bab ii secara sederhana gagne mendefinisikan belajar sebagai...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1.Hakikat Belajar
Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari definisi tersebut memuat
beberapa prinsip belajar, yaitu pertama, prinsip belajar adalah perubahan
perilaku. Perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
(1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari (2) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya (3)
fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup (4) positif atau
berakumulasi (5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
(6) permanen atau tetap (7) bertujuan dan terarah (8) mencakup
keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses.
Belajar terjadi karena didorong keburuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik.
Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
10
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Agus
Suprijono, 2009: 4)
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan
dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain
aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang
aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu (Nana Sudjana, 1988: 28)
Kesimpulannya, belajar diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada
diri individu melalui perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman,
bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik
disengaja maupun tidak disengaja sepanjang waktu dan menuju pada suatu
perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru
diperoleh individu. Jadi belajar adalah proses perubahan individu dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil
11
menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang
lebih baik, serta bermanfaat bagi individu itu sendiri dan lingkungan.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.
Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang memberikan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan dan nilai sikap dan perubahan itu bersifat reality
(Winkel, 1991:36). Dipertegas dalam Hilgard dan Bower (1975)
mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situaisi tersebut. Dimana perubahan tingkah
laku tersebut tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.
Tulus Tu’u (2004:75) mengungkapkan bahwa prestasi merupakan
hasil yang dicapai oleh seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu. Prestasi dalam bidang akademik adalah hasil belajar yang
diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan
biasaanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi
belajar adalah penguasaan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar dapat
dirumuskan sebagai berikut:
12
1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.
2. Prestasi belajar tersebut terutama di nilai dari aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemapuan siswa dalam pengetahua atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas
siswa atau ulangan-ulangan dan ujian yang ditempuhnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
siswa adalah suatu kekecakapan atau hasil yang telah diperoleh dalam
proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang ditunjukkan dengan nilai. Prestasi adalah segala keberhasilan yang
telah diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk
dipertanggungjawabkan. Prestasi ini ditandai dengan adanya nilai
tambah dari sebelumnya.
3. Hakekat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu upaya mengimplementasikan
rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun dapat tercapai optimal, maka diperlukan
suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
diterapkan. Sedangkan model-model pembelajaran itu sendiri biasanya
13
disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli
menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip atau teori
pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau
teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil: 1980). Menurut Joyce
dan Weil, berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,
dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2010:
132-133)
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para
guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya. Sehingga model-model pembelajaran
yang bersifat inovatif dapat membantu memberikan solusi cara belajar
yang menyenangkan bagi para peserta didik, sehingga materi-materi
pembelajaran yang membutuhkan pemahaman dan ketelitian dapat
dengan mudah dipelajari tanpa mengurangi nilai-nilai yang hendak
diajarkan dalam materi tersebut.
4. Model PAKEM (Partisipatif Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan)
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman
dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya
berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
14
pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari
kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas
guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara
efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Brooks bahwa “pembaharuan dalam pendidikan harus dimulai dari
‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana guru mengajar’ bukan dari
ketentuan-ketentuan hasil” (Rusman, 2010: 232).
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang
sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan
kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan
pendidikan dan guru pun harus mengerti siswa-siswa pada umumnya
memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda, ada yang bisa
menguasai materi lebih cepat dengan keterampilan motorik (kinestetik),
ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan
ada yang lebih cepat menguasai materi dengan melihat atau membaca
(visual).
Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan
siswa sebagai pusat pembelajaran (students-centered learning) dan
pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar
mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar
mereka tidak merasa terbebani atau takut.
15
Partisipatif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini
menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran
(child center/students center) bukan pada dominasi guru dalam
penyampaian materi pelajaran (teacher center). Jadi pembelajaran akan
lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru
berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu
berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan
kemampuannya di dalam dan di luar kelas.
Aktif, merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di
kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Pembelajaran aktif
memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat
tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian
terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak
memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan
kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa
terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran,
16
sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta
mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
Kreatif, merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa
selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa
metode dan strategi yang bervariasi. Pembelajaran kreatif menuntut
guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan
kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir
kreatif selalu dimulai dari berpikir kritis, yakni menemukan dan
melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki
sesuatu. Siswa dapat dikatakan kreatif apabila mampu melakukan
sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari
hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil
karya baru.
Efektif, merupakan proses pembelajaran yang mampu
memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi
siswa, serta menghantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara
optimal. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar suasana
pembelajaran kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan
kompetensi siswa. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa
secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi. Pembelajaran yang efektif perlu
17
didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif.
Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan evektifitas proses
pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus
menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan (joyfull
instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya
terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa tanpa ada
perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa,
2006:194). Pembelajaran menyenangkan adalah pola hubungan yang
baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang
tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapt melibatkan
siswa secara optimal.
Pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang
dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan
antara pengetahuan baru dengan pengalaman yang telah dimilikinya.
Siswa diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan
mengaplikasikan konsep tersebut di luar kelas. Dalam pembelajaran
PAKEM siswa diperkenankan bekerja secara kooperatif. Pada
praktiknya, pembelajaran PAKEM membutuhkan kemampuan teritik
dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan
18
teoritik, model pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Sedangkan
kemampuan praktik adalah mampu mempraktikkan metode-metode
pembelajaran PAKEM. Dalam pembelajaran PAKEM terdapat berbagai
model-model pembelajaran seperti model Talking Stick.
5. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Stick
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis
sosial yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan
pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut.
Pembelajaran kolaboratiof didefenisikan sebagai falsafah mengenai
tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator,
memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok kearah hasil
yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentik assesment oleh
sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.
Sedangkan Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana
guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
19
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta
didik menyelesaikanb masalah yang dimaksud. Guru biasaya
menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas(Suprijono 2009: 54).
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang
bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi,
2002:14).
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif
melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama
akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan
rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui
aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung
20
dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif,
siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi
berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.
2. Model Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian
belajar kooperatif oleh Slavin Pada tahun 1995. Model ini merupakan
suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu
mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut
mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga
siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa
juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model
pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang
memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan
tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat
giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ini, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang
heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban,
21
persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan
mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
Menurut (Suprijono,2009:90) mengemukakan bahwa talking
stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah
tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat
akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara
estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara
bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat
tongkat dan pertanyaan.Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Talking stick merupakan salah satu
dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat
sebagai alat penunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga
mengoptimalisasikan partisipasi siswa.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Talking stick, yaitu sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.
22
4. Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri
menjawab pertanyaan guru.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah
itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat
menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick
Kelebihan dari penggunaan metode pembelajaran Talking Stick
menguji kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, membuat siswa
membaca dan memahami pelajaran dengan cepat dan membuat siswa
belajar lebih giat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi
siswa (Suprijono, 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick. Kelebihan dari
model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:
1. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar
2. Terdapat interaksi antara guru dan siswa
3. Siswa menjadi lebih mandiri
23
4. Kegiatan belajar lebih menyenangkan
Adapun kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick
adalah sebagai berikut:
1. Siswa cenderung individu
2. Materi yang diserap kurang
3. Siswa yang pandai lebih mudah menerima materi sedangkan
siswa yang kurang pandai kesulitan menerima materi
4. Guru kesulitan melakukan pengawasan
5. Ketenangan kelas kurang terjaga
6. Mata Pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP mata pelajaran IPS
mempelajari materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui
mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
24
a. Mengenal konsep-konsepyang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungan
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, dan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global (Sa’dun Akbar, 2010: 84)
B. Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meingkatkan kualitas
dalam pembelajaran diantaranya, yaitu: Hasil penelitian dari Putu
Mariyanto, Maskun dan Syaiful M, FKIP Unila pada tahun 2013.
Dengan judul “Pengaruh Talking Stick Terhadap Aktifitas dan Hasil
Belajar IPS SMP Negeri 1 Pekurun”. Hasilnya ada pengaruh yang
signifikan menggunakan model pembelajaran talking stick terhadap hasil
belajar ranah kognitif siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Abung Pekurun
yaitu nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang diberikan model
pembelajaran talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang menggumakan model konvensional, dapat dilhat dari hasil
25
rata-rata kelas eksperimen adalah 73.72 dan nilai rata-rata pada kelas
control adalah 62.44.
Hasil yang sama pula ditunjukkan pada jurnal Syamsuddin, Agus
Sastrawan, dan Suryadi Sowinangun Program Studi Pendidikan
Ekonomi FKIP Untan, pada tahun 2013. Dengan judul Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasilnya Persentase hasil belajar
siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Sukadana yang mempunyai nilai
KKM. Pada mata pelajaran IPS Ekonomi sebelum menerapkan model
pembelajaran Talking Stick masih rendah. Dimana siswa yang tuntas
hanya 6 orang atau 38,10%, 2 Penerapan model pembelajaran Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B pada mata
pelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 3 Sukadana. Hal ini dapat dilihat
adanya peningkatan persentase ketuntasan pada siklus I dimana siswa
yang mencapai tuntas menccapai 15 orang atau 71,43%, 3. Setelah
penerapan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS
Ekonomi di SMP Negeri 3 Sukadana hasil belajar siswa dapat
meningkat. Peningkatan hasil belajar tersebut terlihat pada siklus
pertama persentase siswa yang tuntas 71,43% menungkat sebanyak
23,81% menjadi 95,24% pada siklus kedua. Jumlah siswa yang tuntas
pada siklus I sebanyak 15 orang siswa meningkat sebanyak 5 orang
siswa pada siklus II dan menjadi 20 orang, 1 orang yang tidak tuntas
26
disebabkan faktor anak itu sendiri memang tidak semangat dalam
mengikuti belajar dan siswa yang pandai bisa berbagi pengetahuannya
dengan siswa yang kurang pandai. Di kedua penelitian tersebut, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dan pengolahan data yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin, dkk. serta dalam
menulis latar belakang dan mengolah data menggunakan metode yang
sama.
C. Kerangka Berfikir
Model Pembelajaran Awal
Siswa banyak yang tidakmemperhatiakan di kelas,ada yang tidur saat gurumenjelaskan materi didepan kelas, dan siswaasyik bermain denganteman sebangkunya.
Guru menggunakanmetode ceramah,belum ada kegiatandiskusi kelompok.
Dari 24 siswa 14siswa masih belummencapai nilai KKM.
Model Talking Stick
27
ss
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi lebih lanjut.
4. Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya,
siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan
kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan.
Bagian Kegiatan Pembelajaran
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan
(lembar soal dan stick dari bambu).
3. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4 siswa yang dipilih melalui pengambilan permen secara acak secara
bergantian. Pengelompokan disesuaikan dengan jenis permen yang didapatkan
oleh masing-masing siswa.
4. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran Talking
Stick.
5. Guru memutarkan musik, beriringan dengan berputarnya stick/tongkat.
6. Saat musik berhenti, bagi siswa yang memegang stick/tongkat akan diberikan
pertanyaan oleh guru. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab soal akan dibantu
oleh teman kelompoknya. Begitu seterusnya hingga sebagian besar siswa
mendapatkan pertannyan dari guru.
7. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi
tersebut.
28
Berdasarkan kerangka berfikir dapat dijelaskan bahwa ketika guru
melakukan proses belajar mengajar belum menggunakan model
pembelajaran Talking Stick, tetapi masih menggunakan model ceramah
dan diskusi. Pada kondisi tersebut siswa belum berpartisipasi aktif di
dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang asyik bercerita dengan
teman sebangkunya, ada juga siswa yang tidur di kelas, dan ada siswa
yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Rata-rata klasikal pada
pra siklus yaitu 69, siswa yang belum tuntas ada 14 siswa dari 24 siswa.
Melihat kondisi tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran
Talking Stick dalam penelitian ini, agar meningkatkan hasil belajar siswa
sekaligus menjadikan siswa lebih aktif dan berpartisipasi selama proses
belajar mengajar berlangsung. Dengan menggunakan model
pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS, siswa SMP Negeri
7 Salatiga mengalami peningkatan khususnya kelas VIII H.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka
peneliti menyusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode pembelajaran Talking Stick diduga dapat
Dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPSsiswa SMP Negeri 7 Salatiga mengalami peningkatan.
29
meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7
Salatiga Semester I Tahun 2015/2016 pada mata pelajaran IPS.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan
Oktober sampai November 2015. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan
dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran
2015/2016.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
kelas VIII di SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 24 siswa yang terdiri
dari 15 siswa laki-laki dan 9 perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kurt
Lewin yang terdiri dari empat langkah, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Aksi atau tindakan (Acting)
3. Observasi (Observing)
4. Refleksi (Reflecting)
SIKLUS I
1. Perencanaan (Planning) meliputi:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
31
b. Menyiapkan instrument (lembar pengamatan siswa)
c. Merancang format evakuasi (post test) dan kunci jawaban
d. Menyiapkan materipembelajaran dan media pembelajaran yang
diperlukan (kumpulan soal, aneka rasa permen(untuk pembagian
kelompok), dan stick/tongkat)
e. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 siswa yang telah dibagi secara acak melalui
pengambilan undian permen di dalam sebuah kotak.
2. Tahap Tindakan (Action) meliputi:
Kegiatan awal
a. Menyiapkan laptop, sound, kumpulan soal, aneka permen untuk
undian anggota kelompok, stick/tongkat yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran.
b. Mengadakan tanya jawab yang megarah pada materi pembelajaran
c. Siswa diberi petunjuk mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran
Talking stick
Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi Keunggulan Lokasi Terhadap
Kolonialisme melalui LCD, menunjukkan peta pelayaran bangsa-
bangsa Eropa dalam mencari rempah-rempah, memutarkan video,
menunjukkan berbagai foto tokoh-tokoh pelaut Eropa dan foto
berbagai jenis rempah-rempah.
32
b. Guru melakukan tanya jawab, dan memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya.
c. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4 siswa yang dibagi dengan cara mengambil undian permen di
dalam sebuah kotak.
d. Guru mengatur tempat duduk menjadi melingkar, dan memulai
memutarkan stick/tongkat.
e. Guru memberikan soal dan siswa menjawab
f. Guru membimbing dan memberikan penjelasan serta pengarahan
terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran.
g. Guru memberikan aplaus bagi siswa yang dapat menjawab soal
dengan benar
h. Stick terus berputar samapi sebagian besar siswa mendapatkan soal
dan menjawab
i. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar
pada materi tersebut
Kegiatan akhir
Siswa secara individu mengerjakan post test di akhir pembelajaran
3. Tahap Observasi (observation) meliputi:
a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan
aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Talking Stick
pada mata pelajaran IPS.
33
b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada
saat penerapan model pembelajaran Talking Stick pada lembar
pengamatan siswa dan guru.
4. Tahap Refleksi (Reflection)
a. Siswa belum memanfaatkan waktu dengan tepat
b. Beberapa siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik
c. Beberapa siswa masih kurang percaya diri mengutarakan
jawabannya di depan kelas
d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang
kekurangan pembelajaran, untuk merencanakan perbaikan tindakan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
Setelah mengetahui kekurangan pada siklus I, maka peneliti
mencoba mengubah strategi pada siklus II agar pelaksanaan lebih efektif.
SIKLUS II
1. Tahap perencanaan (Planning) meliputi:
a. Identifikasi masalah berdasarkan refleksi pada siklus I
b. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Menyiapkan kembali instrument (lembar pengamatan siswa)
d. Merancang kembali format evaluasi
e. Menyiapkan kembali media pembelajaran yang diperlukan dalam
proses pembelajaran
34
f. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar
siswa yang terdiri dari 4 siswa.
2. Tahap tindakan (acting) meliputi:
Kegiatan awal
a. Menyiapkan laptop, sound, kumpulan soal, aneka permen untuk
undian anggota kelompok, stick/tongkat yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran.
b. Mengadakan tanya jawab yang megarah pada materi pembelajaran
c. Siswa diberi petunjuk mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran
Talking stick
Kegiatan inti
a. Guru memberikan materi lanjutan
b. Guru menunjuk 6 siswa sebagai ketua, masing-masing ketua bebas
memilih anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok
terdiri dari 4 siswa.
c. Guru memberikan kesempatan siswa membaca ulang materi dalam
waktu 15 menit
d. Guru berkeliling, membimbing dan memberikan penjelasan kepada
siswa yang belum memahami pembelajaran.
e. Guru kembali mengatur kelas menjadi sebuah lingkaran dan
memainkan stick berjalan
35
f. Guru memberikan reward berupa cokelat bagi siswa yang dapat
menjawab pertanyaan dengan benar
g. Permainan berlanjut hingga sebagian besar siswa mendapatkan
pertanyaan dan dapat menjawab
h. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar
pada materi tersebut.
Kegiatan akhir
Siswa secara individu mengerjakan post test diakhir pembelajaran.
3. Tahap observasi (Observing)
a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan
aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Talking Stick
pada mata pelajaran IPS.
b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada
saat penerapan model pembelajaran Talking Stick pada lembar
pengamatan siswa dan guru.
4. Tahap refleksi (Reflection)
a. Siswa sudah mengerti penerapan model Talking Stick, maka pada
siklus II ini siswa lebih aktif dan berpartisipasi di dalam proses
pembelajaran
b. Siswa lebih tertarik dan dapat memahami materi Keunggulan
Lokasi Terhadap Kolonialisme dengan baik
c. Siswa menggunakan waktu dengan cukup baik
36
d. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar,
dan hanya beberapa siswa kurang tepat dalam menjawab, tetapi
temannya dapat membantu menjawab.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
tes, dan dokumentasi.
1. Tes
Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas
yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur belajar siswa (Slameto, 1986: 34). Bentuk tes yang dipilih
untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk pilihan ganda dan
uraian.
2. Observasi
Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap
interprektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan
pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diamati adalah siswa
yang melakukan proses pembelajaran, sedangkan peneliti sebagai
pelaksana PTK dan guru pamong atau mata pelajaran sebagai observer.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang telah
diperoleh dalam observasi dengan mencatat atau mengabadikan dengan
37
menggunakan camera yang berupa foto pada saat proses pembelajaran.
Dokumen-dokumen tersebut berupa arsip perencanaan pelaksanaan
pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa yang dapat memberikan
informasi data serta dokumen berupa foto yang menggambarkan situasi
pembelajaran IPS.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data tes belajar siswa dianalisis menggunakan cara
deskriptif komparatif. Klasifikasi hasil observasi siswa diambil secara
deskriptif kualitatif. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan teknik
deskriptif komparatif, yaitu mengolah data yang terkumpul mulai pra
siklus, siklus I. siklus II, kemudian membandingkannya, sehingga tampak
peningkatan atau keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
F. Indikator Keberhasilan
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kalsikal mencapai tujuh puluh
delapan (78 dan minimal 90% dari jumlah siswa mencapai nilai hasil
belajar tuntas (KKM=71)). Tingkat keberhasilan pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran Talking Stick dikatakan berhasil.
Untuk menghitung presentase peningkatan hasil belajar dengan rumus :
Keterangan :
% = × 100
38
% = Presentase peningkatan hasil belajar
n = Jumlah siswa tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhan
(Muh. Ali, 1993: 186)