bab ii tinjauan data umum - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00958-di...

31
1 BAB II TINJAUAN DATA UMUM 2.1. Gambaran Umum Rumah sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit 1) Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, Rumah Sakit didefinisikan sebagai: - Rumah tempat merawat orang sakit 1 - Tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan Sedangkan menurut undang-undang tentang rumah sakit: Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit: 2.1.2. Kriteria dan Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan 2 : a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya masyarakat di rumah sakit; 1 Sumber: Poewardarminta,Wjs,kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta ,Balai Pustaka. 2 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab I, Pasal 1

Upload: phungminh

Post on 28-Jul-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

TINJAUAN DATA UMUM

2.1. Gambaran Umum Rumah sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

1) Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, Rumah Sakit didefinisikan sebagai:

- Rumah tempat merawat orang sakit1

- Tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi

berbagai masalah kesehatan

Sedangkan menurut undang-undang tentang rumah sakit:

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit:

2.1.2. Kriteria dan Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan2:

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya masyarakat di rumah sakit;

1 Sumber: Poewardarminta,Wjs,kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta ,Balai Pustaka. 2 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab I, Pasal 1

2

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;

dan

d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

rumah sakit, dan rumah sakit.

2.1.3. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit3

a. Rumah Sakit Yunani, pada abad 5 SM, kuil-kuil yang dibangun sebagai bangunan

untuk merawat orang sakit, sebagai tempat menampung para pengembara, fakir

miskin dan yatim piatu. Walaupun pasien dilayani dengan cara magik.

Pengobatannya disertai dengan kekuatan gaib serta dewa-dewa, bangsa Yunani

mengakui bahwa penyakit yang berasal dari alam dan metode penyembuhannya

rasional sangat dianggap penting. Sebagai tambahan, apa yang mereka ketahui

tentang fisologi dan anatomi tubuh manusia sebenarnya lebih rasional daripada

pengetahuan mereka tentang alam religious dan tahayul. Hipokretes dianggap

sebagai lambang pendekatan non-religius rasional dalam ilmu kedokteran. Kuil

Saturn, Hyegea, dan Aesculapius berfungsi sebagai sekolah kedokteran pada zaman

Yunani.

b. Rumah Sakit Romawi, bangsa Romawi biasanya merawat para tentara yang

terluka di valetudinaries, yaitu suatu bentuk rumah sakit yang didirikan di sebuah

garnisun sepanjang perbatasan. Dekrit kaisar Constantine pada tahun 335 M berisi

penutupan Aesculpia dan mendorong pembangunan rumah sakit Kristen.

c. Rumah Sakit Selama Abad Pertengahan,pada tahun 829 M, tekenal Rumah Sakit

St. Gal, dimana rumah sakit ini telah mengkalisifikasikan fungsi yang semakin

jelas, tercermin dari :

- adanya pemisahan ruang antara fakir miskin/pengembara dengan penderita sakit.

- adanya tempat untuk menjalankan ibadah.

- adanya Abbey Guest House.

3 Sumber :Bouwcentrum, General Hospital, Elvesier Publishing Company, Amsterdam 1961, Hal 8-9

3

Pada abad Romawi berkuasa yang bertanggung jawab untuk pengobata orang sakit

dijalankan oleh komunitas keagamaan.

d. Rumah Sakit Selama Abad 17 Sampai Abad 19, pada abad ini Rumah Sakit tidak

berada di bawah pengawasan Gereja lagi tapi berada di bawah pengawasan

pemerintah pusat.

Pada zaman Florence Nightingale pengabidiannya sebagai perawat pada Crimean

War sangat dikenang, karena pada tahun 1836 dan tak berapa lama dia menulis

tentang kurangnya kebersihan Rumah Sakit di Jerman.

Florence Nighingale mengemukakan konsep reformasi Rumah Sakit dengan

persyaratan:

- Memiliki satu pintu yang berfungsi sebagai akses keluar masuk

- Standar alamiah yang cukup, misalnya sebagai tempat keluar masuk ruangan.

- Memiliki bangsal yang luas yang dapat menampung tempar tidur sepanjang

dinding, yaitu sekitar 15 ranjang.

- Pengelompokan pasien sesuai dengan penyakitnya.

- Berdekatan dengan ruang perawat.

- Peniadaan ruang-ruang kecil, misalnya kamar mandi yang dianggap tidak higenis

dan berfungsi sebagai tempat pasien untuk memyembunyikan diri dan melakukan

hal yang dilarang dokter.

- Menerapkan suasana interior yang mencekam, seperti pengunaan warna yang

serba putih.

- Kebebasan pribadi pasien sangat dilarang keras demi efisiensi perawatan.

