bab ii riwayat hidup titut edi purwanto a. latar …repository.ump.ac.id/1378/3/bab...
TRANSCRIPT
23
BAB II
RIWAYAT HIDUP TITUT EDI PURWANTO
A. Latar Belakang Keluarga Titut Edi Purwanto
Keluarga merupakan satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan
suatu kelompok kecil dalam masyarakat (Ahmadi, 1991 : 87). Keluarga sebagai kelompok
sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai ikatan satu sama lain. Masing-
masing individu mempunyai tanggung jawab serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
didalam suatu ikatan, setelah itu baru menuntut haknya. Keluarga biasanya terdiri dari ayah,
ibu, anak, cucu dan berkembang menjadi ikatan yang lebih luas lainnya. Disadari atau tidak,
biasanya keluarga akan mewariskan nilai-nilai norma yang tentu saja dengan penyesuaian
dari sebuah keluarga terdiri dari seorang suami, seorang istri, dan anak biasanya tinggal
dalam satu rummah yang sama, biasanya disebut sebagai keluarga inti. Secara resmi biasanya
selalu terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan. Observasi kali ini juga memiliki keluarga
yang utuh dan dapat dijelaskan seperti berikut.
Titut Edi Purwanto lahir pada tanggal 18 September 1965 di Banyumas. Sejak kecil
pria yang berambut gondrong dan berjamban ini memang sudah tertarik menggambar. Dalam
keluarganya hanya Titut saja yang tertarik dengan dunia seni khususnya seni lukis.
Ketertarikannya dalam dunia seni tersebut tidak ada yang memaksakan beliau untuk mejadi
seniman pelukis karena menurut beliau seniman/pelukis itu dilahirkan. Dan oleh kedua orang
tuanya beliau sudah didukung untuk menggambar sejak kecil (Wawancara Titut Edi
Puerwanto, 3 November 2016).
Beliau lahir di lingkungan keluarga yang mempunyai ajaran Agama yang kuat. Anak
pertama dari enam bersaudara itu bukan hanya memiliki kecintaan terhadap seni tetapi
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
24
mempunyai kesukaan pada bidang pertanian dan perkebunan. Titut Edi Purwanto lahir dari
pasangan suami istri yang bernama H. Kirwanto dan Hj. Siti Satingah. Kirwanto merupakan
ayah yang mempunyai jiwa pemimpinan yang besar yaitu berjuang dengan sungguh-sungguh
untuk kehidupan keluarganya. Bukan hanya sosok ayah yang berjiwa pemimpin Kirwanto
juga menjadi seorang ayah yang sangat dibanggakan oleh ke enam anak-anaknya karena cara
mendidik yang luar biasa.
Kirwanto selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik kepada anak-anaknya,
seperti pendidikan, kedermawanan, dan keimanan. Dalam pendidikan walaupun Kirwanto
hanya lulusan STM Mesin. Namun, dalam mendidik anak-anaknya beliau menanamkan
bahwa pendidikan itu sangat penting untuk kehidupan masa depan. Kemudian kedermawanan
beliau mengajarkan agar selalu berbagi kepada sesama manusia “lebih baik memberi
daripada meminta, apa yang kamu lakukan jangan mikir duit rejeki tidak akan tertukar sudah
ada yang mengatur” (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016).
Menurut Kirwanto nilai kedermawanan sangat penting karena jika apa yang kita beri
kepada yang membutuhkan jika dilakukan secara ikhlas pasti akan mendapat balasan yang
setimpal bahkan lebih. Seperti sejak kecil beliau sangat ingat jika ada truk/ mobil yang
mogok dipinggir jalan, entah itu orang yang dikenal atau tidak, pasti beliau selalu disuruh
oleh bapaknya untuk menolong. Dengan cara memberi makanan seperti singkong rebus,
pisang rebus dari hasil kebun sendiri, karena pada jaman dulu belum ada warung-warung
makanan dipinggir jalan seperti sekarang ini setiap 100 meter sudah ada warung-warung
makanan.
Dari satu contoh sikap dermawan yang diajarkan oleh bapak beliau, walaupun kita
melaukan kebaikan ygn sangat kecil sekalipun pasti akan bermanfaat jika diberikan kepada
yang membutuhkan. Setelah apa yang diajarkan oleh orang tua beliau, kemudian dipraktekan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
25
jugauntuk mendidik kedua anak-anaknya yaitu kedermawanan (wawancara Titut Edi
Purwanto, 15 Desember 2016).
Selanjutnya nilai keimanan, beliau diajarkan nilai-nilai keimanan sejak kecil yaitu
dengan prinsip harus sudah bangun jam 4 pagi, dan pada sore harinya harus mengaji. Jadi
dengan nilai keimanan tersebut sangat bermanfaat karena bukan hanya mendekatkan dengan
Tuhan tetapi juga menanamkan nilai kedisiplinan didalamnya. Karena didikan bapaknya
tersebut beliau sampai sekarang pasti sudah bangun jam4 pagi untuk sholat subuh dan jam 5
pagi beliau sudah berkebun.
Dalam nilai-nilai keimanan yang beliau dapatkan dari bapaknya tersebut akhirnya di
praktekkan juga untuk mendidik kedua anaknya. Menurut beliau cara mendidik bapaknya
sangat baik dan beliau sangat bangga kepada bapaknya, bukan hanya seorang ayah saja yang
bertugas menafkahi keluarga tetapi juga mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang
bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dan yang paling membanggakan bagi beliau adalah
bapaknya meninggal pada hari jum’at sedang berkotbah di masjid tiga tahun yang lalu
(Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016).
Sedangkan ibunya yang bernama Siti Satingah merupakan seorang ibu rumah tangga
yang hanya lulusan SMP, tetapi walaupun hanya lulusan SMP beliau bisa mengantarkan
keenam anak-anaknya ke masa depan yang baik walaupun dengan cara yang sederhana.
Bukan hanya pendidikan saja yang penting akhlak mulia juga sangat penting menurut beliau
karena jika orang pintar tetapi tidak memiliki akhlak yang baik percuma saja, jadi pendidikan
dengan akhlak harus seimbang agar dapat mempunyai mental dan jiwa yang baik
(Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016).
Titut Edi Purwanto kemudian menikah dan mempunyai seorang istri yang bernama
Tri Indarwati yang berasal dari desa Kebocoran, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten
Banyumas. Dari situ mereka memiliki kecocokan dalam bidang seni, Titut Edi Purwanto seni
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
26
lukis sedangkan istrinya Tri Indarwati lulusan dari ISI jogja Jurusan seni tari. Seorang
perempuan kelahiran Banyumas 28 Oktober 1994 itu merupakan sosok istri yang baik dan
berpendidikan. Sekarang dia bekerja menjadi seorang guru yang bertanggung jawab, religious
dan penyanyang kepada beliau dan kedua anaknya.Bukan hanya penyayang kepada anak
kandungnya tetapi penyanyang kepada anak-anak didiknya.Tri Indarwati juga seorang istri
yang selalu mendukung segala sesuatu yang dilakukan oleh suaminya Titut Edi Purwanto
seperti terjun mendalami sebagai seorang seniman (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3
November 2016).
Setelah menikah akhirnya beliau di karuniai dua orang anak yaitu yang pertama
bernama Muhammad Husbi Sadam Akindi l lulusan STIMIK Tasikmalaya dan sekarang
sudah bekerja di bank BRI. Titut Edi menamai anak pertamanya Sadam terispirasi dari tokoh
Negara Irak yaitu Saddam Hussain, Ia adalah presiden dan dictator Irak dari 16 Juli 1979
hingga April 2003. Kekuasaanya berakhir setelah Irak diserang oleh suatu pasukan koalisi
yang dipimpin Amerika Serikat pada 2003. Menurut Titut, Sadam dianggap tokoh bangsa
Arab yang pemberani, karena berani menentang pemerintahan Israel dan Amerika Serikat.
Kemudian anak yang kedua bernama Analis Hasbi Azizah masih menimba ilmu kuliah di
Stimikom Yos Sudarso Purwokerto. Kedua anaknya tersebut semuanya mendapat kasih
sayang yang cukup. Sejak pernikahanya dengan Tri Indarwati beliau tergolong sebagai
pemuda yang sudah mapan dan berkecukupan. Jadi secara perekonomian sangat terpenuhi
kebutuhan keluarganya (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016).
Dari kedua anak Titut Edi dan Tri Indarwati ini, anak-anaknya tidak ada memiliki
aliran seni yang besar atau tidak ada yang melanjutkan profesi dari orang tuanya sebagai
Pelukis. Ini bukan tidak dicoba oleh Titut Edi untuk menurunkan pengetahuan seni bapaknya
kepada anak-anak mereka. Karena Titut Edi lebih memilih untuk membebaskan kepada
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
27
kedua anak-anaknya untuk memilih jalan mereka sendiri menjadi apa yang mereka inginkan.
Namun, itulah namanya seni. Menurut Titut jikalau anak tidak ada di dalam dirinya bakat
seni sulit untuk memaksa untuk bisa melakukan kreatifitas dari seni itu, karena seni/seniman
itu adalah dilahirkan bukan panggilan jiwa dan tidak sesaat jadi tidak bisa dipaksakan
(Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016).
B. Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan Titut Edi Purwanto
Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Kata
tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais” yang berarti anak dan kata
“Ago” yang berarti aku membimbing. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak.
Orang yang pekerjaanya membimbing anak dengan maksud membawanya ketempat belajar,
dalam bahasa Yunani disebut “Paedagogos”. Jika kata ini diartikan secara simbolis, maka
perbuatan membimbing, seperti dikatakan diatas, merupakan inti perbuatan mendidik yang
tugasnya hanya untuk membimbing saja, dan kemudian pada suatu saat ia harus melepaskan
anak itu kembali (kedalam masyarakat) (Hadi, 2008 : 7).
Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang sistem Pendidikan
Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Masa kanak-kanak Titut Edi Purwanto sama seperti anak-anak pada umumnya yang
suka bermain dengan teman-temannya disekitar rumahnya. Titut termasuk anak yang ramah,
ceria di lingkungan sekitarnya dan sudah kelihatan bakat melukisnya dari kecil karena ketika
ada kertas kosong dan pensil, beliau langsung saja menggambar. Dan bukan hanya suka
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
28
menggambar sejak kecil, Titut juga sudah mulai kelihatan jiwa seninya sejak masa kanak-
kanak ketika beliau bermain dengan teman-teman sebayanya yaitu membuat karya seni
menggunakan tanah liat yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk
karya seni ciptaan dari ide polos anak-anak.
Berawal dari sebuah tanah liat, sentuhan tangan seniman beliau sudah mulai terlihat
karena jika dibandingkan teman-teman sebayanya hasil karya anak-anak yang berasal dari
tanah liat lebih memiliki seni. Walaupun hanya bermain dengan berbahan baku tanah liat
yang tidak mengeluarkan biaya namun hal itu bisa mengasah daya kekreatifitasan anak-anak
dalam membuat kerajinan dan yang terpenting adalah sangat membahagiankan anak-anak
pada zaman dulu tidak seperti anak-anak jaman sekarang yang sudah melupakan permainan
tradisional dan lebih memilih berdiam diri di kamar bermain gadget (Wawancara Titut Edi
Purwanto, 15 Desember 2016).
Pendidikan Titut sama seperti anak-anak pada umumnya, beliau memulai
pendidikannya di TK dan kemudian langsung melanjutkan ke SD. Beliau mengenyam
pendidikan Sekolah dasar selama 6 tahun. Setelah luluh SD beliau melanjutkan jenjang
jenjang pendidikannya di SMP pada saat masuk SMP beliau ini termasuk yang seperti
sekarang ini suka berbuat aneh-aneh, dan memiliki sifat dermawan seperti apa yang sudah
diajarkan bapaknya sejak kecil. Setelah lulus SMP kemudian beliau melanjutkan di PGA
(Pend. Guru Agama) kemudian SMA/STM atau sederajat yaitu di STM Pertanian, pada
jaman remaja tesebut beliau memang sudah menyukai bidang peranian dan
perkebunan.Kemudian setelah lulus di PGA beliau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
yaitu IKIP Muhammadiyah jurusan PAI (Tarbiyah) (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3
November 2016).
Pada waktu menempuh pendidikan di IKIP PAI (Tarbiyah) beliau tidak
menyelesaikan studinya. Walapun beiau tidak menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
29
(Tarbiyah) beliau tidak merasa menyesal. Kemudian akhirnya beliau melanjutkan dengan
mengikut kursus di LPP (Lembaga Pendidkan Perkebunan). Pada dasarnya Titut memang
menyukai bidang pertanian dan perkebunan akhirnya mengambil kursus di LPP (Lembaga
Pendidkan Perebunan) (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November 2016).
Titut Edi Purwanto mungkin sebuah nama yang masih asing didengar bagi sebagian
besar kalangan muda di Banyumas. Sebelum beliau terjun kebidang seni atau berkesenian
beliau lebih dulu dikenal sebagai seorang juragan dan petani. Karena sebelum berkesenian
beliau lulusan kursus dari LPP, dan melanjutkan dinas di PT. PN Nusantara 9 Persero pada
tahun 1995. Pada masa kerjanya di PT. PN Nusantara 9 Persero beliau sudah mulai melukis
dan banyak lukisan yang diciptakan pada saat masih berdinas (Wawancara Titut Edi
Purwanto, 3 November 2016).
Pada waktu saat itu beliau menjadi Manager kebun wilayah yang memiliki tanggung
jawab, tugas, dan wewenang sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab
Administrasi kebun/manajer kebun wilayah yang dalam pelaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada direksi.
2. Tugas dan Wewenang
a. Penanaman ulang dan pemeliharaan tanaman.
b. Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perusahaan.
c. Pelaksanaan panen dan pengolahan hasil.
d. Penerimaan karyawan sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan administrasi
keuangan/laporan (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3 November).
Di umur yang masih muda, Titut dapat dikatakan sangat mapan karena beliau
memiliki jenjang karir yang tinggi dan hidup dengan perekenomian kelas menengah keatas.
Menurutnya, saat itu beliau adalah seorang “bujang sugih” karena diberi rezeki yang lebih
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
30
dari cukup jika dibandingkan dengan orang pada umumnya. Awal mula karirnya, beliau
menjadi seorang supplier export sayuran dengan penjualan perhari sebanyak 21ton.
Menurutnya, beliau mendapat nikmat yang luar biasa karena saat itu dapat bepergian dengan
diantar sopir. Lebih dari itu, beliau memiliki beberapa unit mobil, trayek bus angkutan
umum, dan rumah yang mewah. Bukan hanya itu, di puncak karirnya beliau juga memiliki
tanah pertanian yang luas.
Tuhan tidak pernah membocorkan rencana-Nya bahwa beliau akan berada ke titik
terendah kehidupannya yaitu saat jatuh derajat danperekonominya, sehingga beliau menjadi
miskin. Tanah-tanah pertanian, mobil, dan bus yang dimiliki akhirnya dijual. Seakan-akan
beliau adalah seorang raja yang dijatuhkan dari singgasana tertinggi, hingga beliau kembali
ke rumah orang tuanya dengan perasaan yang sangat malu (Wawancara Titut Edi Purwanto, 3
November 2016).
Pada titik terendah tersebut beliau sempat merasa su’udzon kepada Tuhan ,”Tuhan
kenapa Engkau betapa kejam kepadaku, pada diriku?” ucap beliau. Namun, menurut beliau
semua itu adalah proses dari roda kehidupan. Meskipun mendapat cobaan yang sangat besar,
beliau masih memiliki kekuatan yaitu anak-anak dan istri yang selalu mendampingi sampai
sekarang. Satu tahun lamanya beliau tidak memiliki rumah hingga pulang kerumah orang
tuanya dengan membawa beberapa hartanya yang masih tersisa yaitu 3 unit mobil dan 1 unit
bus. Kemudian semuanya terjual untuk membeli tanah dan membangun rumah yang hingga
sekarang menjadi tempat tinggalnya. Akhirnya beliau dapat menyimpulkan proses hidupnya
yaitu Tuhan mau memberinya derajat yang lebih dengan cara mengambil materi yang beliau
miliki (Wawancara, Titut Edi Purwanto 15 Desember 2016).
Secara hakekat, Tuhan akan mengambil apa yang beliau miliki dan menggantinya
dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Beliau tidak tahu bahwa akan mendapat kebahagiaan
yang nikmatnya melebihi materi. Beliau mendapatkan kebahagiaan yang melebihi dari materi
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
31
yaitu kebahagiaan rohani, kebahagiaan batin, dan ketenangan hidup. Sekarang Titut merasa
memiliki kenyamanan dan kebahagiaan yang lebih karena dapat memiliki waktu yang lebih
dengan bertemu kedua anak dan istrinya setiap hari.
Sedangkan dahulu, walaupun beliau memiliki harta dan materi yang lebih, beliau
justru tidak memiliki waktu bersama anak dan istrinya. Hal itu dikarenakan beliau hanya
mengejar karir dan materi. Pada akhirnya beliau menyadari bahwa jangan pernah
berprasangka buruk terhadap Tuhan karena semua yang diambil pasti akan diganti dengan
yang lebih baik. Dan yang pasti semua hal telah terjadi entah itu peristiwa buruk ataupun
peristiwa baik pasti akan ada hikmahnya di waktu yang akan datang (Wawancara Titut Edi
Purwanto, 15 Desember 2016).
Titut merasa hidupnyasaat ini lebih nikmat, melebihi nikmat ukuran materi dengan
dicukupi kebutuhan hidup terutama kebutuhan rohani, dapat bercengkrama dengan anak dan
istri, dapat menikmati kehidupan yang beliau tidak terpikirkan sebelumnya yaitu ada
pengakuan dari alam dan Tuhan karena dianggap sebagai seorangseniman, dianggap sebagai
budayawan, dan ditokohkan. Hal tersebut bukan merupakan cita-citanya, Titut memiliki
keinginan untuk menjadi kepala bagian (kapbag) di perkebunan karena jenjang karir beliau
pada saat itu sangat luar biasa yaitu menjadi manajer kebun wilayah dengan usia yang masih
muda. Namun, sayangnya beliau memutuskan untuk pensiun dini. Administrator/ Direktur
kecewa ketika beliau memutuskan untuk pensiun muda dan karena kesombongan itu lah
beliau akhirnya jatuh (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember 2016).
Saat ini beliau merasa telah mendapatkan mahkotanya yang lebih dari materi. Dahulu
Titut hanya dikenal sebagai juragan sayur, didatangi oleh pedagang sayur, kuli panggul, dan
petani hanya untuk melakukan transaksi jual beli. Tetapi sekarang beliau justru dibutuhkan
oleh mahasiswa, dosen, wartawan, dan orang berpendidikan lainnya hingga beliau terus
memperoleh ilmu untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Secara tidak langsung beliau telah
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
32
membaca alam dan peristiwanya serta mengolahnya menjadi ilmu. Sejarah hidupnya dapat
menjadi ilmu untuk dirinya dan orang lain (Wawancara Titut Edi Purwanto, 15 Desember
2016).
C. Kehidupan Sosial Titut Edi Purwanto
Kehidupan seseorang tidak akan bisa terlepas dari keadaan sosial budaya yang ada di
sekitarnya. Budaya baru yang lahir karena adanya proses interaksi yang terjalin antar individu
dan keadaan sosial terbentuk akibat dari adanya interaksi antara satu dengan yang lainnya.
Interaksi sosial dapat tercipta apabila adanya aktivitas yang dilakukan oleh lebih dari satu
individu. Individu itu sendiri merupakan satuan dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial
yang terbentuk dari beberapa individu, kemudian membentuk suatu lapisan masyarakat.
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan (Warsito, 2012 :115-116).
Kehidupan sosial Titut Edi Purwanto hampir sama seperti kehidupan orang pada
umumnya. Titut tinggal di Jalan Lemah Urug No. 1, Desa Pangebatan, Kecamatan
Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Interaksi yang ada antara masyarakat yang satu dengan
yang lainnya pun biasanya tidak semua berjalan mulus seperti apa yang semua orang
inginkan. Tidak sedikit datang cibiran dari kalangan masyarakat, terkait dengan bidang yang
beliau geluti.Sebagian dari mereka ada yang menganggap bahwa Titut adalah orang yang
kafir, musyrik, dan sebagainya. Namun, beliau menanggapinya dengan positif, dan
memakluminya.
Titut berpandangan masyarakat sekarang sedang mengalami zaman cowong, dimana
cowongan sendiri menggambarkan sesosok orang yang sangat stylish namun pada bagian
kepalanya kosong, tidak ada isinya. Dengan kebudayaan Banyumas ini Titut ingin
menyampaikan sebuah pesan cinta kasih terhadap sesama dan juga alam, karena kebanyakan
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
33
pikiran manusia sudah di kuasai oleh nafsu (Dikutip dari http://www.lpm-
projustitia.com/2011/04/titut-purwanto-sosok-pemerhati-budaya.html diakses pada tanggal 27
Desember 21.14 WIB).
Meskipun beliau memiliki sifat yang nyentrik dan suka berbuat yang aneh-aneh
namun, Titut juga memiliki sifat ketergantungan terhadap orang lain. Kebutuhan dan gaya
hidup manusia tidak lepas dari peran manusia lain, karena manusia adalah makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tetapi butuh interaksi dan gesekan agar bisa bersosialisasi antara
manusia dengan manusia lain.
Titut Edi Purwanto terkenal dilingkungan sekitarnya selain bertani dan melukis beliau
pun menjadi Seorang da’i. Dalam melukis beliau terkenal sering mengadakan atraksi dengan
mengumpulkan sejumlah pelukis untuk melukis dengan cara yang tidak biasa. Umumnya
melukis dengan kuwas.Ini justru dengan tubuhnya yang berguling untuk menorehkan catnya
di canvas sehingga membentuk sebuah obyek lukisan.
Di depan rumah tinggalnya digantung berbagai lukisan hasil karyanya sendiri jadi
ketika kita berkunjung kerumahnya akan disambut oleh berbagai lukisan yang
mengagumkan. Dan yang paling menarik perhatian adalah papan nama bertuliskan: Rumah
Dinas Wakil RT. Di depan rumah juga ada baliho yang bertuliskan AWAS DI SINI ADA
SETAN ! dan lainnya. Tulisan itu ternyata mengundang banyak pertanyaan dari masyarakat
khususnya yang membacanya. Bahkan ada wartawan dari Jakarta yang datang untuk
memperkenalkan diri dan meminta berfoto bersama. Wartawan tersebut mengaku merasa
terganggu dengan tulisan tersebut sehingga terdorong ingin bertemu dengan pemilik rumah.
Titut Edi selalu terbuka untuk siapa saja tidak peduli pejabat, orang biasa, kaya
miskin, tua muda, beliau tidak pernah membedakan tamunya yang berkunjung kerumahnya
selalu ramah dan sangat senang sekali jika beliau bisa membantu jika ada yang memerlukan
bantuannya. Pada dasarnya Titut Edi suka mengobrol jadi siapa saja yag baru pertama kali
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
34
bertemu akan merasa betah jika mendengarkan cerita beliau, tidak lupa juga disela-sela cerita
sederhana pasti memberikan kata-kata petuah atau motifasi karna bagi beliau anak muda
harus menemukan jati dirinya karna anak muda aadalah sebagai penerus.
Dalam kesehariannya selain menjadi seorang seniman lukis dan petani, beliau sangat
bersyukur karena dengan berkesenian akhirnya bisa bertemu dan bergabung dengan orang-
orang populer. Diantaranya beliau kini bergabung dengan komunitas MH Ainunun Najib. Hal
ini karena Titut pernah mengisi acara di rumah MH Ainun Najib (Cak Nun) di Jawa Timur
dan kini ia menjadi bagian dari komunitasnya Mocopat Tasyakuran. Beberapa kegiatan yang
dilakukan Titut dengan komunitas MH antara lain setiap malam minggu ke dua mengadakan
sarasehan di pendopo wakil bupati Banyumas. Titut sebagai salah seorang pemantik acara
diskusi ini. Bulan April 2015 lalu merupakan ulang tahun ke dua dari acara ini.
Dalam pertemuan itu biasanya diisi dengan perbincangan seputar kondisi bangsa ini,
namun bukan dari sisi politik tapi sisi ilmu baik yang berhubungan dengan alam, keuangan,
sosial masyarakat dan lain sebagainya. Dalam pertemuan ini diikuti oleh sejumlah ilmuwan.
Dalam acara ini juga diselingi dengan pentas kesenian. Biasanya peserta tidak ngantuk
bahkan acara bulan Maret lalu sampai jam 2.30 WIB (dikutip dari
http://www.selarasindo.com/?p=3196 diakses pada tanggal 27 Desember 2016 pukul 22.04
WIB).
Bukan hanya itu sata Titut Edi juga bergabung dalam DKB (Dewan Kesenian
Banyumas) sampai sekarang. Beliau dikenal sebagai seniman Banyumas pemberani.
Keberanian Titut terletak pada pilihannya melestarikan budaya cowongan dengan menjaga
kemurnian isi bahasanya yang mungkin menurut beberapa orang cukup tabu
diperbincangkan. Akan tetapi Titut, dengan semangat pelestarian yang total berhasil
membawa cowongan menjadi dikenal tidak hanya di masyarakat bawah, namun juga
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017
35
merambah dunia pendidikan tinggi dan luar negeri (Dikutip dari
http://unsoed.ac.id/id/node/744 diakses pada tanggal 27 Desember 2016 pukul 22.30 WIB).
Titut Edi Purwanto adalah orang pertama yang meletupkan berkesenian di Curug
Cipendok, Cilongok Banyumas ini. Beliau mementaskan berbagai kesenian tradisional di
tempat itu. Dalam setiap kesempatan beliau mengundang wartawan untuk mengangkat
potensi yang ada di Cipendok. Dari semula tempat ini sepi pengunjung, kini menjadi ramai
merupakan salah satu jasanya karena beliau orang yang pertama kali mengadakan atraksi di
sana untuk mengangkat kembali legenda Cipendok. Sekarang curug Cipendok menjadi
terkenal dan sangat terasa bagi masyarakat sekitar karena sering diadakan atraksi menjadikan
Curug Cipendok ramai pengunjung otomatis membuat perekonomian warga sekitar
meningkat.
Biografi Titut Edi …, Cahyoko, FKIP UMP, 2017