bab ii tinjauan dan landasan teori ii.1 tinjauan...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Tinjauan Mengenai Wisma Atlet
Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb; gerha.
(Menurut KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang
dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan
atau pertandingan.
Atlet merupakan olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan
atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan). (Menurut KBBI :
Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut KONI cabang-cabang olahraga
yang ada di Indonesia adalah :
basket, voli, sepak bola, futsal, sepak takraw, baseball, softball, atletik,
panahan, bulu tangkis, tinju, sepeda, berkuda, gulat, anggar, taekwondo,
renang, canoe, hockey, bola tangan, senam, judo, berlayar, menembak,
tennis, tenis meja, angkat besi, bina raga. Cabang-cabang olahraga tersebut
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu olahraga individu dan beregu.
Cabang olahraga beregu, diantaranya adalah : basket, voli, sepak bola,
futsal, sepak takraw, baseball, softball, hockey, bola tangan, berlayar.
Sedangkan cabang olahraga individu, yaitu : atletik, senam, panahan, tinju,
sepeda, berkuda, gulat, anggar, bulu tangkis, tennis, tennis meja, taekwondo,
renang, judo, menembak, angkat besi, bina raga.
Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang
dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan
atau pertandingan.
II.1.2 Tinjauan Mengenai Perilaku Manusia
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku
merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
13
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
(dikutip dari Notoatmodjo, 2003).
J.B. Watson (1878-1958) memandang psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih mudah diamati,
dicatat, dan diukur. Perilaku mencakup perilaku yang kasatmata seperti
makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak
kasatmata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu
seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.
Meninjau dari perilaku manusia dalam psikologi, bahwa psikologi
dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan
tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia tidak lepas dari hubungan
dengan lingkungan yang nantinya dapat mempengaruhi diri atau jiwanya.
Dalam interaksi ini, ia akan menggambarkan pengalamannya dengan cara
yang berbeda-beda, dan pada gilirannya akan mampu mengubah intensitas
nilai yang berkaitan dengan interaksi manusia. Hasil interaksi ini akan
melahirkan masalah baru dalam psikologi umum maupun psikologi khusus.
Psikologi umum lebih mengamati dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis
manusia diantaranya intelegensi, pemikiran, perasaan, kehendak dan
sebagainya. Sedangkan psikologi khusus lebih terfokus pada penyelidikan
dari segi perkembangan anak, pemuda, dewasa, dan orang tua. Tingkah laku
yang terdapat pada diri manusia berkaitan erat dengan psikologi umum dan
khusus. Psikologi khusus yang membahas perkembangan manusia masing-
masing akan memiliki perilaku/tingkah laku yang berbeda-beda. Hal ini juga
disesuaikan dengan psikologi umum yang banyak membahas tentang
pemikiran, perasaan, intelegensi, kehendak dan sebagainya.
Pembahasan psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
oleh James mengatakan bahwa tingkah laku manusia tersusun melalui gerak.
Gerak adalah suatu reaksi terhadap perangsang luar. Reaksi di dalam
pemikiran James dibagi menjadi 2 bagian, yakni reaksi pembawaan dan
14
reaksi yang diperoleh dari hidup. Reaksi pembawaan terdiri dari rasa takut,
cinta dan marah. Sedangkan reaksi yang diperoleh dari luar adalah reaksi
pembawaan yang telah berubah karena kebiasaan dan latihan.
II.1.3 Tinjauan Mengenai Ruang
Arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup sehingga arsitektur
bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan atau terpecah-pecah
menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan, seni, atau sosial. The
fine spirit (F.L.Wright), memberi arti bahwa arsitektur bukanlah sekedar
benda statis atau sekumpulan objek fisik yang kelak akan lapuk.
Mempelajari arsitektur berarti juga mempelajari hal-hal yang tidak
kasatmata sebagai bagian dari realitas, realitas yang konkret dan realitas
yang simbolik.
Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara dunia pikir yang
ideal dan dunia nyata, atntara the transcendent ideal dan the transient,
corruptible physical state sehingga dalam perancangan arsitektur selalu
meliputi kedua hal ini. Pemenuhan kebutuhan di satu sisi juga harus
diimbangi dengan keberhasilan pemenuhan kebutuhan di sisi lain.
Arsitektur berperan dalam mewadahi dan menata aktivitas dan perilaku
manusia dalam relasi dan interaksinya dengan orang lain. Sebelum
merancang sebuah ruang untuk berbagai kegiatan manusia, harus dipahami
terlebih dahulu tentang perilaku mereka. Ruang harus menjadi perhatian
perancang dan mungkin menjadi aspek yang paling berpengaruh pada tahap
analisa dalam merancang penyelesaian sebuah masalah desain.
Tubuh manusia yang berupa daging berbungkus kulit, tidak mampu
menembus dinding yang masif. Lalu bagaimana cara kita mencapai
keinginan kita yaitu menembus dinding? Tentu saja dengan membuat lubang
pada dinding. Pintu dipasang untuk membedakan jenis ruang atau menjaga
privasi. Dengan demikian, jelas fungsi arsitektur adalah mengakomodasi
kebutuhan tubuh kita.
15
Arsitektur adalah pengalaman ruang bagi tubuh manusia. Ini yang
dipahami Traceurs dan sering dilupakan oleh para arsitek. Traceurs mencoba
mengubah paradigma itu dan memberi pemaknaan baru mengenai arsitektur.
Traceur memandang arsitektur sebagai ‘rintangan’ yang harus dilalui oleh
tubuh mereka sendiri. Arsitektur adalah sarana pembelajaran bagi tubuh
manusia agar menjadi lebih baik secara fisik dan mental.
Ruang dalam arti luas adalah suatu bagian dimana berbagai komponen-
komponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses
lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dimana pun terdapat suatu
komponen, berarti disitu telah terdapat ruang. Sedangkan pengertian ruang
yang lebih sempit berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti ruangan
atau luas (extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau lokasi
(choros) dimana ruang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata
oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal, massa dan volume, dekat
dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan kata oikos
yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat, Aristoteles
mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi
oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami
keberadaanya dengan jelas dan mudah.
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet
Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, agar diperoleh latihan yang
efektif pada atlet dan juga dalam upaya untuk mempersiapkan diri untuk
menghadapi pertandingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah
satunya adalah atlet harus berada dalam keadaan sepenuhnya relaks,
diperlukan istirahat yang cukup agar tetap sehat dan kuat. Istirahat yang
cukup sama pentingnya dengan komitmen untuk berlatih keras. Tanpa
istirahat, maka kondisi fisik dan mental para atlet dapat terganggu. Istirahat
merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kegelisahan (ansietas).
16
Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar kegiatan atlet
sehari-hari adalah sebagai berikut :
05.00 – 06.00 bangun, mandi
06.00 – 08.00 latihan fisik
08.00 – 09.00 sarapan, briefing
09.00 – 11.00 latihan tambahan teknik
11.00 – 15.00 break
15.00 – 18.00 latihan teknik
18.00 – 22.00 bebas
22.00 tidur
Dapat dilihat bahwa waktu istirahat atlet adalah ±16jam, para atlet
menghabiskan waktu istirahatnya di luar maupun di dalam kamar. Kegiatan
istirahat yang dilakukan dalam kamar, yaitu tidur, mengobrol, maupun
membaca. Beberapa kegiatan tersebut, dapat mereka lakukan di dalam
kamar mereka di wisma atlet.
Menurut Dr. Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif,
diantaranya adalah :
1. Sosialisasi
Ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu bersama teman dan
hubungan dan bahkan mengobrol dengan rekan-rekan. Menurut penelitian
terbaru, sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker, melawan
penyakit menular dan kemudahan depresi serta mengurangi resiko kematian
akibat serangan jantung. Hanya mengobrol dengan teman-teman telah
terbukti mengurangi tingkat hormon stres dan memberikan manfaat
hormonal dan psikologis.
2. Istirahat Mental
Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk
mendapatkan kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana. Membaca
buku dapat dikategorikan sebagai istirahat mental.
17
3. Istirahat Fisik
Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan tidur.
Tidur berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode
pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur
merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik
(Lanywati, 2001) Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami
seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup (Guyton 1981 : 679).
Perilaku istirahat atlet dibagi menjadi 2, yaitu perilaku istirahat untuk
cabang olah raga beregu/kelompok dan cabang olahraga individu.
Berdasarkan sejumlah penelitian Weiberg dan Gould (dalam buku Dasar-
Dasar Psikologi Olahraga, 2000) mengutip beberapa laporan hasil penelitian
tentang atlet sebagai berikut:
Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih ekstrovert, dan
lebih dependen (menggantungkan diri pada orang lain). Sedangkan Humara
(dalam buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008) menyatakan bahwa
olahraga yang bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih besar
dibandingkan dengan cabang olahraga beregu.
Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam olahraga
beregu dapat beristirahat dalam kamar yang dapat menampung orang yang
lebih banyak dibanding dengan atlet olahraga individual karena atlet dalam
olahraga beregu cenderung menggantungkan diri pada orang lain dan
cenderung ekstrovert. Agar para atlet dapat beristirahat dengan nyaman,
kamar atlet akan dirancang menjadi 2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu
dan kamar atlet individual.
II.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Istirahat
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi istirahat seseorang
menurut Kozier (1993) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue),
gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok,
motivasi, sakit, dan medikasi. Sedangkan menurut Potter dan Perry (1993)
18
faktor yang mempengaruhi istirahat individu meliputi keadaan sakit fisik,
obat dan zat, gaya hidup, pola tidur, stres emosional, lingkungan, latihan dan
kelelahan, dan asupan kalori. Sementara itu menurut Craven dan Hirnle
(2000) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi istirahat individu
meliputi kebutuhan (need); lingkungan, hubungan kerja shift, nutrisi dan
metabolisme, pola eliminasi, latihan dan termoregulasi, kewaspadaan
(vigilance), kebiasaan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan zatkimia, dan
kondisi alam perasaan (mood).
Dari teori-teori di atas, dapat dilihat bahwa faktor lingkungan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi istirahat seseorang.
Menurut Loo dalam buku Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, lingkungan
diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik menyangkut dimensi. tempat, densitas, serta suasana suatu
ruang atau tempat (warna, susunan perabot, dll). Dalam hal ini akan dibahas
tentang lingkungan fisik berupa kamar yang mempengaruhi kualitas istirahat
atlet.
II.2.3 Tinjauan Mengenai Desain Ruang Kamar dan Perilaku Atlet
Desain dalam kamus bahasa Indonesia berarti sebagai rancangan.
Desain kamar merupakan perancangan serta perencanaan atau penyusunan
tata ruang di dalam kamar.
Manusia membentuk ruang, ruang membentuk manusia. “People
modify the spaces they live in, in turn are modified by them”, (Edward Soja,
2005 dalam buku Arsitektur, Komunitas Dan Modal Sosial), hal ini
memiliki arti bahwa manusia membentuk dan menggubah ruang, dan
kemudian ruang juga akan membentuk dan menggubah manusia.
Menurut Halpern, perilaku manusia termasuk bentuk-bentuk respon
psikologis, relasi, dan interaksi sosialnya, merupakan suatu produk dari
upaya mempersepsi lingkungan, termasuk lingkungan binaan seperti wisma.
Artinya, tata ruang dalam suatu bangunan, khususnya wisma, secara teoritik
memiliki pengaruh terhadap tumbuhnya berbagai perilaku manusia,
19
termasuk dalam interaksi social dan aktivitas bersama guna memecahkan
persoalan bersama dan untuk kemanfaatan bersama.
Dalam arsitektur, fungsi selalu dihubungkan dengan program bangunan,
menyangkut persyaratan ruang, yang didasarkan atas fungsi ruang dan
kecocokannya dengan konteks bangunan. Program misalnya akan
memperlihatkan bentuk-bentuk dan ukuran ruang, siapa yang menggunakan
ruang tersebut dan berapa lama, serta hubungan antar ruang yang
menggambarkan tatanan sosial yang mungkin tercipta dalam bangunan
tersebut (Frederic A. Jules, 1979).
Dalam proses desain diperlukan perencanaan dalam penataan ruang
atau sering disebut dengan zoning. Untuk menyamakan persepsi maka
terlebih dahulu perlu disampaikan beberapa definisi tentang apa yang
dimaksud dengan zona dan zoning. Zona adalah kawasan atau area yang
memiliki fungsi dan karakteristik yang spesifik. Zoning adalah pembagian
kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik
semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
Dalam kaitannya dengan manusia, hal paling penting dari pengaruh
ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian ruang
tersebut. Pengaruh ruang-ruang tersebut terhadap perilaku pemakainya
cukup jelas, karena pemakai melakukan kegiatan tertentu di masing-masing
ruang tersebut. Sesuai dengan fungsinya, ruang-ruang tersebut diharapkan
mempunyai bentuk, perabot, dan kondisi ruang tertentu.
Ruang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel. Masing-
masing perancangan fisik ruang tersebut mempunyai variabel independen
yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel tersebut adalah
ukuran dan bentuk, perabot dan penataannya, warna serta unsur lingkungan
ruang (suara, temperatur, dan pencahayaan).
Berdasarkan buku Psikologi Arsitektur dan Arsitektur dan Perilaku
Manusia maka disimpulkan bahwa ada beberapa konsep dasar yang perlu
diketahui dalam membentuk sebuah ruang fisikal :
20
1. Antropometri
Antropometri sering disebut juga faktor-faktor manusiawi (human
factor). Menurut Grandjean dalam buku Psikologi Arsitektur, data
antropometri digunakan untuk menentukan spesifikasi dimensi fisik ruang,
dalam hal ini adalah kamar, perabotan, peralatan sampai ke pemakaiannya.
Prinsipnya adalah memantaskan atau menyamankan manusia dan untuk
menghindari ketidakcocokan fisik antara dimensi desain dengan dimensi
pemakai. Gambar II.3.1 Antropometri Manusia
(Sumber : Moore dalam Psikologi Arsitektur,2005)
Gambar II.3.2 Dimensi Ruang Kamar dan Manusia
(Sumber : Human Dimension & Interior Space)
21
2. Privasi
Irwin Altman menyatakan model pengaturan diri manusia secara
konseptual, dimana manusia menganggap ruang personal dan territorial
menjadi mekanisme utama untuk mendapatkan privasi. Privasi sebagai
kemampuan untuk memisahkan diri orang lain, serta adanya ukuran-ukuran
fisik dari ruang untuk mendapatkan privasi.
• Ruang Personal (personal space)
Manusia mempersepsikan ruang di sekitarnya lengkap dengan isinya dan
tidak berdiri sendiri. Jika isi ruang itu adalah manusia lain, orang langsung
akan membuat suatu jarak tertentu antara dirinya dan orang lain, dan jarak
tersebut sangat ditentukan oleh kualitas hubungan antar orang yang
bersangkutan.
Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang
personal ini merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang. Dengan tidak
adanya ruang personal, dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak
aman, stress, adanya ketidakseimbangan, komunikasi yang buruk, dan segala
kendala pada rasa kebebasan. Jadi, ruang personal berperan dalam
menentukan kualitas hubungan seorang individu dengan individu lainnya.
Gambar II.3.3 Dimensi Ruang Personal
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
22
• Teritorialitas (Territoriality)
Seperti halnya ruang personal, teritorialitas merupakan perwujudan
“ego” seseorang karena orang tidak ingin diganggu atau dapat dikatakan
sebagai perwujudan dari privasi seseorang.
Teritori dibagi dalam beberapa golongan, salah satunya adalah teritori
primer. Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya,
hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau sudah
mendapat izin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau
sekelompok orang yang juga mengendalikan penggunaan teritori tersebut
secara relatif tetap, berkenaan dengan kehidupan sehari-hari ketika
keterlibatan psikologis penghuninya sangat tinggi. Misalnya, ruang tidur.
3. Kesesakan dan Kepadatan (Crowding and Density)
Bentuk lain dari persepsi terhadap lingkungan adalah kesesakan
(crowding). Stokols (dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia, 2004)
menyatakan bahwa kepadatan adalah kendala keruangan (spatial constraint).
Sementara itu, kesesakan adalah respons subjektif terhadap ruang yang
sesak. Kesesakan dan kepadatan saling berhubungan, semakin banyak
jumlah manusia berbanding luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya.
Perancangan Kamar
Kamar tidur merupakan area yang paling pribadi. Seiring perkembangan
zaman, kamar tidur tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur. Sehingga
mengubah yang terstruktur menjadi bentuk-bentuk baru dari pola yang
tradisional dan standar. Kamar tidur saat ini bisa dijadikan juga sebagai tempat
untuk menghabiskan waktu senggang. Berdasarkan literatur yang bersumber
dari buku maupun internet, dalam perancangan ruang kamar, hal-hal detail yang
harus diperhatikan adalah :
• Ukuran dan Proporsi
Faktor manusia, dalam hal ini atlet, merupakan pengaruh utama terhadap
bentuk, proporsi dan skala ruang maupun perabot yang akan digunakannya.
Untuk memberikan kegunaan dan kenyamanan, semuanya itu harus
23
dirancang lebih dahulu agar mampu merespon atau berhubungan dengan
dimensi pengguna ruang tersebut, jarak ruang yang diperlukan oleh pola
gerakan, dasar aktivitas yang dilakukan.
- Tempat Tidur dan Meja
Tempat tidur bersama (bunk bed) menggunakan ruang vertikal untuk
tingkat tidur yang bertumpuk. Permukaan meja dan penyimpanan juga
dapat digabungkan ke dalam sistem. Penggunaan sistem ini dapat
membuat kamar lebih efisien dan efektif. Gambar II.3.4 Bunk Bed
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
- Lemari Pakaian
Lemari built-in dapat membantu menjaga garis ruangan tetap bersih dan
menghindari kekacauan.
