bab ii - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/456/6/2013-2-87201-231409096-bab2-09012014054356.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1Teori Transmigrasi
Menurut siswono yudhohusodo (1998 : 6) bahwa pengertian “transmigrasi merupakan program kemanusiaan yang menyangkut nasib ribuan,bahkan jutaan, manusia indonesia”. Program ini berusaha mewujudkan impian dari jutaan rakyat yang hidup dalam kemiskinan, yang terdiri dari para buruh tani, yaitu petani yang berlahan sempit, para peladang berpindah, para perambah hutan, buruh-buruh miskin, nelayan-nelayan miskin, para penganggur.dalam kunjungan ke berbagai daerah permukiman trnasmigrasi yang berhasil, kehidupan masyarakat baru yang sejahtera di banyak unit permukiman transmigrasi. Program transmigrasi tidak sepi dari kritik, baik dari dalam maupun luar negeri. Masih terdengar banyak kritik yang menyatakan bahwa program transmigrasi merupakan jawanisasi, atau program islamisasi. Pada pelaksanaannya, tantangan utama yang dihadapi ialah bagaimana
meningkatkan peran para transmigrasi dalam pembangunan daerah tujuan
program transmigrasi, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada
di daerah tujuan transmigrasi itu, dan juga dalam menunjang pembangunan daerah
di wilayah asal transmigrasi yang di tinggalkan.di harapkan agar sumber daya
yang tersedia, baik di daerah asal maupun di daerah tujuan transmigrasi, dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan seluruh bangsa.
Daerah yang ditetapkan sebagai tujuan transmigrasi ialah daerah baru
dengan kondisi lapangan yang relatif berat serta daya dukung lahan yang relatif
rendah. Sebagai daerah yang direncanakan menjadi permukiman baru, banyak hal,
seperti sarana, prasarana, dan potensinya, membutuhkan kajian mendalam agar
dibangun menjadi pusat perkembangan baru bagi kehidupan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya.
8
Tantangan utama dalam pembangunan masyarakat di daerah transmigrasi
ialah bagaimana memanfaatkan segala potensi yang dimiliki masyarakat
pendatang baru, maupun masyarakat setempat, baik berupa keterampilan, potensi
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, maupun potensi alam serta kondisi
lingkungan. Pembangunan di daerah transmigrasi dilakukan dengan membuka dan
memanfaatkan suatu kawasan yang cukup luas, sebagian besar sebelumnya
merupakan kawasan hutan yang harus di konversi terlebih dulu agar menjadi
kawasan budi daya. Tanpa perhitungan hati-hati, kegiatan tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kelestarian sumber daya alam maupun terhadap
kondisi lingkungan hidup. Oleh karena itu, pembangunan daerah transmigrasi
dipersyaratkan yang berwawasan lingkungan, agar dapat mewujudkan
pembangunan wilayah yang berkelanjutan.
Salah satu peranan program transmigrasi yang yang menonjol ialah
pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia dan penyaluran potensi sember daya
alam manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pembangunan
wilayah.
Secara umum, program transmigrasi berdampak sangat luas terhadap
pembangunan wilayah, dilihat dari sudut tata ruang wilayah melaui pembukaan
wilayah-wilayah terisolasi serta pemanfaatan ruang wilayah. Maupun dalam
bentuk pembangunan ekonomi wilayah. Program transmigrasi sebagai unit
kegiatan produksi telah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Sebagai
kegiatan investasi, pihak yang mendapat dampak awal dari program transmigrasi
ialah masyarakat di wilayah transmigrasi. Sentra-sentra permukiman transmigrasi
9
memasarka out putyang dihasilkan, sekaligus menjadi pasar produksi dari luar
pemukiman untuk kebutuhan transmigrasi, baik barang maupun jasa, sehingga
meningkatkan integrasi dan interaksi dengan masyarakat di wilayah tersebut. Arus
barang dan jasa dari dan ke wilayah transmigrasi dapat meningkatkan komunikasi
antarruang wilayah, sehingga dapat mengundang berkembangnya sektor jasa yang
terkait.
Menurut Siswono Yudhohusodo (1998:79) sasaran-sasaran penyelenggaraan transmigrasi yang ingin dicapai meliputi: pertama, pada tingkat permukiman, sasaran penyelenggaraan transmigrasi ialah meningkatkan pendapatan transmigrasi, peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kesehatan pelayanan administrasi pemerintahan dan peningkatan kelayakan permukimannya, membangun rasa aman, mengembangkan dinamika interaksi masyarakat, partisipasi, dan kemandirianmasyarakat. Kedua,pada tingkat daerah, sasarannya ialah upaya peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan kepastian hukum atas pemilikan lahan, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pemantapan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, peningkatan pendapatan asli daerah, peningkatan pendapatan asli daerah, peningkatan investasi serta tercapainya keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Ketiga, pada tingkat nasional, sasarannya ialah tercapainya persebaran penduduk dan tenaga kerja secara seimbang dan serasi, penyebaran pembangunan kawasan yang seimbang, yang dikaitakan dengan kegiatan usaha yang sesuai dengan potensi daerah, terutama untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antargolongan masyarakat, meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta mendorong tercapainya ketahanan nasional yang semakin dinamis.
Menurut Siswono Yudhohusodo (1998:81) “sasaran pembangunan transmigrasi
terdiri dari program pokok dan program penunjang, dan masing-masing
mempunyai program-program ikutan lain yaitu (1) Program pokok, (2). Program-
program penunjang”.
Program ini terdiri dari program pengembangan permukiman dan
lingkungan transmigrasi, serta program pengarahan dan pembinaan transmigran.
Adapun pendapat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
10
a. Program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi bertujuan
menyiapkan permukiman transmigrasi baru, termasuk untuk para peladang
berpindah dan perambah hutan, dan mengembangkan permukiman transmigrasi
yang telah ada. Program ini dilaksanakan dengan: (1); Menyiapkan areal bagi
pembangunan permukiman transmigrasi, yang umumnya semula merupakan
areal hutan yang dapat dikonversi, lalu membuat rencana pengembangan
jangka panjang dan menengah serta rencana teknis tata ruang permukiman
yang disesuaikan dengan rencana umum tata ruang provinsi dan rencana umum
tata ruang kabupaten. (2); Melaksanakan pembangunan jaringan jalan,
pembukaan lahan, pengukuran dan pengkaplingan, pembangunan rumah
beserta prasarana dan sarana permukimannya, serta fasilitas umum lain. (3);
Melaksanakan pendayagunaan, lingkungan seperti konservasi lahan dan air,
membangun hutan desa dan membina kesehatan lingkungan. (4); Memberikan
penetapan hak pemilikan tanah kepada transmigran. Dan (5); Mengembangkan
permukiman transmigrasi yang ada dengan melaksanakan rehabilitasi/
peningkatankualitas prasarana dan sarana yang telah ada di daerah
transmigrasi.
b. Program pengarahan dan pembinaan transmigrasi bertujuan meningkatkan
minat masyarakat untuk bertransmigrasi, menyiapkan calon transmigrasi,
mengerahkan dan menempatkan transmigran, dan membina transmigran serta
para peladang berpindah dan perambah hutan di permukaannya yang baru,
sehingga kehidupannya dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Program ini dilaksanakan dengan: (1); Mengadakan penerangan dan
11
penyuluhan untuk menumbuhkan minat bertransmigrasi, baik transmigrasi
umum, transmigrasi swakarsa berbantuan maupun transmigrasi swakarsa
mandiri di daerah asal transmigran. (2); Melaksanakan pendaftaran, seleksi dan
menyediakan perlengkapan, fasilitas angkutan dan akomodasi untuk
transmigran umum dan transmigrasi swakarsa berbantuan, serta memberikan
bantuan jaminan hidup untuk beberapa waktu sebelumusaha transmigran dapat
menghasilkan. (3); Melakukan pembinaan sosial budaya terutama pembinaan
di bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, serta lingkungan
hidup di permukiman transmigrasi. (4); Meningkatkan penyediaan sarana
produksi pertanian seperti bibit, pupuk, pestisida, dan pakan ternak. (5);
mendorong penggunaan peralatan dan mesin pertanian yang sesuaidengan
usaha tani yang produktif serta meningkatkan efisiensi pengangakutan dan
pengolahan hasil pertanian untuk mengurangi kehilangan hasil produksi dan
meningkatkan nilai tambah yang diterimah oleh transmigran, dan (6);
Meningkatkan kemampuan usaha kelompok transmigrasi, memberi penyuluhan
pertanian lapangan dan penyuluhan kehutanan.
Program ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembinaan anak dan
remaja, pembinaan pemuda, peranan wanita, pengembangan informasi
transmigrasi, serta pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.
a. Program penelitian dan pengembangan
Untuk meningkatkan kualitas pembangunan transmigrasi diadakan
kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mendukung penyelenggaraan dan
pelaksanaan transmigrasi secara keseluruhan. Program ini dilaksanakan dengan:
12
(1); Meleksanakan penelitian sosial ekonomidan budaya di daerah transmigrasi
untuk merumuskan rencana pembangunan transmigrasi jangka panjang yang
paling sesuai untuk daerah bersangkutan. (2); Mengadakan penelitian tentang
teknolpgi yang sesuai dengan kondisi sumber daya alam di dearah transmigrasi
dan kebutuhan transmigran. (3); Meneliti dampak program transmigrasi terhadap
kesejahteraan transmigran dan perkembangan ekonomi wilayah. (4); Memelitiu
faktor dominan yang dapat meningkatkan minat bertransmigrasi. (5); Meneliti
model pembangunan transmigrasi yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, dan (6); Meneliti interaksi sosial budaya yang terjadi antara
transmigrandan penduduk setempat.
