bab ii perusahaan bank
DESCRIPTION
akuntansiTRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Teori Keagenan (agency theory)
Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan
terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah
pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan.
Pemegang saham disebut sebagai disebut sebagai prinsipal, sedangkan
manajemen orang yang diberi kewenangan oleh pemegang saham untuk
menjalankan perusahaan yang disebut agen. Perusahaan yang
memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap
konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena masing-
masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, yaitu
berusaha mencapai kemakmurannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976)
Untuk meminimalkan konflik antara mereka, maka pemilik dan
manajemen melakukan kesepakatan kontrak kerja dengan mengatur
proporsi hak dan kewajiban masing-masing guna mencapai utilitas yang
diharapkan. Adapun manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak
didasarkan atas kinerja perusahaan. Hubungan antara pemilik dan
manajemen sangat tergantung pada penilaian pemilik tentang kinerja
manajemen. Untuk itu, pemilik menuntut pengembalian investasi yang
dipercayakan untuk dikelola oleh manajemen. Oleh karenanya,
manajemen harus memberikan pengembalian yang memuaskan kepada
9
pemilik perusahaan, karena kinerja yang baik akan berpengaruh positif
pada kompensasi yang diterima, dan sebaliknya kinerja yang buruk akan
berpengaruh negatif.
2.1.2 Teori Pensignalan (singnalling theory)
Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal-signal
keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada
pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal
dilakuka oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris.
Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan
merupakan salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi
pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien mengisyaratkan bahwa
tidak seorangpun akan memperoleh return lebih hanya atas
pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan
bahwa laba (per saham) yang diumumkan via statemen keuangan
mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh karena itu, data laba
sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan harga masa
datang.
Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan
manajemen, rencana manajemen, pengembangan produk, strategi yang
dirahasiakan, dan sebagainya yang tidak tersedia secara publik akhirnya
akan terrefleksi dalam angka laba (laba per saham) yang dipublikasi via
statemen keuangan. Dengan kata lain, laba merupakan sarana untuk
menyampaikan signal-signal dari manajemen yang tidak disampaikan
secara publik.jadi, laba mempunyai kandungan informasi (information
10
content) yang penting bagi pasar modal. Sementara itu, investor berusaha
untuk mencari informasi untuk memprediksi laba yang diumumkan atas
dasar data yang tersedia secara publik. Oleh karena itu, informasi laba
sangat diharapkan para analis untuk menangkap informasi privat atau
dalam yang dikandungnya dan untuk mengkonfirmasi laba harapan
investor (Suwardjono,2012:490)
2.1.3 Manajemen Keuangan
A. Pengertian Manajemen Keuangan
Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus
mengetahui bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan. Hal
ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Unsur manajemen keuangan harus diketahui oleh seorang
manajer. Misalkan saja seorang manajer keuangan tidak mengetahui apa-
apa saja yang menjadi unsur-unsur manajemen keuangan maka akan
muncul kesulitan dalam menjalankan suatu perusahaan tersebut.
Sehingga seorang manajer manajer keuangan harus mampu
mengetahui segala aktivitas manajemen keuangan, khususnya
penganalisaan sumber dana dan penggunaannya untuk merealisasikan
keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajer
keuangan harus memahami arus peredaran uang baik eksternal maupun
internal.
Sutrisno (2009:3) mengartikan manajemen keuangan sebagai:
11
“Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha
untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien.”
Komunitas dan perpustakaan online Indonesia (2008:1)
memberikan definisi manajemen keuangan yang dipublikasikan dalam
organisasi.org sebagai berikut:
“Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian,
dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan.”
Dari beberapa pengertian manajemen keuangan yang telah
dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan manajemen
keuangan adalah perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
B. Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2009:5) Fungsi Manajemen Keuangan terdiri dari tiga
keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan:
a. Keputusan Investasi, adalah masalah bagaimana manajer
keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk
investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa
yang akan datang.
12
b. Keputusan Pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan
dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi
dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna
membelanjakan kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan
usahanya.
c. Keputusan Dividen, merupakan keputusan manajemen
keuangan untuk menentukan: (1) besarnya prosentase laba yang
dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash
dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham,
(4) pemecahan saham, serta (5) penarikan kembali saham yang
beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan
kemakmuran para pemegang saham.
2.1.4 Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk
pengambilan keputusan, apabilla dengan informasi laporan keuangan
tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses
perbandingan, evaluasi, dan analisis tren, akan diperoleh prediksi tentang
apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang sehingga disinilah
laporan keuangan tersebut begitu diperlukan. Sehingga hasilnya dapat
membantu dalam memberikan pertimbangan mengenai kondisi
perusahaan/badan usaha dimasa yang akan datang.
Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disampaikan maka
akan semakin meyakinkan terhadap kinerja perusahaan tersebut. Lebih
13
jauh perusahaan di prediksikan akan mampu untuk tumbuh dan
memperoleh profitabilitas secara kontinuitas yang otomatis pula tentunya
pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan akan merasa puas
tanpa ada mengalami masalah ataupun kemacetan urusan di masa
mendatang.
A. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan
menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu
keuangan.
Menurut Munawir (2009:2) menyatakan bahwa “laporan keuangan
pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
perusahaan tersebut.”
Farid dan Siswanto (1998) dalam irham (2011:22) mengatakan
“laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat financial.”
Menurut Kieso, Weygant dan Warfield (2008:2) “laporan keuangan
merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada
pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah
perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.”
Sutrisno (2009:9) menyebutkan bahwa “laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi meliputi dua laporan utama
yakni Neraca dan Laporan Rugi-Laba.”
14
Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai
pertanggungjawaban atau accountability, dan juga dapat
menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya.
B. Jenis Laporan Keuangan
a) Pengertian Neraca
Suradi (2009:37) dalam bukunya akuntansi pengantar 1
mendefinisikan bahwa “neraca (balace Sheet) merupakan suatu
daftar yang menggambarkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik
yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu”
Neraca Secara garis besar terdiri dari : aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemilik
a. Aktiva (assets) adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang.
Aktiva (assets) terdiri dari:
Aktiva lancar
Aktiva tetap
Barang tak berwujud
Urutan penyajiannya: aktiva lancar, aktiva tetap dan
aktiva lain-lain
b. Kewajiban (Liabillity) adalah kewajiban perusahaan kepada
pihak ketiga yang harus dibayar oleh suatu perusahaan
15
dengan uang/jasa pada suatu saat tertentu dimasa yang akan
datang.
Kewajiban jangka pendek (utang lancar) adalah
kewajiban yang waktu jatuh temponya / waktu
pembayaran nya kurang dari satu periode akuntansi /
satu tahun (utang dagang, utang wesel, beban yang
masih harus dibayar, pendapatan diterima dimuka dan
lain-lain).
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang
waktu jatuh temponya / waktu pembayaran nya lebih
dari satu periode akuntansi / satu tahun (utang hipotek,
hutang obligasi dan lain-lain).
c. Ekuitas pemilik/modal (owners equity) adalah hak pemilik
perusahaan atas kekayaan perusahaan (selisih antara aktiva
dan kewajiban).
b) Pengertian laba rugi
Lukas setia atmaja (2001:413) dalam bukunya manajemen
keuangan memberikan definisi laporan laba rugi sebagai berikut:
“laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memperlihatkan
penghasilan, biaya dan pendapatan bersih dari suatu perusahaan
selama suatu periode waktu”.
Sedangkan Suradi (2009:38) dalam bukunya akuntansi pengantar
1 memberikan definisi laporan keuangan sebagai berikut:
16
“laporan laba rugi (income statement) adalah ikhtisar pendapatan
(revenues) dan beban (expenses) selama suatu periode tertentu,
misalnya setengah tahun atau setahun”.
Laporan laba rugi menggambarkan hasil suatu perusahaan dalam
suatu periode waktu tertentu, terdiri dari:
a. Pendapatan (revenues) adalah kenaikan bruto atas
ekuitas pemilik karena diterimanya suatu aktiva dari
pelanggan baik yang berasal dari penjualan barang
maupun jasa. Pendapatan juga dapat definisikan sebagai
aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari
konsumen sebagai hasil barang/jasa.
b. Beban (expense) adalah penurunan dari modal pemilik,
baik melalui pengeluaran uang maupun penggunaan
aktiva perusahaan sehubungan dengan usaha untuk
menghasilkan pendapatan.
c. Laba/rugi adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan
dan beban.
c) Pengertian laporan arus kas
Menurut Eugene F. Brigham & Joel F. Houston (2001:48)
“laporan arus kas adalah laporan yang menjelaskan dampak aktivitas
operasi, investasi dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas
selama satu periode akuntansi”.
Menurut Lukas Setia Atmaja (2001:414) “laporan arus kas
adalah laporan keuangan yang memperlihatkan penerimaan kas dan
pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode”.
17
Sedangkan menurut Suradi (2009:39) “laporan arus kas
adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas selama suatu
periode tertentu, misalnya setengah tahun atau setahun”.
d) Bentuk-bentuk laporan keuangan
Psak (2009:07) dalam Prayudiawan (2011) laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
1. Asset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian
5. Kontribusi dari badan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik
6. Arus kas.
Dalam PSAK (2009:08) dalam Prayudiawan (2011) laporan
keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut
ini:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode
Sejak tahun 1930 penekanan utama akuntansi adalah pada
orientasi pengukuran dan pengakuan pendapatan (income
statement). Namun menurut kerangka konsep yang dikembangkan
18
FASB, yang berdiri tahun 1973, penekanan akuntansi bergerak
kepada orientasi asset liability (balance sheet). Kemudian setelah
keluarnya FASB statement no.95 dan perkembangan yang sangat
cepat pada konsep cash flow accounting,maka penekanan akuntansi
mengarah pada orientasi arus kas.
Para ahli menjelaskan bahwa neraca adalah laporan yang
menggambarkan keadaan masa kini, laba rugi menggambarkan
keadaan masa lalu, dan laporan perubahan dana menggambarkan
keadaan masa yang akan datang, karena informasinya dapat
digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang akan datang.
C. Tujuan laporan keuangan
Akuntansi lahir dengan maksud tertentu, yaitu untuk memberikan
jasa kepada penggunanya berupa informasi keuangan yang dibutuhkan
untuk proses pengambilan keputusan. Dalam merumuskan teori
akuntansi. Perumusan tujuan laporan keuangan merupakan dasar utama
karena tujuan inilah yang harus diwujudkan oleh ilmu akuntansi itu.
Sofyan (2011:124) dalam bukunya teori akuntansi memaparkan
beberapa versi rumusan tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber
yang dapat kita lihat dari penjelasan di bawah ini.
Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Suwardjono
(2012:154) mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek
landasan pikiran yaitu:
1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan
ekonomik, hukum, politis, dan sosial tempat akuntansi
diterapkan.
19
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan
keterbatasan informasi yang dapat disampaikan melalui
mekanisme pelaporan keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari
terlalu umumnya informasi akibat terlalu banyaknya pihak
pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan informasinya.
APB statement no.4 (AICPA) menggambarkan tujuan laporan
keuangan dengan membagi dua:
Tujuan khusus:
“menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan
perubahan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahaan posisi
lainnya secara wajar sesuai prinsip akuntasi yang diterima”.
Tujuan umum:
“memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan
bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta
informasi lainnya yang relevan.”
A statement of basic accounting theory (ASOBAT) dalam
Suwardjono (2012:151) merumuskan empat tujuan akuntansi
sebagai berikut:
1. Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
penggunaan sumberdaya (alam, fisis, manusia, dan finansial)
yang terbatas.
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan
manusia suatu organisasi secara efektif.
20
3. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepada manajemen.
4. Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian
sosial.
Zaki Baridwan (2000:3) menyatakan bahwa tujuan laporan
keuangan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang
potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan
untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.
2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang
potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumllah, waktu,
dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan
datang yang berasal dari deviden atau bunga dan dari
penerimaan uang yang berasa dari penjuala, pelunasan, atau
jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman.
3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu
perusahaan; klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban
perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke
perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh
dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-
keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas
sumber-sumber tersebut.
Menurut Firdaus (2012:2) “tujuan laporan keuangan adalah
untuk melayani pemakai yang memiliki keterbatasan otoritas,
kemampuan, atau sumber daya untuk memperoeh informasi dan
21
pemakai yang bergantung pada laporan keuangan sebagai
sumber informasi utama tentang aktivitas perusahaan.”
2.1.5 Analisis Laporan Keuangan
A. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada
dasarnya dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan)
dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis
keuangan yang mencakup anaisis rasio keuangan, analisis kelemahan
dan kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam menilai
prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan
datang.
Dalam menilai kinerja keuangan sebetulnya ada beberapa teknik
analisis yang dapat digunakan, namun yang paling umum dan sering
digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio tersebut akan memberikan
gambaran atau pengukuran relative dari operasi perusahaan.
Pengertian dari rasio secara simpel adalah membandingkan
antara suatu angka dengan angka lainnya yang memberikan suatu
makna.
Menurut Fahmi (2011:44) “rasio (ratio) adalah perbandingan
jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan
nya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya
dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.”
22
Menurut Prastowo dan Julianty (2005:30) memberikan definisi
analisis laporan keuangan sebagai berikut:
“analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan
dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu,
dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa
mendatang.”
Suatu keuntungan dengan menggunakan rasio adalah meringkas
suatu data historis perusahaan sebagai bahan perbandingan. Dari sekian
banyak alat analisis keuangan, analisis rasio adalah paling banyak
digunakan. Analisis rasio menggunakan data keuangan yang diambil dari
neraca dan laporan keuangan perusahaan.
Analisis merupakan suatu langkah awal dalam suatu pengambilan
keputusan yang cerdas dimana sebelum membuat keputusan para
eksekutif harus mengumpulkan data dan menguji fakta-fakta keuangan
tersebut yang diperoleh dari data-data akunting yang ditunjukkan dalam
laporan keuangan.
B. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada
suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang
lalu. Akan tetapi,nilai rill dari laporan keuangan adalah fakta bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba
dan dividen masa depan.
23
Menurut Fahmi (2011:47) manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakannya rasio keuangan untuk menganalisis laporan keuagan,
yaitu:
a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan
sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan;
b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen
sebagai rujukan untuk membuat perencanaan;
c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari prespektif
keuuangan;
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor untuk
memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan
dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan
pengembalian pokok pinjaman;
e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi
pihak stake holder organisasi.
Brighman & Houston (2001:78) menyebutkan manfaat dari
menganalisis rasio keuangan jika ditinjau:
1. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan yang
berkaitan dengan efisiensi, resiko, dan prospek pertumbuhan
perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk memprediksi
masa depan.
2. Dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan
digunakan untuk membantuk menganalisis, mengendalikan dan
memperbaiki operasi perusahaan sehingga manajer dapat
24
mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting lagi
sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan
mempengaruhi peristiwa di masa depan.
3. Sedangkan dari sudut pandang kreditor seperti pegawai bank
bagian kredit atau analisis peringkat obligasi menggunakannya
untuk membantu menentukan kemampuan perusahaan membayar
utang.
C. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sofyan (2001) dalam fahmi (2011:47) analisa rasio
keuangan mempunyai keunggulan sebagai berikut:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang
lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi
yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
c. Mengetahui posisi keuangan perusahaan di tengah industri
lain;
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score);
e. Menstandarisasi size perusahaan;
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan
secara periodic atau time series;
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.
25
Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat
suatu perusahaan akan memberikan gambaran tentang keadaan
perusahaan dan dapat dijadikan sebagai alat prediksi bagi
perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Ini dikarenakan
rasio keuangan juga memungkinkan manajer keuangan
memperkirakan reaksi kreditor dan investor dalam memperkirakan
bagaimana memperoleh kebutuhan dana, serta seberapa besar dana
sanggup diperoleh.
D. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio dapat memberikan informasi yang
berguna tentang operasi dan kondisi keuangan perusahaan, namun
rasio ini memiliki keterbatasan yang harus kita waspadai dan
pertimbangkan.
Menurut Brigman dan Houston (2001:101) beberapa
masalah potensial yang harus diwaspadai dan dipertimbangkan dari
rasio keuangan adalah:
1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan divisi yang
berbeda pada industri yang berbeda, dan perusahaan
semacam ini sangat suit untuk mengembangkan
seperangkat rata-rata industri yang berarti untuk tujuan
komparatif.
2. Kebanyakan perusahaan ingin lebih baik dibanding rata-rata
industri, sehingga bila hanya mencapai kinerja rata-rata
tidaklah terlalu baik. Sebagai target untuk mencapat kinerja
tingkat tinggi, perusahaan hendaknya memfokuskan pada
26
rasio perusahaan yang sudah menjadi “leader”. Dalam hal ini
benchmarking akan sangat membantu
3. Inflasi dapat memberikan distrosi yang buruk pada neraca
perusahaan, nilai yang dicatat seringkali sangat berbeda
dengan nilai “sebenarnya”.
4. Faktor-faktor musiman juga dapat mendistorsi analisis rasio.
5. Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing”
untuk membuat laporan keuangan nampak lebih baik.
6. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi
perbandingan. Seperti disebutkan sebelumnya, penilaian
persediaan serta metode penyusutan dapat mempengaruhi
laporan keuangan dan dengan demikian mendistorsi
perbandingan diantara perusahaan.
7. Sangat sulit menyamaratakan apakah suatu rasio tertentu
“baik” atau “buruk”. Misalnya rasio lancar yang tinggi
mungkin menunjukkan posisi likuiditas paling kuat, yang
tampak bagus, atau kas yang berlebihan, yang buruk.
Demikian juga, rasio perputaran aktiva tetap yang mungkin
menunjukkan bahwa suatu perusahaan telah menggunakan
aktivanya secara efisien atau dikapitalisasi terlalu rendah
dan tidak mampu membei cukup aktiva.
8. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang
kelihatan “bagus” dan lainnya kelihatan “buruk”, yang
membuat sulit untuk menyatakan apakan perusahaan
tersebut kuat atau lemah. Namun, prosedur statistic dapat
27
digunakan untuk menganalisis pengaruh bersih dari
sekumpulan rasio.
Analisis rasio sangat berguna, tetapi analis harus memahami
permasalahan di atas dan membuat penyesuaian yang diperlukan.
Analisis rasio yang dilakukan secara mekanis, dengan cara yang
membabi-buta adalah berbahaya, tetapi bila digunakan dengan
intelegensi dan dengan pertimbangan yang tepat akan
memberikan masukan yang bermanfaat tentang operasi
perusahaan.
E. Analisis Rasio Keuangan atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan.
Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila data tersebut dapat diperbandingkan untuk
dua periode atau lebih.
Menurut Margaretha (2004) yang dikutip oleh Fahmi (2011)
“pengaanalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya:
a. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan
rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu
dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio
perusahaan selama kurun waktu tertentu;
28
b. Analisis vertical, yaitu membandingkan data rasio keuangan
perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain
yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama;
c. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk
memperlihatkan hubungan antara Roi, assets turnover, dan
profit margin.
Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi
atas kemajuan perusahaan, faktor yang paling penting untuk
diketahui oleh yang berkepentingan, adalah sebagai berikut;
a. Likuiditas: menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi atau saat ditagih. Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban tersebut disebut dalam keadaan
“likuid”, sebaliknya bagi perusahaan yang tidak mampu
memenuhi kewajibannya disebut “illikuid”.
b. Solvabilitas: menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka
pendek, maupun kewajiban jangka panjangnya.
c. Rentabilitas: menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menciptakan laba atau keuntungan. Modal perusahaan
pada dasarnya diperoleh dari modal sendiri (equity) dan
modal dari luar (short and long term liabilities).
Kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba adallah
tuntutan para pemodal tersebut untuk memperoleh dividen,
29
bunga kupon obligasi, ataupun kewajiban perusahaan
lainnya.
d. Stabilitas: menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menjalankan usahanya dengan stabil, yaitu dengan
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
beban bunga dan pokok atas utang-utangnya, membayar
dividend dan kewajiban intern perusahaan.
Menurut Hendra (2009:199) dalam suatu anaisis rasio
keuangan ada 5 inti atau 5 pokok, yaitu sebagai berikut:
1) Rasio likuiditas: rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang telah jatuh tempo.
2) Rasio leverage: rasio yang mengukur seberapa jauh atau
besar perusahaan telah didanai atau dibiayai oleh utang.
3) Rasio aktivitas: rasio yang mengukur seberapa efektif (hasil
guna) perusahaan menggunakan sumber dayanya.
4) Rasio profitabilitas: rasio yang mengukur seberapa
efektivitas manajemen atau eksekutif perusahaan yang
dibuktikan dengan kemampuan menciptakan keuntungan
atau perlu ditambahkan mampu menciptakan niai tambah
ekonomis perusahaan.
5) Rasio valuasi: rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan
meaui para eksekutifnya mampu menciptakan niai pasar
(market vaue) yang ebih besar atas investasi yang
ditanamkannya. Rasio ini merupakan suatu rasio yang
30
engkap, di mana faktor resiko (risk nation) dan harapan
tingkat keuntungan (expected return) harus dipelihara
dengan baik untuk memaksimalkan kesejahteraan para
investor.
Fahmi (2011) dalam bukunya kemudian membahas rumus-
rumus rasio keuangan yang terdiri dari:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan
suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
secara tepat waktu. Rasio likuiditas secara umum ada 2
(dua) yaitu current ratio dan quick ratio:
a. Rumus current ratio:
Apabila suatu perusahaan perusahaan menetapkan
bahwa current ratio yang harus dipertahankan
adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap
utang lancar sebesar Rp 1,- harus dijamin dengan
aktiva lancar Rp 3,- atau dijamin dengan net
working capita sebesar Rp 2,-
b. Rumus quick ratio :
Current AssetsCurrent Liabilities
Current Assets−InventoriesCurrent Liabilities
31
Quick ratio tidak memasukkan persediaan dalam
aktiva lancar sebagai penjamin utang lancar adalah
karena persediaan dipersiapkan untuk digunakan
pada operasi yang berkelanjutan pada biaya yang
minimum.
2. Rasio Leverage
Rasio leverage mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang
yang terlalu tinggi akan membayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage
(utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat
utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang
tersebut.
Rasio leverage secara umum ada 5 (lima) yaitu
debt to total assets, debt to equity ratio, times interest
earned, fixed charge coverage, dan cash flow coverage.
a. Rumus debt to total assets adaah:
b. Rumus debt to equity ratio adalah :
c. Rumus times interest earned adalah:
Total LiabilitiesTotal Assets
Total LiabilitiesTotal ShareholdersEquity
Earning Before Interest∧Tax (EBIT )Interest Expense
32
d. Rumus fixed charge coverage adalah:
e. Rumus cash flow coverage
3. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang
menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna
menunjang aktivitas perusahaan.
Rumus rasio aktivitas secara umum ada 4
(empat), yaitu inventory turnover (perputaran
persediaan), rata-rata periode pengumpulang piutang,
fixed assets turnover (perputaran aktiva tetap), dan
total assets turn over (perputaran tota aset).
a. Rumus inventory turnover adalah
b. Rumus rata-rata pengumpulan piutang adalah:
Earning Before Interest∧Tax(EBIT )Interest Expense+Pembayaran Sewa
Aliran KasMasuk+Depreciation
¿Cost+Dividen SahamPreferen
(1−Tax)+Dividen SahamPreferen
(1−Tax)
Cost of Good SoldAverage Inventory
ReceivableCredit Sales /360
33
c. Rumus fixed assets turnover:
d. Rumus total assets turnover:
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen
secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya
tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya perolehan
keuntungan perusahaan.
Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat),
yaitu gross profit margin, net profit margin, return on
investment (ROI), dan total asset turnover (perputaran
total aset).
a. Rumus gross profit margin adalah:
b. Rumus net profit margin adalah:
Sales¿ Asset−net
SalesTotal Asset
Sales−Cost of Good SoldSales
Earning AfterTax(EAT )Sales
34
c. Rumus return on ivestment adaah:
d. Rumus total asset turnover adaah:
5. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya di dalam industry dan
dalam perkembangan ekonomi secara umum.
Rasio pertumbuhan ini yang umum dilihat dari
berbagai segi yaitu dari segi sales (penjualan), earning
after tax (EAT), laba perlembar saham, dividen
perlembar saham, dan harga pasar perlembar saham.
6. Rasio nilai pasar
Rasio nilai pasar yaitu rasio yang
menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio
ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi
perolehan keuntungan yang potensial dari suatu
perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di
perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan
datang.
Rasio nilai pasar ini yang umum dilihat adalah
earning per share (pendapatan per lembar saham),
Earning AfterTax(EAT )Total Asset
Earning AfterTax(EAT )Shareholder ' s Equity
35
earning ratio (rasio harga laba), book value per share
(harga buku per saham), dividen yield (hasil saham),
dividen payout (pembayaran dividen).
Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan
perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-
aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung
berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja,
dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan rugi laba.
Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu
yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Secara
keseluruhan, aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan
menjadi aspek leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas
atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar.
2.1.6 Rasio-rasio Keuangan Perbankan
Menurut Kasmir (2008:50) Penilaian kesehatan bank telah ditentukan
oleh bank Indonesia yaitu kepada pihak bank diharuskan membuat laporan baik
yang bersifat rutin maupun secara berkala mengenai aktivitasnya dalam suatu
periode tertentu. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya
menggunakan analisis CAMELS yaitu:
1. Aspek Permodalan
Penilaian permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan
pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
36
2. Aspek Kualitas Aset
Merupakan penilaian jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia
dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklarifikasikan
aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva
produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat
dilihat di neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank
Indonesia.
3. Aspek Kualitas Manajemen
Aspek penilaian merupakan kegiatan bank yang dikelola sehari-hari
kualitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari kualitas
manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari sisi
pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani
berbagai kasus-kasus yang terjadi.
4. Aspek Likuiditas
Penilaian atas kemampuan bank yang bersangkutan untuk
membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,
giro, & deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua
pemohonan kredit yang layak dibiayai.
5. Aspek Rentabilitas
Merupakan ukuran kemampuan Bank dalam meningkatkan labanya
apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang
sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus
meningkat.
37
6. Aspek Sensitivitas
Merupakan aspek dimana perbankan harus memperhatikan dua
unsur yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang
akan dihadapi. Pertimbangkan risiko yang harus diperhatikan
berkaitan erat dengan sensitivitas perusahaan. Sensitivitas terhadap
risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat dicapai dan
pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin.
2.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba pada periode tertentu. Laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang
dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Kasmir (2010:115) mengungkapkan bahwa “rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan.” Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dan rasio profitabilitas
(profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
38
Sedangkan Sofyan (2006:304) mengemukakan bahwa “rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”
Beberapa jenis rasio profitabilitas adalah:
a. Margin laba (profit margin
Profit Margin= PendapatanBersihPenjualan
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi.
b. Aset turn over (return on asset)
Returnon Asset= PenjualanBersihTotal Aktiva
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
c. Return on investmen (return on equity)
Returnon Equity= LabaBersihRata−rataModal(Equity )
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
d. Return on total asset
ReturnonTotal Asset= Laba BersihRata−rataTotal Asset
39
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva
2.1.8 Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu
penilaian likuiditas bank dapat dirumuskan sebagai beikut:
Jumlah Kredit yang diberikan LDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga + KLBI+Modal Inti
Menurut (Dendawijaya 2005) Loan to Deposit Ratio (LDR)
merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank
dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank. Menurut Surat
Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993 dalam Dendawijaya
(2005:116), termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah
sebagai berikut:
a. KLBI (kredit Likuiditas Bank Indonesia) (jika ada)
b. Giro, Deposito, Dan Tabungan Masyarakat
40
c. Pinjaman bukan dari Bank yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi
d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu
lebih dari 3 bulan
e. Surat berharga yang diterbitakan oleh bank yang berjangka
waktu lebih dari bulan
f. Modal pinjaman
g. Modal inti
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010 batas
aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100%. Besar
kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank
tersebut.
2.1.9 Likuiditas
Suatu perusahaan di awal pendiriannya biasanya mengandalkan
modal setoran dari pemilik untuk mendanai kegiatan operasi awal, mulai
dari pengadaan aktiva, pembelian bahan baku (kecuali perusahaan jasa),
dan pendanaan lain yang berkaitan dengan kegiatan operasional
perusahaan. Seiring dengan berjalannya waktu dengan manajemen yang
baik sebuah perusahaan tentunya akan semakin mengembangkan sayap,
akan tetapi dalam melakukan ekspansi pihak perusahaan biasanya mulai
mengurangi ketergantungannya terhadap modal pemilik dan jalan keluar
yang biasanya dilakukan adalah melakukan pinjaman ke pihak eksternal.
Kegiatan tersebut tentunya akan menimbulkan kewajiban kepada pihak
41
kreditur berupa pengembalian hutang yang juga tentunya akan ditambah
dengan bunga atas pinjaman.
Kewajiban yang muncul nantinya akan terpecah menjadi dua,
apakah kewajiban itu berifat lancar (jangka pendek) jika waktu jatuh
temponya kurang dari satu periode akuntansi atau kewajiban itu akan
menjadi kewajiban jangka panjang apabila waktu jatuh temponya lebih dari
satu periode akuntansi. Pertanyaan yang selanjutnya akan muncul setelah
terjadinya transaksi tersebut adalah “Apakah perusahaan akan memiliki
kas yang cukup di masa yang akan datang untuk memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo?”
Untuk mengetahui hal tersebut kita perlu melakukan analisa
terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan khususnya
terhadap aktiva dan kewajiban perusahaan. Likuiditas adalah
penganalisaan terhadap laporan keuangan dengan menggunakan rasio
keuangan yang secara khusus menganalisa sampai sejauh mana
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Hal ini dapat kita lihat dari pendapat para ahli berikut ini.
Fred Weston dalam Kasmir (2010:110) menyebutkan bahwa rasio
likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk
memenuhi(membayar) utang tersebut terutama utang yang jatuh tempo.
Brigham & Houston (2009) Aktiva likuid (Iliquid asset) adalah aktiva
yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya
42
dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga
pasar yang berlaku. Suatu analisis likuidtas lengkap meminta
digunakannya anggaran kas, tetapi dengan menghubungkan jumlah kas
dan aktiva lancer lainnya dengan kewajiban lancar, analisis rasio dapat
memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat dan mudah untuk
digunakan.
Brigham & Houston (2009) aktiva likuid adalah aktiva yang dapat
diubah menjadi kas dengan cepat tanpa harus terlalu jauh menurunkan
harga aktiva tersebut, sedangkan rasio likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah
perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
Sofyan (2006:301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-
rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu
pos-pos aktiva lancar utang lancar.
Menurut Sofyan (2006:301) beberapa rasio likuiditas adalah
sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan mampu menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang
lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
43
Rasio Lancar (current ratio) ¿AKTIVA LANCARUTANG LANCAR
Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau
dalam bentuk persentasi. Apabila rasio ini 1:1 atau 100% ini
berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar.
Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau
di atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah
utang lancar.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan mampu menutupi kewajiban-kewajiban
lancar, akan tetapi tidak seperti current ratio yang menggunakan
total aktiva lancar secara keseluruhan sebagai patokan
kemampuan perusahaan terhadap pemenuhan kewajiban-
kewajiban lancar dimasa yang akan datang. Quick ratio hanya
menggunakan aktiva lancar yang likuid saja dalam hal ini
persediaan dan biaya di bayar dimuka tidak diikut sertakan
karena kedua komponen tersebut tidak dapat langsung dijadikan
kas jika sewaktu-waktu kewajiban jangka pendek jatuh tempo,
hal ini disebabkan karena persediaan masih membutukan pasar
(konsumen dan waktu) yang tepat untuk menjualnya dan itu
memerlukan waktu yang relative lama untuk menjadikannnya
kas sedangkan biaya dibayar dimuka sebenarnya merupakan
kewajiban yang diselesaikan lebih cepat dari waktu jatuh
temponya. Sehingga hal inilah yang menjadi alasan quick ratio
44
tidak mengikut sertakan persediaan dan biaya dibayar dimuka
sebagai jaminan terhadap kewajiban jangka pendek.
RatioCepat (quick ratio)=Aktiva Lancar−(Persediaan+Biaya dibayar dimuka)
Kewajiban Lancar
Jadi quick ratio adalah rasio yang menganalisa seberapa
besar aktiva lancar yang bisa cepat dijadikan kas untuk
menjamin jika sewaktu-waktu ada kewajiban lancar yang jatuh
tempo.
2.1.10 Leverage
Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan,
serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para
pemberi pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek,
menengah dan panjang menanggung biaya bunga.
Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang
untuk membiayai sebagian daripada aktiva perusahaan. Pembiayaan
dengan utang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena utang
mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam
membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang
berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetap penggunaan utang juga
memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan
pemegang saham. Karenanya penggunaan utang harus diseimbangkan
antara keuntungan dan kerugiannya. (Mohamad Muslich, 2003:49)
45
Kasmir (2010:112) rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan akltivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi).
Sofyan (2006:306) rasio leverage menggambarkan hubungan
antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat
melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar
dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).
Leverage=TotalUtangTotal Aset
X 100%
Sesuai dengan pengertian rasio leverage yang telah dikemukakan
oleh para ahli yang telah disebutkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
dimana rasio keuangan merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar perusahaan menggunakan utang dari pihak eksternal dalam kegiatan
operasionalnya.
2.1.11 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata
total penjualan dan rata-rata total aktiva (Sujianto, 2001). Ukuran
perusahaan yaitu rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang
46
bersangkutan sampai beberapa tahun (Brighman dan Houston,
2001:117).
Menurut Ferry dan Jones (1979) dalam Panjaitan (2004)
pengelompokkan perusahaan atas dasar skala operasi (besar atau kecil)
dapat dipakai oleh investor sebagai salah satu variable dalam
menentukan keputusan investasi. Tolok ukur yang menunjukkan besar
kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat
penjualan dan total aktiva. Perusahaan besar umumnya memiliki total
aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Menurut Hadri Kusuma (2005), ada tiga teori yang secara implisit
menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat
keuntungan, antara lain :
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies
of scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan
besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya
terhadap profitabilitas.
b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan
ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi
organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources.
c. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-
faktor seperti system perundang-undangan, peraturan anti-trust,
perlindungan patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar
keuangan.
47
Dalam penelitian, ukuran perusahaan diukur dengan besarnya
total asset. Penulis menggunakan total asset karena total asset lebih
mencerminkan besarnya aktivitas perusahaan dan besarnya kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan. Pihak investor cenderung
menyoroti besarnya perusahaan dari total asetnya, karena perusahaan
yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus
kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan
bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan
laba.
Rumus Ukuran Perusahaan :
Ukuran Perusahaan = logaritma natural (In) Total Aset.
