bab ii siap

28
5 BAB II GAMBARAN UMUM G.I. 150 kV SRONDOL SEMARANG 2.1 Sejarah Perusahaan Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, di Indonesia telah ada perusahaan-perusahaan swasta penyedia energi listrik. Setelah kemerdekaan RI secara berangsur-angsur perusahaan-perusahaan swasta tersebut dinasionalisasikan menjadi perusahaan milik Negara. Bermula dari UU Nasional perusahaan Belanda yang berlaku sejak tanggal 4 Desember 1957 yang merupakan peraturan pemerintah Republik Indonesia pertanggungjawaban tindakan nasionalisasi. Selanjutnya dikeluarkan PP nomor. 9 tahun 1959 tentang penentuan Listrik dan Gas Milik Negara Belanda yang dinyatakan menjadi Perusahaan Listrik Republik Indonesia dan dipertegas dengan pasal 2 PP tahun 1959. Tahun 1960 atas dasar pasal 33 UUD’45 pemerintah republik Indonesia melaksanakan program umum di bidang ekonomi yaitu mengadakan sinkronisasi kegiatan ekonomi, baik yang dilakukan perusahaan swasta yang telah dinasionalisasikan maupun yang belum. Atas dasar tersebut maka digabung dalam satu wadah perusahaan milik Negara dengan UU nomor 19 tahun 1960 jo PP no.

Upload: azis-nurrochma-wardana

Post on 12-Aug-2015

146 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

laporan PKL

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II siap

5

BAB II

GAMBARAN UMUM

G.I. 150 kV SRONDOL SEMARANG

2.1 Sejarah Perusahaan

Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, di Indonesia

telah ada perusahaan-perusahaan swasta penyedia energi listrik. Setelah

kemerdekaan RI secara berangsur-angsur perusahaan-perusahaan swasta tersebut

dinasionalisasikan menjadi perusahaan milik Negara. Bermula dari UU Nasional

perusahaan Belanda yang berlaku sejak tanggal 4 Desember 1957 yang

merupakan peraturan pemerintah Republik Indonesia pertanggungjawaban

tindakan nasionalisasi. Selanjutnya dikeluarkan PP nomor. 9 tahun 1959 tentang

penentuan Listrik dan Gas Milik Negara Belanda yang dinyatakan menjadi

Perusahaan Listrik Republik Indonesia dan dipertegas dengan pasal 2 PP tahun

1959.

Tahun 1960 atas dasar pasal 33 UUD’45 pemerintah republik Indonesia

melaksanakan program umum di bidang ekonomi yaitu mengadakan sinkronisasi

kegiatan ekonomi, baik yang dilakukan perusahaan swasta yang telah

dinasionalisasikan maupun yang belum. Atas dasar tersebut maka digabung dalam

satu wadah perusahaan milik Negara dengan UU nomor 19 tahun 1960 jo PP no.

69 tahun 1960 yang selanjutnya kita kenal dengan terbentuknya PLN (Perusahaan

Listrik Negara). Pada saat itu perusahaan gas mempunyai bentuk yang sama ,

sehingga pemerintah menetapkan organisasi dalam bentuk BPU ( Badan Pimpinan

Umum). Tahun 1965 pemerintah dengan PP nomor 30 tahun 1965 jo PP nomor 11

tahun 1969 dan PP nomor 30 tahun 1970 membubarkan BPU PLN dan

selanjutnya diganti dengan organisasi yang terpisah, yaitu PLN dan PGN

(Perusahaan Gas Negara).

Mengingat tenaga listrik mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai prasarana

pembangunan ekonomi, maka dipandang perlu unutk meninjau kembali

Page 2: BAB II siap

6

ketentuan-ketentuan / status PLN. Oleh karena itu berdasarkan PP no 18 tahun

1972 status PLN diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara.

Namun sejak tanggal 1 April 1994 bertepatan dengan awal Repelita IV melalui PP

RI no 23 tahun 1994 tentang pengalihan bentuk Perum PLN menjadi Perusahaan

Perseroan ( PERSERO ), maka status PLN telah berubah menjadi PT PLN (

Persero ).

Sesuai dengan SK Direksi PT PLN ( Persero ) No 010.K/010/Dir/2000 tentang

pembentukan UBS ( Unit Bisnis Strategis ) P3B ( Pusat Pengaturan dan

Penyaluran Beban ) Jawa-Bali tanggal 2 November 2000. Organisasi PT PLN (

Persero ) Nomor 0932.K/023/DIR/1995 tanggal 2 Oktober 1995 sebagai pusat

laba ( profit center ) berubah menjadi unit pusat investasi ( investment center )

dengan sebutan Unit Bisnis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa-Bali

(P3B).

Ide awal pembentukan Region dimaksudkan unutk memberikan peningkatan

kekuatan organisasi P3B ( Sektor dan UPB ) terutama dalam kedudukannya

sebagai mitra bagi PLN Distribusi, sehingga dirasa perlu untuk memberdayakan

unit-unit organisasi P3B yakni melalui pembentukan organisasi Region yang

merupakan gabungan dari sector-sektor dan UPB dengan fungsi utama sebagai

operator system dan pengelola transmisi.

Dengan pembentukan Region diharapkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan

baik di sisi hulu ( Perusahaan Pembangkit ) maupun di sisi hilir ( Distribusi )

akan meningkat.

Region Jawa Tengah dan DIY dibentuk dari gabungan 1 UPB dan 2 Sektor yaitu

UPB Ungaran, Sektor Tuntang, Sektor Ketenger. Secara ringkas pembentukan

Region dilakukan dengan alasan sebagai berikut :

Mengurangi biaya overhead sehingga menghasilkan proses bisnis yang lebih

efisien .

Page 3: BAB II siap

7

Pelayanan ke Distribusi lebih fokus sebab berada dalam satu outlet.

Indikator pelayanan teknis lebih mudah diukur, akuntabilitas lebih jelas.

Pemeliharaan serta pelimpahan kepemilikan asset trafo untuk out going 20

kV kepada distribusi sehingga Region Jawa Tengah dan DIY memiliki unit-

unit pelayanan transmisi ( UPT ) yang merupakan bagian dari organisasi

region.

Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk mengefisiensikan

pelaksanaan proses bisnis operasi dam pemeliharaan transmisi.

UPT dibentuk dari pengelompokan ulang tragi-tragi yang berada di wilayah kerja

region. UPT akan memiliki wewenang operasional yang lebih besar dibanding

unit tragi yang sebelumnya sehingga diharapkan akan memberikan pelayanan

yang lebih cepat dan lebih baik kepada pelangggan P3B.

Pembentukan UJT dilakukan sebagai langkah untuk mempersiapkan diri dalam

rangka mengantisipasi pembentukan anak perusahaan pemeliharaan.

Peletakan UJT di bawah kendali manajemen Region dianggap sebagai cara terbaik

yang dapat ditempuh pada tahap awal, mengingat dengan cara ini kelangsungan

operasi dan pelayanan konsumen dapat terjaga.

2.2 Alur Proses Produksi untuk Sistem Pembangkit Energi Listrik

Perusahaan ini menyalurkan ( mentransmisikan ) energi listrik dari pusat

pembangkit ke gardu-gardu induk yang menjadi wilayah kerjanya untuk

kemudian didistribusikan ke gardu distribusi. Gambar 2.1 dibawah ini merupakan

single line alur proses produksi sistem penyaluran energi listrik.

Tegangan dari generator berkisar antara 6 - 12 kV dinaikan dengan transformator

penaik tegangan (step-up transformer) menjadi 150 – 500 kV yang kemudian

ditransmisikan antar region. Dari Region kemudian kemasing-masing UPT yang

diturunkan dengan transformator penurun tegangan (step-down transformer)

Page 4: BAB II siap

TRAFO INTER BUS(IBT)

PEMBANGKIT6/12/30kV

TRAFO STEP UP30/150kV

BUSBAR 150 kV

BUSBAR 150 kV BUSBAR 500 kV

SUTT 150 kV SUTET 500 kV

TRAFO STEP DOWN66 kV/380 V/220 V

REL 20 kVDISTRIBUSI

150 kV

500 kV

66 kV

TRAFO STEP DOWN150kV/20kV

GARDU INDUK

TRAFO STEP DOWN20 kV/380 V/220 V

KONSUMEN

LOAD

G3ф

~

8

menjadi 20 kV untuk keperluan industri yang dapat dicatu dengan tegangan ini.

Penurunan tegangan selanjutnya terjadi pada gardu induk pembantu distribusi,

dimana tegangan diturunkan lagi menjadi 380/220 Volt untuk keperluan

pelanggan/konsumen seperti rumah tempat tinggal atau instansi.

Gambar 2.1 Single line alur proses produksi untuk sistem pembangkit energi listrik.

2.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Unit Pelayanan Transmisi

( UPT ) Semarang

Bentuk Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) Unit Pelayanan Transmisi

Semarang, menurut Kep. Dir. PT. PLN ( Persero ), Nomor 394.K/DIR/2008,

Tanggal 15 Desember 2008 seperti bagan berikut :

Page 5: BAB II siap

9

Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) P3B UPT. Semarang

Page 6: BAB II siap

10

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) P3B UPT. Semarang

2.3.1 Maneger UPT

Wewenang seorang Maneger Unit Pelayanan Transmisi yaitu :

1. Mengusulkan RKAP.

2. Mengelola pelaksanaan O & M Instalasi..

3. Mengelola pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sesuai aturan yang berlaku.

4. Mengelola dan mengusulkan pengembangan kompetensi SDM.

2.3.2 Ass. Maneger Administrasi dan Keuangan

Wewenang seorang Maneger Administrasi dan Keuangan yaitu :

1. Mengusulkan sistem, prosedur dan tata kerja administrasi keuangan, anggaran

& akuntansi.

2. Menyetujui pembayaran transaksi intern melalui Kas / Bank.

3. Memonitor dan memeriksa RAT & informasi tambahan.

4. Mengembangkan kompetensi SDM sesui kebutuhan kompetensi jabatan.

5. Memonitor peralatan kerja dan administrasi pengadaan barang dan jasa.

6. Mengusulkan kebutuhan fasilitas kantor dan TI.

7. Menyetujui dan memeriksa daftar penghasilan, pajak dan kesejahteraan

pegawai / pensiunan.

8. Mengevaluasi informasi data pegawai untuk kenaikan peringkat dan promosi.

2.3.3 Ass. Maneger Rencana dan Evaluasi

Wewenang seorang Maneger Rencana Dan Evaluasi yaitu :

1. Merencanakan jadwal pemeliharaan.

2. Menganalisa dan mengevaluasi ujuk kerja peralatan transmisi proteksi, meter,

control, SCADATEL, Metering.

3. Mengevaluasi operasi peralatan transmisi, proteksi, meter, control, SCDATEL,

Metering dan Operasi Sistem.

Page 7: BAB II siap

11

4. Mengelola sistem informasi operasi dan pemeliharaan.

2.3.4 Ass. Maneger Operasi dan Pemeliharaan

Wewenang seorang Maneger Operasi Sistem dan Pemeliharaan yaitu :

1. Mensupervisi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan peralatan instalasi

transmisi, proteksi, meter, control, SCADATEL, pengelolaan Metering,

fasilitas TI dan Logistik.

2. Menyusun rencana kegiatan bidang Operasi dan Pemeliharaan UPT.

3. Mengkoordiner pelaksanaan trouble shooting / investigasi dan corrective

maintenance

4. Mengawasi penerapan K2 dan pengelolaan lingkungan.

5. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak lain.

6. Memeriksa berita acara peyegelan kWh meter transaksi.

7. Megelola fungsi logistik di wilayah kerjanya.

2.3.5 Senior Officer II Bina Lingkungan & ROW

Wewenang seorang Senior Officer II Lingkungan dan ROW yaitu :

1. Melaksanakan penyelesaian masalah internal dan eksternal Bina Lingkungan &

ROW yang akan dipublikasikan ke pers dan media cetak.

2. Mengevaluasi setiap adanya pemberitaan yang berhubungan dengan aktivitas

Bina Lingkungan & ROW, serta sistem kelistrikan PT. PLN ( Persero ) P3B

JB.

3. Mengevaluasi setiap adanya informasi dan pemberitaan dari masyarakat

tentang masalah huru hara / keributan yang dapat mengganggu stabilitas

Pernyaluran PT. PLN ( Persero ) P3B JB.

4. Membuat aporan hasil aktifitas proses Bina Lingkungan & ROW.

5. Mengevaluasi proses penyelesaian Bina Lingkungan & ROW.

6. Membuat surat dan menggurus penyelesaiaan Bina Lingkungan & ROW

dengan pihak–pihak Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, dan Kepolisian.

Page 8: BAB II siap

12

7. Membuat dan memutus jaringan inter/ intra net, on line agar antar Gardu Induk

sesuai kebutuhan managemen.

2.3.6 Supervisor Gardu Induk dan Transmisi

Wewenang seorang Supervisor Gardu Indukdan Transmisi yaitu :

1. Mengkoordiner petugaspetugas operator, petugas satpam dan petugas cleaning

service.

2. Mengelola data / laporan kondisi dan operasional peralatan GI / SUTT /

SUTET.

3. Menginformasi status peralatan GI / SUTT / SUTET dalam kondisi normal,

abnormal dan darurat.

2.4 Peralatan Tegangan Tinggi Gardu Induk dan Fasilitas Gardu Induk

2.4.1 Peralatan tegangan tinggi pada Gardu Induk 150 kV Srondol

2.4.1.1 Trafo Tenaga

Gambar 2.3 Trafo tenaga

Page 9: BAB II siap

13

Trafo tenaga di Gardu Induk Srondol terpasang di luar ruangan dikarenakan

keadaan fisiknya yang besar dan berat, dengan tinggi ± 2 m dan lebar ± 2 m. Ada

2 buah trafo tenaga pada Gardu Induk Srondol, yaitu :

1. Trafo I 30 MVA : Merk ABB

Type : SDOR 30.000/170

Tegangan primer / sekunder : 150 / 22 kV

Tahun buat : 1995

Kapasitas normal : 121 / 827 A

2. Trafo II 31,5 MVA : Merk POUWELS BELGIUM

Type : DRF 31,5 / 275

Tegangan primer / sekunder : 150 / 22 kV

Tahun buat : 1987

Kapasitas Normal : 121 / 827 A

Dengan name plate Trafo 31,5 MVA POUWELS BELGIUM

Type : DRF 31,5 / 275

No. Seri pabrik : 86.4.2617

Th. Buat : 1987

Standar : IEC 76

Kapasitas : 22.05/31

Out PutMVA

Sistim pendingin : ONAN / ONAF

Frekuensi : 50Hz

Phasa : 3

Tingkat isolasi : L1. 650 AC 275

L1 – AC 387

L1. 125. AC 50

L1 – AC 28

Hubungan belitan : YNYn0

Page 10: BAB II siap

14

Service : Continous

Sehingga dapat berbeban ON LOAD MS III 300 Y 60 / B. 14. 27. IW + MA7

Waktu hubung singkat ( max ) : 3 s

Kenaikan temperatur minyak : 60 OC

Kenaikan temperatur belitan : 65 OC

Tahanan hampa udara : 100 %

Tinggi angkat belitan : 6,4

Jenis minyak : IEC 296

No. Diagram : 1677 / 864242617 – β

Berat total : 77,2 ton

Salah satu peralatan yang mendukung trafo tenaga pada Gardu Induk Srondol

adalah “ Bushing “. Bushing merupakan konduktor yang dipasang pada kawat

phasa R,S,T sebagai penyekat antara kumparan trafo ke jaringan luar.

2.4.1.2 Lightning Arrester

Gambar 2.4 Lightning arrester

Page 11: BAB II siap

15

Lightning arrester dipasang di depan trafo tenaga. Lightning arrester yang

terpasang pada Gardu Induk Srondol berjumlah 18 buah, ditempatkan pada :

1. Bay. Trafo 31,5 MVA phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBHISI, type

MAL – P, tegangan 158 kV , kapasitas normal 20KA.

2. Bay. Trafo 31,5 MVA phasa R,S,T, untuk LA merk ASEA, type X.4.R 170 AI

/ 162, tegangan 158 kV , kapasitas normal 20 KA.

3. Bay. Pandean Lamper I phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI, type

MAL – P, tegangan 158 kV , kapasitas 20KA.

4. Bay. Pandean Lamper II phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI type

MAL – P, tegangan 158 kV , kapasitas 20 KA.

5. Bay. Krapyak I phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI type MAL – P,

tegangan 158 kV , kapasitas 20 KA.

6. Bay. Krapyak II phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI type MAL – P,

tegangan 158 kV , kapasitas 20 KA.

2.4.1.3 Pemutus Tenaga ( PMT )

Gambar 2.5 Pemutus Tenaga ( PMT )

Page 12: BAB II siap

16

Pemutus tenaga yang terpasang pada Gardu Induk Srondol berjumlah 7 buah yang

nampak dari luar adalah isolator berwarna coklat dengan tinggi ± 4 m yang

dipasang di atas tiang pancang dengan tinggi ± 1,5 m yang kemudian

dihubungkan dengan kotak kontrol abu – abu dengan tinggi ± 2 m, panjang ± 0,5

m, lebar ± 0,5 m dilengkapi tabung berisi udara yang berguna menggerakkan

kontak PMT.

1. Bay. Trafo 31,5 MVA merk ABB, type LTB 10 DI, tegangan 170 kV,

kapasitas arus nominal 3150 A, media pemadam gas SF6, media penggerak

( close : spring, open : spring ).

2. Bay. Trafo 31,5 MVA merk Sprecher Enggie, type HGF 133 / IB, tegangan

170 kV, kapasitas arus nominal 2000 A, media pemadam gas SF6, media

penggerak ( close : spring, open : spring ).

3. Bay. Pandean Lamper I merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan

170 kV, kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6, media

penggerak ( close : spring, open : udara ).

4. Bay. Pandean Lamper II merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A,

tegangan 170 kV, kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6,

media penggerak ( close : spring, open : udara ).

5. Bay. Krapyak I merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan 170 kV,

kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6, media penggerak

( close : spring, open : udara ).

6. Bay. Krapyak II merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan 170

kV, kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6, media penggerak (

close : spring, open : udara ).

7. Kopel merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan 170 , kapasitas

arus 1600 A, media pemadam gas SF6, medi penggerak ( close : spring, open :

udara ).

Page 13: BAB II siap

17

2.4.1.4 Saklar Pemisah ( PMS )

Gambar 2.6 Saklar Pemisah ( PMS )

Saklar pemisah berbentuk kotak yang dipasang di udara terbuka dengan

ketinggian ± 3,5 m dengan jarak antar PMS 1,5 m. Pada Gardu Induk Srondol

PMS berjumlah 14 buah, terpasang di :

1. Bay. Trafo 31,5 MVA merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170

kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor

DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).

2. Bay. Trafo 31,5 MVA merk MERLIN GERIN type d.2, tegangan 170

kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor

DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).

3. Bay. Pandean Lamper I merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170

kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor

DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).

4. Bay. Pandean Lamper II merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170

kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor

DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).

Page 14: BAB II siap

18

5. Bay. Krapyak I merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170

kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor

DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).

6. Bay. Krapyak II merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170

kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor

DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).

7. Kopel merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170 kV,kapasitas arus

nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor DC ), 2 set ( untuk

bus bar I dan II ).

2.4.1.5 Trafo Arus ( CT )

Gambar 2.7 Trafo arus ( CT )

Trafo arus pada Gardu Induk 150 kV Srondol berfungsi untuk menurunkan arus

besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk

keperluan pengukuran dan pengaman ( proteksi ). Yang terpasang pada Gardu

Induk Srondol berjumlah 21 buah, yaitu terpasang di :

Page 15: BAB II siap

19

1. Bay Trafo I 31,5 MVA merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus

nominal 300 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).

2. Bay Trafo II 31,5 MVA merk ALSTHOM type IH 170 – 14, kapasitas arus

nominal 400 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).

3. Bay Pandean Lamper I merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus

nominal 600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).

4. Bay Pandean Lamper II merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus

nominal 600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).

5. Bay Krapyak I merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus nominal

600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).

6. Bay Krapyak II merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus nominal

600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).