b. Program Pembinaan Anak dan Remaja
Program ini bertujuan menanamkan kepada anak dan remaja di
pemukiman transmigrasi tentang nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur budaya bangsa
dan kemandirian; meningkatkan mutu gizi dan kesehatan, meningkatkan
pendidikan, menumbuhkan wawasan IPTEK; menumbuhkan dan meningkatkan
idealisme dan patriotisme; meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan
masyarakat serta pembinaan dan perlindungan hukum bagi anak dan remaja di
daerah transmigrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program
perbaikan gizi, pelayanan kesehatan dasar, kesejahteraan sosial, kependudukan
dan keluarga berencana, pendidikan sekolah dan luar sekolah, termasuk
pendidikan agama, olahraga, iptek, bela negara dan kepramukaan.
13
c. Program pembinaan pemuda
Program ini bertujuan menanamkan dan mengembangkan jiwa
kepoloparan transmigrasi kepada generasi muda di permukaan transmigrasi
sehingga mereka dapat menjadi penerus pembangunan di daerah transmigrasi.
Program ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan kursus dan pelatihan untuk
generasi muda transmigrasi, terutama yang berkaitan dengan masalah
kepemimpinan desa, usaha mandiri, pembangunan ekonomi, dan sosial budaya,
pembangunan desa dan pelestarian lingkungan hidup serta pembentukan
organisasi pemuda seperti Karang Taruna dan Pramuka.
d. Program peranan wanita
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peranan
wanita dalam pembangunan di daerah transmigrasi melalui kegiatan bimbingan,
penyeluhan dan peningkatan keterampilan di bidang kesejahteraan keluarga,
perbaikan gizi dan kesehatan, peneyehatan lingkungan permukiman, pengelolaan
lahan pekarangan, agribisnis, dan kegiatan lain yang disesuaikan dengan potensi
daerah transmigrasi. Kegiatan peningkatan peranan wanita ini terintegrasi dengan
kegiatan PKK di daerah transmigrasi.
e. Program pengembangan informasi transmigrasi
Program ini bertujuan menyediakan informasi yang diperlukan dalam
penyelenggaran transmigrasi, dan dilaksanakan melalui pengembangan dan
penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang mencakup informasi sosial
ekonomi daerah asal transmigrasi, daerah tujuan, kondisi sumber daya alam,
produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi.
14
f. Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan transmigrasi
Sasaran program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan transmigrasi ialah
meningkatkan mutu dan kemampuan sumber daya manusia aparatur
penyelenggaraan transmigrasi, terutama pegawai negeri yang bekerja di tingkat
pusat, daerah, maupun lapangan. melalui pendidikan pelatihan, dan penyuluhan
transmigrasi, wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku serta
disipilin kerja para pegawai ditingkatkan, termasuk penguasaan IPTEK dan
metode kerja yang sesuai dengan tuntutan tugas dan misi pembangunan
transmigrasi yang terus berkembang.
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah yang
padat penduduk ke daerah lain yang jarang penduduknya di wilayah Republik
Indonesia untuk tinggal menetap dalam rangka pembentukan masyarakat baru
serta untuk membangun daerah, baik daerah yang ditinggalkan maupun yang
didatangi dalam rangka pembangunan nasional. (Http://www.nakertras.com)di
uduh tanggal 18 Januari 2013.
2.1 Teori Etnik
Menurut Narroll (1988:11) bahwa etnik adalah sebagai suatu populasi yang: secara biologis mampu berkembang biak dan bartahan dan mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, dan membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri serta menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat di bedakan dari kelompok populasi lain.
Etnik adalah sekumpulan manusia yang hidup dan mampu berkembang biak
di suatu tempat yang memiliki norma-norma budaya dan mempunyai rasa
15
kebersamaan dalam membentuk budaya yang mampu membuat interaksi bersama
masyarakat yang berada di tempat tersebut.
Menurut Narroll (1988:11)kelompok-kelompok etnik sebagai unit-unit kebudayaanKelompok etnik yang di kemukakan di atas, kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama merupakan ciri utama yang penting. Ciri khusus ini bukan hanya merupakan ciri etnik saja, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas, apalagi dengan asumsi bahwa tiap kelompok etnik mempunyai ciri budaya sendiri.
Menurut Narroll (1988 : 11): “Terdapat dua hal pokok yang dapat di bahas dalam
mengamati kehadiran kelompok-kelompok etnik dengan ciri-ciri unit budayanya
yang khusus, yaitu (1) kelenggengan unit-unit budaya ini, dan (2) faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentuknya unit budaya tersebut”.
Dengan adanya aspek budaya ini, klasifikasi seseorang atau kelompok
setempat dalam keanggotaan suatu kelompok etnik tergantung pada kemampuan
seseorang atau kelompok ini untuk memperlihatkan sifat budaya kelompok
tersebut. Perbedaan yang terdapat antara kelompok-kelompok ini mengakibatkan
berbedanya cara untuk mengumpulkan sifat-sifat budaya; (1) kontrasi di arahkan
pada analisis budaya, dan bukan pada tatanan etnisnya.hubungan antar kelompok
yang dinamis terlihat pula dalam studi akulturasi.Termasuk di sini misalnya
budaya masa lalu yang tidak terdapat lagi di masa kini, karena perubahan bentuk
budaya yang menetukan dalam perkembangan suatu kelompok etnik.(2) Bentuk-
bentuk budaya yang tampak menunjukkan adanya pengaruh ekologi.tapi ini tidak
berarti bahwa semua itu hanya menunjukan penyesuaian diri terhadap lingkungan
lebih dapat di katakan bentuk budaya ini merupakan hasil penyesuaian para
anggota kelompok etnik dalam berbagai faktor luar.suatu kelompok etnik yang
16
tinggal tersebar di daerah dengan lingkungan ekologi yang bervariasi akan
memperlihatkan perilaku yang berbeda sesuai dengan daerah tinggalnya.
a. Etnik sebagai suatu tatanan
Menurut Fredrik Barth (1988:14) Etnik dapat di pandang sebagai suatu tatanan sosial. Dalam hal ini yang menentukan adalah batasan ke- 4 dari definisi tentang etnik di atas, yaitu menentukan ciri khasnya sendiri yang dapat di lihat dari kelompok lain. Ciri asal yang bersifat kategoris (categorical ascription) adalah ciri khas yang mendasar dan secara umum menentukan seseorang termasuk kelompok etnik mana, dan ini dapat di perikan latar belakang asal-usulnya. Kelompok-kelompok etnik sebagai tatanan sosial terbentuk bila seseorang menggunakan identitas etnik dalam mengakategorikan dirinya dan orang lain untuk tujuan interaksi. Penting untuk diingat bahwa meskipun kategori etnik mempertimbangkan
perbedaan budaya,kita tidak dapat begitu saja mengasumsikan hubungan etnik
dengan kesamaan atau perbedaan dalam budaya secara begitu sederhana. Yang di
nilai bukanlah seberapa banyak perbedaan yang ‘objektif, tetapi perbedaan mana
yang di anggap penting oleh si pelaku (anggota kelompok etnik). Bukan saja
variasi ekologi yang menandai dan memperbesar perbedaan ini, beberapa bentuk
budaya di gunakan oleh si pelaku untuk menandai perbedaan-perbedaan ini,
sementara bentuk budaya lain tidak di perhatikan, bahkan dalam beberapa hal
perbedaan yang radikal diabaikan. Kadar budaya dari dikotomi etnik dapat di
bedakan atas dua macam: (1). Tanda atau gejala yang tampak, yaitu bentuk
budaya yang sifat membedakan yang biasanya di gunakan untuk menentukan
identitas seseorang, misalnya pakaian, bahasa, bentuk rumah, atau gaya hidup
secara umum. (2) Nilai-nilai dasar, misalnya standar moral yang di gunakan untuk
menilai perilaku seseorang. Dengan masuknya seseorang ke dalam suatu
kelompok etnik, ia akan menjadi seseorang dengan identitas dasar tertentu, dan ini
17
berarti ia akan di nilai dan menilai dirinya sendiri berdasarkan standar yang
relevan dengan identitas dasar tersebut.
b. Batas kelompok-kelompok etnik
Fokus utama penelitian dari sudut pandang ini adalah batas etnik yang
menunjuk kepada suatu kelompok, bukan sifat budaya yang berada di dalamnya.
Batas yang kita perhatikan tentu saja merupakan batas sosial, meskipun mungkin
menyangkut juga batas wilayah. Bila sebuah kelompok tetap mempertahankan
identitasnya sementara anggotanya dalam kelopmpok tersebut, dan ini merupakan
cara untuk menandakan adanya suatu kriteria untuk menetukan keanggotaanya
dalam kelompok tersebut, dan ini merupakan cara untuk menandakan mana yang
anggota kelompoknya dan mana yang bukan. Kelompok etnik bukan semata-
mata di tentukan oleh wilayah yang di dudukinya; berbagai cara di gunakan untuk
mempertahankan kelompok ini, bukan dengan cara sekali mendapatkan untuk
seterusnya, tetapi dengan pengungkapan dan pengukuhan yang terus-menerus ;
dan ini perlu di pelajari.
Etnik menyalurkan kehidupan sosial, batas ini sering merupakan tatanan
perilaku dan hubungan sosial yang amat kompleks. Mengidentifikasi orang lain
sebagai bagian dari suatu kelompok etnik lain berarti menerapkan kriteria
penilaian dan peradilan baginya. Maka ini berarti mengasumsikan bahwa kedua
orang ini pada dasarnya bermain dalam permainan yang sama, dan ini juga berarti
bahwa di antara mereka ada kemungkinan diverisifikasi dan pengembangan dari
hubungan-hubungan sosialnya yang mencakup berbagai sektor dan ruang lingkup
aktifitasnya. Sebaliknya dikotomisasi seseorang sebagai orang asing, atau
18
sebagian bagian dari kelompok etnik lain, menyatakan adanya pembatasan dalam
pengertian bersama, adanya perbedaan kriteria dalam dalam mempertimbangkan
nilai-nilai dalam penampilan, serta adanya interaksi yang terbatas pada sektor-
sektor yang di asumsikan mengandung pengertian yang sama dan diminati
berasama.
Kelompok dan unit budaya barada dalam pelestarian batas etnik terdapat
situasi kontak sosial antara orang- orang dengan budaya berbeda dan kelompok
etnik hanya di kenal sebagai unit bila kelompok itu memperlihatkan perilaku yang
berbeda, jadi ada perbedaan budaya. Tetapi bila orang-orang dengan budaya yang
berbeda berinteraksi, di harapkan perbedaan-perbedaan akan berkurang, sebab
interaksi memerlukan dan membentuk kesatuan tanda dan nilai.
Menurut Fredrik Barth (1988:43) “etnik merupakan pengelompokan sosial
yang memberikan dasar status asal, sehingga hubungan antar etnik tersebut tertata
sesuai dengan status tersebut”.
Contoh yang di berikan memperlihatkan situasi dimana status atau ciri
etnik di abaikan, sehingga tidak tampak sebagai perilaku antar etnik yang
terlembaga. Meskipun demikian, ketidak kokohan ciri etnik ini tetap
mempengaruhi proses pengambilan peran pada interaksi dasar, sehingga
menambah bentuk dalam hubungan-hubungan antaretnik. Sebutan etnik ini
melekat erat pada masyarakat, keluarga maupun pribadi-pribadinya. Meskipun
tidak di pakai secara umum, sebutan ini menunjukkan bahwa ciri etnik tergolong
penting dalam hubungan antarpribadi dari orang dengan ciri etnik yang sama atau
19
yang berbeda. Dalam membedakan asal usul etnik, sangat sedikit di antara simbol
itu yang dapat diklasifikasikan sebagai sifat yang berbeda.
Identifikasi etnik antara sesama anggota perkampungan pasar yang
mempunyai kesadaran tinggi terhadap identitas etnik mereka, maupun antara
penduduk perkampungan dan kaum pendatang. Hal yang terjadi pada batas tempat
hidup masing-masing suku dalam perkampungan ini, di mana perbedaan itu di
terima baik oleh mereka yang berstatus etnik lebih tinggi dan di tolak atau di tutup
-tutupi oleh mereka dari kelompok yang berstatus etnik lebih rendah, gambaran
yang sama terlihat juga dalam pola perkawinan antaretnik. Jika sesukuan tidak
dapat di pandang sebagai satu kesatuan, melainkan suatu gambaran yang luas
tentang berbagai hubungan yang terutama mengacu ke pelacakan status etnik
berdasarkan kelahiran, bahasa dan sosialisasi. Jika semua ini dapat di terima,
maka studi tentang hubungan antaretnik merupakan studi tentang proses etnik,
yaitu terciptanya hubungan antaretnik, kelangsungannya, dan perubahan-
perubahannya.
Beberapa teori di atas mengenai tentang etnik dapat di simpulkan bahwa
etnik merupakan suatu budaya yang terdapat pada sekumpulan masyarakat yang
memiliki perbedaan ras dan tinggal di dearahnya masing-masing dan mempunyai
berbagai macam etnik sehingga terdapat macam-macam etnik di seluruh
indonesia, jadi tidak menutup kemungkinan di daerah-daerah tersebut terjadi
pembauran etnik.
20
2.2 Teori Masyarakat
Apabila berbicara mengenai masyarakat, terutama jika mengemukakannya
dari sudut antropologi, maka cenderung melihat dua tipe masyarakat. Yang di
maksudkan disana adalah pertama suatu masyarakt kecil, belum begitu kompleks,
belum mengenal tulisan dan teknologinya relatif sederhana; suatu masyarakat
struktur dan aspeknya masih dapat di pelajari sebagai satu kesatuan. Masyarakat
lain adalah masyarakat sudah kompleks, jauh menjalankan spesialisasi dalam
segala bidang karena ilmu pengetahuan modern teknologi sudah maju, masyarakat
sudah mengenal tulisan; suatu masyarakat susah di lihat dengan sekaligus segi
kegiatannya, hanya dapat di selidiki dengan baik dan didekati sebagian saja.
Sebenarnya pembagian masyarakat dalam dua tipe itu hanya untuk keperluan
penyelidikan saja. Dalam sejarah antropologi, masyarakat yang sederhana atau
bersahaja itu menjadi objek utama penyelidikan dari antropologi, sedang
masyarakat kompleks adalah obyek penyelidikan sosiologi. Sekarang ruang
lingkup penyelidikan ada beberapa perbedaan. Antropolgi sosial juga
mengarahkan penyelidikannya ke daerah perkotaan sedang sosiologi melebarkan
studinya ke daerah pedesaan.
Menurut comte (1983 : 15) menyatakan masyarakat adalah kelompok–kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Manusia diikat di dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta-merta dan kebutuhan pribadi sendiri adalah makhluk yang lemah dan sukar untuk bertahan.
Apabila dia hidup bersama dengan rekan-rekannya, maka akan timbul dinamika
sosialdan intelektualitas kolektif yang memungkinkannya untuk menguasai
21
keadaan sekelilingnya. Lagi pula, kemampuan untuk menguasai keadaan
sekelilingnya itu memerlukan kegiatan-kegiatan kooperatif, sehingga kepentingan
kolektif (atau kepentingan umum) lebih penting daripada kepentingan-
kepentingan pribadi. Intelektualitas dan moralitas yang merupakan variabel-
variabel penting di dalam perkembangan sosial, merupakan hasil kehidupan
sosial, atau hasil dari proses-proses sosial, dan bukan merupakan suatu refleksi
daripada ciri-ciri pribadi manusia. Oleh karena manusia mengalami kekurangan
dalam intelektualitas dan altruisme, maka kualitas tersebut harus di tanamkan
pada pribadi oleh kolektive atau kehidupan bersama.
Menurut Comte (1983 : 18) Masyarakat terdapat empat bagian merupakan unsur penting bagi eksistensi sosialnya. (1). Semua masyarakat di dalamnya mengandung pengelompokkan-pengelompokkan dengan maksud mempermudah menjalankan tugas jika bertindak sebagai kesatuan. (2). Dalam masyarakat terdapat juga sistem prosedur yang mengatur kegiatan dan tindakan para anggota masyarakat. (3). Kehidupan dalam masyarakat membutuhkan satu landasan lain untuk mengadakan komunikasi. (4). Dalam masyarakat terdapat pula berbagai kriteria untuk memilki dan menseleksi satu sikap bagi penilian apakah satu pelaksanaan tugas dijalankan dengan efektif.
Menurut linton (1994 : 28) bahwa masyarakat adalah “sekolompok
manusia yang telah cukup lama dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu”.
Hakikat masyarakat dimana sifat manusia sebagai makhluk hidup sosial
budaya membuat terciptanya berbagai wujud kolektif manusia yang berbeda
cirinya, sehingga penyebutan terhadap kesatuan-kesatuan tersebut juga berbeda-
beda. Istilah yang paling sering di gunakan untuk menyebut sekelompok manusia
adalah masyarakat dapat di kategorikan sebagai masyarakat .
22
Menurut koentjaraningrat (1980 : 30) masyarakat merupakan “kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa atas bersama”.
Masyarakat berbeda dari komunitas, tetapi komunitas adalah masyarakat.
Komunitas berbeda dari masyarakat karena ciri khususnya terikat oleh lokasi dan
kesadaran wilayah. Sedangkan masyarakat terlihat lebih umum. adapun istilah-
istilah seperti kategori sosial, golongan sosial, kelompok dan perkumpulan
adakalanya membingungkan. Kategori sosial adalah kesatuan manusia karena
adanya ciri-ciri objektif tertentu. Kategori-kategori ini sudah jelas di temui di
dalam masyarakat. Misalnya masyarakat di bedakan atas besar penghasilan dalam
satu tahun atau satu bulan. Contoh lain masyarakat dapat di kategorikan atas dasar
persentase jumlah penduduknya atau berdasarkan kelompok usia tertentu.
Golongan sosial berbeda dari kategori sosial dalam hal pemilikan identitas.
Kategori sosial tidak mempunyai identitas tertentu, sedangkan golongan sosial
mempunyai identitas tertentu yang dapat di tandai. Misalnya konsep pelaut yang
diidentitaskan sebagai orang pemberani dan mempunyai sautu kesatuan manusia.
Tiga wujud lain (yaitu “kerumunan”, “kategori sosial”, “golongan sosial”) tidak
disebut sebagai “masyarakat” karena tidak memenuhi syarat konsep
“masyarakat”. “perkumpulan” lazimnya tidak sebut “masyarakat” walaupun
memenuhi syarat.
Uraian di atas bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup
di suatu daerah tertentu yang memiliki wujud dari kesatuan hidup manusia yang
tinggal di suatu tempat dan saling berinteraksi satu sama lain dan menjalin
23
hubungan yang baik yang di dalamnya mempunyai ciri-ciri terjadi ada ikatan pada
tingkah laku khas di dalam seluruh sektor kehidupan yang mantap dan adanya
rasa identitas terhadap kelompok dimana manusia itu menjadi bagiannya.
2.3 Teori Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap masyarakat-bangsa
didunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari
masyarakat-bangsa yang satu ke masyarakat-bangsa yang lainnya. Kebudayaan
secara jelas menampakan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku, bangsa,
dan ras. Orang bisa mendefinisikan manusia dengan cara masing- masing, namun
manusia sebagai cultural being, mahluk budaya merupakan suatu fakta historis
yang tak terbantakan oleh siapanpun juga. Sebagai cultural being, manusia adalah
pencipta kebudayaan. Dan sebagai ciptaan manusia, kebudayaan adalah ekspresi
eksistensi manusia di dunia. Pada kebudayaan, manusia menampakkan jejak-
jejaknya dalam panggung sejarah.
Kebudayaan secara luas yakni apa saja yang dipikirkan dan dilakukan oleh
manusia termasuk segala peralatan yang digunakannya, maka teknologi adalah
anak kandung kebudayaan, disamping perangkat budaya yang lain, seperti ilmu,
seni, filsafat, sistem nilai, nilai keterampilan, pertukaran, perdagangan.
Kebudayaan sifatnya abstrak , tak dapat di raba atau di foto. Lokasinya ada di
kepala-kepala masayarakat, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiraan dari
warga masayarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Seomardi (2007 : 151) kebudayaan merupakan
“semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan
24
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmanih (material culture) yang di
perlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat”.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan
nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi,
kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa
manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan
kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat,
dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta
merupakan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah di susun untuk
langsung di amalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan cinta dinamakan
pula kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture). Semua karya, rasa,
dan cipta di kuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaannya agar
sesuai dengan kepentingan sebagian besar untuk dengan seluruh masyarakat.
Manusia sebenarnya mempunyai segi materiil dan segi spiritual di dalam
kehidupannya. Segi materiil mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk
mengahasilkan benda-benda maupun lain-lainnya yang berwujud benda. Segi
spiritual manusia mengandung cipta yang menghasilkan ilmu pengetahuan, karsa
yang menghasilkan kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, dan hukum, serta
rasa yang menghasilkan keindahan. Manusia berusaha mendapatkan ilmun
pengetahuan logika, menyerasikan perilaku terhadap kaidah-kaidah melalui etika,
25
dan mendapatkan keindahan melalui estetika. Hal itu semuanya merupakan
kebudayaan, yang juga dapat di pergunakan sebagai patokan analisis.
Kebudayaan sebagaimana di atas dimiliki oleh setiap masyarakat.
Perbedaannya terletak pada kebudayaan masyrakat yang satu lebih sempurna
daripada kebudayaan masyarakat lain, di dalam perkembangannya untuk
memenuhi segala keperluan masyarakat. Di dalam hubungan di atas, biasanya di
berikan nama “ peradaban” (civilization) kepada kebudayaan yang telah mencapai
taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.
kepentingan analisis, maka dari sudat struktur dan tingkatan di kenal
adanya super-culture yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Suatu super - culture
biasanya dapat di jabarkan ke dalam culture mungkin berkembang lagi
kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak bertentangan dengan kebudayaan
“induk”, yang lazimnya di namakan sub-culture. Akan tetapi, apabila kebudayaan
khusus tadi bertentangan dengan kebudayaan “induk”, gejala tersebut disebut
counter culture tidak selalu harus di beri arti negatif karena adanya gejala
tersebut dapat di jadikan petunjuk bahwa kebudayaan induk di anggap kurang
dapat menyerasikan diri dengan perkembangan kebutuhan. Secara analitis dapat di
adakan pembedaan antara penyimpangan dengan penyelewengan, kedunya
merupakan counterculture.
Koentjaraningrat (2002 :180)”kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat di
jadikan milik dari manusia denagan belajar”.
26
Tindakan manusia adalah “ kebudayaan” karena hanya amat sedikit
tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu di
biasakannya dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan akibat proses
fisikologi, atau kelakuan apabilai ia sedang membabi buta. Bahkan berbagai
tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh mahluk
manusia dalam gen-nya bersama kelahirannya (sepert halnya makan, minum, atau
berjalan dengan kedua kakinya), juga di rombak olehnya menjadi tindakan
berkebudayaan, manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang di anggapnya
wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alat-alat, cara-cara dan sopan
santun atau protokol yang seringkali sangat rumit, yang harus di pelajarinya
dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak menurut wujud organisme
yang telah di tentukan oleh alam.
Berdasarkan dari definisiarti kebudayaan sangat luas diatas kelihatan
berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu sama- sama mengakui
adanya ciptaan manusia. Dengan demikian kebudayaan adalah hasil buah budi
atau pikiran manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Tentang kebudayaan
di atas, bagi ilmu sosial, meliputi seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia,
yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatkannya dengan belajar dan
yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
E. B. Tylor (2007 : 150) menyatakan kebudayaan adalah komleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang di dapatkan atau di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang di pelajari dasri pola-pola perilaku yang normatif yang artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir,merasakan.
27
Dari penjelasan di atas maka kebudayaan adalah suatu kebiasaan atau
sebuah tradisi yang menjadi kebiasaan di masing-masing daerah yang
berkembang di dearah tersebut yang menjadi suatu kebiaasan.
2.4 Unsur-unsur dan wujud kebudayaan
Keotjaraningrat (1984 : 5) Kebudayaan umat manusia itu mempunyai unsur-unsur sifatnya universal dan unsur-unsur itu dianggap sebagai isi dari kebudayaan manusia.unusur-unsur kebudayaan di anggap sebagai isi dari kebudayaan manusia. Unsur-unsur kebudayaan di anggap universal karena terdapat dalam semua wujud kebudayaan, mulai dari yang kecil, bersahaja sampai yang besar dan berkembang. Unsur-unsur kebudayaan itu dapat di jumpai pada semua masyarakat di dunia. Mengenai wujud kebudayaan akan di bahas kemudian.
Dari beberapa penjelasan di atas manusia mempunyai unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda-beda yang di anggap sama terdapat isi dari kebudayaan
yang dari tingkat bawah sampai tingkar besar yang mengenai wujud suatu budaya
yang terdapat pada manusia yang berkembang di suatu daerah temapt tinggalnya
masing-masing.
2.5 Fungsi fungsi kebudayaan bagi masyarakat
Keontjaraningrat (1982 : 155) Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus di hadapi masyarakat dan anggota- anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar di penuhi oleh masyarakat yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Di katakan sebagai besar karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.
28
Tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam,
pada taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di
dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak di
jumpai pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf
kebudayaannya. Misalnya suku bangsa kubu yang tinggal di pedalaman daerah
jambi masih bersikap menyerah terhadap lingkungan alamnya. Rata-rata mereka
itu masih merupakan masyarakat yang belum mempunyai temapt tinggal tetap
karena persediaan bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam.
Taraf teknologi mereka belum mencapai tingkatan di mana kepada manusia di
berikan kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan dan menguasai
lingkungan alamnya.
Masyarakat yang sudah kompleks yang taraf kebudayaannya lebih
tinggi.hasil karya manusia tersebut. Yaitu teknologi, memberikan kemungkinan-
kemungkian untuk memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila mungkin,
menguasai alam. Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang
sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatn. Karsa
merupakan daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-
kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat. Kekuatan-kekuatan yang
tersembunyi dalam masyarakat tidak selamanya baik. Untuk menghadapi
kekuatan-kekuatan yang buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara
menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan
29
hidup. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.
Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaiamana
seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan
dengan orang lain.apabila manusia hidup sendiri, tak akan ada manusia lain yang
merasa terganggu oleh tindakan-tindakannya. Akan tetapi, setiap orang,
bagaimana hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.
Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi. Pribadi berarti bahwa
kebiasaan orang seseorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walau misalnya
mereka hidup dalam satu rumah.
Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam
tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
Kebiasan-kebiasaan yang baik akan diakui serta di lakukan pula oleh orang-orang
lain yang semasyarakat. Bahkan lebih jauh lagi, begitu mendalamnya pengakuan
atas kebiasaan seseorang sehingga di jadikan patokan bagi orang lain, bahkan
mungkin di jadikan peraturan. Kebiasaan yang di jadikan kebiasaan yang teratur
oleh seseorang, kemudian di jadikan dasar bagi hubungsan antara orang-orang
tertentu sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat di atur
menimbulkan norma atau kaidah.kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai
dengan kebutuhannya pada suatu saat lazimnya di namakan adat istiadat (custom).
30
2.6 Kebudayaan sebagai sistem norma
Kebudayaan menyangkut aturan yang harus di ikuti mengatakan bahwa
kebudayaan bersifat normatif , yang merupakan cara lain untuk mengatakan
bahwa kebudayaan menentukan standar perilaku. Untuk bersalaman kita
mengulurkan tangan kanan; ini adalah pantas dalam kebudayaan kita. Untuk
menggaruk kepala kita boleh mempergunakan kedua belah tangan; kebudayaan
kita tidak memiliki norma untuk menggaruk kepala.
Chester L Hunt (1984 : 64) Istilah “norma” memilki kedua kemungkinan arti. Suatu norma budaya adalah suatu konsep yang di harapkan ada. Kadang-kadang norma statistis dianggap sebagai kebudayaan yang “nyata” dan norma kebudayaan sebagai kebudayaan yang “ ideal”. Kita sering tidak membedakan kedua norma tadi.norma statistis adalah suatu ukuran dari perilaku yang sebenarnya, di setujui atau tidak. Norma kebudayaan adalah seperangkat perilaku yang di harapkan, suatu citra kebudayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap.