bab ii perbaikan ii
DESCRIPTION
Bab II Perbaikan IITRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keperawatan
1. Pengertian
a. Menurut Prof.DR.dr.S.M.Lumbantobing, SpS (K), SpKJ 2013.
Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah di otak.
Dalam bahasa Inggrtis dinamai Cerebro-Vascural Accident. Kata
stroke berarti pukulan (to strike), Dari kata ini dapat disimpulkan
bahwa timbulnya stroke ialah mendadak. Kata lain untuk penyakit
stroke ini adalah Brain Attack yaitu serangan otak.gangguaN
peredarahan darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu,
dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel
otak (disebut infark)
b. Menurut Nabyl R.A 2012
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan
darah kesuatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian
sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah
karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.Dalam
jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan kerusakan
atau mematikan sel-sel saraf di otak.
c. Menurut Efriza Mahreswati 2012
Stroke merupakan suatun penyakit deficit neurologis yang
bersifat mendadak .
d. Menurut Lanny Sustrani Dkk 2005 Stroke adalah serangan otak
yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau
8
kelumpuhan sebelah bagian tubuh, karena sifatnya yang
menyerang itu, sindroma itu diberi nama “stroke”, yang artinya
kurang lebih pukulan telak dan mendadak atau kadang pula
disebut CVA (Cerebro-Vascular Accident).
e. Menurut WHO dalam (dr.Harsono,DSS 2007) Stroke adalah
manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh(global), yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian,
tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan
vascular.
2. Etiologi
Stroke dapat disebabkan Oleh :
Menurut M.Clevo Rendy Dkk 2012
1) Infark Otak(80 %)
a. Emboli
1. Emboli kardiogenik
2. Fibrilasi atrium dan aritmia lain
3. Thrombus mural dan ventrikel kiri
4. Penyakit katub mitral atau aorta Endokarditis
(infeksi atau non infeksi)
b. Emboli paradoksal (foramen ovalepaten)
1. Emboli arkus aorta
2. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah
sedang besar)
3. Penyakit ekskranial
9
4. Arteri karotis interna
5. Arteri vertebralis
c. Penyakit intracranial
1. Arteri karotis interna
2. Arteri serebri interna
3. Arteri basilaris
4. Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
5.
2) Pendarahan intraserebral (15 %)
a. Hipertensi
b. Malformasi artei-vena
c. Angipati amiloid
3) Perdarahan subaraknoid (5 %)
4) Penyebab lain (dapat menimbulkan infarkj atau
pendarahan)
a. Trobus sinus dura
b. Diseksi arteri karotis atau vertebralis
c. Vaskulitis system saraf pusat
d. Penyakit moya-moya(oklusi arteri besar intracranial
yang progresif)
e. Migren
f. Kondisi hiperkoagulasi
g. Penyalah gunaan obat
h. Kelainan hematologist (anemia sel sabit, polisistemia,
atau leikemia)
10
i. Miksoma atrium.
Menurut Ns Andra Wijaya,S.Kep 2013.
5) Trombosis serebri
Arterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi
serebral adalah penyebab utama thrombosis serebral yang
adalah penyebab paling umum dari stroke.Trombosis
ditemukan pada 40 persen dari semua kasus stroke yang
telah dibuktikan oleh ahli patologi.Biasanya ada kaitannya
dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat
arteriskerosis.
6) Emboli serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai
penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya
lebih mudah dibandingkan dengan penderita thrombosis,
kebanyakan penderita emboli serebri berasal dari suatu
thrombus dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung.
7) Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi diluar durameter(hemoragi ekstra
dural atau epidural) di bawah durameter (hemoragi
subdural), di ruang sub arachoid (hemoragi subarachmoid
atau dalam substansial otak). Manifestasi Klinis
11
3. Manifestasi klinis Stroke :
Menurut M.Clevo Rendy 2012
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis
yang timbul mendadak)
b. Gangguan sensabilitas pada satau atau lebih anggota badan
(gangguan hemiparesik)
c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor atau koma)
d. Afasia (bicara tidak lancaar, kurangnya ucapan, atrau kesulitan
memahami ucapan)
e. Disartria (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau
diplopia)
g. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
Menurut WHO, dalam Internasional Statistic Classfication Of
Disease And Related Health Problem 10th Revision, stroke
dapat dibagi :
1) Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak
jelas, kecuali nyeri kepala karena Hipertensi. Serangan
seringkali terjadi setiap hari, saat aktivitas, atau
emosi/marah, sifat nyeri kepala ini sifatnya nyeri yang
sangat hebat.mual dan muntah seringkali terjadi saat awal
12
permulaan serangan. Kesadaraan biasanya menurun cepat
masuk koma (65 persen terjafi kurang dari setengah jam,
23 persen antara ½ sampai dengan 12 persen terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2) Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala yang
prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran
sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala atau
tanda rangsangan meningeal. Gejala Neuroloigis yang
timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.manifestasi dapat berupa
a) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul
mendadak
b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota
badan
c) Perubahan mendadak satatus mental
d) Afsia (bicara tidak lancer, kurangnya ucapan atau
kesulitan memahami ucapan)
e) Ataksia anggota badan
f) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.
13
4. Patofisiologi
Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza
Putri, S.Kep 2013
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai
cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak
terhambat karena trhombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen ke jarringan otak. Kekurangan selam satu
menit dapat mengarah pada gejala yang dapat kehilangan
kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang
lebih lama dapat mengakibatkan nekrosisi mikroskopik neuron-
neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti
jantung atau hipotensi) atau hipoksia akibat anemia atau kesukaran
untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat
dari bekuan darah, udara, plaque, ateroma fragmen lemak. Jika
etiologi stroke adalah hemoraghi maka factor pencetus adalah
hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi
rupture dan dapat menyebabkan hemorragi.
Pada stroke thrombosis atau metabolic maka otak
mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang
dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga
dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan Intrakranial
(TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung
pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.
14
Gangguan pasokan aliran darahke otak dapat terjadi
dimana saja dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulasi willisi :
arteri karotis interna dan system vertebrobasilar dan semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi disuatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh
arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa terdapat sirkulasi kolateral
yang memadai daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi didalam
pembuluh darah yang memeperdarahi otak. Patologinya dapat
berupa :
1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri,
seperti aterosklerosis dan thrombosis, robeknya
dinding pembuluh darah atau peradangan.
2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah,
misalnya syok atau hiperviskositas darah
3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasala dari jantung atau pembuluh
darah ekstrakranium.
4) Ruture vascular didalam jaringan otak atau ruang
subaraknoid
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut M.Clevo Rendy dan Margareth TH 2012
a. Pemeriksaan radiologi syste saraf
15
1) Miografi
2) CT Scan
3) Angiografi
4) MRI
5) EEG
6) EMG
b. Laboratorium
1) Darah
2) Urine
3) Cairan Serebrospinal
c. Pemeriksaan lain-lain :
Menurut dr.Harsono,DSS 2007
1) Pemeriksaan untuk menemukan fsktor risiko, seperti
: darah rutin (Hb, Hemotokrit, Leukosit, Eritrosit,
LED), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah.
2) Komponen kimia darah, gas, elektrolit
3) Doppler, EKG, Ekhokardiografi
d. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie
Mariza Putri, S.Kep 2013
1) Angiografi
Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri,
oklusi/rupture.
16
2) Electro encefalography
Mengidentifikasi masalah di dasarkan pada
gelombang otak atau mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
3) Sinar X tengkorang
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng n
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang
luas, klasifikasi karotis interna terdapat trobus
serebral. Klasifikasi persial dinding, aneurisma pada
persadarahan sub arachnoid.
4) Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri karotis/aliran darah/ muncul
plaque/arterisklerosis)
5) CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma,
iskemia, dan infark
6) MRI
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan
biasanya ada trombosisi, emboli dan TIA, tekanan
meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi sub aracnhois atau
perdarahan intracranial.
17
7) Pemeriksaan thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan
slah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke, menggambarkan perubahan kelenjar pineal
daerah berlawanan dari massa yang meluas.
8) Pemeriksaan laboratorium
a) Fungsi lumbal : tekanan normal biasanya da
thrombosis, emboli dan TIA. Sedangkan
tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya
perdarahan subarachnoid atau intracranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus
thrombosis sehubungan dengan proses
inflamasi.
b) Pemeriksaandarah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah pada stroke akut
dapat terjadi heperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
18
6. Komplikasi
Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza
Putri, S.Kep 2013
a. Berhubungan dengan immobilisasi
1) Infeksi pernafasan
2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
3) Konstipasi
4) Tromboflebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsy
2) Sakit kepala
3) Karniotomi
d. Hidrosefalus Depresi
Karena keterbatasan akibat lumpuh, sehingga sulit untuk
berkomunikasi, melakukan aktivitas dan sebagainya sehingga
penderita stroke seringkali mengalami depresi.
e. Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh
terutama pada kaki sehigga menyebabkan pembengkakan
yang mengganggu.
19
f. Memar
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, tidak maslah seberapa
parahnya, penderita harus sering dipindahkan dan digerkkan
secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit
tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka
tidak dirawat, bisa terjadi infeksi.
g. Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan
teras nyeri. Misalnya, jika otot-otot betis mengerut, kaki terasa
sakit ketika harus berdiri dan rumit menyentuh lantai.
h. Pneumonia (radang paru-paru)
Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke
membuat pasien mungkin mengalami kesulitan menelan
dengan sempurna atau sering batuk-batuk sehingga cairan
terkumpul diparu-paru dan selanjutnya dapat terjadi
pneumonia.
7. Pengobatan Dan Penatalaksanaan
Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza
Putri, S.Kep 2013
a. Penatalaksanaan secara Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Anti platelet / ati trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol,
dipiridamol)
3) Antikoagulan (heparin)
4) Hemorrhage (pentoxyfilin)
20
5) Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
b. Antagonis calcium (nomodipin, piracetam) Penatalaksanaan
Medis
Menurut Nabyl R.A 2012
a. RTPA (Recombinant Tissue Plasminogen Activator) :
Alteplase, Streptokinase
Diberikan secara intravena di gunakan untuk
menghancurkan bekuan darah yang terbentuk. Hanya
digunakan dengan 3 syarat :
a) Kurang lebih 3 jam setelah serangan
b) Jangan diberikan bila ada tanda-tanda thrombosis
vena serebral
c) Tidak pernah ada riwayat operasi kepala
d) Hipertensi > 185 mmHg
Dapat menimbulkan efek samping yang cukup tinggi
seperti terjadinya perdarahan otak.
b. Anti koaguan
Digunakan untuk mencegah terjadinya emboli atau
mencegah bila ada bekuan baru, hanya sebatas untuk
kasus pada stroke dengan fibrasi umum
c. Anti platelet : Asiplin, Tidopiline, Clopidogrel
d. Neuro protector : Citikoline
e. Anti Hipertensi : Labetolol. Nicardipilin, Enalapril, sodium
nitropruside untuk beberapa kasus kegawatdaruratan tidak
dianjurkan pemberian vasodilator cepat (Nitrogliserin,
21
Hydralazin) karena dapat memperburuk keadaan.
Menurunkan tekanan Intrakranial : Manitol
f. Obat lambung : Antasit (untuk mencegah ulcer dan refluks
lambung) hanya diberikan sesuai dengan indikasi tertentu)
c. Penatalaksanaan secara keperawatan
Menurut Efriza Mahrswati 2012
1) Diet penderita stroke
Berdasarkan buku penutunan diet edisi terbaru yang
diberikan pada penderita stroke adalah diet stroke. Diet
stroke bertujuan nuntuk :
a) Memberikan makanan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien dengan mempertahankan
keadaan dan komplikasi penyakit,
b) Memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia,
pneumonia, kelainan ginjal dan dekubitus.
c) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Jenis makanan yang tidak disarankan untuk
penderita stroke seperti : semua makanan yang
digoreng, semua daging yang berlemak, (kambing,
babi, ham, sosis, kulit ayam, lemak hewan), kepiting,
cum-cumi, udang, kerang, ikan asin, ikan teri, telur
asin, roti, kue yang mengandung soda kue atau garam,
margarine, mentega, vitsin, kecap, magi, pesti, saus
tomat.
22
2) Nutrisi
Untuk membantu mempertahankan kondisi kesehatan serta
membantu pemulihan pasien dengan penyakit stroke, maka
pasien yang menderita stroke dapat mengonsumsi
makanan seperti buah dan sayuran setiap harinya seperti
pisang, jus buah alami, melon, ceri, buah berry, apel,
semangka, jeruk, lemon, brokoli, paprika, bawang dan
kubis.
3) Aktivitas
Menurut M. Clevo Rendi 2012
Pada psien stroke harus di imobilisasi sedini mungkin bila
kondisi klinis neurologist dan hemodinamik stabil.
Penderita stroke dapat dianjurkan melakukan gerakan ROM
(range of motion):
a. ROM aktif adalah latihan gerak isotonis atau
terjadi kontraksi dan pergerakan otot yang
dilakukan pasien dengan menggerakkan
masing – masing persendiannya dengan
rentang gerak normal.
b. ROM pasif adalah latihan pergerakan perawat
atau petugas lain yang menggerakan
persendian pasien sesuai dengan kemampuan
rentang geraknya
23
1) Spina servica
Fleksi : menggerakkan dagu menempel
ke dada rentang 45 derajat
Ekstensi : mengembalikan kepal
keposisi tegak rentang 45 derajat
Hiperekstensi : menekuk kepala
kebelakang sejauh mungkin rentang 100
derajat.
Fleksi lateral : memiringkan kepala
sejauh mungkin kearah setiap bahu
rentang 40-45 derajat.
Rotasi : memutar kepala sejauh
mungkin dalam gerkan sirkuler 180
derajat.
2) Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi
samping tubuh kedepan tubuh keposisi
diatas kepala rentang 180 derajat
Ekstensi : mengembalikan posisi lengan
ke samping tubuh rentang 180 derajat
Hiperekstensi : menggerakkan lengan
ke belakang tubuh, siku tetap lurus 45-
60 derajat
24
3) Siku
Fleksi : menekuk siku sehingga lengan
bawah bergerak kedepan sendi bahu
dan tangan sejajar bahu rentang 150
derajat
Ekstensi : mengembalikan siku keposisi
lurus rentang 150 derajat.
4) Lengan bawah
Supinasi : menggerakkan telapak
tangan dan tangan sehingga telapak
tangan menghadap keatas rentang 70 –
90 derajat.
Pronasi : memutar klengan bawah
sehingga lengan bawah menghadap ke
bawah rentang 70 – 90 derajat
5) Pergelangan tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan
ke sisi bagian dalam bawah 80-90
derajat
Ekstensi : menggerakkan jari – jari
sehingga jari – jari tangan dan lengan
bawah berada dalam arah yang sama
rentang 80-90 derajat
25
Hiperekstensi : membawa permukaan
tangan dorsal kebelakang sejauh
mungkin rentang 80-90 derajat
6) Jari-jari tangan
Fleksi : membuat genggaman 90 derajat
Ekstensi : meluruskan kembali jari – jari
tangan rentang 90 derajat.
Hiperekstensi : menghgerakkan jari-jari
tangan sejauh mungkin rentang 30-60
derajat
Abduksi : merenggangkan jari-jari
tangan yang satu dengan yang lainnya
rentang 30 derajat.
Adduksi : merapatkan kembali jari-jari
tangan 30 derajat.
7) Ibu jari pelana
Fleksi : menggerakkan ibu jari
menyilang permukaan telapak tangan
rentang 90 derajat.
Ekstensi : menggerakkan ibu jari
kembali ke posisi semula rentang 90
derajat
Abduksi : menjauhkan ibu jari
kesamping rentang 30 derajat
26
Adduksi : menggerakkan ibu jari
keposisi semula rentang 30 derajat
8) Pinggul
Fleksi : menggerakkan tungkai kedepan
dan ke atas rentang 90-120 derajat
Ekstensi : menggerakkan tungkai
kembali kesamping tungkai yang lain
90-120 derajat
Hiperekstensi : menggerakkan tungkai
kebelakang tubuh 30-50 derajat
Abduksi : menggerakkan tungkai ke
samping menjauhi tubuh rentang 30-50
derajat
Adduksi : menggerakkan tungkai
kembali ke posisi semula rentang 30-50
derajat.
Rotasi dalam : memutar kaki dan
tungkai kea rah tungkai lain
Rotasi luar : tungkai menjauhi tungkai
yang lain rentang 90 derajat
9) Luitut
Fleksi : menggerakkan tuimit ke kearah
belakang paha. 120-130 derajat
Ekstensi : mengembalikan tungklai ke
posisi semula rentang 120-130 derajat.
27
10) Mata kaki
Dorsi fleksi : menggerakan kaki
sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas
20-30 derajat
Plantar fleksi : menggerakkan kaki
sehingga jari-jari kaki menekuk ke
bawah 45-50 derajat
11) Kaki
Inversi : memutar telapak kaki
kesamping dalam rentang 100 derajat
atau kurang.
12) Jari – jari kaki
Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki
kebawah rentang 30-60 derajat
Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
rentang 30-60 derajat
Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki
satu dengan lainnya 15 derajat atau
kurang
Adduksi : merapatkan kembali
nbersama-sama rentang 15 derajat atau
kurang.
28
4) Olahraga
Menurut Nabyl R.A 2012
Olahraga teratur bisa membakar lemak, meningkatkan
kinerja dan kekuatan otot jantung, serta membuang kotoran
tubuh melalui keringat.penderita stroke dapat melakukan :
a. Berjalan kaki, dengan berjalan kaki secara rutin
dapat meningkatkan kesehatan fisik, daya tahan
tubuh lebih bagus, dan denyut jantung lebih baik.
b. Latihan di air
Latihan air juga dapat membantu proses
penyembuhan stroke karena pengaruh daya apung
air membuat tubuh lebih ringan dibandingkan
berjalan didarat. Latihan bisa dimulai dengan
menggerakkan tangan dan kaki. Dengan melakukan
terapi air secara rutin maka penderita dapat
merasakan manfaat seperti sirkulasi darah lancer,
oksigenasi otak meningkat, daya kerja otot
meningkat, mengurangi kaku otot, meningkatkan
kemampuan gerak penderita.
c. Senam aerobic
Senam aerobic dapat membantu kesehatan dan
kebugaran penderita stroke. Senam aerobic secara
rutin dapat meningkatkan pasokan oksigen ,
menguatkan otot tubuh, serta menambahkan
29
kelenturan. Aerobic yang cocok unuk penderita
stroke adalah senam lansia, senam pernafasan,
senam lantai.
8. Pencegahan
Menurut Efriza Mahreswati 2012
1) Kurangi makanan yang digoreng, terutama minyak yang dipakai
berulang kali. Gantilah atau selingi dengan makanan yang
direbus atau di kukus
2) Hindari cemilan berlemak tinggi seperti tar atau cake ganti
dengan buah.
3) Susunlah bahan makanan rendah lemak misalanya perbanyak
tahu tempe, hindari santan dan minyak goring secara berkala.
4) Bila masak daging singkirkan lemaknya.
5) Pilihlah susu rendah lemak
6) Batasi asupan soda
7) Hindari makanan kaleng yang mengandung banyak bayak
natrium
8) Makan dengan makanan menu seimbang dan kalori yang
dibutuhkan
9) Kurangi asupan gula dan garam
10) Perbanyak asupan sayur dan buah yang tinggi serat untuk
membantu mengontrol kadar gula darah dan menurunkan
kolestrol Mengurangi kegemukan
Menurut Nabyl R.A 2012
30
11) Berhenti merokok
12) Berhenti minum kopi
13) Batasi makan garam dan lemak
14) Tingkatkan masukan kalium
15) Rajin olahraga
16) Mengubah gay hidup
17) Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan
darah (Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza
Putri, S.Kep 2013)
18) Mengotrol atau mengendalikan : hipertensi, kencing manis
(DM), penyakit jantung, penyakit arteosklerosis.
B. Konsep Proses Keperawatan
1. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Johson L & Leny R, 2010)
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan
tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
(Harmoko, 2012)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
31
jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga (Sayekti, 1994 dikutip oleh Suprajitno, 2014)
Dari ketiga defenisi tersebut diatas mempunyai
persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan
dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap
(serumah) dengan peran masing-masing serta keterlibatan
emosional.
b. Struktur Keluarga
Menurut Friedman, dalam Harmoko (2012 menyebutkan
bahwa struktur keluarga terdiri atas :
1) Struktur Komunikasi
Menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak,
anak dengan anak dan anggota keluarga lain (pada
keluarga besar) dengan kelurga ini.
2) Struktur Peran Keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota
dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
3) Struktur Kekuatan Keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
32
untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
4) Struktur Nilai dan Norma Keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
dan diyakini oleh keluarga , khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan.
c. Tipe/Bentuk Keluarga
Menurut Harmoko (2012) mengemukakan bahwa
tipe/bentuk keluarga terdiri atas :
1) Nuclear Family adalah keluarga yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Extended Family adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga
inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun bawaan dari
perkawinan baru.
4) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang,
istri di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karna sekolah atau perkawinan.
33
5) Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan
tidak mempunyai anak.
6) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat penceraian
atau kematian pasangannya.
7) Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tidak
mempunyai anak.
8) Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal
sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
9) Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam
satu rumah.
10) Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal
dalam suatu panti-panti.
11) Comunal. Satu rumah terdiri atas dua atau lebih
pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua
dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan
tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
13) Ummaried Parent and Child. Ibu dan anak di mana
perkawinan yang tidak dikehendaki, anaknya adopsi.
14) Cohibing Couple. Dua orang atau satu pasangan yang
tinggal bersama tanpa pernikahan.
34
d. Tugas dan Fungsi Keluarga
Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang
didalamnya terdapat delapan tugas pokok (Sri Lestari, 2012)
1) Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para
anggotanya.
2) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang
ada dalam keluarga.
3) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya.
4) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul
keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.
5) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang
diinginkan.
6) Memelihara keterlibatan anggota keluarga.
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam
masyarakat yang lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga.
Sedangkan fungsi keluarga yang dapat dijalankan
adalah :
1) Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta
memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
35
2) Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan
rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara
keluarga, memberikan kedewasaan anggota keluarga,
serta memberikan identitas pada keluarga.
3) Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
4) Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini
dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang.
5) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan atau
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat
yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam meme -nuhi
peranannya sebagai orang dewasa, serta men -didik anak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
e. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga
(Johson L & Lenny R, 2010)
1) Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri yang berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, seb - agai anggota
36
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya,
serta sebagai anggota masyara -kat dari lingkungannya,
disamping itu juga sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3) Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik,
mental, sosial dan spiritual.
f. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap perkembangan keluarga (Rodgers cit
Friedman,1998. Dikutip dari Johson L & Leny R, 2010)
1) Pasangan Baru ( keluarga baru )
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis
keluarga masing-masing) :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
37
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Keluarga Child-Bearing ( kelahiran anak pertama )
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak pertama berusia 30 bulan :
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga,
peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan
keluarga
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan
3) Keluarga dengan Anak Pra-sekolah.
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5
bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 bulan :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara anak yang lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik
didalam maupun diluar keluarga.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan
anak.
38
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh
kembang anak.
4) Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada
usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Umumnya keluarga sudah mencapai anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b) Mempertahanka keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang
semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5) Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun
dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian yaitu
pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas -kan anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri untuk menjadi lebih
dewasa :
a) Memberikan kebebasan harus seimbang deng - an
tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
39
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam
keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk
tumbuh kembang keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada
anak belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahanka keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang
sakit dan memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiata rumah tangga.
7) Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan kesehatan.
40
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan teman sebaya dan anak-anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
8) Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai
pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut pada
saat salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasa -
ngan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan
sosial masyarakat.
2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Keperawatan adalah pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang kompresif yang ditujukan kepada
individu, kelompok, dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Sukma
Nolo Widyawati, 2012)
41
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan melalui perawatan saran atau penyalur
(Johson L & Leny R, 2010)
Asuahan keperawatan keluarga merupakan proses yang
kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk
bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga (Harmoko, 2012)
2. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1) Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2) Tujuan khusus :
a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi
oleh keluarga.
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar
dalam keluarga.
c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi
masalah kesehatan anggotanya.
42
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota kelurganya.
e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam
meningkatkan mutu hidupnya.
3. Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan menuju pada pencapaian tujuan
keluarga. proses pemecahan masalah yang sistematis yang
digunakan ketika bekerja pada keluarga sebagai suatu sistem.
4. Pengkajian keperawatan keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga, perawat diharafkan menggu- nakan bahasa ibu (yang
digunakan setiap hari), lugas, dan sederhana (Suprajitno, 2014)
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah seabagai
berikut (harmoko, 2012)
a) Data Umum
(1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon
jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
43
inisial,jenis kelamin, tanggal lahir atau umur,
hubungan dengan kepala keluarga, status imunisai
dari masing-masing anggota keluarga, dan
genogran.
(2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga
beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
(3) Suku bangsa atau latar belakang budaya, mengkaji
asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait
dengan kesehatan.
(4) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga
serta kepercayaan yang dapat memengaruhi
kesehatan.
(5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial
ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga
lainnya.
(6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang,
rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga
pergi bersama-sama untuk mengun- jungi tempat
rekreasi, namun dengan menonton tv dan
mendengarkan radio juga merupakan rekreasi,
selain itu perluh dikaji pula penggu- naan waktu
luang atau sangga keluarga.
44
b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengka- jian
keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga
melaksanakan tugas tahapan perkembangan. Sedangkan
riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan
keluarga inti dan riwat kesehatan keluarga.
c) Pengkajian Lingkungan
Pengakajian Lingkungan Menurut Suprajitno 2014
(1) Karakteristik rumah.
Yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah
yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah
ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,
peletakan perabot rumah tangga, sarana
pembuangan air limbah dan kebutuhan mck
( mandi, cuci, dan kakus), sarana air bersih dan
minum yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih
dipelajari bila digambar dengan sebagai denah
rumah.
(2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yaitu tempat keluarga
bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti
lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/
45
kesepakatan penduduk setempat, dan budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
(3) Mobilitas geografis keluarga
Menggambarkan mobilitas keluarga dan angg- ota
keluarga. Mungkin keluarga sering berpind-ah
tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh
dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan
keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga
berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
(5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas
keluarga yang menunjang kesehatan (askes,
jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain).
Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga
(peralatan kesehatan), dukungan psik-ologis
anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas
sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat
digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
46
d) Struktur keluarga
(1) Struktur peran
Menjelaskan peran masing – masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik
dikeluarga atau masyarakat.
(2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan
(3) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota
keluarga, termasuk pesan yang disampaikan,
bahasa yang digunakan, komunikasi secara
langsung atau tidak, pesan emosional (positif atau
negatif), frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung. Adakah hal – hal yang tertutup dalam
keluarga untuk didiskusikan.
(4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mem-
engaruhi dan mengendalikan anggota keluarga
untuk mengubah perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan.
47
e) Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Suprajitno 2014
(1) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan serta pemanfaatan sumber yang ada di
masyarakat sekitar untuk meningkatkan status
kesehatannya.
(2) Fungsi mendapatkan sosial
Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk
memperoleh status sosial di masyarakat tempat
tinggal keluarga.
(3) Fungsi pendidikan
Menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga
dalam pendidikan selain itu upaya yang diperoleh
dari sekolah atau masyarakat sekitar.
(4) Fungsi sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga,
sajauh mana anggota keluarga belajar tentang
disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang
berlaku di keluarga dan masyarakat.
(5) Fungsi pemeliharaan kesehatan.
Tujuan pengkajian yang berkaitan dengan
tugas keluarga di bidang kesehatan :
48
(a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk
mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga
mengetahui fakta dari masalah kesehatan,
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab, dan faktor yang mempengaruhi
serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang dialami anggota
keluarga.
(b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang:
1. Kemampuan keluarga memahami
sifat dan luasnya masalah
2. Apakah masalah kesehatan dirasak-
an oleh keluarga
3. Apakah keluarga merasa menyerah
terhadap masalah yang dialami?
4. Apakah keluarga merasa takut
terha-dap akibat dari masalah
kesehatan yang dialami anggota
keluarga?
5. Apakah keluarga mempunyai sikap
yang tidak mendukung (negatife)
terhadap upaya kesehatan yang
49
dapat dilakukan pada anggota
keluarga.
6. Apakah keluarga mempunyai kema-
mpuan untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan?
7. Apakah keluarga mempunyai kepe-
rcayaan terhadap tenaga kesehtan?
8. Apakah keluarga telah memperoleh
informasi tentang kesehatan yang
tepat untuk melakukan tindakan
dalam rangka mengatasi masalah
kesehatan?
(c) Untuk mengetahui sejauh mana kemamp-uan
keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, perlu dikaji tentang:
1. Pengatahuan keluarga tentang peny-akit
yang dialami anggota keluarga (sifat,
penyebarab, komplikasi, kem-ungkinan
setelah tindakan, dan cara
perawatannya)
2. Pemahaman keluarga tentang pera-
watan yang perlu dilakukan keluarga.
3. Pengatahuan keluarga tentang peral-
atan, cara, dan fasilitas untuk merawat
50
anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan.
4. Pengatahuan keluarga tentang sum-ber
yang dimiliki kelaurga (anggota keluarga
yang mampu dan dapat bertanggung
jawab, sumber keuang-an/financial,
fasilitas fisik, dukungan psikososial).
5. Bagaimana sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.Untuk
mengetahui kemampuan keluarga
memelihara/memodofikasi lingkungan
ru-mah yang sehat, perlu dikaji tentang :
1) Pengatahuan keluarga tentang sum-ber
yang dimiliki oleh keluarga disekitar
lingkungan rumah.
2) Kemampuan keluarga melihat keun-
tungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
3) Pengatahuan keluarega tentang pen-
tingnya dan sikap keluarga terrhadap
sanitasi lingkungan yang higenis sesuai
syarat kesehatan.
51
4) Pengatahuan keluarga tentang upa-ya
pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan keluarga.
5) Kebersamaan anggota keluaga unt-uk
meningkatkan dhadap sanitasi
lingkungan yang higenis sesuai syarat
kesehatan.
6) Pengatahuan keluarga tentang upa-ya
pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan keluarga.
7) Kebersamaan anggota keluaga unt-uk
meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan keluarga.
(d) Untuk mengetahui kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan kese-hatan
di masyarakat, perlu dikaji tentang :
1.Pengatahuan keluarga tentang keberadaan
fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat di
jangkau keluarga.
2.Pemahaman keluarga tentang keun-tungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
52
3.Tingkat kepercayaan keluarga terh-adap
fasilitas dan petugas kesehatan yang
melayani.
4.Apakah keluarga mempunyai penga-laman
yang kurang menyenangkan tentang
fasilitas dan petugas kese-hatan yang
melayani.
5.Apakah dapat keluarga menjangkau fasilitas
kesehatan dan bila tidak dapat apa
penyebabnya.
(6) Fungsi religius
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang
dipelajari dan dijalankan oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
(7) Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga
untuk melakukan rekreasi secara bersama baik
diluar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas
yang dilakukan.
(8) Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga
memiliki dan upaya pengendalian jumlah anggota
keluarga. Perlu juga diuraikan bagaimana keluarga
menjelaskan kepada ang-gota keluarga tentang
53
pendidikan seks yang dini dan benar kepada
anggota kelurganya.
(9) Fungsi Afeksi
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluaraga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan
psikososial dalam kelua-rga, dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
f) Stres dan Koping
(1) Stessor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian kurang dari 6
bulan.
(2) Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang saat ini
dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
(3) Kemampuan dalam keluarga berespons terhadap situasi
atau stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespons
terhadap situasi stressor.
(4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasal-ahan.
(5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adapta-si
disfungsional yang digunakan keluarga bila meng-hadapi
permasalahan.
54
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
h) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menayakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
5. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai
individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui
pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberi-kan
dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakanya. Diagnosa keperawatan
keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam
tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping kelu-arga baik yang bersifat
aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan keperawatan
bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan dan
sumberdaya keluarga.
( harmoko, 2012)
Perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan kepada
sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosa keperawatan
diagnosa keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi), dan tanda (sign).
55
(Suprajitno, 2014)
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga mengguna-kan
aturan yang telah disepakati, terdiri dari (Suprajitno, 2014)
1) Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas
keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang
tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau
tidak mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan
menjadi tiga kelompok (Suprajitno, 2014)
1) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang
sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan
dari perawat dengan cepat.
2) Diagnosa resiko adalah masalah keperawatan yang
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi diagnosa
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah memenuhi kebutuhan
56
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan
Nanda, 1995 dikutip dari Harmoko, 2012 adalah :
a) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah
lingkungan.
(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
(hygiene lingkungan)
(2) Resiko terhadap keluarga.
(3) Resiko penularan penyakit.
b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur
komunikasi (komunikasi keluarga disfung-sional)
c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur
peran.
(1) Berduka dan antisipasi.
(2) Berduka disfungsional.
(3) Isolasi sosial. Perubahan dalam proses keluarga
(dapat adanya yang sakit terhadap keluarga)
(4) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(5) Perubahan menjadi orang tua ( krisis menjadi orang
tua )
(6) Perubahan penampilan peran.
(7) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan ru-mah.
(8) Gangguan citra tubuh.
57
d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi
afektif.
(1) Perubahan proses keluarga.
(2) Perubahan menjadi orang tua.
(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(4) Berduka yang di antisipasi.
(5) Koping keluarga tidak efektif
(6) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
e) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi
sosial.
(1) Perilaku mencari bantuan kesehatan.
(2) Konflik peran orang tua.
(3) Perubahan menjadi orang tua.
(4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
(5) Perubahan pemeliharaan kesehatan.
(6) Kurang pengetahuan.
(7) Kerusakan interaksi sosial.
(8) Ketidak patuhan.
(9) Gangguan identitas diri.
f) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi
perawatan kesehatan.
(1) Perubahan pemeliharaan kesehatan.
(2) Potensial peningkatan pemeliharaan keseha-tan.
(3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan.
58
(4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terap-eutik
atau pengobatan keluarga.
(5) Resiko terhadap penularan penyakit.
g) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping.
(1) Potensial peningkatan koping keluaga.
(2) Koping keluarga tiak efektif, menurun.
(3) Koping keluarga tidak efektif ketidak mampuan.
(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
Perioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa langkah
selanjutnya adalah menetukan perioritas masalah kesehatan
dan keperawatan keluarga. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perioritas masalah adalah sebagai berikut :
a) Tidak mungkin masalah kesehatan dan keperawatan
yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.
b) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
c) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi.
d) Sumber daya keluarga yang dapat menunjang
pemecahan masalah keperawatan keluarga.
e) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
Dalam menyusun perioritas masalah didasar-kan
pada kriteria :
59
a) Sifat masalah : ancaman kesehatan tidak/kurang sehat
dan situasi krisis.
b) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi.
c) Pontensial masalah untuk dicegah : sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau
dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya
untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan
kesehatan.
60
Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut :
Tabel 2.1
Skoring diagnosa keperawatan menurut Boilon dan Maglaya
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala :
- Tidak/kurang sehat
- Ancaman kesehatan
- Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
- Mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat
2
1
0
2
3. Potensi masalah dapat dicegah
Skala :
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
3
2
1
1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
- Masalah berat,harus ditangani
- Ada masalah,tetapi tidak perlu dit-
2
1
61
angani
- Masalah tidak dirasakan
1
0
Sumber : suprajitno 2014
Keterangan :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot:
Skor
X bobot
Angka yang tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
6. Perencanaan asuhan keperawatan keluarga
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan strandar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standar (Suprajitno, 2014)
Rencana tindakan keperawatan keluarga, meliputi
kegiatan-kegiatan yang bertujuan :
62
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan
cara :
(1) Memberikan informasi yang tepat.
(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga
tentang kesehatan.
(3) sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b) Menstimulasikan keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat, dengan cara :
(1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak
melakukan tindakan.
(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan
ada di sekitar keluarga.
(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tindakan.
c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat ang-gota
keluarga yang sakit, dengan cara :
(1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
(3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifik-asi)
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
keluarga, dengan cara :
(1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga.
63
(2) Melakukan perubahan lingkungan bersama
keluarga seoptimal mungkin.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :
(1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
disekitar lingkungan keluarga.
(2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
7. Implementasi Keperawatan keluarga
Secara sederhana implementasi adalah melak-sanakan tindakan
keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan seperti ini, perawat
seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan keluarga
serta disiplin ilmu lain (Yohanes Dion, 2013)
a. Tahap-tahap tindakan
1) Persiapan alat : tugas perawat adalah mempe-
rsiapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan sel-ama
melakukan perawatan.
2) Persiapan pasien : tugas perawat adalah mela-
kukan kontrak dengan pasien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan (waktu, jenis
tindakan, dll)
3) Persiapan tempat : tugas perawat adalah mem-
persiapkan tempat yang aman bagi pasien jika
64
melakukan tindakan yang perlu menjaga prifasi
klien.
4) Pelaksanaan tindakan : dalam melaksanakan
tindakan, perawat harus benar-benar melibat-kan
klien dan keluarga.
b. Tipe tindakan
1) Tindakan diagnostik
a) Wawancara dengan klien.
b) Observasi dan pemeriksaan fisik.
c) Melakukan pemeriksaan lab sederhana.
2) Tindakan terapeutik
Tindakan terapeutik adalah segala tindakan untuk
mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah klien.
3) Tindakan edukatif
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien,
seperti : menjelaskan kepada klien tentang tata cara
pengobatan pada pasien.
4) Tindakan merujuk
Yaitu tindakan yang didalamnnya melakukan kerja
sama dengan tim kesehatan lainnya.
8. Evaluasi Keperawatan keluarga
Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga
untuk mencapai tujuan. Terdapat dua jenis evaluasi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yaitu sebagai
berikut (Yohanes Dion, 2013)
65
a. Evaluasi formatif
Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan
tindakan keperawatan. Penulisannya lebih dikenal
dengan menggunakan format SOAP.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai
dengan perencanaan. Bila terdapat ketidak sesuaian
dalam hasil yang dicapai, keseluruhan proses mulai dari
pengkajian sampai dengan tindakan perlu ditinjau
kembali.
Ada beberapa metode yang perlu dilaksanakan dalam
melakukan evaluasi, diantaranya :
a. Observasi langsung
b. Wawancara
c. Memeriksa laporan
d. Latihan stimulasi
Komponen yang perlu dievaluasi dalam keperawatan
keluarga meliputi komponen kognitif, afektif, dan psikomotor
dengan penentuan keputusan sebagai berikut.
a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan sesuai
dengan tujuan dan standar, sehingga rencana dihentikan.
66
b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yan
ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources
dan intervensi sebelum tujuan berhasil.
c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan, sehingga perlu
1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih
akurat.
2) Membuat out comes yang baru, mungkin yang
sebelumnya tidak realistis atau tidak dikehendaki
keluarga sehingga susah untuk dicapai.
3) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal
ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya.