Z−FK
¿{(567 )2+{(630.9)2 }
10−71640,45
¿71952,38−71640,45
= 311,93
- JKP={(Ʃ1)
2+{(Ʃ2)2+(Ʃ3)
2+{(Ʃ4)2 }
Z−FK
¿{(295)2+(373,7)2+(272)2+(257,2)2}
5−71640,45
¿73362,5−71640,45
= 1722,05
- JKAB= JKP - JKA - JKB
= 1722,05 – 1080,78 – 311,93
= 329,34
- JKG = JKT - JKA - JKB - JKAB
= -4035,14– 1080,78 – 311,93– 329,34
= -5757,19
Dimana :
FK : Frekuensi Komulatif
JKT :Jangkauan Kuartil Tengah
JKA :Jangkauan Kuartil Atas
JKB :Jangkauan Kuartil Bawah
JKP :Jangkauan Kuartil Tengah
JKG :Jangkauan Kuartil Galat
F Tabel dengan α = 5% → F (α, v1 ,v1)
F1Tabel = v1= (x-1) = (2-1) = 1
V2= (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F1Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49
F2Tabel = v1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49
F2Tabel = v1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2 Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49
Tabel 2.5 Analisa Varian
Sumber
KeragamanDb JK KT Fhitung
Pengaruh A
(Perlakuan)
(x-1)
= 2-1
= 1
JKA =
1080,78
12 = JKA/(x-1)
=1080,78/1
= 1080,78
F1 = 12/ 2
= 1080,78/−359,8
= -3.003
F2= 22/ 2
=311,93
/-359,8
= -0,87
F3= 32/ 2
= 329,34 / -359,8
= -0,91
PengaruhB
(heating)
(y-1)
= 2-1
= 1
JKB =
311,93
22 = JKB/(y-1)
= 311,93/1
= 311,93
Pengaruh
A & B
(Perlakuan &
heating)
(x-1)(y-1)
= (2-1)(2-1)
= 1
JKAB =
329,34
32 = JKAB/(x-1)(y-
1)
= 329,34/1
= 329,34
Galat
xy(z-1)
= 2x2x(5-1)
= 16
JKG =
-5757,19
2 = JKG/(x.y) (z-1)
= -5757,19 / 16
= -359,8
Jumlah () 19 -4035,14
Hasil Analisa
F1 hitung > F1 Tabel = -3.003¿16
Keterangan :
Variasi Media pendingin (perlakuan) yang diberikan pada spesimen berpengaruh
pada kekerasan, hal ini sesuai dengan hipotesis H01 : α1 ≠ α2 (media pendingin tidak
berpengaruh)
F2 hitung < F2 Tabel = -0,87< 16
Keterangan :
Variasi heating yang diberikan pada spesimen berpengaruh pada kekerasan, hal ini
sesuai dengan hipotesis H12 : β1 ≠ β2 (heating berpengaruh)
F3 hitung < F3 Tabel = -0,91 < 4,49
Keterangan :
Variasi Media pendingin (perlakuan) dan heating yang diberikan pada spesimen
berpengaruh pada kekerasan, hal ini sesuai dengan hipotesa H13 : (αβ)1 ≠ (αβ)2
2.5.1 Data Antar Kelompok
Tabel 2.6 Data Kekerasan Hardening Air 800oC
Hardening Air 800oC
No. Kekerasan (HRC)
1 58
2 56
3 60
4 59
5 62
6 70
7 59
8 61.5
9 54.5
10 54.5
X 59.45
Tabel 2.7 Data Kekerasan Hardening Air Garam 800oC
Hardening Air Garam 800oC
No. Kekerasan (HRC)
1 73
2 73.1
3 71.9
4 70.5
5 73.2
6 73.1
7 73.2
8 73.9
9 74.1
10 60
X 71.6
Tabel 2.8 Data Kekerasan Hardening Oli 800oC
Hardening Oli 800oC
No. Kekerasan (HRC)
1 46.8
2 46
3 47.7
4 46.8
5 45.7
6 45.3
7 47
8 47.8
9 47.5
10 45
X 46.56
Tabel 2.9 Data Kekerasan Tanpa Perlakuan
Tanpa Perlakuan
No. Kekerasan (HRC)
1 19
2 19,5
3 20
4 20
5 19
6 19,5
7 18
8 19
9 19
10 18
X 19,1
Tabel 2.10 Data Kekerasan Tempering 800oC
Tempering 800oC
No. Kekerasan (HRC)
1 55
2 55.5
3 54
4 54
5 53
6 54.5
7 54.1
8 55
9 54.5
10 55
X 54.45
Tabel 2.11 Data Kekerasan Annealing 800oC
Annealing 800oC
No. Kekerasan (HRC)
1 30
2 29.8
3 30.1
4 30.1
5 29.9
6 30.1
7 29.5
8 28.5
9 28.5
10 29.3
X 26.73
Tabel 2.12 Data Kekerasan Rata-rata
No PerlakuanKekerasan Rata - Rata
(HRC)
1 Hardening Air 800oC 59.45
2 Hardening Air Garam 800oC 71.6
3 Hardening Oli 800oC 46.56
4 Tanpa Perlakuan 19,1
5 Tempering 800oC 54.45
6 Annealing 800oC 26.73
2.6 Pembahasan
Perbandingan Data Kelompok dan Tanpa Perlakuan
Gra
fik 2
.4 G
rafik
per
band
inga
n ni
lai k
eker
asan
dat
a ke
lom
pok
deng
an ta
npa
Pemberian perlakuan panas pada spesimen dapat merubah sifat mekanik
suatu spesimen. Spesimen tanpa perlakuan panas memiliki sifat kekerasan yang
berbeda dengan spesimen yang mendapatkan perlakuan panas tergantung dari
perlakuan panas yang diberikan. Pada pengujian kali ini menggunakan spesimen
baja Assab 760 yang diberikan perlakuan hardening air 800oC.
Gra
fik 2
.4 G
rafik
per
band
inga
n ni
lai k
eker
asan
dat
a ke
lom
pok
deng
an ta
npa
Dari perlakuan tersebut dan diuji kekerasannya didapatkan nilai
kekerasan rata-rata 59.45 HRC. Dengan perhitungan menggunakan rumus
interval penduga kekerasan specimen diperoleh bahwa nilai kekerasan dari
specimen tersebut berkisar antara 56 HRC sampai 73 HRC dengan tingkat
keyakinan 95%, sedangkan pada specimen tanpa perlakuan didapatkan nilai
kekerasan rata-rata 19,1 HRC. Dengan perhitungan menggunakan rumus interval
penduga kekerasan specimen diperoleh bahwa nilai kekerasan dari specimen
tersebut berkisar antara 18,6005 HRC sampai 19,5994 HRC dengan tingkat
keyakinan 95%.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai kekerasan specimen
hardening air 800oC memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
spesimen dengan tanpa perlakuan
Perbandingan Data Antar Kelompok
Gra
fik 2
.5 G
rafik
per
band
inga
n ni
lai k
eker
asan
den
gan
berb
agai
per
laku
an
Pada grafik perbandingan nilai kekerasan dengan berbagai macam
perlakuan menerangkan hubungan antara berbagai macam perlakuan panas
dengan kekerasan rata-ratanya. Spesimen yang memiliki nilai kekerasan dari
yang tinggi sampai yang terendah Hardening Air 800oC, Hardening Air Garam
Gra
fik 2
.5 G
rafik
per
band
inga
n ni
lai k
eker
asan
den
gan
berb
agai
per
laku
an
800oC, Hardening Oli 800oC, Tempering 800°C, Tanpa perlakuan , dan
Annealing 800°C.
Dari grafik di dapatkan bahwa urutan grafik dari yang memiliki nilai
kekerasan yang paling tinggi yaitu Hardening Air garam dengan nilai kekerasan
sebesar 71,6 HRC, lalu Hardening Air memiliki kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan Hardening air garam dengan nilai kekerasan sebesar 59,45 HRC.
Nilai kekerasan spesimen dengan perlakuan Tempering 800oC yaitu 54,45 HRC,
sedangkan Hardening oli memiliki nilai kekerasan di bawah hardening air
garam, air, dan tempering yaitu dengan nilai kekasaran sebesar 46,56 HRC. Lalu
Annealing memiliki nilai kekerasan dibawah spesimen dengan hardening oli
yaitu dengan nilai sebesar 26,73 HRC, sedangkan spesimen tanpa perlakuan
memiliki nilai kekerasan yang paling rendah yaitu dengan nilai 19,1 HRC.
Penyimpangan penyimpangan tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa
faktor yang menyebabkan data hasil praktikum tidak sesuai dengan dasar teori.
Faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Penyimpangan ini kemungkinan karena kehomogenitasan butirnya yang
menyebabkan spesimen dengan perlakuan hardening air, hardening oli,
dan spesimen tanpa perlakuan memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah.
2. Penyimpangan yang terdapat pada spesimen dengan perlakuan Hardening
air garam ini kemungkinan karena terbentuknya ukuran butir yang lebih
kecil dibanding pada spesimen denga hardening oli sehingga nilai
kekerasannya lebih tinggi.
3. Penyimpangan ini kemungkinan karena konduktivitas thermal dari setiap
spesimen berbeda-beda yang menyebabkan kekerasan pada setiap
spesimen juga berbeda-beda menyimpang dengan apa yang ada di dasar
teori.
2.7 Kesimpulan dan Saran
2.7.1 Kesimpulan
1. Dengan perlakuan panas yang berbeda-beda didapatkan nilai kekerasan
yang berbeda-beda pula. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada perlakuan
Hardening.
2. Temperatur pemanasan pada spesimen dengan perlakuan panas tertentu
akan mempengaruhi kekerasan spesimen tersebut.
2.7.2 Saran
1. Hendaknya alat pengujian kekerasan sudah mulai diperbaharui karena
berpengaruh dalam keakuratan data yang diambil.
2. Asisten seharusnya menjelaskan lebih jelas pada saat asistensi.
3. Praktikan harus lebih teliti dalam membaca skala kekerasan pada alat uji
dan menghaluskan permukaan spesimen dengan konsisten untuk
mendapatkan data pengujian yang lebih akurat.