- Pintu dan Jendela
Pintu menentukan jalur pergerakan dan menetapkan aksesibilitas zona-
zona tertentu. Letak pintu berhubungan dengan peletakkan perabot di
dalam kamar, sebisa mungkin hindari pintu berhadapan langsung dengan
tempat tidur karena bermasalah dalam hal privasi. Gambar II.3.5 Pintu Ayun
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
24
Jendela
Ukuran, bentuk, dan penempatan jendela mempengaruhi integritas visual
permukaan dinding dan rasa lingkup yang diberikan. Jendela dapat
dipandang sebagai area terang di dalam dinding atau bidang gelap di
malam hari. Ventilasi serta cahaya matahari masuk melalui jendela.
Semakin besar dan semakin tinggi jendela, semakin banyak cahaya
matahari yang masuk. Memasukkan cahaya matahari juga dapat
menimbulkan efek buruk ke dalam bangunan, yaitu akan membawa
panas dan silau bagi penghuni ruang, akan tetapi dapat disiasati dengan
overstek atau penggunaan awning pada jendela. Gambar II.3.6 Jendela Berengsel Samping dan Awning
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
• Bentuk ruang
Bentuk persegi ruang tidak memiliki arah yang lebih disuka atau dominan.
Persegi adalah figur yang stabil dan damai ketika bersandar pada salah satu
sisinya, tetapi menjadi dinamis ketika berdiri pada salah satu sudutnya.
Meskipun kejelasan dan stabilitas wujud persegi dapat menghasilkan
monotonitas visual, variasi dapat diberikan dengan meragamkan ukuran,
proporsi, warna, tekstur, penempatan, atau orientasinya.
Bentuk ruang yang dibatasi oleh dinding, lantai dan plafond memberi rasa
terlindung, orang yang mendiami atau memandang sebuah ruang akan
menilainya menurut seleranya sendiri. Interpretasi yang muncul bisa timbul
kesan luas, tetapi juga bisa timbul kesan sempit. Bentuk ruang akan
mempengaruhi psikis dari pemakai ruangan, hal ini dapat dengan memakai
bentuk-bentuk dinamis agar menarik, disamping itu disesuaikan karakter
25
kegiatan didalamnya. Bentuk dan susunan interior ruang menentukan kesan
yang timbul. Bentuk ruang yang sederhana terdiri dari empat dinding, lantai
dan langit-langit. Bentuk ruang semacam itu jelas dan memberi kesan ke
arah vertical serta horisontal, menyempit atau membebasluaskan. Ruang
yang tidak tinggi atau lebar akan terasa menyesakkan, sebaliknya ruang
yang terlalu tinggi akan menyebabkan kita merasa kecil dan tertelan oleh
ruang tersebut. (Sumber : Wilkening, Fritz, Tata Ruang, Kanisius,
Yogyakarta, 1987 hal 42).
• Kebisingan
Suara yang terlalu keras akan berpengaruh buruk bagi seseorang. Suara juga
dapat mengganggu privasi seseorang, misalnya di sebuah kamar hotel
terdengar dengan jelas suara-suara dari kamar sebelah atau jika letak ruang
tidur berdekatan dengan jalan, sehingga dapat menyebabkan
ketidaknyamanan.
• Penghawaan
Penghawaan dalam bangunan dibagi menjadi 2, yaitu penghawaan alami dan
buatan. Sistem yang paling baik digunakan untuk merancang sistem
sirkulasi udara (penghawaan) yang alami adalah dengan sistem ventilasi
silang (cross ventilation), pada sistem ventilasi silang sirkulasi udara diatur
sedemikian rupa agar bisa mengalir dari satu titik ventilasi udara menuju
titik ventilasi udara lain, dan begitu sebaliknya. Dengan adanya perbedaan
tekanan didalam dan diluar bangunan, maka aliran udara tidak akan
‘terjebak’ di dalam ruang, yang menyebabkan terasa pengap dan panas. Gambar II.3.7 Cross Ventilation tampak atas per unit
26
Untuk penghawaan buatan dapat dengan penggunaan Air Conditioning
(AC).
• Pencahayaan
Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan. Pencahayaan dibutuhkan untuk menerangi ruangan agar pengguna
ruangan tersebut dapat melakukan aktivitas, selain itu juga berfungsi untuk
menimbulkan mood tertentu. Mata dan tubuh manusia juga bereaksi
terhadap intensitas cahaya. Cahaya yang terang, cenderung membuat mata
dan tubuh lelah.
Pencahayaan alami merupakan sumber cahaya yang berasal dari alam,
seperti matahari. Matahari merupakan sumber cahaya utama dan dominan,
namun tergantung terhadap beberapa hal, seperti waktu (pada siang hari),
cuaca (berawan atau tidak). Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup
diperlukan luas jendela sekitar 15%-20% dari luas lantai yang terdapat
dalam ruangan. Sedangkan pencahayaan buatan merupakan pencahayaan
yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti lampu gas,
lampu listrik, dll.
Pencahayaan buatan dibedakan menjadi 3 macam :
1. General Lighting
Pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk
memberi terang merata.
2. Task Lighting
Pencahayaan fungsional untuk aktivitas tertentu, biasanya disesuaikan
dengan standard kebutuhan penerangan bagi jenis aktivitas yang
bersangkutan.
3. Accent Lighting
Pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek tertentu untuk
memperkuat penampilannya (estetik).
Sistem pancaran cahaya ada yang langsung maupun tidak langsung. Sumber
pencahayaan langsung merupakan pencahayaan yang dipancarkan langsung
27
ke suatu area. Sedangkan sumber pencahayaan tidak langsung dilakukan
dengan dipantulkan ke dinding ataupun langit-langit dengan menggunakan
metode pencahayaan cornice atau cove, metode ini memberikan pancaran
yang lembut dan tidak langsung menerangi ke area yang diterangi. Dengan
demikian pengguna ruang akan lebih mudah relaks. Kamar tidur sebagai
tempat istirahat pencahayaannya harus lembut, tingkat terang cahaya tidak
perlu terlalu tinggi (warm). Peletakkan titik lampu pun harus diperhatikan
agar pengguna ruang tersebut tidak merasa silau. Gambar II.3.8 Pencahayaan Cove dan Cornice
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
• Warna
Warna memainkan peranan penting dalam mewujudkan suasana ruang dan
mendukung terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pengaruh warna pada
perilaku ternyata tidak selalu sama antara orang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, latar belakang
budaya atau kondisi mental. Meskipun demikian, ada warna-warna yang
hampir selalu mempunyai pengaruh sama terhadap respons psikologis.
Misalnya, warna merah selalu dirasakan membawa efek panas dibandingkan
dengan warna hijau. Warna yang mengarah ke warna merah dari spektrum
warna (kuning, orange, merah) umumnya dianggap panas, sementara warna
biru air atau hijau lumut dianggap membawa efek dingin.
Pada ruang, pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau
dingin, tetapi warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut.
Misalnya warna akan membuat seolah-olah ruang menjadi luas, lebih
sempit, lebih semrawut dan warna bisa juga menunjukkan status sosial
pemakainya. Secara umum telah ada ukuran-ukuran nilai dari warna, seperti
28
warna terang pada ruang akan menjadikan ruang seolah-olah lebih luas,
demikian pula sebaliknya. Pengaruh warna cukup dominan terhadap
perilaku, di dalam bidang perancangan. Gambar II.3.9 Spektrum Warna
Calm and Peace – Blue Harmony - Green Happiness and Fun – Yellow Energy & Creativity - Orange Neutrality - Gray Hunger, Food, Eating - All Warm Colors: Yellow, Orange, Gold, Red and Brown are all colors that will make you hungry. Most fast food restaurants use warm colors for their logos, packaging and inside their restaurants. Youth, Revival, Renewal - Turquoise Dignity and Self-Respect - Purple Passion - Reds, Purples and Violets Comfort, Home - Browns and Earth Tones Power - Red Environmental, Natural -Green Cleanliness, Purity - White Strength and Stability - Black Royalty - Purple Spirituality - Depends on the faith, but Blue, Orange and Purple are the most popular Solid, Practical - Gray (gray is also the easiest color on the eye) Wealth, Money - Metallics, Green, Black Danger, Alarm - Red Femininity – Pink
Dalam perancangan kamar Wisma Atlet Senayan ini, akan memperhatikan
hal-hal di atas, namun faktor warna akan lebih ditonjolkan dalam
perancangan kamar atlet.
29
II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung
II.3.1 State Of The Art (Jurnal Ilmiah)
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh M. Sahid Indraswara
mengenai Penempatan Furniture dan Pemakaian Warna dalam Kamar Tidur
Hotel Nugraha Wisata,Bandung, terdapat 3 tipe kamar, diantaranya :
• Kamar Moderate
Pemakaian Warna Lantai. Lantai yang dipakai untuk kamar moderate
menggunakan keramik halus ukuran 30x30cm berwarna merah marun.
Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih.
Agar dapat dikontraskan dengan perabot yang memakai warna gelap.
Plafond. Untuk plafond menggunakan material anyaman bambu dan
triplek yang disusun tingkat kebawah agar dapat membuat kesan kamar
lebih privat, dengan finishing cat warna putih untuk triplek dan plitur
natural untuk anyaman bambunya.
Furnitur. Untuk furnitur menggunakan finishing cat warna coklat tua
dengan teknik melamin. Gambar II.3.1.1 Denah Kamar Moderate
30
• Kamar Superior
Pemakaian Warna Lantai. Lantai yang dipakai untuk kamar Superior
menggunakan karpet berwarna hijau karena disesuaikan dengan konsep
interior natural.
Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih.
Agar dapat dikontraskan dengan perabot yang memakai warna hijau
metalik.
Plafond. Untuk plafond menggunakan material dari triplek yang
kemudian difinishing dengan cat warna putih untuk memberi kesan
lembut.
Furnitur. Furniture mengunakan warna hijau metalik dengan teknik cat
duco. Gambar II.3.1.2 Denah Kamar Superior
31
• Kamar Suite
Pemakaian Warna Lantai lantai yang dipakai untuk kamar Suite
menggunakan karpet berwarna hijau tua.
Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih.
Plafond. Untuk plafond menggunakan material anyaman bambu dan
triplek, dengan finishing cat warna putih untuk triplek dan plitur natural
untuk anyaman bambunya.
Furnitur. Furniture mengunakan warna coklat tua, kuning, putih
marmer. Gambar II.3.1.3 Denah Kamar Suite
Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa :
Ada hubungan antara pemakaian warna dan penataan furniture terhadap
kesan ruang yang ditangkap oleh pengamat atau pengunjung. Pada
perancangan ruang kamar tidur hotel resort, perlu diketahui kegiatan yang
ada di dalamnya yaitu pengunjung beristirahat dan suasana ruang harus
mendukung kegiatan tersebut. Suasana pada ruang kamar tidur hotel resort
32
harus memenuhi suasana tempat beristirahat yaitu suasana santai, nyaman,
hangat, tenang dan aman.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengolahan elemen-elemen pada
ruang dalam kamar. Dalam pembahasan ini adalah pemakaian warna dan
penataan furniture. Warna dapat digunakan untuk menekankan atau
memperjelas karakter suatu obyek, memberikan aksen pada bentuk
bahannya dan berpengaruh pada perasaan si pengamat atau pemirsa.
Penataan furniture juga dapat membantu membangun suasana yang ingin
dicapai dari fungsi ruang tersebut. Oleh karena itu, penataan furniture dan
pemakaian warna sangat berperan di dalam proses perancangan sebuah
ruang kamar tidur pada hotel resort dan lingkungan fisiknya sehingga
diharapkan bisa mendukung aktivitas pengunjung yang beristirahat dengan
menginap pada hotel tersebut.
Dari hasil analisis studi kasus pada hotel Nugraha Wisata :
- bila ditinjau dari penataan furniture, ruang ruang tidur hotel Nugraha
Wisata mempunyai bentuk penataan furniture yang berorientasi pada
fungsi sebuah ruang tidur yang lega serta penataan perabot yang serasi
dan indah.
- bila ditinjau dari pewarnaan ruangnya, ruang – ruang tidur pada hotel
Nugraha Wisata menggunakan warna-warna natural yang menimbulkan
kesan alami,hangat, menarik, santai, lembut dan sejuk.
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekspresi ruang-
ruang tidur hotel Nugraha Wisata dari ketiga type memiliki kesamaan dalam
memunculkan kesan ruang tidur yang memakai kesan natural, tenang dan
nyaman. Jadi dalam perancangan suatu ruang tidur hotel resort perlu
dimunculkan kesan yang sesuai dengan karakteristik dari hotel resort pada
umumnya. Karakteristik yang muncul berupa suatu kesan keruangan yang
alami, penuh dengan unsur ketenangan, santai dan nyaman. Kesan yang
muncul inilah yang mempunyai pengaruh pada pengunjung yang
membutuhkan suatu ruang yang tenang dan santai. Kesan ruang ini dapat
33
muncul melalui pembentukan dan pengolahan perancangan ruang, serta
pewarnaan ruang yang memenuhi syarat perancangan suatu ruang tidur hotel
resort.
Dari pembahasan-pembahasan di atas maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa ekspresi warna dan bentuk penataan furniture yang
dihasilkan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perancangan dan
perencanaan ruang tidur. Bentuk ruang dan warna menjadi suatu kesatuan
yang saling mendukung dalam menciptakan suatu makna ruang.
Mengenai penggunaan warna pada interior pada ruang tidur hotel resort,
sebaiknya menggunakan warna-warna yang lebih hangat dan tenang .
Warna-warna yang direkomendasikan berupa:
Warna Merah Keoranyean
Warna merah keoranyean memberi kesan kehangatan, perasaan riang serta
menarik dan menyenangkan. Warna merah lebih santai daripada warna putih
yang berkesan monoton.
Orange
Warna oranye merupakan perpaduan warna merah dan kuning. Warna ini
merupakan warna paling hangat diantara warna yang lainnya. Warna ini
mengekspresikan kegembiraan, ceria, riang dan bersemangat.
Biru
Warna biru termasuk warna dingin yang berwatak tenang, santai, sejuk,
nyaman dan sederhana.
Penggunaan pola-pola dekorasi diharapkan lebih menarik dan tidak
monoton, sehingga dapat diharapkan menarik pengunjung untuk betah
menginap. Untuk menambah faktor pewarnaan pada ruang tidur dapat
digunakan pewarnaan ruang dengan pencahayaan dari lampu-lampu
warna,khususnya lampu-lampu spot yang lebih terfokus pada suatu bagian.
34
II.3.2 Studi Banding
Adanya studi literature dan studi banding yang mendukung penulisan
tugas akhir ini, diantaranya adalah :
Wisma Sejahtera Surabaya
Wisma ini berlokasi di Jl. Ketintang Selatan No. 77, Surabaya berfungsi
untuk penginapan sementara bagi masyarakat umum yang membutuhkan,
terdiri dari 2 lantai. Gambar II.3.2.1 Denah Lantai 1 dan 2 Wisma Sejahtera
(Sumber : http://www.wismasejahterasurabaya.blogspot.com)
Terdapat 4 tipe kamar, diantaranya adalah :
- Kamar VIP Single bed (Single Bed Besar, TV, AC, kamar mandi dalam)
- Kamar untuk kapasitas 2 orang (2 Bed, TV, AC, kamar mandi dalam)
- Kamar untuk kapasitas 4 orang (4 Bed, AC, kamar mandi dalam)
- Kamar untuk kapasitas 6 orang (6 Bed, AC, kamar mandi dalam) Gambar II.3.2.2Tipe-Tipe Kamar Wisma Sejahtera
35
(Sumber : http://www.wismasejahterasurabaya.blogspot.com)
Kampung Atlet di Surabaya Gambar II.3.2.3 Kampung Atlet di Surabaya
(Sumber : http://digilib.petra.ac.id)
Kampung atlet di Surabaya merupakan proyek yang berfungsi sebagai
sarana hunian bagi para atlet Surabaya pada saat pemusatan latihan daerah.
Fasilitas yang direncanakan yaitu hunian atlet, hunian pelatih, kantor
pengelola, ruang makan, hall of fame, ruang pemanasan, ruang fisik, ruang
rekreasi serta beberapa fasilitas pendukung dan servis. Keunikan desain
kampung atlet ini adalah mengekspos kehidupan dan budaya atlet pada saat
pelatda, yaitu selalu hidup sehat bugar dan berolahraga. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan simbolik, dengan tema “bridge” atau
jembatan. Makna jembatan disini tidak diterapkan secara harafiah, namun
diharapkan Kampung Atlet ini akan menjadi “jembatan” bagi masyarakat
untuk sadar dan mencintai olahraga dengan atlet sebagai role modelnya.
Suasana kampung diwujudkan dengan pola penataan massa yang linear,
36
keterbukaan, keterikatan dan solidaritas, untuk membentuk suasana yang
membuat atlet merasa nyaman dan betah berada disana ketika pelatda
berlangsung. Pendalaman desain karakter ruang menonjolkan fleksibilitas
desain kamar untuk memberikan suasana privasi namun juga kesempatan
untuk memperoleh ruang kumpul yang akrab. Gambar II.3.2.4 Kamar Atlet di Kampung Atlet Surabaya
(Sumber : http://digilib.petra.ac.id)
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah :
- Studi Literatur
Studi pengenalan masalah untuk melengkapi data dan menganalisis masalah
yang berhubungan dengan proyek perencanaan dan perancangan Kampung
Atlet, seperti buku, artikel, majalah, serta situs internet yang mengandung
informasi yang menunjang proses analisa, perencanaan, dan perancangan
proyek.
- Studi Banding
Studi banding dengan bangunan serupa untuk mendapatkan gambaran yang
lebih obyektif tentang arah dan tujuan perancangan serta perencanaan
proyek.
- Survey Lapangan
Pengamatan langsung ke lokasi proyek untuk dapat mengetahui keadaan
lokasi yang sebenarnya.serta mencari potensi-potensi dan kendala yang ada
sehingga tercipta proses dan perencanaan proyek.
- Wawancara
37
Melalui proses tanya jawab dengan pihak yang berkaitan langsung, yaitu
para atlet, pelatih, dan pengelola sehingga data yang didapat digunakan
untuk melengkapi laporan perencanaan dan perancangan.
Gelanggang Olahraga Ragunan Foto II.3.2.5 Wisma Atlet Ragunan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gelora Ragunan berlokasi di Jalan Harsono RM, Pasar Minggu,Jakarta
Selatan dibangun pada tahun 1973 dan diperuntukkan sebagai :
- Tempat penampungan bagi para atlet DKI Jakarta dalam pembinaan prestasi
olahraga.
- Pusat Pendidikan dan Pembinaan olahraga bagi pelajar-pelajar berprestasi
dalam olahraga.
- Training Centre bagi atlet-atlet Nasional sebelum mengikuti event-event
Internasional.
- Tempat penataran organisasi olahraga serta badan-badan fungsional lainnya
pada waktu-waktu tertentu dalam peningkatan Program Kerja Olahraga. Gambar II.3.2.6 Peta Kawasan Gelora Ragunan
38
Pada kawasan Gelora Ragunan terdapat Wisma Atlet, yang terdiri dari 3
lantai dimana pada lantai1 lantai 1 terdiri dari 20 kamar untuk wanita, lantai
2 terdiri dari 26 kamar untuk pria, dan lantai 3 terdiri dari 26 kamar untuk
pelatnas.Pencapaian ke Gelora Ragunan ini dapat dikatakan tidak terlalu
mudah karena sedikitnya kendaraan umum yang masuk ke dalam kawasan
ini. Hal tersebut dirasakan oleh beberapa atlet yang tinggal di wisma ini,
mereka mengatakan bahwa sulit untuk berpergian dengan menggunakan
kendaraan umum. Gambar II.3.2.7 Denah Wisma Atlet Ragunan Lantai 1
Gambar II.3.2.8 Denah Wisma Atlet Ragunan Lantai 2 & 3
Wisma ini juga menyediakan kamar untuk disewakan sehingga
masyarakat umum juga bisa menetap di wisma ini. 1 kamar tidur diisi oleh
2-4 orang, dilengkapi dengan ranjang susun, kamar mandi, AC, meja, lemari
pakaian.
Untuk pintu pada kamar wisma atlet ragunan ini menggunakan swing
door dengan ukuran tinggi 2,4m dan lebar 85cm dan juga terdapat 2 buah
jendela dengan ukuran tinggi 2m dan lebar 50cm, dilengkapi pula beberapa
bovenlicht kecil.
Gudang
Kamar
Taman
Plaza
Kantor
Ruang Seminar
Mushola
39
Gambar II.3.2.9 Denah Kamar Wisma Ragunan Foto II.3.2.1 Jendela dan Pintu Kamar Wisma Ragunan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
London Athlete Village Gambar II.3.2.10 London Athlete Village
(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)
Perkampungan atlet London ini didirikan untuk digunakan pada event
Olimpiade 2012. Pada perkampungan atlet ini terdapat fasilitas-fasilitas serta hunian
untuk para atlet sebanyak 2400 unit yang terbagi dalam 14 bangunan, tiap bangunan
memiliki 10 lantai. Luasan kamar tersebut tidak kurang dari 12m², 1 kamar diisi oleh
2 orang atlet. Total tempat tidur pada penginapan atlet tersebut adalah 16.900 buah,
10.500 untuk atlet-atlet, 6.400 untuk team officials.
40
Gambar II.3.2.11 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London
(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)
Daegu Athlete Village Gambar II.3.2.12 Daegu Athlete Village
(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com)
Perkampungan atlet Daegu berlokasi di Yulha 2 Housing Development District,
Dong-gu, luas lahan yang dipakai untuk hunian atlet sebesar 49.975m². Menurut
Mr.Young Soo Kim, Direktur Daegu Athlete Village, kondisi fisik dan mental atlet-
atlet adalah kunci dari acara perlombaan internasional para atlet. Oleh karena itu,
perkampungan atlet harus memiliki ruang yang nyaman.
Hal utama dalam perkampungan atlet ini adalah kenyamanan. Perkampungan
atlet Daegu berlokasi di depan sungai dan tingkat kepadatan kendaraan pun rendah.
Sebagai tambahan, tidak hanya akomodasi tetapi ada 20 fasilitas penunjang yang
disediakan untuk para atlet, seperti salon, bank, laundry, kantor pos, dll.
41
Penginapan untuk para atlet akan dibagi menjadi 4 gaya yang berbeda; ada 528
unit di 9 bangunan dimana tersedia sebanyak 2.032 kamar. Diperkirakan sebanyak
3.500 atlet dan 930 staff dapat tinggal disana. Dalam kamar atlet tersebut tidak hanya
tersedia tempat tidur dan meja, tetapi disediakan juga lampu untuk membaca, coffee
pot, microwaves, meja, dan juga sofa sehingga atlet-atlet dapat beristirahat dengan
nyaman. Gambar II.3.2.13 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet Daegu
(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com/2011)
Dari studi literatur dan studi banding yang telah dibahas, maka disimpulkan
perilaku istirahat yang mempengaruhi karakteristik kamar sebagai berikut :
Perilaku Istirahat Atlet
Tidur
Mengobrol
Membaca
Karakteristik Kamar
Bentuk
Dimensi dan Proporsi
Penghawaan
Warna
Pencahayaan
Kebisingan
Tabel II.3.2.1 Perbandingan Beberapa Wisma Atlet Wisma Atlet Ragunan London Daegu
Bentuk segiempat segiempat segiempat Perabot Tempat tidur,
lemari, meja kerja dan kursi,
Tempat tidur, lemari,nakas
Tempat tidur,lampu
untuk
42
nakas membaca, coffee pot,
microwaves, meja, sofa
Tipe Kamar
adanya perbedaan kamar atlet
cabang olahraga
individu dan beregu,
perbedaan kamar pria dan
wanita
adanya perbedaan
kamar antar pria dan wanita
adanya perbedaan kamar atlet
cabang olahraga
individu dan beregu, antar
pria dan wanita
Kapasitas 2-4 orang 2 orang 1-2 orang Ukuran Kamar ± 4m x 6,5m ± 3m x 4m ± 4m x 5m
Pintu Swing door 200cm x 85cm
Ada Ada
Jendela Ada(2buah) 200cm x 50cm
Ada 240cm x 70cm
Ada 70cm x 120cm
Secara umum, perbandingan wisma atlet dengan wisma umum adalah sebagai berikut :Tabel II.3.2.2 Perbandingan Wisma Atlet dan Wisma Umum
Wisma
Wisma Atlet Wisma Umum
Perabot Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas
Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas, TV, sofa/tempat duduk.
Bentuk segiempat segiempat
Tipe Kamar memiliki beberapa macam tipe kamar, adanya perbedaan kamar berdasarkan cabang olahraga dan juga perbedaan gender
memiliki beberapa macam tipe kamar dengan berbagai daya tampung, tidak ada perbedaan kelompok kamar, biasanya untuk hunian sementara keluarga atau keperluan bisnis.
Pintu swing door swing door
Jendela ada ada
43
II.3.3 DataTapak
Lokasi tapak yang akan digunakan untuk proyek kali ini adalah di
gedung Wisma Fajar, Senayan. Wisma Fajar, Senayan terdiri dari 3 tower,
yang masing-masing towernya terdapat 10 lantai dan berisi 20 unit. Setiap 1
lantai tipikal Wisma Fajar hanya memiliki 2 unit, kedua unit tersebut
memiliki desain sangat mirip dengan desain unit apartemen pada umumnya.
Hal itu disebabkan pada awalnya bangunan tersebut diperuntukkan sebagai
mess bagi pegawai Singapura di Jakarta, bukan wisma atlet pada umumnya
sehingga sekarang para atlet menempati Hotel Century. Menurut hasil
wawancara, wisma fajar tersebut akan dihancurkan dan di desain sesuai
dengan kebutuhan para atlet.
Wisma Atlet digunakan pada saat pelatihan dan juga pertandingan
dalam skala nasional maupun internasional. Dalam pertandingan Sea Games,
para atlet akan menempati wisma selama ±5bulan, atlet-atlet tersebut juga
akan didampingi pelatihnya dan tim official.
• Lokasi Tapak : Jl Pintu I Gelora Senayan, Jakarta Pusat Gambar II.3.3.1 Peta Lokasi Tapak
(Sumber : Dinas Tata Kota)
• Peruntukan lahan : Hunian bagi atlet
• Luas Lahan : 10891 m²
• KDB : 20 %
U
44
20 % x 10891 m² =
2178,2 m²
• KLB : 2,5
2,5 x 10891 m² = 27227,5 m²
• Batas Area Lahan :
- Utara : Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora
Bung Karno Senayan
- Timur : Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, &
FX Lifestyle X’nter
- Barat : Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika
- Selatan : Wisma Serba Guna
• GSB : 10 m ,dan 8 m
• Ketinggian Maksimum : 24 Lantai
DATA KONDISI TAPAK DAN SEKITARNYA
• Jenis Kegiatan di tapak dan sekitarnya
Diatas tapak : terdapat hunian dan juga kegiatan jual-beli yang berupa
kantin.
Bagian timur : terdapat hunian (Hotel Atlet Centry), perkantoran (Gedung
Pendidikan), dan FX Lifestyle X’nter (bisnis /kegiatan jual
beli).
Barat : terdapat perkantoran (Gedung KONI Pusat).
Utara : terdapat kawasan olahraga.
Selatan : terdapat perkantoran (Wisma Serbaguna).
• Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki
Terdapat pedestrian dengan lebar ±1,2m-1,8m disekitar tapak yang dapat
digunakan oleh pejalan kaki. Tapak juga dikelilingi oleh beberapa jalan
besar, diantaranya :
Jalan Jendral Sudirman
- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
- Kepadatan kendaraan relatif tinggi, sering terjadi kemacetan
45
- Terdapat jalur busway
Jalan Asia Afrika
- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
- Kepadatan kendaraan lebih rendah bila dibandingkan dengan Jalan
Jendral Sudirman, sering terjadi kemacetan
- Dilalui jalur busway
Jalan Pintu Gelora 1
- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
- Kepadatan kendaraan lebih rendah bila dibandingkan dengan Jalan
Jendral Sudirman dan Jalan Asia Afrika
- Tidak dilalui jalur busway
Jalan Manila
- Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
- Kepadatan kendaraan paling rendah bila dibandingkan dengan Jalan
Jendral Sudirman, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Pintu Gelora 1
- Tidak dilalui jalur busway
Jalan tersebut ramai dipadati oleh kendaraan pada jam-jam kerja, terutama
pada jam 7-9 pagi, namun pada sore sampai malam hari relatif lebih ramai
karena terdapat kawasan mall (FX), sekitar pukul 5-10 malam.
• Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak Gambar II.3.3.2 Jumlah lapis bangunan di sekitar
20‐30 lt
1 lt
1‐2 lt
2‐15 lt
U
46
• Orientasi Matahari dan Arah Angin
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 secara geografis
Jakarta terletak pada posisi 6°12' Lintang Selatan dan 106°48' Bujur Timur.
Posisi tersebut menempatkan Jakarta pada posisi sedikit di bagian selatan
garis edar matahari / garis ekuator. Sedangkan arah angin yang ada pada
tapak, sebagian besar datang dari arah barat daya dengan kecepatan 0,6-1,4
m/s.
• Jaringan Pembuangan dan Utilitas
Topografi tapak cenderung rata atau tidak berkontur, terdapat sumur resapan
pada bagian utara tapak untuk jaringan pembuangan, dan sebagian dibuang
ke riol kota. Wisma Fajar juga sudah mengguakan air PAM untuk sumber
air bersih.