Sesuai dengan pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan mengenai ukuran perusahaan
yang dapat diartikan sebagai gambaran besar kecilnya perusahaan yang
dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat
juga dilihat dari jumlah penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.1.12 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Sama halnya dengan perusahaan lain, bank memiliki modal yang
dapat digunakan untuk kegiatan operasional bank. Menurut Idroes
(2008:69) Modal bank terdiri dari dua macam yakni modal inti dan modal
pelengkap. Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham,
cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (cadangan umum), dan
48
laba ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi
aktiva tetap. Rasio kecukupan modal yang sering disebut dengan Capital
Adequacy Ratio (CAR) mencerminkan kemampuan bank untuk menutup
resiko kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan bank
dalam mendanai kegiatan operasionalnya. Sesuai peraturan Bank
Indonesia No. 10/15/PBI/2008, permodalan minimum yang harus dimiliki
bank adalah 8%.
Menurut Hayat (2008) dalam kutipan Riski (2012) mengemukakan
bahwa suatu bank yang memiliki modal yang cukup diterjemahkan ke
dalam profitabilitas yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi modal
yang diinvestasikan di bank maka semakin tinggi profitabilitas bank.
Berikut ini merupakan ketentuan Bank Indonesia mengenai tingkat
CAR untuk dipenuhi oleh perbankan di Indonesia:
Tabel 2.1 Ketentuan tingkat CAR dari Bank Indonesia
Tingkat Predikat
8% ke atas Sehat
6,4% – 7,9% Kurang Sehat
Dibawah 6,4% Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562; 573) CAR adalah
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Jika nilai CAR tinggi (sesuai
ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank,
49
keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas
Menurut Dendawijaya (2009:121) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang), dan lain-lain.
Rumus untuk mencari Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah:
KPMM atau CAR = (Modal / ATMR) x 100%
ATMR = Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit, Risiko
Operasional, dan Risiko Pasar, khusus untuk Risiko Kredit dan Risiko
Pasar didasarkan pada nilai tercatat aset dalam neraca (setelah dikurangi
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN).
2.1.13 Analisis pengaruh rasio keuangan terhadap profitabilitas
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini mencakup rasio-rasio
keuangan yang telah disebutkan di atas, ditambah dengan pengukuran
terhadap pertumbuhan penjualan.
1. Pengaruh tingkat kecukupan modal (CAR) terhadap profitabilitas
Menurut Dendawijaya (2005:119) pengaruh tingakat
kecukupan modal (car) terhadap profitabilitas dapat dinyatakan
sebagai berikut. Tingkat kecukupan modal (CAR) yang dijadikan
50
sebuah indikator kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu Bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.
Kesehatan Bank adalah tingkat kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan. Kegiatan
tersebut meliputi:
1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat,
dari lembaga lain, dan dari modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada para
stakeholders
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
CAR atau rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting
bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung
kerugian serta mencerminkan kesehatan bank yang bertujuan untuk
menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan, dan
melindungi dana masyarakat pada bank bersangkutan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1 : Tingkat kecukupan modal berpengaruh positif terhadap
profitabilitas.
2. Pengaruh loan to deposit ratio terhadap profitabilitas
51
Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan ukuran kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2005). LDR menunjukkan
tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga
yang dihimpun bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum
adalah sekitar 78-100 % (Peraturan Bank Indonesia Nomor
12/PBI/2010). Besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan
mempengaruhi profitabilitas bank tersebut.Semakin besar jumlah
dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka
jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga
yang diperoleh akan meningkat.
H2 : Loan to deposit ratio berpengaruh positif terhadap profitabilitas
3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas
Rajan dan Zingales (2001) dalam Kusuma (2005)
menyebutkan bahwa menurut teori critical, semakin besar skala
perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada
titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan
menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori critical menekankan
pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap sumber daya
perusahaan seperti asset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai
faktor-faktor yang menetukan ukuran perusahaan.
Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan
dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva
tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin
52
memperluas pangsa pasar. Dengan penjualan yang semakin
meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada saat
proses produksi. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat.
Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
4. Pengaruh leverage terhadap profitabilitas
Menurut Van Horne (2009), semakin tinggi rasio debt to total
asset, semakin besar risiko keuangannya. Yang dimaksudkan
dengan terjadinya peningkatan risiko adalah kemungkinan
terjadinya default karena perusahaan terlalu banyak melakukan
pendanaan aktiva dari hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar,
maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengatasi masalah ini semakin besar.
Rasio leverage (utang) menekankan pada peran penting
pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan
persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan
utang. Berdasarkan Pecking Order Theory, semakin besar rasio ini,
menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung
perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini
dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4: Leverage berpengaruh negative terhadap profitabilitas
2.2 Kerangka Konsep
53
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan suatu
kerangka konsep yang menggambarkan bahwa tingkat kecukupan modal,
loan to deposit, ukuran perusahaan dan leverage merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang dalam penelitian ini
diwakili oleh Return on Assets (ROA).
2.3 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, tinjauan teoritis dan kerangka
pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis kerja sebagai berikut :
1. Pengaruh tingkat kecukupan modal ( CAR) terhadap Profitabilitas
H1 : tingkat kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap
profitabilitas
2. Pengaruh Loan to Deposit terhadap Profitabilitas
H2 : Loan To Deposit berpengaruh positif terhadap profitabilitas
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
4. Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas
H4 : Leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas