bab ii studi pustaka dan landasan...
TRANSCRIPT
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-1
BAB II
STUDI PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. ASPEK LEGALITAS TRANSPORTASI LAUT
Peraturan terkait bidang transportasi laut untuk memperlancar kegiatan
penyelenggaraan transportasi laut adalah sebagai berikut.
1. UU Pelayaran No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Aturan yang ada di dalam UU Np 17 Tahun 2008 tentang pelayaran
meliputi aturan mengenai mengenai kegiatan penyelenggaran
transportasi laut secara rinci mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Angkutan di perairan
Uraian mengenai angkutan di perairan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Angkutan laut dalam negeri (pengoperasian dan perijinan);
2) Angkutan laut Luar Negeri (keagenan umum, dan
perwakilan perusahaan angkutan laut asing);
3) Angkutan laut khusus (perijinan);
4) Angkutan laut pelayaran rakyat;
5) Angkutan sungai dan danau;
6) Angkutan penyeberangan;
7) Angkutan di perairan untuk daerah tertinggal ataupun
wilayah terpencil;
8) Tata cara dan prosedur perizinan angkutan di perairan;
9) Tata cara dan persyaratan perizinan usaha jasa terkait
dengan angkutan di perairan berupa:
a) bongkar muat barang;
b) jasa pengurusan transportasi;
c) angkutan perairan pelabuhan;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-2
d) penyewaan peralatan angkutan laut/peralatan jasa
terkait dengan angkutan laut;
e) tally mandiri;
f) depo peti kemas;
g) pengelolaan kapal (ship management);
h) perantara jual beli ataupun sewa kapal (ship broker);
i) keagenan awak kapal (ship manning agency);
j) perawatan dan perbaikan kapal (ship repairing and
maintenance).
10) Jenis, struktur, dan golongan tarif angkutan dan usaha jasa
terkait;
11) Wajib angkut;
12) Tanggungjawab pengangkut;
13) Tata cara pengangkutan barang khusus dan barang berbahaya;
14) Pemberdayaan industri angkutan perairan dan perkuatan
industri perkapalan nasional;
15) Angkutan multimoda.
b. Kepelabuhanan
Uraian mengenai kepelabuhanan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Pelabuhan Laut:
a) Pelabuhan utama;
b) Pelabuhan pengumpul;
c) Pelabuhan pengumpan.
2) Pedoman dan tata cara penetapan Rencana Induk
Pelabuhan serta DLKR dan DLKP;
3) Penyelenggaraan Pelabuhan (Badan Penyelenggara
Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan);
4) Badan Usaha Pelabuhan;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-3
5) Perizinan pembangunan dan pengoperasian pelabuhan;
6) Terminal khusus dan perubahan status terminal khusus;
7) Pelabuhan dan terminal khusus yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri.
c. Keselamatan dan Kemanaan Pelayaran
Uraian mengenai keselamatan dan keamanan pelayaran dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Keselamatan dan keamanan angkutan pelayaran;
2) Keselamatan dan keamanan pelabuhan;
3) Perlindungan lingkungan maritim;
d. Kelaiklautan kapal
Uraian mengenai kelaiklautan kapal dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Keselamatan kapal;
2) Pencegahan dan pencemaran dari kapal.
3) Pengawakan kapal;
4) Garis muat kapal dan pemuatan;
5) Kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang;
6) Status hukum kapal;
7) Manaemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal;
8) Manajemen kemanaan kapal.
e. Kenavigasian
Uraian mengenai kenavigasian dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Sarana bantu navigasi pelayaran;
2) Telekomunikasi pelayaran;
3) Hidrografi dan meteorologi;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-4
4) Alur dan perlintasan;
5) Pengerukan dan reklamasi
6) Pemanduan;
7) Kerangka kapal;
8) Salvage dan pekerjaan bawah air.
f. Syahbandar
Uraian mengenai kesyahbandaran dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Fungsi,tugas dan kewenangan Syahbandar;
2) Koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan;
3) Pemeriksaan ;
4) Persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan
5) Pemeriksaan kapal;
6) Surat Persetujuan Berlayar;
7) Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal;
8) Penahanan kapal;
9) Sijil awak kapal;
g. Perlindungan Lingkungan Maritim
Uraian mengenai perlindungan lingkungan maritim dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Penyelenggara perlindungan lingkungan maritim;
2) Pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari
pengoperasian kapal;
3) Pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari
kegiatan kepelabuhanan;
4) Pembuangan limbah di perairan (dumping);
5) Penutuhan kapal.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-5
h. Kecelakaan Kapal serta Pencarian dan Pertolongan
Uraian mengenai kecelakaan kapal serta pencarian dan
pertolongan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Bahaya terhadap kapal;
2) Kecelakaan kapal;
3) Mahkamah pelayaran;
4) Investigasi kecelakaan kapal;
5) Pencarian dan pertolongan.
i. Sumber daya manusia
Terkait dengan penyelenggaraandan pengembangan sumber
daya manusia di bidang pelayaran yang dilaksanakan dengan
tujuan tersedianya sumber daya manusia yang profesional,
kompeten, disiplin, dan bertanggungjawab serta memenuhi
standar nasional dan internasional.
j. Sistem informasi pelayaran
Sistem informasi pelayaran mencakup pengumpulan,
pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian serta
penyebaran datadan informasi pelyaran untuk
1) Mendukung operasional pelayaran;
2) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau publik;
3) Mendukung perumusan kebijakan di bidang pelayaran
k. Penjagaan Laut dan Pantai
Uraian mengenai penjagaan laut dan pantai terdiri dari Fungsi
penjagaan laut dan pantai, Tugas dan wewenang penjagaan laut
dan pantai serta Prasarana penjagaan laut dan pantai
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-6
l. Penyidikan
Terkait mengenai penyidikan adalah terkait dengan wewenang
penyidik pegawai negeri sipil.
2. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang
Kepelabuhanan
Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau
barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan
intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan
daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Dalam
Peraturan Pemerintah No61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
diatur mengenai hal-hal berikut:
a. Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang memuat peran,jenis, dan
hierarki pelabuhan, rencana induk pelabuhan nasional,lokasi
pelabuhan.
b. Rencana Induk Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kerja, dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang memuat
Rencana Induk Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan.
c. Penyelenggaraan kegiatan di pelabuhan memuat kegiatan
pemerintahan di pelabuhan, kegiatan pengusahaan di pelabuhan.
d. Pembangunan Dan Pengoperasian Pelabuhan memuat izin
pembanguanan pelabuhan, pelaksanaan pembanguan pelabuhan,
pengembangan pelabuhan,pengoperasian pelabuhan.
e. Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
memuat penetapan dan izin pengoperasian Terminal Khusus dan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.
f. Penarifan memuat penetapan besaran tarif pelayanan jasa
kepelabuhanan.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-7
g. Pelabuhan dan Terminal Khusus yang Terbuka untuk
Perdagangan Luar Negeri memuat penetapan, persyaratan
Pelabuhan dan Terminal Khsuus yang Terbuka untuk
Perdagangan Luar Negeri.
h. Sistem Informasi Pelabuhan mencakup pengumpulan,
pengelolaan, penganalisaan, penyimpanan, penyajian, serta
penyebaran data pelabuhan.
3. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian
Kenavigasian adalah kegiatan yang meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi
pelayaran, hidrografi, alur dan perlintasan, pemanduan, penanganan
kerangka kapal, salvage, dan pekerjaan bawah air, untuk kepentingan
keselamatan pelayaran kapal. Sarana bantu navigasi pelayaran adalah
sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami yang berada di luar
kapal yang berfungsi membantu navigator dalam menentukan posisi
dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan/atau
rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan berlayar.
Telekomunikasi pelayaran adalah setiap pemancaran, pengiriman, atau
penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara, dan informasi dalam
bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang
merupakan bagian dari keselamatan pelayaran. PP No. 5 Tahun 2010
Tentang Kenavigasian memuat:
a. Alur dan perlintasan;
b. Sarana bantu navigasi pelayaran meliputi jenis dan fungsi,
persyaratan da standar sarana bantu navigasi pelayaran,
penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran, zona
keamanan dan keselamatan sarana bantu navigasi pelayaran,
kerusakan dan hambatan, biaya pemanfaatan sarana bantu
navigasi pelayaran;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-8
c. Fasilitas alur pelayaran sungai dan danau;
d. Telekomunikasi pelayaran meliputi sarana, jenis, dan fungsi,
persyaratan dan standar peralatan telekomunikasi
pelayaran,penyelenggaraan telekomunikasi pelayaran, zona
keamanan dan keselamatan telekomunikasi pelayaran,
kerusakan dan hambatan, biaya pemanfaatan telekomunikasi
pelayaran, pelayanan komunikasi marabahaya, komunikasi
segera dan keselmaatan serta siarantanda waktu standar.
e. Pelayanan Metereologi meliputi pelayanan jasa informasi cuaca.
f. Bangunan atau instalasi di perairan meliputi persyaratan
bangunana atau instalasi di perairan.
g. Pengerukan dan reklamasi meliputi persyaratan teknis pekerjaan
pengerukan dan reklamasi.
h. Pemanduan meliputi penetapan peraian wajib pandu,
persyaratan petugas pandu.
i. Kerangka kapal meliputi
j. Salvage dan pekerjaan bawah air meliputi kegiatan bawah
air,persyaratan izin usaha untuk badan usaha untuk kegiatan
salvage dan pekerjaan bawah air.
k. Sistem informasi kenavigasian meliputi meliputi kegiatan sistem
informasi kenavigasian
l. Petugas sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi
pelayaran, meliputi petugas sarana bantu navigasi pelayaran dan
telekomunikasi pelayaran
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan
Di Perairan
Angkutan di perairan meliputi angkutan laut, angkutan sungai dan
danau, angkutan penyeberangan. Angkutan laut adlaah kegiatan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-9
angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut.
Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan laut yang
dilaksanakan oleh perusahaan angkutan laut nasional. Angkutan Laut
Luar Negeri adalah kegiatan angkutan laut dari pelabuhan atau
terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri ke
pelabuhan luar negeri atau dar pelabuhan luar negeri ke pelabuhan
atau terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut.
Angkutan Sungai dan Danau Untuk Kepentingan Sendiri adalah
kegiatan angkutan sungai dan danau yang dilakukan untuk melayani
kepentingan sendiri dalam menunjang usaha pokoknya. Angkutan
Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya.
Beberapa hal yang terkait dengan angkutan perairan yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di
Perairan adalah sebagai berikut:
a. Angkutan laut meliputi Angkutan Laut Dalam Negeri, kegiatan
trayek angkutan laut dalam negeri,kegiatan pengoperasian lapal
pada jaringan trayek, kegiatan keagenan kapal angkutan laut
dalam negeri, angkutan laut luar negeri, kegiatan trayek
angkutan laut luar negeri, kegiatan angkutan laut lintas
batas,kegaiatan keagenan umum kapal angkutan laut asing,
perwakilan perusahaan angkutan laut asing,angkutan laut
khusus, angkutan laut prlayaran rakyat,
b. Angkutan sungai dan danau meliputi Angkutan sungai dan
danau di dalam negeri, Angkutan sungai dan danau antara
Negara Republik Indonesia dan Negara Tetangga, Kegiatan
Angkutan sungai dan danau untuk Kepentingan Sendiri.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-10
c. Angkutan Penyeberangan meliputi kegiatan angkutan
penyeberangan di dalam negeri, kegiatan penyeberangan antara
Negara Republik Indonesia dan Negara Tetangga, penempatan
kapal
d. Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan atau
wilayah terpencil meliputi pelayaran perintis, penugasan,trayek
Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan atau
wilayah terpencil.
e. Kegiatan jasa terkait dengan angkutan perairan meliptui
kegiatan usaha bongkar muat barang, kegaiatn usaha jasa
pengurusan transportasi, kegiatan angkutan usaha perairan
pelabuhan, kegiatan usaha penyewaan peralatanangkutan laut
atau peraltan jasa terkait dengan angkutan laut, kegaiatn usaha
depo peti kemas, kegiatan usaha pengeloaan kapal, kegaiatn
uusaa perantara jual eli dan atu sewa kapal, kegaitan usaha
keagenan kapal, kegaiatan usaha perawatan dan perabikan kapal.
f. Perizinan meliputi izin usaha angkutan di perairan, izin usaha
angkutan laut, izin usaha angkutan laut pelayaran rakyat, izin
usaha angkutan sungai dan danau, izin usaha angkutan
penyeberangan, izin usaha jasa terkait dengan angkutan di
perairan, izin usaha bongkar muat barang,izin usaha jasa
pnegurusan transportasi, izin usaha angkutan perairan
pelabuhan, izin usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau
peralatan jasa terkait dengan angkutan laut,izin usaha tally
mandiri,izin usaha depo peti kemas,izin usaha pengelolaan
kapal, izin usaha perantara/jual beli kapal dan atau sewa kapal,
izin usaha keagenan awak kapal, izin usaha keagenan kapal, izin
usaha perawatan dan perbaikan kapal, izin operasi angkutan di
perairan, izin operasi angkutan laut khusus, izin operasi
angkutan sungai dan danau untuk kepentingan sendiri.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-11
g. Penarifan meliputi tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan
barang, tarif ushaa jasa terkait dengan angkutan di peraiaran.
h. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengangkut meliputi wajib
angkut, tanggung jawab pengankut,
i. Pengangkut barang khusus dan barang berbahaya meliputi
kriteria barang khusus dan abrang berbahaya.
j. Pemberdayaan industri angkutan perairan nasional meliputi
upaya pemberdayaan industri pelayaran yang dilakukan oleh
peemrintah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan Di Perairan
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2010 tentang Angkutan di Perairan diubah sebagai berikut:
a. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) diubah dan ayat (3) dan ayat (4)
dihapus serta penjelasan Pasal 5 dihapus sehingga Pasal 5
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh
perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan
kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh awak kapal
berkewarganegaraan Indonesia.
(2) Kegiatan angkutan laut dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengangkut
dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang antar
pelabuhan laut di wilayah perairan Indonesia.
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-12
b. Diantara BAB XIII dan BAB XIV disisipkan 1 (satu) bab yakni
BAB XIIIA sehingga berbunyi:
BAB XIIIA
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 206a
(1) Kapal asing dapat melakukan kegiatan lain yang tidak
termasuk kegiatan mengangkut penumpang dan/atau
barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri di
wilayah perairan Indonesia sepanjang kapal berbendera
Indonesia belum tersedia atau belum cukup tersedia.
(2) Kapal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memiliki izin dari Menteri.
(3) Kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan mengangkut
penumpang dan/atau barang dalam kegiatan angkutan laut
dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan:
(a) survey minyak dan gas bumi;
(b) pengeboran;
(c) konstruksi lepas pantai;
(d) penunjang operasi lepas pantai;
(e) pengerukan; dan
(f) salvage dan pekerjaan bawah air.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
6. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim
Perlindungan lingkungan maritim adalah setiap upaya untuk
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-13
mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan perairan yang
bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran. Beberapa hal
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Lingkungan adalah sebabagi berikut:
a. Pencegahan dan penanggulan pencemaran dari pengoperasian
kapal diantaranya adalah persyaratan pembuangan limbah ke
perairan, peralatan pencegahan dan bahan penanggulangan
pencemaran di kapal, pengesahan peralatan dan bahan
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pola
penanggulangan keadaan darurat pencemaran di kapal.
b. Pencegahan pencemaran lingkungan yang bersumber dari barang
dan bahan berbahaya yang ada di kapal, meliptui manajemen air
balas kapal, standar daya tahan pelindung anti karat,pencucian
tangki kapal.
c. Pencegahan pencemaran dari kegiatan di pelabuhan
d. Penanggulangan pencemaran di perairan dan pelabuhan.
e. Penanggulangan pencemaran yang bersumber dari kapal,unit
kegiatan lain di perairan, dan kegiatan di pelabuhan.
f. Tanggung jawab pemilik atau operator kapal
g. Lokasi pembuangan limbah di perairan
h. Sistem informasi perlindungan lingkungan maritim.
7. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan
Dalam peraturan ini diatur beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
a. Pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal.
b. Kelaiklautan kapal
c. Pengukuran kapal
d. Pendaftaran dan Kebangsaan kapal Indonesia
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-14
e. Keselamatan kapal
f. Pencegahan pencemaran dari kapal
g. Manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan
pencemaran dari kapal.
8. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Dalam peraturan ini diatur mengenai pembagaian urusan pemerintah.
Urusan pemerintahan terdiri atas atas urusan pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah danu rusan pemerintahan
yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah meliputi:
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama.Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar
tingkatan dan/atau susunan pemerintahan adalah semua urusan
pemerintahan di luar urusan yang menjadi kewenangan pemerintah,
termasuk diantaranya adalah sektor perhubungan.
Urusan pemerintahan terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pelayanan
dasar. Urusan wajib termasuk didalamnya adalah perhubungan.
Penyelenggaraan urusan wajib oleh pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota dilaksanakan dengan mengikuti
norma, standar, pedoman, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah.
Menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen menetapkan norma,
standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan
pilihan. Di dalam menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria harus
memperhatikan keserasian hubungan Pemerintah dengan pemerintahan
daerah dan antar pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan sistem dalam
kerangka NegaraKesatuan Republik Indonesia. Penetapan norma, standar,
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-15
prosedur, dan kriteria melibatkan pemangku kepentingan terkait dan
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Beberapa pembagian kewenangan pada sektor perhubungan
khususnya perhubungan laut yang sudah diserahkan kepada
pemerintah daerah provinsi diantaranya adalah
a. Kapal berukuran tonase kotor sama dengan atau lebih dari 7
(GT ≥7) yang berlayar hanya di perairan daratan (sungai dan
danau. Pemberian izin pembangunan dan pengadaan kapal
sampai dengan GT 300 ditugas-pembantuankan kepada provinsi.
b. Pelaksanaan pengukuran kapal sampai dengan GT 300 ditugas-
pembantuankan kepada provinsi Pelaksanaan pengawasan
keselamatan kapal Pelaksanaan pemeriksaan radio/elektronika
kapal. Pelaksanaan pengukuran kapal. Penerbitan pas perairan
daratan.Pencatatan kapal dalam buku register pas perairan
daratan.Pelaksanaan pemeriksaan konstruksi.Pelaksanaan
pemeriksaan permesinan kapal. Penerbitan sertifikat
keselamatan kapal. Pelaksanaan pemeriksaan perlengkapan
kapal.Penerbitan dokumen pengawakan kapal.
c. Kapal berukuran tonase kotor kurang dari 7 (GT <7) yang
berlayar hanya di perairan daratan (sungai dan danau):
Pemberian izin pembangunan dan pengadaan kapal.
d. Kapal berukuran tonase kotor lebih dari atau sama dengan GT 7
(GT ≥ 7) yang berlayar di laut:Kapal berukuran tonase kotor
kurang dari GT 7 (GT < 7) yang berlayar di laut: Pemberian izin
pembangunan dan pengadaan kapal.
e. Pengelolaan pelabuhan regional lama.
f. Rekomendasi penetapan rencana induk pelabuhan laut
internasional hub, internasional dan nasional.
g. Penetapan rencana induk pelabuhan laut regional.
h. Rekomendasi penetapan lokasi pelabuhan umum.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-16
i. Rekomendasi penetapan lokasi pelabuhan khusus.
j. Penetapan keputusan pelaksanaan pembangunan pelabuhan laut
regional.
k. Penetapan pelaksanaan pembangunan pelabuhan khusus
regional.
l. Penetapan keputusan pelaksanaan pengoperasian pelabuhan laut
regional.
m. Penetapan izin pengoperasian pelabuhan khusus regional.
n. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut
internasional hub.
o. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut
internasional.
p. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut nasional.
q. Penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut regional.
r. Izin kegiatan pengerukan di dalam DLKr/DLKp pelabuhan laut
regional.
s. Izin reklamasi di dalam DLKr/DLKp pelabuhan laut regional.
t. Pertimbangan teknis terhadap penambahan dan/atau
pengembangan fasilitas pokok pelabuhan laut regional.
u. Penetapan pelayanan operasional 24 (dua puluh empat) jam
pelabuhan laut regional.
v. Izin kegiatan pengerukan di wilayah perairan pelabuhan khusus
regional.
w. Izin kegiatan reklamasi di wilayah perairan pelabuhan khusus
regional.
x. Penetapan pelayanan operasional 24 (dua puluh empat) jam
pelabuhan khusus regional.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-17
y. Penetapan DUKS di pelabuhan regional.
z. Rekomendasi penetapan pelabuhan yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri.
aa. Izin usaha perusahaan angkutan laut bagi perusahaan yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar
kabupaten/kota dalam wilayah provinsi setempat.
bb. Izin usaha pelayaran rakyat bagi perusahaan yang berdomisili
dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar kabupaten/kota
cc. dalam wilayah provinsi setempat, pelabuhan antar/provinsi dan
internasional (lintas batas).
dd. Pemberitahuan pembukaan kantor cabang perusahaan angkutan
laut nasional yang lingkup kegiatannya melayani lintas
pelabuhan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi.
ee. Pemberitahuan pembukaan kantor cabang perusahaan pelayaran
rakyat yang lingkup kegiatannya melayani lintas pelabuhan
antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, lintas pelabuhan antar
provinsi serta lintas pelabuhan internasional (lintas batas).
ff. Pelaporan pengoperasian kapal secara tidak tetap dan tidak
teratur (tramper) bagi perusahaan angkutan laut yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar
kabupaten/kota dalam satu provinsi.
gg. Pelaporan penempatan kapal dalam trayek tetap dan teratur
(liner) dan pengoperasian kapal secara tidak tetap dan tidak
teratur (tramper) bagi perusahaan pelayaran rakyat yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar
kabupaten/kota dalam wilayah provinsi setempat, pelabuhan
antar provinsi dan internasional (lintas batas).
hh. Izin usaha tally di pelabuhan.
ii. Izin usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-18
jj. Izin usaha ekspedisi/Freight Forwarder.
kk. Izin usaha angkutan perairan pelabuhan.
ll. Izin usaha penyewaan peralatan angkutan laut/ peralatan
penunjang angkutan laut.
mm. Izin usaha depo peti kemas.
Beberapa pembagian kewenangan pada sektor perhubungan
khususnya perhubungan laut yang sudah diserahkan kepada
pemerintah daerah kabuaten/kota diantaranya adalah:
a. Pemberian surat izin berlayar untuk Kapal berukuran tonase
kotor sama dengan atau lebih dari 7 (GT ≥7) yang berlayar
hanya di perairan daratan (sungai dan danau):
b. Untuk Kapal berukuran tonase kotor kurang dari 7 (GT <7)
yang berlayar hanya di perairan daratan (sungai dan danau):
Pelaksanaan pengawasan keselamatan kapal. Pelaksanaan
pengukuran kapal.Penerbitan pas perairan daratan.Pencatatan
kapal dalam buku register pas perairan daratan. Pelaksanaan
pemeriksaan konstruksi kapal.Pelaksanaan pemeriksaan
permesinan kapal. Pelaksanaan pemeriksaan perlengkapan
kapal. Penerbitan sertifikat keselamatan kapal. Penerbitan
dokumen pengawakan kapal.Pemberian surat izin berlayar.
c. Kapal berukuran tonase kotor lebih dari atau sama dengan GT 7
(GT ≥ 7) yang berlayar di laut:
d. Kapal berukuran tonase kotor kurang dari GT 7 (GT < 7) yg
berlayar di laut:Pelaksanaan pengawasan keselamatan kapal.
Pelaksanaan pengukuran kapal. Penerbitan pas kecil Pencatatan
kapal dalam buku register pas kecil. Pelaksanaan pemeriksaan
konstruksi kapal. Pelaksanaan pemeriksaan permesinan kapal.
Penerbitan sertifikat keselamatan kapal. Pelaksanaan
pemeriksaan perlengkapan kapal. Penerbitan dokumen
pengawakan kapal.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-19
e. Penetapan penggunaan tanah lokasi pelabuhan laut.
f. Pengelolaan pelabuhan lokal lama.
g. Pengelolaan pelabuhan baru yang dibangun oleh
kabupaten/kota.
h. Rekomendasi penetapan rencana induk pelabuhan laut
internasional hub, internasional dan nasional.
i. Penetapan rencana induk pelabuhan lokal.
j. Rekomendasi penetapan lokasi pelabuhan umum.
k. Rekomendasi penetapan lokasi pelabuhan khusus.
l. Penetapan keputusan pelaksanaan pembangunan pelabuhan laut
lokal.
m. Penetapan pelaksanaan pembangunan pelabuhan khusus lokal.
n. Penetapan keputusan pelaksanaan pengoperasian pelabuhan laut
lokal.
o. Penetapan izin pengoperasian pelabuhan khusus lokal. (B-3)
p. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut
internasional hub.
q. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut
internasional.
r. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut nasional.
s. Rekomendasi penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut regional.
(B-6)
t. Penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut lokal.
u. Pertimbangan teknis terhadap penambahan dan/atau
pengembangan fasilitas pokok pelabuhan laut lokal.
v. Izin kegiatan pengerukan di wilayah perairan pelabuhan khusus
lokal.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-20
w. Izin kegiatan reklamasi di wilayah perairan pelabuhan khusus
lokal.
x. Penetapan DUKS di pelabuhan lokal.
y. Pelaksanaan rancang bangun fasilitas pelabuhan bagi pelabuhan
dengan pelayaran lokal (kabupaten/kota).
z. Izin kegiatan pengerukan di dalam DLKr/DLKp pelabuhan laut
lokal.
aa. Izin kegiatan reklamasi di dalam DLKr/DLKp pelabuhan laut
lokal. (B-8)
bb. Penetapan pelayanan operasional 24 (dua puluh empat) jam
pelabuhan laut lokal.
cc. Penetapan pelayanan operasional 24 (dua puluh empat) jam
pelabuhan khusus lokal.
dd. Rekomendasi penetapan pelabuhan yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri.
ee. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan
lokal yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
ff. Izin usaha perusahaan angkutan laut bagi perusahaan yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam
kabupaten/kota setempat.
gg. Izin usaha pelayaran rakyat bagi perusahaan yang berdomisili
dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam wilayah
kabupaten/kota setempat.
hh. Pemberitahuan pembukaan kantor cabang perusahaan angkutan
laut nasional yang lingkup kegiatannya melayani lintas
pelabuhan dalam satu kabupaten/kota.
ii. Pemberitahuan pembukaan kantor cabang perusahaan pelayaran
rakyat yang lingkup kegiatannya melayani lintas pelabuhan
dalam satu kabupaten/kota.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-21
jj. Pelaporan pengoperasian kapal secara tidak tetap dan tidak
teratur (tramper) bagi perusahaan angkutan laut yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam wilayah
kabupaten/kota setempat.
kk. Pelaporan penempatan kapal dalam trayek tetap dan teratur
(liner) dan pengoperasian kapal secara tidak tetap dan tidak
teratur (tramper) bagi perusahaan pelayaran rakyat yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam wilayah
kabupaten/kota setempat.
ll. Izin usaha tally di pelabuhan.
mm. Izin usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal.
nn. Izin usaha ekspedisi/Freight Forwarder.
oo. Penetapan lokasi pemasangan dan pemeliharaan alat
pengawasan dan alat pengamanan (rambu-rambu), danau dan
sungai lintas kabupaten/kota.
pp. Pemberian rekomendasi dalam penerbitan izin usaha dan
kegiatan salvage serta persetujuan Pekerjaan Bawah Air (PBA)
dan pengawasan kegiatannya dalam kabupaten/kota.
nn. Pemberian rekomendasi penetapan lokasi bandar udara umum.
oo. Pemantauan terhadap pelaksanaan keputusan penetapan lokasi
bandar udara umum dan melaporkan ke pemerintah, pada bandar
udara yang belum terdapat kantor adbandara.
pp. Penetapan/izin pembangunan bandar udara umum yang
melayani pesawat udara < 30 tempat duduk.
9. Peraturan Menteri Perhubungan No 68 Tahun 2011 Tentang Alur
Pelayaran
Beberapa hal yang diatur dalam Peraturan ini adalah sebagai berikut:
a. Alur pelayaran di laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-22
b. Penyelenggaraan alur pelayaran di laut.
c. Sistem rute.
d. Tata cara berlalulintas di alur pelayran di laut.
e. Daerah labuh kapal.
f. Bangunana atau instalasi di perairan.
g. Alur laut kepualauan Indonesia
h. Sistem Informasi alur pelayaran di laut.
10. Peraturan Menteri Perhubungan No 53 Tahun 2011 Tentang Alur
Pemanduan
Beberapa hal yang diatur dalam Peraturan ini adalah sebagai berikut:
a. Perairan pandu.
b. Tata cara dan persyaratan penetapan perairan pandu
c. Petugas Pandu
d. Penyelenggaraan pemanduan.
e. Prosedur pemberian pelayanan jasa pemanduan.
f. Biaya Pemanduan.
g. Pengawas Pemanduan
11. Peraturan Menteri Perhubungan No 52 Tahun 2011 Tentang
Pengerukan dan Reklamasi
Beberapa hal yang diatur dalam Peraturan ini adalah sebagai berikut:
a. Pengerukan.
b. Reklamasi.
c. Usaha pengerukan dan reklamasi.
12. KM No. 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar (Port Clearance)
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-23
Dalam KM ini didefinisikan bahwa Surat PerSetujuan Berlayar (Port
Clearance) adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh
Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan
pelabuhan setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan
kewajiban lainnya dimana dijelaskan pula dalam pasal 2 bahwa setiap
kapal yang berlayar wajib memiliki surat persetujuan berlayar yang
dikeluarkan oleh syahbandar setelah kapal memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.
Dalam bab 2 pasal 3 dijelaskan bahwa untuk memperoleh untuk
memperoleh surat persetujuan berlayar(port clearance), pemilik atau
operator kapal mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Syahbandar dengan menggunakan format sebagaimana contoh pada
SK ini, dengan melampirkan :
a. surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari Nakhoda (Master
Sailing Declaration).
b. dokumen muatan serta bukti-bukti pemenuhan kewajiban kapal
lainnya (bukti pembayaran jasa kepelabuhanan, jasa
kenavigasian, penerimaan uang perkapalan, persetujuan
(clearance) Bea dan Cukai, (clearance) Imigrasi, (clearance)
Karantina kesehatan; dan (clearance) Karantina hewan dan
tumbuhan).
Setelah pengajuan permohonan tersebut, pejabat pemeriksa
kelaiklautan kapal melakukan pemeriksaan kelaiklautan kapal
meliputi pemeriksaan administratif dan fisik di atas kapal yang secara
lengkap tertuang pada bab 3.
Syahbandar mengeluarkan Surat Persetujuan Berlayar (Port
Clearance) berdasarkan hasil kesimpulan atau resume pemenuhan
persyaratan administratif dan teknis kelaiklautan kapal. Surat
Persetujuan Berlayar (Port Clearance) berlaku 24 (dua puluh empat)
jam dari waktu tolak yang ditetapkan dan hanya dapat digunakan
untuk 1 (satu) kali pelayaran.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-24
13. Peraturan Menteri Perhubungan No 48 Tahun 2011 Tentang Tata
Cara Dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing
Untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan
Mengangkut Penumpang Dan/Atau Barang Dalam Kegiatan
Angkutan Laut Dalam Negeri
Beberapa hal yang diatur dalam Peraturan ini adalah sebagai berikut:
a. Kapal asing dapat melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk
kegiatan mengangkut penumpang dan atau barang dalam
kegiatan angkutan laut dalam negeri di wilayah perairan
Indonesia sepanjang kapal berbendera Indonesia belum tersedia
atau belum cukup tersedia.
Kapal asing wajib memiliki izin dari Menteri.
b. Kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan mengangkut
penumpang dan/ atau barang dalam kegiatan angkutan laut
dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
1) survey minyak dan gas bumi;
2) pengeboran;
3) konstruksi lepas pantai;
4) penunjang operasi lepas pantai;
5) pengerukan; dan
6) salvage dan pekerjaan bawah air.
c. Kapal asing untuk kegiatan survey minyak dan gas bumi
meliputi:
1) survey seismik.;
2) survey geofisika; dan
3) survey geoteknik.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-25
d. Kapal asing untuk kegiatan pengeboran meliputi:
1) jack up rig;
2) semi submersible rig;
3) deep water drill ship;
4) tender assist rig; dan
5) swamp barge rig.
e. Kapal asing untuk kegiatan konstruksi lepas pantai meliputi:
1) derrick/crane, pipe/ cable/ Subsea Umbilical Riser
Flexible (SURF) laying barge/ vessel; dan
2) Diving Support Vessel (DSV).
f. Kapal asing untuk kegiatan penunjang operasi lepas pantai
meliputi:
1) anchor handling tug supply vessel Iebih besar dari 5000
BHPdengan Dynamic Position (DP2/DP3);
2) platform supply vessels; dan
3) Diving Support Vessel (DSV).
g. Kapal asing untuk kegiatan pengerukan sebagaimana meliputi:
1) drag-head suction hopper dredger; dan
2) trailing suction hopper dredger.
h. Kapal asing untuk kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air
meliputi:
1) heavy floating crane;
2) heavy crane barge; dan
3) survey salvage.
i. Kapal asing untuk me1akukan kegiatan lain yang tidak termasuk
kegiatan mengangkut penumpang dan/atau barang dalam
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-26
kegiatan angkutan laut dalam negeri pengoperasiannya
dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional. Izin
penggunaan kapal asing diberikan oleh Menteri setelah
memenuhi persyaratan:
1) Rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal dan wilayah
kerja kegiatan yang ditandai dengan koordinat geografis.
2) memiliki charter party antara perusahaan angkutan laut
nasional dengan pemilik kapal asing dan kontrak kerja
dan/l atau Letter of Intent {LOl}dari pemberi kerja.
3) copy Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut
(SIUPAL).
4) copy Sertifikat Tanda Kebangsaan/Pendaftaran Kapal.
5) copy Sertifikat Keseiamatan dan Keamanan Kapal.
6) copy Sertifikat Pencegahan Pencemaran Kapal.
7) copy Sertifikat Klasifikasi Kapal.
8) copy Daftar ISijilAwakKapal; dan
9) copy Sertifikat Manajemen Keselamatan.
j. Izin penggunaan kapal asing dapat diberikan oleh Menteri
setelah dilakukan minimum 1 (satu) kali upaya pengadaan kapal
berbendera Indonesia dan temyata tidak tersedia kapal sejenis
yang berbendera Indonesia yang dibuktikan dengan
pengumuman lelang.
k. Izin penggunaan kapal asing diberikan untuk jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang setelah
dilakukan evaluasi.
l. Untuk memperoleh izin penggunaan kapal asing, pemohon
mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal dengan dilengkapi dokumen pemenuhan persyaratan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-27
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sebelum
kapal dioperasikan dengan menggunakan format sebagaimana
contoh 1 dalam Lampiran I dari Peraturan Menteri ini.
m. Berdasarkan permohonan izin, Direktur Jenderal melakukan
penelitian persyaratan permohonan izin penggunaan kapal asing
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima
permohonan secara lengkap. Dalam hal berdasarkan hasil
penelitian persyaratan belum terpenuhi, Direktur Jenderal
mengembalikan permohonan secara tertulis kepada pemohon
untuk melengkapi persyaratan.Permohonan yang dikembalikan
dapat diajukan kembali kepada Direktur Jenderal setelah
permohonan dilengkapi. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian
persyaratan terpenuhi Direktur Jenderal menyampaikan hasil
penelitian kepada Menteri. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Direktur Jenderal, Menteri dalam jangka waktu paling
lama7 (tujuh) hari menerbitkan izin penggunaan kapal asing
dengan format Keputusan Menteri sebagaimana tersebutcontoh
2 dalam Lampiran I yang merupakan bagian dari Peraturan
Menteri ini.
n. Kapal asing dapat melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk
kegiatan mengangkut penumpang danl atau barang dalam
kegiatan angkutan laut dalam negeri di wilayah perairan
Indonesia, dalam jangka waktu sebagaimana dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
o. Dalam rangka menerapkan asas cabotage secara konsekuen,
Direktur Jenderal melakukan evaluasi untuk mengetahui kapal
berbendera Indonesia belum tersedia atau belum cukup tersedia
Evaluasi dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan dengan
mengikutsertakan instansi terkait dan asosiasi penyedia jasa
serta asosiasi pengguna jasa.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-28
14. Peraturan Menteri Pehubungan KM No 60 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
Dalam Peraturan Menteri Pehubungan No 60 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan disebutkan
mengenai tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
yang dapat dijadikan acuan dalam penyususnan norma, standar,
pedoman, dan kriteria di bidang pelayaran. Adapaun isi dari Peraturan
Menteri Pehubungan No 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan diantaranya sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mempunyai tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi di bidang perhubungan laut (pasal 227).
b. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyelenggarakan fungsi
(pasal 228):
1) Penyiapan perumusan kebijakan Departemen
Perhubungan di bidang lalu lintas dan angkutan laut,
pelabuhan dan pengerukan, perkapalan dan kepelautan,
kenavigasian serta penjagaan dan penyelamatan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang lalu lintas dan angkutan
laut, pelabuhan dan pengerukan, perkapalan dan kepelautan,
kenavigasian serta penjagaan dan penyelamatan;
3) Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan
prosedur di bidang perhubungan laut;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;
5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut.
c. Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut menyelenggarakan
fungsi (pasal 250):
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-29
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang tarif angkutan
laut, angkutan laut dalam negeri dan luar negeri, angkutan
laut khusus, usaha angkutan laut dan penunjang angkutan
laut, pengembangan sistem dan informasi angkutan laut;
2) Penyiapan perumusan norma, kriteria, pedoman dan
prosedur di bidang tarif angkutan laut, angkutan laut
dalam negeri dan luar negeri, angkutan laut khusus,
usaha angkutan laut dan penunjang angkutan laut,
pengembangan sistem dan informasi angkutan laut;
3) Pemberian bimbingan teknis di bidang tarif angkutan laut,
angkutan laut dalam negeri dan luar negeri, angkutan laut
khusus, usaha angkutan laut dan penunjang angkutan laut,
pengembangan sistem dan informasi angkutan laut;
4) Penyiapan pemberian perizinan penyelenggaraan usaha
pelayaran antar propinsi dan atau internasional dan izin
operasi angkutan laut khusus serta penetapan syarat
bendera kapal asing yang beroperasi di perairan indonesia
dan persyaratan agen umum dan perwakilan perusahaan
pelayaran asing;
5) Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan di bidang tarif
angkutan laut, angkutan laut dalam negeri dan luar negeri,
angkutan laut khusus, usaha angkutan laut dan penunjang
angkutan laut, pengembangan sistem dan informasi
angkutan laut;
6) Pelaksanaan umsan tata usaha, kepegawaian dan rumah
tangga direktorat.
d. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan menyelenggarakan
fungsi (pasal 274):
1) Penyiapan pemmusan kebijakan di bidang pengembangan
pelabuhan dan perancangan fasilitas pelabuhan,
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-30
pengemkan dan reklamasi, pemanduan dan penundaan
kapal, bimbingan pelayanan jasa dan operasional
pelabuhan;
2) Penyiapan pemmusan norma, kriteria, pedoman dan
prosedur di bidang pengembangan pelabuhan dan
perancangan fasilitas pelabuhan, pengerukan dan
reklamasi, pemanduan dan penundaan kapal,
bimbingan pelayanan jasa dan operasional pelabuhan;
3) Pemberian bimbingan teknis di bidang pengembangan
pelabuhan dan perancangan fasilitas pelabuhan,
pengemkan dan reklamasi, pemanduan dan penundaan
kapal, pelayanan jasa dan operasional pelabuhan;
4) Penyiapan pemberian perizinan dan standardisasi
penyelenggaraan pengembangan pelabuhan, perancangan
fasilitas pelabuhan pengerukan dan reklamasi, pemanduan
dan penundaan kapal, pelayanan jasa dan operasional
pelabuhan;
5) Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan kegiatan di bidang
pengembangan pelabuhan, perancangan fasilitas
pelabuhan, pengemkan dan reklamasi, pemanduan dan
penundaan kapal, pelayanan jasa dan operasional
pelabuhan ;
6) Pelaksanaan umsan tata usaha, kepegawaian dan mmah
tangga direktorat.
e. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan menyelenggarakan
fungsi (pasal 298):
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang rancang
bangun dan kelaikan kapal, pengukuran, pendaftaran dan
kebangsaan kapal,nautis, teknis, dan radio kapal,
pencemaran dan manajemen keselamatan kapal,
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-31
pembersihan tangki kapal (tank cleaning), perbaikan dan
pemeliharaan (floating and running repair) kapal,
penetapan standar pengujian dan sertifikasi kepelautan;
2) Penyiapan perumusan norma, kriteria, pedoman dan
prosedur dibidang rancang bangun dan kelaikan
kapal, pengukuran,pendaftaran dan kebangsaan
kapal, nautis, teknis, dan radio kapal, pencemaran
dan manajemen keselamatan kapal,pembersihan
tangki kapal (tank cleaning), perbaikan dan
pemeliharaan (floating and running repair) kapal,
penetapanstandar pengujian dan sertifikasi
kepelautan;
3) Pemberian bimbingan teknis di bidang rancang bangun
dan kelaikan kapal, pengukuran, pendaftaran dan
kebangsaan kapal,nautis, teknis, dan radio kapal,
pencemaran dan manajemen keselamatan kapal,
pembersihan tangki kapal (tank cleaning),perbaikan dan
pemeliharaan (floating and running repair)
kapal,penetapan standar pengujian dan sertifikasi
kepelautan;
4) Penyiapan pemberian sertifikasi, surat ukur kapal dan
surat tanda kebangsaan kapal dalam penyelenggaraan
kelaiklautan kapal, kepelautan, pengukuran dan
pendaftaran kapal serta manajemen keselamatan kapal (
ISM-code );
5) Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan kegiatan di bidang
rancang bangun dan sertifikasi kapal, standar pengujian
dan sertifikasi kepelautan, pengawakan kapal dan
dokumen pelaut, keselamatan kapal dan manajemen
keselamatan kapal, pengukuran dan sural ukur kapal,
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-32
pendaftaran dan tanda kebangsaan kapal, jaminan ganti
rugi pencemaran laut oleh minyak dari kapal;
6) Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah
tangga direktorat.
f. Direktorat Kenavigasian menyelenggarakan fungsi (pasal 322):
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perambuan,
telekomunikasi pelayaran, pengamatan laut, kapal negara
dan pangkalan kenavigasian, sarana dan prasarana
kenavigasian;
2) Penyiapan perumusan norma, kriteria, pedoman dan
prosedur dibidang perambuan, telekomunikasi
pelayaran, kapal negara dan pangkalan kenavigasian,
sarana dan prasarana kenavigasian;
3) Pemberian bimbingan teknis di bidang perambuan,
telekomunikasi pelayaran, pengamatan laut, kapal negara
dan pangkalan kenavigasian, sarana dan prasarana
kenavigasian;
4) Penyiapan pemberian perizinan dan pelayanan dalam
penyelenggaraan perambuan dan telekomunikasi
pelayaran;
5) Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan kegiatan di
bidang perambuan, telekomunikasi pelayaran,
pengamatan laut, kapal negara, pangkalan kenavigasian,
sarana dan prasarana kenavigasian;
6) Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah
tangga direktorat.
g. Direktorat Penjagaan dan Penyelamatan menyelenggarakan
fungsi (pasal 345):
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-33
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengamanan,
patroli, penanggulangan musibah dan pencemaran, tertib
perairan dan pelabuhan, salvage dan pekerjaan bawah air,
kesiapan sarana penjagaan dan penyelamatan;
2) Penyiapan perumusan pedoman, norma, kriteria dan
prosedur di bidang pengamanan, patroli,
penanggulangan musibah dan pencemaran, tertib
perairan dan pelabuhan, salvage dan pekerjaan
bawah air serta kesiapan sarana penjagaan dan
penyelamatan;
3) Pemberian bimbingan teknis di bidang pengamanan,
patroli,penanggulangan musibah dan pencemaran, tertib
perairan dan pelabuhan, salvage dan pekerjaan bawah air
serta kesiapan sarana penjagaan dan penyelamatan;
4) Penyiapan pemberian perizinan pelayanan di bidang tertib
perairan dan pelabuhan, penanggulangan musibah dan
pencemaran serta salvage dan pekerjaan bawah air serta
penyelaman;
5) Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan kegiatan di bidang
tertib perairan dan pelabuhan, penanggulangan musibah
dan pencemaran serta salvage dan pekerjaan bawah air;
6) Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah
tangga direktorat.
15. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 63 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan No KM 63 Tahun 2010
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan
disebutkan mengenai tugas-tugas dari Otoritas Pelabuhan, diantaranya
adalah:
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-34
a. Untuk bidang perencanaan dan pembangunan tugasnya adalah:
1) Penyiapan bahan penyusunan rencana kerja penyediaan
lahan daratan dan perairan pelabuhan.
2) Penyediaan dan pemeliharaan penahan gelombang.
3) Pengerukan kolam pelabuhan dan alur pelayaran.
4) Reklamasi.
5) Jaringan jalan.
6) Sarana bantu navigasi pelayaran.
7) Rencana induk pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Pelabuhan.
8) Penetapan standar kinerja operasional pelayanan jasa
kepelabuhanan.
9) Rencana pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan
oleh pengguna jasa yang belum disediakan oleh Badan
Usaha Pelabuhan.
10) Penyiapan bahan penyusunan program penyediaan dan
pemeliharaan penahan gelombang.
11) Rencana desain konstruksi fasilitas pokok pelabuhan dan
fasilitas penunjang kepelabuhanan.
12) program pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan
oleh pengguna jasa yang belum disediakan oleh Badan
Usaha Pelabuhan.
13) Penyipan bahan analisa dan evaluasi pembangunan
penahan gelombang, pengerukan kolam pelabuhan, dan
alur pelayaran, reklamasi, jaringan jalan, sarana bantu
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-35
navigasi pelayaran dan sarana dan prasarana pelayanan
jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna jasa
yang belum di sediakan oleh badan usaha pelabuhan.
14) Penyusunan dan pengusulan tariff untuk ditetapkan oleh
Menteri atas penggunaan daratan dan/atau perairan,
fasilitas pelabuhan.
15) Jasa kepelabuhanan yang disediakan oleh Kantor Otoritas
Pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Untuk bidang lalu lintas dan angkutan laut, operasi, dan usaha
kepelabuhanan, tugasnya adalah:
1) Penyiapan bahan pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan kegiatan lalu lintas kapal, bongkar muat
barang, usaha terkait dengan angkutan di perairan, tenaga
kerja bongkar muat.
2) Pengawasan kegiatan kemanan dan perwakilan kapal asing
serta pemberian syarat bendera.
3) Kelancaran dan ketertiban pelayanan kapal danbarang,
serta kegiatan pihak lain.
4) Pengaturan dan penyelenggaraan lalu lintas kapal
keluar/masuk pelabuhan.
5) Penyiapan bahan pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan fasilitas dan operasional pelabuhan, usaha
jasa terkait dengan pelabuhan dan pemanduan kapal.
6) Penggunaan lahan daratan dan perairan di dalam DLKr
dan DLKp Pelabuhan.
7) Pengawasan dan evaluasi penerapan standard penggunaan
perlatan kegiatan bongkar muat.
8) Pemberian rekomendasi persetujuan lokasi pelabuhan,
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-36
pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri serta
peningkatan kemampuan terminal dan operasional
pelabuhan 24 jam, keamanan dan ketertiban di pelabuhan.
9) Pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan.
10) Penyiapan bahan pemberian kosesi atau bentuk lainnya
kepada Badan Usaha Pelabuhan.
11) Promosi peluang investasi.
12) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelauhanan yang
belum disediakan oleh Badan Usaha Pelabuhan.
13) Menyusun system dan prosedur pelayanan jasa
kepelabuhanan.
14) Penyediaan dan pengelolaan system informasi angkutan
di perairan dan system informasi pelabuhan.
15) Penyusunan dan evaluasi stardar kinerja operasional
pelayanan jasa kepelabuhanan.
16. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 64 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar.
Dalam peraturan disebutkan mengenai tugas dari syahbandar
diantaranya adalah:
a. Bidang Kelaiklautan Kapal, tugasnya diantaranya adalah:
1) Penyiapan bahan pengukuran kapal.
2) Pendaftaran kapal dan balik nama kapal.
3) Pemasangan tanda selar.
4) Penggantian bedera kapal.
5) Pemberian surat ukur.
6) Akte pendaftaran kapal.
7) Akte balik nama kapal.
8) Hipotek kapal.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-37
9) Kebangsaan kapal.
10) Pemeriksaan dan pengujian pembangunan, perombakan,
perubahan, penghitungan keseimbangan, doking,
percobaan berlayar, nautis, teknis, radio kapal.
11) Penyiapan bahan penerbitan sertifikat keselamatan kapal
dan exibitum buku jurnal kapal.
12) Pemeriksaan dan pengujian peralatan pencegahan
pencemaran kapal.
13) Pembersihan tanki.
14) Verifikasi manajemen keselamatan kapal.
15) Penyiapan bahan penerbitan sertifikat pencegahan
pencemaran.
16) Perlindungan ganti rugi pencemaran.
b. Bidang Laik Layar dan Kepelautan
1) Pengawasan tertib sandar dan tertib berlayar.
2) Pengawasan alu lintas kapal.
3) Pengawasan kapal asing.
4) Pengawasan pergerakan kapal.
5) Pengawasan pemanduan.
6) Pengawasan penundaan.
7) Kegiatan kapal di perairan pelabuhan.
8) Pemenuhan persyaratan kelaiklautan kapal.
9) Penyiapan bahan penerbitan surat persetujuan berlayar.
10) Penyiapan bahan koordinasi dan pemberian bantuan
pencarian dan penyelamatan.
11) Penanggulangan pencemaran pencemaran laut.
12) Pencegahan dan pemadaman kebakaran di perairan
pelabuhan.
13) Penanganan kerangka kapal salvage dan pekerjaan bawah
air.
14) Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal.
15) Penanganan musibah di laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-38
16) Penyiapan bahan penerbitan dokumen pelaut, perjanjian
kerja laut dan penyijilan awak kapal.
c. Bidang Ketertiban dan Patroli
1) Pengawasan, pengamanan dan penertiban turun naik
penumpang, kegiatan bongkar muat khusus dan barang
berbahaya di terminal.
2) Pengawasan, pengamanan dan patrol terhadap
keselamatan kapal sandar dan berlabuh di daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan.
3) Pengawasan, pengamanan dan patrol terhadap
keselamatan kapal sandar dan berlabuh di Daerah
Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan.
4) Penyiapan bahan pengndalian pengamanan operasional
dan fasilitas pelabuhan.
5) Penertiban alih muat di perairan.
6) Melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pelayaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Peraturan-peraturan internasional di bidang transportasi laut adalah sebagai
berikut:
17. International Safety Management Code (ISM CODE)
Sesuai dengan kesadaran terhadap pentingnya faktor manusia dan
perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah
terjadinya kecelakaan kapal, manusia, cargo dan harta benda serta
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut, maka IMO
mengeluarkan peraturan tentang manajemen keselamatan kapal dan
perlindungan lingkungan laut yang dikenal dengan Koda International
Safety Management (ISM Code) yang juga dikonsolidasikan dalam
SOLAS Convention.
Sesuai dengan persyaratan ISM Code, semua perusahaan yang
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-39
memiliki atau mengoperasikan kapal-kapal sesuai dengan penjadualan
di atas, harus menetapkan Sistem Manajemen Keselamatan untuk
perusahaan dan kapalnya dalam rangka menjamin operasional kapal
dengan aman. Persyaratan tersebut, meliputi mendokumentasikan,
menerapkan, dan mempertahankan sistem manajemen keselamatan,
yang pada akhirnya akan diverifikasi oleh Pemerintah atau organisasi
yang diakui (Recognized Organization/RO) dalam rangka penerbitan
sertifikat setelah dipenuhinya semua persyaratan ISM Code.
Perusahaan (Company) yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan
Dokumen Kesesuaian atau Document of Compliance (DOC) dan
setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan
Sertifikat Manajemen Keselamatan atau Safety Management
Certificate (SMC). Baik DOC maupun SMC, masa berlakunya 5
tahun. Perusahaan dan kapalnya yang tidak dapat memenuhi
persyaratan ISM Code akan menghadapi kesulitan dalam
operasionalnya, baik di perairan internasional maupun domestik.
Ketentuan umum dalam ISM Code mencakup:
a. Prosedur untuk menjamin pengoperasian kapal yang aman dan
perlindungan lingkungan;
b. Prosedur pelaporan kecelakaan kapal;
c. Prosedur persiapan dan penanggulangan keadaan darurat;
d. Prosedur pengawasan intern SMS.
Beberapa prosedur yang dituangkan dalam ISM Code antara lain:
a. Prosedur personalia yang terkait dengan keselamatan dan
perlindungan lingkungan;
b. Prosedur untuk mengidentifikasi pelatihan yang mana mungkin
diperlukan dukungan dari SMS dan memastikan bahwa
pelatihan demikian disediakan bagi seluruh personalia terkait;
c. Prosedur untuk persiapan rencana dan arahan sebagai pedoman
utama dalam pengoperasian kapal yang berkaitan dengan
keselamatan kapal dan pencegahan dari pencemaran;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-40
d. Prosedur identifikasi, deskripsikan dan tanggungjawab keadaan
darurat pengoperasian kapal;
e. Prosedur pelatihan keadaan darurat.
18. International Ship and Port Security Code (ISPS Code)
ISPS Code merupakan kode pengamanan kapal dan pelabuhan yang
diatur secara internasional. Pada tanggal 12 Desember 2002, IMO
telah menyetujui amandemen SOLAS dalam meningkatkan sistem
keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan. Amandemen tersebut adalah
Chapter baru dari SOLAS yaitu XI-2 "Special Measure to Enhance
Maritime Security". IMO juga menyetujui pemberlakuan International
Ship Security and Port Facility Code (ISPS Code). Pemenuhan Part A
dari ISPS Code adalah mandatory bagi kapal-kapal yang terkena
lingkup penerapan serta fasilitas pelabuhan yang melayani jasa
kepelabuhan terhadap kapal yang beroperasi secara internasional.
Tujuan dari ISPS Code adalah:
a. Membentuk kerangka kerjasama internasional antar negara-
negara anggota (Contracting Government), Badan-badan
pemerintah, Pemerintah setempat, Industri Pelayaran, dan
Pelabuhan, untuk mendeteksi ancaman keamanan dan mencegah
insiden keamanan yang berpengaruh terhadap kapal-kapal atau
fasilitas pelabuhan yang dipergunakan untuk perdagangan
internasional;
b. Menetapkan peran dan tanggungjawab setiap negara anggota
(Contracting Government), Badan-badan pemerintah,
Pemerintah setempat, Industri Pelayaran, dan Pelabuhan, baik di
tingkat nasional maupun internasional, untuk menjamin
keamanan di laut (maritim);
c. Menjamin pengumpulan dan saling tukar informasi keamanan
yang dini dan efisien;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-41
d. Menyediakan suatu metodologi untuk penilaian keamanan yang
dipergunakan untuk membuat rencana keamanan dan prosedur-
prosedur untuk tindakan aksi terhadap perubahan setiap level
keamanan;
e. Menjamin kepercayaan diri bahwa tindakan keamanan maritim
telah mencukupi dan sesuai dengan proporsinya.
ISPS Code ini diberlakukan secara internasional mulai 1 Juli 2004,
untuk tipe-tipe kapal yang melayari perairan internasional, meliputi
Kapal Penumpang termasuk High Speed Passenger Craft, Cargo Ship
termasuk High Speed Craft dengan tonase lebih dari GT500 dan
Mobile Offshore Drilling Unit (MODU), serta fasilitas Pelabuhan
yang memberi layanan terhadap kapal-kapal yang melayari perairan
internasional.
Sesuai dengan persyaratan ISPS Code, semua kapal yang terkena
peraturan ini harus menetapkan Sistem Manajemen Keamanan kapal
yang didokumentasikan dalam manual Ship Security Plan (SSP) dalam
rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Persyaratan tersebut,
meliputi mendokumentasikan Ship Security Assessment (SSA) & Ship
Security Plan (SSP), menerapkan dan mempertahankan Sistem
Manajemen Keamanan yang pada akhirnya akan diverifikasi oleh
Pemerintah atau organisasi yang diakui (Recognized Security
Organization / RSO) dalam rangka penerbitan sertifikat International
Ship Security Certificate (ISSC) setelah dipenuhinya semua
persyaratan ISPS Code. Masa berlaku sertifikat ISSC adalah 5 tahun.
Kapal yang tidak dapat memenuhi persyaratan ISPS Code akan
menghadapi kesulitan dalam operasionalnya, khususnya diperairan
internasional.
BKI, sebagai Organisasi keamanan yang diakui (RSO) oleh Pemerintah
Indonesia, telah ditunjuk atas nama Pemerintah untuk melaksanakan
approval, verifikasi, dan menerbitkan sertifikat ISSC Interim atau
short term. Sedangkan sertifikat ISSC permanen akan diterbitkan oleh
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-42
Pemerintah cq Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Data
perusahaan dan kapal yang telah disertifikasi akan didaftarkan dan
dipublikasikan dalam Buku Register ISPS Code oleh BKI. Beberapa
hal yang diatur dalam ISPS Code:
a. Penetapan tingkat keamanan dan menjamin tersedianya informasi
tingkat keamanan kapal;
b. Prosedur keamanan fasilitas pelabuhan;
c. Prosedur penanganan ancaman, gangguan keamanan;
d. Prosedur untuk merespon setiap instruksi keamanan oleh Negara
peserta;
e. Prosedur evakuasi dalam hal ancaman keamanan;
f. Prosedur untuk mempertemukan dengan aktivasi keamanan kapal;
g. Prosedur untuk tinjau ulang secara periodik terhadap rancangan
dan pembaharuan keamanan;
h. Prosedur untuk auditing rancangan keamanan fasilitas pelabuhan;
i. Prosedur untuk sistem siaga kapal.
19. Konvensi PBB UNCLOS ’82; (UU No. 17 tahun 1985 )
20. SOLAS (Safety of Life At Sea) 1974
Dengan rinciannya tiap Bab sebagai berikut:
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II-1 : Konstruksi-Subdivisi dan Stabilitas, Instalasi Mesin dan
Instalasi Listrik.
Bab II-2 : Perlindungan, Pendeteksian dan Pemadaman Kebakaran.
Bab III : Alat-alat keselamatan (life saving appliance)
Bab IV : Radio Komunikasi
Bab V : Keselamatan Pelayaran
Bab VI : Pengangkutan Biji-bijian (grain)
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-43
Bab VII : Pengangkutan muatan berbahaya
Bab VIII : Kapal Nuklir
Bab IX : Manajemen keselamatan pengoperasian kapal
Bab X : Keselamatan untuk kapal kecepatan tinggi
Bab XI : Ketentuan khusus untuk keselamatan dan keamanan kapal
dan pelabuhan.
Bab XII : Ketentuan atau persyaratan untuk keselamatan kapal curah
(bulk carrier).
