bab ii siap
DESCRIPTION
laporan PKLTRANSCRIPT
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
G.I. 150 kV SRONDOL SEMARANG
2.1 Sejarah Perusahaan
Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, di Indonesia
telah ada perusahaan-perusahaan swasta penyedia energi listrik. Setelah
kemerdekaan RI secara berangsur-angsur perusahaan-perusahaan swasta tersebut
dinasionalisasikan menjadi perusahaan milik Negara. Bermula dari UU Nasional
perusahaan Belanda yang berlaku sejak tanggal 4 Desember 1957 yang
merupakan peraturan pemerintah Republik Indonesia pertanggungjawaban
tindakan nasionalisasi. Selanjutnya dikeluarkan PP nomor. 9 tahun 1959 tentang
penentuan Listrik dan Gas Milik Negara Belanda yang dinyatakan menjadi
Perusahaan Listrik Republik Indonesia dan dipertegas dengan pasal 2 PP tahun
1959.
Tahun 1960 atas dasar pasal 33 UUD’45 pemerintah republik Indonesia
melaksanakan program umum di bidang ekonomi yaitu mengadakan sinkronisasi
kegiatan ekonomi, baik yang dilakukan perusahaan swasta yang telah
dinasionalisasikan maupun yang belum. Atas dasar tersebut maka digabung dalam
satu wadah perusahaan milik Negara dengan UU nomor 19 tahun 1960 jo PP no.
69 tahun 1960 yang selanjutnya kita kenal dengan terbentuknya PLN (Perusahaan
Listrik Negara). Pada saat itu perusahaan gas mempunyai bentuk yang sama ,
sehingga pemerintah menetapkan organisasi dalam bentuk BPU ( Badan Pimpinan
Umum). Tahun 1965 pemerintah dengan PP nomor 30 tahun 1965 jo PP nomor 11
tahun 1969 dan PP nomor 30 tahun 1970 membubarkan BPU PLN dan
selanjutnya diganti dengan organisasi yang terpisah, yaitu PLN dan PGN
(Perusahaan Gas Negara).
Mengingat tenaga listrik mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai prasarana
pembangunan ekonomi, maka dipandang perlu unutk meninjau kembali
6
ketentuan-ketentuan / status PLN. Oleh karena itu berdasarkan PP no 18 tahun
1972 status PLN diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara.
Namun sejak tanggal 1 April 1994 bertepatan dengan awal Repelita IV melalui PP
RI no 23 tahun 1994 tentang pengalihan bentuk Perum PLN menjadi Perusahaan
Perseroan ( PERSERO ), maka status PLN telah berubah menjadi PT PLN (
Persero ).
Sesuai dengan SK Direksi PT PLN ( Persero ) No 010.K/010/Dir/2000 tentang
pembentukan UBS ( Unit Bisnis Strategis ) P3B ( Pusat Pengaturan dan
Penyaluran Beban ) Jawa-Bali tanggal 2 November 2000. Organisasi PT PLN (
Persero ) Nomor 0932.K/023/DIR/1995 tanggal 2 Oktober 1995 sebagai pusat
laba ( profit center ) berubah menjadi unit pusat investasi ( investment center )
dengan sebutan Unit Bisnis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa-Bali
(P3B).
Ide awal pembentukan Region dimaksudkan unutk memberikan peningkatan
kekuatan organisasi P3B ( Sektor dan UPB ) terutama dalam kedudukannya
sebagai mitra bagi PLN Distribusi, sehingga dirasa perlu untuk memberdayakan
unit-unit organisasi P3B yakni melalui pembentukan organisasi Region yang
merupakan gabungan dari sector-sektor dan UPB dengan fungsi utama sebagai
operator system dan pengelola transmisi.
Dengan pembentukan Region diharapkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan
baik di sisi hulu ( Perusahaan Pembangkit ) maupun di sisi hilir ( Distribusi )
akan meningkat.
Region Jawa Tengah dan DIY dibentuk dari gabungan 1 UPB dan 2 Sektor yaitu
UPB Ungaran, Sektor Tuntang, Sektor Ketenger. Secara ringkas pembentukan
Region dilakukan dengan alasan sebagai berikut :
Mengurangi biaya overhead sehingga menghasilkan proses bisnis yang lebih
efisien .
7
Pelayanan ke Distribusi lebih fokus sebab berada dalam satu outlet.
Indikator pelayanan teknis lebih mudah diukur, akuntabilitas lebih jelas.
Pemeliharaan serta pelimpahan kepemilikan asset trafo untuk out going 20
kV kepada distribusi sehingga Region Jawa Tengah dan DIY memiliki unit-
unit pelayanan transmisi ( UPT ) yang merupakan bagian dari organisasi
region.
Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk mengefisiensikan
pelaksanaan proses bisnis operasi dam pemeliharaan transmisi.
UPT dibentuk dari pengelompokan ulang tragi-tragi yang berada di wilayah kerja
region. UPT akan memiliki wewenang operasional yang lebih besar dibanding
unit tragi yang sebelumnya sehingga diharapkan akan memberikan pelayanan
yang lebih cepat dan lebih baik kepada pelangggan P3B.
Pembentukan UJT dilakukan sebagai langkah untuk mempersiapkan diri dalam
rangka mengantisipasi pembentukan anak perusahaan pemeliharaan.
Peletakan UJT di bawah kendali manajemen Region dianggap sebagai cara terbaik
yang dapat ditempuh pada tahap awal, mengingat dengan cara ini kelangsungan
operasi dan pelayanan konsumen dapat terjaga.
2.2 Alur Proses Produksi untuk Sistem Pembangkit Energi Listrik
Perusahaan ini menyalurkan ( mentransmisikan ) energi listrik dari pusat
pembangkit ke gardu-gardu induk yang menjadi wilayah kerjanya untuk
kemudian didistribusikan ke gardu distribusi. Gambar 2.1 dibawah ini merupakan
single line alur proses produksi sistem penyaluran energi listrik.
Tegangan dari generator berkisar antara 6 - 12 kV dinaikan dengan transformator
penaik tegangan (step-up transformer) menjadi 150 – 500 kV yang kemudian
ditransmisikan antar region. Dari Region kemudian kemasing-masing UPT yang
diturunkan dengan transformator penurun tegangan (step-down transformer)
TRAFO INTER BUS(IBT)
PEMBANGKIT6/12/30kV
TRAFO STEP UP30/150kV
BUSBAR 150 kV
BUSBAR 150 kV BUSBAR 500 kV
SUTT 150 kV SUTET 500 kV
TRAFO STEP DOWN66 kV/380 V/220 V
REL 20 kVDISTRIBUSI
150 kV
500 kV
66 kV
TRAFO STEP DOWN150kV/20kV
GARDU INDUK
TRAFO STEP DOWN20 kV/380 V/220 V
KONSUMEN
LOAD
G3ф
~
8
menjadi 20 kV untuk keperluan industri yang dapat dicatu dengan tegangan ini.
Penurunan tegangan selanjutnya terjadi pada gardu induk pembantu distribusi,
dimana tegangan diturunkan lagi menjadi 380/220 Volt untuk keperluan
pelanggan/konsumen seperti rumah tempat tinggal atau instansi.
Gambar 2.1 Single line alur proses produksi untuk sistem pembangkit energi listrik.
2.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Unit Pelayanan Transmisi
( UPT ) Semarang
Bentuk Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) Unit Pelayanan Transmisi
Semarang, menurut Kep. Dir. PT. PLN ( Persero ), Nomor 394.K/DIR/2008,
Tanggal 15 Desember 2008 seperti bagan berikut :
9
Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) P3B UPT. Semarang
10
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) P3B UPT. Semarang
2.3.1 Maneger UPT
Wewenang seorang Maneger Unit Pelayanan Transmisi yaitu :
1. Mengusulkan RKAP.
2. Mengelola pelaksanaan O & M Instalasi..
3. Mengelola pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sesuai aturan yang berlaku.
4. Mengelola dan mengusulkan pengembangan kompetensi SDM.
2.3.2 Ass. Maneger Administrasi dan Keuangan
Wewenang seorang Maneger Administrasi dan Keuangan yaitu :
1. Mengusulkan sistem, prosedur dan tata kerja administrasi keuangan, anggaran
& akuntansi.
2. Menyetujui pembayaran transaksi intern melalui Kas / Bank.
3. Memonitor dan memeriksa RAT & informasi tambahan.
4. Mengembangkan kompetensi SDM sesui kebutuhan kompetensi jabatan.
5. Memonitor peralatan kerja dan administrasi pengadaan barang dan jasa.
6. Mengusulkan kebutuhan fasilitas kantor dan TI.
7. Menyetujui dan memeriksa daftar penghasilan, pajak dan kesejahteraan
pegawai / pensiunan.
8. Mengevaluasi informasi data pegawai untuk kenaikan peringkat dan promosi.
2.3.3 Ass. Maneger Rencana dan Evaluasi
Wewenang seorang Maneger Rencana Dan Evaluasi yaitu :
1. Merencanakan jadwal pemeliharaan.
2. Menganalisa dan mengevaluasi ujuk kerja peralatan transmisi proteksi, meter,
control, SCADATEL, Metering.
3. Mengevaluasi operasi peralatan transmisi, proteksi, meter, control, SCDATEL,
Metering dan Operasi Sistem.
11
4. Mengelola sistem informasi operasi dan pemeliharaan.
2.3.4 Ass. Maneger Operasi dan Pemeliharaan
Wewenang seorang Maneger Operasi Sistem dan Pemeliharaan yaitu :
1. Mensupervisi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan peralatan instalasi
transmisi, proteksi, meter, control, SCADATEL, pengelolaan Metering,
fasilitas TI dan Logistik.
2. Menyusun rencana kegiatan bidang Operasi dan Pemeliharaan UPT.
3. Mengkoordiner pelaksanaan trouble shooting / investigasi dan corrective
maintenance
4. Mengawasi penerapan K2 dan pengelolaan lingkungan.
5. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak lain.
6. Memeriksa berita acara peyegelan kWh meter transaksi.
7. Megelola fungsi logistik di wilayah kerjanya.
2.3.5 Senior Officer II Bina Lingkungan & ROW
Wewenang seorang Senior Officer II Lingkungan dan ROW yaitu :
1. Melaksanakan penyelesaian masalah internal dan eksternal Bina Lingkungan &
ROW yang akan dipublikasikan ke pers dan media cetak.
2. Mengevaluasi setiap adanya pemberitaan yang berhubungan dengan aktivitas
Bina Lingkungan & ROW, serta sistem kelistrikan PT. PLN ( Persero ) P3B
JB.
3. Mengevaluasi setiap adanya informasi dan pemberitaan dari masyarakat
tentang masalah huru hara / keributan yang dapat mengganggu stabilitas
Pernyaluran PT. PLN ( Persero ) P3B JB.
4. Membuat aporan hasil aktifitas proses Bina Lingkungan & ROW.
5. Mengevaluasi proses penyelesaian Bina Lingkungan & ROW.
6. Membuat surat dan menggurus penyelesaiaan Bina Lingkungan & ROW
dengan pihak–pihak Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, dan Kepolisian.
12
7. Membuat dan memutus jaringan inter/ intra net, on line agar antar Gardu Induk
sesuai kebutuhan managemen.
2.3.6 Supervisor Gardu Induk dan Transmisi
Wewenang seorang Supervisor Gardu Indukdan Transmisi yaitu :
1. Mengkoordiner petugaspetugas operator, petugas satpam dan petugas cleaning
service.
2. Mengelola data / laporan kondisi dan operasional peralatan GI / SUTT /
SUTET.
3. Menginformasi status peralatan GI / SUTT / SUTET dalam kondisi normal,
abnormal dan darurat.
2.4 Peralatan Tegangan Tinggi Gardu Induk dan Fasilitas Gardu Induk
2.4.1 Peralatan tegangan tinggi pada Gardu Induk 150 kV Srondol
2.4.1.1 Trafo Tenaga
Gambar 2.3 Trafo tenaga
13
Trafo tenaga di Gardu Induk Srondol terpasang di luar ruangan dikarenakan
keadaan fisiknya yang besar dan berat, dengan tinggi ± 2 m dan lebar ± 2 m. Ada
2 buah trafo tenaga pada Gardu Induk Srondol, yaitu :
1. Trafo I 30 MVA : Merk ABB
Type : SDOR 30.000/170
Tegangan primer / sekunder : 150 / 22 kV
Tahun buat : 1995
Kapasitas normal : 121 / 827 A
2. Trafo II 31,5 MVA : Merk POUWELS BELGIUM
Type : DRF 31,5 / 275
Tegangan primer / sekunder : 150 / 22 kV
Tahun buat : 1987
Kapasitas Normal : 121 / 827 A
Dengan name plate Trafo 31,5 MVA POUWELS BELGIUM
Type : DRF 31,5 / 275
No. Seri pabrik : 86.4.2617
Th. Buat : 1987
Standar : IEC 76
Kapasitas : 22.05/31
Out PutMVA
Sistim pendingin : ONAN / ONAF
Frekuensi : 50Hz
Phasa : 3
Tingkat isolasi : L1. 650 AC 275
L1 – AC 387
L1. 125. AC 50
L1 – AC 28
Hubungan belitan : YNYn0
14
Service : Continous
Sehingga dapat berbeban ON LOAD MS III 300 Y 60 / B. 14. 27. IW + MA7
Waktu hubung singkat ( max ) : 3 s
Kenaikan temperatur minyak : 60 OC
Kenaikan temperatur belitan : 65 OC
Tahanan hampa udara : 100 %
Tinggi angkat belitan : 6,4
Jenis minyak : IEC 296
No. Diagram : 1677 / 864242617 – β
Berat total : 77,2 ton
Salah satu peralatan yang mendukung trafo tenaga pada Gardu Induk Srondol
adalah “ Bushing “. Bushing merupakan konduktor yang dipasang pada kawat
phasa R,S,T sebagai penyekat antara kumparan trafo ke jaringan luar.
2.4.1.2 Lightning Arrester
Gambar 2.4 Lightning arrester
15
Lightning arrester dipasang di depan trafo tenaga. Lightning arrester yang
terpasang pada Gardu Induk Srondol berjumlah 18 buah, ditempatkan pada :
1. Bay. Trafo 31,5 MVA phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBHISI, type
MAL – P, tegangan 158 kV , kapasitas normal 20KA.
2. Bay. Trafo 31,5 MVA phasa R,S,T, untuk LA merk ASEA, type X.4.R 170 AI
/ 162, tegangan 158 kV , kapasitas normal 20 KA.
3. Bay. Pandean Lamper I phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI, type
MAL – P, tegangan 158 kV , kapasitas 20KA.
4. Bay. Pandean Lamper II phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI type
MAL – P, tegangan 158 kV , kapasitas 20 KA.
5. Bay. Krapyak I phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI type MAL – P,
tegangan 158 kV , kapasitas 20 KA.
6. Bay. Krapyak II phasa R,S,T, untuk LA merk MITSHUBISHI type MAL – P,
tegangan 158 kV , kapasitas 20 KA.
2.4.1.3 Pemutus Tenaga ( PMT )
Gambar 2.5 Pemutus Tenaga ( PMT )
16
Pemutus tenaga yang terpasang pada Gardu Induk Srondol berjumlah 7 buah yang
nampak dari luar adalah isolator berwarna coklat dengan tinggi ± 4 m yang
dipasang di atas tiang pancang dengan tinggi ± 1,5 m yang kemudian
dihubungkan dengan kotak kontrol abu – abu dengan tinggi ± 2 m, panjang ± 0,5
m, lebar ± 0,5 m dilengkapi tabung berisi udara yang berguna menggerakkan
kontak PMT.
1. Bay. Trafo 31,5 MVA merk ABB, type LTB 10 DI, tegangan 170 kV,
kapasitas arus nominal 3150 A, media pemadam gas SF6, media penggerak
( close : spring, open : spring ).
2. Bay. Trafo 31,5 MVA merk Sprecher Enggie, type HGF 133 / IB, tegangan
170 kV, kapasitas arus nominal 2000 A, media pemadam gas SF6, media
penggerak ( close : spring, open : spring ).
3. Bay. Pandean Lamper I merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan
170 kV, kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6, media
penggerak ( close : spring, open : udara ).
4. Bay. Pandean Lamper II merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A,
tegangan 170 kV, kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6,
media penggerak ( close : spring, open : udara ).
5. Bay. Krapyak I merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan 170 kV,
kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6, media penggerak
( close : spring, open : udara ).
6. Bay. Krapyak II merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan 170
kV, kapasaitas arus nominal 1600 A, media pemadam SF6, media penggerak (
close : spring, open : udara ).
7. Kopel merk MITSHUBISHI, type 140 SFM 40 A, tegangan 170 , kapasitas
arus 1600 A, media pemadam gas SF6, medi penggerak ( close : spring, open :
udara ).
17
2.4.1.4 Saklar Pemisah ( PMS )
Gambar 2.6 Saklar Pemisah ( PMS )
Saklar pemisah berbentuk kotak yang dipasang di udara terbuka dengan
ketinggian ± 3,5 m dengan jarak antar PMS 1,5 m. Pada Gardu Induk Srondol
PMS berjumlah 14 buah, terpasang di :
1. Bay. Trafo 31,5 MVA merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170
kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor
DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).
2. Bay. Trafo 31,5 MVA merk MERLIN GERIN type d.2, tegangan 170
kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor
DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).
3. Bay. Pandean Lamper I merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170
kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor
DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).
4. Bay. Pandean Lamper II merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170
kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor
DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).
18
5. Bay. Krapyak I merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170
kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor
DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).
6. Bay. Krapyak II merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170
kV,kapasitas arus nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor
DC ), 2 set ( untuk bus bar I dan II ).
7. Kopel merk ASEA type NSA 170 / 1250 B, tegangan 170 kV,kapasitas arus
nominal 1250 A, media penggerak ( close / open : motor DC ), 2 set ( untuk
bus bar I dan II ).
2.4.1.5 Trafo Arus ( CT )
Gambar 2.7 Trafo arus ( CT )
Trafo arus pada Gardu Induk 150 kV Srondol berfungsi untuk menurunkan arus
besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk
keperluan pengukuran dan pengaman ( proteksi ). Yang terpasang pada Gardu
Induk Srondol berjumlah 21 buah, yaitu terpasang di :
19
1. Bay Trafo I 31,5 MVA merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus
nominal 300 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).
2. Bay Trafo II 31,5 MVA merk ALSTHOM type IH 170 – 14, kapasitas arus
nominal 400 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).
3. Bay Pandean Lamper I merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus
nominal 600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).
4. Bay Pandean Lamper II merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus
nominal 600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).
5. Bay Krapyak I merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus nominal
600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).
6. Bay Krapyak II merk MITSHUBISHI type PC – 148, kapasitas arus nominal
600 / 1 A, jumlah 3 buah ( phasa : R,S,T ).
7. Kopel merk MITSUBISHI type PC – 148, kapasitas arus nominal 1200 / 1 A,
jumlah 3 buah ( phasa R,S,T )
2.4.1.6 Trafo Tegangan ( PT )
Gambar 2.8 Trafo tegangan ( PT )
20
Trafo tegangan yang terpasang pada Gardu Induk Srondol berjumlah 4 buah
dipasang antara lain pada Bay Pandean Lamper I, Pandean Lamper II, Krapyak I,
Krapyak II dan semuanya memakai merk MITSUBISHI type PY – 2A-14 dengan
tegangan 150 / V3.
2.4.2 Fasilitas Gardu Induk 150 kV Srondol
2.4.2.1 Ruang Kontrol
Pada Gardu Induk 150 kV Srondol dilengkapi gedung kontrol yang di dalamnya
terdapat peralatan – peralatan berupa:
a. Panel kontrol
Gambar 2.9 Panel kontrol
Panel kontrol meliputi :
Meassuring
Pht. Pandean Lamper I
Pht. Pandean Lamper II
21
Pht. Krapyak I
Pht. Krapyak II
Trafo I
Trafo II
Bus Kopel
b. Almari proteksi
Gambar 2.10 Panel proteksi
Lemari proteksi yang terdapat pada Gardu Induk 150 kV Srondol tidak terpasang
khusus, karena relay proteksi terpasang pada masing – masing panelkontrol yang
terletak di belakang panel.
22
c. Box tap changer
Tap changer pada trafo Gardu Induk 150 kV Srondol untuk sistem secara
operasinya outomatic On Load Tap Charger ( OLTC ).
d. Digital Fault Recorder : tidak terpasang
e. Fault locater : tidak terpasang
f. Traveling Wave System ( TWS ) : tidak terpasang
2.4.2.2 Ruang batere
Gambar 2.11 Ruang batere
Batere digunakan pada Gardu Induk 150 kV Srondol sebagai sumber daya bantu
DC yang terbagi atas :
23
a. Batere 110 V yang digunakan untuk keperluen proteksi.
Jenis : Alkali
Jumlah sel : 82
Kapasitas : 275 Ah
b. Batere 48 V ( Unit II ) yang digunakan untuk keperluan PLC / RTU
Jenis : Alkali
Jumlah sel : 38
Kapasitas : 167 Ah
2.4.2.3 Peralatan telekomuniksi ( telepon, PLC, dan radio panggil )
Gambar 2.12 Peralatan telekomunikasi
Pada Gardu Induk 150 kV Srondol menggunakan peralatan telekomunikasi berupa
( PLC ( Power Line Carrier )), yaitu digunakan untuk komunikasi antar Gardu
Induk dengan menggunakan frekuensi tinggi. Untuk dapat menjalankan PLC ini
digunakan CC ( Coupling Capasitor ) dan LT ( Line Trap ). CC adalah peralatan
untuk menyalurkan frekuensi tinggi dan LT adalah peralatan untuk mengeblok
frekuensi tinggi agar tidak masuk ke Bus Bar saat PLC digunakan. CC dan LT
24
hanya dipasang pada phasa S saja. Untuk panel PLC / RTU ditempatkan pada
ruangan tersendiri.
2.4.3 Sistem pentanahan Gardu Induk 150 kV Srondol
Sistem pentanahan pada Gardu Induk 150 kV Srondol pada umumnya sama
dengan sistem pentanahan Gardu Induk di Jawa Tengah yaitu menngunakan
sistem pentanahan langsung ( solid grounded ).
Di dalam sistem pentanahan Gardu Induk 150 kV Srondol pentanahannya dibuat
Great mess, yaitu pentanahan yang dibuat seperti jaring laba – laba atau anyaman,
antara satu dengan yang lainnya saling terhubung.
Great mess dipasang membentang seluas area dari Gardu Induk itu dengan
kedalaman ± 16 m yang tersusun atas material – material antara lain arang, ijuk,
dan logam tembaga yang bersifat basah untuk menahan air sebagai konduktor
yang mampu mengalirkan tegangan dan arus gangguan langsung ke bumi.
25
2.5 Gambar Single Line Diagram
Tra
fo I
AB
B –
30
MV
A15
0 kV
/ 2
2 kV
Imp
: 18
,77
%Y
Hyn
0
YH
yn0(
d11)
03-0
4-2
006