bab ii term yang bermakna istri dalam al-qur’andigilib.uinsby.ac.id/908/5/bab 2.pdf · dalam...
TRANSCRIPT
21
BAB II
TERM YANG BERMAKNA ISTRI DALAM AL-QUR’AN
A. Redaksional al-Qur’an
Al-Qur’an turun dengan menggunakan bahasa Arab
sebagaimana diungkapkan oleh al-Qur’an sendiri dengan dua
ungkapan, yaitu enam kali disebut dengan ungkapan قرانا عربیا (al-Qur’an
diturunkan dengan Bahasa Arab), dan tiga kali dengan ungkapan لسانا عربیا (berbahasa Arab).2 Dalam QS.Yusuf/12:2 dikatakan:
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.1
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab karena bahasa tersebut
merupakan bahasa yang dipergunakan masyarakat dimana Nabi Muhammad
Saw. sebagai penerima wahyu berada, karena seorang rasul harus bisa
menjelaskan misinya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kaumnya.
Alasan ini disebut dalam al-Qur’an surat Ibra>hi>m:14:4:
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
1 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 348.
22
mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.2
Salah satu keistimewaan bahasa Arab adalah ungkapan ungkapannya
yang singkat, tetapi padat, kaya dengan isi-isi dan makna yang dalam. Sejalan
dengan kata ǡȀȝ yang berarti berubah, kalimat-kalimat bahasa Arab sangat
kaya dengan kata bentukan. Dari satu kosa kata dapat dirubah menjadi kata
bentukan yang sangat banyak, yang masing-masing mempunyai makna dan
pesan khas. Misalnya kata ȔȆȩ, apabila mengikuti bentuk thula>tsi>
mujarrad, maka isim fa>’il-nya (ȔȅǠȩ) mengandung arti al-ju>r (kelaliman,
ketidak adilan), tetapi jika diubah menjadi fi’il thula>thi> mazi ruba>’i> yang
mengikuti wazan ȰȞȥǟ , isim fa>’il-nya (ȔȆȪȵ), maka mengandung arti al-
‘adl (keadilan).3
Setelah bahasa Arab digunakan sebagai bahasa kitab suci al-Qur’an,
maka bahasa tersebut meningkat derajatnya, baik dari segi kualitas maupun
dari segi popularitasnya. Adanya keharusan membaca kitab suci al-Qur’an
dalam ibadah shalat dan daya tarik tilawah serta ajaran-ajaran agama yang
terkandung di dalamnya, mendorong kaum muslimin, baik yang awam
maupun para ulama untuk mempelajari bahasa Arab. Jika orang awam
berkepentingan dengan bahasa Arab itu untuk urusan ibadah/ritual, maka para
ulama atau ahli bahasa Arab, terpanggil untuk menyusun kaidah-kaidah 2 Ibid, 379. 3 Contoh lain dapat dilihat, Badr al-Din ‘Abdullah al-Zarkasyi, al-Burha>n fî ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Isa al-Babi al-Halabi, 1957) jilid I, 297-298
23
kebahasaan agar masyarakat yang tidak mampu berbahasa Arab, mudah
mempelajari dan memahami bahasa kitab suci itu. Maka dari situ lahirlah ilmu-
ilmu nahwu (tata bahasa Arab), sharf (morfologi), bala>ghah (stilistika) dan
sebagainya, yang sangat erat hubungannya dengan kedudukan kitab suci al-
Qur’an itu dimata kaum muslimin. Ilmu-ilmu tersebut di samping memelihara
kemurniaan bahasa Arab dari pengaruh luar, juga mempermudah memahami al-
Qur’an.8
Asimilasi kultural antara kebudayaan Arab dengan budaya non Arab
ketika wilayah Islam merambah keluar dunia Arab, menimbulkan
kekhawatiran di kalangan ahli-ahli bahasa Arab, bahwa bahasa kitab suci itu
dapat tercemar kemurniaannya. Hal itulah yang mendorong mereka untuk
menyusun ilmu-ilmu kebahasaan yang berkaitan dengan bahasa Arab.9
Al-Qur’an bukan hanya sekedar menggunakan bahasa Arab, tetapi
bahkan juga memperkayanya. Hal ini terbukti dengan adanya gaya dan
struktur bahasa al-Qur’an yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa arab. Dengan demikian meskipun disebut menggunakan bahasa
Arab, al-Qur’an tetap memiliki ciri khas tersendiri dalam ungkapan-
ungkapannya, meskipun secara umum masih tetap sejalan dengan kaidah
bahasa arab. Susunan dan gaya bahasa yang khas itu antara lain
menjadikan al-Qur’an memiliki keunikan, dan keunikan itu merupakan
kemukjizatan yang tidak tertandingi.
24
Dalam Surat al-Baqarah ayat 23 Allah swt. menjelaskan tentang
kemu’jizatan al-Qur’an dari sisi kebahasaannya yang berbunyi;
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.4
Secara implisit ayat di atas menegaskan tentang ketidakmampuan
manusia dan jin untuk menandingi kebesaran al-Qur’an bukan hanya dari
sudut bahasa.
Meskipun kaidah bahasa Arab sangat besar peranannya dalam upaya
pemahaman Qur’an, tetapi dalam kenyataan banyak ayat al-Qur’an yang sulit
dipahami secara utuh, bila hanya mengandalkan kaidah bahasa saja.
Untuk itu diperlukan kaidah-kaidah yang lain yang khusus menyangkut al-
Qur’an. Para ulama setelah mengkaji dan menelaah ungkapan-ungkapan yang
digunakan al-Qur’an berhasil menyusun dan memformulasikan kaidah-kaidah
tafsir seperti yang dikenal dengan istilah ƘȆȦǪȱǟ Ǽȝǟɀȩ yang dapat ditemui
secara berserakan dalam kitab-kitab tafsir ataupun dalam kitab-kitab Ulu>m al-
Qur’an dan sampai sekarang pun kaidah-kaidah tafsir itu masih terus
berkembang secara komulatif. Untuk itu sejalan dengan kebutuhan dalam
4 Ibid, 23.
25
mengkaji ayat-ayat dan ungkapan al-Qur’an yang berhubungan dengan istri,
baik kaidah bahasa maupun kaidah tafsir keduanya diperlukan.
B. Pengertian Istri dan Term-Term Yang Menunjuk Makna Istri
1. Pengertian Istri.
Istri merupakan satu kata bahasa Indonesia yang memiliki arti kawan
hidup, wanita yang dinikahi.5 Istri dalam kamus bahasa Arab diterjemahkan
dengan kata al-Zaujah, al-Qari>nah6 dan imraah.7 Kata al-Zaujah atau al-
Qari>nah di sepadankan dalam bahasa Inggris dengan wife, spouse, mate,
consort, sedangkan kata imraah disepadankan dengan woman, wife. 8
Berdasarkan dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengertian istri adalah perempuan (teman hidup) yang sudah dinikah.
2. Term-Term Yang Menunjuk Kepada Makna Istri
a. Term Imraah
Sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan bahwa kata istri
dilambangkan dalam al-Qur’an dengan kata imraah dan al-Zawj. Kata
imraah yang menunujuk pada makna istri disebutkan dalam al-Qur’an
disebutkan sebanyak 20 kali dalam 19 ayat dan terdapat dalam 12 surat,
yaitu: Q.S. Ali> ‘Imra>n:3:35, Q.S. al-‘A’ra>f:7:83, Q.S. Hu>d:11: 40, 71, 81, ,
Q.S. Yu>suf:12:21, 30, 51, Q.S. al-H}ijr:15:60, Q.S. Maryam:19:5, 8, Q.S. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Taurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (t.t. Pusat Bahasa, 2008), 208. Lihat juga Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (t.t. Pusat Bahasa, 2008), 556. 6 A.W. Munawwir, Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir..., 344. 7 Ibid, 1322. 8 Rohi Baalbaki, al-Maurid Qa>mus ‘Arabic English, ( Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayin, 1995), 169 dan 612.
26
al-Naml:27:57, Q.S. al-Qas}as}:28:9, Q.S. al-‘Ankabu>t:29:32,33, al-
Z}a>riya>t:51:29, Q.S. al-Tah}ri>m:66:10, 11, Q.S. al-Lahab:111:4.
Adapun ayat-ayat yang mencantumkan kata imraah dengan
konotasi makna istri sebagaimana tersebut di atas adalah:
1) Q.,S. Ali ‘Imra>n:3:35:
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".9
2) Q.S. al-‘A’ra>f:7:83, yaitu:
83. kemudian Kami selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).10
3) Q.S. Hu>d:11: 40, 71, 81 , yaitu:
9 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 81. 10 Ibid, 235.
27
40. hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.11
71. dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu Dia tersenyum, Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.12
...
81. Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, Sesungguhnya Kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu Pergilah dengan membawa keluarga dan Pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya Dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka...13
4) Q.S. Yu>suf:12: 21, 30, 51, yaitu:
...
21. dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh Jadi Dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut Dia sebagai anak." ...14
11 Ibid, 333. 12 Ibid, 338. 13 Ibid, 339. 14 Ibid, 351.
28
30. dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata."15
...
...Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang benar."16
5) Q.S. al-H}ijr:15:60, yaitu:
60. kecuali istrinya. Kami telah menentukan, bahwa Sesungguhnya ia itu Termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya)".17
6) Q.S. Maryam:19:5, 8, yaitu:
5. dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera.18
15 Ibid, 352. 16 Ibid, 356. 17 Ibid, 396. 18 Ibid, 462.
29
8. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, Padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".19
7) Q.S. al-Naml:27:57, yaitu:
Maka Kami selamatkan Dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).20
8) Q.S. al-Qas}as}:28:9:
Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.21
9) Q.S. al-‘Ankabu>t:29:32, 33, yaitu:
19 Ibid, 463. 20 Ibid, 600. 21 Ibid, 610.
30
32. berkata Ibrahim: "Sesungguhnya di kota itu ada Luth". Para Malaikat berkata: "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dia adalah Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).22
...
...Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali isterimu, Dia adalah Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)".23
10) Q.S. al-Z}a>riya>t:51:29, yaitu:
29. kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul".24
11) Q.S. al-Tah}ri>m:66: 10, 11, yaitu:
...
10. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir...25
22 Ibid, 633. 23 Ibid. 24 Ibid, 860. 25 Ibid, 952.
31
11. dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.26
12) Q.S. al-Lahab:111:4
4. dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.27
b. Term al-Nisa>’
Kata al-nisa> adalah bentuk isim jama’ (kata benda yang
menunjukkan arti banyak) dari kata imraah yang berarti perempuan
yang sudang matang atau dewasa28, berbeda dengan kata ɂǮȹɍǟ yang
berarti jenis kelamin perempuan secara umum, dari yang masih bayi
sampai yang sudah usia lanjut. Kata al-nisa>’ berarti jender perempuan,
padanannya dalam bahasa Inggris ialah woman (bentuk jamaknya
women). Kata ini selain berarti jender perempuan juga berarti istri
(ǯȿȂȱǟ).29 Kata al-nisa>’ dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 59
kali dalam al-Qur’an dengan beberapa konotasi makna, sedangkan kata
al-nisa>’ yang menunjukkan arti istri disebutkan sebanyak 15 kali dalam
14 ayat dan di dalam 5 surat, yaitu: Q.S. al-Baqarah:2:187, 223, 226, 26 Ibid. 27 Ibid, 1116. 28 Ahmad Mukhta>r Umar, Al-Mu’jam al-Mausu>’i> li al-Fa>dz al-Qur’an al-Kari>m wa Qira>atih, Riyad: Muassasah sut}u>r al-Ma’rifah, 2002), 419 29 Rohi Baalbaki, al-Maurid Qa>mus ‘Arabic English, 1070-1071.
32
231, 232, 236, Q.S. ‘Ali ‘Imra>n:3:61, Q.S. al-nisa>’:4:15, 23, 129, Q.S.
al-Ah}za>b:33:30, 32, 59, Q.S. al-Muja>dilah:58:2, 3.
a) Q.S. al-Baqarah:2:187, 223, 226, 231, 232 dan 236, yaitu:
...
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu...30
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.31
226. kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.32
...
30 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 44. 31 Ibid, 54. 32 Ibid, 55.
33
231. apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula)...33
...
232. apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf...34
...
236. tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya...35
b) Q.S. ‘Ali ‘Imra>n:3:61, yaitu:
61. siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu;
33 Ibid, 56. 34 Ibid. 35 Ibid, 58.
34
kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.36
c) Q.S. al-nisa>’:4: 23, 129, yaitu:
...
23. diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua)...37
...
129. dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung...38
d) Q.S. al-Ah}za>b:33:30, 32 dan 59, yaitu:
36 Ibid, 85. 37 Ibid, 120. 38 Ibid, 143.
35
30. Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.39
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik.40
59. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.41
e) Q.S. al-Muja>dilah:58:2 dan 3, yaitu:
2. orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita
39 Ibid, 671. 40 Ibid, 672. 41 Ibid, 678.
36
yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.42
3. orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.43
Kata al-nisa’ dalam contoh ayat-ayat di atas menunjuk pada
konotasi makna isteri-isteri, sebagaimana kata al-mar’ah yang
merupakan bentuk mufrad dari kata al-nisa>’.
c. Term al-Zawj
Kata al-zawj berasal dari kata za>ja-yazu>ju-zawjan/ǠDZȿȁ ǯȿȂɅ ǯǟȁ,
secara etimologi berarti menaburkan, menghasut.44Semula penggunaan
kata al-zawj diperuntukkan kelompok atau macam segala sesuatu, dua
perkara yang berpasangan baik dari dua perkara yang sama atau dari
sesuatu yang berlawanan, sehingga ketika diucapkan zawj al-mar’ah
berarti suami, dan ketika diucapkan zawj al-rajl berarti istri. Kata zawj
semula selalu diucapkan dalam bentuk muz}akkar baik yang diartikan
sebagai istri ataupun suami.45
42 Ibid, 908. 43 Ibid, 909. 44 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir..., 630. 45Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, t.tp.), 1885.
37
Dalam al-Qur’an kata al-zawj terulang sebanyak 83 dalam berbagai
bentuknya.46Sebagaimana yang ditulis oleh Sulaiman bin S}a>lih al-
Qar’a>wi> mengutip dari Muqa>til bahwa al-zawj mempunyai 3
kemungkinan makna, yaitu al-h}ala>il (istri), al-as}na>f (kelompok), al-
Qari>n (pasangan).47 Sedangkan Nasaruddin Umar mengidentifikasik
makna kata-kata al-zawj dengan 5 konotasi makna, yaitu: pertama,
pasangan genetik jenis manusia, seperti Q.S. al-nisa>’:4:1, kedua,
pasangan genetis dalam dunia fauna (binatang), seperti Q.S. al-
Syu>ra>:42:11, ketiga, pasangan genetis dalam dunia flora (tumbuh-
tumbuhan), seperti Q.S. Qa>f:50:7, keempat, pasangan dalam arti istri,
seperti Q.S. al-Ah}za>b:33:37, kelima, pasangan dari segala sesuatu yang
berpasang-pasangan, seperti Q.S. al-Dza>riyat:51:49:48
Berdasarkan dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kata
al-zawj apabila konteks kalimatnya berhubungan dengan tumbuh-
tumbuhan maka kata al-zawj mempunyai makna kelompok (al-as}na>f)
atau pasangan genetis dalam dunia flora. Apabila berhubungan dengan
hewan mempunyai makna pasangan (al-Qari>n) atau pasangan genetis
dalam dunia fauna, dan apabila berhubungan dengan manusia terdapat
dua kemungkinan makna, yaitu istri dan pasangan atau jodoh.
Adapun term al-zawj yang mempunyai konotasi makna istri
disebutkan dengan 2 bentuk, mufrad dan jama’. Term al-zawj dengan
46 Muh}ammad Fua>d ‘Abd al-Ba>qi}, al-Mu’jam al-Mufahras..., 334. 47Sulaima>n bin S}a>lih al-Qar’a>wi>, al-Wuju>h wa al-Nadla>ir fi al-Qur’an al-Kari<m, (Riyadl:Maktabah al-Rushd li al-Nas}r wa al-Tauzi>’, 1407 H.), 351. 48 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan...,174-176.
38
bentuk mufrad disebutkan sebanyak 13 kali dalam 12 ayat dan berada di
dalam 8 surat, yaitu: Q.S. al-Baqarah:2:35, 102, 230, Q.S. al-nisa>’:4:1,
20, Q.S. al-‘A’ra>f:7:19, 189, Q.S. T>{a>ha>:20:117, Q.S. al-Anbiya>’:21:90,
Q.S. al-Ah}za>b:33:37, Q.S. al-Zumr:39:6, Q.S. al-Muja>dilah:58:1.
Sedangkan yang berbentuk jama’ disebutkan sebanyak 38 kali
dalam 34 ayat yang berada di dalam 20 surat, yaitu: Q.S. al-
Baqarah:2:25, 232, 234, 240, Q.S. Ali> ‘Imra>n:3:15, Q.S. al-nisa>’:4:12,
57, Q.S. al-Taubah:9:24, Q.S. al-Ra’d:13:23, 38, Q.S. al-H}ijr:15:88,
Q.S. al-Nah}l:16:72, Q.S. al-Mu’minu>n:23:6, Q.S. al-Nu>r:24:6, Q.S. al-
Furqa>n:25:74, Q.S. al-Shu’ara>:26:166, Q.S. al-Ru>m:30:21, Q.S. al-
Ah{za>b:33:4, 6, 28, 37, 50, 52, 53, 59, Q.S. Ya>si>n:36:56,
Q.S.Gha>fir:40:8, Q.S. al-Zuh}ruf:43:70, al-Mumtahinah}:60:11, Q.S. al-
Tagha>bun:64:14, Q.S. al-Tah}ri>m:66:1, 3, 5, Q.S. Q.S. al-
Ma’a>rij:70:30.49
Oleh dikarenakan banyaknya penyebutan term al-zawj, maka
dalam tulisan ini penulis cantumkan beberapa ayat sekiranya dapat
mewakili dari term-term yang ada, baik yang mufrad atau yang jama’.
a) Q.S. al-Baqarah:2:35, yaitu:
49 Setiap ayat yang disebutkan di atas, terdapat satu kata azwa<j, kecuali ayat 240 surat al-Baqarah, ayat 50 surat al-Ah}za>b, ayat 72 surat al-Nah}l, ayat 11 surat al-Mumtah}nah. Keempat ayat ini masing-masing menyebutkan 2 kali kata azwa>j.
39
35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.50
b) Q.S. al-nisa>’:4:1, yaitu:
...
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...51
c) Q.S. al-‘A’ra>f:7:19, 189, yaitu:
19. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang zalim."52
...
189. Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya...53
50 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 14. 51 Ibid, 114. 52 Ibid, 223. 53 Ibid, 253.
40
d) Q.S. T>{a>ha>:20:117, yaitu:
117. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.54
e) Q.S. al-Anbiya>’:21:90
90. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung...55
f) Q.S. al-Ah}za>b:33:37, yaitu:
...
37. dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya:"Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti...56
54 Ibid, 490. 55 Ibid, 506. 56 Ibid, 673.
41
g) Q.S. al-Zumr:39:6, yaitu:
...
6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak...57
h) Q.S. al-Baqarah:2:25, Q.S. Ali> ‘Imra>n:3:15, yaitu:
...
...dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.58
...
...untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.59
i) Q.S. al-nisa>’:4:57, Q.S. al-Ra’d:13:38, yaitu:
...
...mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.60
57 Ibid, 746. 58 Ibid, 12. 59 Ibid, 77. 60 Ibid, 124.
42
...
38. dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan...61
j) Q.S. al-H}ijr:15:88, Q.S. al-Nah}l:16:72, yaitu:
88. janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.62
...
72. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik...63
k) Q.S. al-Ru>m:30:21, Q.S. al-Ah{za>b:33:59, yaitu:
61 Ibid, 375. 62 Ibid, 398. 63 Ibid, 472.
43
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.64
...
59. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya] ke seluruh tubuh mereka"...65
l) Q.S. Ya>si>n:36:56, Q.S. Gha>fir/al-Mukmin:40:8, Q.S. al-Zuh}ruf:43:70,
yaitu:
56. mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.66
8. Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.67
64 Ibid, 644. 65 Ibid, 678. 66 Ibid, 712. 67 Ibid, 760.
44
70. masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan".68
m) al-Mumtah}inah:60:11, Q.S. al-Tagha>bun:64:14, yaitu:
...
11. dan jika seseorang dari isteri-isterimu lari kepada orang-orang kafir, lalu kamu mengalahkan mereka maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari isterinya itu mahar sebanyak yang telah mereka bayar...69
...
14. Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka...70
C. Tinjauan Kaidah-Kaidah Tafsir Terhadap Term Imraah dan al-Zawj
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa kata imraah dalam al-
Qur’an tidak hanya diungkapkan dengan bentuk mufrad saja, tetapi ada yang
diungkapkan dengan bentuk tathniah dan jama’. Selain itu, kata imraah ada
68 Ibid, 803. 69 Ibid, 925. 70 Ibid, 942.
45
yang diungkapkan dengan bentuk nakirah dan ada juga yang diungkapkan
dengan bentuk ma’rifat. Pengungkapan dengan beraneka bentuk ini tentunya
akan berpengaruh terhadap makna yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut.
Untuk itu diperlukan kajian tentang kaidah al-ifra>d wa al-jam’ dan kaidah al-
ta’ri>f wa al-tanki>r dalam memahami ayat atau term-term yang bersangkutan,
dalam konteks ini adalah term imraah dan al-zawj.
Manna’ al-Qat}t{a>n mengatakan bahwa sebagian lafaz} al-Qur’an
dimufradkan untuk suatu makna tertentu dan dijamakkan untuk sesuatu yang
khusus, untuk maksud diutamakannya jamak atau sebaliknya. Oleh karena itu
dalam al-Qur’an sering dijumpai sebagian lafaz} yang hanya dalam bentuk
jamaknya dan ketika diperlukan bentuk mufradnya maka yang digunakan
adalah kata sinonimnya (mura>dif)-nya. Misalnya kata “al-lubb” (ǢȲȱǟ) yang
selalu disebutkan dalam bentuk jamak (alba>b) seperti yang terdapat pada
ayat: njǡǠŁǤǐȱLjǠǐȱǟ ƂȿNJǠŇȱ ɁŁȀǐȭŇǾLjȱ ŁȬŇȱǟLjǽ ɄŇȥ ŕȷŇǟ ( al-Zumar:39:21). Kata ini tidak pernah
digunakan dalam bentuk mufradnya, namun mura>difnya disebutkan, yaitu
lafaz} “al-Qalb” (ǢȲȪȱǟ) seperti yang terdapat pada surat Qa>f ayat 37 yang
berbunyi LjȷǠLjȭ ŅǢǐȲLjȩ łȼLjȱ ȸŁȶŇȱ ɁŁȀǐȭŇǾLjȱ ŁȬŇȱǟLjǽ ɄŇȥ ŕȷŇǟ.71 Selain kaidah al-ifra>d wa al-jam’, dalam Ulu<m al-Qur’an terdapat
juga kaidah al-ta’ri>f wa al-tanki>r. Penggunaan kalimat dengan bentuk isim
nakirah itu mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah menunjukkan
71 Manna>’ Qat}t{a>n, Maba>h}ith fi ‘Ulu>m al-Qur’an, (t.t. Manshu>ra>t al-‘Ashr al-H}adi>th:19730), 202.
46
satu, menunjukkan macam-macamnya, menunjukkan satu dan sekaligus
macamnya, menunjukkan arti ta’z}i>m (membesarkan), menunjukkan arti
banyak, meremehkan, menyatakan sedikit.72 Demikian halnya dengan
penggunaan dengan isim ma’rifat juga mempunyai beberapa fungsi yang
berbeda sesuai dengan macam. Penggunaan isim ma’rifat dengan
menggunakan isim dlamir berbeda fungsinya dengan menggunakan
‘alamiyah. Penggunaan dengan isim isha>rah berbeda pula fungsinya dengan
menggunakan isim maus}u>l dan seterusnya. 73Demikian juga hanya dengan
kaidah ‘a>m. Kha>s}, mutlaq dan muqayyad, dan lain-lainnya juga sangat
diperlukan dalam menganalisa interpretasi dari ayat-ayat tersebut.
Untuk mengetahui sejauh mana interpretasi term imraah sesuai
dengan kaidah-kaidah tafsir, penulis melakukan identifikasi terhadap kata
imraah dan al-zawj beserta derivasinya yang mempunyai konotasi makna istri
agar pembahasan menjadi fokus mengarah kepada permasalahan istri.
Adapun langkah-langkah identifikasi yang dilakukan, pertama, mencermati
konteks kalimat berdasarkan penafsiran ulama atau asba>b nuzu>lnya, lalu
mengelompokkan kata-kata imraah dan al-zawj beserta derivasinya yang
mempunyai konotasi makna istri. Kedua, kata-kata imraah dan al-zawj yang
mempunyai makna istri dikelompokkan menurut nakirah dan ma’rifatnya.
Ketiga, mengelompokkan term-term itu sesuai mufrad, tathniah dan
jama’nya.
72 Ibid, 199-200. 73 Ibid, 200-201.
47
Setelah mengidentifikasi term imraah dan term al-zawj, baik yang
berbentuk mufrad, tathniah maupun jama’ dalam al-Qur’an, penulis
menemukan beberapa kesimpulan, bahwa:
1. 20 kata imraah yang mempunyai konotasi makna istri sebagaimana
disebutkan di atas, ada yang berbentuk isim yang dimudhafkan dengan
isim ma’rifat dalam bentuk dlamir dan adapula yang berupa isim yang
dimudhafkan dengan isim ma’rifat dalam bentuk isim d}amir atau isim
‘alam (nama) yaitu: Q.S. Ali> ‘Imra>n:3:35, 40, Q.S. Maryam:19:5, 8, Q.S.
Yu>suf:12:21, 30, 51, Q.S. al-Qas}as}:28:9, Q.S. al-Tah}ri>m:66:9, 10, 11, Q.S.
Hu>d:11:81, Q.S. al-‘Ankabu>t:29:32,33, Q.S. al-‘A’ra>f:7:83, Q.S. al-
H}ijr:15:60, Q.S. al-Naml:27:57, Q.S. Hu>d:11:71, Q.S. al-Z}a>riya>t:51:29,
Q.S. al-Lahab:111:4.
2. 18 kata al-Nisa>’ dengan konotasi makna istri sebagaimana disebutkan di
atas, semuanya disebutkan dengan bentuk ma’rifat yang terdiri dari isim
jama’ yang dimasuki al dan isim jama’ yang dimud}afkan pada isim d}amir
dan isim yang dimasuki al ‘ahdiyah. Adapun yang berbentuk isim jama’
yang dimasuki al terdapat pada: Q.S.al-Baqarah:2:231, 232, 236, Q.S. al-
Nisa>’:4:4, 129, Q.S. al-T}ala>q:65:1, isim jama’ yang dimud}afkan pada isim
d}amir terdapat pada: Q.S. al-Baqarah:2:223, 187, 226, Q.S. al-Nisa>’:4:15,
23, 23, Q.S. al-T}ala>q:65:4, Q.S. al-Mujadilah:57:2, 3, Q>s. Al-Nu>r:24:31,
sedangkan isim jama’ yang dimud}afkan pada isim yang dimasuki al
’ahdiyah terdapat pada:Q.S.al-Ah}za>b:33:30, 32.
48
3. Kata al-zawj yang mempunyai konotasi makna istri disebutkan dalam
bentuk mufrad sebanyak 3 kali dengan bentuk isim nakirah dalam konteks
kalimat positif, yaitu pada Q.S. al-Baqarah:2:20, 230, 9 kali dalam bentuk
isim ma’rifat, yaitu Q.S. al-Baqarah:2:35, 102, Q.S. al-‘A’ra>f:7:19, Q.S.
T>{a>ha>:20:117, Q.S. al-Ah}za>b:33:37, Q.S. al-Anbiya>’:21:90, Q.S. al-
nisa>’:4:1, Q.S. al-A’ra>f:7:189, Q. al-Zumr:396. Sedangkan bentuk jama’
disebutkan 12 kali dengan bentuk nakirah dalam konteks kalimat positif,
yaitu: Q.S. al-Baqarah:2:25, 234, 240, Q.S. Ali> ‘Imra>n:3:15, Q.S. al-
nisa>’:4:57, Q.S. al-Ra’d:13:38, Q.S. al-H}ijr:15:88, Q.S. al-Nah}l:16:72,
Q.S. al-Ru>m:30:21, Q.S. al-Ah{za>b:33:37, 52, Q.S. al-Tah}ri>m:66:5, dan
26 kali dalam bentuk isim ma’rifah karena dimud}afkan, yaitu: Q.S. al-
Baqarah:2:232, 240, Q.S. al-nisa>’:4:12, Q.S. al-Ra’d:13:23, Q.S. al-
Nah}l:17:72, Q.S. al-Mu’minu>n:23:6, Q.S. al-Nu>r:24:6, Q.S. al-
Furqa>n:25:74, Q.S. al-Shu’ara>:26:166, Q.S. al-Ah}za>b:33:4, 6, 28, 50, 50,
53, 59, Q.S. Ya>si>n:36:56, Q.S. Gha>fir:40:8, Q.S. al-Zuh}ruf:43:70, Q.S. al-
Mumtahinah}:60:11,11 Q.S.al-Tah}ri>m:66:1, 3, Q.S. al-Tagha>bun:64:14,
Q.S. al-Ma’a>rij:70:30.
Berdasarkan dari temuan data tersebut di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa:
a. Kata imraah yang dimud}afkan pada isim d}amir dan isim ‘alm (kata
benda yang menunjuk kepada sesuatu yang mempunyai nama tertentu
49
tanpa menunjuk batasan tertentu)74 adalah isim ‘alm shahkhsy.
Kesimpulan ini didasarkan atas kaidah yang menyatakan bahwa
apabila ada isim nakirah dimud}afkan kepada isim ‘alm maka lafal
tersebut derajatnya sama dengan isim ‘alm, demikian juga apabila isim
nakirah tersebut dimud}afkan kepada isim d}amir.75
Sementara isim ‘alm itu adakalanya isim ‘alm jins (kata yang
digunakan untuk menunjuk pada satu jenis dari beberapa jenis) dan
adakalanya ‘alm shakhsiy (kata yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu tertentu yang tidak mencakup lainnya).76Dengan demikian
maka yang dimasudkan imraah tersebut adalah istri orang-orang yang
telah disebutkan namanya atau disebutkan dengan kata ganti (d}amir)
yang menjadi mud}a>f ilaihnya. Adapun kata imraah tersebut adalah:
1) Q.S. A>li ‘Imra>n:3:35, 40 dan Q.S. Maryam:19:5,8.
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".77
74 Muh}ammad Muh}y al-Di>n ‘Abd al-H{ami>d, Minhat al-Jali>l, (Beirut: Da>r al-Fikr, t.tp.), Vol. I, 118. 75 Ibid, 46. 76 Muh}ammad ibn Ah}mad ibn ‘Abd al-Ba>ry al-Ahdal, al-Kawa>kib al-Durriyah, (Surabaya: Dar’al-‘Ilm, t.tp.), Vol. I, 50-51. 77 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 81.
50
Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya".78
Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera.79
Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, Padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".80
Yang dimaksudkan imraah dalam ayat-ayat di atas adalah istri orang
yang bernama ‘Imra>n, yaitu ibunya Maryam yang bernama H}annah binti
Faqu>da> yaitu ibu dari nabi ‘Isa, sedangkan yang dimaksudkan ‘Imra>n
adalah Ibn Ma>tha>n bukan ‘Imra>n orang tua dari nabi Musa.81
78 Ibid, 40. 79 Ibid, 462. 80 Ibid, 463. 81 Al-Baghawi, Ma’a<lim al-Tanzi>l fi Tafsi<r al-Qur’an, (Beirut: Da>r al-Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabiy, 1420H.), Vol. I, 431.
51
2) Q.S. Yusu>f:12:21, 30, 51.
...
Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh Jadi Dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut Dia sebagai anak...82
Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata."83
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha sempurna Allah, Kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang benar."84
82 Ibid, 351. 83 Ibid, 352. 84 Ibid, 356.
52
Yang dimaksud imraah dalam ayat-ayat tersebut adalah istri
penguasa Mesir yang disebut dengan al-‘Azi>z,85dengan nama asli Qit}fi>r
bin Ruhaib86 atau Fu>t}i>fa>r (ǿǠȦɆȕɀȥ)87seorang menteri bidang keuangan.
Sedangkan nama istri al-‘Aziz tersebut adalah Zali>kha> atau Zulaikha>.
3) Q.S. al-Qas}as:28:9, Q.S. al-Tah}ri>m:66: 11.
Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.88
Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.89
85 Al-‘Azi>z adalah sebutan bagi raja di Mesir. Lihat, Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 352. 86 Wahbah bin Mus}t}afa> bin al-Zuhaili>, al-Tafsi>r al-Muni>r fi al-‘Aqi>dah wa al-Shari>ah wa al-Manhaj, (Damaskus, Da>r al-Fikr al-Mu’a>s}ir, 1418 H.), Vol. XII, 234. Lihat, al-Qurt}u>bi>, al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’an, (Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyah, 1964), Vol. IX, 158. 87 Ibn ‘A>shu>r, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, (Tunisia, al-Da>r al-Tunisiah li al-Ashr, 1984), Vol. XII, 245. 88 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 610. 89 Ibid, 952.
53
Yang dimaksud dengan istri Fir’aun disini adalah Asiyah binti
Muza>h}im. Ketika melihat ada sebuah peti mengapung di atas laut, maka ia
meminta Fir’aun untuk mengambilnya. Setelah membuka peti dan ternyata
berisi seorang bayi laki-laki yang tampan, maka akhirnya Asiyah merasa
kasihan dan meminta kepada Fir’aun agar bayi laki-laki tersebut tidak
dibunuh dan supaya dijadikan sebagai anak.90
Para mufassir mengatakan bahwa ketika Fir’aun dikalahkan Mu>sa>,
istrinya itu beriman dan ketika Fir’aun mengetahui perihal keimanan
istrinya, maka kedua tangan dan kaki istrinya itu dipasak dengan 4 pasak
dan dijemur dalam terik panas matahari.91
4) Q.S. al-Tah}ri>m:66:10, 11.
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".92
90 Shams al-Di>n al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’an, (Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyyah, 1964), Vol. 13, 253. 91 Al-Bagha>wi>, Ma’a>lim al-Tanzi>l, Vol. V, 123. 92 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 952.
54
Imraah yang dimaksud dari kata imraat Nu>h} itu adalah istri nabi
Nuh} yang bernama Wa>lihah, sedangkan imraat Lu>t} itu adalah istri nabi
Lu>t{ yang bernama Wa>li’ah.93
5) Q.S. Hu>d:11:81, Q.S. al-‘Ankabu>t:29:32, 33, Q.S. al-‘A’ra>f:7:83, Q.S.
al-H}ijr:15:60, Q.S. al-Naml:27:57.
...
81. Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, Sesungguhnya Kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu Pergilah dengan membawa keluarga dan Pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya Dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka...94
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, Sesungguhnya Kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu Pergilah dengan membawa keluarga dan Pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya Dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; Bukankah subuh itu sudah dekat?".95
93 Al-Qurt}u>bi>, al-Ja>mi’ , Vol. XVIII, 201. Lihat, al-Baghawi>, Ma’a>lim al-Tanzi>l, Vol. V, 123. 94 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 339. 95 Ibid, 339.
55
Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya di kota itu ada Luth". Para Malaikat berkata: "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dia adalah Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).96
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, Dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata: "Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali isterimu, Dia adalah Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)".97
Kemudian Kami selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).98
Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, Kecuali istrinya. Kami telah
96 Ibid, 663. 97 Ibid, 663. 98 Ibid, 235.
56
menentukan, bahwa Sesungguhnya ia itu Termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya)".99
Maka Kami selamatkan Dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).100
Imraah yang dimaksudkan dari ayat-ayat tersebut di atas adalah istri
nabi Lu>t} sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
6) Q.S. Hu>d:11:71, Q.S. al-Z}a>riya>t:51:29.
71. dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu Dia tersenyum, Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.101
29. kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul".102
Yang dimaksudkan imraah dalam ayat di atas adalah istri nabi
Ibrahim yang bernama S>arah binti Ha>ran bin Na>h}u>r bin Sa>ru>j bin Ra’w
bin Fa>ligh.103
99 Ibid, 396. 100 Ibid, 600. 101 Ibid, 338. 102 Ibid, 860. 103 Al-T}abari>, Ja<mi’ al-Baya>n fi Ta’wi>l al-Qur’a>n, (Kairo: Muassasah al-Risa>lah: 2000) Vol. XV, 389.
57
7) Q.S. al-Lahab:111:4.
4. dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.104
Imraah yang dimaksud dalam ayat ini adalah istri Abu> Lahab yang
bernama Ummu jami>l. Nama aslinya adalah Arwa> binti H}arb bin
Umayyah.105
b. Kata al-nisa>’ yang disebutkan dengan bentuk ma’rifat dan terdiri dari
isim jama’ yang dimasuki al termasuk bagian dari isim yang
menunjukkan makna ‘a>mm106. Kesimpulan tersebut didasarkan atas
kaidah tafsir yang menyatakan bahwa apabila ada lafaz-lafaz yang
dima’rifatkan dengan al yang bukan al ‘ahdiyah, maka lafaz tersebut
menunjukkan makna ‘a>mm.107Dengan demikian maka yang
dimaksudkan dari kata al-nisa>’ adalah setiap istri tanpa ada batasan
tertentu. Demikian halnya dengan kata al-nisa>’ yang dimud}afkan,
baik pada isim d}amir atau isim yang dimasuki al ‘ahdiyah juga
menunjukkan makna ‘a>mm. Sedangkan disebutkannya kata al-nisa’
dengan bentuk jama’ berfungsi sebagai muqa>balat al-jam’i bi al-jam’i
104 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1116. 105 Ibn ‘A>shu>r. Al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, (Tunisia: al-Da>r al-Tuni>siyah li al-Nashr, 1984), Vol. XXX, 605. 106 ‘A>mm adalah lafaz yang menghabiskan atau mencakup segala apa yang layak baginya tanpa ada batasan. Lihat, Manna’ al-Qat}t}a>n, Maba>hith, 223, Kha>lid bin Uthma>n al-Sabt, Qawa>’id al-Tafsi>r Jam’an wa Dira>satuh, (t.t. Da>r ibn ‘Affa>n, t.tp.), Vol. II, 543. 107 Manna’ al-Qat}t}a>n, Maba>hith, 221. Kha>lid ‘Abd al-Rahma>n, Us}u>l al-Tafsi>r wa Qawa>’iduh, (Beirut: Da>r al-Nafa>is, 1986), 381., Kha>lid bin Uthma>n al-Sabt, Qawa>’id al-Tafsi>r, 556.
58
(mengimbangi lawan bicara yang banyak dengan jama’).108Dengan
kata lain, dikarenakan pembicaraan ditujukan kepada orang banyak,
maka kondisi yang demikian itu menuntut juga untuk menggunakan
kata-kata yang menunjukkan arti banyak (jama’). Adapun contoh-
contoh kata-kata al-nisa>’ tersebut diantaranya adalah:
1) Kata al-nisa>’ yang dimasuki al contohnya; Q.S. al-Baqarah:2: 231,
Q.S. al-nisa>’:4:129.
...
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu Menganiaya mereka...109
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.110
108 Al-Zarkashi, al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qura>n, (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1957), Vol. IV, 3. 109 Ibid, 56. 110 Ibid, 143.
59
Kata al-nisa>’ dalam contoh ayat-ayat di atas merupakan lafaz yang
menunjukkan arti umum karena berupa isim jama’ yang dimasuki al.111
Dengan demikian maksud daripada kata al-nisa>’ adalah semua istri tanpa
ada batasan tertentu.
2) Kata al-nisa>’ yang dimuda}fkan pada isim da}mi>r contohnya; Q.S. al-
Baqarah:2:223, 226, Q.S. al-T}ala>q’:65:4.
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.112
Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.113
111 Lafaz-lafaz yang dikatagorikan ‘a>mm adalah jama’ yang dimasuki al, jama’ yang dimud}afkan pada isim ma’rifah, isim mufrad yang dimasuki al, isim-isim mubham, isim nakirah dalam konteks konteks negatif, lafaz-lafaz yang semula sudah menunjukkan arti umum seperti kullun, jami’, sa>ir, ka>ffah dan lain sebagainya. Lihat; Muhammad bin ‘Alawi>, Qawa>’id al-Asa>siyah fi Us}u>l al-Fiqh, (Jeddah:al-Haramain,1419 H.), Abd al-Wahha>b ibn al-Subki>, Jam’u al-Jawa>mi’, (t.t. Da>r al-Ih}ya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, t.tp.), Vol. II, 408-411, Kha>lid bin ‘Uthma>n al-Sabt, Qawa>’id al-Tafsi>r, Vol.II, 550-566.Kha>lid ‘Abd al-Rama>n, Us}u>l al-Tafsi>r wa Qawa>’iduh, 381-383. 112 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 54. 113 Ibid, 55.
60
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.114
3) Kata al-nisa>’ yang dimuda}fkan pada isim yang dimasuki al
contohnya; Q.S. al-Ah}za>b:33:30,32, 59.
Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.115
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik.116
114 Ibid, 946. 115 Ibid, 671. 116 Ibid, 672.
61
Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu.117
c. Kata zawj yang disebutkan dengan bentuk mufrad dan berupa isim
nakirah dua diantaranya menunjukkan makna mut}laq dan yang satu
menunjukkan makna muqayyad, sedangkan yang berupa isim
ma’rifat karena mud}a>f pada isim d}amir adalah termasuk isim ‘alm
shakhsiy sebagaimana telah dibahas pada keterangan sebelumnya.
Adapun kata zawj yang berbentuk jama’ serta nakirah dan dalam
konteks kalimat positif mayoritas menunjukkan makna mut}laq, namun
ada 2 ayat yang menunjukkan makna ‘a>mm karena konteksnya
imtina>n118(sesuatu yang bersifat karunia) yaitu Q.S. al-Ru>m:30:21,
Q.S. al-Fa>t}ir:35:11. dan adapula yang menunjukkan makna muqayyad
karena disifati dengan sesuatu yang lain, sedangkan zawj berbentuk
jama’ yang disebutkan dalam bentuk ma’rifat karena dimud}afkan
mayoritas menunjukkan makna ‘a>mm, namun ada satu ayat yang
menunjukkan makna khusus yaitu; Q.S. al-Tah}ri>m:66:3, sebagaimana
yang akan dijelaskan dalam keterangan selanjutnya. Contoh-contoh
117 Ibid, 678. 118 Isim nakirah dalam konteks kalimat positif itu tidak dapat berlaku umum (‘a>mm), kecuali apabila nakirah tersebut dimud{afkan pada kata kullun atau berada pada konteks imtina>n (sesuatu yang bersifat karunia). Lihat; Kha>lid bin Uthma>n al-Sabt, Qawa>’id al-Tafsi>r, Vol. II, 564-565
62
kata zawj yang mempunyai konotasi makna istri baik yang mufrad
maupun jama’ adalah sebagai berikut:
1) Kata zawj mufrad dalam bentuk nakirah, Q.S. al-Nisa>’:4:20, Q.S. al-
Baqarah:2:230.
Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?119
Maksud dari ayat ini adalah menceraikan isteri yang tidak disenangi
dan kawin dengan isteri yang baru, sekalipun ia menceraikan isteri yang
lama itu bukan tujuan untuk kawin, namun meminta kembali pemberian-
pemberian itu tidak dibolehkan. Dalam ayat tersebut di atas terdapat dua
kata zawj yang masing-masing berupa isim nakirah dalam konteks positif
dengan demikian kata zawj tersebut menunjukkan makna mut}laq, sehingga
makna yang dimaksudkan adalah isteri manapun saja tanpa ada batasan.
119 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 118.
63
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.120
Kata zawj pada ayat di atas dibatasi dengan kata ghairih, sehingga
artinya adalah isteri yang lain. Dengan demikian maksud dari ayat tersebut
adalah apabila seorang suami telah mencerai isteri setelah ia mencerai dua
kali (t}ala>q ba>in), maka isteri tersebut tidak boleh dinikah kecuali isteri
tersebut telah menikah lagi dengan orang lain dan juga telah dicerai.
Menurut Ibn al-Munz}ir riwayat dari Muqa>til bahwa ayat di atas
turunnya berkenaan dengan pengaduan ‘A>ishah binti Abd al-Rah}man bin
‘Ati>k kepada Rasulullah saw. bahwa ia telah ditalak oleh suaminya yang
kedua yaitu ‘Abdurrahman bin Zubair dan akan kembali (ruju>’) kepada
suami yang pertama yaitu Rifa>’ah bin Wahb bin ‘Ati>k yang telah
menalaknya dengan t}ala>q ba>in. ‘Aishah bertanya: “’Abdurrahman bin
Zubair telah menalak saya sebelum menyetubuhi. Apakah saya
diperbolehkan kembali kepada suami yang pertama? Nabi
menjawab:”Tidak, kecuali kamu telah disetubuhi suamimu yang kedua”.121
2) Kata zawj mufrad dalam bentuk ma’rifah sebab dimud}afkan pada isim
d}amir contohnya; Q.S. al-Baqarah’:2:35, Q.S. al-Anbiya>’:21:90, Q.S.
al-A’ra>f:7:189.
120 Ibid, 56. 121 Wahbah bin Must}afa al-Zuhaili, Tafsi>r al-Muni>r, Vol.II, 333.
64
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.122
Yang dimaksud zawj dalam ayat di atas adalah istri nabi Adam yang
terkenal dengan sebutan H}awa>’. Nama ini meskipun tidak pernah
disebutkan dalam al-Qur’an, namun ada riwayat hadis yang menyebutkan
tentang nama H}awa>’ ini, bahkan nama ini juga sudah terkenal di
lingkungan orang Arab.123
...
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung...124
Kata zawj yang dimaksud dalam ayat ini adalah istri nabi Zakariya.
Menurut Ibn ‘Ashu>r istri nabi Zakariya ini bernama Ali>s}a>ba>t keturunan
nabi Harun saudara nabi Musa.125 Ali>s}a>ba>t ini merupakan perempuan
yang mandul yang tidak bisa mempunyai anak.
...
122 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 14. 123 Ibn ‘Ashu>r, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Vol. I, 429. 124 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 508. 125 Ibn ‘Ashu>r, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Vol. XVI, 67.
65
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya...126
Kata zawj yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah H}awa>’ istri
nabi Adam. Demikian juga kata zawj yang ada pada surat al-nisa>’ ayat 1
dan surat al-Zumr ayat 6.127
Kata zawj pada ayat-ayat di atas merupakan isim ‘alm shakhsy,
karena dimud}afkan pada isim d}ami>r, sehingga maknanya mengarah kepada
individu tertentu yang tidak mencakup lainnya sesuai dengan pengertian
‘alm shakhsy dalam penjelasan sebelumnya. Dengan demikian maka yang
dimasudkan zawj dalam ayat-ayat tersebut di atas adalah istri orang-orang
yang telah disebutkan namanya atau disebutkan dengan kata ganti
(d}amir) yang menjadi mud}a>f ilaihnya.
3) Kata zawj jama’ yang berbentuk nakirah dalam kalimat positif yang
menunjukkan kata mut}laq; Q.S. al-Ra’d;13:38, Q.S. al-Baqarah:2: 234
Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu).128
126 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 253. 127 Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Adz}>m, (Kairo.:Da<r al-T>}aibah, 1999), Vol. II, 206. Lihat; Ibn Jari>r al-T}abari, Ja>mi’ al-Baya>n, Vol. XIII, 304. 128 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 376.
66
Menurut al-Wa>h}idi riwayat dari al-Kilabi mengatakan bahwa orang
Yahudi pada suatu saat mencela nabi Muhammad dengan mengatakan;
“Kita tidak melihat laki-laki ini kecuali yang dipentingkan hanyalah
masalah perempuan dan nikah. Kalaupun ia nabi sebagaimana sangkaan-
Nya, niscaya ia akan senantiasa sibuk untuk mengurusi masalah kenabian
dan melalaikan wanita, maka Allah swt. menurunkan ayat 38 surat al-
Ra’d yang berbunyi ǦɅǿǽȿ ǠDZǟȿȁǟ ȴƬ ǠȺȲȞDZȿ ȬȲǤȩ ȸȵ Ɏȅǿ ǠȺȲȅǿǟ ǼȪȱȿ.129
Berangkat dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
ayat ini ialah untuk membantah ejekan terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
dari pihak musuh-musuh, karena tuduhan hanya mementingkan perempuan
dan nikah tersebut dapat merendahkan martabat kenabian.
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.130
Yang dimaksud dengan zawj dalam ayat di atas adalah isteri-isteri
orang-orang yang meninggal dunia tanpa ada batasan tertentu. 129 Wahbah al-Zuh}aili, al-Tafsi>r al-Muni>r, Vol. XIII, 180. Bandingkan; al-Wa>h}idi, Asba>b al-Nuzu>l, (al-Dima>m:Da>r al-Is}la>h, 1992), Vol. I, 274. 130 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 57.
67
Kata azwa>j dalam dua ayat tesebut di atas menunjukkan makna
mut}laq karena berupa isim nakirah yang kalimatnya positif. Dengan
demikian maksudnya adalah isteri-isteri secara mutlak tanpa adanya
penentuan. Sedangkan disebutkannya kata zawj dengan bentuk jama’
berfungsi untuk muqa>balat al-jam’i bi al-jam’i (mengimbangi lawan
bicara yang banyak dengan jama’).131Dengan kata lain, dikarenakan
pembicaraan diarahkan kepada Rasulullah saw. dan orang-orang mukmin
yang keluarganya telah meninggal, maka kata-kata yang dipakai juga
menggunakan kata-kata yang menunjukkan jama’ (para isteri).
4) Kata zawj jama’ yang berbentuk nakirah dalam kalimat positif yang
konteksnya imtina>n, diantaranya: Q.S. al-Ru>m:30:21, Q.S. al-
Nahl:16:72.
...
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang...132
...
131 Ibn ‘A>shu>r, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Vol. XIII, 103. 132 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 644.
68
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik...133
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa termasuk diantara karunia
yang paling besar adalah diciptakannya isteri manusia dari jenisnya
sendiri, sehingga dengan itu dapat terciptakan rasa kasih dan sayang.
Seandainya manusia diciptakan laki-laki semua dan perempuan-
perempuan diciptakan dari jenis jin ataupun hewan, niscaya tidak akan
tercipta kasih sayang antara suami isteri.134
Kata azwa>j dalam ayat tesebut di atas menunjukkan makna ‘a>mm
karena berupa isim nakirah yang kalimatnya positif dan dalam konteks
imtina>n (sesuatu yang bersifat karunia). Dengan demikian maksudnya
adalah semua isteri itu diciptakan dari jenis manusia dan itu merupakan
karunia yang sangat besar. Adapun disebutkannya kata zawj dengan
bentuk jama’ berfungsi untuk muqa>balat al-jam’i bi al-jam’i sebagaimana
penjelasan sebelumnya.
5) Kata zawj jama’ yang berbentuk nakirah dalam kalimat positif yang
dibatasi dengan sifat (muqayyad); Q.S. al-Baqarah:2:25, Q.S. al-
Tahri>m:66:5.
...
133 Ibid, 412. 134 Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, Vol. VI, 309.
69
...Mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.135
Kata zawj dalam ayat di atas termasuk kata muqayyad karena berupa
isim nakirah dalam konteks positif tetapi ada batasan tertentu yaitu isteri-
isteri yang suci.
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.136
Demikian pula dengan kata zawj dalam ayat di atas termasuk juga
kata muqayyad karena berupa isim nakirah dalam konteks positif tetapi
ada batasan tertentu yaitu isteri-isteri yang lebih baik.
Kata azwa>j dalam dua ayat tesebut di atas menunjukkan makna
mut}laq karena berupa isim nakirah yang kalimatnya positif. Dengan
demikian maksudnya adalah isteri-isteri para rasul tanpa adanya
penentuan. Sedangkan disebutkannya kata zawj dengan bentuk jama’
berfungsi untuk muqa>balat al-jam’i bi al-jam’i.
135 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 12. 136 Ibid, 951.
70
6) Kata zawj jama’ dalam bentuk ma’rifah sebab dimud}afkan
contohnya;Q.S. al-Ah}za>b:33:28, Q.S. al-Tah}ri>m:66:1, Q.S. al-
Tagha>bun:64:14, Q.S. al-Furqa>n:25:74, al-Tah{ri>m:66:3.
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.137
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.138
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis tentang sebab
diturunkannya ayat ini sebagai berikut:
ɂnjȺLjǭʼnǼŁǵŁȿ łǼʼnȶŁǶłȵ łȸŃǣ LJȴŇǩǠŁǵ ǠŁȺLjǭʼnǼŁǵ łǯǠʼnDzŁǵ łȸŃǣ ňǼʼnȶŁǶłȵ ǠŁȹŁȀŁǤŃǹLjǕ łȸŃǣǟ ɂnjȹŁȀŁǤŃǹLjǕ LJǰŃɅŁȀłDZ ĄǒǠLjȖŁȝ łȼʼnȹLjǕ ŁȜŇȶŁȅ ŁǼŃɆŁǤłȝ ŁȸŃǣ LJȀŃɆŁȶłȝ łȀnjǤŃǺłɅ łȼʼnȹLjǕ ŁȜŇȶŁȅ LjǦŁȊŇǝǠŁȝ łȀnjǤŃǺłǩ ƋȷLjǕ ʼnɂnjǤʼnȺȱǟ ɂȲȍ ǃǟ ȼɆȲȝ ȴȲȅȿ LjȷǠLjȭ NJǬNJȮŃȶŁɅ ŁǼŃȺŇȝ ŁǢŁȺŃɅŁȁ ŇǨŃȺnjǣ LJȈŃǶŁDZ łǡŁȀŃȊŁɆLjȥ ǠŁȽŁǼŃȺŇȝ DŽɎŁȆŁȝ ŃǨLjȱǠLjȩ łǧǐǖLjȕǟŁɀŁǪLjȥ ǠŁȹLjǕ NJǦŁȎǐȦŁǵŁȿ ƋȷLjǕ ǠŁȺŁǪʼnɅLjǕ ǠŁȵ LjȰŁǹŁǻ ǠŁȾŃɆLjȲŁȝ ŊɂnjǤʼnȺȱǟ ɂȲȍ ǃǟ ȼɆȲȝ ȴȲȅȿ ǐȰNJȪŁǪǐȲLjȥ ɂōȹnjǙ łǼnjDZLjǕ ŁȬŃȺŇȵ ŁǴɅnjǿ ŁƘŇȥǠŁȢŁȵ ŁǨǐȲLjȭLjǕ ŁƘŇȥǠŁȢŁȵ LjȰŁǹŁǼLjȥ ɂLjȲŁȝ ǠŁȶłȽǟŁǼŃǵnjǙ ŃǨLjȱǠLjȪLjȥ ŁȬŇȱLjǽ łȼLjȱ .LjȯǠLjȪLjȥ ǐȰŁǣ łǨŃǣnjȀŁȉ DŽɎŁȆŁȝ ŁǼŃȺŇȝ ŁǢŁȺŃɅŁȁ ŇǨŃȺnjǣ LJȈŃǶŁDZ ŃȸLjȱŁȿ ŁǻɀłȝLjǕ łȼLjȱ LjȯŁȂŁȺLjȥ ŁȴŇȱ łȳōȀŁǶłǩ ǠŁȵ ƋȰŁǵLjǕ łȼƋȲȱǟ ŁȬLjȱ ɂLjȱnjǙ ŇȼŇȱŃɀLjȩ ǐȷnjǙ
137 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 671. 138 Ibid, 950.
71
ǠŁǣɀłǪŁǩ LjǦŁȊŇǝǠŁȞŇȱ LjǦŁȎǐȦŁǵŁȿ ǐǽnjǙŁȿ ʼnȀŁȅLjǕ ŊɂnjǤʼnȺȱǟ ɂLjȱnjǙ njȐŃȞŁǣ ŇȼnjDZǟŁȿŃȁLjǕ ǠDŽǮɅŇǼŁǵ ŇȼŇȱŃɀLjȪŇȱ ǐȰŁǣ łǨŃǣnjȀŁȉ DŽɎŁȆŁȝ.139
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin H}a>tim telah menceritakan kepada kami H}ajjaj bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Ibn Juraij telah mengabarkan kepadaku 'At}a> bahwa dia mendengar 'Ubaid bin 'Umair mengabarkan bahwa dia mendengar 'Aisyah mengabarkan bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di rumahnya Zainab binti Jahsyi, beliau minum madu, (Aisyah) melanjutkan; Kemudian saya dan Hafshah saling berpesan, yaitu kepada siapa di antara kami yang didatangi Nabi shalla Allah 'alaihi wa sallam lebih dulu, maka ia harus mengatakan; Sesungguhnya saya mencium darimu bau maghafir (yaitu jenis buah yang manis dan berbau tidak sedap), apakah anda memakan buah Maghafir? Lalu beliau menemui salah satu dari mereka, maka salah satu dari mereka mengatakan (pesan yang telah disepakati), jawab beliau: "Tidak, akan tetapi saya meminum madu di sisi Zainab binti Jahsy, dan saya tidak akan mengulanginya lagi." Maka turunlah ayat: "Mengapa kamu mengharamkan apa yang d halalkan Allah untukmu-sampai Firman-Nya- jika kamu berdua bertaubat -yaitu Aisyah dan Hafshah- dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya suatu peristiwa." (At Tahrim: 1-3). Yaitu berkenaan dengan sabda beliau: "Tetapi saya meminum madu."
Kata-kata azwa>j dalam ayat tesebut di atas menunjukkan makna
‘a>mm karena berupa jama’ yang ma’rifah sebab dimud}afkan. Dengan
demikian maksudnya adalah semua isteri-isteri para rasul secara umum
tanpa terkecuali.
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
139 Muslim, S}ahi>h Muslim, (Beirut: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah, t.tp.), Vol. 184.
72
serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.140
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.141
Kata-kata azwa>j tersebut di atas merupakan bentuk jama’ dan
berupa ma’rifah sebab dimud}afkan. Dengan demikian maka kata azwa>j
tersebut menunjukkan makna ‘a>mm, sehingga yang dimasudkan azwa>j ini
adalah semua istri-istri secara umum tanpa terkecuali.
7) Kata zawj jama’ dalam bentuk ma’rifah sebab dimud}afkan namun
mempunyai makna khusus.
...
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan Peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan Menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah)...142
Kata azwa>j dalam ayat di atas meskipun berupa isim jama’ yang
dimud}afkan pada isim d}amir, namun dikarenakan juga menjadi mud}a>f 140 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 942. 141 Ibid, 568. 142 Ibid, 950.
73
ilaihnya lafaz ba’d}, maka menurut hemat penulis kata tersebut
menunjukkan makna khusus. Kesimpulan ini juga didasarkan atas
pernyataan Ibn ‘A>shur bahwa yang dimaksud”sebagian istri-istri disini
adalah H}afs}af binti ‘Umar bin Khat}t}a>b.143
D. Persamaan, Perbedaan dan Persoalan Terkait Term Imraah dan al-Zawj.
1. Persamaan dan Perbedaan Term Imraah dan al-Zauj
Kata persamaan yang dimaksudkan disini adalah persamaan kata atau
sinonim. Sinonim dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan bahasa
yang maknanya mirip atau sama dengan bahasa lain.144 Sinonim dalam
bahasa Arab diterjemahkan dengan al-mutara>dif yang berasal dari fi’il Ma>di}
tara>dafa dengan yang diartikan” mempunyai arti sama, sama” . 145
Dalam literatur Ulu>m al-Qur’an terdapat beberapa pendapat dalam
menanggapi masalah tara>duf atau sinonim dalam al-Qur’an. Menurut
Muhammmad Nur al-Dien al-Munajjad ada dua pendapat mengenai ada
tidaknya sinonim dalam al-Qur’an yaitu; 146
a. Pendapat yang mengatakan adanya sinonim (tara>duf) dalam al-Qur’an. al-
Zarkashi mengatakan bahwa sinonim merupakan bagian dari tauki>d al-
143 Ibn ‘A>shu>r, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Vol. XXVIII, 352. 144 Departemen Pendidikan nasional, Kamus Bahasa Indonesia, 1357. 145 A.W. Munawwir, Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir, 814. Lihat juga, Ahwad Warson Munawwir, Al-Munawwir, 489. 146 Muhammad Nur al-Dien al-Munajjad, al-Tara>duf fi al-Qur’a>n al-‘Az}i>m bain al-Naz}ariyah wa al-Tat}bi>q, (Bairut: Da>r al-Fikr al-Mu’a>shir, 1997),116.
74
ma’na (penguat arti). Tauki>d dengan menggunakan sinonim ini
menurutnya dinamakan al-Tauki>d S}ina>iy. Tauki>d S}ina>’iy inilah yang
oleh Ibn ‘A>shu>r dinamakan asa>li>b al-tafannun fi al-Qur’a>n al-Kari>m
(gaya bahasa dalam bentuk membuat variasi pembicaraan).
b. Pendapat yang mengingkari adanya sinonim. Pendapat yang kedua ini
terdapat 3 macam tingkat keingkarannya, yaitu:
1) Kelompok yang mengakui adanya sinonim dari sisi bahasa, namun dari
sisi fas}ahah147 (kefasihan) dan ‘adhu>bah (pemanis pembicaraan)-nya
tidak ada sinonim. Contohnya ȼɆȥ ǢɅǿɍ dan Ȭȉɍ dari sisi bahasa
maknanya sama, namun diungkapkan dengan ȼɆȥ ǢɅǿɍ untuk menjauhi
idgha>m yang dianggap berat oleh orang Arab. Termasuk diantara ulama
ini adalah al-Ba>rizi> dan H}asan D}iya>’ al-Dien ‘Atr yang mengemukakan
pendapat Ibn al-Athi>r.
2) Kelompok yang merasa berdosa untuk mengatakan adanya sinonim
dalam beberapa ayat al-Qur’an dan lebih memilih untuk membedakan
antara lafaz-lafaz yang dianggap bersinonim semampunya dengan
menyebutkan contoh-contohnya. Langkah ini yang dilakukan al-
147 Fas}a>hah merupakan salah satu diantara sekian banyak pembahasan dalam ilmu ma’a>ni yaitu ilmu yang dengan ilmu itu akan terketahui segala hal yang berkenaan dengan bahasa Arab, sehingga dengan pengetahuan itu pesan akan tersampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi (muqtad}a> al-h}al>).Lihat, Muhammad Ya>sin bin Isa> al-Padangi>, H}usn al-S}iya>ghah Sharh} Duru>s al-Bala>ghah, (Rembang: al-Ma’had al-Di>ni> al-Anwa>r, 1992, 19.
75
Zarkashi, al-Suyu>t}i>, dan Manna’ al-Qat}t{an dengan mencontohkan
beberapa lafaz yang dianggap bersinonim namun ternyata tidak.148
3) Kelompok yang mengingkari sinonim secara totalitas. Nu>r al-Di>n
mengatakan, bahwa Ibn ‘Arabi orang pertama mengatakan tentang teori
ini dan diikuti oleh ulama-ulama lain, seperti al-As}fiha>ni>. Bahkan Ia
dalam kitab” al-Mufrada>t fi Ghari>b al-Qur’a>n” jelas mengingkari adanya
sinonim dalam al-Qur’an. Ulama selanjutnya yang mengikuti jejak
mereka diantaranya Kha>lid ‘Abd al-Rahma>n, dan ‘A>ishah binti Sha>t}i’.149
Dari beberapa pendapat di atas, penulis lebih cenderung memilih
pendapat yang mengatakan bahwa dalam al-Qur’an tidak terdapat sinonim.
Sedangkan yang terkait dengan tingkat keingkarannya, penulis lebih memilih
pendapat yang pertama, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa dalam al-
Qura’an tidak terdapat sinonim dari sisi fas}a>hah dan ‘Az}u>bah, namun dalam
bahasa tetap ada sinonim atau dengan bahasa lain” ada perbedaan dan
persamaan”. Berdasarkan dari keterangan ini, penulis menyimpulkan bahwa
dalam term imraah dan zawj terdapat persamaan dan juga perbedaan.
Persamaan antara term imraah dan zawj dapat dilihat dari sisi
kebahasaanya, keduanya dalam konteks tertentu sama-sama mempunyai
konotasi makna istri, meskipun dalam konteks yang lain terdapat perbedaan
makna sebagaimana yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
148 Untuk contoh lafaz-lafaz yang dianggap sinonim namun bukan dapat dilihat, al-Zarkashi, al-Burha>n, Vol. 78, Manna>’ al-Qat}t{a>n, Maba>h}ith, 204. 149 Muhammad Nur al-Dien al-Munajjad, al-Tara>duf fi al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, 118-124.
76
Adapun perbedaan antara term imraah dan zawj penulis menemukan
beberapa data baik dari tulisan karya para ulama pendahulu maupun analisis
penulis. Ibn Qayyim mengatakan bahwa lafal zawj dalam al-Qur’an baik yang
disampaikan dengan bentuk mufrad maupun jama’ itu untuk
menginformasikan tentang istri yang beriman seperti Q.S. al-Baqarah:2:25,
35, Q.S. al-Ahza>b:33:6,50, 59, yaitu:
25. dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.150
35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.151
...
150 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 12. 151 Ibid, 14.
77
6. Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka...152
...
50. Hai Nabi, Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang Termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu...153
59. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.154
Sedangkan istri yang musyrik atau istrinya orang musyrik
disampaikan dengan lafaz imraah seperti Q.S. al-Lahab:111:4, Q.S. al-
Tahri>m:66:10,11, yaitu:155
152 Ibid, 667. 153 Ibid, 675. 154 Ibid, 678. 155 Ibn Qayyim al-Ju>ziyah, Jala>’ al-Afha>m fi Fad}l al-S}ala>t ‘ala} Muhammad Khair al-Ana>m, (Kuwait: Da>r al-‘Aru>bah, 1987), 229-230. Lihat juga, Ibn Qayyim al-Ju>ziyah, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m Ibn Qayyim, (Beirut: Da>r wa Maktabah al-Hila>l, 1410 H.), Vol. III, 133-134.
78
4. dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.156
10. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".157
11. dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.158
Lebih lanjut Ibn Qayyim mengkutip pernyataan sebagian ulama
termasuk diantaranya al-Suhaili> yang mengatakan bahwa istri-istri musyrik
156 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1116. 157 Ibid, 952. 158 Ibid.
79
dan istrinya orang musyrik tidak dikategorikan zawj, karena mereka diakhirat
nanti tidak menjadi istri-istri bagi suaminya. Hal ini karena pernikahan itu
merupakan perhiasan syariat yang merupakan permasalahan agama sehingga
mereka akan terlepas dari suaminya sebagaimana terlepasnya istri nabi Lut}>
dan nabi Nu>h.
Pernyataan al-Suhaili> tersebut sebenarnya masih terdapat kejanggalan,
karena istri ‘Imra>n dan istri nabi Ibrahim keduanya istri yang mukmin dan
suaminya juga orang mukmin, tetapi dalam surat al-Maryam ayat 5 dan surat
al-Dha>riya>t ayat 29 diungkapkan juga dengan kata imraah. Kejanggalan ini
dijawab oleh al-Suhaili> bahwa disebutkannya kata imraah lebih relevan untuk
kondisi dua orang tersebut, karena konteks kalimatnya adalah menjelaskan
tentang kehamilan dan kelahiran. Untuk itu ungkapan dengan menggunakan
kata imraah lebih tepat karena sifat wanita itulah yang sesuai dengan masalah
kehamilan dan kelahiran, bukan karena wanita itu menjadi seorang istri.159
Demikian juga halnya dengan kata imraah yang disebutkan pada Q.S.
Hu>d:11:71, meskipun kata imraah yang dimasudkan dalam ayat ini adalah
Sa>rah istri nabi Ibra>him, namun dikarenakan konteks kalimatnya
membicarakan tentang sifat-sifat yang melekat pada perempuan,160 maka
menurut hemat penulis penyebutan kata imraah lebih tepat dalam ayat ini
159 Ibid, 231. 160 al-T}abari> mengkutip dari beberapa sumber yang otoritatif bahwa makna d}ahikat dalam ayat ini adalah h}a>d}at (haid/menstruasi). Dia juga mendasarkan riwayat ini dengan penjelasan sebagian ulama Bas}rah yang mengatakan bahwa sebagian ahli H}ija>z mendapat informasi dari sebagian mereka bahwa orang Arab ketika mengucapakan” d}ah}ikat al-mar’ah “itu artinya adalah h}a>d}at. Keterangan yang sama juga diriwayatkan Ibn Kathi>r mengutip pendapat Ibn ‘Abba>s. al-T}abari, Ja>mi’ al-Baya>n, Vol. XV, 392. Lihat juga, Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, Vol.IV, 334.
80
karena alasannya dapat disamakan dengan surat al-Maryam ayat 5 dan surat
al-Dha>riya>t ayat 29 sebagaimana dijelaskan di atas.
Berbeda dengan kata imraah tersebut di atas, kata imraah yang
terdapat dalam surat al-nisa>’ ayat 128 meskipun sepintas menunjukkan arti
istri, namun jika diamati dengan seksama kata tersebut tidaklah menunjukkan
arti istri. Hal ini dapat dilihat dari konteks kalimatnya yang tidak berbicara
tentang istri yang musyrik dan juga tidak berhubungan dengan sifat yang
melekat pada istri, namun hanya berbicara tentang nushu>z161 yang melekat
pada suaminya. Berdasarkan dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa
kata imraah yang terdapat dalam al-nisa>’ ayat 128 ini tidak termasuk kata
imraah yang mempunyai makna istri sebagaimana alasan tersebut di atas.
Berbeda dengan kata azwa>j yang langsung menjadi bentuk jama’ dari
kata zawj, kata al-nisa>’ meskipun merupakan bentuk jama’ dari kata imraah
tapi bukan dari sisi lafaznya. Oleh karena itu, sangat wajar jika kata azwaj
makna dan penunjukannya sama dengan kata zawj. Berbeda dengan kata al-
nisa>’, dikarenakan bentuk jama>’ tidak langsung dari lafaznya, maka makna
dan penunjukan kata al-nisa>’ tidak dapat disamakan dengan kata imraah.
Apabila pengungkapan dengan menggunakan kata imraah lebih mengarah
kepada istri yang tidak mukmin atau istri dunia, dan sifat-sifat yang melekat
kepada seorang wanita, pengungkapan dengan menggunakan kata al-nisa’>
selain berfaedah untuk muqa>balat al-jam’i bi al-jam’i, juga dimaksudkan
menginformasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah
161 Nushu>z adalah meninggalkan kewajiban bersuami isteri. Lihata Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, 123.
81
yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum
syari’ah yang berkaitan dengan pernikahan, seperti hubungan seksual antara
suami dan istri, prosedur ila>’ , berbuat adil dengan istri, etika pergaulan antara
suami dan istri,, z}iha>r, perceraian, masa ‘iddah istri. Adapun contoh-
contohnya dapat dilihat dalam Q.S. al-Baqarah:2:187, 223,226, Q.S. al-
nisa>’:4:129, Q.S. al-Ah}za>b:33:30, 32, 52, Q.S. al-Muja>dalah:58:2, dan Q.S.
al-T}ala>q:65:1, 4, sebagai berikut:
a) Q.S. al-Baqarah:2:187, 223,226. Ayat 187 dan 223 menjelaskan tentang
hubungan seksual antara suami dan istri dalam ayat, sedangkan ayat 226
menjelaskan tentang prosedur sumpah ila>’.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam
82
mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.162
223. isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.163
226. kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya164 diberi tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.165
b) Q.S. al-nisa>’:4.129. Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban berbuat adil
bagi suami yang berpoligami.
162 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 45. 163 Ibid, 54. 164 Meng-ila>' isteri maksudnya: bersumpah tidak akan mencampuri isteri. dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak disetubuhi dan tidak pula diceraikan. dengan turunnya ayat ini, Maka suami setelah 4 bulan harus memilih antara kembali menyetubuhi isterinya lagi dengan membayar kafarat sumpah atau menceraikan 165 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 55.
83
129. dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.166
c) Q.S. al-Ah}za>b:33:30, 32, 52. Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang
etika pergaulan antara suami dan istri.
30. Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.167
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik.168
166 Ibid, 143. 167 Ibid, 671. 168 Ibid, 672.
84
52. tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu.169
d) Q.S. al-Muja>dalah:58:2 dan Q.S. al-T}ala>q:65:1, 4. Ayat 2 dari surat al-
Muja>dalah ini menjelaskan tentang z}iha>r, ayat 1 surat al-T}ala>q
menjelaskan tentang perceraian, sedangkan ayat 4 surat al-T}ala>q
menjelaskan tentang masa ‘iddah istri.
Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.170
...
1. Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka
169 Ibid, 677. 170 Ibid, 908.
85
dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. ...171
4. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.172
Ayat-ayat yang disebutkan di atas sama sekali tidak
menginformasikan tentang istri yang tidak beriman karena yang menjadi
audiens dalam konteks ayat di atas adalah orang-orang mukmin dan tentunya
istri yang dimaksudkan juga istri yang mukmin.
Berdasarkan dari data di atas dapat disimpulkan, bahwa perbedaan
antara imraah dan zawj diantaranya: pertama; imraah diungkapkan untuk
istri yang musyrik atau istri orang musyrik, sedangkan zawj untuk istri yang
beriman. Kedua, imraah untuk istri yang hanya didunia saja, sedangkan zawj
istri dunia dan akhirat atau akhirat saja. Ketiga, imraah ditujukan untuk
menyebutkan hal-hal berkaitan dengan sifat yang melekat pada perempuan.
Sedangkan kata al-nisa<’ maksudnya lebih mengarah kepada pembahasan
171 Ibid, 945. 172 Ibid, 946.
86
tentang hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syari’ah yang berkaitan
dengan pernikahan.
2. Persoalan Yang Terkait dengan Term Imraah dan al-Zawj
Mengenai persoalan yang terkait dengan term imraah dan zawj,
penulis mencoba untuk mencermati dan menganalisa dari data-data dan
uraian yang telah disimpulkan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan dari analisis, penulis menyimpulkan mengenai persoalan yang
terkait dengan term imraah dan zawj, diantaranya adalah:
a. Persoalan yang diangkat dengan menggunakan term imraah lebih banyak
membahas mengenai karakteristik istri dan suami, contohnya: Q.S.
Yusuf:12:30, 51, Q.S. al-Qas}as}:28:9, Q.S. al-Tah}ri>m:66:10,11, dan juga
mengenai sifat yang melekat pada perempuan seperti mengandung dan
melahirkan sebagaimana terdapat dalam surat ‘A>li ‘Imra>n ayat 35.
b. Persoalan yang diangkat dengan term zawj lebih banyak membahas
tentang hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana etika membangun
hubungan suami-istri dunia hingga akhirat.
c. Persoalan yang diangkat oleh term al-nisa>’ lebih banyak membahas
tentang hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syariah yang
berkaitan dengan pernikahan, seperti hubungan seksual antara suami dan
istri, prosedur ila>’ , berbuat adil dengan istri, etika pergaulan antara
suami dan istri,, z}iha>r, perceraian, masa ‘iddah istri dan lain sebagainya.