21. Marpol (Maritime Pollution)
Beberapa ketentuan internasional (konvensi) yang berkaitan dengan
perlindungan lingkungan maritim adalah sebagai berikut :
a. Deklarasi Stockholm, 1972, dapat dikatakan sebagai payung
timbulnya konsep pengaturan hukum lingkungan laut
(berdasarkan prinsip ekologi) di tingkat global.
b. Konvensi hukum Laut 1982, merupakan ketentuan hukum
internasional yang mengatur zona-zona laut termasuk kegiatan
negara di laut yang bersifat menyeluruh, termasuk didalamnya
mengenai perlindungan hukum di laut
c. Konvensi IMCO-1954, yang telah diamandemenkan pada tahun
1962, 1969 dan tahun 1971 merupakan ketentuan hukum
internasional yang mengatur pencegahan dan pengawasan
pencemaran lingkungan laut oleh minyak dari kapal.
d. International Convention for The Prevention of Pollution from
Ships, 1973, merupakan penyempurnaan terhadap konvensi IMCO
1954-1971, memuat ketentuan tentang pencegahan pencemaran
lingkungan laut oleh minyak bumi dan bahan berbahaya lainnya.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-44
e. Di Inggris pada tahun 1954 telah diadakan konvensi
internasional tentang pencegahan pencemaran laut oleh minyak
“Oil Pollution Convention” yang diundangkan pada tanggal 26
Juli 1958, disponsori oleh IMCO (Inter-governmental Maritime
Consultative Organization) yaitu suatu badan internasional PBB
yang khusus menangani masalah-masalah kemaritiman yang
baru diakui secara internasional tahun 1958 (1948-1958) yang
kemudian berubah nama menjadi IMO pada tanggal 22 Mei
1982 . Konvensi ini berisi persyaratan-persyaratan operasi dari
kapal dan perlengkapannya. pembuangan minyak/air campuran
minyak dilarang pada tempat, waktu dan keadaan-keadaan
tertentu, serta diisyaratkan adanya Oil Record book.
Perubahan-perubahan dari konvensi 1954 tersebut diselenggarakan
pada tahun 1962, tahun 1969 dan tahun 1971 yang berupa
Amandemen. Adapun Amandemen tersebut menyatakan sebagai
berikut :
a. Amandemen tahun 1962 :
Mulai diundangkan pada tanggal 18 Mei 1967 mewajibkan
tambahan terhadap pembuangan minyak atau campuran minyak
serta menetapkan penyediaan sarana penampungan limbah di
darat (Shore Reception Facilities) terulama di Loading Terminal.
b. Amandemen tahun 1969 :
Menyatakan untuk mengganti jenis pembatasan terhadap
pembuangan minyak yang persistent (kuat ikatan unsur-
unsurnya) yang meyakinkan bahwa pembuangan tersebut
diijinkan asal berada dibawah batas-batas yang telah ditentukan.
Air yang bercampur minyak dari kapal tanker dilarang dibuang
ke laut kecuali bila keadaan seperti tersebut di bawah ini
dipenuhi:
1) Kapal tanker sedang berlayar
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-45
2) Kecepatan Pembongkaran dari minyak yang tarkandung di
dalam campuran
3) tidak boleh lebih dari 60 liter per mil
4) Kapal tanker harus berada pada lokasi laut yang jaraknya
dari pantai terdekat lebih dari 50 mil.
5) Jumlah minyak yang boleh dibuang 1/15.000 kapasitas
angkut dari kapal tanker.
Maksud dari persyaratan tersebut di atas selain untuk membatasi
pembuangan minyak adalah bahwa minyak bisa dengan cepat
dicerai-beraikan dan dimusnahkan dalam waklu 2-3 jam saja.
c. Amandemen tahun 1971 :
Membatasi ukuran tangki muatan ke dalam kompartemen-
kompartemen dengan maksud untuk memperkecil aliran keluar
minyak apabila terjadi kocelakaan di laut.
Selanjutnya konvensi 1954 tersebut berikut amandemen-
amandemennya disidangkan yang hasilnya, konvensi
internasional tentang Pencegahan Pencemaran Laut dari Kapal
(International Convention for the Prevention of Pollution from
Ship) tahun 1973 dan yang kemudian disempurnakan dengan
TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) Protokol tahun
1978 biasa disebut dengan MARPOL 1973 protokol 1978
memuat 5 (lima) Annex yang berlaku hingga sekarang .
Di dalam Marpol 73 Protokol 1978 terdapat terdapat 5 ANNEX
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 : Annex I-V MARPOL 73/78
Marpol ’73 Protokol 1978 ANNEX I Peraturan pencegahan pencemaran oleh minyak.
Mulai berlaku tanggal 2 Oktober 1983
ANNEX II Peraturan bagi pengawasan pencemaran oleh bahan kimia cair yang berbahaya dalam jumlah besar. Mulai berlaku tanggal 6 April 1987
ANNEX III Peraturan untuk pencegahan polusi dari bahan-bahan berbahaya yang dibawa melalui laut dalam
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-46
Marpol ’73 Protokol 1978 bentuk kemasan. Mulai berlaku tanggal 1 Juli 1991
ANNEX IV Peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh kotoran buangan dari kapal. Belum diberlakukan
ANNEX V Peraturan pencemaran oleh sampah dari kapal Mulai berlaku tanggal 31 Desember 1988
MARPOL 73/78 mempersyaratkan kepada setiap Negara yang
termasuk dalam konvensi ini untuk menyediakan fasilitas
pengelolaan di pelabuhan yang memadai tanpa menyebabkan
penundaan pelayaran.
MARPOL 73/78 yang terdiri dari 20 (dua puluh) pasal 2 (dua )
protokol dan 6 (enam) Annex yang berisi peraturan-peraturan
tentang pencegahan pencemaran limbah dari kapal. Klasifikasi
limbah menurut MARPOL 73/78 adalah sebagai berikut :
1) Annex I : pencegahan pencemaran oleh minyak
Adalah minyak dan campuran minyak yang berupa :
- minyak pelumas bekas
- residu bahan bakar
- sludge
- oily bilge water
- limbah air balas (dirty ballast water)
- air cucian tangki minyak (oily tank washing)
- minyak mentah
- bahan bakar
- oil refuse dan produk turunannya
- campuran yang mengandung minyak (oily mixture)
2) Annex II : pencegahan pencemaran oleh limbah cair
berbahaya.
Adalah limbah cair berbahaya dalam bentuk curah,
contohnya bahan-bahan kimia dalam jumlah besar.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-47
Material yang diatur dalam annex II dibagi dalam 4
katagori yaitu :
Katagori A
Material cair berbahaya dan atau beracun yang bila
dibuang dari tank cleaning atau kegiatan deballasting ke
laut akan menimbulkan bahaya besar pada sumber daya
laut atau kesehatan manusia atau menyebabkan kerusakan
serius pada fasilitas atau penggunaan laut yang sah.
Kategori B
Seperti katagori A, tetapi menimbulkan bahaya atau
menyebabkab kerusakan, untuk itu perlu diterapkan
pengaturan baku mutu yang lebih ketat.
Kategori C
Seperti katagori A, tetapi menimbulkan bahaya kecil atau
meyebabkan kerusakan kecil, maka perlu diterapkan
pengaturan baku mutu yang tidak terlalu ketat.
Kategori D
Seperti katagori A, tetapi menimbulkan bahaya yang dapat
dikenali atau menyebabkan kerusakan minimal, maka
perlu dibutuhkan perhatian dalam kondisi pengoperasiannya.
3) Annex III : pencegahan pencemaran bahan berbahaya
dalam kemasan
Adalah bahan-bahan berbahaya dalam kemasan ,
walaupun diangkut melalui transportasi laut , namun jika
kemasan tersebut rusak dan isinya tumpah maka fasilitas
pengumpulan yang dibutuhkan adalah seperti dalam
annex V.
4) Annex IV : pencegahan pencemaran limbah cair
domestik dari kapal
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-48
Adalah limbah cair domestik dari kapal yang terdiri dari :
- Drainase dan atau pembuangan lainnya dari toilet,
urinoir dan water closet (wc)
- Drainase dari kegiatan yang berhubungan dengan
pengobatan melalui wash basin, wash tub dll
- Drainase dari ruangan/bagasi hewan hidup
- Dan lain-lain yang tercampur dengan air drainase.
5) Annex V : pencegahan pencemaran sampah dari
kapal
Adalah sampah dan limbah lainnya yang dihasilkan dari
kegiatan pelayaran kapal (cair dan padat)
6) Annex VI : pencegahan pencemaran udara dari kapal
Adalah emisi yang dihasilkan dari kapal sandar yang
berupa :
- Bahan perusak lapisan ozon
- Nitrogen oksida (NO)
- Sulfur oksida (SO)
- Senyawa organic volatile (VOC)
- Emisi dari inersi di kapal
Annex I dan II adalah wajib dilaksanakan oleh negara-
negara yang telah meratifikasi atau menerima MARPOL
73/78, sedangkan annex-annex lainnya bersifat pilihan dan
setiap negara dapat memutuskan kapan mereka siap untuk
melaksanakan setiap annex tersebut. Pada bulan Juli 1999
annex I, II, III dan V harus segera ditaati.
Pendekatan yang dilakukan IMO untuk mencegah jangan
sampai terjadi tumpahan minyak atau pembuangan
campuran minyak ke laut yakni melakukan kontrol pada
struktur kapal yang dilakukan pada awal tahun 1970-an.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-49
Selanjutnya IMO pada tahun 1984 melakukan beberapa
modifikasi yang menitik beratkan pencegahan hanya pada
kegiatan operasi tanker pada annex I dan yang terutama
adalah keharusan kapal dilengkapi dengan Oily Water
Separating Equipment dan Oil Discharge Monitoring
Systems.
22. Basel Convention on the Control of Transboundary Movement of
Hazardous Wastes and their Disposal 1989
Berisi mengenai tata cara pengangkutan limbah bahan berbahaya dan
beracun lintas batas negara, sehingga setidaknya terdapat dua negara
yang terlibat.
Jika tidak mengikuti tatacara pengangkutan limbah bahan berbahaya
dan beracun lintas batas negara, maka dapat dikategorikan Illegal
traffic.
Pada Basel Convention juga telah disebutkan kategori limbah yang
harus dikontrol, limbah yang perlu dilakukan pertimbangan khusus,
karakteristik bahan berbahaya, Disposal Operation, informasi
pemberitahuan yang perlu ada, sispro pergerakan dokumen, kategori
bahan-bahan yang mempunyai karakteristik bahan berbahaya namun
dimasukkan dalam golongan bahan tidak berbahaya.
B. TERMINOLOGI NORMA, STANDAR, PEDOMAN, KRITERIA
DAN SISPRO MENURUT REFERENSI
Hasil kajian pustaka berkaitan dengan terminologi norma, standar,
pedoman, kriteria, serta sistem dan prosedur, dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Norma
Norma terbentuk karena sifat alamiah manusia sebagai mahluk sosial
yang memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Mereka hidup
dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunal maupun
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-50
kelompok materiil. Kebutuhan yang berbeda-beda, secara
individu/kelompok menyebabkan benturan kepentingan. Untuk
menghindari hal tersebut maka kelompok masyarakat membuat norma
sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan
dalam bermasyarakat.
a. Definisi
Dalam beberapa referensi, norma didefinisikan sebagai berikut:
1) Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Daerah
Propinsi sebagai Daerah Otonom, norma adalah aturan
atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan
pengendali dalam melaksanakan kegiatan;
2) Wikipedia menyebutkan norma dalam sosiologi adalah
seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui
lingkungan sosialnya;
3) Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim,
M.A & Yenny Salim, B.Sc, Pustaka Phoenix, norma adalah
1. Suatu ketentuan atau aturan yang bersifat mengikat
dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
kendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima; patokan
perilaku yang pantas; 2. tingkah laku rata-rata yang
diabstraksikan; 3. ukuran suatu fenomena yang dipakai
untuk mengukur fenomena lainnya; kaidah.
4) Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3, wj. S
poerwadaminta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, Balai Pustaka, mendefinisikan norma sebagai
aturan yang telah ditetapkan bersama dan mengikat setiap
individu dalam suatu kelompok;
5) Dalam Kamus Bahasa Indonesia-online, definisi norma
adalah 1 aturan atau ketentuan yang mengikat warga
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-51
kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan
berterima 2 aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai
sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan
sesuatu:
• Norma agama adalah aturan yang menata tindakan
manusia dalam pergaulan dengan sesamanya yang
bersumber pada ajaran agama;
• Norma sosial adalah aturan yang menata tindakan
manusia dalam pergaulan dengan sesamanya;
• Norma susila adalah aturan yang menata tindakan
manusia dalam pergaulan sosial sehari-hari, seperti
pergaulan antara pria dan wanita.
6) Studi Kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi dalam
Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi, Sekretariat
Badan LITBANG Departemen Perhubungan, menyebutkan
bahwa norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat
sebagai panduan/pengendalian dalam melaksanakan.
b. Tingkatan dalam penegakan norma
Berbagai tingkatan pada penegakan norma adalah:
1) Pelanggaran norma yang dikenakan sanksi hukum, biasanya
termasuk penegakan hukum;
2) Pelanggar norma yang diterapkan, dianggap eksentrik atau
tak normal (perilaku diluar kebiasaan);
3) Perilaku lainnya di luar norma tidak diakui. Norma-norma
telah diasumsikan lebih dahulu dan seringkali pada tingkat
ekstrim dimana pada setiap penentangan norma bisa
memprovokasi stigma atau sanksi.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-52
Contoh: Kata orang tua seringkali diasumsikan bahwa
seseorang itu telah menikah. Pada pasangan
yang telah menikah (suami-istri) selalu dianggap
bahwa pasangan tersebut akan memiliki atau
menginginkan anak.
4) Norma menurut penegakannya dibedakan sebagai berikut:
• Norma sosial: meliputi Cara (usage), Kebiasaan
(Folkways), Tata kelakuan (Mores), dan Adat istiadat
(Custom);
• Norma hukum.
c. Norma dasar
Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem Norma. Norma
adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau
das solen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa
yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dari aksi
manusia yang deliberatif. Kelsen meyakini David Hume yang
membedakan antara apa yang ada (das sein) dan apa yang
“seharusnya”, juga keyakinan Hume bahwa ada
ketidakmungkinan pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual
bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya bahwa hukum, yang
merupakan pernyataan-pernyataan “seharusnya” tidak bisa
direduksi ke dalam aksi-aksi alamiah. Kemudian, bagaimana
mungkin untuk mengukur tindakan-tindakan dan kejadian yang
bertujuan untuk menciptakan sebuah norma legal? Kelsen
menjawab dengan sederhana; kita menilai sebuah aturan
“seharusnya” dengan memprediksinya terlebih dahulu. Saat
“seharusnya” tidak bisa diturunkan dari “kenyataan”, dan
selama peraturan legal intinya merupakan pernyataan
“seharusnya”, di sana harus ada presupposition yang merupakan
pengandaian.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-53
Sebagai oposisi dari norma moral yang merupakan deduksi dari
norma moral lain dengan silogisme, norma hukum selalu
diciptakan melalui kehendak (act of will). Sebagaimana sebuah
tindakan hanya dapat menciptakan hukum, bagaimana pun,
harus sesuai dengan norma hukum lain yang lebih tinggi dan
memberikan otorisasi atas hukum baru tersebut. Kelsen
berpendapat bahwa inilah yang dimaksud sebagai Basic Norm
yang merupakan presupposition dari sebuah validitas hukum
tertinggi.
Kelsen sangat skeptis terhadap teori-teori moral kaum
objektivis, termasuk Immanuel Kant. Kedua, Kelsen tidak
mengklaim bahwa presupposition dari Norma Dasar adalah
sebuah kepastian dan merupakan kognisi rasional. Bagi Kelsen,
Norma Dasar adalah bersifat optional. Senada dengan itu, berarti
orang yang percaya bahwa agama adalah normatif maka ia
percaya bahwa “setiap orang harus percaya dengan perintah
Tuhan”. Tetapi, tidak ada dalam sebuah nature yang akan
memaksa seseorang mengadopsi satu perspektif normatif.
Kelsen mengatakan bahkan dalam atheisme dan anarkhisme,
seseorang harus melakukan presuppose Norma Dasar.
Meskipun, itu hanyalah instrumen intelektual, bukan sebuah
komitmen normatif, dan sifatnya selalu optional.
d. Nilai Normatif Hukum
Nilai normatif Hukum bisa diperbandingkan perbedaannya
dengan nilai normatif agama. Norma agama, sebagaimana norma
moralitas, tidak tergantung kepada kepatuhan aktual dari para
pengikutnya. Tidak ada sanksi yang benar-benar langsung
sebagaimana norma hukum. Misalnya saja ketika seorang lupa
untuk berdoa di malam hari, maka tidak ada instrumen langsung
yang memberikan hukuman atas ketidakpatuhannya tersebut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-54
Validitas dari sistem hukum bergantung dari paktik-pratik
aktualnya. Dikatakannya bahwa “peraturan legal dinilai sebagai
sesuatu yang valid apabila normanya efektif (yaitu secara aktual
dipraktikkan dan ditaati)”. Lebih jauh lagi, kandungan
sebenarnya dari Norma Dasar juga bergantung pada
keefektivitasannya. Sebagaimana yang telah berkali-kali
ditekankan oleh Kelsen, sebuah revolusi yang sukses pastilah
revolusi yang mampu merubah kandungan isi Norma Dasar.
Perhatian Kelsen pada aspek-aspek normatifitasan ini
dipengaruhi oleh pandangan skeptis David Hume atas
objektivitasan moral, hukum, dan skema-skema evaluatif lainnya.
Pandangan yang diperoleh seseorang, utamanya dari karya-karya
akhir Hans Kelsen, adalah sebuah keyakinan adanya sistem
normatif yang tidak terhitung dari melakuan presuppose atas
Norma Dasar. Tetapi tanpa adanya rasionalitas maka pilihan atas
Norma Dasar tidak akan menjadi sesuatu yang kuat. Agaknya, sulit
untuk memahami bagaimana normatifitas bisa benar-benar
dijelaskan dalam basis pilihan-pilihan yang tidak berdasar.
Hans Kelsen meninggal dunia pada 19 April 1973 di Berkeley.
Kelsen meninggalkan hampir 400 karya, dan beberapa dari
bukunya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa. Pengaruh Kelsen
tidak hanya dalam bidang hukum melalui Pure Theory of Law,
tetapi juga dalam positivisme hukum kritis, filsafat hukum,
sosiologi, teori politik dan kritik ideologi. Hans Kelsen telah
menjadi referensi penting dalam dunia pemikiran hukum. Dalam
hukum internasional misalnya, Kelsen menerbitkan Principles of
International Law. Karya tersebut merupakan studi sistematik
dari aspek-aspek terpenting dari hukum internasional termasuk
kemungkinan adanya pelanggaran atasnya, sanksi-sanksi yang
diberikan, retaliasi, spektrum validitas dan fungsi esensial dari
hukum internasional, pembuatan dan aplikasinya. Norma
memiliki fungsi sebagai pedoman dan pengatur dasar kehidupan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-55
seseorang dalam bermasyarakat untuk mewujudkan kehidupan
antara manusia yang aman, tentram dan sejahtera sehingga
norma hukum didefinisikan sebagai norma yang mengatur
kehidupan sosial kemasyarakatan yang berasal dari kitab undang-
undang hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib,
aman, sejahtera, makmur, dan sebagainya.
Suatu teori yang bernama Teori Normatif menjelaskan bahwa
seseorang mau menolong karena adanya norma-norma tertentu
dalam masyarakat.
1) Norma Timbal Balik (Reciprocity Norm):
Norma ini membuat seseorang akan membalas
pertolongan dengan pertolongan. Jadi, tindakan menolong
yang kita lakukan merupakan semacam tindakan balas budi
atas pertolongan yang orang lain berikan kepada kita.
2) Norma Tanggungjawab Sosial (Social Resposibility Norm):
Norma ini membuat setiap orang wajib menolong orang
lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa depan.
Namun hal ini dapat mengakibatkan kita akan hanya
menolong orang yang diberi atribusi eksternal, yaitu orang
yang menderita karena cacat permanen (terutama cacat
lahir), korban bencana alam, atau korban kecelekaan lalu
lintas. Kita terkadang enggan untuk menolong orang yang
diberi atribusi internal, yaitu menderita karena kemiskinan
akibat malas kerja, atau jatuh sakit karena kecerobohannya
sendiri.
3) Norma Keseimbangan (Harmonic Norm):
Norma ini menekankan pada keseimbangan alam dimana
alam harus selalu berada dalam keadaan serasi, selaras,
seimbang agar hubungan antar manusia dan hubungan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-56
dengan lingkungan sekitar dapat selalu berjalan dengan
baik. Oleh karena itu, manusia harus mengupayakan hal
itu secara terus menerus, salah satunya dengan melakukan
tindakan menolong orang lain.
2. Standar
Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar.
Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci
mengenai definisi standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik.
Kedua, standar memberikan suatu dasar perbandingan.
a. Definisi
Beberapa pengertian mengenai standar dari berbagai sumber,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat
kelayakan isi dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa
standar sebagai model untuk ditiru;
2) Standar adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan
yang spesifik;
3) Standar adalah pernyataan tertulis dari suatu harapan-
harapan yang spesifik;
4) Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada
tingkat;
5) Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun
dan disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu
tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Reyers, 1983);
6) Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi
peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses
kunci, proses itu sendiri, dan hasilnya sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-57
7) Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau
kuantitatif yang spesifik dari komponen struktural dalam
sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses
atau hasil suatu harapan (Donebean).
8) Peraturan Pemerintah Nomor: 102 tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional menjelaskan bahwa definisi
standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan
secara tertib dan berkerjasama dengan semua pihak;
9) Peraturan Pemerintah Nomor : 102 tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional menyebutkan bahwa standar
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan
termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan
syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan
hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya;
10) Peraturan Pemerintah Nomor: 102 tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia (SNI)
adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional dan berlaku secara nasional. Rancangan Standar
Nasional Indonesia (RSNI) adalah rancangan standar yang
dirumuskan oleh panitia teknis setelah tercapai konsensus
dari semua pihak yang terkait;
11) (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim,
M.A & Yenny Salim, B.Sc, Pustaka Phoenix) Standar ;
panji-panji, bendera sebagai lambing;
12) (Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3, wj. S
poerwadaminta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-58
Nasional, Balai Pustaka) Standar : Ukuran tertentu yang
digunakan sebagai patokan;
13) (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online) Standar : 1 n
ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan: petugas dari
instansi itu menguraikan -- gedung sekolah yang baik; 2 n
ukuran atau tingkat biaya hidup: -- hidup di kota Medan
lebih tinggi daripada -- hidup di kota Bandung; 3 n
Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat
dipakai sebagai ukuran nilai (harga): negara-negara
tertentu memakai -- emas; 4 a baku: bahasa yang dipakai
pada surat kabar tertentu dapat dianggap telah--; -- sosial
ukuran untuk memiliki, meneliti, dan memilih sikap yang
sebaik-baiknya untuk dipergunakan;
14) (Wikipedia) Standar, atau lengkapnya standar teknis :
suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu
dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode,
proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam.
Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau
perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi.
15) Studi Kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi
dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi,
Puslitbang Perhubungan Darat, disebutkan bahwa standar
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang diberlakukan
sebagai patokan dalam melakukan kegiatan.
16) Studi Standar Pelayanan Angkutan KA di Perkotaan,
Puslitbang Perhubungan Darat, mendefinisikan standarisasi
sebagai proses merumuskan, menetapkan dan merivisi
standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama
dengan semua pihak.
Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja
menegaskan spesifikasi suatu kinerja antara lain;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-59
1) Spesifik (specific)
2) Terukur (measurable)
3) Tepat (appropriate)
4) Andal (reliable)
5) Tepat waktu (timely)
Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri
ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar
pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena
standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara
pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.
b. Ketentuan dalam standar
Empat ketentuan dalam standar adalah sebagai berikut:
1) Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat
praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya;
2) Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan),
proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar
struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan
lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara
bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome
standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya;
3) Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan
sistem dalam organosasi. Pernyataan standar mengandung
apa yang diberikan kepada pelanggan/pasen, bagaimana
staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem
berjalan. Ketiga komponen tersebut harus berhubungan
dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila
kemampuan atau jumlah staf tidak memadai;
4) Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang.
Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-60
dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah
mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi).
Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui
penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya
tingkat mutu yang tinggi.
c. Komponen standar
Komponen-komponen standar meliputi:
1) Standar Struktur:
Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam
tatanan asuhan yang diberikan. Standar ini sama dengan
standar masukan atau standar input yang meliputi:
• Filosofi dan objektif;
• Organisasi dan administrasi;
• Kebijakan dan peraturan;
• Staffing dan pembinaan;
• Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggungjawab
setiap posisi klinis);
• Fasilitas dan peralatan.
2) Standar Proses:
Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara
pemberi dan penerima asuhan. Standar ini berfokus pada
kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis,
mencakup:
• Fungsi tugas, tanggungjawab, dan akuntabilitas;
• Manajemen kinerja klinis;
• Monitoring dan evaluasi kinerja klinis.
3) Standar Outcomes:
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-61
Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya
dengan status pasen. Standar ini berfokus pada asuhan pasen
yang prima, meliputi:
• Kepuasan pasen;
• Keamanan pasen;
• Kenyamanan pasen.
Pada dasarnya, ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan
optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus
dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus
diterima, disamping ada standar lain yang secara terarah dan
berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau
disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai
seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili
keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik,
dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin
hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.
d. Manfaat penetapan standar
Manfaat dari ditetapkannya suatu standar adalah:
1) Standar dapat mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa;
2) Memelihara keselamatan publik dan perlindungan
lingkungan;
3) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing;
4) Melancarkan transaksi (perdagangan) dan pencapaian
kesepakatan dagang (kontrak);
5) Dalam era globalisasi, sebagai alat seleksi entry barries &
entrance facilitation/tools;
6) Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan
anggota masyarakat dan perorangan mengetahui
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-62
bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/
diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat
dipublikasikan/diketahui secara luas;
7) Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan
berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas
kinerja;
8) Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus
ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi
lokal;
9) Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada
pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik;
10) Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf;
11) Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik
pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan
pendidikan.
3. Pedoman
Beberapa definisi pedoman yang diperoleh dari beberapa sumber dan
referensi.
a. (PP No. 25 tahun 2000) Pedoman adalah acuan yang bersifat
umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan
dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat;
b. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim, M.A
& Yenny Salim, B.Sc, Pustaka Phoenix) Pedoman adalah alat
untuk menunjukkan, mengetahui arah atau mata angin, bentuknya
seperti jam berjarum besi berani; buku petunjuk; sesuatu yang
menjadi dasar pegangan, ukuran dsb; buku petunjuk yang
menerangkan cara menjalankan atau mengerjakan sesuatu;
pimpinan atau pengurus perkumpulan;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-63
c. (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online) Pedoman adalah n 1
alat untuk menunjukkan arah atau mata angin (biasanya spt jam
yg berjarum besi berani); kompas: sebelum ada -- , orang
menggunakan bintang untuk menentukan arah perjalanan perahu;
2 kumpulan ketentuan dasar yg memberi arah bagaimana sesuatu
harus dilakukan; 3 hal (pokok) yg menjadi dasar (pegangan,
petunjuk, dsb) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu: di
samping syarat-syarat yg lain, para penyunting perlu
menguasai -- ejaan; 4 pemimpin (yg menerangkan cara
menjalankan atau mengurus perkumpulan): surat edaran dr --
besar; berpedoman adalah n v 1 memakai pedoman: kita bentuk
warga negara yg ber-Pancasila dan ~ kpd haluan negara; 2
menuju, mengarah (ke) ...; berpegang (kpd); menurut contoh: dl
menentukan langkahnya ia selalu ~ kpd pengalamannya;
memedomani adalah v mendasari pd pedoman: hakim hendaknya
~ undang-undang tertulis dalam memutuskan perkara;
d. Studi Kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi dalam
Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi, Puslitbang
Perhubungan Darat, disebutkan bahwa pedoman adalah acuan
yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat
disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.
4. Kriteria
Pengertian dan literatur yang membahas khusus masalah kriteria
ternyata belum banyak ditemukan, scope kriteria sangat sempit setelah
melihat kenyataan bahwa kriteria digunakan oleh manusia pada
umumnya hanya sebagai salah satu alat bantu dalam proses atau teknis
pengambilan keputusan.
a. Definisi
Beberapa definisi kriteria yang diperoleh dari referensi adalah
sebagai berikut:
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-64
1) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP, 1990) Pengertian
kriteria yang berlaku secara umum adalah “ukuran yang
menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu”;
2) (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online) Kriteria :
/kritéria/ n ukuran yg menjadi dasar penilaian atau
penetapan sesuatu; -- delisting Ek ukuran yang menjadi dasar
penilaian atau penetapan dicoretnya (dikeluarkannya) suatu
lembaga atau badan dari papan bursa efek.
b. Sifat kriteria
Kriteria yang ditetapkan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Kriteria selalu mengandung nilai-nilai yang universal
maupun lokal;
2) Harus dipastikan bahwa kriteria tersebut berfungsi dengan
baik pada saat dipergunakan (mengandung nilai-nilai yang
statis maupun dinamis);
3) Harus dipastikan bahwa orang yang akan menggunakan
kriteria tersebut benar-benar memahami seluk-beluk
tentang kriteria yang dimaksud.
5. Sispro
Sispro atau Sistem Prosedur terdiri dari dua kata, yaitu sistem dan
prosedur yang masing-masing kata tersebut memiliki arti tersendiri.
a. Definisi
Beberapa definisi sistem dan prosedur yang diperoleh dari
referensi adalah sebagai berikut:
1) Sistem /sistém/ n 1 perangkat unsur yg secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas: --
pencernaan makanan, pernapasan, dan peredaran darah
dl tubuh; -- telekomunikasi; 2 susunan yg teratur dr
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-65
pandangan, teori, asas, dsb: -- pemerintahan negara
(demokrasi, totaliter, parlementer, dsb); 3 metode: --
pendidikan (klasikal, individual, dsb); kita bekerja dng --
yg baik; -- dan pola permainan kesebelasan itu banyak
mengalami perubahan;
2) Sistem: seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu
antar relasi di antara unsur-unsur tersebut dengan
lingkungan (Ludwig Von Bartanlanfy );
3) Sistem: suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan
satu sama lain (Anatol Raporot);
4) Sistem: setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang
terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung
satu sama lainnya (L. Ackof ) (staffsite.gunadarma.ac.id);
5) Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah
ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set
entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat (Wikipedia);
6) Tata Cara (Prosedur): tahap dan mekanisme yang harus
dilalui dan diikuti untuk menyelesaikan sesuatu kegiatan
(Konsep Pedoman Teknis Tata Cara Pelaporan Bahan
Galian Lain dan Mineral Ikutan, www.dim.esdm.go.id)
7) Prosedur adalah n 1 tahap kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktivitas; 2 metode langkah demi langkah secara pasti dl
memecahkan suatu masalah; -- semu Ling metode analisis
bahasa yang konon mengikuti prinsip ilmiah, tetapi dulu
kenyataannya melanggar karena asumsi penyelidikan tidak
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-66
konsisten atau karena sulit dilaksanakan di praktik (Kamus
Besar Bahasa Indonesia-online);
8) Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki
item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.
Negara adalah suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan
lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada di negara tersebut;
9) Prosedur adalah suatu spesifikasi dari rangkaian tindakan,
bertindak atau operasi yang harus dieksekusi dengan cara
yang sama untuk tujuan tertentu. Secara singkat, prosedur
adalah suatu urutan dari aktivitas, tugas, langkah-langkah,
keputusan, proses dan kalkulas. Suatu prosedur pada
umumnya mempengaruhi suatu perubahan.
Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan
sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata
ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula,
sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang
paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang
memiliki hubungan di antara mereka.
b. Komponen sistem
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen:
1) Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel.
Dapat berupa benda fisik, abstrak, ataupun keduanya
sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut;
2) Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan
sistem dan objeknya;
3) Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya;
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-67
4) Lingkungan, tempat di mana sistem berada.
c. Tipe sistem
Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:
1) Atas dasar keterbukaan:
• sistem terbuka, dimana pihak luar dapat
mempengaruhinya;
• sistem tertutup.
2) Atas dasar komponen:
• Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi;
• Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.
d. Acuan prosedur
Prosedur, juga mengacu kepada:
1) Satu set perintah yang menunjukkan bagaimana untuk
menyiapkan atau membuat sesuatu;
2) Subroutine atau metoda (ilmu pengetahuan komputer),
sebagian dari kode di dalam suatu program yang lebih besar;
3) Dalam Algoritma (matematika) dan komputasi prosedur
adalah satu set kalkulasi atau operasi untuk memenuhi
tujuan;
4) Prosedur yang bersifat parlementaer, di pemerintah, proses
menggunakan pengambilan keputusan oleh suatu perakitan
yang legislatif. Ini meliputi prosedur yang legislatif.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-68
C. TERMINOLOGI NORMA, STANDAR, PEDOMAN, DAN KRITERIA
DALAM STUDI INI
Berdasarkan referensi yang ada sebagaimana dijelaskan pada subbab
sebelumnya, maka dalam studi ini mendefinisikan norma, standar, pedoman,
kriteria, dan sispro sebagai berikut.
Tabel 2.2 : Perumusan Terminologi Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dan Sispro
No Istilah Hasil Kajian
Pustaka Definisi Kajian
Pustaka Kata kunci /
Indikator Definisi studi
1. Norma • PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Daerah Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
Aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan pengendali dalam melaksanakan kegiatan
Aturan yang mengikat.
Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat sebagai panduan dan pengendali dalam melaksanakan kegiatan.
• Wikipedia. Seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui ling-kungan sosialnya.
Peraturan yang diterapkan.
• Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Suatu ketentuan atau aturan yang bersifat mengikat dalam masyarakat dipakai sebagai panduan, tatanan dan kendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima.
Panduan, tatanan dan kendali.
• Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3.
Aturan yang telah ditetapkan bersama dan mengikat setiap individu dalam suatu kelompok.
Aturan individu / kelompok.
• Kamus bahasa Indonesia-online.
Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat atau aturan/kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur.
- Aturan masyara-kat
- Kaidah untuk tolok ukur
• Studi kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi Dalam Rangka Pening-katan Keselamatan Trnasportasi.
Aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan / pengendalian.
Aturan yang mengikat.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-69
No Istilah Hasil Kajian
Pustaka Definisi Kajian
Pustaka Kata kunci /
Indikator Definisi studi
2. Standar • Reyers. Suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pedoman atau model.
Spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode khususnya yang terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan transportasi laut.
• Donobean. Menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan.
Ketepatan yang spesifik.
• Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.
Spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait.
Tatacara dan metode.
• Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Panji-panji, bendera sebagai lambang.
Lambang
• Kamus umum Bahasa Indonesia edisi ke – 3.
Ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan.
Ukuran tertentu
• Kamus Besar Bahasa Indonesia –online.
Ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan.
Ukuran tertentu
• Wikipedia. Suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktek rekayasa atau teknis yang seragam.
Persyaratan
• Studi. Spesifikasi teknis atau sesuatu yang diberlakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan.
Spesifikasi teknis dalam melakukan kegiatan.
• Studi. Proses merumuskan , menetapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja-sama dengan semua pihak.
Proses merumuskan, menetapkan dan merevisi.
3. Pedoman • PP No. 25 tahun 2000.
Acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.
Acuan
Petunjuk yang menerangkan cara menjalankan atau mengerjakan setiap proses dalam
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-70
No Istilah Hasil Kajian
Pustaka Definisi Kajian
Pustaka Kata kunci /
Indikator Definisi studi
penyelenggaraan transportasi, khususnya trnasportasi laut yang masih bersifat umum.
• Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer .
Alat untuk menunjuk-kan , mengetahui arah atau mata angin atau sesuatu yang menjadi dasar pegangan,
Buku petujuk yang menerangkan cara menjalankan atau mengerjakan sesuatu.
- Alat petunjuk
- Buku petunjuk
• Kamus Besar Bahasa Indonesia-online.
Alat untuk menunjukkan arah atau mata angin
Kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan
Hal yang menjadi dasar untuk menentukan sesuatu.
- Alat petunjuk
- Ketentuan dasar
- Dasar untuk me-nentukan
• Studi Kebutuhan Standarisasi disektor transportasi Dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi.
Acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.
Acuan .
4. Kriteria • Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu.
Ukuran yang menjadi dasar.
Ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu yang bersiffat fisik.
• Kamus Besar Bahasa Indonesia – online.
Kriteria atau ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu.
Ukuran yang menjadi dasar.
5. Sispro • Ludwig Von Bartanlanfy.
Seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
Unsur yang terikat.
Satu kesatuan perintah yang menunjukkan cara menyiapkan atau menyelenggarakan transportasi laut atau secara singkat dapat didefinisikan sebagai acuan operasional.
• Anatol Raporot. Suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.
Kesatuan dan perangkat.
• L.Ackof. Setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
Keadaan saling tergantung satu sama lain.
• Wikipedia. Suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk mempermudah informasi, materi, atau energi.
Elemen yang terhubung.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-71
No Istilah Hasil Kajian
Pustaka Definisi Kajian
Pustaka Kata kunci /
Indikator Definisi studi
• www.dim.esdm. Tahap dan mekanisme yang harus dilalui dan diikuti untuk menyelesaikan suatu kegiatan.
Tahapan yang harus dilalui.
• Kamus Besar Bahasa Indonesia –online.
Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
Metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.
- Tahap - Metode
langkah demi langkah.
• Anonim. Kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memilikim item-item penggerak.
Bagian yang saling terhubung.
• Anonim. Suatu urutan dari aktivitas , tugas langkah-langkah, keputusan, proses dan kalkuklus.
Urutan.
Berdasarkan referensi yang ada sebagaimana dijelaskan pada subbab
sebelumnya, maka dalam studi ini mendefinisikan norma, standar, pedoman,
kriteria, dan sispro sebagai berikut.
1. Norma
Adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat sebagai panduan dan pengendali dalam melaksanakan
kegiatan.
2. Standar
Adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata
cara dan metode khususnya yang terkait dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan transportasi laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-72
3. Pedoman
Adalah petunjuk yang menerangkan cara menjalankan atau mengerjakan
setiap proses dalam penyelenggaraan transportasi khusunya transportasi
laut yang masih bersifat umum.
4. Kriteria
Adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu yang
bersifat fisik.
5. Sistem Prosedur
Adalah satu kesatuan perintah yang menunjukkan cara menyiapkan
atau menyelenggarakan transportasi laut atau secara singkat dapat
didefinisikan sebagai acuan operasional.
D. HASIL STUDI TERDAHULU TERKAIT DENGAN NORMA,
STANDAR, PEDOMAN, KRITERIA
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Badan LITBANG
Perhubungan, berkaitan dengan norma, standar, dan sejenisnya, tercatat sejak
tahun 2000.
1. Studi Standardisasi Sarana dan Prasarana Transportasi Laut
Tahap I, tahun 1995
Studi ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiesi dan efektivitas
penyediaan jasa transportasi dan dalam upaya meningkatkan efisiensi
nasional melalui penerapan standardisasi di sektor transportasi khususnya.
Sedangkan tujuannya adalah untuk menyusun sandar perangkat
penyediaan jasa transportasi laut yang meliputi perangkat input,
proses, dan output, baik berupa standar yang akan diberlakukan dalam
lingkungan Departemen Perhubungan, maupun standar yang akan
diajukan sebagai Standar Nasional Indonesia.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-73
Studi ini didasari dengan metodologi yang mempelajari tugas dan fungsi
Departemen Perhubungan, peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan standardisasi, standar-standar sektor lain terkait, standar-standar
internasional yang telah diterapkan di Indonesia, baik standar sarana
maupun prasarana transportasi laut. Di samping itu, juga melakukan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka konfirmasi penentuan
ruang lingkup standar di subsektor Perhubungan Laut, penyusunan
program standardisasi, penyusunan atau penamaan rancangan Standar
Nasional Indonesia, serta melakukan rapat-rapat konsensus dengan pihak-
pihak terkait untuk membahas dan menyempurnakan rancangan SNI,
khususnya terhadap rancangan SNI baru.
Dari hasil survei dan pembahasan tersebut, dengan memperhatikan
berbagai pertimbangan, antara lain ditinjau dari segi prioritas kebutuhan
standar dan waktu yang diperlukan untuk pengajuan Rancangan Standar
Nasional Indonesia, maka dalam studi ini yang disusun adalah:
a. Persyaratan keselamatan bagi kapal layar dengan pesawat
penggerak bantu yang memiliki tonase sampai dengan GT 150,
yang digunakan untuk umum.
b. Persyaratan keselamatan bagi kapal layar dengan pesawat
penggerak bantu yang memiliki tonase kotor lebih besar dari GT
150 dan kurang dari GT 300.
c. Persyaratan untuk alat-alat penolong di kapal.
d. Persyaratan pada lampu-lampu navigasi kapal.
e. Sistem perambuan IALA.
2. Studi Standardisasi Sarana dan Prasarana Transportasi Laut
dalam Mendukung Keselamatan dan Peningkatan Pelayanan
Tahap I, tahun 2001
Penelitian ini bermaksud untuk menyusun konsep Standar Nasional
Indonesia di bidang Kesyahbandaran, Kepanduan, Pengawakan, dan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-74
kenavigasian. Sedangkan tujuannya adalah menjamin keselamatan
pelayaran, efisiensi, dan efektivitas pelayanan angkutan laut.
Penyusunan Rancangan SNI pada studi ini dilakukan dengan
pendekatan analisis data yang diperoleh dari literatur, standardisasi
negara lain, peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
internasional.
Dari hasil survei dan pembahasan tersebut, dengan memperhatikan
berbagai pertimbangan, antara lain ditinjau dari segi prioritas
kebutuhan standar dan waktu yang diperlukan untuk pengajuan
Rancangan Standar Nasional Indonesia, maka dalam studi ini yang
disusun adalah:
a. Standar mekanisme dan persyaratan ijin usaha angkutan laut;
b. Standar persyaratan pengawakan kapal;
c. Spesifikasi dan standar dermaga pelayaran rakyat sederhana;
d. Standar persyaratan perlindungan dan pengamanan kabel bawah
air;
e. Standar persyaratan pemanduan.
3. Studi Standardisasi Sarana dan Prasarana Transportasi Laut
dalam Upaya Mendukung Keselamatan dan Peningkatan
Pelayanan Tahap II, tahun 2002
Penelitian ini bermaksud untuk menyusun konsep Standar Nasional
Indonesia di bidang angkutan laut, kepelabuhanan, dan keselamatan
pelayaran. Sedangkan tujuannya adalah peningkatan kualitas
keselamatan pelayaran, efisiensi, dan efektivitas pelayanan jasa
transportasi laut. Hasil yang diharapkan dalam studi ini adalah
tersedianya konsep Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
siap diajukan kepada Badan Standar Nasional (BSN) untuk diangkat
menjadi SNI. Penyusunan Rancangan SNI pada studi ini dilakukan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-75
dengan pendekatan analisis data yang diperoleh dari literatur,
standardisasi negara lain, peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
internasional. Penyusunan ini didasarkan pada lima prioritas usulan
KOMTAP Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, yang meliputi
pedoman pelayanan angkutan laut penumpang, persyaratan dermaga
beton (kapal perintis), persyaratan desain pofil alur pelayaran dan
persyaratan alat keruknya, persyaratan pemenuhan lambung timbul
kapal untuk pelayaran Nusantara, serta perlindungan dan pengamanan
pipa bawah air.
Dari hasil survei dan pembahasan tersebut, dengan memperhatikan
berbagai pertimbangan, antara lain ditinjau dari segi prioritas
kebutuhan standar dan waktu yang diperlukan untuk pengajuan
Rancangan Standar Nasional Indonesia, maka dalam studi ini yang
disusun adalah:
a. Standar persyaratan perlindungan dan pengamanan pipa laut;
b. Standar persyaratan dermaga beton (kapal perintis);
c. Standar persyaratan pemenuhan lambung timbul untuk
pelayaran Nusantara;
d. Standar persyaratan desain profil alur pelayaran dan alat
keruknya;
e. Standar mekanisme dan persyaratan ijin usaha angkutan laut.
4. Studi Kebutuhan Standardisasi Di Sektor Transportasi Dalam
Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi, tahun 2006
Maksud studi ini adalah adanya suatu rencana induk standardisasi
pelayanan sarana dan prasarana transportasi yang berkaitan dengan
keselamatan transportasi yang dapat dijadikan dasar dan pedoman
bagi penelitian dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI)
bidang keselamatan transportasi. Sedangkan tujuannya adalah
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-76
terwujudnya jaminan mutu produk atau jasa dengan memperhatikan
segi-segi keamanan, keselamatan, kesehatan, dan fungsi lingkungan
hidup, dalam menunjang kelancaran masuknya produk dan jasa
transportasi di dalam pasar bebas, serta dapat melindungi konsumen
Indonesia dari produk barang dan jasa negara asing.
Penyusunan studi ini dilakukan dengan pendekatan analisis data yang
diperoleh dari literatur, standardisasi negara lain, peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku secara internasional.
Hasil studi ini menunjukkan perlunya standardisasi dalam hal
perangkat keras, peraturan perundang-undangan, kelembagaan, dan
sumber daya manusia untuk setiap moda transportasi. Namun
demikian, tidak ada keterangan secara eksplisit mengenai bagaimana
bentuk dan pola standardisasi yang konkrit.
5. Studi Kebutuhan Norma, Pedoman, Standar, Kriteria, dan Sispro
Bidang Transportasi Laut, tahun 2008.
Maksud dilakukan studi ini adalah tersusunnya konsep kebutuhan
pedoman, standar, kriteria, norma, dan sispro di bidang transportasi laut.
Tujuan studi ini adalah sebagai dasar operasional dan administratif
penyelenggaraan transportasi laut yang mewujudkan kualitas
pelayanan, keselamatan dan keamanan, kebersihan, efisien dan efektif.
Penyusunan studi ini menggunakan pendekatan Diagnostic research atau
perscriptive research, yaitu penelitian untuk mengidentifikasi aspek-aspek
transportasi laut yang perlu dibuatkan norma, standar, pedoman, kriteria,
dan sispro, sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan transportasi
laut dan Descriptive research, yaitu penelitian yang menganalisis data-data
yang dikumpulkan, serta melaporkannya dengan analisis secara legalitas
dan dijadikan untuk informasi baru, dalam merumuskan kebutuhan norma,
standar, pedoman, kriteria dan sispro di bidang transportasi laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-77
Hasil penelitian ini adalah identifikasi dari UU no 17 tahun 2008 yang
telah berupa norma, standar, pedoman, kriteria, dan sispro.
Pada studi ini belum mengakomodasi peraturan-peraturan yang terbaru
seperti PP no 61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan, PP no 5 Tahun 2010
tentang Kenavigasian, PP no 20 Tahun 2010 tentang angkutan di perairan,
PP no 21 tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim.
6. Studi Standarisasi di Bidang Transportasi Laut, 2009
Hasil studi adalah sepuluh rancangan standar yang dapat disusun
tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Rancangan standar di bidang kenavigasian
1) Standar Sarana dan Prasarana Stasiun Radio Pantai (SROP)
Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS);
2) Standar peralatan Vessel Traffic Service (VTS);
3) Standar Instalasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
b. Rancangan standar di bidang kepelabuhanan
1) Standar Dermaga Kapal Ukuran 1000 DWT;
2) Standar Dermaga Kapal Ukuran 2000 DWT;
3) Standar Dermaga Kapal Ukuran 3000 DWT.
c. Rancangan standar di bidang kepelautan
1) Standar Kompetensi SDM Kepelautan;
2) Standar Pengawakan Untuk Kapal-Kapal Non Convention
(Non Convention Standard).
d. Rancangan standar di bidang kesatuan penjagaan laut dan pantai
1) Standar Pengamanan Pelabuhan Yang Terbuka Untuk
Perdagangan Luar Negeri Sesuai ISPS (International Ships
and Port Security) Code;
2) Standar Pengemasan Barang Berbahaya Melalui Laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-78
7. Studi Kriteria di Bidang Transportasi Laut, tahun 2009
Studi ini menghasilkan 5 (lima) rancangan kriteria sebagai berikut:
a. Rancangan Kriteria Daerah Yang Layak Dilayani Oleh
Pelayaran Perintis dan Penempatan Kapal Yang Sesuai;
b. Rancangan Kriteria Hirarkhi Pelabuhan Laut (Utama,
Pengumpul dan Pengumpan);
c. Rancangan Kriteria Pembentukan Pangkalan dan Kelas Penjaga
Laut dan Pantai (Sea And Coast Guard) serta kompetensi
Sumberdaya Manusianya (Human Resources);
d. Rancangan Kriteria Pembentukan dan Kelas Distrik Navigasi
dan kompetensi Sumberdaya manusianya (Human Resources);
e. Rancangan Kriteria kelas Syahbandar dan Standar Kompetensi
Sumberdaya manusianya (Human Resources);
Hasil studi adalah rancangan standar tersebut dapat disusun
menjadi 7 rancangan standar yang diajukan kepada Badan
Standardisasi Nasional untuk disyahkan sebagai Standar
Nasional Indonesia di Bidang Transportasi Laut. Tujuh (7)
rancangan standar yang dapat disusun tersebut, antara lain
sebagai berikut.
1) Sistem dan Prosedur Kedatangan dan Keberangkatan Kapal;
2) Sistem dan Prosedur Pengawasan Perijinan Memuat
Barang Di Atas Deck;
3) Sistem dan Prosedur Pendaftaran Kapal;
4) Sistem dan Prosedur Kepelautan/Penyijilan;
5) Sistem dan Prosedur Sertifikasi Keselamatan Kapal;
6) Sistem dan Prosedur Sertifikasi Pembangunan dan
Pengoperasian Pelabuhan;
7) Sistem dan Prosedur Penanganan Kecelakaan Kapal.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-79
Pelaksanaan beberapa sistem dan prosedur di bidang transportasi laut
memerlukan adanya koordinasi dan harmonisasi antar unit kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
8. Studi Standarisasi di Bidang Keselamatan Pelayaran dan
Keamanan Transportasi Laut, tahun 2010
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah tersusunnya 10 Rancangan
Standar di bidang Keselamatan dan Keamanan Bidang Transportasi
Laut.
Hasil Studi adalah 10 Rancangan Standar di bidang Keselamatan dan
Keamanan Bidang Transportasi Laut, yaitu:
a) Standar desain kapal cepat (HSC) yang disesuaikan dengan
karakteristik daerah pelayaran;
b) Standar keselamatan kapal-kapal yang beroperasi di sungai dan
danau;
c) Standar keselamatan kapal Negara;
d) Standar keselamatan kesehatan kerja (K3) di pelabuhan utama;
e) Standar pengamanan kerangka kapal;
f) Standar tatacara pengamanan fasilitas pelabuhan;
g) Standar Sarana dan Prasarana Pengamanan Pelabuhan
h) Standar sistem komunikasi pengamanan pelabuhan;
i) Standar personil (SDM) pengamanan fasilitas pelabuhan;
j) Standar Vessel Traffic Informations System (VTIS)
9. Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut, Tahun
2010
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah tersusunnya 10 (sepuluh)
rancangan penetapan kriteria di bidang transportasi laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-80
Hasil studi adalah 10 (sepuluh) rancangan kriteria di bidang
transportasi laut, yaitu :
a) Kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan;
b) Kriteria trayek tetap dan teratur dan tidak tetap dan tidak teratur;
c) Kriteria lokasi pelabuhan utama hub internasional;
d) Kriteria lokasi pelabuhan utama internasional;
e) Kriteria lokasi pelabuhan pengumpul;
f) Kriteria lokasi pelabuhan pengumpan regional;
g) Kriteria lokasi pelabuhan pengumpan lokal;
h) Kriteria pemeriksa dan penguji keselamatan dan keamanan
kapal;
i) Kriteria daerah pelayaran kapal pelayaran rakyat;
j) Kriteria SDM kepala/pimpinan otoritas pelabuhan
10. Studi Standarisasi di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Transportasi Laut, tahun 2010
Hasil yang diharapkan dari studi ini tersusunnya 10 (sepuluh)
rancangan standar di bidang di bidang lalu lintas dan angkutan laut.
Hasil studi adalah 10 (sepuluh) rancangan standar di bidang di bidang
lalu lintas dan angkutan laut, yaitu:
1) Standar Konosemen/Bill of Lading
2) Standar Perusahaan Nasional Keagenan Kapal
3) Standar Perusahaan Ship Management
4) Standar Perusahaan Perantara Jual Beli dan Sewa Kapal
5) Standar Perusahaan Bongkar Muat
6) Standar Perusahaan Depo Petikemas
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-81
7) Standar Kualitas (Kompetensi dan Training) dan Kuantitas
TKBM di Terminal Petikemas.
8) Standar Kualitas (Kompetensi dan Training) dan Kuantitas
TKBM di Terminal Konvensional.
9) Standar Kualitas (Kompetensi dan Training) dan Kuantitas
TKBM di Terminal Curah Kering.
10) Standar Kualitas (Kompetensi dan Training) dan Kuantitas
TKBM di Terminal Curah Cair.
11. Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, tahun
2010
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah tersusunnya 10 (sepuluh)
rancangan standar di bidang di bidang prasarana transportasi laut.
Hasil studi adalah 10 (sepuluh) rancangan standar di bidang di bidang
prasarana transportasi laut, yaitu
1) Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A
2) Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B
3) Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas A
4) Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas B
5) Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas C
6) Standar Rambu-Rambu di Pelabuhan
7) Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Hub Internasional
8) Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Internasional
9) Standar dermaga Curah Cair
10) Standar Dermaga Curah Kering
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-82
12. Penelitian Penyusunan Pedoman di Bidang Transportasi Laut,
tahun 2010
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah menata kembali 10
(sepuluh) pedoman di bidang transportasi laut agar menjadi suatu
pedoman yang terpadu, efektif dan efisien.
Hasil studi diantaranya adalah 10 (sepuluh) rancangan pedoman di
bidang transportasi laut, yaitu:
1) Pedoman pelayanan air kapal di pelabuhan utama hub
internasional;
2) Pedoman pelayanan air kapal di pelabuhan utama internasional;
3) Pedoman pelayanan air kapal di pelabuhan pengumpul;
4) Pedoman pelayanan air kapal di pelabuhan pengumpan regional;
5) Pedoman pelayanan air kapal di pelabuhan pengumpan lokal;
6) Pedoman pelayanan penumpang di pelabuhan utama hub
internasional;
7) Pedoman pelayanan penumpang di pelabuhan utama internasional;
8) Pedoman pelayanan penumpang di pelabuhan pengumpul;
9) Pedoman pelayanan penumpang di pelabuhan pengumpan regional;
10) Pedoman pelayanan pelayanan penumpang di pelabuhan
pengumpan lokal.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam studi kebutuhan norma, standar, pedoman, dan kriteria dibutuhkan
analisis yang didasarkan cara-cara berfikir sistematis yuridis, sebagaimana
yang dikemukakan JH Merryman :
“Explanation ..... is the real thing, and explanation is serious work.
However, explanation calls for empirical information. If the explainer finds
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-83
the kind of information he needs already assembled, he is unsually lucky. If
it is not availaible he will try get somebody else to get it for him. In
extremis, driven by the lust to explain he will go gather the date himself”.
Sehingga dalam penelitian ini metode yang dipergunakan, untuk lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Diagnostic research atau perscriptive research, yaitu penelitian untuk
mengidentifikasi aspek-aspek transportasi laut yang perlu dibuatkan
norma, standar, pedoman, kriteria, dan sispro, sehingga dapat
memperlancar penyelenggaraan transportasi laut;
2. Descriptive research, yaitu penelitian yang menganalisis data-data
yang dikumpulkan, serta melaporkannya dengan analisis secara legalitas
dan dijadikan untuk informasi baru, dalam merumuskan kebutuhan norma,
standar, pedoman, kriteria dan sispro di bidang transportasi laut.
Kebutuhan dalam menganalisis dan mengevaluasi atas permasahan pokok
dalam studi ini, maka perlu pengumpulan data sebagai berikut:
1. Pengumpulan data primer meliputi bahan hukum yang mengikat dapat
berupa peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak
dikodifikasi (hukum kebiasaan), yurisprudensi dan fakta lain;
2. Pengumpulan data sekunder meliputi data-data dari sumber terkait,
yaitu kepustakaan, hasil standarisasi BSN bidang transportasi laut dan
law reform organization.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Studi Literatur /
Riset Pustaka. Dalam aktifitas ini yang sering kali digunakan adalah metode
content analysis, sebagaimana yang dikemukanan Soerjono Soekanto
dalam bukunya sebagai:
“...any technique for making inferences by objectively and systematically
identifying specifed characteristics of massages”.
Proses analisis dan evaluasi, dilakukan secara komprehensif melalui
pendekatan deskriptif dan pendekatan statistik. Pendekatan deskriptif
digunakan untuk mengetahui aspek-aspek transportasi laut yang
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-84
memerlukan norma, standar, pedoman, kriteria dan sispro. Sedangkan
pendekatan statistik digunakan untuk menentukan skala prioritas kebutuhan
norma, standar, pedoman, kriteria dan sispro bidang transportasi laut.
Dalam melaksanakan rencana penelitian dan untuk lebih mempermudah
memecahkan persoalan yang dihadapi, maka perlu diuraikan terlebih dahulu
cara-cara yang diperlukan untuk pemecahan masalah tersebut. Metodologi
yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan suatu pendekatan, agar
masalah yang dihadapi dapat diselesaikan sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian.
Proses penyelesaian masalah, diawali dari identifikasi aspek aspek yang
akan dibuatkan norma, pedoman, standar, kriteria dan sispro. Aspek-aspek
tersebut didapatkan diantaranya dari TUPOKSI dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut,TUPOKSI dari Syahbandar, Otorita Pelabuhan serta
peraturan-peraturan yang berlaku. Selanjutnya, berdasarkan aspek tersebut,
disusun desain kuesioner untuk mengetahui kebutuhan norma, pedoman,
standar, kriteria dan sispro bidang transportasi laut. Berdasarkan aspek
tersebut, dipilah dan ditentukan prioritas aspek transportasi laut yang
memerlukan norma, standar, pedoman, dan kriteria. Dari hasil pengumpulan
data opini responden mengenai norma, standar, pedoman, kriteria, maka
disusun skala prioritas mana yang perlu segera disusun. Hasil akhir dari
proses analisis dan evaluasi, adalah rekomendasi daftar kebutuhan norma,
standar, pedoman, kriteria, dan sispro bidang transportasi laut dalam upaya
penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa data yang terbagi menjadi
kategori data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi daftar
produk sertifikasi nasional bidang transportasi laut. Data primer berkaitan
dengan opini pengguna dan penyedia jasa terhadap kebutuhan norma,
standar, pedoman, kriteria dan sispro di bidang transportasi laut.
Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran
PT. INAME UTAMA II-85
A.
Gambar 2.1 : Alur Pikir Studi
Tah
ap P
ers
iapa
n T
ahap
Ana
lisis
T
ahap
PENYUSUNAN
DESAIN KUESIONER
PENYELENGGARAAN
TRANSPORTASI LAUT NASIONAL
IDENTIFIKASI ASPEK
ANGKUTAN LAUT
IDENTIFIKASI ASPEK
KEPELABUHANAN
PEMILAHAN ASPEK YANG BELUM DIBUATKAN NSPK
PENENTUAN KEBUTUHAN NSPK
PENYUSUNAN DAFTAR KEBUTUHAN NORMA, STANDAR,
PEDOMAN, KRITERIA BERDASAR PRIORITAS
REKOMENDASI
IDENTIFIKASI ASPEK
KESELAMATAN PELAYARAN