7. Kopel merk MITSUBISHI type PC – 148, kapasitas arus nominal 1200 / 1 A,

jumlah 3 buah ( phasa R,S,T )

2.4.1.6 Trafo Tegangan ( PT )

Gambar 2.8 Trafo tegangan ( PT )

Page 16: BAB II siap

20

Trafo tegangan yang terpasang pada Gardu Induk Srondol berjumlah 4 buah

dipasang antara lain pada Bay Pandean Lamper I, Pandean Lamper II, Krapyak I,

Krapyak II dan semuanya memakai merk MITSUBISHI type PY – 2A-14 dengan

tegangan 150 / V3.

2.4.2 Fasilitas Gardu Induk 150 kV Srondol

2.4.2.1 Ruang Kontrol

Pada Gardu Induk 150 kV Srondol dilengkapi gedung kontrol yang di dalamnya

terdapat peralatan – peralatan berupa:

a. Panel kontrol

Gambar 2.9 Panel kontrol

Panel kontrol meliputi :

Meassuring

Pht. Pandean Lamper I

Pht. Pandean Lamper II

Page 17: BAB II siap

21

Pht. Krapyak I

Pht. Krapyak II

Trafo I

Trafo II

Bus Kopel

b. Almari proteksi

Gambar 2.10 Panel proteksi

Lemari proteksi yang terdapat pada Gardu Induk 150 kV Srondol tidak terpasang

khusus, karena relay proteksi terpasang pada masing – masing panelkontrol yang

terletak di belakang panel.

Page 18: BAB II siap

22

c. Box tap changer

Tap changer pada trafo Gardu Induk 150 kV Srondol untuk sistem secara

operasinya outomatic On Load Tap Charger ( OLTC ).

d. Digital Fault Recorder : tidak terpasang

e. Fault locater : tidak terpasang

f. Traveling Wave System ( TWS ) : tidak terpasang

2.4.2.2 Ruang batere

Gambar 2.11 Ruang batere

Batere digunakan pada Gardu Induk 150 kV Srondol sebagai sumber daya bantu

DC yang terbagi atas :

Page 19: BAB II siap

23

a. Batere 110 V yang digunakan untuk keperluen proteksi.

Jenis : Alkali

Jumlah sel : 82

Kapasitas : 275 Ah

b. Batere 48 V ( Unit II ) yang digunakan untuk keperluan PLC / RTU

Jenis : Alkali

Jumlah sel : 38

Kapasitas : 167 Ah

2.4.2.3 Peralatan telekomuniksi ( telepon, PLC, dan radio panggil )

Gambar 2.12 Peralatan telekomunikasi

Pada Gardu Induk 150 kV Srondol menggunakan peralatan telekomunikasi berupa

( PLC ( Power Line Carrier )), yaitu digunakan untuk komunikasi antar Gardu

Induk dengan menggunakan frekuensi tinggi. Untuk dapat menjalankan PLC ini

digunakan CC ( Coupling Capasitor ) dan LT ( Line Trap ). CC adalah peralatan

untuk menyalurkan frekuensi tinggi dan LT adalah peralatan untuk mengeblok

frekuensi tinggi agar tidak masuk ke Bus Bar saat PLC digunakan. CC dan LT

Page 20: BAB II siap

24

hanya dipasang pada phasa S saja. Untuk panel PLC / RTU ditempatkan pada

ruangan tersendiri.

2.4.3 Sistem pentanahan Gardu Induk 150 kV Srondol

Sistem pentanahan pada Gardu Induk 150 kV Srondol pada umumnya sama

dengan sistem pentanahan Gardu Induk di Jawa Tengah yaitu menngunakan

sistem pentanahan langsung ( solid grounded ).

Di dalam sistem pentanahan Gardu Induk 150 kV Srondol pentanahannya dibuat

Great mess, yaitu pentanahan yang dibuat seperti jaring laba – laba atau anyaman,

antara satu dengan yang lainnya saling terhubung.

Great mess dipasang membentang seluas area dari Gardu Induk itu dengan

kedalaman ± 16 m yang tersusun atas material – material antara lain arang, ijuk,

dan logam tembaga yang bersifat basah untuk menahan air sebagai konduktor

yang mampu mengalirkan tegangan dan arus gangguan langsung ke bumi.

Page 21: BAB II siap

25

2.5 Gambar Single Line Diagram

Tra

fo I

AB

B –

30

MV

A15

0 kV

/ 2

2 kV

Imp

: 18

,77

%Y

Hyn

0

YH

yn0(

d11)

03-0

4-2

006