Tulisan-tulisan Nighingale sangat berpengaruh bagi efek perubahan ilmu

keperawatan dari usaha hamper asal-asalan, lamban dan seringkali tidak popular

menjadi seni penyembuhan yang sangat dihargai oleh masyarakat. Di Indonesia

sendiri pada tahun 1815 di Batavia, berdiri sebuah pendidikan kedokteran yang

dinamakan Kursus Dokter Jawa di Rumah Sakit Militer Besar (Grot Militair

Hospital). Tahun 1896, Sekolah Dokter Jawa berubah menjadi School Tot

Opleiding van Inlandse Artsen (STOVIA). Kemudian Indonesia merdeka dan

4

berubah menjadi Rumah Sakit Oemoem Poesat Negeri (RSON) dan namanya

diubah lagi menjadi Rumah Sakit mum Pusat (RSUP) dan akhirnya RSUP Dr.Cipto

Mangkunkusumo. Selain itu Rumah sakit yang berdiri sejak zaman Belanda yaitu

Rumah Sakit St. Carolus. Rumah sakit ini mulai beropersi sejak 1919.

2.1.4. Fungsi Rumah Sakit4

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan peorangan secara

paripurna.

Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standart pelayanan rumah sakit;

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

2.1.5. Persyaratan Umum5

1) rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunana, prasarana, sumber

daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau .

4 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab III, Pasal 5 5 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab VI, Pasal 7

5

3) Rumah Sakit yang didirikan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada harus

berbentuk Unit Pelaksanaan Teknis dari Instansi yang bertugas dibidang kesehatan,

Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan

Umum atau Badan Layanan Umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud harus

berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak dibindang

perumahsakitan.

2.1.6. Persyaratan Lokasi6

1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam memenuhi ketentuan mengenai

kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian

kebetuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

2) ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan sebagaimana

dimaksud menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan

Lingkungan dan atau dengan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3) Ketentuan mengenai tata ruang sebagaiman dimaksud, dilaksanakan sesuai

dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten / Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan / atau Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan.

4) Hasil kajiaan kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

harus didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan

pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta demografi.

Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud memenuhi:

6 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 8

6

a) persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunana gedung pada

umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b) persyaratan teknis bangunanan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan

dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan

bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Bagunan rumah sakit sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas ruang:

a) rawat jalan;

b) ruang rawat inap;

c) ruang gawat darurat;

d) ruang operasi;

e) ruang tenaga kesehatan;

f) ruang radiologi;

g) ruang laboratorium;

h) ruang sterilisasi;

i) ruang farmasi;

j) ruang pendidikan dan latihan;

k) ruang kantor dan administrasi;

l) ruang ibadah, ruang tunggu;

m) ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;

n) ruang menyusui;

7

o) ruang mekanik;

p) ruang mekanik;

q) laundry;

r) kamar jenazah;

s) taman;

t) pengolahan sampah; dan

u) pelataran parker yang mencukupi.

2.1.7. Persyaratan Menurut Jenis7

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya

Berdasarkan Jenis Pelayanannya:

(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan

dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

(2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan Pengelolaannya:

(1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi

Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.

7 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 19 dan 20

8

(2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

(3) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau

Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.

2.1.8. Klasifikasi Rumah Sakit8

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan

fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

(2) Menurut SK Mentri Kesehatan RI No. 031/BIRHUB/1972, dan Mentri

Kesehatan RI No. 134/Menkes/SK/IV/1978, Rumah Sakit di Indonesia

diklasifikasikan sebagai berikut:

KLASIFIKASI KAPASITAS TEMPAT

TIDUR

LINGKUP

PELAYANAN

RS KELAS A 1000 - 1.500 Medik soesialistik dan

subspesialistik lengkap

RS KELAS B 400 – 1.000 Medik spesialistik dan

subspesialistik

RS KELAS C 1 - 450 Medik dasar dan medic

spesialistik

8 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab VI, Pasal 24

9

RS KELAS D 25 – 100 Medik dasar

RS KELAS E Bervariasi Khusus penyakit tertentu

Table 1.Klasifikasi Rumah Sakit

(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas :

a.Rumah Sakit umum kelas A;

b.Rumah Sakit umum kelas B

c.Rumah Sakit umum kelas C;

d.Rumah Sakit umum kelas D.

(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas :

a.Rumah Sakit khusus kelas A;

b.Rumah Sakit khusus kelas B;

c.Rumah Sakit khusus kelas C.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud diatur

dengan Peraturan Menteri.

10

2.1.9. Jenis Rumah Sakit9

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya.

Pasal 19

(1)Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. (2)

Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, tau

kekhususan lainnya.

Pasal 20

(1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah

Sakit publik dan Rumah Sakit privat.

(2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang

bersifat nirlaba.

Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau

Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3)Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan

9 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab VI, Pasal 19

11

menjadi Rumah Sakit privat.

` Pasal 21

Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)

dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

Perseroan Terbatas atau Persero.

Pasal 22

(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.

(2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang

membidangi urusan pendidikan.

Pasal 23

(1) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan

penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,

pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan

lainnya.

(2)Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring

Rumah Sakit Pendidikan.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

2.1.10 Prasyaratan Menurut Prasarana10

10 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 11

12

(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(1) dapat meliputi:

a.instalasi air;

b.instalasi mekanikal dan elektrikal;

c.instalasi gas medik;

d.instalasi uap;

e.instalasi pengelolaan limbah;

f.pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

g.petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;

h.instalasi tata udara

i. Ambulans

j. Sistem informasi Komunikasi.

pada ayat

(1) harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan

kesehatan kerja penyelengaraan Rumah Sakit.

(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam

keadaan terpelihara dan Berfungsi dengan baik.

(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang

mempunyai kompetensi di bidangnya.

(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

13

dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara

berkala dan berkesinambungan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur

dengan Peraturan Menteri.

2.1.11. Kriteria khusus (Bangunan)11

A. Instalasi Rawat Jalan

1.Lingkup Kegiatan/fungsi ruang

Kebutuhan pelayanan RSU Kelas C pada dasarnya terdiri dari Poli Umum dan

Poli spesialistik dasar, yaitu:

- Poli Penyakit Dalam

- Poli Anak

- Poli Bedah

- Poli Kebidanan dan Penyakit Kandungan

- Sesuai dengan perkembangan pelayanannya, maka RSU Kelas C ini juga

dilengkapi dengan 3 (tiga) dan 6 (enam) poli spesialis lainnya sesuai dengan

kebutuhan setempat. Poli-poli tersebut adalah:

- Poli mata dengan panjang ruangan minimal ^ meter

- Poli telinga, hidung dan tenggorokan (THT)

- Poli gigi dan mulut, harus ada pra instalasi untuk alat gigi

- Poli kulit dan kelamin

- Poli syaraf

- Poli jiwa

Semua Poli tersebut terdiri dari ruang periksa dan ruang tindakan. Selain itu

juga dilengkapi dengan pelayanan penunjang mendik yang terdiri dari:

- Apotik

11 Sumber: UU No. 44,Tahun 2009 tentang Rumah Sakit , Bab V, Pasal 10

14

- Laboratorium/ patologi

- Radiologi

- Rehabilitasi medic

Serta pelayanan non medic yang terdiri dari:

- Kelompok administrasi

- Loket pebdaftaran dan pembayaran

- Lavatory (kamar kecil)

- Ruang tunggu

2. Beban Kerja

Yang dimaksud dengan beban kerja pada unit poliklinik adalah jumlah pasien

rawat jalan yang harus dilayani oleh setiap sub unit setiap tahun. Dalam

menetapkan proyeksi jumlah pasien untuk setiap unit (masing-masing poli)

yang ditetapkan sebagai data dasar bagi kebutuhan pelayanannya, perlu

ditetapkan beberapa asumsi:

a). proporsi jumlah pasien pada tahun proyeksi sesuai dengan proporsi jumlah

pasien rata-rata menurut data-data beberapa jenis pasien yang dianggap perlu

dikoreksi.

b). untuk memperhitungkan jumlah pasien yang harus dilayani setiap hari,

diambil hari kerja setiap tahun salama 250 atau 300 hari (50 minggu x 5 hari), 1

hari pembersihan, penetapan dibentuknya poli-poli ini berdasarkan kasus-kasus

yang mulai ada dan diperkirakan akan berkembang di amsa yang akan datang.

c). waktu kerja poliklini adalah 6 hari kerja.

3. Syarat Khusus

Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut:

15

a). Ruang tunggu diranvcang untuk semua poliklinik, diusahakan pemisah

ruang tunggu penyakit dan non infeksi

b). System sirkulasi dilakukan dengan satu pintu (masuk dan pintu keluar

sama).

c). Poli yang ramai letaknya sebaiknya saling berdekatan.

d). Koridor petugas dipisahkan dari koridor pasien.

B. Unit Gawat Darurat

1.Lingkup Kegiatan /Fungsi Ruang

Unit Gawat Darurat menerima pasien salam 24 jam dari wilayah sekitar rujukan

RSU serta Puskesmas. Rencana pengembangan Unit Gawat Darurat diarahkan

atas perkiraan kebutuhan.

2. Beban Kerja

Dalam pengambilan jumlah pasien perlu ditetapkan beberapa asumsi:

1). Proporsi jumlah pasien pada tahun proyeksi sesuai dengan proporsi

jumlah pasien rata-rata existing.

2). Untuk perhitungan kebutuhan diambil angka proyeksi berdasarkan kasus-

kasus yang mulai ada dan diperkirakan berkembang pada masa mendatang.

3). Untuk memperhitungkan jumlah pasien gawat darurat diambil data jumlah

pasien gawat darurat yang telah dilayani selama lima tahun terakhir.

4). Waktu kerj aunit gawat darurat adalah 24 jam

5). Program ruang

3.Syarat Khusus

Konsep dasar gawat darurat ditetapkan dengan beberapa pertimbangan dasar,

yaitu:

1). Pemisahan antara ruang beda dan non bedah

2). Dilakuakn pemisahan sirkulasi antara pasien dengan perawat/ dokter

16

3). Pengaturan sirkulasi perawat/dokter dan tempa alat-alat medic (bench)

sehingga dimungkinkan penggunaan alat-alat secara bersama.

4). Pembentukan ruang-ruang medic yang memungkinkan untuk digunakan

sebagai ruang periksa,observasi dan ruang restitusi.

5). Keseluruhan ruang dan alat ditetapkan untuk dapat digunakan selama 24

jam.

6). Pintu masuk khsus dari gerbang utama.

C. Instalasi Perawatan Intensif

1. Lingkup kegiatan/Fungsi Ruang

Untuk perawatan penderita yang mengalami penyakit yang fungsi organ tubuh

yang memerlukan secara intensif pemantauan ketat dan tindakan segera yang

direncanakan untuk menurunkan angka kematian.

2. Beban Kerja

Konsep dasar ruangan ICU ditetapkan sebagai berikut:

-sistem pelayanannya adalah sentral dibuka 24 jam.

- program ruang lihat lampiran

3. Syarat Khusus

1). Letak harus dekat dengan gedung gawat darurat, laboratorium, radiology

dan bedah.

2). Harus bebas darigelombang elektromagnetik dan terhadap getaran

3).Gedung harus terletak pada daerah yang tenang

4). Temperature ruangan harus terjaga

5). Aliran listrik tidak boleh terputus

6). Harus tersedia pengantur kelembaban udara

7). Sirkulasi udara yang dikondisikan sebaiknya 100% udara segar

8). Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik.

D. Instalasi Rawat Inap (WARDS)

1.Lingkup Kegiatan/ Fungsi Ruang

17

Ruang untuk perawatan pasien berlangsung 24 jam, jumlah tempat tidur 100-400

buah.

2. Beban Kerja

Cara menghitung jumlah tenpat tidur disesuaikan dengan perkembangan:

- Nilai BOR,LOS,TOI,BTO

- Jumlah pertumbuhan penduduk

- Jumlah tempat tidur di RS/ ratio perbandingan jumlah tempat tidur : jumlah

penduduk

- Faktor lain yang diterapkan dalam perencanaan RS swasta

3. Syarat Khusus

Dalam merencanakan Unit rawat inap perlu ditetapkan dulu prinsip-prinsip

dalam perencanan instalasi rawat inap.

1) Konsep perawatan sebaiknya dapat mengakomodir perawtan 4 ahli dasar

2) Standart luas ruangan adalah sebagai berikut:

- Luas kamar VIP = 28 m2/unit

- Luas kamar kelas 1 = 18 m2/unit

- Luas kamar kelas 2 = 12 m2/ unit

- Luas kelas 3a dan 3b = 8m2/ unit

3) Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti:

- Pasien yang menderita penyakit menular

- Pasien atau penyakit dan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti

penyakit tumor), dan diabetes.

- Pasien yang menderita (mengeluarkan suara dalam ruangan)

Keseluruhan ruang tersebut harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan

jenis pasien yang akan dirawat.

4) Ruang-ruang inap sebaiknya dikelompokan dalam bagian sebagai berikut:

a). ruang VIP, terletak dalam 1 blok jendela-jendela kamar berorientasi ke

pandangan luar yang lapang atau kea rah taman dengan jumlah pasien VIP 1

orang dengan fasilitas KM/WC didalam

b). ruang kelas I dan II digabung dalam 1 blok:

18

- kelas I untuk 2 tempat tidur

- kelas II untuk 4 tempat tidur

c). kelas IIIa dan IIIb boleh digabung dalam 1 blok dan dapat pulas dipisah

- kelas IIIa untuk 6 tempat tidur

- kelas IIIb untuk 8 tempat tidur

5) stasiun perawat maksimum melayani 25 tempat tidur, letak stasiun perawat

harus terletak dipusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi

pasiennya secara efektif. Untuk bangunan perawatan kelas yang berupa 1 blok

maka dibutuhkan 1 stasiun perawat.

6) jika ruang perawatan tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada akses

bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus agar pasien dapat terjangkau dengan

baik.

7) akses pencapaian ke setiap ruangan/ blok harus dapat dicapai dengan mudah

8) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien

yang ditampung

9) sinar matahri pagi sedapat mungkin masuk ke ruangan

10) alur petugas dan pengunjung terpisah

11) masing-masing ruang rawat 4 ahli dasar mempunyai ruang isolasi sendiri

E. Unit Kebidanan dan Penyakit Kandungan

1. Lingkup Kegiatan/ Fungsi Ruang

Fungsi dari unit kebidanan dan penyakit kandungan ini adalah untuk kegiatan

persalinan dan penyakit yang berhubungan dengan kandungan.

Tingkat pelayanan unit kebidanan dan penyakit kandungan tergantung pada

jumlah persalinan yang dilakukan dalam satu tahun serta per hari.

2. Beban Kerja

Unit kebidanan dan penyakit kandungan dibuat berdasrkan jumlah pasien yang

dilayani unit tersebut tiap tahunnya, dapat dilihat berdasarkan atas asumsi

sebagai berikut:

1). 70% BOR yempat tidur dipakai sebagai dasar proyeksi

19

2). Dan dapat dihutung atas dasar penelitian yang lebih rinci terhadap beban kerja

tiap sub unit , waktu kerja, kebutuhan atas tenaga serta ruang, hubungan intern

serta ekstern unit alur kegiatan pelayanan.

3). Sebagian persiapan dari pasien dilakukan di ward atau ruang gawat darurat

4). Tiap ruang persalinan dapat melayani sebanyak 4 persalinan per hari

5). Persalinan yang membutuhkan pembedahan dilakukan di unit bedah central.

3. Syarat Khusus

Beberapa masalh yang harus diperhatikan dalam merancang unit kebidanan dan

penyakit kandungan antar lain:

1). Ruang bersalin harsu mengelompokkan pasien sesuai dengan jenis

persalinana yaitu persalinan normal dan persalinan abnormal sehingga

membutuhkan ruang pasien sesuai dengan kondisinya.

2). Ruang bayi dan ruang rawat inap harus diusahhakn berdekatan sehingga dapat

mudah melihat kondisi bayi

3). Perencanaan ruang steril, semi steril, dan non steril harus benar-benar

diperhatikan dan sesuai kebutuhan serta tata letak yang mengandung kegaiatan

yang ada.

4). Ruang persalinan abnormal 4 tempat tidur, abnormal 2 tempat tidur,

gynecology 1 tempat tidur.

5). Ruang untuk penempatan USG.

E. Lobby

A. Pengertian

merupakan ruangan yang terdapat dibagian utama dimana pengunjung dapat

melakukan interaksi dengan pihak rumah sakit untuk dapat melakukan perjanjian

dengan dokter,sebagai tempat informasi, mendaftra pasien, dan juga sebagai tempat

untuk membayar tagihan atau transaksi pembayaran. Lobby berfungsi sebagai ruang

tunggu pasien serta keluargannya sambil dilakukan pelayanan medis. Oleh karena

itu lobby merupakan citra rumah sakit tersebut.

20

B. Fungsi dan Ruang Lingkup

1) Bagian Informasi, tempat pengunjung mendapat informasi ruangan dokter

sampai jadwa dokter.

2) Bagian Pendaftran, tempat untuk pengunjung atau pasien melakukan pebdaftran

rawat inap maupun rawat jalan.

3) Bagian Pembayaran, tempat pengunjung maupun pasien melakukan transaksi

pembayaran rawat jalan maupun rawat inap

4) Bagian Pelayanan Medis, tempat dimana pasien dapat menikmati perawatn

medis dari rumah sakit.

5) Bagian Pelayanan Penunjang Medis, misalnya apotik (farmasi), X-Ray, USG,

CT Scan, dsb, yang sifatnya mendukung pelayanan medis

6) Kantin, tempat untuk pengunjung dapat menunggu atau sebagai tempat makan.

7) ATM dan Bank, memudahkan pasien atau pengunjung melakukan trasnsaksi

dengan pihak rumah sakit.

C. Syarat Perancangan

1) pada layout dibuat alur sirkulasi yang memudahkan , jelas, dan terarah ke setiap

ruangan.

2) menggunakan material interior yang aman, mudah dirawat, bersih dan higenis,

tapi tetap memperhatikan aspek estetis.

3) furniture yang digunakan sebaiknya ergonomis dan nyaman digunakan dalam

jangka waktu yang lama.

4) area respsionis hendaknya bias mencerminkan citra/ image dari rumah sakit.

5) enggunaan aspek estetika gharus dipertimbangkan dengan baik sehingga enak

dilihat dan juga mudah dalam perawatannya.

21

2.1.12. Pengertian Kebidanan

A. Pengertian Rumah Bersalin dan Kebidanan

Rumah Berdalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan

kebidanan bagi wanita hamil.bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk

pelayanan keuarga berencana serta perawatan bayi baru lahir.12

Rumah Bersalin mempunyai sifat privat, semi privat, sebab tidak semua orang

dapat keluar masuk didalam daerah ini. Sifat privat terdapat diruang persalinan.

B. Pengertian Kebidanan

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang

mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval

dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,

fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada

perempuan, keluarga dan komunitasnya

C. Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara

mandiri, kolaborasi atau rujukan.

D. Praktik Kebidanan

Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat

otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik

bidan.

E. Pengertian Ibu

Ibu adalah perempuan yang melahirkan seseorang.

12 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang restribusi Pelayanan Kesehatan,Bab 1

Ketentuan umum, Psala 1, Nomor 14.

22

Panggilan yang takzim kepada wanita yang sudah atau belum bersuami.13

Anak adalah kelompok muda usia yang batasan umurnya tidak selalu sama

diberbagai Negara dan umumnya disepakati bahwa masa anak merupakan masa

yang dilalui setiap orang untuk menjadi manusia dewasa atau dapat pula

dikatakan bahwa anak-anak dalam antropologi ragawai adalah istilah tingkat

perkembangan manusia dibawah usia dewasa.14

F. Pengertian Rumah Sakit Ibu dan Anak

Secara umum bersalin berarti melahirkan anak, jadi persalinan merupakan

proses melahirkan anak dari seorang wanita.

Perlu diketahui bahwa sebenarnya yang dilahirkan oleh seorang ibu atau

wanita bukan hanya seorang bayi saja, tetapi juga melahirkan plasenta atau ari-

ari dan air ketuban. Dengan demikian, persalinan merupakan peristiwa lahirnya

anak disertai plasenta dan air ketuban dari kandungan ibunya.

Umumnya masa kehamilan yang harus dilalui oleh seorang wanita sebelum

proses persalinan terjadi sekitar kurang lebih 38 minggu sampai dengan 42

minggu.

Selama masa kehamilan tersebut, seorang wanita perlu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan seperti: fisik, mental, dan materi yang cukup guna

menghadapi saat kelahiran bayinya, agar dapar berjalan lancer. Perawatan

kesehatan dimulai sejak awal kehamilan, minimal satu kali sebulan hingga usia

kehamilan delapan bulan atau seminggu sekali dibulan terakhir.

Ibu hamil dan wanita dengan kasus penyakit kandungan dapat

memeriksakan kandungannya pada dokter ahli kebidanan, dokter umum, rumah

sakit bersalinm dan lain-lain.

Rumah sakit bersalin adalah sarana khsusu yang menyediakan fasilitas yang

menunjang keperluan pemertiksaan dan perawatan ibu hamil saat bersalin,

13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua; Cetakan Ketiga, Balai Pustaka; Jakarta; 1994 14 Ensiklopedia Nasional Indonesia,1989

23

nifas,laktasi serta wanita yang menderita atau mempunyai penyakit kandungan,

dan lain-lain.

Pengertian Rumah Sakit Bersalin menurut Depkes RI No.

523/Menkes/Per/XI/1982, Bab 1, Pasal 1, yaitu: suatu tempat yang

menyelenggarakan pelayanan Kesehatan bagi wanita hamil, bersalin, nifas yang

fisiologik maupun patologik yang mempunyai penanggungjawab mendis

seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan serta seorang dokter anak.

G. Fungsi dan Tujuaan Rumah Sakit Bersalin

Rumah Sakit Bersalin merupakan suatu usaha jasa pelayanan kesehatan yang

khsusu menangani kasus obstetric dan ginekologi, serta pelayanan kesehatan

anak dengan fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai tempat pemeriksaan kahamilan dan Penyakit Kandungan.

2. Sebagai tempat pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan bagi bayi dan

anak yang sakit.

3. Sebagai tempat pengobatan dan perawatan wanita dengan kausu

penyakit kandungan, baik rawat jalan (out patient) maupun rawat inap

(inpatient).

4. Sebagai tempat perawatan ibu hamil, persalinan, nifas, dan lain-lain.

5. Sebagai tempat informasi tentang masalah kesehatan khususnya

dibidang obsteri dan ginekologi seperti KB, gizi, anak dan lain-lain.

6. Sebagai saranan penelitian terhadap kasusu kebidanan dang kandungan

serta penyakit anak.

H. Tujuan Rumah Sakit Bersalin

Rumah Sakit Bersalin adalah untuk menangani kasus Kebidanan dibidang

Obstetri dan Ginekologi:

1. Mengurangi angka kematian bayi, balita, dan kematian ibu/wanita,

akibat persalinan atau penyakit kandungan.

2. Sebagai tempat pemulihan kondisi setelah persalinan, operasi atau

perawatan penderita penyakit kandungan, serta pemulihan bayi/anak

24

yang sakit.

3. Sebagai tempat untuk mendapatkan diagnose dan pengobatan yang tepat

tentang kehamilan atau penyakit kandungan yang diderita, dan

dilanjutkan dengan tindakan pengobatan medis yang dapat

dipertanggungjawabkan.

I. Sejarah Rumah Sakit Bersalin

Pada mulanya perawatan kehamilan dan persalinan merupakan tanggung

jawab paranormal dan pendeta, yang dengan keterbatasan pemikiran wawasan

terperdaya secara spiritual melalui praktek-praktek kejam. Kemudian beralih

kepada dukun beranak wanita yang kemudian dipakai untuk mendampingi

wanita yang hendak melahirkan.

Tapi pengertian itu keliru, masyarakaya pada waktu itu menghalangi

para ahli pengobatan dan tabib untuk melakukan ataau mendalami bidang

kebidanan sampai abad XVII, cara-cara kuno masih digunakan sampai

sekarang. Contohnya para hali kebidanan modern, masih menggunakan teknik

memutar letak janin yang sungsang ke posisi normal agar dapat lahir secara

natural dan normal.

Pada abad XVI dan XVII ada alat kebidanan yang digunakan untuk

menarik kepala bayi, yang mempermudah proses persalinan dan beberapa

contoh bedah Caesar yang berhasil.Muncul juga beberpa teknik atau metode

penanganan bayi setelah melahirkan, penyakit atau infeksi setelah melahirkan

yang menyebabkan kematian ditemukan setelah abad XIX.

Pada masa sekarang cara serta aturan rumah sakit sudah menyerupai

rumah sakit modern. Penempatan pasien sudah diklasifikasi menutu masalah

dan penyakitnya. Hal ini disebabkan rentanya wanita hamil serta melahirkan

terhadap kuman penyakit. Olerh sebab itu wanita serta bayi sangat memerlukan

sara atau fasilitas khsusu dalam penanggananya, seperti alat-alat persalinan,

ruang bersain, ruang operasi, ruang bayi dan lain-lain.

25

J. Syarat-syarat Perancangan Rumah Sakit Bersalin.

1. Harus mempunyai lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan

mudah.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan disekitarnya.

3. Harus memiliki fasilitas yang lengkap seperti ruang bersalin, ruang operasi,

ruang perawatan, poliklinik, apotik, laboratorium, dan lain-lain.

4. Rumah sakit bersalin harus dipimpin oleh seorang dokter kandungan dan

juga dokter anak, yang telibat kerja dengan organisasi rumah sakit tersebut,

sehingga para hali dapat dihubungi apabila diperlukan untuk proses

kelahiran.

5. Unit rawat inap harus berlokasi didaerah yang tenang.

6. Pelayanan penunjang mendis dapat langsung berhubungan dengan unit

rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat dan ICU.

K. Jenis Kegiatan Rumah Sakit Bersalin

1. Kegiatan Medis

a. Prenventif, yaitu:

Pemeriksaan yang dilakukan oleh wanita hamil dan yang memiliki

gangguan pada kandungan secara rutin, penyuluhan tentang kesehtan

dan penyakit wanita, konsultasi KB, perbaikan gizi, hidup sehata,

pengobatan dan imuniasai.

b. Kuratif, yaitu:

Menanggulangi penyakit kebidanan dan kandungan pada wanita, serta

penyakit pada anak melalui tindakan pemeriksaan dan penpbatan secara

fisiologis dan patologi.

c. Rehabilitasi, yaitu:

Perawatan dan pemulihan kesehatan setelah pengobatan yang dilakukan

selama beberapa hari sesuai dengan keputusan dokter dan kondisi

pasien.

26

2. Kegiatan Semi Medis

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit seperti uji coba,

menganalisa, diskusi serta penemuan kasus dan lain-lain.

3. Kegiatan non Medis

Merupakan kegiatan pendataan pasien, penerangan tentang pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit pada pasien.

L. Skema Kegiatan Persalinan dalam Rumah Sakit Bersalin.

PREVENTIF

IBU DAN ANAK

PEMERIKSAAN RUTIN

PENYULUHAN

KONSULTASI

PERBAIKAN GIZI

CARA HIDUP SEHATA

PENGOBATAN

KB

KURATIF

IBU DAN WANITA

KEBIDANAN FISIOLOGI

PATOLOGI

NORMAL

VACUM

ALAT LAIN

KURETASE

SECTIO

PENGOBATAN

KANDUNGAN DIAGNOSA KURETASE

SECTIO

PENGOBATAN

27

M. Perawatan Kesehatan pada Rumah Sakit Bersalin.

Penginapan untuk pasien bersalin terbagi 2 yaitu,

a. Bagian uktuk persalinan.

Harus dapat diakses melalui ruang rawat inap pasien. Bagian ini terdidi dari

ruang first-stage (1 tempat tidur ) dan ruang bersalin (10 tempat tidur). Jika

tidak ada pemisah ruang operasi atau letaknya yang jauh maka 1 ruang

bersalin harus difungsikan menjadi ruang operasi sekaligus dengan scrub-up

dan ruang obat bius berdampingan.

Ruang bersalin harus berepredam suara dan dekat dengan ruang tunggu bagi

pengunjung.

b. Bagian untuk pasien rawat inap

Kamar nifas, adalah tempat kshsus untuk merawat pasien setelah

melahirkan dalam keadaan normal atau dengan tindakan setelah abortus

atau setelah dilakukan tindakan gynecologis. Sering juga digunakan

sipenderita yang mengalami kelainan kehamilan misalnya, adanya

pendarahan waktu hamil, dan lain-lain. Dengan adanya bermacam-macam

pasien yang dirawat diruangan ini maka ruangan nifas dibagi menjadi.

REHABILITASI

IBU/WANITA

PEMULIHAN KESEHATAN

IBU

PERAWATAN

CHECK UP

R.PERAWATAN BIASA

R. PERAWATAN INTENSIF

R.PERAWATAN BAYI

KEGIATAN MEDIS

28

� Kamar nifas biasa

Adalah kamar untuk merawat pasien normal dan tidak memgalami infeksi

normal. Kamar ini dibagi per kelas, tergantung besaran luas kamar serta

banyaknya pasien dalama satu kamar.

� Kamar nifas dengan pertolongan

Adalah kamar untuk merawat pasien melalui pertolongan sesuatu tindakan,

yaitu bagi persalinan yang susah, misalnya section caesaria. Kamar ini

biasanya terbagi untuk persalinan operasi. Pemisahan dilakukan untuk

mencegah terjadinya infeksi.

� Kamar Isolasi

Kamar yang lebih kecil untuk mengadakan isolasi bagi penderita nifas yang

dianggap perlu, misalnya adanya psychose, eclampsia ante atau post

partum, dan lain-lain.

c. Bagian kamar bayi

Kamar bayi adalah tempat untuk merawat bayi selama tinggal dirumah

sakit. Ruang bayi atau kamar bayi ini juga dibagi lagi dalam kamar kecil.

Kamar untuk bayi normal, untuk bayi belum cukup bulan atau premature,

kamar untuk bayi yang di lahirkan dengan tindakan adanya persalinan tidak

normal. Dalam kamar bayi harus selalu dipehatikan tentang kebersihan dan

sterilisasinya, karena bayi yang baru dilahirkan keadaannya masi sangat

lemah dan mudah kena infeksi.

Perawatan bayi dilengkapi dengan:

1.Tempat tidur

2.Incubator

3.Fasilitas isolasi

4.Ruang ganti staf

29

d. Pusat dapur susu dilengkapi dengan:

a. Penyiapan

b. Sterilisasi alat

c. Ruang cuci

e. Rooming-in plan

Adalah rencana perawatan ibu dan bayi yang merupakan perawatanm

bersama. Artinya ibu dan bayi akan dirawat bersama-sama dalam satu

kamar, jadi tempat tidur anak akan terdapat disamping tempat tidur ibunya,

agar anak tinggal disamping ibunya.

f. Dapur bangsal

Adalah tempat khsuus menyiapkan keperluan bangsal, menyiapkan

makanan bagi pasien, dimana makanan itu diambil dari dapur nesar rumah

sakit. Dapur bangsala biasanya dipakai untuk menyiapkan minuman bagi

pasien.

g. Spoelhok

Adalah tempat untuk menyimpan baskom, pot dan keperluan pasien, selain

itu sebagai tempat untuk menyimpan pakaian kotor bagi pasien, dan sebagai

tempat untuk mencuci peralatan.15

N. Kebutuhan Ruang Rumah Sakit Kebidanan

Berdasarkan data literature Nuefert, Jain Mailkin, dan pokok pedoman

arsitektur departemen kesehatan.

15 Perawatan Kebidanan; Zr. Dra. Christina S. Ibrahim;1996

30

No. BAGIAN LUAS (M)

1. ADMISTRASI 332

2. POLIKLINIK 360

3. PERAWATAN 437

4. MEDICAL RECORD,

LABORATORIUM, APOTIK

330

5. PERSALINAN/VK 476

6. RUANG BEDAH 403

7. RUANG BAYI 105

8. POS PERAWAT 140

9. FISOTERAPI 200

10. DAPUR 348

11. RUANG SENAM HAMIL 220

12. RUANG SERBA GUNA 300

13. CAFETARIA 64

14. MUSHOLA 30

15. LOBBY 125

16. PELAYANAN TELEKOMUNIKASI 20

17. LAUNDRY 334

18. ME 344

O. Faktor Perancangan Rumah Sakit Kebidanan.

1. Faktor Lingkungan

Lokasi rumah sakit adalah tempat yang mudah untuk dijangkau, tidak

berada didaerah tercemar, dan juga tidak mengakibatkan pencemaraan

lingkungan. Lingkungan bangunan dan fasilitas sanitasi rumah sakit harus

memenuhi persyaratan kesehatan yang sesuai dengan standart Departemen

Kesehatan. Serta mudah dicapai oleh sarana transportasi massa.

31

2. Faktor Arsitektural

Pada dasarnya rumah sakit dibagi menjadi dua bagian yaitu ruang rawat

inap serta ruang rawat jalan, ditambah bagain-bagian penting lainnya seperti

ruang perawatan dokter, administrasi serta bagaian pendidikan,penelitian

dan lain-lain.

P. Model dan bentuk bangunan umum dari rumah sakit menurut Miller dalam

Hospital & Healthcare Facility Design, hal 54, yaitu

1. Model Hotel (Hospitality Model)

Rumah sakit yang melayani pasien layaknya tamu hotel dengan tujuaan agar

pasien merasa nyaman. Pasien yang dating disambut oleh penjaga ointu dan

bellman yang bertugas membawa barang pasien dan keluarganya, serta

pihak rumah sakit sendiri.

2. Model Rumah (Residential Model)

Deain rumah sakit model rumah khsuusnya pada ruang rawat inap dibuat

agar seperti dirumah sendiri. Penataan interior seperti ini, bertujuaan untuk

mengurangi ketegangan atau stress pada pasien dan meningkatkan

kesembuhan pasien serta member suasanan ruang yang lebih nyaman.

Ruang rawat inap biasanya memiliki di fasilitas lounge untuk pasien serta

dilengkapi denga peralatan electronic, pantry serta ruang tamu.

Struktur bangunan yang baik akan memberikan kemudahan operasional dan

hubungan antar bagian dari rumah sakit. Struktur bangunan biasa

menggunkana modul-modul yang dikelompokan berdasarkan fungsinya.